Masterplan RTH PTK
Masterplan RTH PTK
Masterplan RTH PTK
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan seringkali tidak termanfaatkan dengan
baik oleh masyarakat dan bahkan terbengkalai dan ditinggalkan. Hal ini disebabkan karena
desain Ruang Terbuka Hijau tersebut tidak dapat mewadahi kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang. Ruang Terbuka Hijau hendaknya tidak hanya mampu menampung aktivitas
sosial masyarakat saja tetapi dapat memberikan fungsi rekreatif, edukatif serta memiliki
kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Secara umum ruang terbuka publik ( open spaces ) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau
dan ruang terbuka non-hijau. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan
atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan). Sedangkan ruang terbuka non-hijau dapat
berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa
permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai kolam-kolam
retensi.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka ( open spaces )
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun
introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat
memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Fungsi ruang terbuka
hijau pada wilayah perkotaan sangat banyak, yaitu dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya,
arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis ruang terbuka hijau dapat meningkatkan kualitas
air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis yang
panas terik. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk
hijau kota, taman, hutan kota, jalur sempadan sungai dan lain-lain.
Secara sosial-budaya keberadaan ruang terbuka hijau dapat memberikan fungsi sebagai ruang
interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai landmark kota yang berbudaya. Bentuk ruang
terbuka hijau yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga,
kebun raya, TPU, dan sebagainya. Secara arsitektural ruang terbuka hijau dapat
meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota,
kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu ruang terbuka
hijau juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-
lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan ( urban agriculture) dan pengembangan
sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.
Undang-undang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota
berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan minimal 20% merupakan RTH publik. Dalam
Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa proporsi 30% merupakan ukuran minimal
untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
sistem mikroklimat, maupun sistem ekologi, yang selanjutnya akan meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai
estetika kota. Dalam upaya mewujudkan ruang kota yang nyaman, produktif dan
berkelanjutan, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup terhadap
keberadaan ruang terbuka publik, khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
Sebagai bagian dari wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau harus diselenggarakan secara
terencana dan terpadu seiring dengan pembangunan perkotaan yang memperhatikan antara
lain rencana tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan perkotaan yang efisien
serta tercipta ruang-ruang terbuka hijau dengan lingkungan yang sehat, indah, dan nyaman.
Namun perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif pada beberapa aspek,
termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap awal perkembangan kota, sebagian besar lahan
merupakan ruang terbuka hijau. Seiring dengan berkembangnya kota, kebutuhan ruang untuk
menampung penduduk dan aktivitasnya semakin bertambah sehingga ruang hijau tersebut
mengalami konversi guna laha menjadi kawasan terbangun. Sebagian besar permukaannya,
terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan, bangunan dan lain-lain dengan karakter yang
sangat kompleks dan berbeda dengan karakter ruang terbuka hijau. Hal-hal tersebut
diperburuk oleh lemahnya penegakan hukum dan penyadaran masyarakat terhadap aspek
penataan ruang kota sehingga menyebabkan munculnya permukiman kumuh di beberapa
ruang kota dan menimbulkan masalah kemacetan akibat tingginya hambatan samping di ruas-
ruas jalan tertentu.
Pembangunan kota cenderung untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan menghilangkan
wajah alam. Lahan-lahan bertumbuh banyak dialih fungsikan menjadi kawasan perdagangan,
kawasan permukiman, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana
kota lainnya. Lingkungan perkotaan hanya berkembang secara ekonomi, namun menurun
secara ekologi. Padahal keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya
dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan berupa meningkatnya suhu udara,
pencemaran udara, menurunnya permukaan air tanah, banjir, intrusi air laut, serta
meningkatnya kandungan logam berat dalam tanah.
Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa
ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya
kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi
udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya
produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk
interaksi sosial. Dalam hal ini, diperlukan sebuah perencanaan yang tidak hanya berorientasi
pada pemenuhan tujuan jangka pendek namun perlu mengembangkan visi dan misi ke depan
dengan mempertimbangkan faktor kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Strategi pemanfaatan ruang, baik untuk kawasan budidaya maupun kawasan lindung, perlu
dilakukan secara kreatif, sehingga konversi lahan dari pertanian produktif ataupun dari
kawasan hijau lainnya menjadi kawasan non hijau dan non produktif, dapat dikendalikan.
Selain hal tersebut, Masterplan Ruang Terbuka Hijau diperlukan untuk mengarahkan jalannya
pembangunan, mewujudkan pemanfaatan ruang terbuka hijau secara efektif, tepat guna,
spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi
peraturan daerah tentang RTRW Kota, mengendalikan pertumbuhan fisik kawasan perkotaan,
menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan.
1.3.3. Sasaran
Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
- Terselenggaranya kajian pustaka mengenai tipe-tipe RTH, pembangunan dan cara
pengelolaannya.
- Teridentifikasinya kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Pontianak
- Terselenggaranya proses sintesa antara teori dan fakta di lapangan, sebagai masukan
untuk merumuskan pedoman pembangunan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di
kawasan perkotaan.
- Merumuskan Strategi Pencapaian Ruang Terbuka Hijau Kota 30%
- Tersedianya acuan lokasi-lokasi ruang terbuka Hijau di Kota Pontianak
- Tersedianya acuan rencana penataan pada lokasi-lokasi Ruang Terbuka Hijau
- Tersedianya acuan rencana desain pada lokasi-lokasi Ruang Terbuka Hijau
- Tersedianya acuan rencana Perkiraan biaya penataan dan biaya design pada lokasi-lokasi
Ruang Terbuka Hijau
- Membuat arah pembangunan dan penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Pontianak
- Tersusunnya pedoman pembangunan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kawasan
perkotaan minimal berisikan:
a. Luas minimum yang harus dipenuhi
b. Penetapan jenis dan lokasi RTH yang akan disediakan
c. Tahap-tahap implementasi penyediaaan RTH
d. Ketentuan pemanfaatan RTH secara umum
e. Tipologi masing-masing RTH, alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya arahan
vegetasi dalam kelompok besar, arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-
konsep rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan desain selanjutnya.
1.4. MANFAAT
Pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Sebagai refensi untuk memudahkan pemangku kepentingan Ruang Terbuka Hijau baik
pemerintah kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam merencanakan dan
membangun ruang terbuka hijau.
- Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan Ruang Terbuka Hijau baik
pemerintah kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam tatacara pembangunan
dan tata cara pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau.
- Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait
untuk penyadaran perlunya Ruang Terbuka Hijau sebagai pembentuk ruang yang nyaman
untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.
Gambar 1.1
Manfaat Ruang Terbuka Hijau
MANFAAT SOSIAL
- Rekreasi
- Landmark kota
- Estetika Kota
- Penunjang Kesehatan
- Penunjang Pendidikan Ekologi
c. Analisis
Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas amatan hasil survey, kajian pustaka dan
studi terdahulu yang telah berhasil dikumpulkan. Terselenggaranya proses sintesa antara
teori dan fakta di lapangan, sebagai masukan untuk merumuskan pedoman
pembangunan dan pemeliharaan RTH di kawasan perkotaan. Dari hasil analisis ini akan
diperoleh arahan solusi atau konsep penataan atas permasalahan yang telah diidentifikasi
pada tahap sebelumnya. Melakukan sintesa antara hasil kajian teoritik dengan hasil
observasi di lapangan dengan komponen analisis sebagai berikut:
- Analisis Zonasi Tapak
e) Gambar 1.2
Ruang Lingkup Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
WILAYAH PERKOTAAN
Dari jenis RTH yang tertuang di dalam RTRW seperti disebutkan diatas, dirumuskan Rencana
Ruang terbuka Hijau yang mencakup:
a. Rencana lokasi dan cakupan kawasan
b. Rencana penataan dan desain
c. Rencana tata letak fasilitas
d. Jadwal waktu dan tahapan pembangunan
e. Pembiayaan Pembangunan
Ketentuan pemanfaatan RTH merupakan upaya mewujudkan RTH dalam bentuk program
pengembangan RTH dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan samp ai akhir tahun
masa perencanaan yang terbagi dalam beberapa tahapan pembangunan baik pengembangan
jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Ketentuan pemanfaatan RTH disusun
berdasarkan:
- Rencana pola ruang yang tertuang dalam RTRW Kota;
- Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
- Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
- Prioritas pengembangan RTH dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai
dengan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah dan rencana pembangunan
jangka menengah (RPJM) daerah serta rencana terpadu dan program investasi
infrastruktur jangka menengah (RPI2JM).
Secara umum suatu Masterplan RTH, terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu:
a. Analisis Kebutuhan : Hal terpenting adalah tingkat kebutuhan akan letak dan fungsi ruang
terbuka Hijau itu sendiri bagi keindahan kota.
b. Kelayakan teknis : Secara teknik Ruang Terbuka Hijau yang didesain dapat diaplikasikan
baik dari fungsi, faktor kenyaman dan keindahan yang dapat dinikmati oleh masyarakat
sebagai penggunanya
c. Kelayakan financial : Berdasarkan estimasi yang dilakukan untuk komponen di atas
dilakukan analisis kelayakan financial, diantaranya seperti start-up costs, operating cost,
revenue projections, sourcer of financing dan profitability analysis.
BAB 4 : Dalam bab ini membahas mengenai tahapan yang dilakukan setelah analisis yakni
perumusan konsep ruang terbuka hijau sehingga dihasilkan kriteria bentukan
ruang terbuka hijau yang sesuai di Kota Pontianak.
BAB 5 : Pada bab ini menguraikan tentang rencana ruang terbuka hijau yang merupakan
gambaran dari konsep ruang terbuka hijau yang dihasilkan pada bab sebelumnya.
Adapun gambaran dalam rencana ruang terbuka hijau tersebut meliputi rencana
kawasan lindung, taman, jalur hijau jalan serta rencana untuk ruang terbuka hijau
fungsi tertentu.
BAB 6 : Bab ini berisikan kajian mengenai analisis finansial dan kelembagaan terhadap
penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak yang meliputi
analisis kelayakan finansial terhadap pengelolaan ruang terbuka hijau yang ada
serta rencana anggaran biaya terhadap ruang terbuka hijau dan analisis
kelembagaan yang mengelola ruang terbuka hijau tersebut.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Pontianak.
Kota Pontianak sebelum tahun 2007 terdiri dari 5 Kecamatan dengan 24 Kelurahan, kemudian
terjadi pemekaran menjadi 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Tahun 2008 terjadi pemekaran
wilayah kelurahan di kecamatan Pontianak utara berdasarkan perda No 12 tahun 2008,
menjadikan Kecamatan Pontianak Utara yang semula 4 kelurahan menjadi 8 kelurahan.
Adapun distribusi luas dan banyaknya jumlah kelurahan, RT dan RW pada kota Pontianak
dapat dilihat pada Tabel 2.1 .
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Pontianak
Persentase
No Kecamatan Luas Daerah
(Ha) (%) Kelurahan RW RT
1 Pontianak Selatan 1.454 13,49 5 89 399
2 Pontianak Tenggara 1.483 13,75 4 43 169
3 Pontianak Timur 878 8,14 7 71 331
4 Pontianak Barat 1.694 15,71 4 95 506
5 Pontianak Kota 1.551 14,39 5 120 494
6 Pontianak Utara 3.722 34,52 4 116 473
Jumlah 10.782 100,00 29 534 2.372
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka 2012
1 : 83.000
b. Hidrologi
Kota Pontianak berada dalam DAS Sungai Kapuas, tepatnya di sub-DAS bagian muara
Sungai Kapuas. Keadaan hidrologi ini mempengaruhi keadaan fisik lingkungan pemukiman
dalam kota dan pola perkembangan fisik kawasan terbangun kota, dimana 5% luas
wilayahnya terdiri dari badan air Sungai Kapuas dan Sungai Landak serta 47% merupakan
kawasan bekas rawa-rawa pasang surut yang direklamasi dan lebih dari setengahnya
sudah dapat digunakan untuk pemukiman. Reklamasi rawa pasang surut yang dilakukan
membentuk parit-parit drainase yang digunakan juga untuk keperluan rumah tangga dan
lalu lintas air.
Kota Pontianak terbelah tiga oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan
Sungai Landak terpengaruh oleh pasang surut air laut mengakibatkan sebagian areal lahan
kota terpengaruh oleh air pasang. Letak Kota Pontianak yang berada di Delta Sungai
Kapuas berjarak kira-kira 20 km dari laut. Pengaruh pasang surut yang terjadi
menyebabkan terjadinya intrusi air laut pada musim kemarau. Fluktuasi harian pemukaan
Sungai Kapuas adalah antara 0,50 0,75 meter, sedangkan kedalaman air tanahnya
antara 0,5 2,0 meter dari permukaan air tanah. Oleh karena itu, keadaan pasang surut
Sungai Kapuas merupakan aspek hidrologis yang sangat berperan dan berpengaruh
terhadap kota Pontianak.
diatas batuan ini sampai kedalaman 10 meter dari permukaan tanah adalah hasil
pelapukan dari batuan asal di bawahnya. Kondisi relatif padat dengan daya dukung kecil.
Sedangkan lapisan diatas kedalaman 10 meter pada umumnya bersifat gembur dan
merupakan lapisan tanah bawah (sub-soil) dan lapisan atas (top-soil). Jenis tanah dilapisan
permukaan merupakan tanah gambut.
Sebagaimana layaknya lahan di daerah Kalimantan lainya, terutama di dekat pantai, maka
sebagian besar lahan di Kota Pontianak merupakan lahan gambut. Ketebalan lahan gambut
yang ada sangat mempengaruhi peruntukan lahan serta pondasi bangunan di kawasan ini.
Secara jelas luasan lahan yang tertutup lapisan tanah gambut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.2.
Luas Lahan Yang Tertutup Lapisan Tanah Gambut Di Kota Pontianak
Luas Area Gambut (Ha)
Luas Daerah Luas Wilayah
No Kecamatan (Ha) 1 - 1,2 m 1,2- 2,4 m 2,4 - 4 m > 4 m Jumlah Tidak Gambut
1 Pontianak Selatan 1.454 69,20 553,23 571,50 - 1.193,93 260,07
2 Pontianak Tenggara 1.483 4,85 227,82 472,27 43,57 748,51 734,49
3 Pontianak Timur 878 - - - - 0,00 878,00
4 Pontianak Barat 1.694 - - - - 0,00 1.694,00
5 Pontianak Kota 1.551 54,59 129,32 20,93 - 204,84 1.346,16
6 Pontianak Utara 3.722 317,75 423,67 420,68 1.563,52 2.725,62 996,38
Jumlah 10.782 446,39 1.334,04 1.485,38 1.607,09 4.872,90 5.909
Sumber : RTRW Kota Pontianak
Jumlah penduduk Kota Pontianak tahun 2010 berdasarkan hasil perhitungan sensus
penduduk sementara tahun 2010 berjumlah 550.304 jiwa yang tersebar pada enam
wilayah Kecamatan. Dengan penduduk terbanyak di wilayah Pontianak Barat yaitu sebesar
123.472 jiwa atau 22,43%, sedangkan wilayah kota dengan penduduk terkecil terdapat di
Kecamatan Pontianak Tenggara yaitu sebanyak 45.139 jiwa atau 8,2%. Untuk distribusi
dan perkembangannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 1990-2011
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Pontianak pada tahun 2011 yang sekitar 5.244 jiwa/km 2 .
Dengan kata lain, kepadatan penduduk Kota Pontianak periode 2000-2008 meningkat dari
4.837 jiwa/km 2 menjadi 5.244 jiwa/km 2 . Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pontianak Timur yaitu 9.562 jiwa/km 2 . Dan
c. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Kota Pontianak sepuluh tahun terakhir Tahun 1999-2008 rata-rata
sebesar 0,74 % dengan pertumbuhan terbesar terdapat di Kecamatan Pontianak Kota dan
terkecil di Kecamatan Pontianak Tenggara sebagai kecamatan baru.
Tabel 2.5
Pertumbuhan Penduduk Kota Pontianak (%) Tahun 1990-2010
2
JUMLAH PENDUDUK PERTUMBUHAN
NO KECAMATAN LUAS (Km )
1990 2000 2011 90 - 00 90 - 10
1 Pontianak Selatan 14,54 80.498 78.232 83.398 -0,3 0,4
2 Pontianak Tenggara 14,83 27.674 35.812 45.721 2,6 2,3
3 Pontianak Timur 8,78 48.758 60.895 83.957 2,2 3,1
4 Pontianak Barat 16,94 106.259 121.594 125.400 1,4 0,1
5 Pontianak Kota 15,51 80.893 72.682 112.234 -1,1 4,2
6 Pontianak Utara 37,22 87.246 95.319 114.746 0,9 1,7
Total 107,82 431.328 464.534 565.456 0,7 1,8
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012
bersamaan dengan pasang air sungai. Peristiwa alam lainnya yang pernah terjadi di Kota
Pontianak adalah banjir, badai angin puting beliung dan kabut asap akibat kebakaran hutan.
a. Banjir
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta (2004) Banjir adalah aliran yang relatif
tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Dan air itu mengalir keluar dari
sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Secara
geografis Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas serta topografinya yang sebagian
besar wilayahnya merupakan lahan yang datar dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Terdapat
beberapa lokasi dengan potensi genangan yang cukup luas antara lain:
- Parit Tokaya dan Sekitarnya : Kawasan Masjid Raya Mujahidin, Jalan KS. Tubun, Sutoyo,
Suprapto dan Ahmad Yani
- Sungai Bangkong : jl. Alianyang dan Sekitarnya dan jalan Putri Daranante
- Wilayah Parit Bentasan Sekitar Sungai Malaya
- Wilayah sekitar Jeruju sampai Jl. Karet
- Wilayah Batu Layang
- Sebagian Besar wilayah Pontianak Timur yaitu Sekitar jalan Panglima Aim
- Wilayah sekitar Parit H. Husin I dan Sungai Raya Dalam
Wilayah genangan yang terdapat di Kota Pontianak sebagaian besar merupakan genangan
sesaat yang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Selain itu luasnya wilayah
genangan di Kota Pontianak disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Banyaknya terjadi penyempitan saluran primer
- Keberadaan jembatan di beberapa saluran primer
- Bangunan di sepanjang bantaran sungai
- Terbatasnya ketersediaan daerah resapan
- Prilaku masayarakat yang masih membuang sampah ke Sungai
- Kurangnya jalan paralel dengan parit dan Sungai
- Penyempitan jembatan di jalan Ahmad Yani, Tanjungpura dan Imam Bonjol
- Banyaknya bangunan di atas parit
- Kondisi permukaan wilayah kota berada pada permukaan yang rendah, dan jika
permukaan air pasang tertingginya minus 40 cm
Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah membongkar bangunan di atas parit,
normalisasi parit, pengerukan parit, peninggian jalan, pengendalian perkembangan
kawasan terbangun, terutama pada kawasan yang berfungsi sebagai resapan dan
pengendalikan kepadatan bangunan dan ketersediaan lahan resapan pada masing-masing
kavling dengan aturan Koefesien Dasar Bangunan.
b. Kebakaran dan Kabut Asap
Pontianak yang terletak di sekitar Equator merupakan daerah yang potensial untuk
terbentuknya kabut asap pada pagi hari yang didahului dengan adanya proses pemanasan
dan pendinginan. Adanya variasi tersebut menandakan bahwa jenis kabut yang terjadi
adalah kabut radiasi, dengan waktu kejadiannya pada pagi hari.
Kota Pontianak yang terletak di wilayah Equator sering mengalami peristiwa cuaca yang
berhubungan dengan kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang berlangsung pada tahun
2006 merupakan salah satu dampak kekeringan yang melanda wilayah tersebut.
Kebakaaran hutan menghasilkan asap tebal yang bertahan lama di atmosfer. Visibility akan
berkurang bahkan hingga kurang dari 100 m. Selain itu, polusi asap juga dapat
menggangu kesehatan masyarakat, kerusakan lingkungan, dan gangguan terhadap sektor
perhubungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai tingkat kekeringan yang
terjadi dengan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan sehingga kerugian yang terjadi
dapat diminimalisir.
b. Kawasan Wisata
Sebagai kota yang terbuka dengan kota-kota lain serta merupakan pusat kegiatan
pemerintahan, swasta, dan sosial budaya sehingga menjadikan kota ini tempat pendatang
dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya sehingga lebih heterogen. Sebagai
Ibukota Provinsi, tentunya kota Pontianak juga menjadi pusat kegiatan kebudayaan.
Event/peristiwa budaya yang dapat menarik wisatawan manca negara maupun wisatawan
nusantara dan diadakan secara berkala di kota Pontianak seperti :
- Ulang Tahun Pemerintah Kota Pontianak
- Festival Budaya Bumi Khatulistiwa
- Lomba Dayung Hias dan tradisional
- Gawai Dayak
- Naik Dango
- Meriam Karbit/Keriang Bandong
- Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa
- Cap Go Meh/Barongsai
- Festival Kue Tradisional
Sebagai Kota yang mana cikal bakalnya dari sebuah kota kerajaan perlu melestarikan identitas
lokal dengan konservasi dan preservasi bangunan bersejarah dan lingkungannya maupun
menuangkannya dalam desain bangunan-bangunan baru penunjang kawasan. Mulai
bergesernya identitas kota dengan dibangunnya bangunan-bangunan megah dan mewah
bernuansa modern menyebabkan mulai mengeser eksistensi bangunan tradisional kerajaan
sehingga identitas lokal dirasa semakin berkurang. Adapun beberapa kondisi situs budaya dan
daerah tujuan wisata di Kota Pontianak diuraikan sebagai berikut :
- Makam Batu Layang
- Alun-alun Kapuas
- Tugu Khatulistiwa
- Keraton Kadriah
- Masjid Jami
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
yang menunjukkan naik atau turunnya produk yang dihasilkan, sebagai balas jasa seluruh
kegiatan ekonomi. Naik turunnya angka PDRB biasa juga disebut laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari penyajian PDRB atas dasar harga konstan.
Untuk keperluan analisis biasanya mempergunakan harga konstan karena pengaruh naik
turunnya harga telah dihilangkan atau dengan kata lain dengan menggunakan harga konstan,
pengaruh inflasi telah ditiadakan. Semakin tinggi kenaikan PDRB makin tinggi juga
pertumbuhan ekonominya.
Perekonomian Kota Pontianak sampai dengan tahun 2011 berdasarkan harga konstan masih
di dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tingginya peran sektor perdagangan,
hotel dan restoran didukung pula oleh sektor Jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan
komunikasi yang juga cukup tinggi, dengan peranannya terhadap perekonomian Kota
Pontianak.
Tabel 2.7. PDRB Kota Pontianak Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2011
Nilai PDRB Harga Konstan (Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha
2009 2010 2011
1 Pertanian 173.190,60 183.529,62 201.827,19
2 Industri Pengolahan 928.042,68 970.209,03 1.018.686,09
3 Listrik, Gas dan Air Minum 62.148,03 65.692,50 70.173,47
4 Bangunan 2.098.743,43 2.455.471,44 2.718.010,13
5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.618.791,70 3.080.804,65 3.541.953,16
6 Pengangkutan dan Komunikasi 2.001.903,32 2.276.931,47 2.276.931,47
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.093.283,78 1.183.848,59 1.283.783,64
8 Jasa-Jasa 2.198.512,69 2.351.375,47 2.524.187,90
Jumlah 11.174.616,23 12.567.862,77 13.635.553,05
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan
sektor dengan hasil PDRB terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Untuk
perkembangannya pertahun rata-rata mengalami peningkatan.
Secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat
berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.
Berdasarkan segi kepemilikannya, ruang terbuka hijau terbagi menjadi dua yaitu ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Untuk jenis dan luas ruang terbuka hijau
publik di Kota Pontianak, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 2.8
JENIS DAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK DI KOTA PONTIANAK
Luas RTH Persentase
No Jenis Ruang Terbuka Hijau Luas Wilayah Kota
Pontianak (Ha) (Ha) (%)
1 Taman Kota 408,01 3,7842
Sedangkan untuk jenis dan luas ruang terbuka hijau privat di Kota Pontianak, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
TABEL 2.9
JENIS DAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PRIVAT DI KOTA PONTIANAK
Sebagai ibukota provinsi, Kota Pontianak menjadi pusat kegiatan Olahraga skala Regional,
maka dari itu di Kota Pontianak telah tersedia berbagai fasilitas olahraga seperti Gedung
Olahraga diantaranya Gedung Olahraga Pangsuma dan Stadion Olahraga Kebun Sayok serta
beberapa lapangan olahraga baik indoor maupun outdoor. Selain itu, fasilitas kebugaran
lainnya juga telah terdapat di Kota Pontianak yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan
seperti :
- Kolam Renang Oevang Oeray di Jl. A.Yani
- Lapangan Tenis Sutra Jl. A.Yani II
- Lapangan Tenis Kartika Jl. Rahadi Oesman
- Lapangan Tenis Bea Cukai Jl. A.Yani
- Lapangan Golf Jl. A. Yani dan Jl. 28 Oktober
- Asindo Perkasa Jl. Jendral Sudirman
- Sport City Jl. Musi Komplek Kapuas Indah
- Total Futsal Jl. St. Abdurahman Saleh
Dari sekian jenis lapangan olahraga tersebut hanya sebagian kecil yang juga berfungsi
sebagai Ruang Terbuka Hijau yaitu lapangan golf jalan A. Yani dan lapangan golf jalan 28
oktober.
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari
segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Pembagian jenis-jenis
RTH publik dan RTH privat adalah sebagai berikut :
Tabel 2.11
Jenis Pengaturan RTH Privat
No Jenis
Pekarangan Kriteria Jenis Pengaturan
1. Pekarangan Kategori rumah besar adalah rumah Jumlah pohon pelindung yang harus
Rumah Besar dengan kavling lebih dari 500 m 2 disediakan minimal 3 pohon pelindung
Berada dalam zona permukiman ditambah dengan perdu serta p enutup
kepadatan rendah tanah dan aatu rumput
KDB 40-50% dengan KDH 50 %
2. Pekarangan Kategori rumah dengan luas lahan Jumlah pohon pelindung yang harus
Rumah 200 m 2 sampai 500m 2 disediakan minimal 2 pohon pelindung
Sedang Berada dalam zona permukiman ditambah dengan perdu serta p enutup
kepadatan sedang tanah dan aatu rumput
KDB 50-70% dengan KDH 50%
No Jenis
Pekarangan Kriteria Jenis Pengaturan
3. Pekarangan Kategori rumah dengan luas lahan Jumlah pohon pelindung yang harus
Rumah Kecil kurang dari 200 m 2 disediakan minimal 1 pohon pelindung
Berada dalam zona permukiman ditambah dengan perdu serta p enutup
kepadatan sedang atau tinggi tanah dan aatu rumput
KDB 70-80% dengan KDH 40%
4. RTH Halaman Ruang terbuka umumnya berupa KDB 70-90% perlu menambahkan tanaman
Kantor, jalur trotoar dan area parkir terbuka dalam pot
pertokoan dan KDB diatas 70% disyaratkan memiliki
tempat Usaha minimal 2 pohon kecil atau sedang yang
ditanam pada lahan atau pot berdiameter
diatas 60 cm
KDb dibawah 70 % berlaku seperti
persyaratan RTH pekarangan rumah dan
ditanam pada area di luar KDB yang telah
ditentukan
5. RTH dalam Pada kondisi luas lahan terbuka Lahan dengan KDB 90 % pada kawasan
bentuk taman terbatas, maka untuk RTH dapat pertokoan di pusat kota atau pada kawasan
atap memanfaatkan ruang terbuka non kepadatan tinggi deng an lahan sangat
bangunan hijau seperti atap gedung, teras terbatas, RTH dapat disediakan di atap
(roof Garden) rumah, teras bangunan bertingkat bangunan dengan struktur atap yang
dan di samping bangunan dan lain- khusus (Permen PU No. 5 Tahun 2008).
lain dengan memakai media
tambahan seperti pot dengan
berbagai ukuran sesuai lahan yang
tersedia
Sumber : RTRW Kota Pontianak
JU M LAH 5 2 4 ,1 7 5 3 4 ,1 8 53 4 , 18
Dalam pengelolaan dan pengembangan ruang terbuka hijau khususnya taman kota,
pengelolaannya tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah Dinas Kebersihan Dan Pertamanan.
Namun dalam pendanaan serta pengelolaannya dapat diserahkan kepada pihak swasta.
Berikut data taman yang dikelola oleh Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak :
Tabel 2.13
Data Ruang Terbuka Hijau Yang Dimiliki Dan Dipelihara Oleh
Dinas Ke bersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak
Adapun taman yang dikelola oleh pihak ke tiga (swasta) yang bekerja sama dengan Dinas
Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.14
Jumlah Taman Di Kota Pontianak Yang Dikelola Oleh Pihak Ke-3 (Swasta)
Selain taman kota, ruang terbuka hijau publik juga dapat berbentuk Lapangan Olah Raga,
Taman Rekreasi (Agrowisata) dan Hutan Kota. Berikut data lapangan olah raga, kawasan
Sentra Agribisnis (KSA) serta Hutan kota di Kota Pontianak yang dapat dilihat pada Tabel
2.16 , Tabel 2.17 dan Tabel 2.18 di bawah ini :
Tabel 2.15
Lapangan Olah Raga Di Kota Pontianak
No Lokasi Luas (Ha)
1 Stadion Olahraga St. Syarif Abdurrachman 31,24
2 Lapangan Sepak Bola Keboen Sajoek 2,00
3 Lapangan Golf Khatulistiwa 29,45
Total 62,69
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011
Tabel 2.16
Penggunaan Lahan Kawasan Sentra Agribisnis Tahun 2012
Luas Pencadangan
No Kawasan
Lahan
3 Peternakan 60,20 Ha
5 Agroindustri 6,00 Ha
Tabel 2.17
Hutan Kota Di Kota Pontianak
No Kecamatan Lokasi Luas (Ha)
1 Pontianak Selatan Universitas Tanjungpura 8,57
2 Pontianak Selatan Jl. Veteran 2,38
Total 10,95
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011
Di dalam RTRW Kota Pontianak telah disusun rencana tentang kebutuhan dan kriteria taman
dan hutan kota untuk Kota Pontianak. Penentuan jumlah dan luas fasilitas ruang terbuka hijau
dan lapangan olahraga tersebut sudah sesuai dengan SNI 03-1733-2004 sebagai berikut :
Tabel 2.18
Rencana Kebutuhan dan Kriteria Taman Dan Hutan Kota
No Jenis RTH
Taman Ketentuan Rencana Kebutuhan Sampai Akhir Rencana Jumlah
Lokasi Luas Total Persentase
1. RTH Setiap 250 penduduk atau sekitar 50 rumah yang 3.096 unit 77,40 Ha 0,72 %
Taman mengelompok, membutuhkan minimal satu taman yang
Skala Berfungsi sebagai pengendali udara dan tempat tersebar
Rukun bermain anak proporsional
Tetangga Luasnya 250 m 2 atau dengan stand ar 1 m 2 per
penduduk
Radius pencapaian 100 m.
2. RTH Untuk setiap 2.500 penduduk atau 10 lingkungan 310 unit 38,70 Ha 0,36 %
Taman membutuhkan sekurang-kurangnya satu yang
Skala Dapat berupa taman yang dilengkapi dengan tersebar
Rukun lapangan voli, bulutangkis dan lain-lain proporsional
Warga Lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan
RW seperti balai pertemuan, dekat dengan TK,
pertokoan lingkungan, pos hansip dan lain-lain
Luas 1.250 m 2 atau dengan standar 0,5
m /penduduk
2
No Jenis RTH
Taman Ketentuan Rencana Kebutuhan Sampai Akhir Rencana Jumlah
Lokasi Luas Total Persentase
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga
dan kompleks olahraga dengan RTH 80 90 % dan
semua fasilitas berbentuk terbuka untuk umum
Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan,
perdu dan semak yang ditanam berkelompok atau
menyebar berfungsi sebagai pencipta iklim mikro
atau pembatas antar kegiatan
6. Hutan Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai - Universitas Tanjung Pura 0,21 %
Kota penyangga lingkungan kota yang berfungsi untuk : 5 Ha
memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai - Stadion Atlletik Jl. Ampera
estetika, meresap air, menciptakan keseimbangan : 4 Ha
dan keserasian lingkungan fisik kota serta - Fasilitas umum jl.
mendukung pelestarain dan perlindungsn Sulawesi 0,25 Ha
keanekaragaman hayati - Buffer Zone TPA : 3 Ha
Hutan Kota dapat berbentuk bergerombol dengan - Areal Kantor Dinas
minimal tersedia 100 pohon atau menyebar dengan Kebersihan : 2 Ha
luas minmal 2.500 m - Buffer Zone Raiser Dinas
Luas area yang ditanami tanaman seluas 90-100% Prtanian Perikanan dan
dari luas hutan kota Kehutanan : 2 Ha
- Buffer Zone Sub
Termjinal Agribisnis : 1
Ha
- Buffer Zone UPTD RPH
Babi : 3 Ha
- Bufer Zone Balai Benih
Ikan Parit Mayor : 0,5 Ha
- Buffer Zone Gedung Bulu
Tangkis Ptk Barat : 0,25
Ha
- Areal depan Gedung
KNPI jl Sutan Syahrir :
0,25 Ha
- Buffer Zone Sirkuit Balap
Motor Batu Layang : 1 Ha
Sumber : RTRW Kota Pontianak
- Ketentuan j arak bebas minimum antara pengantar SUTT dengan tanah dan benda
lain ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2.19
Jarak Bebas Minimum SUTT, SUTM, SUTR, SKTM dan SKTR
No Lokasi SUTT SUTM SUTR Saluran Kabel
66 KV 150 KV SKTM SKTR
1. Bangunan Beton 20 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
2. Pompa Bensin 20 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
3. Penimb unan Bahan Bakar 50 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
4. Pagar 3 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
5. Lapangan terbuka 6,5 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
6. Jalan Raya 8 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
7. Pepohonan 3,5 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
8. Bangunan Tahan Api 3,5 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
9. Rel Kereta Api 8 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
10. Jembatan Besi/tangga besi/kereta listrik 3 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
11. Dari Titik tertinggi kapal 3 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
12. Lapangan olahraga 2,5 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
13. SUTT lainnya pengantar udara tegangan 3 m 20 m 2 0 m 20 m 20 21
rendah, jaringan telekomunikasi. Televisi dan
kereta gantung
Sumber : Permen PU No. 5 Tahun 2008
Ketersediaan lahan pemakaman yang terdapat di Kota Pontianak sampai saat ini telah
mencapai 44,56 ha atau sebesar 0,4% dari luas kota yang tersebar cukup merata. Untuk
mengantisipasi perkembangan lahan pemakaman di pusat kota maka di masa mendatang
peruntukan lahan untuk pemakaman umum diarahkan pada daerah pinggir kota dengan
lahan yang cukup dengan pertimbangan tidak mudah banjir, tidak berada pada jaringan
jalan utama dan bukan sebagai faktor penarik perkembangan kota, sehingga lebih teratur
dan dikelola oleh pemerintah daerah. Lokasi pemakaman antar agama dapat
berdampingan atau terpisah.
Adapun arahan pengembangan kawasan lindung setempat yang berfungsi pula sebagai ruang
terbuka hijau ini adalah:
- Menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan yang ada dan direncanakan
- Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di sepanjang sempadan sungai, jaringan jalan, saluran
udara tegangan tinggi, sempadan jalan, dan jalan bebas hambatan.
- Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di kawasan taman kota, pemakaman umum, serta di
sekitar danau buatan dan mata air.
- Secara mikro dilakukan penyediaan taman-taman lingkungan yang berada di pusat-pusat
lingkungan perumahan.
- Bentuk upaya Intensifikasi ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan pemilihan jenis
tanaman, letak tanaman, ruang antar permukiman, taman-taman rumah. Selain itu,
dilakukan juga diantaranya melalui penataan ulang makam dan taman kota yang dijadikan
SPBU. Untuk ekstensifikasi RTH dilakukan dengan pembuatan RTH-RTH baru.
Dari beberapa uraian di atas, maka dirumuskan Rencana Alokasi Ruang Terbuka Hijau Pub lik
kota dapat dilihat pada Tabel 2.21 .
Tabel 2.21
Rencana Ruang Terbuka Hijau Publik
No Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha)
1. Kawasan Bergambut > 4 m 1.489,83
a. Kawasan lindung gambut 526,41
b. Pertanian/Agribisnis *) 803,72
c. Peternakan 159,70
2. Sempadan Sungai 53,10
3. Taman
a. 250 jiwa 77,37
b. 2500 jiwa 38,67
c. 30.000 jiwa 23,17
d. 120.000 jiwa 15,66
e. Taman dan Lapangan Olahraga 116,95
Jumlah 271,82
4. Jalur Hijau 248,16
a. Jalur Hijau Sepanjang Parit Primer dan Sekunder 35,81
b. Jalur Hijau Sempadan Jalan 49,83
c. Jalur Hijau di Bawah SUTT 53,92
d. Tempat Pemakaman Umum (TPU) 33,22
e. Buffer Zone TPA 70,62
f. Buffer Zone PLN Pembangkit 4,76
5. Hutan Kota 264,40
Total 2.327,31
Sumber : RTRW Kota Pontianak
*) Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak Tahun 2012
KETERANGAN :
- Jalur Hijau Sepanjang Parit Primer dan Sekunder 1 meter di kanan kiri parit
- Jalur Hijau Sempadan Jalan Arteri 2 m dan 1 meter di sepanjang jalan kolektor dan lokal
- Jalur Hijau Sepanjang Jalur SUTT 20 m di dari jalur SUTT
- Buffer Zone TPA 300 m dari Garis terluar TPA
- Buffer Zone PLTD sebesar 50 m dari garis terluar Lokasi Pembangkit
- Buffer Zone Zona Industri 50 m dari garis terluar kawasan peruntukan industri
Dari rincian diatas maka, target pencapaian RTH Publik yang dapat dicapai adalah sebesar
21,59 persen dari total keseluruhan luas wilayah kota Pontianak.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalar dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alami maupun yang sengaja di tanam. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Permendagri nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan bahwa Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan
ruang terbuka hijau privat. Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran
penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.
Sistem Ruang Terbuka Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak hanya
terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural
diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang
lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang
membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif
dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses
sebesar-besarnya oleh publik.
Adapun prinsip-prinsip penataan dalam sistem Ruang Terbuka Hijau sebagai berikut :
(1) Secara Fungsional, meliputi: Pelestarian ruang terbuka kawasan, Aksesibilitas publik,
Keragaman fungsi dan aktivitas, Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan
berorientasi bagi pejalan kaki, sebagai pengikat lingkungan/bangunan dan sebagai
pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan/bangunan bagi pejalan kaki
(2) Secara Fisik dan Nonfisik, meliputi: Peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan,
kualitas fisik (memenuhi kriteria kenyamanan bagi pemakai, kelancaran sirkulasi udara,
pancaran sinar matahari, tingkat kebisingan, dan aspek klimatologi lainnya) dan
kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan
(3) Dari Sisi Lingkungan, meliputi : keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar,
keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, kelestarian ekologis kawasan,
pemberdayaan kawasan, pengembangan potensi bentang alam sebagai unsur
kenyamanan kota dengan merencanakannya sebagai ruang terbuka bagi publik dan
penekanan adanya pelestarian alam dengan merencanakan proteksi terhadap area
bentang alam yang rawan terhadap kerusakan.
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman- taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan
olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi
ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Sedangkan secara struktur ruang, RTH dapat
mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), mauapun pola planologis yang
mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.
Berdasarkan status kepemilikan ruang terbuka hijau dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
ruang terbuka hijau (RTH) publik dan ruang terbuka hijau (RTH) privat atau non publik. RTH
publik adalah RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh
Pemerintah (pusat, daerah), sedangkan RTH Privat adalah RTH yang berlokasi pada lahan-
lahan milik privat. Adapun ruang terbuka hijau pada kawasan Kota Pontianak berupa kawasan
lindung, taman, hutan kota, jalur hijau jalan, jaringan listrik tegangan tinggi, tempat
pemakaman umum, serta zona-zona penyangga TPA dan PLN Pembangkit.
Dalam penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau diperlukan tahapan analisis yaitu tahapan
penguraian atau pengkajian atas amatan hasil survey dan kajian pustaka. Terselenggaranya
proses sintesa antara teori dan fakta di lapangan, sebagai masukan untuk merumuskan
pedoman pembangunan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Dari
hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep penataan atas permasalahan yang
telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Dalam bab ini akan membahas mengenai analisis
tapak ruang terbuka hijau. Adapun tahapan analisis tapak ruang terbuka hijau adalah sebagai
berikut :
Kapuas, Sungai Kapuas Kecil, Sungai Landak, dan parit-parit primer seperti Sungai Nipah
Kuning, Sungai Jawi, Sungai Malaya dan Sungai Raya. Berikut contoh kawasan lindung
gambut dan kawasan sempadan sungai yang ada di Kota Pontianak adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Contoh RTH Kawasan Lindung Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Jenis RTH
Pontianak Selatan
1. Sempadan Sungai Kapuas
Pontianak Tenggara
2. Sempadan Sungai Raya
Pontianak Kota
3. Sempadan Sungai Kapuas
Pontianak Barat
4. Sempadan Sungai Nipah Kuning
Pontianak Timur
5. Sempadan Sungai Kapuas
Pontianak Utara
6. Kawasan Lindung Gambut
Bukit Rel
b) Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan yang harus dilindungi karena fungsinya yang
sangat penting untuk menjaga kelestarian unsur alami. Berdasarkan kondisi eksisting dan
karakteristik permukiman perkotaan secara umum di Kota Pontianak, terdapat dua jenis
sungai yaitu sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Namun pada perkembangannya,
kawasan sempadan sungai kurang diperhatikan dan dirawat dengan baik. Jenis vegetasi yang
ada pada sekitar kawasan sempadan sungai juga kurang terawat dan tertata dengan baik.
Beberapa jenis vegetasi tersebut kurang sesuai kondisi tanah yang berada di tepian sungai.
Selain itu, fungsi kawasan sempadan sungai sebagai daerah yang dilindungi mulai berubah ,
banyak masyarakat yang mengalih fungsikan kawasan sempadan sungai tersebut menjadi
area permukiman, area pedagang kaki lima dan lain sebagainya.
Karena sudah terdapat banyak permukiman penduduk yang termasuk kawasan sempadan
sungai, maka kawasan terbangun pada sempadan sungai dan parit primer direkomendasikan
sebagai kawasan dengan intensitas kegiatan rendah dan pembangunan terbatas. Sedangkan
untuk lahan kosong yang masih ada pada kawasan sempadan sungai diarahkan sebagai jalur
hijau yang bebas dari pembangunan kecuali untuk pembangunan yang mendukung fungsi
perlindungan setempat.
Berdasarkan Peraturan Walikota Pontianak Nomor 95 Tahun 2005 tentang garis sempadan
sungai dalam wilayah Kota Pontianak, pengendalian perkembangan pada kawasan sempadan
sungai di Kota Pontianak berupa :
(1) Garis sempadan sungai untuk Sungai Kapuas Kecil, Sungai Kapuas Besar dan Sungai
Landak berkisar antara 15 sampai 20 meter;
(2) Garis sempadan sungai, parit dan saluran dalam Wilayah Kota Pontianak adalah :
Tabel 3.2
Garis Sempadan Sungai, Parit dan Saluran Di Kota Pontianak
GARIS SEMPADAN
NO NAMA SALURAN FUNGSI
SALURAN SUNGAI
GARIS SEMPADAN
NO NAMA SALURAN FUNGSI
SALURAN SUNGAI
GARIS SEMPADAN
NO NAMA SALURAN FUNGSI
SALURAN SUNGAI
- Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai kurang dari 500
km2, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
o Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul diukur ruas per ruas dari
tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan.
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu
jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan harus
menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.
r
la
te
Es
r
la
te
Es
r
merupakan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) taman dan hutan kota yang terdapat di
Kota Pontianak :
Tabel 3.3
No
Pontianak Selatan
la
Ketersediaan RTH Taman Dan Hutan Kota Di Kota Pontianak
Taman RT
Luas RTH (Ha)
0,211
te
2 Taman Jl. Sultan Hamid II (Tol Kanan) Taman RT 0,211
3 Taman Akcaya Kota Baru Taman Kelurahan 0,305
4 Taman Bundaran Kota Baru Taman Ornamen 0,015
5 Hutan Kota Jl. Veteran Hutan Kota 2,425
Pontianak Tenggara
6 Tugu Digulis Untan Taman Ornamen 0,082
Es
Tabel 3.4
Data Fasos / Fasum Perumahan Kota Pontianak Tahun 2011-2012
NAMA KOMPLEKS /
NO LOKASI LUAS (Ha)
PENGEMBANG
1 Komp.Laili Raya Jl.Pemda / Jl.Padat Karya 0,0354
2 Komp.Graha Zaudati Jl.Pemda / Jl.Padat Karya 0,07
3 Komp.Nusa Indah Permai III Jl.Padat Karya Kel.Saigon 0,0365
4 Komp.Villa Gading Mansion Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat 0,0326
5 Komp.Mutiara Sepakat Jl.Sepakat 2 Kel.Bansir Darat 0,031
6 Komp.Griya Tanjung Permai Jl.Ya' M.Sabran Kel.Tanjung Hulu 0,0208
7 Komp.Pesona Alam Jl.Petani Kel.Sungai Jawi 0,0311
8 Komp.Intan Permata Jl.Karet Kel.Sui Beliung 0,0438
9 Komp.Amy Permai Jl.Husain Hamzah Kel.Pal Lima 0,0185
10 Komp.Amy Permai Jl.Husain Hamzah Kel.Pal Lima 0,0139
11 Komp.Grand Permai II Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Parit Mayor 0,029
12 Komp.Grand Permai II Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Parit Mayor 0,0302
r
13 Komp.Lathisa Terrace Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Saigon 0,0442
14 Komp.Royal Mansion Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Saigon 0,0334
15 Komp.Royal Mansion Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Saigon 0,0317
16
17
18
19
20
21
Komp.Bumi Citra Lestari
Komp.Bumi Citra Lestari
Komp.GreenHill
Komp.Royal Serdam
Komp.Royal Serdam
Komp.Green Land
la Jl.Landak Timur Kel.Tj.hulu
Jl.Landak Timur Kel.Tj.hulu
Jl.Parit H.Husin 2 Kel.Bansir Darat
Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat
Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat
Jl.Parit H.Husin 2 Kel.Bangka Belitung Darat
0,0255
0,0203
0,0398
0,0265
0,0273
0,0307
te
22 Komp.Green Land Jl.Parit H.Husin 2 Kel.Bangka Belitung Darat 0,0302
23 Komp.Grand Zaudati Jl.Lapangan Golf Kel.Siantan Hulu 0,0316
24 Perumahan Kurnia 9 Jl.Parit demang Kel.Parit Tokaya 0,01
25 Perumahan Taman Anggrek Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat 0,0344
JUMLAH 0,7784
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak
Es
Tabel 3.5
Data Lapangan Olah Raga Kota Pontianak
NO NAMA LOKASI LUAS (Ha)
Berdasarkan data ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Pontianak, jenis ruang
terbuka hijau taman dan hutan kota yang ada di Kota Pontianak sangat bervariasi dan
beragam. Berikut beberapa ilustrasi ruang terbuka hijau berupa taman dan hutan kota yang
ada di Kota Pontianak :
Tabel 3.6
Contoh RTH Taman Dan Hutan Kota Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Lokasi Luas RTH (Ha)
Pontianak Selatan
1. Taman Akcaya 0,305
r
2. Stadion Sultan Syarif 19,5902
Abdurrahman
la
te
3. Hutan Kota Jl. Veteran 2,425
Es
Pontianak Tenggara
4. Taman Untan 0,813
Pontianak Kota
7. Taman Jl. Karimata 0,097
r
8.
la Taman Yamaha Simpang
Empat Merdeka
(SMP Negeri 1 Pontianak)
0,008
te
9. Taman Alun Kapuas 0,483
Es
Pontianak Utara
10. Tugu Khatulistiwa 4,503
masih terlalu sedikit dan belum cukup merata penyebarannya untuk setiap bagian wilayah
di Kota Pontianak. Seharusnya taman RT diperuntukkan untuk melayani kegiatan sosial di
lingkungan RT tersebut. Selain itu, taman RT juga berfungsi sebagai pengendali udara dan
tempat bermain anak. Namun pada kenyataanya taman tersebut kurang perawatan
sehingga fungsi taman tidak maksimal dan tidak nyaman untuk digunakan.
Jenis vegetasi yang ada pada taman RT kurang memenuhi standar dan fasilitas yang ada di
dalam taman juga sudah tidak memadai lagi. Pada dasarnya, taman dalam lingkup rukun
tetangga merupakan tanggung jawab bagi masyarakat sekitar yang tinggal di area taman
tersebut. Namun kesadaran masyarakat akan ruang terbuka hijau masih sangat kurang.
Oleh karena itu, diperlukan arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam
cakupan skala rukun tetangga (RT) yaitu :
- Adanya penambahan taman RT minimal 1 (satu) taman dalam cakupan skala rukun
tetangga;
- Luasan untuk taman RT 250 m2 atau dengan standar 1 m2 per penduduk dan radius
r
pencapaian kurang dari 300 m;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman;
- Taman harus menyediakan fasilitas minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-
anak;
la
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 3 (tiga) pohon pelindung dari
jenis pohon kecil atau sedang;
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman RT.
te
b) Taman Rukun Warga (RW)
Berdasarkan skala pelayanannya taman rukun warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk
taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam satu lingkup RW yang terdiri dari
sekitar 2.500 penduduk atau 10 lingkungan. Di Kota Pontianak, untuk taman dengan
cakupan skala rukun warga (RW) masih sangat sedikit dan jarang, bahkan terkadang
dalam cakupan satu rukun warga (RW) tidak terdapat ruang terbuka hijau sama sekali. Hal
Es
ini disebabkan karena keterbatasan lahan di area permukiman untuk peruntukkan ruang
terbuka hijau.
Taman RW setidaknya dapat mewadahi berbagai kegiatan sosial masyarakat di lingkungan
RW khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat
lainnya di lingkungan RW tersebut. Namun ruang terbuka hijau taman yang ada tidak
berfungsi secara maksimal dan tidak terawat dengan baik dikarenakan kurangnya
kesadaran masyarakat sekitar untuk merawat serta mengelolanya. Hal ini juga
menyebabkan taman sebagai ruang terbuka aktif menjadi taman dengan ruang terbuka
pasif yang tidak ada interaksi sosial di dalamnya. Selain itu, jenis vegetasi yang ada belum
memenuhi kriteria yang sesuai untuk sebuah taman. Setidaknya di dalam satu taman
dibutuhkan tanaman pelindung dari berbagai jenis pohon.
Adapun arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala rukun
warga (RW) yaitu :
- Adanya penambahan taman RW minimal 1 (satu) taman dalam cakupan skala rukun
warga;
- Luasan untuk taman RW 1.250 m2 atau dengan standar 0,5 m2 per penduduk dan
radius pencapaian 1.000 m;
- Lokasi taman RW dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW seperti balai pertemuan,
dekat dengan TK, pertokoan lingkungan, pos hansip dan lain-lain;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
- Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas beberapa unit bangku taman dan fasilitas
lapangan seperti lapangan voli, bulutangkis dan lain-lain;
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 10 (sepuluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang;
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman RW.
c) Taman Kelurahan
Taman Kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu kelurahan yaitu sekitar 30.000 penduduk. Berdasarkan kondisi eksisting di
Kota Pontianak, jenis taman untuk cakupan skala kelurahan masih sangat kurang
r
jumlahnya. Tidak semua bagian wilayah Kota Pontianak memiliki taman kelurahan. Jumlah
taman yang ada masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
semakin bertambah setiap tahunnya dan taman kelurahan yang ada di Kota Pontianak
la
penyebarannya tidak merata hanya terdapat pada area kecamatan Pontianak Selatan,
Pontianak Tenggara dan Pontianak Kota. Selain itu, fasilitas yang ada pada taman juga
kurang memadai dan kurang terawat. Vegetasi yang ada juga belum memenuhi standar,
karena setidaknya di dalam taman kelurahan tersebut terdapat beberapa jenis pohon
pelindung. Vegetasi yang tumbuh dan berkembang di taman bahkan ada yang mati karena
te
kurangnya perawatan.
Berikut arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala
kelurahan :
- Adanya penambahan taman keluarahan sekurang-kurangnya 1 (satu) taman dalam
cakupan skala kelurahan;
- Luasan untuk taman kelurahan sekitar 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
Es
- Lokasi taman kelurahan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan sebaiknya
berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman dan
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktifitas;
- Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas berupa lapangan olahraga, lokasi pertandingan
olahraga, upacara, serta kursi-kursi taman.
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 25 (dua
puluh lima) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang), dan untuk taman pasif
minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang);
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman
kelurahan.
d) Taman Kecamatan
Taman Kecamatan ditujukan untuk melayani penduduk dalam satu kecamatan yang
melayani sekitar 120.000 penduduk. Di Kota Pontianak yang dapat dikategorikan sebagai
taman kecamatan hanya taman terdapat di kawasan Universitas Tanjungpura (Untan)
kecamatan Pontianak Tenggara. Jumlah tersebut sangat tidak mencukupi untuk jumlah
penduduk Kota Pontianak yang semakin bertambah setiap tahunnya. Padahal penduduk
sangat membutuhkan ruang terbuka hijau untuk menampung segala aktifitas sosial serta
kegiatan lainnya. Keterbatasan lahan untuk peruntukkan ruang terbuka hijau juga menjadi
kendala dalam ketersediaan ruang terbuka hijau. Hal ini menyebabkan jumlah ruang untuk
taman sangat sedikit sehingga ruang terbuka hijau tidak bisa teroptimalisasi dengan baik.
Selain itu, pada taman kelurahan yang ada di areal Universitas Tanjungpura tersebut,
jumlah dan jenis vegetasinya, masih sangat kurang. Vegetasinya belum memenuhi kriteria
untuk taman kecamatan, yang harus terdapat banyak pohon pelindung dan pohon
tahunan. Oleh karena itu, diperlukan arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman
dalam cakupan skala kecamatan yaitu sebagai berikut :
- Adanya penambahan taman kecamatan sekurang-kurangnya 1 (satu) taman dalam
cakupan skala kecamatan;
- Luasan untuk taman kecamatan sekitar 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2 per penduduk;
- Lokasi taman kecamatan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan sebaiknya
r
berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman dan
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktifitas;
la
- Fasilitas yang ada pada taman kecamatan dapat berupa lapangan terbuka, lapangan
basket, upacara serta kursi-kursi taman;
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 50 (lima
puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang dan untuk taman pasif minimal
te
100 (seratus) pohon tahunan (jenis pohon kecil dan sedang);
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman
kecamatan.
e) Taman Kota
Taman kota adalah taman yang melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota
Es
yang melayani minimal 480.000 penduduk. Taman ini dapat berbentuk sebagai ruang
terbuka hijau (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain
(anak/balita), taman balita, taman khusus (lansia), fasilitas olahraga terbatas, serta
kompleks olahraga. Di Kota Pontianak, taman yang dapat dikategorikan sebagai taman
skala kota sebenarnya belum ada, karena taman-taman tersebut belum memenuhi kategori
sebagai taman berskala kota baik dari sisi luasan area hingga fasilitas dan vegetasi di
dalamnya yang masih sangat kurang.
Selain itu, masyarakat Kota Pontianak juga sudah terbiasa berkumpul dan berinteraksi
sosial di area perbelanjaan dan hiburan seperti mall, sehingga aktifitas masyarakat terpusat
di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya wadah untuk menampung
segala aktifitas sosial masyarakat serta kegiatan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkanlah
suatu wadah ruang terbuka hijau berupa taman kota untuk mewadahi segala kegiatan
interaksi sosial masyarakat. Adapun arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman
dalam cakupan skala kota yakni sebagai berikut :
- Luasan untuk taman kota minima 144.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
- Lokasi taman kota berada di tempat yang strategis sehingga mudah diakses oleh semua
masayarakat;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) 80-90% dari luas taman dan sisanya
dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas;
- Fasilitas yang ada pada taman kota dapat berupa lapangan hijau terbuka yang
dilengkapi fasilitas rekreasi dan olahraga, kompleks olahraga, area bermain anak, dan
kursi-kursi taman, serta fasilitas lainnya yang mendukung.
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai berupa pohon tahunan (pohon sedang dan kecil),
semak, perdu, penutup tanah yang ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan;
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman kota;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman kota.
f) Hutan Kota
Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi dan penyangga lingkungan
kota (pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah, keanekaragaman hayati).
Hutan kota juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas sosial masyarakatn(secara
terbatas, meliputi aktifitas pasif seperti duduk dan beristirahat dan atau membaca, atau
r
aktifitas yang aktif seperti jogging, senam atau olahraga ringan lainnya), wisata alam,
rekreasi, penghasil produk hasil hutan, oksigen, ekonomi (buah-buahan, daun, sayur),
wahana pendidikan dan penelitian.
la
Hutan kota di Kota Pontianak masih kurang merata penyebarannya untuk tiap wilayah.
Saat ini hutan kota hanya terdapat di kecamatan Pontianak Selatan dan Pontianak
Tenggara. Hutan kota sebaiknya terdapat pada setiap bagian wilayah Kota Pontianak, hal
ini dikarena fungsi hutan kota sebagai penyangga lingkungan yakni untuk :
- Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
te
- Meresapkan air;
- Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
- Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Hutan kota memiliki struktur yang terdiri dari komunitas tumbuh-tumbuhan pepohonan dan
rumput. Hutan kota dapat berbentuk seperti :
- Bergerombol atau menumpuk : hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi
Es
pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat
tidak beraturan;
- Menyebar : hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas
minimal 2.500 m2. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam
bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;
- Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90-100% dari luas hutan kota;
- Berbentuk jalur : hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan
sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Dengan lebar minimal hutan kota
berbentuk jalur adalah 30 meter.
r
la
te
Es
r
la
te
Es
r
la
te
Es
r
la
te
Es
Tabel 3.7
Contoh RTH Jalur Hijau Jalan Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Lokasi Keterangan
Pontianak Selatan
1 Jl. A Yani Median Jalan
r
Pontianak Tenggara
3
la Jl. AR. Saleh Median Jalan
te
4 Jl. A Yani Bahu Jalan dan Jalur
Pejalan Kaki
Es
Pontianak Kota
5 Jl. Zainuddin Pulau Jalan
Pontianak Timur
8 Jl. Sultan Hamid II Bahu Jalan
r
Pontianak Utara
9
la Jl. Khatulistiwa Bahu Jalan
te
Sumber : Hasil Analisis
polusi yang dihasilkan oleh industri. Diperlukan penyedia jalur hijau sebagai jalur pengaman
bagi penempatan utilitas kota dengan lokasi menyebar. Setiap jiwa membutuhkan jalur hijau
dengan luas 15 m2 yang letaknya menyebar. Di Kota Pontianak pembagian jalur hijau jalan
merata pada setiap bagian jalan. Jalur hijau jalan hanya ada pada jalan-jalan arteri primer,
kolektor primer serta arteri sekunder. Pada kecamatan Pontianak Selatan, Tenggara dan
Pontianak Kota, jalur hijau tertata dengan cukup rapi dan bersih. Namun pada daerah
kecamatan Pontianak Barat, Utara dan Timur area jalur hijau belum tertata dengan rapi. Hal
ini disebabkan kurangnya pengelolaan dari Pemerintah terhadap area jalur hijau tersebut.
Perkembangan dan penataan jalur hijau hanya terkonsentrasi pada area pusat kota.
Jalur hijau yang terdiri dari pulau jalan, median jalan serta jalur pejalan kaki mempunyai
fungsi sebagai pendukung dalam suatu jaringan jalan. Untuk jalur pejalan kaki yang terdapat
pada bahu jalan, difungsikan sebagai ruang bagi pejalan kaki. Namun, fungsi tersebut
terkadang berubah menjadi area pedagang kakil lima berjualan. Hal ini dapat mengganggu
intensitas pengguna jalur pejalan kaki. Selain itu, pemilihan vegetasi pada area jalur hijau
juga belum memenuhi kriteria seharusnya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang
sesuai untuk jalur hijau jalan di Kota Pontianak ini.
Dalam perencanaan jalur hijau, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar tercipta
jalur hijau yang selaras dan seimbang yaitu sebagai berikut :
r
Tanam
1 Ruas jalan / 4,00 m untuk perkotaan Tanaman tidak melebihi tiang listrik dan
sepanjang tangents telepon, tidak merusak utilitas bawah
3
Median
(lebar < 1,50 m)
Median
(lebar > 1,50 m)
la
0,50 dari tepi garis jalan
038/TBM/1997
6 Median terbuka pada 2,50 m diukur dari median Pelihara tinggi semak pada 0,50 m.
lengkung horizontal terbuka
0,50 m depan garis tepi
7 Persimpangan tidak Jarak pengukuran 80,00 m Semak-semak sampai jarak pandang
bersinyal dari pusat persimpangan henti harus dipelihara pada ketinggian
pada masing-masing kaki 0,50 m dan daun-daun serta cabang-
cabang pohon tidak melebihi di atas
5,00 m pada daerah ruang bebas
vertikal.
8 Persimpangan Jarak pengukuran 65,00 m Semak-semak di daerah naungan harus
bersinyal dari pusat persimpangan dipelihara pada ketinggian 0,50 m.
pada masing-masing kaki Tidak ada pohon merambat di atas 5,00
m pada daerah ruang bebas vertikal.
9 Bundaran 30,00 m dan 5 ,00 m Daerah naungan pada simpang susun
radius terluar bundaran ke harus bersih dari pohon/objek
pohon/objek pertaman berbahaya. Pelihara ketinggian semak-
pada jalan arteri dan lokal semak pada 0,50 m di daerah naungan.
berurutan
10 Simpang susun Ikuti pengaturan jarak Tanam hanya semak-semak dan pohon
seperti pada tikungan atau kecil sampai daerah titik-titik.
ruas jalan.
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
r
fungsinya sebagai tanaman jalan.
5) Kriteria tanaman berdasarkan kondisi organ tanaman :
- Akar : tidak merusak struktur jalan, kuat, dan bukan akar dangkal.
la
- Batang : kuat dan tidak mudah patah, tidak bercabang di bawah.
- Dahan/Ranting : tidak mudah patah, tidak terlalu menjuntai ke bawah sehingga
menghalangi pandangan.
- Daun : tidak mudah rontok, tidak terlalu rimbun, tidak terlalu besar sehingga jika
jatuh tidak membahayakan pengguna jalan.
te
- Bunga : tidak mudah rontok dan tidak beracun.
- Buah : tidak mudah rontok, tidak berbuah besar, dan tidak beracun.
- Sifat lainnya : cepat pulih dari stress salah satu cirinya dengan mengeluarkan tunas
baru, dan tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri.
pencemaran CO2.
- Penyerap kebisingan : jenis tanaman yang paling efektif meredam suara adalah yang
mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat.
- Penghalang silau : untuk jalur tepi jalan dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun
padat, ditanam rapat pada ketinggian 1,5 m. untuk median jalan sebaiknya ditanam
semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah berlawanan dapat dikurangi.
- Pembatas pandang : untuk pembatas pandang jenis tanaman tinggi dan perdu/semak
yang bermassa daun padat yang dapat ditanam berbaris atau membentuk massa
dengan jarak tanam rapat.
- Pengarah : jenis tanaman dapat berupa pohon tinggi maksimal 5 m, atau pohon
kecil/perdu ataupun semak yang disusun berbaris dengan jarak sama.
- Memperindah lingkungan : semua jenis tanaman yang ditata rapi dan bersih dapat
memperindah lingkungan sekitarnya.
- Penahan benturan : jenis tanaman perdu yang berakar kuat dan tumbuh dengan baik
dapat menjadi penahan benturan yang keras.
- Pencegah erosi : pohon, perdu dan rumput dapat membantu dalam mengendalikan
erosi tanah.
- Habitat satwa : jalur hijau jalan dapat menjadi habitat satwa sebagai tempat mencari
makan serta tempat berlindung, salah satunya burung.
- Pengalih parkir ilegal : penanaman jenis tanaman perdu atau pohon pada tepi jalan
dapat mencegah parkir liar, sedangkan pada luasan yang terbatas dapat menggunakan
pohon kecil atau perdu untuk menghalangi pengendara parkir di daerah larangan parkir.
- Pemecah angin : jenis tanaman yang dapat memecah angin harus tanaman tinggi dan
perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan
jarak tanam rapat kurang dari 3 m.
r
la
te
Es
r
la
te
Es
r
Radius aman dari SUTT/SUTET adalah 50 m kanan-kiri tower.
b) RTH Pemakaman Umum (TPU)
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman umum disamping memiliki fungsi
la
utama sebagai tempat penguburan jenasah, juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai
daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung dan juga fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat
dan sebagai sumber pendapatan.
c) Buffer Zone TPA dan PLN Pembangkit
te
Daerah penyangga adalah wilayah yang berfungsi untuk memelihara dua daerah atau lebih
untuk beberapa alasan. Daerah penyangga ini dibiarkan sebagaimana aslinya untuk
memelihara keseimbangan ekologi dan menjadi paru-paru kota, sehingga racun CO
maupun buangan CO2 hasil pembakaran kendaraan bermotor dan asap industri dapat
terserap dalam kawasan penyangga dan dengan proses fotosintesa diubah menjadi
oksigen yang diperlukan oleh kehidupan.
Es
r
4 Makam Jl. A. R Hakim Darat Sekip 0,624
Pontianak Kota
5 Makam Jl. Lembah Murai Mariana 0,313
6 Makam Jl. Pak Kasih Mariana 0,199
7
8
1
2
3
4
Makam Jl. Danau Sentarum
Makam Jl. Danau Sentarum
Pontianak
Selatan
Sungai Bangkong
Sungai Bangkong
8 Makam Antara Jl. Paralell Tol dan Jl. Sultan Hamid 2 Dalam Bugis 0,489
9 Makam Jl. Ya' M. Sabran Tanjung Hulu 0,093
10 Makam Jl. Ya' M. Sabran dekat Batas Kota Tanjung Hulu 0,071
11 Makam Simpang Jl. Tanjung Harapan Banjar Serasan 0,156
12 Makam Jl. Tanjung Harapan Banjar Serasan 0,148
13 Makam Jl. Tanjung Harapan (Perbatasan dengan Kel. Parit Mayor) Banjar Serasan 0,150
Jumlah 6,108
1 Makam Jl. Sepakat 1 Bangka Belitung Laut 0,473
2 Makam Jl. A. R. Saleh Pontianak Bangka Belitung Laut 0,527
3 Makam Jl. Adi Sucipto (dekat Batas Kubu Raya) Tenggara Bangka Belitung Laut 0,817
4 Makam Jl. Paris 2 (belakang Mesjid Quba) Bansir Darat 0,229
Jumlah 2,046
TOTAL 36,251
Sumber : Hasil Analisis
Berikut gambaran ketersediaan RTH pemakaman umum dan buffer zone di Kota Pontianak :
Tabel 3.10
Contoh RTH Fungsi Tertentu Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Jenis RTH
Pontianak Utara
1 Pemakaman Tionghoa
Pontianak Kota
4 Pemakaman Muslim
r
Sumber : Hasil Analisis
la
te
3.4.2. Kebutuhan RTH Fungsi Tertentu Di Kota Pontianak
Kebutuhan RTH fungsi tertentu khususnya untuk RTH pemakaman umum dan buffer zone
sangat penting di Kota Pontianak ini, apalagi untuk daerah yang cukup padat dan
penduduknya yang semakin bertambah. Perencanaan dan penataan kawasan yang baik untuk
daerah pemakaman umum serta daerah-daerah penyangga akan membuat kota yang lebih
tertata dan berkesinambungan.
Es
terbuka hijau khususnya di daerah perkotaan. Adapun ketentuan lebar sempadan jaringan
tenaga listrik yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
- Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah
jaringan tenaga listrik;
- Ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan tanah dan benda lain
ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 3.11
Jarak Bebas Minimum SUTT
SUTT
No Lokasi
66 KV 150 KH
1 Bangunan beton 20 m 20 m
2 Pompa bensin 20 m 20 m
3 Penimbunan bahan bakar 50 m 20 m
4 Pagar 3 m 20 m
r
5 Lapangan terbuka 6,5 m 20 m
6 Jalan raya 8 m 20 m
7 Pepohonan 3,5 m 20 m
8
9
10
11
12
Rel kereta api la
Bangunan tahan api
Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Pontianak dialokasikan secara komunal dalam
beberapa lokasi. Secara umum tidak ada patokan khusus mengenai kebutuhan ruang bagi
TPU dan perkembangannya disesuaikan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu,
penggunaan lahan pada pemakaman umum menjadi semerawut dan tidak teratur sehingga
banyak ruang-ruang yang tidak bisa digunakan untuk lahan pemakaman. Lahan
pemakaman semakin sempit dan padat karena tidak tertata rapih. Hal ini disebabkan juga
karena kurangnya pengelolaan dan pengawasan dari pihak Pemerintah. Tempat
pemakaman umum (TPU) yang sekarang menjadi tanggung jawab pihak masing-masing
kecamatan. Selain itu, pemilihan vegetasinya juga belum sesuai hanya berdasarkan
vegetasi yang sudah ada pada lahan tersebut. Adapun ketentuan bentuk untuk penyediaan
RTH pemakaman sebagai berikut :
- Ukuran makam 1 m x 2 m;
- Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;
- Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;
- Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok
disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
- Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan
pohon pelindung disalah satu sisinya;
- Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antar pagar buatan
dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;
- Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari
total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
r
d) Buffer Zone PLN Pembangkit
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Kota Pontianak berada di area permukiman
penduduk. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar yang
la
tinggal pada area tersebut. Kurangnya zona penyangga (buffer zone) pada daerah sekitar
PLN pembangkit tersebut menimbulkan dampak langsung antara lain dapat berupa
pencemaran lingkungan akibat bahan buangan dan sisa industri yang dapat mengotori
udara dan air tanah; kebisingan kontinyu maupun impulsive yang dapat menimbulkan
penyakit; lingkungan menjadi tidak nyaman untuk permukiman; pandangan yang kurang
te
sedap di daerah industri. Selain itu, juga dapat menimbulkan dampak tidak langsung antara
lain berupa urbanisasi serta perubahan nilai sosial budaya. Pada mesin tenaga diesel zat-
zat yang terkandung dalam bahan bakar yang mempengaruhi pengoperasian mesin diesel
antara lain arang, sedimen (pengendapan) dan studge, air, sulfur, dan debu. Oleh karena
itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu daerah penyangga untuk
mereduksi pencemaran yang ditimbulkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
tersebut. Di dalam daerah penyangga dibutuhkan vegetasi yang dapat menyerap polusi
Es
serta dapat meredam kebisingan dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
r
la
te
Es
r
1 Kawasan Lindung
a. Kawasan Gambut > 4 m *) 1.489,83 1.489,83 0,00 0,00%
b. Sempadan Sungai 53,10 53,10 0,00 0,00%
2
3
4
Taman dan Hutan Kota
a. Taman dan Lapangan Olah Raga
b. Hutan Kota
Jalur Hijau Jalan
Fungsi Tertentu
a. Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
b. Pemakaman Umum (TPU)
la 74,92
13,69
3,02
53,92
36,25
271,81
264,40
85,64
53,92
33,22
196,89
250,71
82,62
0,00
-3,03
8,46%
10,77%
3,55%
0,00%
-0,13%
te
c. Buffer Zone TPA 70,62 70,62 0,00 0,00%
d. Buffer Zone PLN Pembangkit 4,76 4,76 0,00 0,00%
e. Buffer Zone Balai Benih lkan Dinas Pertanian Perikanan dan 0,87 0,00 -0,87 -0,04%
Kelauatan Kota Pontianak
f. Buffer Zone Gedung Bulutangkis Kota Pontianak dan SMK 0,28 0,00 -0,28 -0,01%
Negeri 9
TOTAL 1.801,26 2.327,30 526,04 22,60%
Es
Berdasarkan data perhitungan ruang terbuka hijau antara ketersediaan ruang terbuka hijau
yang ada di Kota Pontianak dan kebutuhan (rencana) ruang terbuka hijau berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak, maka kekurangan ruang terbuka hijau
di Kota Pontianak adalah sebesar 526,04 Ha atau sekitar 22,60 persen dari total keseluruhan
kebutuhan (rencana) ruang terbuka hijau berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Pontianak.
Oleh karena itu, penambahan ruang terbuka hijau sangat diperlukan agar dapat memenuhi
kekurangan ruang terbuka hijau tersebut. Dan penambahan ruang terbuka hijau tersebut
khusus pada sektor taman dan hutan kota serta jalur hijau jalan sehingga penyebaran ruang
terbuka hijau di Kota Pontianak merata dan seimbang. Adapun untuk memenuhi kekurangan
ruang terbuka hijau tersebut, diperlukan lahan atau tanah kosong yang dapat diperuntukkan
untuk ruang terbuka hijau. Berikut data lahan kosong berdasarkan Sistem Informasi
Manajemen Aset (SIMA) dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak :
Tabel 3.13
Data Tanah Kosong Yang Diperuntukkan Di Kota Pontianak
LUAS TANAH
NO LOKASI NO REGISTRASI KETERANGAN
(Ha)
PONTIANAK UTARA
1 Jl. Khatulistiwa - Terminal Siantan 0,054 625/TNH/PEMKOT/U
2 Jl. Penunjang / Jl. S. Malaya 1,296 662/TNH/PEMKOT/U
3 Jl. Parit Pangeran 0,027 638/TNH/PEMKOT/U Lokasi belum diketahui
4 Jl. Parit Pangeran 0,078 639/TNH/PEMKOT/U Lokasi belum diketahui
5 Jl. Parit Pangeran 0,032 640/TNH/PEMKOT/U Lokasi belum diketahui
Jumlah 1,487
PONTIANAK BARAT
1 Jl. Kom Yos Sudarso 0,389 38/TNH/PEMKOT/B
2 Kelurahan Sui Jawi Dalam 0,043 49/TNH/PEMKOT/B
3 Gg. Kemauan Sui Jawi Dalam 0,034 75/TNH/PEMKOT/B
r
4 Kelurahan Pal 5 0,051 81/TNH/PEMKOT/B
5 Kelurahan Pal 5 0,060 82/TNH/PEMKOT/B
Jumlah 5,129
PONTIANAK KOTA
1 Taman SPBU Kota Baru Jl. M. Yamin 0,145 159/TNH/PEMKOT/K
2 Jl. Ampera 0,025 226/TNH/PEMKOT/K
3 Kelurahan Sui Jawi 0,037 238/TNH/PEMKOT/K
4 Jl. Karimata 0,024 134/TNH/PEMKOT/K
5 Jl. Tanjungpura Kel. Darat Sekip 0,028 157/TNH/PEMKOT/K
6 Jl. U. Pandang Kel. Sei. Jawi Gg. Hanura 1,114 160/TNH/PEMKOT/K
7 Jl. Rahadi Usman Kel. Tengah 0,075 168/TNH/PEMKOT/K
8 Jl. Zainuddin / Jl. Rahadi Usman 0,017 172/TNH/PEMKOT/K
9 Jl. Rahadi Usman Kel. Tengah 0,505 187/TNH/PEMKOT/K
10 Kelurahan Sui Jawi 0,037 238/TNH/PEMKOT/K
11 Jl. P. Natakusuma Kel. Sui Bangkong 0,112 179/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
12 Jl. Danau Sentarum Kel. Sui Bangkong 0,015 201/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
13 Kelurahan Sungai Bangkong 0,035 218/TNH/PEMKOT/K
14 Jl. Danau Sentarum 0,012 221/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
15 Jl. Danau Sentarum 0,012 222/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
Jumlah 2,192
PONTIANAK SELATAN
1 Kelurahan Parit Tokaya 0,017 365/TNH/PEMKOT/S
2 Jl. Harapan Jaya 0,303 438/TNH/PEMKOT/S
3 Jl. Harapan Jaya Gg. Gunung Kota 0,252 440/TNH/PEMKOT/S
4 Jl. Harapan Jaya Gg. Gunung Kota 0,293 441/TNH/PEMKOT/S
LUAS TANAH
NO LOKASI NO REGISTRASI KETERANGAN
(Ha)
5Kel. Parit Tokaya 0,116 390/TNH/PEMKOT/S
6Jl. Harapan Jaya Gg. Kesehatan 0,074 446/TNH/PEMKOT/S
7Jl. Harapan Jaya Gg. Kesehatan 0,099 448/TNH/PEMKOT/S
8Jl. Harapan Jaya 0,092 450/TNH/PEMKOT/S
9Jl. Harapan Jaya Gg. Kesehatan 0,086 451/TNH/PEMKOT/S
10Jl. Perdana 0,019 364/TNH/PEMKOT/S Lokasi belum diketahui
11Jl. Prof. M. Yamin Kel. Parit Tokaya 0,127 293/TNH/PEMKOT/S Lokasi belum diketahui
Jumlah 1,476
PONTIANAK TENGGARA
1 Kelurahan Bangka Belitung 0,081 380/TNH/PEMKOT/S
2 Jl. Sui Raya Dalam 0,021 401/TNH/PEMKOT/S
3 Jl. Sui Raya Dalam 0,015 404/TNH/PEMKOT/S
4 Taman Jl. Sui Raya Dalam 0,024 407/TNH/PEMKOT/S
r
5 Taman Jl. Sui Raya Dalam 0,030 408/TNH/PEMKOT/S
6 Taman Jl. Paris 1 0,011 410/TNH/PEMKOT/S
7 Taman Jl. Paris 2
r
la
te
Es
r
la
te
Es
r
la
te
Es
r
la
te
Es
Ruang terbuka hijau kota adalah ruang terbuka hijau di dalam kota yang pemanfaatannya
bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah atau budidaya
tanaman oleh manusia seperti : jalur hijau, pertamanan, lahan pertanian, hutan kota. Ruang
terbuka hijau dapat terdiri dari jalur hijau dan biru yang saling terintegrasi.Jalur biru dapat
r
berupa aliran sungai ataupun drainase lainnya.
la
yang terkait dengan keberadaan ruang terbuka hijau perkotaan meliputi fungsi ekologis,
sosial, ekonomi dan arsitektural, serta nilai estetika yang dimilikinya (objek dan lingkungan),
tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan
kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota.
te
Untuk mendapatkan ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetika dalam suatu sistem
perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi
pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan
keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota
merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini. Kelestarian
ruang terbuka hijau suatu wilayah harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman
Es
Dalam penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak, diperlukan suatu arahan
pengembangan dan konsep yang matang untuk menciptakan tata ruang kota yang nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Berdasarkan undang-undang penataan ruang, dijelaskan bahwa
proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik
keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologi, yang
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Kriteria vegetasi pada kawasan lindung gambut dapat berupa tanaman buah-buahan dan
sayur-sayuran lokal seperti lidah buaya, pepaya, jeruk, duku, langsat, manggis, durian,
nanas, melon, rambutan dan semangka. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur
organiknya sehingga sangat subur dan sangat cocok sebagai lahan pertanian.
b) Sempadan Sungai
Arahan dalam pengendalian perkembangan pada kawasan sempadan sungai terbagi
menjadi dua untuk sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul yaitu :
Sungai Bertanggul :
o Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 m di sebelahluar sepanjang kaki tanggul;
o Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 5 m di sebelahluar sepanjang kaki tanggul;
o Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya,tanggul dapat diperkuat,
r
diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan
sungai;
la
o Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahanyang diperlukan untuk
tapak tanggul baru harus dibebaskan.
Untuk pemilihan vegetasi untuk kawasan sempadan sungai harus memperhatikan kriteria
sebagai berikut :
Sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
Tumbuh baik pada tanah padat;
Sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
Kecepatan tumbuh bervariasi;
Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
Jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan;
Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya;
Dominasi tanaman tahunan;
Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Adapun gambaran ruang terbuka hijau untuk daerah sempadan sungai sebagai berikut :
Gambar 4.1
Sempadan Sungai
r
la
te
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
Es
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas beberapa unit bangku taman dan fasilitas
lapangan seperti lapangan voli, bulutangkis dan lain-lain;
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 10 (sepuluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.
c) Taman Kelurahan
Adapun bentuk pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala
kelurahan :
Luasan untuk taman kelurahan sekitar 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
Lokasi taman kelurahan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan sebaiknya
berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
r
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
la
Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas berupa lapangan olahraga, lokasi
pertandingan olahraga, upacara, serta kursi-kursi taman.
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 25 (dua
puluh lima) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang), dan untuk taman pasif
minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang).
te
d) Taman Kecamatan
Arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala kecamatan
yaitu sebagai berikut :
Luasan untuk taman kecamatan sekitar 24.000 m2(2,4 hektar) atau dengan standar
0,2 m2 per penduduk;
Es
Lokasi taman kecamatan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan
sebaiknya berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
Fasilitas yang ada pada taman kecamatan dapat berupa lapangan terbuka, lapangan
basket, upacara serta kursi-kursi taman;
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 50 (lima
puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang dan untuk taman pasif minimal
100 (seratus) pohon tahunan (jenis pohon kecil dan sedang).
e) Taman Kota
Adapun arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala kota
yakni sebagai berikut :
Luasan untuk taman kotaminima 144.000 m2atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
Lokasi taman kotaberada di tempat yang strategis sehingga mudah diakses oleh
semua masayarakat;
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) 80-90% dari luas taman dan
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktifitas;
Fasilitas yang ada pada taman kota dapat berupa lapangan hijau terbuka yang
dilengkapi fasilitas rekreasi dan olahraga, kompleks olahraga, area bermain anak, dan
kursi-kursi taman, serta fasilitas lainnya yang mendukung.
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai berupa pohon tahunan (pohon sedang dan kecil),
semak, perdu, penutup tanah yang ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
Selain itu, ada beberapa kriteria tambahan untuk pemilihan vegetasi pada taman lingkungan
dan taman kota yaitu sebagai berikut :
(1) Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu
pondasi;
(2) Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
r
(3) Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain yang seimbang;
(4) Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
(5) Kecepatan tumbuh sedang;
la
(6) Habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
(7) Jenis tanaman tahunan dan musiman;
(8) Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
(9) Tahan terhadap hama penyakit tanaman;
(10) Mampu menjerat dan menyerap cemaran udara;
te
(11) Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
f) Hutan Kota
Hutan kota dapat berbentuk seperti :
Bergerombol atau menumpuk : hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi
pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam
Es
r
Jalur Tanaman Pada Jalan Tanpa Lereng
la
te
Es
2) Perletakkan tanaman
Jarak tanaman terhadap perkerasan : Jarak titik tanam pohon dengan tepi
perkerasan minimal 3 m, sedangkan jarak titik tanam perdu dengan tepi
perkerasan minimal 25 cm (untuk perdu dengan lebar miniman 50 cm).
Gambar 4.3
Jarak Titik Tanam Pohon Dengan Tepi Perkerasan
Gambar 4.4
Jarak Titik Tanam Perdu/Semak Dengan Tepi Perkerasan
r
o Letak Tanam Berbaris :
Gambar 4.5
Jarak Titik Tanam Rapat Untuk Tanaman Perdu/Semak
la
te
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
Gambar 4.6
Jarak Titik Tanam Tidak Rapat
(Untuk Tanaman Pohon Dan Tanaman Perdu/Semak)
Es
Tanaman Pohon
Tanaman Perdu/Semak
Gambar 4.7
Jarak Titik Tanam Jarang
(Untuk Tanaman Pohon Dan Tanaman Perdu/Semak)
Tanaman Pohon
r
Tanaman Perdu/Semak
la
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
(Memanjang)
o Median dengan lebar lebih dari 1,5 m : Pengaturan jarak tanam adalah 0,5
m dari tepi garis jalan dan tidak ada bagian tanaman yang ditanam pada
perkerasan jalan.
o Median terbuka :Pengaturan jarak tanam 2,5 m diukur dari median terbuka
dan 0,5 m dari garis tepi jalan, serta ketinggian perdu/semak 0,5 m.
r
la
te
Es
Median :Pengaturan jarak tanam 2,5 m diukur dari median terbuka dan 0,5 m
dari garis tepi jalan. Pohon yang ditanam daunnya harus tidak bermassa padat,
seperti pohon dengan cabang kecil. Namun pohon dan perdu dengan diameter
kurang dari 10 cm dapat digunakan.
c) Pada Persimpangan
Daerah bebas hambatan/pandang di mulut persimpangan:
o Diperlukan daerah bebas pandang dengan ketentuan mengenai jarak atur
tanam yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan bentuk
persimpangannya.
o Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu ketinggian lebih dari 0,5 m.
o Tanaman tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 m.
o Berikut kriteria pemilihan tanaman pada persimpangan jalan :
Tabel 4.1
Kriteria Pemilihan Tanaman Pada Persimpangan Jalan
Jarak dan Jenis Tanaman
No Bentuk Persimpangan Letak Tanaman Kecepatan Kecepatan 60
40 km/jam km/jam
1 Persimpangan kaki empat Pada ujung 20 m 40 m
tegak lurus tanpa kanal persimpangan Tanaman rendah Tanaman rendah
Mendekati 80 m Tanaman 100 m
persimpangan tinggi Tanaman tinggi
2 Persimpangan kaki empat 30 m 50 m
tidak tegak lurus Pada ujung Tanaman rendah Tanaman redah
persimpangan 80 m 80 m
Tanaman tinggi Tanaman tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
Pemilihan jenis tanaman pada persimpangan :
r
o Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanamitanaman yang
menghalangi pandangan pengemudi.
o Sebaiknya digunakan tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan
la
ketinggian kurang dari 0.50 m dan jenisnya merupakan berbunga atau
berstruktur indah.
Gambar 4.10
Jalur Tanaman Pada Daerah Bebas Pandang
te
Es
r
la
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
Persimpangan Bersinyal
o Semak-semak di daerah naungan harus dipelihara dengan ketinggian 0,5 m
te
dan tidak ada pohon merambat di atas 5 m pada ruang bebas vertikal.
o Pengaturan jarak tanam diukur 65 m dari pusat persimpangan pada
masing-masing kaki.
Gambar 4.12
Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan Bersinyal
(Kecepatan Rencana 40 km/jam)
Es
d) Bundaran
Daerah naungan harus bersih bebas dari pohon/objek berbahaya dengan
ketinggian semak tidak lebih dari 0,5 m.
Pengaturan jarak tanam dari radius terluar bundaran ke pohon/objek pada
jalan arteri 30 m dan pada jalan lokal 5 m.
Gambar 4.13
Jarak Pandang Di Bundaran
r
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
3) Bentuk tanaman
- Tinggi tanaman : untuk pohon kecil sampai dengan 7 m, pohon sedang 7-12 m,
pohon besar lebih dari 12 m.
Gambar 4.15
Tinggi Tanaman Jalan
r
-
la
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
Tajuk tanaman :
Tanaman memiliki beberapa bentuk tajuk antara lain seperti tajuk bulat, tajuk
memayung, oval, kerucut, menyebar bebas, persegi empat, kolom, dan vertikal.
Gambar 4.16
te
Bentuk Tajuk Tanaman
Es
4) Umur tanaman
Pemilihan jenis tanaman jalan harus mempertimbangkan faktor umur dikaitkan dengan
fungsinya sebagai tanaman jalan.
r
Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udara
la
te
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
Es
- Penyerap kebisingan : jenis tanaman yang paling efektif meredam suara adalah yang
mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat.
Gambar 4.18
Tanaman Berfungsi Sebagai Penyerap Kebisingan
- Penghalang silau : untuk jalur tepi jalan dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun
r
padat, ditanam rapat pada ketinggian 1,5 m. untuk median jalan sebaiknya ditanam
semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah berlawanan dapat dikurangi.
la Gambar 4.20
Jalur Tanaman Berfungsi Sebagai Penghalang Silau
te
Es
- Pembatas pandang : untuk pembatas pandang jenis tanaman tinggi dan perdu/semak
yang bermassa daun padat yang dapat ditanam berbaris atau membentuk massa
dengan jarak tanam rapat.
Gambar 4.21
Jalur Tanaman Berfungsi Sebagai Pembatas Pandang
- Pengarah : jenis tanaman dapat berupa pohon tinggi maksimal 5 m, atau pohon
Sumberataupun
kecil/perdu : Peraturan Menteri
semak yangPekerjaan Umum Nomor
disusun berbaris 05/PRT/M/2012
dengan jarak sama.
Gambar 4.22
r
- Memperindah lingkungan : semua jenis tanaman yang ditata rapi dan bersih dapat
memperindah lingkungan sekitarnya.
-
-
erosi tanah.
la
Penahan benturan : jenis tanaman perdu yang berakar kuat dan tumbuh dengan baik
dapat menjadi penahan benturan yang keras.
Pencegah erosi : pohon, perdu dan rumput dapat membantu dalam mengendalikan
Habitat satwa : jalur hijau jalan dapat menjadi habitat satwa sebagai tempat mencari
makan serta tempat berlindung, salah satunya burung.
te
- Pengalih parkir ilegal : penanaman jenis tanaman perdu atau pohon pada tepi jalan
dapat mencegah parkir liar, sedangkan pada luasan yang terbatas dapat menggunakan
pohon kecil atau perdu untuk menghalangi pengendara parkir di daerah larangan parkir.
- Pemecah angin : jenis tanaman yang dapat memecah angin harus tanaman tinggi dan
perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan
jarak tanam rapat kurang dari 3 m.
Es
SUTT
No Lokasi
66 KV 150 KH
7 Pepohonan 3,5 m 20 m
8 Bangunan tahan api 3,5 m 20 m
9 Rel kereta api 8 m 20 m
10 Jembatan besi / tangga besi / kereta listrik 3 m 20 m
11 Dari titik tertinggi tiang kapal 3 m 20 m
12 Lapangan olahraga 2,5 m 20 m
13 SUTT lainnya penghantar udara tegangan rendah, 3 m 20 m
jaringan telekomunikasi, televisi dan kereta gantung
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor- 05/PRT/M/2008
Selain penentuan sempadan, untuk ruang terbuka hijau pada jaringan listrik tegangan
tinggi dapat diberikan vegetasi yang sesuai dengan kriteria pemilihan serta pola tanam
r
sebagai berikut :
- Jenis tanaman yang dapat ditanam adalah tanaman yang memiliki dahanyang kuat,
la
tidak mudah patah, dan perakaran tidak mengganggu pondasi;
- Akarnya menghujam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap hembusan
angin yang besar daripada tanaman yang akarnyabertebaran hanya di sekitar
permukaan tanah;
- Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatansedang;
- Bukan merupakan pohon yang memiliki bentuk tajuk melebar;
te
- Merupakan pohon dengan katagori kecil (small tree);
- Fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lambat pada fase dewasa;
- Ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia;
- Pola penanaman pemilihan vegetasi memperhatikan ketinggian yangdiijinkan;
- Buah tidak bisa dikonsumsi langsung oleh manusia;
- Memiliki kerapatan yang cukup (50-60%);
Es
- Pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar
rencana atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Gambar 4.23
Ruang Terbuka Hijau Pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
b)Sumber
RTH Pemakaman Umum (TPU)
: Hasil Analisis
Adapun ketentuan bentuk untuk penyediaan RTH pemakaman sebagai berikut :
Ukuran makam 1 m x 2 m;
r
dikonsumsi langsung;
Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
la
Tahan terhadap hama penyakit;
Berumur panjang;
Dapat berupa pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan ketersediaan ruang;
Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Gambar 4.24
Contoh Pola Penanaman RTH Pemakaman Umum
te
Es
c) BufferZone TPA
Buffer zone TPA berada 300 m dari garis terluar TPA. Lokasi tersebut cukup jauh dari area
permukiman penduduk. Arahan yang diperlukan dalam pengembangan buffer zoneyaitu :
Ditanami pohon pelindung dengan ketebalan berkisar antara 20 m sampai dengan 50 m
dari batas luar daerah operasional TPA yang didukung dengan penanaman jenis pohon
yang cepat tumbuh dalam waktu 1 tahun mencapai 4 m;
Pemilihan vegetasi yang tidak mudah patah akibat pengaruh angin dengan kerapatan
atau jarak antar pohon 2 m;
Ditetapkannya Free Zone yang merupakan zona bebas dimana kemungkinan masih
dipengaruhi leachate, sehingga harus merupakan ruang terbuka hijau, dan apabila
dimanfaatkan disarankan bukanlah merupakan tanaman pangan dengan ketebalan 50
sampai dengan 80 m dari batas luas buffer zone.
r
tinggi, perdu/semak; bermassa daun padat; ditanam berbaris atau membentuk massa;
serta jarak tanam rapat.
la Gambar 4.25
Buffer Zone PLN Pembangkit
te
Es
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana
ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga
diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan
budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah diperlukan dalam
r
mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan.Ruang terbuka hijau (Green
Open Spaces) merupakan kawasan permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang
dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau
la
pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan
kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijaudi tengah-tengah
ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota.
Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang
te
ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi.
Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan
fisik suatu kota dimana ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka
hijau yang berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu wilayah kota.
Salah satu contohnya adalah ruang terbuka hijau yang difungsikan untuk perlindungan
sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan
liar. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural)
Es
merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan
budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.
Proporsi 20% luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Dalam optimalisasi pengembangan ruang terbuka hijau yang
ideal dan fungsional suatu wilayah perkotaan, berdasarkan pedoman PU tentang ruang
terbuka hijau (RTH) ada empat hal utama yang harus diperhatikan yaitu luasan minimum RTH
(size), lokasi lahan yang potensial (location), struktur dan pola RTH, dan seleksi tanaman.
r
Sumber : Hasil Analisis
b) Sempadan Sungai
la
Rencana perkembangan pada kawasan sempadan sungai terbagi menjadi dua yaitu untuk
te
sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Untuk sungai bertanggul garis sempadan
sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Sedangkan garis sempadan sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan untuk sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m,
garis sempadan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
Es
untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m, dan garis sempadan sekurang-
kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan untuk sungai yang
mempunyai kedalaman lebih dari 20 m. Adapun gambaran rencana ruang terbuka hijau
untuk daerah sempadan sungai sebagai berikut :
Gambar 5.2
Rencana Kawasan Sempadan Sungai
(RW), kelurahan, kecamatan dan taman skala kota hingga hutan kota. Perencanaan RTH
taman dan hutan kota dapat menyebar secara merata pada tiap bagian kota.
a) Taman Rukun Tetangga (RT)
Luasan untuk taman RT 250 m2 atau dengan standar 1 m2 per penduduk dan radius
pencapaian kurang dari 300 m. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal
70%-80% dari luas taman. Berikut rencana pola bentuk taman skala rukun tetangga (RT)
yang terdiri dua jenis yaitu untuk taman RT Pasif dan taman RT aktif :
Gambar 5.3
Rencana Taman Rukun Tetangga (RT) Pasif
r
Sumber : Hasil Analisis la Gambar 5.4
Rencana Taman Rukun Tetangga (RT) Aktif
te
Es
Gambar 5.6
Rencana Taman Rukun Warga (RW) Aktif
c) Taman Kelurahan
Luasan untuk taman kelurahan sekitar 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas
r
taman dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas. Berikut pola taman kelurahan dalam dua bentuk taman aktif dan pasif :
la Gambar 5.7
Rencana Taman Kelurahan Pasif
te
Es
d) Taman Kecamatan
Luasan untuk taman kecamatan sekitar 24.000m2(2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2 per penduduk. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90%
dari luas taman dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktifitas. Adapun pola bentuk taman skala kecamatan adalah
sebagai berikut :
Gambar 5.9
Rencana Taman Kecamatan
r
dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas.
Rencana pola taman kota yang dapat diaplikasikan sebagai berikut :
la Gambar 5.10
Rencana Taman Kota
te
Sumber : Hasil Analisis
f) Hutan Kota
Hutan kota dapat berbentuk seperti Bergerombol atau Menumpuk dengan komunitas
Es
vegetasi terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan; Menyebar dimana hutan kota yang tidak
mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas minimal 2.500 m2; Berbentuk jalur dimana
hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai,
saluran dan lain sebagainya. Dengan lebar minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30
meter. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90-100% dari luas hutan
kota.
r
Sumber :Hasil Analisis
la
Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total
area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan
dengan kondisi pemakaman setempat.
Gambar 5.13
te
Rencana RTH Pemakaman Umum
Es
c) BufferZone TPA
Buffer zone TPA berada 300 m dari garis terluar TPA. Lokasi tersebut cukup jauh dari area
permukiman penduduk. Dalam pengembanganbuffer zone ditanami pohon pelindung
dengan ketebalan berkisar antara 20 m sampai dengan 50 m dari batas luar daerah
operasional TPA yang didukung dengan penanaman jenis pohon yang cepat tumbuh dalam
waktu 1 tahun mencapai 4 m.
Gambar 5.14
Rencana Buffer Zone PLN Pembangkit
r
ditata sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian
suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Vegetasi dapat menghadirkan
la
estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari
tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbulkan
dari daun, bunga maupun buahnya.
Berdasarkan bentuk massa, tajuk dan struktur tanaman, vegetasi ruang terbuka hijau (RTH)
dikelompokkan menjadi :
te
a. Tanaman Pohon
Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal
dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah tanaman
yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Tanaman pohon
terbagi menjadi tiga bagian yakni pohon besar (ketinggian lebih dari 12 meter), pohon
sedang (ketinggian antara 7-12 meter), dan pohon kecil (dengan ketinggian sampai
Es
dengan 7 meter). Adapun tanaman pohon yang dapat direkomendasikan untuk ruang
terbuka hijau antara lain sebagai berikut :
- Pohon Besar, misalnya seperti : Angsana (Pterocarpus Indicus), Cempaka (Magnolia
Champaca), Durian (Durio Zibethnus), GlodoganTiang (Polyathea Longifolia), Ketapang
(Terminalia Cattapa), Mahoni (Switenia Mahagoni), Tanjung (Mimusops Elengi).
Gambar 5.15
Contoh Pohon Besar
Gambar 5.16
Contoh Pohon Sedang
r
- Pohon Kecil, misalnya : Jeruk Bali (Citrus Grandisty), Kemboja Merah (Plumeria Rubra),
Kesumba (Bixa Orellana), Pepaya (Carica Papaya).
la Gambar 5.17
Contoh Pohon Kecil
te
Pohon Jeruk Bali Pohon Kamboja
Es
b. Tanaman Perdu
Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang
cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya
dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Biasanya
tanaman perdu memiliki ketinggian kurang dari 5-6 meter. Rekomendasi tanaman perdu
untuk ruang terbuka hijau misalnya dapat berupa Pucuk Merah (Syzygium Campanulatum),
Bogenvil (Bougenvillea sp), Kembang Merak (Caesalphinia Pulcherima), Kembang Sepatu
(Hibiscusrosa Sinensis), Kemuning (Muraya Paniculata), Mangkokan (Nothopanax
Scutellarium), Soka (Ixora Javanica).
Gambar 5.18
Contoh Tanaman Perdu
c. TanamanSemak (shurbs)
Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan
sederajat.Penggunaan semak untuk pengisi taman instan bisa dalam berbagai ukuran
tanaman, mulai ukuran tinggi 30-40 cm sampai 200 cm. Tanaman semak yang umum
digunakan biasanya memiliki karakter ornamental karena warna dan bentuk daun atau
keindahan bunganya. Rekomendasi tanaman semak (shurbs) untuk ruang terbuka hijau
misalnya antara lain Bakung (Crinum Asiaticum), Bunga Pukul Empat (Mirabilis Jalapa),
Kana (Canna Hibrida), Sansiviera/LidahMertua (SansevieraTrifasciata L).
Gambar 5.19
Contoh Tanaman Semak (shurbs)
r
Bakung
la Bunga Pukul Empat Kana
te
Es
Ruang terbuka hijau (RTH) memegang peran penting dalam pembangunan perkotaan,
utamanya keterkaitanya dalam merancang masa depan. Fungsi hijau dalam ruang terbuka
hijau (RTH) kota sebagai paru-paru kota, sistem tata hijau ini berfungsi semacam ventilasi
udara dalam rumah (bangunan). Dapat dijelaskan pula bahwa ruang terbuka hijau kota
r
memiliki hanyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota,
ekologis, pengatur tata air dan pengatur iklim mikro maupun makro dan memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan kota. Dalam Undang-
la
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat
(2) bahwa proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas
wilayah kota. Oleh karena itu usaha pencapaian proporsi RTH khususnya di Kota Pontianak
perlu diupayakan.
te
Untuk mewujudkan suatu Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah perkotaan diperlukanlah
dukungan dan keterlibatan dalam berbagai sektor baik pemerintah, pihak swasta serta
masyarakat.Sosialsasi mengenai penyediaan dan pemanfaatan RTH di tingkat masyarakat
perlu dilakukan. Selain itu, pembentukan dan pelestarian komunitas hijau juga penting dalam
rangka membangun gaya hidup sehat di masyarakat. Dukungan dari pemerintah dapat
dilakukan melalui penyelenggaraan kegiatan sosial dan kebijakan lokal yang mendorong
Es
Untuk merumuskan Masterplan Ruang Terbuka Hijau diperlukan beberapa tahapan analisis
yaitu berupa analisis tapak ruang terbuka hijau dan analisis finansial dan kelembagaan.Dalam
bab ini akan membahas mengenai analisis finansial untuk mengetahui alokasi anggaran untuk
ruang terbuka hijau serta analisis kelembagaan untuk mengetahui peranan lembaga baik
pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan dan pengembangan ruang terbuka hijau yang
ada.
Tabel 6.1
Proporsi APBD Bidang Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2007 2010
Belanja Kebersihan dan Pertamanan
APBD Belanja Tidak Belanja Persentase
Tahun
Kota Pontianak langsung Langsung Jumlah Belanja (%)
(Rp.) (Rutin) (Pembangunan)
Sampai dengan tahun 2009, hamper seluruh belanja kebersihan dan pertamanan berasal dari
r
APBD Kota Pontianak. Pembiayaan yang berasal dari APBN tercatat seluruhnya untuk
peningkatan dan pemeliharaan TPA.Sedangkan pembiayaan dari APBD Provinsi Kalbar untuk
TPA dan pengadaan kendaraan operasional pengangkutan sampah. Pada table 4.1 diatas
la
menyajikan data mengenai proporsi belanja kebersihan dan pertamanan terhadap total APBD
Kota Pontianak pada tahun 2005 s/d 2010.
Adapun rincian alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Pontianak khususnya untuk bidang pertamanan dapat dilihat pada tabel
te
berikut :
Tabel 6.2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak
APBD Bidang Pertamanan
No Pekerjaan
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Es
Berdasarkan data pada table di atas, alokasi anggaran untuk pertamanan pada tahun 2010
sebesar Rp. 1.817.857.540,00 dan pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 1.915.566.240,00.
Sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 3.727.592.130,00.Peningkatan anggaran
pada tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu signifikan karena peningkatan tersebut tidak
terlalu besar. Peningkatan anggaran tersebut sangat signifikan dan hampir 100% dari total
anggaran yang sebelumnya. Hal ini tentu saja diharapkan agar peningkatan anggaran
tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan Kota Pontianak khususnya
untuk sektor ruang terbuka hijau.
Pada saat ini, persebaran ruang terbuka hijau di Kota Pontianak belum merata. Banyak ruang-
ruang terbuka hijau yang hanya terpusat pada daerah pusat kota. Oleh karena itu, untuk
menyeimbangkan persebaran ruang terbuka hijau diperlukan pembangunan ruang-ruang
terbuka misalnya seperti taman yang dapat dibuat dan dibentuk menyesuaikan kondisi
lingkungan yanga ada. Dengan peningkatan yang cukup besar terhadap alokasi anggaran
dana tersebut, diharapkan pembanguan serta perkembangan terhadap ruang terbuka hijau di
Kota Pontianak ini dapat tersebar secara merata.
Untuk mewujudkan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH), perkiraan biaya yang
diperlukan dalam pembangunannya adalah sebagai berikut :
1) Taman :
a. Taman RT = Rp. 66.642.900 x 3.096 = Rp. 206.326.418.400
b. Taman RW = Rp. 264.185.800 x 313 = Rp. 82.690.155.400
c. Taman Kelurahan = Rp. 1.438.278.700 x 28 = Rp. 40.271.803.600
d. Taman Kecamatan = Rp. 3.638.971.600 x 6 = Rp. 21.833.826.600
e. Taman Kota = Rp. 17.634.014.500 x 2 = Rp. 35.268.029.000
2) Hutan Kota = Rp. 643.071.150.000
r
3) Jalur Hijau Jalan = Rp. 145.328.580.000
TOTAL = Rp. 1.174.789.966.000
la
Dalam perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) mempunyai jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun yakni sama dengan rentang waktu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pontianak. Oleh karena itu, perkiraan anggaran untuk pembangunan ruang terbuka hijau
(RTH) per tahunnya adalah sekitar Rp. 58.739.498.300,00.
masih sangat rendah. Potensi pihak swasta atau masyarakatdalam penyelenggaraan ruang
terbuka hijau masih belum banyak dimanfaatkan, sehingga pemerintah sering dan bahkan
selalu terbentur pada masalah keterbatasan biaya dan anggaran.
Walaupun secara teoritis dikatakan, bahwa ruang perkotaan yang tersedia makin terbatas,
namun dalam kenyataannya banyak lahan-lahan tidur di perkotaan yang cenderung
ditelantarkan dan kurang dimanfaatkan.Sementara ruang-ruang terbuka yang memang secara
legal diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau, kondisinya kurang terawat dan tidak dikelola
secara optimal. Untuk meningkatkan keberadaan ruang publik, khususnya ruang terbuka hijau
di perkotaan, perlu dilakukan beberapa hal terutama yang terkait dengan penyediaan
perangkat hukum, pembinaan masyarakat dan keterlibatan para pemangku kepentingan
dalam pengembangan ruang kota.Pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Pontianak terbagi
menjadi dua yaitu pihak pemerintah dan masyarakat (swasta).
Peranan masing-masing lembaga pemerintah tersebut terhadap ruang terbuka hijau ini
berbeda-beda, sesuai dengan bidang masing-masing yang mencakupi lembaga tersebut.
Berikut peranan lembaga pemerintah terhadap ruang terbuka hijau yang ada di Kota
Pontianak antara lain :
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pontianak
Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam ruang terbuka hijau
dapat dilihat dari tugas pokok and fungsinya.Adapun bidang yang menangani ruang
terbuka hijau adalah bidang fisik dan prasarana.Ruang lingkup bidang fisik dan prasarana
meliputi bidang perhubungan, infokom, sumber daya air, penataan ruang, pertanahan,
sumber daya alam dan lingkungan hidup.Selain itu, bidang fisik dan prasarana mempunyai
r
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
Tugas pokok :Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan, pemberian dukungan,
pembinaan teknis, pelaporan dan evaluasi di bidang fisik dan prasarana.
Fungsi :
la
o Pelaksanaan koordinasi perencanaan bidang fisik dan prasarana;
o Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis di bidang fisik dan prasarana;
o Penyusunan rencana kerja di bidang fisik dan prasarana;
o Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang fisik dan prasarana;
te
o Penyelenggaraan kegiatan pemberian dukungan di bidang fisik dan prasarana;
o Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang fisik dan prasarana;
o Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang fisik dan prasarana;
o Pelaksanaan tugas lain di bidang fisik dan prasarana yang diberikan oleh Kepala
Badan.
Badan lingkungan hidup berperan serta dalam pengembangan ruang terbuka hijau.
Adapun ruang lingkup pekerjaan Badan Lingkungan Hidup, Bidang Revitalisasi Lingkungan
dan Pengembangan Kapasitas adalah pemantauan dan penanggulangan kerusakan
lingkungan, kerjasama lingkungan dan peningkatan SDM.
Tugas pokok : Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan, pemberian dukungan,
pembinaan teknis, pelaporan dan evaluasi di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas
Fungsi :
o Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis di bidang revitalisasi lingkungan
dan pengembangan kapasitas;
o Penyusunan rencana kerja di bidang revitalisasi lingkungan dan pengembangan
kapasitas;
o Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas;
o Penyelenggaraan kegiatan pemberian dukungan di bidang revitalisasi lingkungan
dan pengembangan kapasitas;
o Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas;
o Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas;
r
o Membagi tugas kepada para Kepala Seksi sesuai dengan tugas pokok, fungsi masing-
masing seksi agar tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan;
benar;
la
o Memberi petunjuk kerja kepada para Kepala Seksi dan staf yang dilakukan secara lisan
maupun tertulis agar tugas-tugas yang akan dilaksanakan dapat dipahami secara
o Melakukan pengawasan kepada Kepala Seksi dan seluruh staf di Bidang Pertamanan
baik secara preventif maupun represif untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
te
penyimpangan dalam pelaksanaan tugas;
o Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para Kepala Seksi pada Bidang
Pertamanan dengan membandingkan antara hasil kerja yang dicapai dengan rencana
yang telah ditetapkan untuk mengetahui tingkat kinerja yang dicapai;
o Melaksanakan tugas pembinaan yang berkaitan dengan bidang pertamanan
berdasarkan pedoman dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas;
Es
r
e. Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak
Peranan Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak dalam pengelolaan dan pengembangan
ruang terbuka hijau meliputi dua bidang yaitu Bidang Sumber Daya Air dan Pengendalian
la
dan Bidang Bina Marga.Berikut uraian ruang lingkup pekerjaan dan tugas pokok masing-
masing bidang :
Bidang Sumber Daya Air dan Pengendalian
o Ruang lingkup pekerjaan :Perencanaan teknis dan pengendalian, pembangunan
saluran dan pemeliharaan saluran.
te
o Tugas pokok : Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis,
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang sumber daya air dan pengendalian
o Fungsi :
- Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang sumber daya air
dan pengendalian;
- Penyusunan rencana kerja di bidang sumber daya air dan pengendalian;
Es
r
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang penataan ruang dan bina tata bangunan.
o Fungsi :
la
- Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang penataan ruang
dan bina tata bangunan;
- Penyusunan rencana kerja di bidang penataan ruang dan bina tata bangunan;
- Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang penataan ruang dan bina tata
bangunan;
te
- Penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum di bidang penataan ruang dan
bina tata bangunan;
- Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang penataan ruang dan
bina tata bangunan;
- Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang penataan ruang dan
bina tata bangunan;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang penataan ruang dan bina tata bangunan
Es
perlu diberikan penyuluhan dan pembinaan untuk meningkatkan pemahaman terhadap ruang
terbuka hijau, sehingga masyarakat atau swasta dapat terlibat dalam pengembangan dan
pengolahan ruang terbuka hijau.
Pemerintah dapat mengadakan program kemitraan dengan pihak swasta terutama para
pengembang dalam penyediaan ruang terbuka hijau seperti program Corporate Social
Responsibility (CSR) maupun program Public Private Partnership (PPP).Program tersebut
merupakan program yang dijalankan perusahaan atau instansi sebagai bentuk
pertanggungjawaban terhadap masyarakat, pemerintah, maupun lingkungan.Dengan adanya
program-program tersebut, tidak hanya meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan
masyarakat, namum juga mengembangkan potensi daerah tersebut.
Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan fasilitas dan kemudahan bagi masyarakat yang
telah berkontribusi nyata dalam membangun ruang terbuka hijau di
r
lingkungannya.Pemerintah dapat memberikan insentif kepada masyarakat yang telah
menyediakan lahan atau tanah yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau.Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, dalam hal
Pasal 169
la
pemberian insentif dan disintensif adalah sebagai berikut :
(a) Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pasal 170
(1) Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang
didorong pengembangannya.
(2) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 171
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 dapat berupa insentif fiskal
dan/atau insentif non fiskal.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Pemberian keringanan pajak; dan/atau
b. Pengurangan retribusi.
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. kemudahan perizinan;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau
r
(6) Publikasi atau promosi daerah.
Pasal 173
la
Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
(1) Pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada daerah
pemberi manfaat atas manfaat yang diterima oleh daerah penerima manfaat;
(2) Kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
(3) Kemudahaan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
te
pemerintah daerah penerima manfaat kepada investor yang berasal dari daerah
pemberi manfaat; dan/atau
(4) Publikasi atau promosi daerah.
Pasal 174
Insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat dapat
berupa:
(1) Pemberian keringanan pajak;
Es
r
c. Kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
(4) Pemberian disinsentif fiskal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
(5) la
perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
terkait dengan bidang disinsentif yang diberikan.
Pasal 178
te
Disinsentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dapat diberikan dalam bentuk:
(1) pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh Pemerintah;
(2) pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah; dan/atau
(3) pemberian status tertentu dari Pemerintah.
Pasal 179
Disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
Es
Untuk tujuan jangka panjang yang ideal dalam peningkatan kualitas perencanaan dengan
menegakkan development control perlu dilengkapi dengan perangkat sanksi (disinsentif) buat
yang melanggar dan bonus (insentif) bagi mereka yang taat pada peraturan. Hal ini cukup
ampuh untuk membenahi kembali pembangunan perkotaan yang semula jungkir balik, sistem
penghargaan dan sanksi ini mesti diterapkan. Para pengembang yang melanggar peraturan
dikenai sanksi, dan yang patuh diberi penghargaan, misalnya: kemudahan perijinan,
tambahan fasilitas pendukung dan keringanan pajak (Budiharjo, 1997: 18).
r
Di dalam Permendagri Nomor 64 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaanpemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman modal di daerah, disebutkan bahwa :
la
Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan memberikan insentif bagi penanaman modal
di daerah
Bentuk insentif dapat berupa :
o Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;
o Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
te
o Pemberian dana stimulan; dan/atau
o Pemberian bantuan modal.
Bentuk Kemudahan dapat berupa :
o Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
o Penyediaan sarana dan prasarana;
o Penyediaan lahan atau lokasi;
o Pemberian bantuan teknis; dan/atau
Es
Setelah tercapai insentif atau pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH), dibutuhkan juga
program dukungan untuk melestarikannya. Dukungan program melestarikan RTH ini dapat
berbentuk :
Kampanye terhadap publik, bahwa RTH tersebut adalah milik masyarakat umum dan bukan
hanya menjadi program pemerintah saja.
Mengelar acara-acara yang melibatkan masyarakat di lokasi RTH, seperti penanaman
pohon, lomba foto tentang RTH, lomba pelestarian RTH antar rukun tetangga atau antar
kelurahan, dan sebagainya.