Askep RHD
Askep RHD
Askep RHD
a. Pengertian
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung
yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis
katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).
b. Etiologi / penyebab
Penyakit Rheumatic Heart Disease terjadi setelah terinfeksi bakteri streptoccus
beta hemolyticus grup A
c. Epidemiologi
Prevalensi penyakit jantung rematik yang diperoleh dan penelitian WHOmulai
tahun 1984 di 16 negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur
tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 % dari jumlah
penduduk keseluruhan, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 %.
pada tahun 1990-an berkisar Dari suatu penelitian yang dilakukan di India Selatan
diperoleh prevalensi sebesar 4,9 %, sementara angka yang didapatkan di Thailand
sebesar 1,2 sampai 2,1 %.Prevalensi jantung rematik di Indonesia menunjukkan
bahwa Prevalensi penyakit jantung rematik berkisar 0,3 sampai 0,8 % setiap
tahunnya. Di AS setiap tahun dilaporkan sekitar 10.000 15.000 penderita dengan
jantung rematik
Akut Kronik
Inflamasi
Substansi
pengangkut O2 Kekurangan O2 Kekurangan O2
berkurang terjadi
sianosis
Metabolisme basal
Gangguan terganggu
perfusi
jaringan
Energi yang terbentuk
O2 menuju Metabolisme anaerob berkerang
paru-paru
berkurang Kelelahan
f. Pemeriksaan diagnostic
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik,
umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya;
pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk
pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi
untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
g. Penatalaksanaan
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya
infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari
Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian
obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita
yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian
erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya
diberikan adalah Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal
jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet
bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi.
Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik
untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi
surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih
terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan
follow up jangka panjang.
h. Prognosis
Prognosis demam rematik tergantung pada stadium saat diagnosis ditegakkan,
umur, ada tidaknya dan luasnya kelainan jantung, pengobatan yang diberikan,
serta jumlah serangan sebelumnya. Prognosis pada umumnya buruk pada
penderita dengan karditis pada masa kanak-kanak. Serangan ulang dalam waktu 5
tahun pertama dapat dialami oleh sekitar 20% penderita dan kekambuhan semakin
jarang terjadi setelah usia 21 tahun.
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Maret 2009, pkl 07.30 wita, dengan sumber data
dari pasien, keluarga, dan catatan medik.
1. Identitas
Pasien Penanggung jawab
Nama AN JK
Umur 10 tahun 48 tahun
Jenis kelamin perempuan Laki-laki
Pendidikan SD SLTA
Pekerjaan Siswa pegawai swasta
Agama Hindu Hindu
Status belum kawin kawin
Suku bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Alamat Jalan Imam Bonjol 338X Jalan Imam Bonjol 338X
Dps Dps
Hubungan dengan pasien Ayah kandung
2. Keluhan Utama
Saat MRS (Masuk Rumah Sakit) : Pasien mengatakan demam dan nyeri sendi dan
nyeri bertambah saat sendi digerakkan
3. Riwayat penyakit
berdasarkan riwayat kesehatan dari ibunya, anak mengalami nyeri di tenggorokan sekitar
sebulan yang lalu dan sembuh sendiri sehingga pemeriksaan diarahkan pada
kemungkinan demam rematik.
4. Data Biopsikososial-spiritual
a. Oksigen
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas baik
inspirasi maupun ekspirasi.
Saat pengkajian pasien mengatakan bahwa ia sulit bernafas dan pola
nafasnya tidak teratur.
b. Nutrisi
Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk,
sayur, kadang-kadang buah. Pasien minum 6-8 gelas sehari air putih
(1200 cc 1600 cc).
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan merasa mual, tidak nafsu makan,
makanan hanya habis 1/4 porsi. Pasien hanya makan 2 kali sehari. Pasien
mengatakan minum air putih 3-5 gelas sehari (600 cc 1000 cc)
i. Rasa Aman
Pasien mengatakan merasa aman di Rumah sakit karena ada keluarga dan
petugas yang siap membantunya.
j. Sosialisasi
Hubungan pasien dengan petugas baik, dengan keluarga baik,
berkomunikasi inter dan antar keluarga baik.
k. Melaksanakan ibadah
Pasien beragama Hindu. Pasien sering berdoa.Pasien mengatakan
penyakitnya bukan disebabkan oleh ilmu hitam. Pasien yakin penyakitnya
karena masalah kesehatan.
l. Rekreasi
Pasien mengatakan memiliki hobi bermain bersama teman sebayanya.
m. Prestasi
Pasien mengatakan memiliki prestasi sebagai peringkat 10 besar di
kelasnya..
n. Belajar
Pasien mengatakan tidak memahami mengenai pencegahan penyakitnya,
perawatan dan tindakan yang harus dilakukan, pasien tampak bertanya
pencegahan, perawatan dan pengobatannya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran compos mentis, bangun tubuh sedang, postur
tubuh tegak, turgor kulit menurun, warna kulit sawo matang, BB 23 kg,
TB 127cm.
b. Gejala kardinal 385 0C, nadi 55 kali/menit, respirasi 35 kali/menit, tekanan
darah 90/55 mmHg
c. Keadaan fisik
1) Kepala
Bentuk normochepali, warna rambut hitam, keriting, tidak ada
ketombe, nyeri tekan ada.
2) Wajah
Bentuk simetris, ada pembengkakan di bagian mata.
3) Mata
Konjungtiva palbebra merah muda +/+, sklera putih +/+, kornea
bening, reflek pupil +/+, pergerakan bola mata baik.
4) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada serumen
5) Hidung
Bentuk simetris, ada pernapasan cuping hidung, mukosa hidung
merah muda, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, kebersihan
cukup.
6) Gigi dan Mulut
Mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries tidak ada, gusi pucat,
kebersihan gigi cukup.
7) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, serta tidak ada bendungan
vena jugularis.
8) Thorax
Bentuk simetris, gerakan simetris, frekuensi nafas 35 kali/menit,
ada nyeri tekan.bunyi jantung melemah, terdengar murmur mid-
diastolik pada daerah apeks.
9) Abdomen
Bentuk simetris, ada nyeri tekan.
10) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.
Bawah : bentuk simetris, ada sianosis, edema ada.
Kekuatan otot 222 222
222 222
6. Pemeriksaan diagnostik
1) Friction rub (+)
2) Pemeriksaan EKG
Terdapat P-R interval 0,24 mm
3) Pemeriksaan darah
LED : 20/35
CRP : (+)
ASTO : 350 Tood Unit
Leukosit : 27000
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Analisis Data
No Hari / Data Standar Masalah
tanggal Keperawatan
Waktu
1 30 Juli 2004 DS : - DS : - Hypertermi
Pk 07.30 wita DO : DO :
Suhu tubuh pasien Suhu tubuh
meningkat yaitu : 38,5 pasien normal
C (36,7 0,5 ) C
Pasien tampak Pasien tidak
menggigil. menggigil
2 30 Juli 2004 DS : DS : Penurunan
Pk 07.30 wita Ibu pasien mengatakan pasien tidak Curah Jantung
pasien mudah lelah dan mudah lelah
tidak bergairah Pasien tidak
Pasien mengeluh sesak sesak napas
napas
DO : DO :
Tekanan darah menurun Tekanan darah
90/55 mmHg normal yaitu
Nadi menurun 55 kali 110/65 kali
permenit permenit
Pasien tampak pucat Nadi normal 75-
Ada sianosis 100 kali
Hypertermi
Sesak nafas
disfungsi myokardium
pasien mudah lelah dan tidak bergairah, Tekanan darah menurun 90/55 mmHg, nadi
menurun 55 kali permenit, pasien tampak pucat, ada sianosis, pasien mengeluh sesak
napas, ada edema
Kerusakan Neurovaskuler
Pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma
sehingga menolak untuk disentuh, serta pasien tampak meringis
Intoleransi aktivitas
metabolisme basal terganggu
pasien mudah lelah dan tidak bergairah, pasien mengeluh nyeri pada bagian
persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk
disentuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemas, dan pasien tampak
pucat.
pasien nyeri pada bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma
sehingga menolak untuk disentuh, ada sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema
III. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi
penyakit ditandai dengan suhu tubuh pasien meningkat yaitu : 38,5 C, pasien
tampak menggigil.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myokardium ditandai
dengan, pasien mudah lelah dan tidak bergairah, Tekanan darah menurun 90/55
mmHg, nadi menurun 55 kali permenit, pasien tampak pucat, ada sianosis, Pasien
mengeluh sesak napas, ada edema.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju
paru-paru ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, frekuensi pernapasan 35
kali permenit.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat
pada sendi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian,
sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh,
serta pasien tampak meringis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu ditandai
dengan pasien mudah lelah dan tidak bergairah, pasien mengeluh nyeri pada
bagian persendian, sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak
untuk disentuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemas, dan pasien tampak
pucat.
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat inflamasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian persendian,
sekitar umbilical sampai ke area diafragma sehingga menolak untuk disentuh, ada
sianosis, pasien terlihat pucat, ada edema.
PERENCANAAN
I. Menyusun Prioritas
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat inflamasi.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju
paru-paru.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myokardium.
4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi
penyakit.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal.
6. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat
pada sendi.