Reaktor Membran m1b114003

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK REAKTOR KIMIA

Membran Reaktor

RESUME

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Reaktor Kimia


Pada Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Jambi

DISUSUN OLEH :
Novia Mia Yuhermita (M1B114003)

DOSEN PEMBIMBING :
NAZARUDIN, S.Si., M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JAMBI
2017
REAKTOR MEMBRAN

Reaktor membran merupakan Plug Flow Reactor dengan tambahan silinder dari
material berpori di dalamnya, semacam tabung dengan shell dari shell-and-tube heat
exchanger. Silinder berpori-pori di dalamnya adalah membran yang memberikan nama
reaktor ini.

Gambar 1. Skematik Membran Reaktor dan penjelasannya

Membrane berfungsi layaknya penghalang yang hanya memperbolehkan beberapa


komponen melewatinya. Selektivitas dari membran dikendalikan oleh diameter pori-
porinya, dimana bisa merupakan orde dari Angstroms untuk lapisan mikropori, atau orde
mikron untuk lapisan makropori.
Reaktor membran menggabungkan reaksi dengan separasi untuk meningkatkan
konversinya. Salah satu produk yang dijelaskan oleh reaksi dikeluarkan dari reaktor
melaluimembran, memaksa kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan (sesuai dengan asas
Le Chatelier), sehingga akan lebih banyak produk yang terbentuk. Reaktor membran biasa
digunakan pada reaksi dehidrogenasi, dimana hanya terdapat satu produk yang cukup kecil
untuk melewati membran. Kenaikan konversi dari reaksi, membuat proses menjadi lebih
ekonomis.
Reaktor membran umum digunakan ketika reaksi yang terjadi melibatkan beberapa
bentuk katalis, dan terdapat dua tipe utama dari reaktor membran : Inert membrane reactor
dan catalytic membrane reactor. Inert membrane reactor memperbolehkan aliran pelet
katalis untuk mengalir bersama dengan reaktan pada sisi umpan. Biasa dikenal dengan
IMRCF, yang memiliki kepanjangan untuk Inert Membrane Reactor with Catalyst on the
Feed Side. Untuk membran reaktor jenis ini, membran tidak berpartisipasi secara langsung
dalam reaksi, membran hanya bertindak sebagai penghalang dari reaktan dan beberapa
produk. Catalytic Membrane Reactor (CMR) memiliki membran yang bisa telah dilapisi
dengan katalis atau terbuat dari material yang mengandung katalis, dimana berarti
membran bertindak juga di dalam reaksi. Beberapa produk reaksi melewati membran dan
keluar dari reaktor menuju sisi permeat.
Reaktor membran adalah sistem reaktor baru yang mengkombinasikan pemisahan
dengan membran dan reaksi kimia. Reaktor membran memiliki dua tipe, yaitu reaktor
membran packed-bed dan reaktor membran katalitik. Reaktor membran dengan katalis
packed-bed memiliki area pemisahan yang terpisah dari area reaksi, sedangkan pada
reaktor membran katalitik, reaksi dan pemisahan terjadi secara simultan. Membran dalam
reaktor ini merupakan penghalang yang hanya dapat melewatkan komponen tertentu.
Selektivitas pada membran ini dikontrol oleh ukuran diameter pori membran.
Pada reaktor membran, kombinasi reaksi dan pemisahan dilakukan untuk meningkatkan
konversi. Salah satu produk hasil reaksi dipisahkan dari reaktor melalui membran. Hal ini
akan menyebabkan kesetimbangan reaksi bergerak ke kanan (menurut Prinsip Le
Chatelier), sehingga produk yang dihasilkan semakin banyak.
Membran reaktor banyak digunakan pada reaksi dehidrogenasi (misalnya reaksi
dehidrogenasi etana). Pada reaksi ini, hanya salah satu produk, yaitu hidrogen, yang cukup
kecil sehingga dapat melewati membran. Hasilnya, desain yang lebih padat dan konversi
yang semakin tinggi membuat reaktor tipe ini menunjukkan proses yang lebih efisien.
Pemisahan produk akan meningkatkan waktu tinggal untuk volume reaktor yang
digunakan sehingga membawa reaksi yang terbatas pada kesetimbangan semakin
mendekati penyelesaian reaksi.
Keuntungan yang lebih jauh lagi, reaktor membran dapat meningkatkan rentang
temperatur dan tekanan yang diperbolehkan untuk reaksi. Reaktor membran secara
fundamental mengubah ketergantungan konversi reaksi dekomposisi fasa gas terhadap
tekanan sehingga reaksi lebih disukai jika dilakukan pada tekanan tinggi daripada tekanan
rendah. Kondisi tekanan tinggi akan membutuhkan ukuran reaktor yang lebih kecil dan
pemurnian yang lebih efisien. Reaktor membran juga berguna bagi reaksi endotermik dan
eksotermik yang berurut, dengan menggunakan ekstraksi produk untuk meningkatkan
perpindahan panas. Hasilnya adalah reaktor yang lebih kecil, biaya yang lebih rendah, dan
reaksi samping yang lebih sedikit.
Salah satu penerapan reaktor membran adalah reaksi reforming metanol yang dapat
digunakan sebagai sumber hidrogen untuk fuel cell. Reaksi yang terjadi adalah:
CH3OH + H2O 3 H2 + CO2
Reaksi ini dapat dimodelkan oleh dua tahap reaksi: reaksi perengkahan endotermik
irreversible, dimana satu mol metanol dikonversi menjadi tiga mol produk:
CH3OH 2H2 + CO
dan diikuti oleh water gas shift reaction,
CO + H2O H2 + CO2
yang merupakan reaksi eksotermik dan terbatas pada kesetimbangan.
Kedua reaksi ini biasanya dilakukan pada reaktor aliran sumbat menggunakan katalis
tembaga-seng oksida dan diikuti oleh reaksi pemurnian, yaitu oksidasi parsial untuk
memisahkan CO yang tak bereaksi. Tanpa reaktor membran, persyaratan kondisi
pemanasan dan tekanan pada proses ini menjadi sulit, karena memerlukan reaktor yang
besar dan daerah pemanasan yang signifikan. Jika mungkin, reaksi 2 akan berlangsung
pada tekanan dan temperatur tinggi untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan
penggunaan katalis. Selain itu, karena reaksi ini sangat endotermik, temperatur yang
digunakan harus sangat tinggi dan panas harus diberikan sepanjang reaktor.
Membran reaktor memiliki beberapa keunggulan dibandingkan reaktor konvensional,
diantaranya:
1. Integrasi proses reaksi dan pemisahan dalam satu tahap, sehingga akan menurunkan
biaya pemisahan dan daur ulang reaktan yang tidak bereaksi.
2. Peningkatan perolehan selama satu kali proses pada reaksi yang terbatas karena
kondisi termodinamika atau hambatan produk.
3. Pengaturan kontak reaktan yang saling tidak larut.
4. Pemisahan produk samping hasil reaksi secara simultan.
5. Tidak terdapat air limbah karena tidak digunakan air.
6. Membran reaktor dapat digunakan untuk berbagai macam bahan baku dengan kondisi
operasi yang hampir sama.

Aplikasi Reaktor Membran

1. Pengolahan Air dan Limbah dengan Reaktor Membran Fotokatalitik


Teknologi membran telah lama dikenal dalam dunia industri, umumnya digunakan
sebagai media pemisahan. Industri yang banyak menggunakan membran antara lain
industri farmasi, kimia, petrokimia, pengolahan air dan limbah, desalinasi air, serta industri
pemisahan gas. Reaktor membran fotokatalitik adalah teknologi hybrid berbasis membran
yang menggabungkan reaksi fotokatalisis dengan membran. Dalam reaktor membran
fotokatalitik, membran berperan sebagai pemisahan katalis dan produk yang telah
didegradasi. Makalah ini berisi paparan mengenai reaktor membran fotokatalitik pada
pengolahan air dan limbah. Terdapat paparan umum mengenai proses membran, teknik
membran, serta kegunaan membran pada industri.
Membran telah lama dikenal di dunia industri berawal pada 1960an. Studi
mengenai membran tercatat pada abad ke 18. Pada industri umumnya menggunakan
membran sebagai media pemisahan. Industri yang banyak menggunakan membran antara
lain industri farmasi, kimia, petrokimia, pengolahan air dan limbah, desalinasi air, serta
industri pemisahan gas. Membran polimerik hidrofobik telah banyak digunakan secara
komersial pada proses pengolahan air dan limbah. Dalam industri, membran biasanya
terpasang pada reaktor.
Reaktor membran fotokatalitik mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
fotoreaktor konvensioanal yaitu :
1. membran dapat membatasi pemakaian fotokatalis,
2. waktu tinggal molekul dalam reaktor dapat diukur,
3. pemisahan katalis dan produk dapat dilakukan secara simultan pada proses kontinu,
4. tidak perlu adanya proses tambahan untuk memisahkan katalis,
5. mengurangi biaya energi yang diperlukan dan ukuran instalasi, serta
6. fotokatalisis dapat didaur ulang untuk pemakaian lanjutan.
Salah satu cara pemisahan yang paling banyak digunakan dalam industri adalah
melalui proses membran. Industri yang banyak menggunakan pemisahan melalui membran
antara lain industri makanan, kimia, farmasi, kosmetik, petrokimia, desalinasi air,
pengolahan air dan limbah air serta industri elektronik. Pemisahan melaui membran
memiliki keuntungan antara lain;
a. Konsumsi energi dan kimia yang rendah.
b. Operasi yang dapat dikendalikan dengan otomatis dan tunak pada proses kontinu.
c. Biaya pemeliharaan yang rendah.
d. Dapat memproduksi air dengan kualitas baik
Proses berbasis membran dapat dibedakan berdasarkan gaya dorongya seperti
perbedaan tekanan, konsentrasi, temperature, dan elektrik. Proses membran berdasarkan
perbedaaan tekanan: Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, Nanofiltrasi, dan Reverse osmosis. Proses
membran berdasarkan perbedaaan konsentrasi: Pervaporasi, Membran cair, Dialisis, dan
Pemisahan gas. Proses membran berdasarkan perbedaaan temperatur: Termodialisis dan
Membran distilasi. Proses membran berdasarkan perbedaaan elektrik: Elektrodialisis dan
Elektrodionisasi.
Proses pemisahan dengan membran dapat dilakukan dengan sistem aliran buntu atau
sistem aliran silang. Pada sistem aliran buntu aliran masuk umpan melalui membran dan
menjadi filtrat sehingga saat zat yang telah terpisah meningkat maka akan terjadi
penumpukan residu filtrasi yang akan mengurangi kinerja filtrasi. Oleh karena itu
membran sistem aliran buntu tidak cocok untuk industri yang menghasilkan produk dalam
skala yang besar. Sedangkan pada sistem aliran silang aliran masuk umpan berada pada sisi
hulu membran bergerak sejajar dengan permukaan membran serta filtrat pada sisi hilir
membran bergerak menjauh dari membran dengan arah tegak lurus permukaan membran.
Umpan yang tidak terfiltrasi dan dicuci dan didaur ulang ke dalam tangki. Kelebihan
sistem aliran silang yaitu meminimalisir adanya fouling atau sumbatan pada membran.
Reaktor Membran Fotokatalitik
Proses membran hibrid berkatalis cahaya dilakukan dalam peralatan yang disebut
reaktor membran fotokatalitik atau PMRs. Secara umum, reaktor membran fotokatalitik
dibagi menjadi dua bagian utama yaitu (1) reaktor dengan katalis yang menyatu dengan
larutan (suspensi) pada aliran umpan dan (2) reaktor dengan katalis yang terdapat pada
membrane.
1. Konfigurasi dan Desain PMRs
Pada reaktor membran fotokatalitik dengan fotokatalis yang tersuspensi dapat
dibedakan menjadi tiga konfigurasi utama berdasarkan tujuan instalasi fotoreaktor yaitu
posisi peletakkan sumber cahaya antara lain:
a. Di atas atau dalam tangki umpan
b. Di atas modul membrane
c. Di atas atau dalam reservoir tambahan yang terletak di antara tangki umpan dan modul
membrane
2. PMRs dengan TiO2 Diam pada Membran
Pada PMRs dengan TiO2 yang tidak bergerak, membran bertindak sebagai
penghalang molekul yang berada dalam larutan. Fotodekomposisi polutan berlangsung
pada permukaan membran atau di dalam pori saat membran fotokatalitik diaplikasikan
pada reaktor. Konfigurasi yang paling banyak digunakan adalah membran fotokatalitik
dengan lapisan fotoaktif sedangkan konfigurasi yang paling sedikit digunakan adalah
membran fotokatalitik tanpa lapisan kulit fotoaktif. Kerugian dari konfigurasi ini adalah
aliran yang sudah dimurnikan hanya berupa filtrat.
Berdasarkan Augugliaro dkk, keuntungan utama dari PMRs yang menggunakan
membran fotokatalitik yaitu konfigurasi ini membolehkan terjadinya minimalisir resistansi
transfer massa antara kumpulan cairan dengan permukaan semikonduktor. Sebagai akibat
dari adanya perpindahan paksa reaktan oleh konveksi di dalam pori membuat laju reaksi
meningkat dibandingkan dengan pepindahan secara difusi konvensional. PMRs dengan
membran fotokatalitik adalah solusi tepat untuk mengolah air dan limbah air.
3. PMRs dengan TiO2 Tersuspensi
Reaktor membran fotokatalitik menggunakan TiO2 tersuspensi adalah fotokatalisis
dengan kombinasi berbagai proses membran. Pada konfigurasi membran ini, membran
dengan bahan non-anyam diaplikasikan untuk memisahkan TiO2.
Keuntungan utama yang didapatkan dari aplikasi proses membran yaitu (1)
Kemudahan pemisahan partikel katalis dari larutan yang diolah dan (2) kemungkian untuk
mendapatkan kembali fotokatalis sehingga dapat digunakan kembali untuk pengolahan
selanjutnya.
Tabel 1. Keuntungan dan kerugian dari PMRs dengan TiO2 immobilized pada
membran
Keunggulan Kelemahan
Selama aktivitas TiO2 tinggi maka katalis tidak perlu Keefektifan degradasi lebih rendah dibandingkan
dipisahkan dan didaur ulang dengan katalis tersuspensi
Tidak terjadi fouling dikarenakan adanya partikel Sulit untuk menentukan perbandingan umpan katalis
TiO2 terhadap larutan
Berkurangnya fouling karena sifat hirofilik dati TiO2 Membran polimer beresiko rusak disebabkan adanya
dan dekomposisi kontaminan organik yang sinar UV
membentuk lapisan gel
Kontaminan terdekomposisi menjadi umpan atau Kebutuhan untuk mengganti membran saat katalis
permeat kehilangan aktivitasnya

PMRs yang paling sering diobservasi adalah sistem coupling hibrid fotokatalisis
dengan ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi karena sistem tersebut sudah banyak diaplikasikan
untuk memisahkan berbagai macam polutan seperti farmasi, bisfenol, limbah air sintetik,
zat pewarna dan lainnya dari air.
Rejeksi fluksi filtrate dan pengendapan atau fouling pada membran yang disebabkan
oleh keberadaan partikel TiO2 merupakan masalah utama yang terjadi pada PMRs yang
memanfaatkan mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, serta nanofiltrasi. Pada umumnya ketika
konsentrasi umpan meningkat maka akan terjadi rejeksi fluksi filtrat.
Faktor utama yang mempengaruhi fouling pada membran yang disebabkan oleh
adanya TiO2 antara lain: (1) komposisi larutan umpan seperti pH dan kekuatan ionic dan
(2) kondisi hidrolik. Ditemukan bahwa pengaruh pemuatan TiO2 pada fluksi filtrate sangat
berbeda pada setiap pH.
Tujuan utama dari proses coupling fotokatalisis dengan teknik membran adalah
pemisahan dan perolehan kembali partikel fotokatalis. Proses membran berbasis perbedaan
tekanan efektif dalam menahan partikel TiO2. Proses membran berbasis tekanan sangat
efektif dalam memisahkan partikel fotokatalis dari campuran reaksi.
Keefektifan fotodegradasi dan kualitas filtrat sangat bergantung pada karakteristik
membran dan proses membran serta parameter proses yang digunakan. Hal yang penting
diperhatikan antara lain:
a. waktu tinggal atau waktu retensi hidrolik
b. modus operasi seperti batch atau kontinu, sistem aliran buntu atau silang, reaksi
langsung atau dengan intermediet
c. karakter pemisahan membran
Membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi tidak dapat menahan senyawa dengan berat
molekul yang kecil sehingga produk utama dan produk samping dari fotodegradasi tidak
memenuhi karakteristik pemisahan membran dan keduanya akan dipindahkan melalui
filtrat.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa segala jenis PMRs dengan katalis
tersuspensi efektif dalam menahan partikel fotokatalis. Akan tetapi mereka kurang efisien
dalam memisahkan produk utama dan produk samping hasil fotodegradasi larutan uji.
Peningkatan kualitas filtrat dapat dilakukang dengna membran distilasi sedangkan
produksi air murni dengan cara ini dibandingkan dengan menggunakan teknik membran
berbasis tekanan. Dialisis, pervaporasi, dan membran dialysis terhadap fotokatalis agar
didapatkan hibridisasinya dapat digunaka untuk meminimalisir terbentuknya endapan atau
fouling partikel TiO2 pada membran.
Aplikasi Membran
Membran telah banyak digunakan dalam industri maupun masyarakat umum sebagai
media pengolahan air dan limbah. Desalinasi adalah salah satu aplikasi membran yang
telah menyebar diseluruh dunia untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Produk dari
desalinasi adalah air minum, air demineralisasi, dan elektrodialisis. Selain sebagai media
desalinasi, membrane juga digunakan sebagai media akuakultur. Akuakultur adalah usaha
mengembangkan produk alami dari perairan dalam sistem terkendali yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan pangan sector perikanan. Membran memiliki prospek pengebangan
yang baik dalam dunia industri seperti membran aquaporin, fuel cell, aplikasi medis seperti
hemodialysis, hati buatan, rekayasa jaringan, pancreas buatan, controlled drug delivery dan
oksigenator darah.
(Sumber : Salsabila, Fira. 2016. Pengolahan Air dan Limbah dengan Reaktor Membran
Fotokatalitik. Bandung : Institut Teknologi Bandung)

2. Penggunaan Membran Reaktor Untuk Pengolahan Air Limbah Yang


Mengandung Fenol
Membran dalam reaktor ini merupakan penghalang yang hanya dapat melewatkan
komponen tertentu. Selektivitas pada membran ini dikontrol oleh ukuran diameter pori
membran. Lapisan membran ini sangat berguna untuk melumpuhkan seluruh sel (bakteri,
jamur, sel hewan dan sel tumbuhan), molekul bioaktif seperti enzim digunakan untuk
menghasilkan berbagai macam bahan kimia.
Keuntungan utama dari membran, terutama bioreaktor hollow fiber adalah besar luas
permukaan spesifik (permukaan internal dan eksternal membran) untuk adhesi sel atau
enzim Imobilisasi, kemampuan untuk menumbuhkan sel-sel dengan cepat dan
kemungkinan untuk reaksi simultan dan pemisahan, jalur difusi yang relatif singkat di
lapisan membran, adanya kecepatan konveksi melalui membran dibutuhkan agar
menghindari kekurangan nutrient.
Perpindahan massa melalui biocatalytic lapisan membran, baik sel-sel hidup atau
enzim, diinokulasi ke dalam shell dan bergerak dalam lapisan tipis pada membran. Sel
tumbuh baik dalam serat membrane dengan aliran keluar atau menyilang ke dalam fiber
ketika limbah dan produk samping dihilangkan atau tumbuh dalam extracapillary space
dengan aliran sedang melalui fiber dan disuplai dengan oksigen dan nutrien.
Salah satu aplikasi dari membran reaktor ini adalah pengolahan fenol dari air limbah
dengan mushroom tyrosinase yang dimobilisasi dalam membran. dilepaskan dalam jumlah
besar dan dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan teknologi
pengolahan fenol yang efektif saat ini sangat penting.
Limbah ini dapat olah dengan metode fisika dan kimia seperti adsorpsi, oksidasi,
biologi (enzimatik) membran dan teknik gabungan. Namun, pengolahan seperti diatas
memiliki kekurangan yaitu biaya pengolahan yang mahal dan menghasilkan produk
samping yang berbahaya. Adapun kelebihan dari teknologi enzimatis adalah rendah energi,
mudah dalam kontrol, beroperasi pada berbagai kondisi dan meminimalisasi dampak
kerusakan lingkungan.
Proses Membaran
Proses membran dicirikan bahwa aliran umpan dipilah menjadi dua aliran, yaitu
aliran permeat/filtrat dan aliran retentat/konsentrat.
Bahan Membran
1. Bahan Organik (Polimer):
a. Polimer untuk membrane berpori
b. Polimer untuk membran takberpori
2. Bahan anorganik:
a. Membran keramik
b. Membran gelas
c. Membran metal (termasuk karbon)
d. Membran zeolite
3. Pada dasarnya semua polimer dapat digunakan sebagai bahan membran, tetapi karena
karakteristik kimia dan fisiknya sangat bervariasi, sehingga hanya beberapa jenis polimer
yang baik untuk bahan membran
4. Klasifikasi:
a. Polimer untuk membran berpori (MF dan UF)
b. Polimer untuk membran takberpori (GS dan PV)
Perbedaan jenis membrane berpori dan tak berpori
Untuk membran berpori:
a. Pilihan polimer ditentukan oleh metode pembuatan membrane (membran
manufacturing) dan stabilitas terhadap pengaruh panas dan bahan kimia
b. Jenis bahan menentukan stabilitas membran (kimia, mekanis, panas, dan biologis),
tetapi tidak menentukan rejeksi.

Gambar 2.1 Membran Berpori


Untuk membrane tak-berpori:
Pilihan polimer ditentukan oleh selektivitas dan fluks yang diinginkan

Gambar 2.2 Membran tak-berpori

Karakteristik Membran Berpori dan Tidak Berpori


Karakteristik membran berpori:
a. Pemisahan terjadi akibatperbedaan ukuran partikel / molekul
b. Ukuran pori membrane relative terhadap ukuran partikel menentukan tingkat
selektivitas
c. Selektivitas akan tinggi, jika ukuran partikel > ukuran pori membran.
Contoh: MF, UF
Karakteristik Membran tak-berpori:
a. Pemisahan terjadi akibat perbedaan laju kelarutan (solubility) dan/atau perbedaan
b. difusivitas (Diffusivity)
c. Tingkat kelarutan dan difusivitas ditentukan oleh sifat instrinsik bahan membran
Contoh: PV, VS, GS, dialysis
(Sumber : Jeffrey Bastanta P., Elisabeth Rossaliana D., Heru Enggar T. Mutiara Putri
Utami S. Lukman Nul Hakim. 2014. Penggunaan Membran Reaktor Untuk Pengolahan
Air Limbah Yang Mengandung Fenol. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada.)

3. Reaktor Membran Fluidized Bed [Fluidized Bed Membrane Reactor (FBMR)]


Reaktor membran unggun terfluidisasi merupakan reaktor modifikasi dari reaktor
unggun terfluidisasi. Semua prinsip dari reaktor unggun terfluidisasi diasumsikan dapat
digunakan dalam prinsip dan perhitunga rektor membran unggun terfluidisasi. Yang
berbeda dari reakror ini adalah adanya tambahan membran didalam reaktor yang berguna
untuk menggambil produk yang diinginkan seperti prinsip membran. Gunanya adalah
meningkatkan konversi karena kesetimbangan akan bergeser kearah produk dengan
berkurangnya konsentrasi produk itu sendiri yang terdifusi ke membran. Selanjutnya hasil
difusi dalam membran akan keluar bersama gas pembawa menuju jalur keluar dan secara
otomatis terpisahkan dari senyawa lain.
Perbedaan yang perhitungan simulasinya adalah adanya konsentrasi yang keluar.
Hal ini dalam perhitungan disimbolkan dengan Rproduk, yaitu negatif dari laju reaksi yang
terdifusi dalam membran.
Berikut adalah ilustrasi dari reaktor membran unggun terfluidisasi:

membran

(b)
(a)

Gambar 3.1 (a) Tampak dari depan. (b) Tampak dari atas
Gambar 3.2 Reaktor membran unggun terfluidisasi (tampak samping)

Jumlah tube dalam reactor ini dapat divariasikan jumlahnya untuk meningkatkan
konversi metan. Dalam jurnal Abashar disebutkan bahwa tube yang digunakan adalah 18
tube. Namun tube yang digunakan dalam simulasi kelompok 6 ini diasumsikan hanya ada
dua tube.

4. Reaktor Membran Enzimatik


Hingga saat ini, teknologi membran digunakan dalam berbagai aplikasi. Dalam
bidang bioteknologi, membran diintegrasikan dengan reaktor enzimatik. Sistem terintegrasi
tersebut dikenal sebagai reaktor membran enzimatik (EMR). EMR melibatkan membran
yang berfungsi sebagai pemisah sekaligus sebagai media reaksi (penyangga enzim).
Sebagai media reaksi, EMR dapat mengatasi permasalahan lokalisasi substrat dengan
enzim. Peristiwa yang terjadi di dalam EMR meliputi reaksi konversi katalitik, pemisahan,
dan catalyst recovery. Banyak penelitian yang dilakukan terhadap EMR sehingga muncul
berbagai turunan EMR seperti EMR multifasa, mikro-EMR (MEMR), reaktor membran
hollow-fiber serta berbagai sistem terintegrasi lainnya yang melibatkan EMR. Masing-
masing turunan EMR memiliki karakteristik yang unik sehingga memiliki kelebihan dan
kelemahannya tersendiri dibandingkan dengan turunan-turunan lainnya. Penelitian EMR
juga dilakukan dalam rangka menentukan kondisi optimum pada penyelenggaraan
berbagai macam reaksi.
Reaksi enzimatik adalah reaksi yang melibatkan enzim sebagai katalis. Hingga saat
ini, reaksi enzimatik telah berjasa dalam produksi berbagai macam produk dimulai dari
skala kecil hingga skala besar. Reaksi enzimatik diaplikasikan dalam berbagai sektor
perindustrian seperti industri makanan, industri kimia, farmasi, dan industri lingkungan.
Dahulu, pada umumnya reaksi enzimatik diselenggarakan di dalam suatu reaktor
tangki. Penyelenggaraan reaksi enzimatik dalam reaktor tangki konvensional memiliki
suatu kendala yaitu rendahnya konsentrasi produk yang diinginkan. Rendahnya konsentrasi
produk diakibatkan oleh tidak tercapainya lokalisasi antara substrat dengan sisi aktif enzim
yang bersangkutan. Kondisi reaksi submerged dengan enzim yang terlarut juga turut
menghalangi tercapainya lokalisasi antara substrat dengan sisi aktif enzim. Rendahnya
konsentrasi produk berdampak pada peningkatan pada tingkat kompleksitas rancang-an
proses hilir sehingga proses hilir menjadi mahal. Biasanya untuk mengakali masalah
tersebut, bahan baku harus melalui tahap perlakuan awal (pretreatment) dahulu, sehingga
diperoleh bahan baku sasaran dengan konsentrasi tinggi. Apabila bahan baku yang telah
mengalami proses pretreatment dimasukkan ke dalam bioreaktor yang telah dilengkapi
dengan enzim spesifik, maka dapat diperoleh produk dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Pada awal abad ke-20, muncul gagasan berupa rancangan bioreaktor dengan enzim
terimobilisasi. Rancangan tersebut dibuat untuk mengatasi permasalahan lokalisasi substrat
dengan sisi aktif enzim. Imobilisasi dilakukan untuk memastikan terjadinya pertemuan
antara substrat dengan enzim pada sisi aktif yang tepat. Imobilisasi dilakukan dengan
menempelkan enzim pada suatu penyangga (support) tertentu kemudian dijejalkan dalam
sebuah kolom jejal (packed column), seperti unggun berkatalis yang banyak ditemukan
dalam industri kimia.
Namun, metode imobilisasi ini menimbulkan kendala-kendala baru. Aktivitas
biokatalis yang dijejal dapat mengalami penurunan sebanyak 10% hingga 90%. Penjejalan
biokatalis juga menimbulkan terhalangnya sisi aktif enzim se-hingga menyulitkan
terjadinya kontak antara sisi aktif dengan substrat. Penjejalan biokatalis juga menyebabkan
penyempitan ruang gerak substrat sehingga laju difusi substrat atau produk dalam kolom
jejal tersebut menurun.
Seiring dengan berjalannya perkembangan aplikasi teknologi membran, maka
muncul gagasan untuk mengintegrasikan membran dengan reaktor. Dalam reaktor,
membran tersebut berfungsi sebagai pembatas ruang sekaligus sebagai penyangga enzim.
Sebagai penyangga enzim, membran dapat mengatasi kelemahan-kelemah-an dari
biokatalis terjejal yang telah dijelaskan sebelumnya. Membran tersebut juga berfungsi
untuk memisahkan produk dari enzim berdasar-kan prinsip perbedaan ukuran molekul.
Reaktor enzimatik yang dilengkapi dengan membran dikenal sebagai reaktor membran
enzimatik (EMR).
EMR terbagi menjadi dua ruang yang terpisahkan dengan membran yaitu ruang
reaksi dan ruang produk. Substrat direaksikan dengan enzim di dalam ruang reaksi
sehingga dihasilkan sejumlah produk. Produk yang telah dihasilkan keluar dari ruang
reaksi melalui membran dengan berdifusi. Enzim juga harus dikondisikan agar tidak dapat
menembus membran sehingga terus berada di dalam ruang reaksi. Dengan demikian enzim
dikondisikan tersuspensi di dalam ruang reaksi atau terimobilisasi pada membran.
Biasanya, diameter enzim adalah 10 hingga 80 kD. Karena itu, membran yang biasa
digunakan pada EMR adalah membran ultrafiltrasi. Ada juga EMR yang menggunakan
membran reverse osmosis apabila memang diperlukan. Pemilihan material membran
bergantung pada sifat enzim dan produk.
Perbedaan antara imobilisasi membran dengan imobilisasi konvensional adalah
terdapatnya pori pada membran. Pori pada membran mengakibatkan luas permukaan
enzim yang tertempel lebih besar daripada imobilisasi konvensional. Keberadaan pori
membran juga mengakibatkan halangan sterik pada imobilisasi dengan membran lebih
kecil daripada imobilisasi dengan support dan terjejal.
Perancangan EMR
Empat faktor utama yang mempengaruhi unjuk kerja EMR perlu diperhatikan dalam
pe-rancangan EMR. Keempat faktor tersebut meliputi pelarut, membran, dimensi reaktor,
dan material reaktor.
Pemilihan pelarut didasarkan pada reaksi yang akan diselenggarakan dalam reaktor.
Dalam reaksi enzimatik, biasanya digunakan pelarut organik agar difusi substrat, enzim,
dan produk berjalan lebih cepat. Salah satu pelarut organik yang sering digunakan adalah
CO2 superkritik. CO2 superkritik memiliki viskositas rendah sehingga cenderung tidak
menimbulkan fouling pada membran. Namun, CO2 ini memiliki efek buruk pada enzim
tertentu, sehingga enzim tertentu perlu dikondisikan agar tidak larut pada CO2 superkritik
yaitu dengan mengimobilisasi enzim tersebut pada membran.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan membran enzimatik adalah sebagai
berikut.
1. membran keramik
2. aqua dm
3. larutan gelatin dan/atau biopolimer lainnya
4. glutaraldehid
5. larutan buffer
6. enzim
Langkah pertama yang dilakukan adalah membilas membran dengan aqua dm
selama 60 menit. Pembilasan dilakukan dengan cara seolah-olah melakukan filtrasi pada
aqua dm tersebut dengan membran. Setelah itu, membran dilapis dengan gelatin yang
bersifat inert. Pelapisan juga dilakukan dengan cara filtrasi larutan gelatin dengan
membran selama 60 menit. Setelah itu, membran berlapis gelatin dibilas kembali dengan
aqua dm selama 15 menit. Kemudian, membran ditempelkan dengan glutaraldehid yang
berfungsi sebagai agen crosslink dengan enzim. Penempelan dilakukan pada temperatur
25C. Kemudian, membran dibilas dengan suatu larutan buffer. Larutan buffer tersebut
harus memiliki pH yang sesuai dengan karakteristik enzim. Pembilasan dengan buffer
dilakukan selama 15 menit. Setelah itu, enzim ditempelkan dengan teliti pada membran.
Posisi enzim pada membran harus sedemikian rupa sehingga tidak memicu terjadinya
fouling ketika reaksi diselenggarakan.
Terkadang, selain ditambahkan dengan glutaraldehid, ditambahkan juga
polietilenimin (PEI). PEI tersebut berfungsi sebagai agen coating untuk menambah
banyaknya sisi penem-pelan enzim. PEI ini digunakan pada studi imobilisasi lipase yang
dihasilkan Candida antarctica pada membran.
Jenis dan Aplikasi EMR
Hingga saat ini, banyak jenis EMR yang telah dirancang untuk berbagai aplikasi
tertentu. Dalam artikel ulasan ini, hanya sebagian kecil jenis-jenis EMR yang dibahas.
Jenis-jenis EMR Andre Hendrawan, Reaktor Membran Enzimatik : yang dibahas meliputi
EMR multifasa/ekstraktif, mikro-EMR (MEMR), hollow-fiber membrane reactor
(HFMB), serta EMR yang diintegra-sikan dengan proses penguapan air (pervaporasi).
EMR multifasa terdiri atas dua fasa yaitu fasa terlarut dalam air dan fasa organik
yang terlarut dalam pelarut organik. Kedua fasa tersebut dapat berperan sebagai ruang
reaksi ataupun ruang produk, tergantung dari kepolaran substansi atau produk terhadap
kedua fasa tersebut. Reaksi dalam EMR multifasa terjadi pada permukaan membran.
Reaktor jenis ini memanfaatkan prin-sip ekstraksi, yaitu menarik substansi (produk) yang
terbentuk dari satu fasa ke fasa lain. Peng-gunaan reaktor ini dapat mengatasi permasalah-
an substrat dengan tingkat kelarutan yang rendah dalam air.
Reaktor ini banyak diaplikasikan dalam reak-si yang membutuhkan ekstraksi dalam
pemisah-annya seperti pemisahan komponen organik volatile, ekstraksi logam berat dari
fasa aqueous, pelepasan produk secara in situ dari medium kultivasi atau dari campuran
hasil reaksi, dll.
EMR mikro (MEMR) merupakan EMR yang didesain dengan dimensi yang lebih
kecil dengan faktor skala tertentu. MEMR ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan
EMR konvensi-onal. Dimensi reaktor yang kecil menyebabkan rasio luas permukaan
terhadap volume enzim dalam MEMR ini jauh lebih besar daripada EMR konvensional,
bahkan dapat mencapai 105 kali lebih besar. Dimensi reaktor yang kecil juga
mengakibatkan lintasan perpindahan massa substrat yang kecil pula. Dengan demikian,
laju perpindahan massa ke enzim menjadi tinggi sehingga reaksi dapat dikondisikan
seagresif mungkin. Reaksi dalam MEMR juga memberi-kan perolehan (yield) dan
selektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan EMR konvensional. MEMR ini juga
dapat mengondisikan beberapa reaksi tertentu yang sulit dikondisikan dengan baik pada
EMR konvensional.
MEMR ini dapat dioperasikan untuk skala besar dengan cara yang unik. Scale-up
produksi dengan menggunakan MEMR dilakukan cukup dengan menambah jumlah unit
MEMR yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk yang diinginkan. Metode
scale-up seperti ini tidak memerlukan tahap perancangan dan peng-ujian pada skala pilot.
Dengan demikian, seluruh biaya untuk perancangan skala pilot dapat dihemat. Waktu
komersialisasi proses pun lebih singkat karena tidak melalui tahap perancangan skala pilot.
Kelebihan dan Kekurangan EMR
EMR ini memiliki kelebihannya tersendiri dibandingkan dengan reaktor lainnya.
Enzim pada EMR dapat diretensi pada penyangga berupa membran sehingga dapat
digunakan berulang-ulang. Penggunaan berulang tersebut memung-kinkan EMR untuk
beroperasi secara kontinyu.
Keberadaan membran memicu terjadinya pemisahan antara enzim dan produk
sehingga produk keluaran EMR tidak bercampur dengan enzim. Dengan demikian, operasi
pemisahan enzim dari cairan produk tidak diperlukan lagi dalam proses hilir sehingga
dapat menghemat biaya operasi.
EMR merupakan integrasi antara reaktor enzimatik dan membran. Alat yang
terintegrasi ini menyebabkan proses menjadi lebih praktis dan lebih murah. Proses menjadi
lebih praktis karena reaksi konversi katalitik, pemi-sahan antara enzim dan produk, serta
catalyst recovery terjadi secara simultan dalam satu unit operasi. Dalam reaktor ini,
biokatalis (enzim) memi-liki rasio luas permukaan persatuan volume yang lebih tinggi
dibandingkan dengan reaktor enzim terjejal konvensional. Nilai rasio yang tinggi tersebut
disebabkan oleh keberadaan pori-pori pada membran sehingga enzim memungkinkan
untuk diposisikan sedemikian rupa sehingga memiliki luas permukaan yang tinggi, berbeda
dengan enzim terimobilisasi yang diposisikan hanya dengan ditumpuk pada penyangga dan
dijejal begitu saja. Penjejalan tersebut mengakibatkan rasio luas permukaan per satuan
volume enzim lebih kecil.
Dibandingkan dengan reaktor enzim terjejal konvensional, EMR ini juga memiliki
aktivitas dan stabilitas yang lebih tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh penelitian yang
membanding-kan performa enzim -chymotrypsin yang diimo-bilisasi pada membran
zirkonia/-alumina dengan enzim yang diimobilisasi pada support berupa celite. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi dan kondisi operasi apapun, aktivitas dan
stabilitas dari enzim-membran selalu lebih tinggi daripada enzim-celite. Hal tersebut
terjadi karena pada enzim-membran terbentuk microenvironment yang mendukung
terjadinya reaksi.
Seperti bioreaktor pada umumnya, apabila dibandingkan dengan reaktor kimia pada
umum-nya, kondisi operasi pada EMR ini cenderung lunak. Operasi EMR ini pada
umumnya dikondi-sikan pada temperatur dan tekanan yang rendah, disesuaikan dengan
karakteristik dari substrat, enzim, dan produk yang terlibat dalam operasi unit EMR
tersebut. Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa EMR juga dapat
dikondisikan pada tekanan tinggi, meski baru dipelajari dengan menggunakan reaktor
tangki berpengaduk dan reaktor tubular untuk meng-hidrolisis oleil oleat, minyak bunga
matahari, dan metilkarboksilselulase. EMR juga dapat dioperasikan pada temperatur yang
cukup tinggi. Sebagai contoh, proses sakarifikasi selulosa menjadi glukosa dioperasikan
pada temperatur 50C.
Penggunaan membran pada pemisahan ini tidak melibatkan perubahan fasa. Fasa
dalam reaktor dikondisikan hanya dalam fasa cair untuk mempermudah difusi setiap
substansi yang terlibat. Ketidakterlibatan perubahan fasa merupakan hal yang
menguntungkan karena pemisahan campuran oleh MEMR tidak dipengaruhi oleh kondisi
azeotropik seperti pada pemisahan de-ngan distilasi. Dengan demikian, dapat
diperolehproduk dengan konsentrasi tinggi tanpa mengondisikan operasi dalam kondisi
ekstrim.
Kualitas produk reaksi pun dapat diopti-masikan dengan mudah. Optimasi kualitas
dan jumlah produk dilakukan dengan mengubah je-nis dan jumlah enzim dalam reaktor
serta mengubah jenis dan banyaknya lapisan membran yang digunakan dalam pemisahan.
Meski memiliki banyak kelebihan, EMR ini juga memiliki beberapa kelemahan. Fenomena
fouling pada membran dan penurunan aktivitas enzim adalah kelemahan utama yang
membatasi perfoma EMR.
Proses pemisahan dengan membran sangat rentan dengan terjadinya polarisasi
konsentrasi. Polarisasi konsentrasi pada membran dapat menimbulkan fouling, yaitu
terhalangnya pori membran dengan substansi-substansi asing, terutama oleh retentat
(substansi yang tertahan dalam pemisahan). Fouling pada membran seringkali terjadi pada
reaktor dengan enzim yang tersuspensi dalam larutan. Fouling juga dapat terjadi bila
lapisan enzim pada membran enzimatik terlalu tebal. Lapisan enzim yang tebal berpotensi
mengurangi fluks permeat (produk).
Untuk mengatasi fouling, dapat dilakukan berbagai cara seperti modifikasi membran,
me-ningkatkan turbulensi, backflushing, dan seba-gainya. Tetapi metode-metode tersebut
mengha-biskan banyak energi, mahal, dan tidak mudah untuk direalisasikan. Darnoko yang
telah melakukan riset pada optimasi EMR tangensial dengan substrat pati singkong
memberikan gagasan bahwa cara paling efektif untuk mengurangi fouling adalah dengan
melakukan pretreatment yaitu hidrolisis pada substrat. Substrat yang digunakan oleh
Darnoko yaitu pati singkong dihidrolisis menjadi glukosa, maltosa, maltotetraosa, dan
sebagainya dengan menggunakan Termamyl sebelum dimasukkan ke dalam reaktor.
Pretreatment ini memberikan dampak yang besar terhadap laju aliran proses. Setelah
dilakukan pretreatment, laju alir pada EMR tangensial dapat dipertahankan sebesar 80
liter/(m2 jam) selama 10 jam. Apabila tidak dilakukan pretreatment sebe-lumnya, maka
laju alir dalam EMR hanya dapat mencapai 20 liter/(m2 jam). Laju alir yang empat kali
lebih rendah ini diakibatkan oleh adanya fouling oleh pati yang belum terhidrolisis. Pati
tersebut sangat berpotensial menyebab-kan fouling karena memiliki berat molekul ratusan
kali lebih besar daripada bentuk mono-mernya. Proses pretreatment ini juga memberi- kan
dampak positif secara ekonomi yaitu meng-hemat jumlah enzim yang perlu dibeli dan
meng-hemat biaya operasi proses hilir yang diperlukan untuk memisahkan pati tersebut.
Kelemahan EMR berikutnya adalah adanya penurunan aktivitas enzim, meski tidak
sesig-nifikan pada reaktor enzim terjejal konvensional. Penurunan aktivitas enzim ini
disebabkan oleh denaturasi enzim. Denaturasi tersebut diakibat-kan oleh adanya perubahan
pH sistem, perubah-an temperatur sistem, timbulnya tegangan seret antara enzim dengan
substrat atau produk, serta adsorpsi maupun deposit pada dinding membran. Dari keempat
penyebab tersebut, yang menjadi masalah utama adalah perubahan temperatur sistem dan
adsorpsi/deposit pada dinding membran.
Penanggulangan terhadap masalah nilai variabel temperatur tidak mudah untuk
dilaku-kan. Enzim merupakan protein dan dapat terde-naturasi pada temperatur yang
tinggi. Pada awal-nya, solusi yang terpikirkan adalah dengan menurunkan temperatur agar
tidak terjadi dena-turasi. Namun, di sisi lain, penurunan temperatur ini menimbulkan efek
samping yaitu kenaikan viskositas aliran proses. Viskositas aliran yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan menurunnya laju aliran proses dan fouling pada membran. Karena itu,
perlu dilakukan optimasi terhadap variabel temperatur sehingga diperoleh nilai kondisi
temperatur yang tidak mengakibatkan terjadinya denaturasi dan meningkatkan viskosi-tas
aliran proses seminim mungkin.
Kondisi campuran dalam EMR pada satu lokasi dengan lokasi lainnya heterogen,
terutama dalam EMR dengan enzim yang terimobilisasi pada membran. Heterogenitas
tersebut menye-babkan substrat lebih mudah bereaksi pada lokasi yang lebih dekat dengan
enzim. Hal itu tidak dikehendaki karena mengakibatkan kon-sentrasi produk menjadi tidak
homogen dan menimbulkan polarisasi konsentrasi. Untuk mengatasi heterogenitas tersebut,
maka reaktor perlu dilengkapi dengan pengaduk. Pengaduk yang disarankan untuk EMR
adalah pengaduk berupa paddle. Pengaduk paddle dijalankan pada laju putaran yang
rendah sehingga dapat menyelenggarakan pencampuran yang menim-bulkan tegangan
seret terhadap enzim seminim mungkin.

Anda mungkin juga menyukai