Askep RHD

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

Tinjauan Teori

a. Pengertian
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung
yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis
katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).

b. Etiologi / penyebab
Penyakit Rheumatic Heart Disease terjadi setelah terinfeksi bakteri streptoccus
beta hemolyticus grup A

c. Epidemiologi
Prevalensi penyakit jantung rematik yang diperoleh dan penelitian WHOmulai
tahun 1984 di 16 negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur
tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 % dari jumlah
penduduk keseluruhan, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 %.
pada tahun 1990-an berkisar Dari suatu penelitian yang dilakukan di India Selatan
diperoleh prevalensi sebesar 4,9 %, sementara angka yang didapatkan di Thailand
sebesar 1,2 sampai 2,1 %.Prevalensi jantung rematik di Indonesia menunjukkan
bahwa Prevalensi penyakit jantung rematik berkisar 0,3 sampai 0,8 % setiap
tahunnya. Di AS setiap tahun dilaporkan sekitar 10.000 15.000 penderita dengan
jantung rematik

d. Manifestasi klinis / tanda dan gejala


Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah
mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di
kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea),
atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut
menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu
saja demam.
e. Patofisiologi
Streptococcusc

Kuman melekat pada sel epitel salura pernafasan bagian atas

Sel B memproduksi anti bodi antistreptococcus

Reaksi antigen anti bodi

Demam rematik Hipertermia

Streptococcus menghasilan enzim yang bersifat merusak, menyebar keseluruh jaringan


tubuh melalui darah hingga sampai ke katup jantung

Enzim merusak katub jantung

Akut Kronik

Menyebebkan infeksi Terbentuk jaringan parut


pada pericardium, miokardium,
endokardium

Inflamasi

Oedema pada jantung

Obstruksi pembentukan darah


Ganguan aliran atau sirkulasi darah jantung
Gangguan Gangguan Ganguan Penurunan

aliran darah darah kejaringan aliran darah curah jantung


paifer ke muskoloskeletal

Substansi
pengangkut O2 Kekurangan O2 Kekurangan O2
berkurang terjadi
sianosis
Metabolisme basal
Gangguan terganggu
perfusi
jaringan
Energi yang terbentuk
O2 menuju Metabolisme anaerob berkerang

paru-paru
berkurang Kelelahan

Sesak nafas Penimbunan Intoleransi aktivitas


Asam laktat

Gangguan rasa nyaman/


nyeri
Pola nafas
Tidak efektif

f. Pemeriksaan diagnostic
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik,
umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya;
pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk
pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi
untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
g. Penatalaksanaan
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya
infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari
Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian
obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita
yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian
erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya
diberikan adalah Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal
jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet
bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi.
Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik
untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi
surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih
terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan
follow up jangka panjang.

h. Prognosis
Prognosis demam rematik tergantung pada stadium saat diagnosis ditegakkan,
umur, ada tidaknya dan luasnya kelainan jantung, pengobatan yang diberikan,
serta jumlah serangan sebelumnya. Prognosis pada umumnya buruk pada
penderita dengan karditis pada masa kanak-kanak. Serangan ulang dalam waktu 5
tahun pertama dapat dialami oleh sekitar 20% penderita dan kekambuhan semakin
jarang terjadi setelah usia 21 tahun.

PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Maret 2009, pkl 07.30 wita, dengan sumber data
dari pasien, keluarga, dan catatan medik.

1. Identitas
Pasien Penanggung jawab

Nama AN JK
Umur 10 tahun 48 tahun
Jenis kelamin perempuan Laki-laki
Pendidikan SD SLTA
Pekerjaan Siswa pegawai swasta
Agama Hindu Hindu
Status belum kawin kawin
Suku bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Alamat Jalan Imam Bonjol 338X Jalan Imam Bonjol 338X
Dps Dps
Hubungan dengan pasien Ayah kandung

2. Keluhan Utama
Saat MRS (Masuk Rumah Sakit) : Pasien mengatakan demam dan nyeri sendi dan
nyeri bertambah saat sendi digerakkan

3. Riwayat penyakit
berdasarkan riwayat kesehatan dari ibunya, anak mengalami nyeri di tenggorokan sekitar
sebulan yang lalu dan sembuh sendiri sehingga pemeriksaan diarahkan pada
kemungkinan demam rematik.

4. Data Biopsikososial-spiritual
a. Oksigen
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas baik
inspirasi maupun ekspirasi.
Saat pengkajian pasien mengatakan bahwa ia sulit bernafas dan pola
nafasnya tidak teratur.

b. Nutrisi
Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk,
sayur, kadang-kadang buah. Pasien minum 6-8 gelas sehari air putih
(1200 cc 1600 cc).
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan merasa mual, tidak nafsu makan,
makanan hanya habis 1/4 porsi. Pasien hanya makan 2 kali sehari. Pasien
mengatakan minum air putih 3-5 gelas sehari (600 cc 1000 cc)

c. Eliminasi (BAB / BAK)


Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari di kamar mandi dengan
konsistensi lembek berwarna kuning, bau khas faeses. Pasien BAK 5-6
kali sehari (1100 cc 1300 cc), bau pesing, warna kuning.
Saat pengkajian pasien mengatakan BAB 1 kali sehari di kamar mandi
dengan konsistensi lembek berwarna kuning, bau khas faeses. Pasien BAK
5-6 kali sehari (1100 cc 1300 cc), bau pesing, warna kuning.

d. Gerak daan aktifitas


Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktivitas seperti biasa (sekolah,
dan bermain).
Saat pengkajian pasien mengatakan merasa nyeri yang sangat hebat
sehingga menolak untuk disentuh. Pasien mengeluh nyeri pada sekitar
umbilical sampai ke area diafragma,pasien tampak meringis akibat nyeri,
tampak lesu, dan tidak bergairah.

e. Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit pasien biasa tidur 8 jam sehari yaitu dari pukul 22.00-
06.00 wita. Pasien tidak biasa tidur siang.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan pasien megalami susah tidur
akibat nyeri yang dirasakan. Pasien terbangun tiap 2 jam sekali.
f. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami peningkatan suhu
tubuh.
Saat pengkajian pasien mengalami peningkatan suhu tubuh. Pasien tampak
menggigil.
g. Rasa Nyaman
Pasien mengeluh merasa nyeri yang sangat hebat sehingga menolak untuk
disentuh. Pasien mengeluh nyeri pada sekitar umbilical sampai ke area
diafragma,sendi pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut, sikut yang
muncul bergantian, pasien tampak meringis.
h. Kebersihan Diri
Pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dengan sabun dan
dikeringkan dengan handuk, mencuci rambut 2 kali seminggu, gosok gigi
2 kali sehari, pasien mengganti pakaian 1 kali sehari, pasien mengatakan
memotong kuku apabila panjang.
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa ke kamar mandi sendiri dan
memakai pakaian sendiri, pasien mengatakan susah keramas dan
menggosok gigi sehingga membutuhkan bantuan orang lain.

i. Rasa Aman
Pasien mengatakan merasa aman di Rumah sakit karena ada keluarga dan
petugas yang siap membantunya.
j. Sosialisasi
Hubungan pasien dengan petugas baik, dengan keluarga baik,
berkomunikasi inter dan antar keluarga baik.

k. Melaksanakan ibadah
Pasien beragama Hindu. Pasien sering berdoa.Pasien mengatakan
penyakitnya bukan disebabkan oleh ilmu hitam. Pasien yakin penyakitnya
karena masalah kesehatan.

l. Rekreasi
Pasien mengatakan memiliki hobi bermain bersama teman sebayanya.

m. Prestasi
Pasien mengatakan memiliki prestasi sebagai peringkat 10 besar di
kelasnya..

n. Belajar
Pasien mengatakan tidak memahami mengenai pencegahan penyakitnya,
perawatan dan tindakan yang harus dilakukan, pasien tampak bertanya
pencegahan, perawatan dan pengobatannya.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran compos mentis, bangun tubuh sedang, postur
tubuh tegak, turgor kulit menurun, warna kulit sawo matang, BB 23 kg,
TB 127cm.
b. Gejala kardinal 385 0C, nadi 55 kali/menit, respirasi 35 kali/menit, tekanan
darah 90/55 mmHg
c. Keadaan fisik
1) Kepala
Bentuk normochepali, warna rambut hitam, keriting, tidak ada
ketombe, nyeri tekan ada.
2) Wajah
Bentuk simetris, ada pembengkakan di bagian mata.
3) Mata
Konjungtiva palbebra merah muda +/+, sklera putih +/+, kornea
bening, reflek pupil +/+, pergerakan bola mata baik.
4) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada serumen
5) Hidung
Bentuk simetris, ada pernapasan cuping hidung, mukosa hidung
merah muda, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, kebersihan
cukup.
6) Gigi dan Mulut
Mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries tidak ada, gusi pucat,
kebersihan gigi cukup.
7) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, serta tidak ada bendungan
vena jugularis.
8) Thorax
Bentuk simetris, gerakan simetris, frekuensi nafas 35 kali/menit,
ada nyeri tekan.bunyi jantung melemah, terdengar murmur mid-
diastolik pada daerah apeks.
9) Abdomen
Bentuk simetris, ada nyeri tekan.
10) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.
Bawah : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.
Kekuatan otot 222 222
222 222

6. Pemeriksaan diagnostik
1) Friction rub (+)
2) Pemeriksaan EKG
Terdapat P-R interval 0,24 mm
3) Pemeriksaan darah
LED : 20/35
CRP : (+)
ASTO : 350 Tood Unit
Leukosit : 27000

DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. Analisis Data
No Hari / Data Standar Masalah
tanggal Keperawatan
Waktu
1 30 Juli 2004 DS : - DS : - Hypertermi
Pk 07.30 wita DO : DO :
Suhu tubuh pasien Suhu tubuh
meningkat yaitu : 38,5 pasien normal
C (36,7 0,5 ) C
Pasien tampak Pasien tidak
menggigil. menggigil
2 30 Juli 2004 DS : DS : Penurunan
Pk 07.30 wita Ibu pasien mengatakan pasien tidak Curah Jantung
pasien mudah lelah dan mudah lelah
tidak bergairah Pasien tidak
Pasien mengeluh sesak sesak napas
napas
DO : DO :
Tekanan darah menurun Tekanan darah
90/55 mmHg normal yaitu
Nadi menurun 55 kali 110/65 kali
permenit permenit
Pasien tampak pucat Nadi normal 75-
Ada sianosis 100 kali

Ada edema permenit


Tidak ada
sianosis
Tidak ada edema
3 30 Juli 2004 DS : DS : Pola nafas tidak
Pk 07.30 wita Pasien mengeluh sesak Pasien tidak efektif
nafas sesak nafas
DO : DO :
Frekuensi pernapasan 35 Frekuensi
kali permenit. pernapasan
normal 20-30
kali permenit
4 30 Juli 2004 DS : DS : Gangguan rasa
pk 07.30 wita Pasien mengeluh nyeri Tidak ada nyeri nyaman
pada bagian persendian, DO :
sekitar umbilical sampai Pasien tidak
ke area diafragma meringis
sehingga menolak untuk
disentuh
DO :
pasien tampak meringis
5 30 Juli 2004 DS : DS : Intoleransi
pk 07.30 wita ibu pasien mengatakan Pasien tidak aktivitas
pasien mudah lelah dan mudah lelah
tidak bergairah Pasien tidak
Pasien mengeluh nyeri nyeri
pada bagian persendian, DO :
sekitar umbilical sampai Pasien tidak
ke area diafragma meringis
sehingga menolak untuk Pasien tidak
disentuh lemas
DO : Pasien tidak
Pasien tampak meringis pucat
Pasien tampak lemas
Pasien tampak pucat
6. 30 Juli 2004 DS : DS : Gangguan
pk 07.30 wita Pasien mengeluh nyeri Pasien tidak perfusi jaringan
pada bagian persendian, merasa nyeri
sekitar umbilical sampai DO :
ke area diafragma Tidak ada
sehingga menolak untuk sianosis
disentuh Pasien tidak
DO : pucat
Ada sianosis Tidak ada edema
Pasien terlihat pucat
Ada edema

II. Analisa Masalah


1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat
infeksi penyakit.
Gangguan saaraf pusat (kejang)

Hypertermi

kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit

suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 C, pasien tampak menggigil

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myokardium.

Sesak nafas

Penurunan curah jantung

disfungsi myokardium

pasien mudah lelah dan tidak bergairah, Tekanan darah menurun 90/55 mmHg, nadi
menurun 55 kali permenit, pasien tampak pucat, ada sianosis, pasien mengeluh sesak
napas, ada edema

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen


menuju paru-paru

Kerusakan Neurovaskuler

Pola nafas tidak efektif

Ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru

pasien sesak nafas, frekuensi pernapasan 35 kali permenit


4. Gangguan Rasa Nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam
laktat pada sendi
Shock dan stres

Gangguan Rasa Nyaman (nyeri)

penimbunan asam laktat pada sendi

Pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma
sehingga menolak untuk disentuh, serta pasien tampak meringis

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu


tidak bisa beraktivitas secara mandiri

Intoleransi aktivitas
metabolisme basal terganggu

pasien mudah lelah dan tidak bergairah, pasien mengeluh nyeri pada bagian
persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk
disentuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemas, dan pasien tampak
pucat.

6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah


sekunder akibat inflamasi
Sianosis

Gangguan perfusi jaringan

gangguan aliran darah sekunder akibat inflamasi

pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma
sehingga menolak untuk disentuh, ada sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema
III. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi
penyakit ditandai dengan suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 C, pasien
tampak menggigil.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myokardium ditandai
dengan, pasien mudah lelah dan tidak bergairah, Tekanan darah menurun 90/55
mmHg, nadi menurun 55 kali permenit, pasien tampak pucat, ada sianosis, Pasien
mengeluh sesak napas, ada edema.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju
paru-paru ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, frekuensi pernapasan 35
kali permenit.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat
pada sendi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian,
sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh,
serta pasien tampak meringis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu ditandai
dengan pasien mudah lelah dan tidak bergairah, pasien mengeluh nyeri pada
bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak
untuk disentuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemas, dan pasien tampak
pucat.
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat inflamasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian,
sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh, ada
sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema.

PERENCANAAN

I. Menyusun Prioritas
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat inflamasi.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju
paru-paru.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myokardium.
4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi
penyakit.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal.
6. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat
pada sendi.

II. Rencana Keperawatan


Hari
Diagnosa Tujuan /
No. Tanggal/ Intervensi Rasional
keperawatan Out come
waktu
1 31 Juli Gangguan Setelah Mandiri Mandiri
2004 pk. perfusi jaringan diberikan - Selidiki - Perfusi serebral
07.30 berhubungan askep perubahan tiba- secara langsung
wita dengan selama tiba atau sehubungan
gangguan aliran 3x24 jam gangguan mental dengan curah
darah sekunder diharapkan kontinyu, jantung dan juga
akibat inflamasi tidak ada contoh: cemas, dipengaruhi oleh
ditandai dengan gangguan bingung, letargi, elektrolit atau
pasien mengeluh perfusi pingsan. variasi asam basa,
nyeri pada jaringan hipoksia, atau
bagian dengan out emboli sistemik.
persendian, come : - Vasokontriksi
sekitar umbilical Pasien sistemik
sampai ke area tidak - Lihat pucat, diakibatkan oleh
diafragma merasa sianosis, belang, penurunan curah
sehingga nyeri kulit dingin atau jantung mungkin
menolak untuk Tidak ada lembab. Catat dibuktikan oleh
disentuh, ada sianosis kekuatan nadi penurunan perfusi
sianosis, pasien Pasien perifer. kulit dan
terlihat pucat, tidak penurunan nadi.
ada edema. pucat - Indikator
Tidak ada trombosis vena
edema - Kaji tanda dalam.
edema. - Pompa jantung
gagal dapat
mencetuskan
- Pantau distress
pernapasan, catat pernapasan.
kerja pernapasan. Namun dispnea
tiba-tiba atau
berlanjut
menunjukkkan
komplikasi
tromboemboli
paru.
Kolaborasi
- Indikator
perfusi atau
Kolaborasi fungsi organ.
- Pantau data
laboratorium,
contoh:
GDA, BUN,
creatinin, dan
elektrolit.
-
2. 31 Juli Pola nafas tidak Setelah Mandiri Mandiri
2004 pk efektif diberikan -Evaluasi - Respon pasien
10.00 berhubungan askep frekuensi bervariasi.
wita dengan selama pernapasan dan Kecepatan dan
ketidakadekuatan 2x24 jam kedalaman. Catat upaya mungkin
oksigen menuju diharapkan upaya meningkat karena
paru-paru pola nafas pernapasan, nyeri, takut,
ditandai dengan efektif contoh adanya demam,
pasien mengeluh dengan out dispnea, penurunan
sesak nafas, come : penggunaan obat volume sirkulasi
frekuensi Pasien bantu napas, (kehilangan darah
pernapasan 35 tidak pelebaran nasal. atau cairan),
kali permenit sesak akumulasi secret,
nafas hipoksia atau
Frekuensi distensi gaster.
pernapasa Penekanan
n normal pernapasan
20-30 (penurunan
kali kecepatan) dapat
permenit terjadi dari
penggunaan
analgesic
berlebihan.
Pengenalan dini
dan pengobatan
ventilasi abnormal
dapat mencegah
komplikasi.
- Auskultasi bunyi
- Auskultasi napas. Catat area
bunyi napas. yang menurun
Catat area yang atau tidak adanya
menurun atau bunyi napas dan
tidak adanya adanya bunyi
bunyi napas dan napas tambahan,
adanya bunyi contoh krekels
napas tambahan, atau ronki.
contoh krekels
atau ronki Kolaborasi
Kolaborasi - Reekspansi paru
- Bantu dalam dengan pelepasan
pemasangan akumulasi darah
kembali selang atau udara dari
dada atau tekanan negative
torakosentesis pleural.
bila diindikasikan
3 31 Juli Penurunan curah Setelah Catat status Berguna dalam
2004 pk jantung diberikan nutrisi pasien menentukan
11.15 berhubungan askep pada penerimaan, derajat/luasnya
wita dengan disfungsi selama catat turgor masalah dan
myokardium 3x24 jam kulit, berat pilihan intervensi
ditandai dengan, diharapkan badan, integritas yang tepat.
pasien mudah curah mukosa oral,
lelah dan tidak jantung riwayat mual,
bergairah, normal. muntah atau
Tekanan darah Dengan out diare. Berguna dalam
menurun 90/55 come : Awasi berat mengukur
mmHg, nadi pasien badan secara keefektifan
menurun 55 kali tidak periodik nutrisi.
permenit, pasien mudah Menurunkan
tampak pucat, lelah Berikan rasa tak enak
ada sianosis, Pasien perawatan karena sisa
Pasien mengeluh tidak mulut sebelum sputum atau
sesak napas, ada sesak dan sesudah obat untuk
edema. napas tindakan pengobatan
Tekanan pernapasan respirasi yang
darah merangsang
normal pusat muntah
yaitu Memaksimalkan
110/65 Dorong masukan nutrisi
kali makanan tanpa
permenit sedikit dan kelemahan yang
Nadi sering dengan tak perlu/
normal makanan tinggi kebutuhan
75-100 protein dan energi dari
kali karbohidrat makan makanan
permenit banyak dan
Tidak ada menurunkan
sianosis iritasi gaster.
Tidak ada Membuat
edema Dorong orang lingkungan
terdekat untuk sosial lebih
membawa normal selama
makanan dari makan dan
rumah untuk mmembantu
membagi memenuhi
dengan pasien kebutuhan
personal dan
sosial.
4. 31 Juli Hypertermi Setelah Mandiri Mandiri
2004 pk berhubungan diberikan - Pantau suhu - Suhu 38,9 o
14.30 dengan askep pasien (derajat 41,1 o C
wita kerusakan selama dan pola) menunjukan
kontrol suhu 1x24 jam perhatikan proses penyakit
sekunder akibat diharapkan menggigil atau infeksius akut.
infeksi penyakit suhu tubuh diaforesis. Pola demam dapat
ditandai dengan kembali - Berikan membantu dalam
suhu tubuh normal kompres mandi diagnosis ; misal
pasien dengan out hangat ; hindari kurva demam
meningkat yaitu : come : penggunan lanjut berakhir
38,5 C, pasien Suhu alcohol. lebih dari 24 jam
tampak tubuh Kolaborasi menunjukkan
menggigil pasien - Berikan pneumonia
normal antipirektik, pnuemokokal,
(36,7 misalnya : ASA demam scarlet
0,5 ) C (aspirin), atau tifoit ;
Pasien asetaminofen demam remiten
tidak (Tylenol). (bervariasi hanya
menggigi beberapa derajat
l pada arah
tertentu)
menunjukan
infeksi paru ;
kurva intermiten
atau demam yang
kembali normal
sekali dalam
periode 24 jam
menunjukan
episode septic,
endokarditis
septic, atau TB.
Menggigil sering
mendahului
puncak suhu.
Catatan :
penggunaan
antipirektik
mengubah pola
demam dan dapat
dibatasi sampai
diagnosis dibuat
atau bila demam
tetap lebih besar
dari 38,9 o C.
- Dapat
membantu
mengurangi
demam. Catatan :
penggunaan air es
atau alcohol
mungkin
menyebabkan
kedinginan,
peningkatan suhu
secara actual.
Selain itu, alcohol
dapat
mengeringkan
kulit.
- Digunakan
untuk mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme, dan
meningkatkan
outodestruksi dari
sel-sel yang
terinfeksi.
5.. 31 Juli Intoleransi Setelah Kaji Belajar
2004 pk aktivitas diberikan kemampuan tergantung pada
14.30 berhubungan askep pasien untuk emosi dan
wita dengan selama belajar. kesiapan fisik
metabolisme 2x24 jam, dan
basal terganggu diharapkan ditingkatkan
ditandai dengan pasien pada tahapan
pasien mudah dapat individu.
lelah dan tidak melakukan Berikan Penjelasan yang
bergairah, pasien aktivitas penjelasan/ diberikan
mengeluh nyeri dengan pengetahuan kepada pasien
pada bagian mandiri kepada pasien akan dapat
persendian, dengan out mengenai membantu
sekitar umbilical come : penyakitnya pasien
sampai ke area Pasien memahami
diafragma tidak bagaimana
sehingga mudah pencegahan
menolak untuk lelah penyakitnya,
disentuh, pasien Pasien perawatan dan
tampak meringis, tidak tindakan yang
pasien tampak nyeri harus dilakukan
lemas, dan Pasien
pasien tampak tidak
pucat. meringis
Pasien
tidak
lemas
Pasien
tidak
pucat
6. Gangguan rasa Setelah
nyaman (nyeri) diberikan
berhubungan askep
dengan selama
penimbunan 2x24 jam,
asam laktat pada diharapkan
sendi ditandai pasien
dengan Pasien merasa
mengeluh nyeri nyaman
pada bagian dengan out
persendian, come :
sekitar umbilical Tidak ada
sampai ke area nyeri
diafragma Pasien
sehingga tidak
menolak untuk meringis
disentuh, serta
pasien tampak
meringis.

Anda mungkin juga menyukai