Masterplan RTH PTK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 108

Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), dijelaskan
bahwa negara telah memberikan kewenangan penyelenggaraan penataaan ruang kepada
Pemerintah dan pemerintah daerah, dalam hal pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, daerah sebagai daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat. Daerah otonom juga mempunyai kewenangan
yang besar dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penataan ruang, yaitu
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, di wilayahnya masing-
masing.

Permasalahan penyelengaraan penataan ruang di kawasan perkotaan diantaranya adalah


semakin menurunnya kualitas permukiman yang ditunjukkan antara lain oleh: kemacetan,
kawasan kumuh, pencemaran (Air, Udara, Suara, Sampah), dan hilangnya ruang publik dan
ruang terbuka hijau (RTH) untuk artikulasi sosial dan kesehatan masyarakat, kurang
tersedianya sarana jaringan pejalan kaki, tidak tersedianya ruang untuk kegiatan sektor
informal, bencana alam, banjir dan longsor yang frekuensinya semakin sering dan dampaknya
semakin luas, terutama pada kawasan yang berfungsi lindung.

Meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan luasan wilayah kota Pontianak


menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi
dan terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya
tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang kawasan perkotaan
perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan
hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang terbuka ( open spaces ) di perkotaan.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan seringkali tidak termanfaatkan dengan
baik oleh masyarakat dan bahkan terbengkalai dan ditinggalkan. Hal ini disebabkan karena
desain Ruang Terbuka Hijau tersebut tidak dapat mewadahi kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang. Ruang Terbuka Hijau hendaknya tidak hanya mampu menampung aktivitas
sosial masyarakat saja tetapi dapat memberikan fungsi rekreatif, edukatif serta memiliki
kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.

Secara umum ruang terbuka publik ( open spaces ) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau
dan ruang terbuka non-hijau. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan
atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan). Sedangkan ruang terbuka non-hijau dapat

Laporan Akhir | I-1


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa
permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai kolam-kolam
retensi.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka ( open spaces )
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun
introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat
memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Fungsi ruang terbuka
hijau pada wilayah perkotaan sangat banyak, yaitu dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya,
arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis ruang terbuka hijau dapat meningkatkan kualitas
air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis yang
panas terik. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk
hijau kota, taman, hutan kota, jalur sempadan sungai dan lain-lain.

Secara sosial-budaya keberadaan ruang terbuka hijau dapat memberikan fungsi sebagai ruang
interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai landmark kota yang berbudaya. Bentuk ruang
terbuka hijau yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga,
kebun raya, TPU, dan sebagainya. Secara arsitektural ruang terbuka hijau dapat
meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota,
kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu ruang terbuka
hijau juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-
lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan ( urban agriculture) dan pengembangan
sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.

Undang-undang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota
berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan minimal 20% merupakan RTH publik. Dalam
Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa proporsi 30% merupakan ukuran minimal
untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
sistem mikroklimat, maupun sistem ekologi, yang selanjutnya akan meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai
estetika kota. Dalam upaya mewujudkan ruang kota yang nyaman, produktif dan
berkelanjutan, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup terhadap
keberadaan ruang terbuka publik, khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

Sebagai bagian dari wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau harus diselenggarakan secara
terencana dan terpadu seiring dengan pembangunan perkotaan yang memperhatikan antara
lain rencana tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan perkotaan yang efisien
serta tercipta ruang-ruang terbuka hijau dengan lingkungan yang sehat, indah, dan nyaman.
Namun perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif pada beberapa aspek,
termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap awal perkembangan kota, sebagian besar lahan
merupakan ruang terbuka hijau. Seiring dengan berkembangnya kota, kebutuhan ruang untuk
menampung penduduk dan aktivitasnya semakin bertambah sehingga ruang hijau tersebut
mengalami konversi guna laha menjadi kawasan terbangun. Sebagian besar permukaannya,
terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan, bangunan dan lain-lain dengan karakter yang
sangat kompleks dan berbeda dengan karakter ruang terbuka hijau. Hal-hal tersebut
diperburuk oleh lemahnya penegakan hukum dan penyadaran masyarakat terhadap aspek
penataan ruang kota sehingga menyebabkan munculnya permukiman kumuh di beberapa
ruang kota dan menimbulkan masalah kemacetan akibat tingginya hambatan samping di ruas-
ruas jalan tertentu.

Laporan Akhir | I-2


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Pembangunan kota cenderung untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan menghilangkan
wajah alam. Lahan-lahan bertumbuh banyak dialih fungsikan menjadi kawasan perdagangan,
kawasan permukiman, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana
kota lainnya. Lingkungan perkotaan hanya berkembang secara ekonomi, namun menurun
secara ekologi. Padahal keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya
dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan berupa meningkatnya suhu udara,
pencemaran udara, menurunnya permukaan air tanah, banjir, intrusi air laut, serta
meningkatnya kandungan logam berat dalam tanah.

Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa
ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya
kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi
udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya
produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk
interaksi sosial. Dalam hal ini, diperlukan sebuah perencanaan yang tidak hanya berorientasi
pada pemenuhan tujuan jangka pendek namun perlu mengembangkan visi dan misi ke depan
dengan mempertimbangkan faktor kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Strategi pemanfaatan ruang, baik untuk kawasan budidaya maupun kawasan lindung, perlu
dilakukan secara kreatif, sehingga konversi lahan dari pertanian produktif ataupun dari
kawasan hijau lainnya menjadi kawasan non hijau dan non produktif, dapat dikendalikan.

Penyelenggaraan penataan ruang tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat


pemerintah/pemerintah daerah namun juga masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 tahun 2010, dimana salah satu komponen penyelenggaraan penataan ruang yang
diatur adalah mengenai pembinaan penataan ruang, yaitu bagaimana meningkatkan kualitas
dan efektifitas penyelenggaraan penataan ruang, meningkatkan kapasitas para pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang dan meningkatkan peran masyarakat
dalam penyelenggaraan penataan ruang. Oleh karena itu, peran masyarakat dalam penataan
ruang menjadi sangat penting saat ini, baik dalam proses perencanaan, pemanfaatan maupun
dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Dengan demikian, untuk mengatasi permasalahan tersebut dilaksanakanlah kegiatan


penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak. Kegiatan Penyusunan
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak adalah kegiatan yang bertujuan
mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan kawasan perkotaan yang berkelanjutan,
berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya
penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal
yaitu sebagai produk pengaturan ruang terbuka hijau (RTH), juga sebagai dokumen panduan
atau pengendalian pembangunan dalam penyelenggaraan penataan ruang terbuka hijau
kawasan perkotaan agar memenuhi kriteria pembangunan dan pelayanan ruang terbuka hijau
(RTH) kawasan perkotaan.

Selain hal tersebut, Masterplan Ruang Terbuka Hijau diperlukan untuk mengarahkan jalannya
pembangunan, mewujudkan pemanfaatan ruang terbuka hijau secara efektif, tepat guna,
spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi
peraturan daerah tentang RTRW Kota, mengendalikan pertumbuhan fisik kawasan perkotaan,
menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Laporan Akhir | I-3


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

1.2. Dasar Hukum


Penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan pada :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
c. Undang-undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan;
d. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
g. Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan tata Cara Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota;
j. Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan;
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
n. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;
o. Peraturan Daerah Kota Pontianak terkait tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
p. Peraturan Daerah Kota Pontianak terkait tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kota Pontianak.

1.3. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


1.3.1. Maksud Kegiatan
Kegiatan Penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak dimaksudkan untuk
melaksanakan amanat Undang Undang Penataan Ruang terkait dengan penyediaan Ruang
Terbuka Hijau dan aspek-aspek penataan dan pengelolaannya.

1.3.2. Tujuan Kegiatan


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan suatu pedoman penataan dan
pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan Pontianak berupa informasi lokasi dan rencana penataan serta desain
Ruang Terbuka Hijau untuk menghasilkan ruang kota yang nyaman dan perencanaan Ruang
Terbuka Hijau yang lebih terarah. Kegiatan ini dicapai melalui proses kajian pustaka dipadukan
dengan pengalaman empiris di lapangan, sehingga b uku dan pedoman yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai acuan bersama bagi pemerintah kota dan masyarakat dalam pembangunan
Ruang Terbuka Hijau di Kota Pontianak. Tujuan jangka panjang kegiatan ini adalah untuk
mendorong peran serta masyarakat dan pemerintah kota dalam meningkatkan kualitas tata
ruang dan mewujudkan fungsi Ruang Terbuka Hijau untuk mendukung kehidupan sosial,
ekonomi dan ekologi bagi masyarakat.

Laporan Akhir | I-4


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

1.3.3. Sasaran
Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
- Terselenggaranya kajian pustaka mengenai tipe-tipe RTH, pembangunan dan cara
pengelolaannya.
- Teridentifikasinya kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Pontianak
- Terselenggaranya proses sintesa antara teori dan fakta di lapangan, sebagai masukan
untuk merumuskan pedoman pembangunan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di
kawasan perkotaan.
- Merumuskan Strategi Pencapaian Ruang Terbuka Hijau Kota 30%
- Tersedianya acuan lokasi-lokasi ruang terbuka Hijau di Kota Pontianak
- Tersedianya acuan rencana penataan pada lokasi-lokasi Ruang Terbuka Hijau
- Tersedianya acuan rencana desain pada lokasi-lokasi Ruang Terbuka Hijau
- Tersedianya acuan rencana Perkiraan biaya penataan dan biaya design pada lokasi-lokasi
Ruang Terbuka Hijau
- Membuat arah pembangunan dan penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Pontianak
- Tersusunnya pedoman pembangunan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau di kawasan
perkotaan minimal berisikan:
a. Luas minimum yang harus dipenuhi
b. Penetapan jenis dan lokasi RTH yang akan disediakan
c. Tahap-tahap implementasi penyediaaan RTH
d. Ketentuan pemanfaatan RTH secara umum
e. Tipologi masing-masing RTH, alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya arahan
vegetasi dalam kelompok besar, arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-
konsep rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan desain selanjutnya.

1.4. MANFAAT
Pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Sebagai refensi untuk memudahkan pemangku kepentingan Ruang Terbuka Hijau baik
pemerintah kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam merencanakan dan
membangun ruang terbuka hijau.
- Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan Ruang Terbuka Hijau baik
pemerintah kota, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam tatacara pembangunan
dan tata cara pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau.
- Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait
untuk penyadaran perlunya Ruang Terbuka Hijau sebagai pembentuk ruang yang nyaman
untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.
Gambar 1.1
Manfaat Ruang Terbuka Hijau
MANFAAT SOSIAL
- Rekreasi
- Landmark kota
- Estetika Kota
- Penunjang Kesehatan
- Penunjang Pendidikan Ekologi

MANFAAT EKONOMI MANFAAT EKOLOGI


- Peningkatan Nilai Properti - Konservasi Alam
- Mengurangi Biaya - Iklim P erkotaan
Peng gunaan Energi QUALITY OF LIFE
- Udara Bersih
- Mengurangi Resiko Bencana - Konservasi Air Tanah
- Meningkatkan Pariwisata - Konservasi Lahan
- Reduksi Kebisingan
Sumber : Hasil Pemikiran Materi
Laporan Akhir | I-5
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

1.5. RUANG LINGKUP


1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
Kegiatan Penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak ini dilaksanakan di
wilayah Kota Pontianak dengan mempertimbangkan aspek-aspek ketersediaan lahan, fungsi
Ruang Terbuka Hijau dan nilai-nilai kearifan lokal serta prinsip-prinsip penyediaan Ruang
Terbuka Hijau lainnya. Berdasarkan status kepemilikan Ruang Terbuka Hijau dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu (a) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik adalah RTH yang
berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah),
dan (b) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat atau Non Publik, yaitu RTH yang berlokasi pada
lahan-lahan milik privat. Dalam penyusunan Master Plan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak,
ruang lingkup yang akan lebih dikembangkan adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik.

1.5.2. Ruang Lingkup Materi Kegiatan


Untuk menyelesaikan pekerjaan ini, diperlukan serangkaian kegiatan dengan lingkup sebagai
berikut :
a. Tahap persiapan
- Pembentukan tim, kajian terhadap kerangka acuan kerja dan menyiapkan konsep
serta rencana kerja.
- Melakukan kajian pustaka mengenai RTH baik yang di luar maupun di dalam negeri.
Kajian pustaka dan hasil studi dilakukan dengan mengumpulkan berbagai literature
mengenai Ruang terbuka Hijau dan konsep-konsep penataan studi yang pernah
dilakukan baik di kota Pontianak, di luar kota Pontianak maupun studi luar negeri yang
dianggap cukup kompeten untuk diaplikasikan di Kota Pontianak.
- Kajian ini antara lain mencakup : tipe/jenis RTH, fungsi RTH, nilai pebandingan luasan
RTH terhadap luas kota atau jumlah penduduk, kajian lansekap (estetika), dan lain-
lain.

b. Pengumpulan data dan informasi


Data yang dikumpulkan dalam kegiatan survey dan observasi lapangan adalah segala
jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis dan penerapan konsep
penataan RTH. Hasil survey dan observasi meliputi peta (peta distribusi RTH kota), foto-
foto (foto sampel-sampel RTH Eksisting), peraturan dan rencana-rencana terkait, sejarah
dan signifikansi historis kawasan, kondisi sosial budaya, kependudukan, kondisi fisik dan
lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan fasilitas dan data-data lainnya yang
relevan.
- Mengumpulkan data dan kebijakan sekunder/instansional seperti RTRW, kebijakan
mengenai RTH dan system pengelolaan RTH
- Melakukan observasi lapangan (data lokasi RTH eksisting dan RTH yang direncanakan
berdasarkan RTRW serta komponen desain RTH yang telah diaplikasikan)

c. Analisis
Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas amatan hasil survey, kajian pustaka dan
studi terdahulu yang telah berhasil dikumpulkan. Terselenggaranya proses sintesa antara
teori dan fakta di lapangan, sebagai masukan untuk merumuskan pedoman
pembangunan dan pemeliharaan RTH di kawasan perkotaan. Dari hasil analisis ini akan
diperoleh arahan solusi atau konsep penataan atas permasalahan yang telah diidentifikasi
pada tahap sebelumnya. Melakukan sintesa antara hasil kajian teoritik dengan hasil
observasi di lapangan dengan komponen analisis sebagai berikut:
- Analisis Zonasi Tapak

Laporan Akhir | I-6


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Analisis Hubungan Antar Ruang


- Analisis Hidrologi
- Analisis Ketersediaan Lahan
- Analisis Tata Hijau
- Analisis Site Furniture
- Analisis Kebutuhan Dan Sistem Perparkiran
- Analisis Sosial Budaya
- Analisis Finansial

d. Perumusan Masterplan RTH


Perumusan tujuan penataan didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut:
- Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
- Isu strategis RTH, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah dan urgensi
penanganan; dan
- Karakteristik RTH
Tujuan penataan dirumuskan dengan mempertimbangkan:
- Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kota;
- Fungsi dan peran RTH;
- Kondisi sosial dan Lingkungan RTH;
- Peran masyarakat dalam pembangunan RTH
- Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
Konsep Penataan RTH dirumuskan berdasarkan:
- Daya dukung dan daya tampung RTH berkaitan dengan Luas minimum yang harus
dipenuhi
- Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan RTH dan pelestarian fungsi
lingkungan berkaitan dengan Penetapan jenis dan lokasi RTH yang akan disediakan
- Tipologi masing-masing RTH, alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya arahan
vegetasi dalam kelompok besar, arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-
konsep rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan disain selanjutnya.
Masterplan RTH Kota Pontianak berisikan pedoman penyediaan, pemanfaatan dan
penataan RTH yang ada sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota
Pontianak. Adapun lingkup kajian dalam penyusunan RTH kota Pontianak terbagi dalam :
1. Fungsi Utama (Ekologis/Alami)
Kawasan Lindung :
a) Kawasan Bergambut (lebih dari 4 meter)
b) Sempadan Sungai
2. Fungi Penunjang (Arsitektural,Ekonomi,Sosial/Binaan)
Taman dan Hutan Kota :
a) Taman RT d) Taman Kecamatan
b) Taman RW e) Taman Kota
c) Taman Kelurahan f) Hutan Kota
Jalur Hijau Jalan :
a) Pulau Jalan dan Median Jalan
b) Jalur Pejalan Kaki
Fungsi Tertentu :
a) Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
b) Tempat Pemakaman Umum
c) Bufferzone TPA
d) Bufferzone PLN Pembangkit

Laporan Akhir | I-7


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

e) Gambar 1.2
Ruang Lingkup Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

WILAYAH PERKOTAAN

RUANG TERBANGUN RUANG TERBUKA

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) RUANG TERBUKA NON HIJAU (RTNH)

FUNGSI INTRINSIK FUNGSI EKSTRINSIK

Fungsi Ekologis Fungsi Arsitektural Fungsi Ekonomi Fungsi Sosial

Bentuk RTH Bentuk RTH Bentuk RTH Bentuk RTH


Ekologis/Alami Binaan Binaan Binaan

RTH berbentuk Areal:


Hutan (hutan kota, hutan lindung, hutan rekreasi), taman, lapangan olahraga, kebun raya, kebun
pembibitan, kawasan fungsional (perdagangan, industri, permukiman, pertanian) kawasan khusus
(hankam, perlindungan tata air, plasma nutfah, dll)

RTH berbentuk Jalur:


RTH koridor Sungai, RTH sempadan danau, RTH sempadan Pantai, RTH tepi jalur jalan, RTH tepi jalur
Kereta, RTH sabuk hijau

Daya Dukung Keselarasan, kesesuaian, Manfaat Daya Dukung


Ekologis keindahan Ekonomi Sosial

Struktur RTH Struktur RTH Struktur RTH Struktur RTH


Ekologis/Alami Binaan Binaan Binaan

MODEL PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN RTH KOTA

Sumber : Hasil Pemahaman Materi

Laporan Akhir | I-7


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Dari jenis RTH yang tertuang di dalam RTRW seperti disebutkan diatas, dirumuskan Rencana
Ruang terbuka Hijau yang mencakup:
a. Rencana lokasi dan cakupan kawasan
b. Rencana penataan dan desain
c. Rencana tata letak fasilitas
d. Jadwal waktu dan tahapan pembangunan
e. Pembiayaan Pembangunan

Ketentuan pemanfaatan RTH merupakan upaya mewujudkan RTH dalam bentuk program
pengembangan RTH dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan samp ai akhir tahun
masa perencanaan yang terbagi dalam beberapa tahapan pembangunan baik pengembangan
jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Ketentuan pemanfaatan RTH disusun
berdasarkan:
- Rencana pola ruang yang tertuang dalam RTRW Kota;
- Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
- Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
- Prioritas pengembangan RTH dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai
dengan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah dan rencana pembangunan
jangka menengah (RPJM) daerah serta rencana terpadu dan program investasi
infrastruktur jangka menengah (RPI2JM).

Secara umum suatu Masterplan RTH, terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu:
a. Analisis Kebutuhan : Hal terpenting adalah tingkat kebutuhan akan letak dan fungsi ruang
terbuka Hijau itu sendiri bagi keindahan kota.
b. Kelayakan teknis : Secara teknik Ruang Terbuka Hijau yang didesain dapat diaplikasikan
baik dari fungsi, faktor kenyaman dan keindahan yang dapat dinikmati oleh masyarakat
sebagai penggunanya
c. Kelayakan financial : Berdasarkan estimasi yang dilakukan untuk komponen di atas
dilakukan analisis kelayakan financial, diantaranya seperti start-up costs, operating cost,
revenue projections, sourcer of financing dan profitability analysis.

1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Penyusunan Laporan Pendahuluan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak dibagi
menjadi empat bab. Secara garis besar isi pembahasan tiap-tiap bab dapat dikemukakan
sebagai berikut :
BAB 1 : Dalam bab ini diuraikan secara garis besar hal-hal pokok yang akan dibahas dalam
kegiatan ini, yaitu meliputi : latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, manfaat
ruang terbuka hijau serta ruang lingkup yang meliputi lingkup wilayah
perencanaan dan ruang lingkup materi perencanaan.
BAB 2 : Pada bab ini diuraikan tentang gambaran umum kawasan perencanaan yaitu
kondisi wilayah Kota Pontianak yang meliputi kondisi fisik, potensi wilayah serta
data dan informasi yang dapat membantu perencanaan Masterplan Ruang
Terbuka Hijau Kota Pontianak.
BAB 3 : Bab ini mengkaji tentang analisis tapak ruang terbuka hijau yang dilakukan dalam
penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau di Kota Pontianak melalui beberapa
tahapan analisis seperti analisis ruang terbuka hijau kawasan lindung, analisis
ruang terbuka hijau taman dan hutan kota, analisis ruang terbuka hijau jalur hijau
jalan, dan analisis ruang terbuka hijau fungsi tertentu.

Laporan Akhir | I-8


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

BAB 4 : Dalam bab ini membahas mengenai tahapan yang dilakukan setelah analisis yakni
perumusan konsep ruang terbuka hijau sehingga dihasilkan kriteria bentukan
ruang terbuka hijau yang sesuai di Kota Pontianak.
BAB 5 : Pada bab ini menguraikan tentang rencana ruang terbuka hijau yang merupakan
gambaran dari konsep ruang terbuka hijau yang dihasilkan pada bab sebelumnya.
Adapun gambaran dalam rencana ruang terbuka hijau tersebut meliputi rencana
kawasan lindung, taman, jalur hijau jalan serta rencana untuk ruang terbuka hijau
fungsi tertentu.
BAB 6 : Bab ini berisikan kajian mengenai analisis finansial dan kelembagaan terhadap
penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak yang meliputi
analisis kelayakan finansial terhadap pengelolaan ruang terbuka hijau yang ada
serta rencana anggaran biaya terhadap ruang terbuka hijau dan analisis
kelembagaan yang mengelola ruang terbuka hijau tersebut.

Laporan Akhir | I-9


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

2.1. GAMBARAN UMUM KOTA PONTIANAK


2.1.1. Batas Dan Luasan Wilayah Administrasi
Kota Pontianak mempunyai luas wilayah 107,82 km 2 yang terdiri dari 6 kecamatan dan 29
kelurahan serta dibatasi oleh wilayah Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Secara
administratif, kota Pontianak berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara : Desa Wajok Hulu Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak dan Desa
Mega Timur dan Desa Jawa Tengah Kecamatan Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya
b) Sebelah Selatan : Desa Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya dan Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
c) Sebelah Timur : Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya dan Desa Kuala Ambawang
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya
d) Sebelah Barat : Desa Pal IX dan Desa Sungai Rengas Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Pontianak.
Kota Pontianak sebelum tahun 2007 terdiri dari 5 Kecamatan dengan 24 Kelurahan, kemudian
terjadi pemekaran menjadi 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Tahun 2008 terjadi pemekaran
wilayah kelurahan di kecamatan Pontianak utara berdasarkan perda No 12 tahun 2008,
menjadikan Kecamatan Pontianak Utara yang semula 4 kelurahan menjadi 8 kelurahan.
Adapun distribusi luas dan banyaknya jumlah kelurahan, RT dan RW pada kota Pontianak
dapat dilihat pada Tabel 2.1 .

Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kota Pontianak
Persentase
No Kecamatan Luas Daerah
(Ha) (%) Kelurahan RW RT
1 Pontianak Selatan 1.454 13,49 5 89 399
2 Pontianak Tenggara 1.483 13,75 4 43 169
3 Pontianak Timur 878 8,14 7 71 331
4 Pontianak Barat 1.694 15,71 4 95 506
5 Pontianak Kota 1.551 14,39 5 120 494
6 Pontianak Utara 3.722 34,52 4 116 473
Jumlah 10.782 100,00 29 534 2.372
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka 2012

Laporan Akhir | II-1


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

1 : 83.000

Laporan Akhir | II-2


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

2.1.2. KONDISI FISIK DASAR


Gambaran kondisi fisik dasar diperlukan untuk mengetahui daya dukung lahan dan kualitas
lingkungan kota, serta potensi sumber daya alam yang tersedia dalam mendukung semua
kegiatan perkotaan pada umumnya.
a. Klimatologi
Berdasarkan hasil pencatatan dari Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menunjukkan
bahwa pada tahun 2011 rata-rata temperature udara di Kota Pontianak berkisar antara
23,3 C hingga 27,5 C dengan rata-rata kelembaban udara berkisar antara 82% hingga
88%, sedangkan tekanan udaranya berkisar antara 1.007,8 milibar hingga 1.009,9 milibar.
Pada tahun 2011, rata-rata kecepatan angin di Kota Pontianak berkisar antara 2 knot
hingga 6 knot dengan kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar
24 knot. Selama tahun 2011 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Oktober yaitu
sebanyak 27 hari dengan curah hujan sebesar 533,2 mm, sedangkan penyinaran matahari
paling banyak terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 91%.

b. Hidrologi
Kota Pontianak berada dalam DAS Sungai Kapuas, tepatnya di sub-DAS bagian muara
Sungai Kapuas. Keadaan hidrologi ini mempengaruhi keadaan fisik lingkungan pemukiman
dalam kota dan pola perkembangan fisik kawasan terbangun kota, dimana 5% luas
wilayahnya terdiri dari badan air Sungai Kapuas dan Sungai Landak serta 47% merupakan
kawasan bekas rawa-rawa pasang surut yang direklamasi dan lebih dari setengahnya
sudah dapat digunakan untuk pemukiman. Reklamasi rawa pasang surut yang dilakukan
membentuk parit-parit drainase yang digunakan juga untuk keperluan rumah tangga dan
lalu lintas air.
Kota Pontianak terbelah tiga oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan
Sungai Landak terpengaruh oleh pasang surut air laut mengakibatkan sebagian areal lahan
kota terpengaruh oleh air pasang. Letak Kota Pontianak yang berada di Delta Sungai
Kapuas berjarak kira-kira 20 km dari laut. Pengaruh pasang surut yang terjadi
menyebabkan terjadinya intrusi air laut pada musim kemarau. Fluktuasi harian pemukaan
Sungai Kapuas adalah antara 0,50 0,75 meter, sedangkan kedalaman air tanahnya
antara 0,5 2,0 meter dari permukaan air tanah. Oleh karena itu, keadaan pasang surut
Sungai Kapuas merupakan aspek hidrologis yang sangat berperan dan berpengaruh
terhadap kota Pontianak.

c. Ketinggian Dan Kemiringan Lahan


Kota Pontianak berada pada ketinggian antara 0,8-1,5 meter diatas permukaan laut, dan
berada di Delta Sungai Kapuas, sehingga topografinya datar. Kemiringan lahannya berkisar
antara 0 2% yang sangat menyulitkan untuk perencanaan drainase kota. Pada masa-
masa mendatang perlu dikembangkan sistem darinase terpadu dengan pertimbangan
pasang surut air laut yang terjadi untuk mengatasi genangan-genangan yang sering terjadi
pada musim hujan.

d. Geologi dan Jenis Tanah


Struktur geologi dan jenis tanah dalam pembangunan kota diperlukan untuk mengetahui
kestabilan lereng, perencanaan pondasi, dan drainase lapisan batuan asalnya adalah jenis
aluvial yang terbentuk pada masa kwarter. Batuan asal ini merupakan lapisan tanah keras
yang baru ditemukan pada kedalaman antara 24 28 meter dibawah permukaan tanah.
Batuan ini relatif kecil daya dukungnya, dan mendominasi Kota Pontianak, sehingga
bangunan yang ada pada umumnya mengunakan pondasi tiang pancang. Lapisan tanah

Laporan Akhir | II-3


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

diatas batuan ini sampai kedalaman 10 meter dari permukaan tanah adalah hasil
pelapukan dari batuan asal di bawahnya. Kondisi relatif padat dengan daya dukung kecil.
Sedangkan lapisan diatas kedalaman 10 meter pada umumnya bersifat gembur dan
merupakan lapisan tanah bawah (sub-soil) dan lapisan atas (top-soil). Jenis tanah dilapisan
permukaan merupakan tanah gambut.
Sebagaimana layaknya lahan di daerah Kalimantan lainya, terutama di dekat pantai, maka
sebagian besar lahan di Kota Pontianak merupakan lahan gambut. Ketebalan lahan gambut
yang ada sangat mempengaruhi peruntukan lahan serta pondasi bangunan di kawasan ini.
Secara jelas luasan lahan yang tertutup lapisan tanah gambut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.2.
Luas Lahan Yang Tertutup Lapisan Tanah Gambut Di Kota Pontianak
Luas Area Gambut (Ha)
Luas Daerah Luas Wilayah
No Kecamatan (Ha) 1 - 1,2 m 1,2- 2,4 m 2,4 - 4 m > 4 m Jumlah Tidak Gambut
1 Pontianak Selatan 1.454 69,20 553,23 571,50 - 1.193,93 260,07
2 Pontianak Tenggara 1.483 4,85 227,82 472,27 43,57 748,51 734,49
3 Pontianak Timur 878 - - - - 0,00 878,00
4 Pontianak Barat 1.694 - - - - 0,00 1.694,00
5 Pontianak Kota 1.551 54,59 129,32 20,93 - 204,84 1.346,16
6 Pontianak Utara 3.722 317,75 423,67 420,68 1.563,52 2.725,62 996,38
Jumlah 10.782 446,39 1.334,04 1.485,38 1.607,09 4.872,90 5.909
Sumber : RTRW Kota Pontianak

2.1.3. KEPENDUDUKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA


a. Jumlah Penduduk
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh aspek
kependudukan. Sehingga pengkajian terhadap aspek kependudukan sangat di perlukan
dalam suatu perencanaan. Hal yang perlu dikaji dalam aspek kependudukan meliputi
kualitas, kuantitas dan persebaranya. Dalam mengkaji hal tersebut, maka perlu diketahuai
beberapa hal mengenai kependudukan. Diantaranya jumlah, distribusi, kepadatan dan
komposisi dari penduduk di wilayah perencanaan maupun wilayah pengamatan.

Jumlah penduduk Kota Pontianak tahun 2010 berdasarkan hasil perhitungan sensus
penduduk sementara tahun 2010 berjumlah 550.304 jiwa yang tersebar pada enam
wilayah Kecamatan. Dengan penduduk terbanyak di wilayah Pontianak Barat yaitu sebesar
123.472 jiwa atau 22,43%, sedangkan wilayah kota dengan penduduk terkecil terdapat di
Kecamatan Pontianak Tenggara yaitu sebanyak 45.139 jiwa atau 8,2%. Untuk distribusi
dan perkembangannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 1990-2011

No Kecamatan Luas (Km 2


) JUMLAH PENDUDUK (jiwa)
1990 2000 2005 2010 2011
1 Pontianak Selatan 14,54 78.105 78.232 84.553 81.686 83.398
2 Pontianak Tenggara 14,83 23.940 35.812 40.446 45.139 45.721
3 Pontianak Timur 8,78 42.464 60.895 70.649 78.022 83.957
4 Pontianak Barat 16,94 93.345 121.594 112.531 123.472 125.400
5 Pontianak Kota 15,51 79.473 72.682 104.489 109.760 112.234
6 Pontianak Utara 37,22 79.331 95.319 108.703 112.225 114.746
Total 107,82 396.658 464.534 521.371 550.304 565.456
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012

Laporan Akhir | II-4


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Pontianak pada tahun 2011 yang sekitar 5.244 jiwa/km 2 .
Dengan kata lain, kepadatan penduduk Kota Pontianak periode 2000-2008 meningkat dari
4.837 jiwa/km 2 menjadi 5.244 jiwa/km 2 . Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pontianak Timur yaitu 9.562 jiwa/km 2 . Dan

Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pontianak Utara.


Tabel 2.4
Kepadatan Penduduk Kota Pontianak (Jiwa/Km 2 ) Tahun 2011

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012

c. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Kota Pontianak sepuluh tahun terakhir Tahun 1999-2008 rata-rata
sebesar 0,74 % dengan pertumbuhan terbesar terdapat di Kecamatan Pontianak Kota dan
terkecil di Kecamatan Pontianak Tenggara sebagai kecamatan baru.
Tabel 2.5
Pertumbuhan Penduduk Kota Pontianak (%) Tahun 1990-2010
2
JUMLAH PENDUDUK PERTUMBUHAN
NO KECAMATAN LUAS (Km )
1990 2000 2011 90 - 00 90 - 10
1 Pontianak Selatan 14,54 80.498 78.232 83.398 -0,3 0,4
2 Pontianak Tenggara 14,83 27.674 35.812 45.721 2,6 2,3
3 Pontianak Timur 8,78 48.758 60.895 83.957 2,2 3,1
4 Pontianak Barat 16,94 106.259 121.594 125.400 1,4 0,1
5 Pontianak Kota 15,51 80.893 72.682 112.234 -1,1 4,2
6 Pontianak Utara 37,22 87.246 95.319 114.746 0,9 1,7
Total 107,82 431.328 464.534 565.456 0,7 1,8
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012

2.1.4. Potensi Bencana Alam


Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dikenal
pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah per istiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
Secara Geografis Wilayah Kota Pontianak yang berada di Pulau Kalimantan tidak dilalui
dengan jalur gunung berapi aktif seperti kota-kota di hampir sebagian besar pulau selain
Kalimantan. Tetapi karena kondisi permukaan lahan yang rendah serta dilalui oleh beberapa
sungai besar, Kota Pontianak sangat dipengaruhi dengan arus pasang surut air sungai. Maka
tidak jarang Kota Pontianak sering tergenang saat intensitas hujan meningkat apalagi jika

Laporan Akhir | II-5


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

bersamaan dengan pasang air sungai. Peristiwa alam lainnya yang pernah terjadi di Kota
Pontianak adalah banjir, badai angin puting beliung dan kabut asap akibat kebakaran hutan.
a. Banjir
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta (2004) Banjir adalah aliran yang relatif
tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Dan air itu mengalir keluar dari
sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Secara
geografis Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas serta topografinya yang sebagian
besar wilayahnya merupakan lahan yang datar dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Terdapat
beberapa lokasi dengan potensi genangan yang cukup luas antara lain:
- Parit Tokaya dan Sekitarnya : Kawasan Masjid Raya Mujahidin, Jalan KS. Tubun, Sutoyo,
Suprapto dan Ahmad Yani
- Sungai Bangkong : jl. Alianyang dan Sekitarnya dan jalan Putri Daranante
- Wilayah Parit Bentasan Sekitar Sungai Malaya
- Wilayah sekitar Jeruju sampai Jl. Karet
- Wilayah Batu Layang
- Sebagian Besar wilayah Pontianak Timur yaitu Sekitar jalan Panglima Aim
- Wilayah sekitar Parit H. Husin I dan Sungai Raya Dalam
Wilayah genangan yang terdapat di Kota Pontianak sebagaian besar merupakan genangan
sesaat yang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Selain itu luasnya wilayah
genangan di Kota Pontianak disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Banyaknya terjadi penyempitan saluran primer
- Keberadaan jembatan di beberapa saluran primer
- Bangunan di sepanjang bantaran sungai
- Terbatasnya ketersediaan daerah resapan
- Prilaku masayarakat yang masih membuang sampah ke Sungai
- Kurangnya jalan paralel dengan parit dan Sungai
- Penyempitan jembatan di jalan Ahmad Yani, Tanjungpura dan Imam Bonjol
- Banyaknya bangunan di atas parit
- Kondisi permukaan wilayah kota berada pada permukaan yang rendah, dan jika
permukaan air pasang tertingginya minus 40 cm
Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah membongkar bangunan di atas parit,
normalisasi parit, pengerukan parit, peninggian jalan, pengendalian perkembangan
kawasan terbangun, terutama pada kawasan yang berfungsi sebagai resapan dan
pengendalikan kepadatan bangunan dan ketersediaan lahan resapan pada masing-masing
kavling dengan aturan Koefesien Dasar Bangunan.
b. Kebakaran dan Kabut Asap
Pontianak yang terletak di sekitar Equator merupakan daerah yang potensial untuk
terbentuknya kabut asap pada pagi hari yang didahului dengan adanya proses pemanasan
dan pendinginan. Adanya variasi tersebut menandakan bahwa jenis kabut yang terjadi
adalah kabut radiasi, dengan waktu kejadiannya pada pagi hari.
Kota Pontianak yang terletak di wilayah Equator sering mengalami peristiwa cuaca yang
berhubungan dengan kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang berlangsung pada tahun
2006 merupakan salah satu dampak kekeringan yang melanda wilayah tersebut.
Kebakaaran hutan menghasilkan asap tebal yang bertahan lama di atmosfer. Visibility akan
berkurang bahkan hingga kurang dari 100 m. Selain itu, polusi asap juga dapat
menggangu kesehatan masyarakat, kerusakan lingkungan, dan gangguan terhadap sektor
perhubungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai tingkat kekeringan yang
terjadi dengan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan sehingga kerugian yang terjadi
dapat diminimalisir.

Laporan Akhir | II-6


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

c. Angin Puting Beliung


Memasuki musim Panca Roba (Musim transisi dari musim kemarau ke musim hujan)
Pontianak rentan terhadap Angin Puting Beliung. Hal tersebut disebabkan karena Pontianak
merupakan dataran rendah dan daerah terbuka. Badai Angin kekuatannya dapat
menghancurkan beberapa bangunan semi permanen di beberapa bagian wilayah kota.
Kota Pontianak beberapa kali dilanda badai sesaat yang mampu memporak-porandakan
sejumlah kawasan di kota.

2.1.5. Potensi Sumber Daya Alam


Kota Pontianak memiliki potensi alam diantaranya terdapatnya 2 buah sungai besar dan
beberapa sungai kecil yang melintasi Kota Pontianak. Terlebih Kota Pontianak berada pada
posisi strategis yaitu dilalui oleh garis equator dengan segala peristiwa yang mempunyai daya
tarik alami. Potensi ini membawa karakteristik tersendiri, sehingga menjadikan Kota Pontianak
sebagai Kota Air dan kota Khatulistiwa. Potensi ini dapat dikembangkan untuk pengembangan
wilayah Kota Pontianak diantaranya :
a. Wilayah Sungai dan Parit
Kota Pontianak mempunyai sungai-sungai dan parit yang berjumlah 42 sungai/parit. Parit-
parit yang cukup banyak tersebut menyebar secara merata hampir di seluruh pelosok kota.
Pemerintah Belanda membangun parit-parit, untuk mengatasi kondisi alam Pontianak yang
berawa. Sungai dan parit tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Pontianak
untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang sarana transportasi.
Sungai dan sejumlah parit Kota Pontianak yang sangat berkaitan dalam satu kesatuan sistem
hidrologi. Wilayah perkotaan dipengaruhi oleh pasang surut air Sungai, sehingga jika pasang
bersamaan dengan intensitas hujan yang tinggi sering kali menimbulkan banjir. Data sebaran
sungai dan parit di Kota Pontianak dapat dilihat pada Tabel 2.6 .
Tabel 2.6
Persebaran Sungai Dan Parit Di Kota Pontianak

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012

Laporan Akhir | II-7


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

b. Kawasan Wisata
Sebagai kota yang terbuka dengan kota-kota lain serta merupakan pusat kegiatan
pemerintahan, swasta, dan sosial budaya sehingga menjadikan kota ini tempat pendatang
dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya sehingga lebih heterogen. Sebagai
Ibukota Provinsi, tentunya kota Pontianak juga menjadi pusat kegiatan kebudayaan.
Event/peristiwa budaya yang dapat menarik wisatawan manca negara maupun wisatawan
nusantara dan diadakan secara berkala di kota Pontianak seperti :
- Ulang Tahun Pemerintah Kota Pontianak
- Festival Budaya Bumi Khatulistiwa
- Lomba Dayung Hias dan tradisional
- Gawai Dayak
- Naik Dango
- Meriam Karbit/Keriang Bandong
- Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa
- Cap Go Meh/Barongsai
- Festival Kue Tradisional
Sebagai Kota yang mana cikal bakalnya dari sebuah kota kerajaan perlu melestarikan identitas
lokal dengan konservasi dan preservasi bangunan bersejarah dan lingkungannya maupun
menuangkannya dalam desain bangunan-bangunan baru penunjang kawasan. Mulai
bergesernya identitas kota dengan dibangunnya bangunan-bangunan megah dan mewah
bernuansa modern menyebabkan mulai mengeser eksistensi bangunan tradisional kerajaan
sehingga identitas lokal dirasa semakin berkurang. Adapun beberapa kondisi situs budaya dan
daerah tujuan wisata di Kota Pontianak diuraikan sebagai berikut :
- Makam Batu Layang
- Alun-alun Kapuas
- Tugu Khatulistiwa
- Keraton Kadriah
- Masjid Jami

2.1.6. Potensi Ekonomi Wilayah


Keberadaan fasilitas perdagangan memegang peranan yang sangat penting bagi Kota
Pontianak mengingat salah satu fungsi bagi Kota Pontianak sebagai Kota Perdagangan dan
Jasa serta indikator perkembangan kegiatan ekonomi Kota. Adapun fasilitas ekonomi yang
terdapat di Kota Pontianak terdiri dari 20.305 Toko dan warung, 961 Industri, 546 penginapan
dan Restoran, 36 Pasar umum, 17 Supermarket, 70 bank, 38 Asuransi dan 502 fasilitas
ekonomi lainnya.

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
yang menunjukkan naik atau turunnya produk yang dihasilkan, sebagai balas jasa seluruh
kegiatan ekonomi. Naik turunnya angka PDRB biasa juga disebut laju pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari penyajian PDRB atas dasar harga konstan.
Untuk keperluan analisis biasanya mempergunakan harga konstan karena pengaruh naik
turunnya harga telah dihilangkan atau dengan kata lain dengan menggunakan harga konstan,
pengaruh inflasi telah ditiadakan. Semakin tinggi kenaikan PDRB makin tinggi juga
pertumbuhan ekonominya.

Karakteristik perekonomian ini dimaksudkan untuk memahami karakteristik perekonomian


wilayah kota Pontianak baik dalam lingkup wilayah lebih luas (Kalimantan Barat) maupun
dalam lingkup internal kota. Kajian terhadap kegiatan perekonomian ini meliputi struktur dan

Laporan Akhir | II-8


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

pertumbuhan ekonomi wilayah, kinerja (produksi) beberapa sektor perekonomian yang


penting, sektor unggulan, serta kawasan strategis. Perekonomian regional pada umumnya
membahas penggunakan indikator pendapatan regional (PDRB), yang dalam hal ini diambil
dalam satuan nilai tambah.

Perekonomian Kota Pontianak sampai dengan tahun 2011 berdasarkan harga konstan masih
di dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tingginya peran sektor perdagangan,
hotel dan restoran didukung pula oleh sektor Jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan
komunikasi yang juga cukup tinggi, dengan peranannya terhadap perekonomian Kota
Pontianak.
Tabel 2.7. PDRB Kota Pontianak Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2011
Nilai PDRB Harga Konstan (Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha
2009 2010 2011
1 Pertanian 173.190,60 183.529,62 201.827,19
2 Industri Pengolahan 928.042,68 970.209,03 1.018.686,09
3 Listrik, Gas dan Air Minum 62.148,03 65.692,50 70.173,47
4 Bangunan 2.098.743,43 2.455.471,44 2.718.010,13
5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.618.791,70 3.080.804,65 3.541.953,16
6 Pengangkutan dan Komunikasi 2.001.903,32 2.276.931,47 2.276.931,47
7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.093.283,78 1.183.848,59 1.283.783,64
8 Jasa-Jasa 2.198.512,69 2.351.375,47 2.524.187,90
Jumlah 11.174.616,23 12.567.862,77 13.635.553,05
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2012

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan
sektor dengan hasil PDRB terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Untuk
perkembangannya pertahun rata-rata mengalami peningkatan.

2.2. GAMBARAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA PONTIANAK


Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaj a ditanam (Permen PU No. 5 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
Perkotaan). Secara Fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami dapat berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti
taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsinya RTH
dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika dan ekonomi.

2.2.1. Ruang Terbuka Hijau/Taman Eksisting


Sebagai satu elemen penting perkotaan, keberadaan ruang terbuka hijau mempunyai peran
yang sangat besar untuk tingkat kenyaman kota. Ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai
resapan air, juga berfungsi sebagai keindahan kota dan pengendali udara.

Secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat
berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.

Laporan Akhir | II-9


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.

Berdasarkan segi kepemilikannya, ruang terbuka hijau terbagi menjadi dua yaitu ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Untuk jenis dan luas ruang terbuka hijau
publik di Kota Pontianak, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 2.8
JENIS DAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK DI KOTA PONTIANAK
Luas RTH Persentase
No Jenis Ruang Terbuka Hijau Luas Wilayah Kota
Pontianak (Ha) (Ha) (%)
1 Taman Kota 408,01 3,7842

2 Jalur Hijau 115,45 1,0708

3 Lapangan Olah Raga 62,69 0,5814


10.782
4 Pemakaman Umum 44,56 0,4133

5 Hutan Kota 10,95 0,1016

6 Agrowisata / KSA *) 803,72 7,4543

Jumlah 10.782 1.445,38 13,41

Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011


*) Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak Tahun 2012

Sedangkan untuk jenis dan luas ruang terbuka hijau privat di Kota Pontianak, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
TABEL 2.9
JENIS DAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PRIVAT DI KOTA PONTIANAK

No Jenis Ruang Terbuka Hijau Luas Wilayah Kota


Pontianak (Ha) Luas RTH (Ha) Persentase (%)

1 Perumahan / Permukiman 10.782,00 162,44 1,5066

Jumlah 10.782,00 162,44 1,5066

Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011

Sebagai ibukota provinsi, Kota Pontianak menjadi pusat kegiatan Olahraga skala Regional,
maka dari itu di Kota Pontianak telah tersedia berbagai fasilitas olahraga seperti Gedung
Olahraga diantaranya Gedung Olahraga Pangsuma dan Stadion Olahraga Kebun Sayok serta
beberapa lapangan olahraga baik indoor maupun outdoor. Selain itu, fasilitas kebugaran
lainnya juga telah terdapat di Kota Pontianak yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan
seperti :
- Kolam Renang Oevang Oeray di Jl. A.Yani
- Lapangan Tenis Sutra Jl. A.Yani II
- Lapangan Tenis Kartika Jl. Rahadi Oesman
- Lapangan Tenis Bea Cukai Jl. A.Yani
- Lapangan Golf Jl. A. Yani dan Jl. 28 Oktober
- Asindo Perkasa Jl. Jendral Sudirman
- Sport City Jl. Musi Komplek Kapuas Indah
- Total Futsal Jl. St. Abdurahman Saleh

Laporan Akhir | II-10


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Dari sekian jenis lapangan olahraga tersebut hanya sebagian kecil yang juga berfungsi
sebagai Ruang Terbuka Hijau yaitu lapangan golf jalan A. Yani dan lapangan golf jalan 28
oktober.
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari
segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Pembagian jenis-jenis
RTH publik dan RTH privat adalah sebagai berikut :

2.2.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat Kota Pontianak


Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat meliputi Pekarangan rumah Tinggal, halaman perkantoran,
pertokoan dan tempat usaha dan Taman Atap bangunan, diatur selalui beberapa strategi
pengaturan KDH dalam RTH privat dapat dilihat pada Tabel 2.10 dan pengaturan RTH Privat
dalam pekarangan dapat dilihat pada Tabel 2.11 berikut :
Tabel 2.10
Target Pencapaian RTH Privat di Kota Pontianak

No Jenis Penggunaan Lahan Luas Proyeksi


(Ha) KDB KDH Alokasi RTH Privat
1 Permukiman 4.580,38
a. Permukiman Kepadatan Tinggi 458,038 70 - 80 % 30 % 36,64
b. Permukiman Kepadatan Sedang 1374,114 50 - 70 % 40 % 164,89
c. Permukiman Kepadatan Rendah 2748,228 40 - 50 % 40 % 549,65
2 Perkantoran/Pelayanan Kota 42,48 60 % 40 % 6,80
3 Fasilitas Kesehatan 31,05 50 % 40 % 6,21
4 Fasilitas Pendidikan 802,17 60 % 40 % 128,35
5 Fasilitas Kesenian/kebudayaan dan Rekreasi 13,48 50 % 40 % 2,70
6 Militer 17,04 60 % 40 % 2,73
7 Perdagangan dan Jasa 757,46 -
a. Perdagangan di Kawasan Primer 378,73 80% 10% 15,15
b. Perdagangan di Kawasan Sekunder 378,73 70% 10% 22,72
8 Industri dan Pergudangan 171,60 50 % 20 % 17,16
9 Pembangkit Listrik 7,26 50 % 30 % 1,09
10 Prasarana Transportasi dan Fasilitas Perhubungan 15,09 50% 30 % 1,09
11 SPBU 8,80 50 % 20 % 0,73
12 Jaringan Jalan 1.537,51 - 0% -
13 Lahan Cadangan/Pertanian dan lain-lain 1.587,92 20 % 80 % 413,10
14 Sungai 645,00 - - -
Jumlah 1.368,99
Sumber : RTRW Kota Pontianak

Tabel 2.11
Jenis Pengaturan RTH Privat
No Jenis
Pekarangan Kriteria Jenis Pengaturan
1. Pekarangan Kategori rumah besar adalah rumah Jumlah pohon pelindung yang harus
Rumah Besar dengan kavling lebih dari 500 m 2 disediakan minimal 3 pohon pelindung
Berada dalam zona permukiman ditambah dengan perdu serta p enutup
kepadatan rendah tanah dan aatu rumput
KDB 40-50% dengan KDH 50 %

2. Pekarangan Kategori rumah dengan luas lahan Jumlah pohon pelindung yang harus
Rumah 200 m 2 sampai 500m 2 disediakan minimal 2 pohon pelindung
Sedang Berada dalam zona permukiman ditambah dengan perdu serta p enutup
kepadatan sedang tanah dan aatu rumput
KDB 50-70% dengan KDH 50%

Laporan Akhir | II-11


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

No Jenis
Pekarangan Kriteria Jenis Pengaturan
3. Pekarangan Kategori rumah dengan luas lahan Jumlah pohon pelindung yang harus
Rumah Kecil kurang dari 200 m 2 disediakan minimal 1 pohon pelindung
Berada dalam zona permukiman ditambah dengan perdu serta p enutup
kepadatan sedang atau tinggi tanah dan aatu rumput
KDB 70-80% dengan KDH 40%
4. RTH Halaman Ruang terbuka umumnya berupa KDB 70-90% perlu menambahkan tanaman
Kantor, jalur trotoar dan area parkir terbuka dalam pot
pertokoan dan KDB diatas 70% disyaratkan memiliki
tempat Usaha minimal 2 pohon kecil atau sedang yang
ditanam pada lahan atau pot berdiameter
diatas 60 cm
KDb dibawah 70 % berlaku seperti
persyaratan RTH pekarangan rumah dan
ditanam pada area di luar KDB yang telah
ditentukan
5. RTH dalam Pada kondisi luas lahan terbuka Lahan dengan KDB 90 % pada kawasan
bentuk taman terbatas, maka untuk RTH dapat pertokoan di pusat kota atau pada kawasan
atap memanfaatkan ruang terbuka non kepadatan tinggi deng an lahan sangat
bangunan hijau seperti atap gedung, teras terbatas, RTH dapat disediakan di atap
(roof Garden) rumah, teras bangunan bertingkat bangunan dengan struktur atap yang
dan di samping bangunan dan lain- khusus (Permen PU No. 5 Tahun 2008).
lain dengan memakai media
tambahan seperti pot dengan
berbagai ukuran sesuai lahan yang
tersedia
Sumber : RTRW Kota Pontianak

2.2.3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Kota Pontianak


Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan dapat berupa kawasan lindung bergambut,
sempadan sungai, taman dan hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau jaringan listrik, Tempat
Pemakaman Umum (TPU) dan zona-zona penyangga TPA, Pembangkit listrik dan kawasan
industri. Adapun bentuk ruang terbuka hijau publik adalah sebagai berikut :
a. RTH Taman dan Hutan Kota
RTH Taman dan Hutan Kota meliputi Taman RT, Taman RW, Taman Kelurahan, Taman
Kecamatan, Taman Kota, dan Hutan Kota. Adapun jumlah taman di Kota Pontianak yang
tersebar dalam enam (6) kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.12
Jumlah Taman Di Kota Pontianak
20 0 9 2 0 10 2 0 1 1
N o K ec a mat an
J u mla h Lu a s (H a ) J u ml ah L ua s ( Ha ) Ju ml ah L u as ( Ha )
12345678

1 Pont ia n a k Se l a ta n 20 2,46 21 2,48 21 2,48

2 Pont ia n a k Te ngg a ra 5 0,75 5 0,75 5 0,75

3 Pont ia n a k Ti mur 1 0,01 1 0,01 1 0,01

4 Pont ia n a k Ba r a t 4 0,22 4 0,22 4 0,22

5 Pont ia n a k Kot a 20 0,62 20 0,62 20 0,62

6 Pont ia n a k U ta r a 2 0,10 2 0,10 2 0,10

JU M LAH 5 2 4 ,1 7 5 3 4 ,1 8 53 4 , 18

Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011

Dalam pengelolaan dan pengembangan ruang terbuka hijau khususnya taman kota,
pengelolaannya tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah Dinas Kebersihan Dan Pertamanan.
Namun dalam pendanaan serta pengelolaannya dapat diserahkan kepada pihak swasta.
Berikut data taman yang dikelola oleh Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak :

Laporan Akhir | II-12


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 2.13
Data Ruang Terbuka Hijau Yang Dimiliki Dan Dipelihara Oleh
Dinas Ke bersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak

NO NAMA RUANG TERBUKA HIJAU LUAS (Ha) JENIS RTH


1 Taman Jl. Hasanuddin (Gertak I) 0,060 Jalur Hijau
2 Taman Jl. Hasanuddin (Gertak II) 0,045 Jalur Hijau
3 Taman Jl. H. Rais A. Rahman s/d Gg. Malabar 0,098 Jalur Hijau
4 Taman Simpang Jl. Tebu - Jl. Tabrani Achmad 0,020 Jalur Hijau
5 Taman Median Jl. Pak Kasih 0,100 Jalur Hijau
6 Taman Simpang Jl. Zainuddin 0,004 Jalur Hijau
7 Taman Jl. Zainuddin 0,013 Jalur Hijau
8 Taman Simpang Mall Matahari 0,005 Jalur Hijau
9 Taman Jl. Sidas 0,004 Jalur Hijau
10 Taman Jl. Tamar 0,006 Jalur Hijau
11 Taman Median Jl. Tanjungpura I - II 0,194 Jalur Hijau
12 Taman Jl. Pattimura (Samping Gereja Soloam) 0,006 Jalur Hijau
13 Taman Median Jl. Pattimura - Jl. Ir. H. Djuanda 0,005 Jalur Hijau
14 Taman Relief PSP 0,004 Jalur Hijau
15 Taman Pasar Mawar 0,060 Taman
16 Taman Jl. Diponegoro 0,078 Jalur Hijau
17 Taman Median Jl. H. Agus Salim 0,240 Jalur Hijau
18 Taman Simpang Jl. Gst. Sulung Lelanang 0,002 Jalur Hijau
19 Taman Air Tumpah Jl. Gst. Sulung Lelanang 0,018 Jalur Hijau
20 Taman Jl. Gst. Sulung Lelanang 0,120 Jalur Hijau
21 Taman Jl. Sultan Hamid II (Tol Kiri) 0,211 Taman
22 Taman Jl. Sultan Hamid II (Tol Kanan) 0,211 Taman
23 Taman Jl. Gst. Johan Idrus 0,030 Jalur Hijau
24 Taman Depan KNPI 0,041 Jalur Hijau
25 Taman Median Jl. M. Sohor 0,220 Jalur Hijau
26 Taman Median Jl. MT. Haryono 0,400 Jalur Hijau
27 Taman Median Jl. Achmad Yani 0,500 Jalur Hijau
28 Taman Tugu PKK Simpang Jl. Veteran 0,006 Jalur Hijau
29 Taman Simpang Jl. Let. Jend. Soetoyo 0,007 Jalur Hijau
30 Taman Tugu Degulis UNTAN 0,082 Taman
31 Taman Median Jl. Daya Nasional 0,060 Jalur Hijau
32 Taman Median Jl. Abdurrachman Saleh (BLKI) 0,489 Jalur Hijau
33 Taman Batas Kota Polda 0,011 Jalur Hijau
34 Taman Batas Kota RS. Soedarso 0,111 Taman
35 Taman Batas Kota Batulayang 0,007 Jalur Hijau
36 Taman Alun Kapuas 0,167 Taman
37 Taman Lapangan Tenis Bang Bong 0,002 Jalur Hijau
38 Taman Simpang Jl. Sudirman , Jl. Tanjungpura 0,003 Jalur Hijau
39 Median Jl. Veteran 0,050 Jalur Hijau
40 Median Jl. Gajahmada 0,100 Jalur Hijau
41 Taman Pasar Flamboyan 0,007 Jalur Hijau
42 Taman Median Jl. Pahlawan 0,050 Jalur Hijau

Laporan Akhir | II-13


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

NO NAMA RUANG TERBUKA HIJAU LUAS (Ha) JENIS RTH


43 Taman Simpang Jl. Teuku Umar 0,003 Jalur Hijau
44 Taman Samping SPBU Tanjungpura 0,008 Jalur Hijau
45 Taman Bundaran Kota Baru 0,015 Taman
46 Taman Akcaya 0,305 Taman
TOTAL LUAS RTH 4,180
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2012

Adapun taman yang dikelola oleh pihak ke tiga (swasta) yang bekerja sama dengan Dinas
Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.14
Jumlah Taman Di Kota Pontianak Yang Dikelola Oleh Pihak Ke-3 (Swasta)

No Kecamatan 2009 2010 2011


Jumlah Luas (Ha) Jumlah Luas (Ha) Jumlah Luas (Ha)
1 Pontianak Selatan 2 0,05 3 0,07 1 0,05
2 Pontianak Tenggara 1 0,06 - - - -
3 Pontianak Timur - - - - - -
4 Pontianak Barat 1 0,05 1 0,05 1 0,05
5 Pontianak Kota 7 0,17 7 0,17 6 0,16
6 Pontianak Utara 1 0,10 1 0,10 - -
JUMLAH 12 0,42 12 0,38 8 0,26
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011

Selain taman kota, ruang terbuka hijau publik juga dapat berbentuk Lapangan Olah Raga,
Taman Rekreasi (Agrowisata) dan Hutan Kota. Berikut data lapangan olah raga, kawasan
Sentra Agribisnis (KSA) serta Hutan kota di Kota Pontianak yang dapat dilihat pada Tabel
2.16 , Tabel 2.17 dan Tabel 2.18 di bawah ini :
Tabel 2.15
Lapangan Olah Raga Di Kota Pontianak
No Lokasi Luas (Ha)
1 Stadion Olahraga St. Syarif Abdurrachman 31,24
2 Lapangan Sepak Bola Keboen Sajoek 2,00
3 Lapangan Golf Khatulistiwa 29,45
Total 62,69
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011

Tabel 2.16
Penggunaan Lahan Kawasan Sentra Agribisnis Tahun 2012

Luas Pencadangan
No Kawasan
Lahan

1 Lidah Buaya, Pepaya & Jagung 674,70 Ha


2 Tanaman Kacang-Kacangan dan Sayuran Dataran Rendah 42,00 Ha

3 Peternakan 60,20 Ha

4 RPH dan Puslitbang Agribisnis Terpadu 13,00 Ha

5 Agroindustri 6,00 Ha

6 Sub Terminal Agribisnis 6,82 Ha


7 Pendidikan dan Kesehatan 1,00 Ha
Total 803,72 Ha
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak Tahun 2012

Laporan Akhir | II-14


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 2.17
Hutan Kota Di Kota Pontianak
No Kecamatan Lokasi Luas (Ha)
1 Pontianak Selatan Universitas Tanjungpura 8,57
2 Pontianak Selatan Jl. Veteran 2,38
Total 10,95
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011

Di dalam RTRW Kota Pontianak telah disusun rencana tentang kebutuhan dan kriteria taman
dan hutan kota untuk Kota Pontianak. Penentuan jumlah dan luas fasilitas ruang terbuka hijau
dan lapangan olahraga tersebut sudah sesuai dengan SNI 03-1733-2004 sebagai berikut :
Tabel 2.18
Rencana Kebutuhan dan Kriteria Taman Dan Hutan Kota

No Jenis RTH
Taman Ketentuan Rencana Kebutuhan Sampai Akhir Rencana Jumlah
Lokasi Luas Total Persentase
1. RTH Setiap 250 penduduk atau sekitar 50 rumah yang 3.096 unit 77,40 Ha 0,72 %
Taman mengelompok, membutuhkan minimal satu taman yang
Skala Berfungsi sebagai pengendali udara dan tempat tersebar
Rukun bermain anak proporsional
Tetangga Luasnya 250 m 2 atau dengan stand ar 1 m 2 per
penduduk
Radius pencapaian 100 m.
2. RTH Untuk setiap 2.500 penduduk atau 10 lingkungan 310 unit 38,70 Ha 0,36 %
Taman membutuhkan sekurang-kurangnya satu yang
Skala Dapat berupa taman yang dilengkapi dengan tersebar
Rukun lapangan voli, bulutangkis dan lain-lain proporsional
Warga Lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan
RW seperti balai pertemuan, dekat dengan TK,
pertokoan lingkungan, pos hansip dan lain-lain
Luas 1.250 m 2 atau dengan standar 0,5

m /penduduk
2

Radius pencapaian 1.000.


3. RTH Skala Melayani 30.000 penduduk 26 unit yang 23,22 Ha 0,21 %
Kelurahan Dapat berfungsi sebagai taman, lapangan olahraga tersebar
lokasi pertanding an olahraga, upacara serta proporsional
kegiatan lainnya yang disertai tanaman peneduh
Kebutuhan lahan seluas 9.000 m 2 atau dengan
2
standar 0,3 m /penduduk .

Lokasinya sebaiknya berdekatan dengan fasilitas


pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid -murid.
4. RTH Melayani 120.000 penduduk 6 unit yang 15,48 Ha 0,14 %
Kecamatan Berfungsi sebagai lapangan hijau terbuka yang tersebar
berfungsi sebagai tempat pertandingan olahraga proporsional
(tennis lapangan, bola basket dan lain-lain, upacara
serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat
yang luas dan terbuka
Kebutuhan lahan seluas24.000 m 2 (2,4 hektar) atau
dengan standar 0,2 m 2 /penduduk yang terletak di
jalan utama disertai tanaman peneduh
disekelilingnya
Lokasinya sebaiknya berdekatan dengan fasilitas
pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid -murid.
5. RTH Taman yang ditujukan untuk melayani penduduk 2 unit 28,8 Ha 0,26 %
Taman satu kota atau bagian wilayah kota
Kota Melayani minmal 480.000 penduduk
Standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota dengan
luas minimal 144.000 m2
Taman ini dapat berbentuk Lapangan hijau yang

Laporan Akhir | II-15


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

No Jenis RTH
Taman Ketentuan Rencana Kebutuhan Sampai Akhir Rencana Jumlah
Lokasi Luas Total Persentase
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga
dan kompleks olahraga dengan RTH 80 90 % dan
semua fasilitas berbentuk terbuka untuk umum
Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan,
perdu dan semak yang ditanam berkelompok atau
menyebar berfungsi sebagai pencipta iklim mikro
atau pembatas antar kegiatan
6. Hutan Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai - Universitas Tanjung Pura 0,21 %
Kota penyangga lingkungan kota yang berfungsi untuk : 5 Ha
memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai - Stadion Atlletik Jl. Ampera
estetika, meresap air, menciptakan keseimbangan : 4 Ha
dan keserasian lingkungan fisik kota serta - Fasilitas umum jl.
mendukung pelestarain dan perlindungsn Sulawesi 0,25 Ha
keanekaragaman hayati - Buffer Zone TPA : 3 Ha
Hutan Kota dapat berbentuk bergerombol dengan - Areal Kantor Dinas
minimal tersedia 100 pohon atau menyebar dengan Kebersihan : 2 Ha
luas minmal 2.500 m - Buffer Zone Raiser Dinas
Luas area yang ditanami tanaman seluas 90-100% Prtanian Perikanan dan
dari luas hutan kota Kehutanan : 2 Ha
- Buffer Zone Sub
Termjinal Agribisnis : 1
Ha
- Buffer Zone UPTD RPH
Babi : 3 Ha
- Bufer Zone Balai Benih
Ikan Parit Mayor : 0,5 Ha
- Buffer Zone Gedung Bulu
Tangkis Ptk Barat : 0,25
Ha
- Areal depan Gedung
KNPI jl Sutan Syahrir :
0,25 Ha
- Buffer Zone Sirkuit Balap
Motor Batu Layang : 1 Ha
Sumber : RTRW Kota Pontianak

b. RTH Jalur Hijau


RTH Jalur Hijau Jalan dapat meliputi Pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan kaki dan
Jalur Hijau Jaringan Listrik Tegangan Tinggi, RTH Sempadan Sungai, Pemakaman, RTH
Sepanjang Jalur SUTT. Setiap jiwa membutuhkan jalur hijau dengan luas 15 m 2 yang
letaknya menyebar. Jalur hijau berfungsi sebagai cadangan atau sumber-sumber alam
sekaligus sebagai filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri. Diperlukan penyedia jalur
hijau sebagai jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota dengan lokasi menyebar.
Selain itu perlu pengembangan bantaran sungai sebagai ruang terbuka hijau atau ruang
interaksi sosial ( river walk) dan olahraga. Adapun jalur hijau di Kota Pontianak terbagi
menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1) Jalur Hijau Sepanjang Jaringan Jalan (Pulau Jalan, median jalan dan jalur pej alan
kaki)
2) Jalur Hijau Dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi
Kriteria kawasan sekitar jalur udara utama listrik tegangan tinggi diatur dalam Permen PU
No. 5 Tahun 2008. Ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat
digunakan sebagai RTH adalah sebagai berikut:
- Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik
tengah jaringan tenaga listrik;

Laporan Akhir | II-16


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Ketentuan j arak bebas minimum antara pengantar SUTT dengan tanah dan benda
lain ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2.19
Jarak Bebas Minimum SUTT, SUTM, SUTR, SKTM dan SKTR
No Lokasi SUTT SUTM SUTR Saluran Kabel
66 KV 150 KV SKTM SKTR
1. Bangunan Beton 20 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
2. Pompa Bensin 20 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
3. Penimb unan Bahan Bakar 50 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
4. Pagar 3 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
5. Lapangan terbuka 6,5 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
6. Jalan Raya 8 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
7. Pepohonan 3,5 m 20 m 2 ,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m
8. Bangunan Tahan Api 3,5 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
9. Rel Kereta Api 8 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
10. Jembatan Besi/tangga besi/kereta listrik 3 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
11. Dari Titik tertinggi kapal 3 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
12. Lapangan olahraga 2,5 m 20 m 2 0 m 20 m 20 m 20 m
13. SUTT lainnya pengantar udara tegangan 3 m 20 m 2 0 m 20 m 20 21
rendah, jaringan telekomunikasi. Televisi dan
kereta gantung
Sumber : Permen PU No. 5 Tahun 2008

c. RTH Pemakaman Umum


Setiap unit kecamatan/kota harus memiliki sekurang-kurangnya satu ruang terbuka yang
berfungsi sebagai kuburan atau pemakaman umum. Besarnya lahan perkuburan atau
pemakaman umum tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama
dan kepercayaan masing-masing. Pertimbangan radius pencapaian dan area yang
dilayani. Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Pontianak dialokasikan secara
komunal dalam beberapa lokasi. Secara umum tidak ada patokan khusus mengenai
kebutuhan ruang bagi TPU dan perkembangannya disesuaikan dengan kebutuhannya.
Adapun tempat pemakaman umum di Kota Pontianak terdiri dari :
- Makam Kesultanan Batu Layang
- Pemakaman Muslim
- Pemakaman Umum
- Pemakaman Tionghoa
Tabel 2.20
Tempat Pemakaman Umum Di Kota Pontianak
No Kecamat an Luas (Ha) Jumlah Pemakaman
1 Pontianak Barat 4 Lokasi 4,36
2 Pontianak Selatan 5 Lokasi 4,23
3 Pontianak Kota 7 Lokasi 6,65
4 Pontianak T imur 4 Lokasi 2,68
5 Pontianak Utara 4 Lokasi 26,64
Tot al 24 44,56
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2011

Ketersediaan lahan pemakaman yang terdapat di Kota Pontianak sampai saat ini telah
mencapai 44,56 ha atau sebesar 0,4% dari luas kota yang tersebar cukup merata. Untuk
mengantisipasi perkembangan lahan pemakaman di pusat kota maka di masa mendatang
peruntukan lahan untuk pemakaman umum diarahkan pada daerah pinggir kota dengan
lahan yang cukup dengan pertimbangan tidak mudah banjir, tidak berada pada jaringan
jalan utama dan bukan sebagai faktor penarik perkembangan kota, sehingga lebih teratur
dan dikelola oleh pemerintah daerah. Lokasi pemakaman antar agama dapat
berdampingan atau terpisah.

Laporan Akhir | II-17


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Adapun arahan pengembangan kawasan lindung setempat yang berfungsi pula sebagai ruang
terbuka hijau ini adalah:
- Menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan yang ada dan direncanakan
- Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di sepanjang sempadan sungai, jaringan jalan, saluran
udara tegangan tinggi, sempadan jalan, dan jalan bebas hambatan.
- Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di kawasan taman kota, pemakaman umum, serta di
sekitar danau buatan dan mata air.
- Secara mikro dilakukan penyediaan taman-taman lingkungan yang berada di pusat-pusat
lingkungan perumahan.
- Bentuk upaya Intensifikasi ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan pemilihan jenis
tanaman, letak tanaman, ruang antar permukiman, taman-taman rumah. Selain itu,
dilakukan juga diantaranya melalui penataan ulang makam dan taman kota yang dijadikan
SPBU. Untuk ekstensifikasi RTH dilakukan dengan pembuatan RTH-RTH baru.

Dari beberapa uraian di atas, maka dirumuskan Rencana Alokasi Ruang Terbuka Hijau Pub lik
kota dapat dilihat pada Tabel 2.21 .
Tabel 2.21
Rencana Ruang Terbuka Hijau Publik
No Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha)
1. Kawasan Bergambut > 4 m 1.489,83
a. Kawasan lindung gambut 526,41
b. Pertanian/Agribisnis *) 803,72
c. Peternakan 159,70
2. Sempadan Sungai 53,10
3. Taman
a. 250 jiwa 77,37
b. 2500 jiwa 38,67
c. 30.000 jiwa 23,17
d. 120.000 jiwa 15,66
e. Taman dan Lapangan Olahraga 116,95
Jumlah 271,82
4. Jalur Hijau 248,16
a. Jalur Hijau Sepanjang Parit Primer dan Sekunder 35,81
b. Jalur Hijau Sempadan Jalan 49,83
c. Jalur Hijau di Bawah SUTT 53,92
d. Tempat Pemakaman Umum (TPU) 33,22
e. Buffer Zone TPA 70,62
f. Buffer Zone PLN Pembangkit 4,76
5. Hutan Kota 264,40
Total 2.327,31
Sumber : RTRW Kota Pontianak
*) Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak Tahun 2012

KETERANGAN :
- Jalur Hijau Sepanjang Parit Primer dan Sekunder 1 meter di kanan kiri parit
- Jalur Hijau Sempadan Jalan Arteri 2 m dan 1 meter di sepanjang jalan kolektor dan lokal
- Jalur Hijau Sepanjang Jalur SUTT 20 m di dari jalur SUTT
- Buffer Zone TPA 300 m dari Garis terluar TPA
- Buffer Zone PLTD sebesar 50 m dari garis terluar Lokasi Pembangkit
- Buffer Zone Zona Industri 50 m dari garis terluar kawasan peruntukan industri

Dari rincian diatas maka, target pencapaian RTH Publik yang dapat dicapai adalah sebesar
21,59 persen dari total keseluruhan luas wilayah kota Pontianak.

Laporan Akhir | II-18


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Laporan Akhir | II-19


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalar dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alami maupun yang sengaja di tanam. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Permendagri nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan bahwa Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan
ruang terbuka hijau privat. Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran
penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.

Sistem Ruang Terbuka Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak hanya
terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural
diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang
lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang
membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif
dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses
sebesar-besarnya oleh publik.

Adapun prinsip-prinsip penataan dalam sistem Ruang Terbuka Hijau sebagai berikut :
(1) Secara Fungsional, meliputi: Pelestarian ruang terbuka kawasan, Aksesibilitas publik,
Keragaman fungsi dan aktivitas, Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan
berorientasi bagi pejalan kaki, sebagai pengikat lingkungan/bangunan dan sebagai
pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan/bangunan bagi pejalan kaki
(2) Secara Fisik dan Nonfisik, meliputi: Peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan,
kualitas fisik (memenuhi kriteria kenyamanan bagi pemakai, kelancaran sirkulasi udara,
pancaran sinar matahari, tingkat kebisingan, dan aspek klimatologi lainnya) dan
kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan
(3) Dari Sisi Lingkungan, meliputi : keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar,
keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, kelestarian ekologis kawasan,
pemberdayaan kawasan, pengembangan potensi bentang alam sebagai unsur
kenyamanan kota dengan merencanakannya sebagai ruang terbuka bagi publik dan
penekanan adanya pelestarian alam dengan merencanakan proteksi terhadap area
bentang alam yang rawan terhadap kerusakan.

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman- taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan
olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi
ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Sedangkan secara struktur ruang, RTH dapat
mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), mauapun pola planologis yang
mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.

Laporan Akhir | III-1


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Berdasarkan status kepemilikan ruang terbuka hijau dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
ruang terbuka hijau (RTH) publik dan ruang terbuka hijau (RTH) privat atau non publik. RTH
publik adalah RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh
Pemerintah (pusat, daerah), sedangkan RTH Privat adalah RTH yang berlokasi pada lahan-
lahan milik privat. Adapun ruang terbuka hijau pada kawasan Kota Pontianak berupa kawasan
lindung, taman, hutan kota, jalur hijau jalan, jaringan listrik tegangan tinggi, tempat
pemakaman umum, serta zona-zona penyangga TPA dan PLN Pembangkit.

Dalam penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau diperlukan tahapan analisis yaitu tahapan
penguraian atau pengkajian atas amatan hasil survey dan kajian pustaka. Terselenggaranya
proses sintesa antara teori dan fakta di lapangan, sebagai masukan untuk merumuskan
pedoman pembangunan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Dari
hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep penataan atas permasalahan yang
telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Dalam bab ini akan membahas mengenai analisis
tapak ruang terbuka hijau. Adapun tahapan analisis tapak ruang terbuka hijau adalah sebagai
berikut :

3.1. KAWASAN LINDUNG


Jenis kawasan lindung yang terdapat di Kota Pontianak meliputi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan sempadan sungai, kawasan
pelestarian alam dan kawasan cagar budaya. Kawasan lindung yang merupakan bagian dari
ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
a) Kawasan Lindung Gambut
Kawasan lindung gambut merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya. Adapun yang dimaksud dengan kawasan bergambut adalah kawasan
yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang
tertimbun dalam waktu lama. Kriteria kawasan lindung bergambut adalah mempunyai
kedalaman gambut lebih dari 4 meter.
b) Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai
buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk
melindungi sungai dari kegiatan manusia yang potensial mengganggu dan merusak kualitas
air sungai, kondisi fisik, dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Sesuai dengan
Keppres No. 32 Tahun 1990, kondisi dan karakteristik permukiman perkotaan secara umum di
Kalimantan Barat, maka kriteria yang dipakai untuk menentukan batas kawasan sempadan
sungai ini adalah kawasan sepanjang sungai sekurang-kurangnya 15 meter di tepi kanan-kiri
sungai besar dan 10 meter di tepi kanan-kiri sungai kecil dihitung dari titik pasang terendah
sungai tersebut. Kawasan sempadan sungai di Kota Pontianak hampir tersebar secara merata
pada setiap kecamatan.

3.1.1. Ketersediaan RTH Kawasan Lindung Di Kota Pontianak


Ruang terbuka hijau kawasan lindung di Kota Pontianak tersebar di beberapa wilayah
kecamatan. Untuk kawasan gambut yang dikategorikan sebagai kawasan lindung dengan
ketebalan gambut lebih dari 4 meter, lokasi keberadaanya sebagian kecil terdapat di
Kecamatan Pontianak Tenggara dan sebagian besar terdapat di Kecamatan Pontianak Utara
dengan luas keseluruhan lebih kurang sebesar 1.607 Ha atau sekitar 14,9% dari luas kota
secara keseluruhan. Sedangkan untuk kawasan sempadan sungai di Kota Pontianak yang
dikategorikan sebagai kawasan lindung adalah kawasan sepanjang tepi kanan-kiri Sungai

Laporan Akhir | III-2


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Kapuas, Sungai Kapuas Kecil, Sungai Landak, dan parit-parit primer seperti Sungai Nipah
Kuning, Sungai Jawi, Sungai Malaya dan Sungai Raya. Berikut contoh kawasan lindung
gambut dan kawasan sempadan sungai yang ada di Kota Pontianak adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Contoh RTH Kawasan Lindung Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Jenis RTH
Pontianak Selatan
1. Sempadan Sungai Kapuas

Pontianak Tenggara
2. Sempadan Sungai Raya

Pontianak Kota
3. Sempadan Sungai Kapuas

Pontianak Barat
4. Sempadan Sungai Nipah Kuning

Pontianak Timur
5. Sempadan Sungai Kapuas

Pontianak Utara
6. Kawasan Lindung Gambut
Bukit Rel

Sumber : Hasil Analisis

Laporan Akhir | III-3


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

3.1.2. Kebutuhan RTH Kawasan Lindung Kota Pontianak


a) Kawasan Lindung Gambut
Kawasan lindung gambut berfungsi untuk melindungi ekosistem di dalamnya. Gambut
mempunyai sifat irreversible (tidak dapat kembali ke sifat fisik semula setelah kehilangan
kandungan air), sehingga kandungan airnya harus tetap dijaga. Oleh karena itu, perubahan
tata air pada kawasan bergambut dapat mengakibatkan terekspornya pirit yang bersifat
racun. Ekosistem unit di kawasan bergambut antara lain adalah ekosistem air hitam.
Berdasarkan kondisi eksisting Kota Pontianak, kawasan lindung gambut dengan ketebalan 4
meter atau lebih sebagian besar terdapat pada kecamatan Pontianak Utara. Jenis tanah yang
didominasi oleh komposisi tanah alluvial dan organosol, dimana tanah organosol dalam hal ini
tanah gambut mempunyai tingkat erodibilitas yang sangat tinggi dengan daya dukung rendah.
Adapun jenis vegetasi yang tumbuh pada kawasan lindung gambut sangat beragam mulai dari
pertumbuhan berbagai tanaman air, tumbuh-tumbuhan rerumputan, buluh dan sebagainya,
kemudian pertumbuhan semak belukar dan hingga tanaman keras.
Oleh karena itu, arahan pengendalian perkembangan penggunaan lahan pada gambut dengan
ketebalan lebih dari 4 meter direkomendasikan sebagai kawasan lindung dimana lahan
terbangun yang diarahkan untuk dikeluarkan dari kawasan ini atau dengan KDB 20% untuk
kawasan terbangun yang tetap dipertahankan.

b) Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan yang harus dilindungi karena fungsinya yang
sangat penting untuk menjaga kelestarian unsur alami. Berdasarkan kondisi eksisting dan
karakteristik permukiman perkotaan secara umum di Kota Pontianak, terdapat dua jenis
sungai yaitu sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Namun pada perkembangannya,
kawasan sempadan sungai kurang diperhatikan dan dirawat dengan baik. Jenis vegetasi yang
ada pada sekitar kawasan sempadan sungai juga kurang terawat dan tertata dengan baik.
Beberapa jenis vegetasi tersebut kurang sesuai kondisi tanah yang berada di tepian sungai.
Selain itu, fungsi kawasan sempadan sungai sebagai daerah yang dilindungi mulai berubah ,
banyak masyarakat yang mengalih fungsikan kawasan sempadan sungai tersebut menjadi
area permukiman, area pedagang kaki lima dan lain sebagainya.
Karena sudah terdapat banyak permukiman penduduk yang termasuk kawasan sempadan
sungai, maka kawasan terbangun pada sempadan sungai dan parit primer direkomendasikan
sebagai kawasan dengan intensitas kegiatan rendah dan pembangunan terbatas. Sedangkan
untuk lahan kosong yang masih ada pada kawasan sempadan sungai diarahkan sebagai jalur
hijau yang bebas dari pembangunan kecuali untuk pembangunan yang mendukung fungsi
perlindungan setempat.
Berdasarkan Peraturan Walikota Pontianak Nomor 95 Tahun 2005 tentang garis sempadan
sungai dalam wilayah Kota Pontianak, pengendalian perkembangan pada kawasan sempadan
sungai di Kota Pontianak berupa :
(1) Garis sempadan sungai untuk Sungai Kapuas Kecil, Sungai Kapuas Besar dan Sungai
Landak berkisar antara 15 sampai 20 meter;
(2) Garis sempadan sungai, parit dan saluran dalam Wilayah Kota Pontianak adalah :
Tabel 3.2
Garis Sempadan Sungai, Parit dan Saluran Di Kota Pontianak
GARIS SEMPADAN
NO NAMA SALURAN FUNGSI
SALURAN SUNGAI

I KEC. PONTIANAK BARAT


1 Sungai Nipah Kuning Primer 10 m
2 Sungai Serok Primer 10 m

Laporan Akhir | III-4


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

GARIS SEMPADAN
NO NAMA SALURAN FUNGSI
SALURAN SUNGAI

3 Sungai Beliung Primer 10 m


4 Sungai Jawi Primer 10 m
5 Parit Kandang Sapi (Saluran Jl.Martadinata) Primer 10 m
6 Saluran Jl. Kom Yos Sudarso Sekunder 5 m
II KEC. PONTIANAK KOTA
1 Sungai Bangkong Primer 10 m
2 Parit Besar Primer 10 m
3 Saluran Jl. Merdeka Primer 10 m
4 Saluran Jl. Pak Kasih Sekunder 5 m
5 Saluran Jl. Zainuddin Sekunder 5 m
6 Saluran Jl. Jenderal Urip Sekunder 5 m
7 Saluran Jl. HOS. Cokroaminoto Sekunder 5 m
8 Saluran Jl. KHA. Dahlan Sekunder 5 m
9 Saluran Jl. KHW. Hasyim Sekunder 5 m
10 Saluran Jl. Candramidi Sekunder 5 m
11 Saluran Jl. Gusti Hamzah Sekunder 5 m
12 Saluran Uray Bawadi Sekunder 5 m
13 Saluran Jl. Suwignyo Sekunder 5 m
14 Saluran Jl. Dr. Sutomo Sekunder 5 m
15 Saluran Jl. M. Yamin Sekunder 5 m
16 Saluran Jl. Danau Sentarum Sekunder 5 m
17 Saluran Jl. Dr. Wahidin Sekunder 5 m
18 Saluran Jl. Ampera Sekunder 5 m
19 Saluran Jl. Putri Dara Hitam Sekunder 5 m
20 Saluran Jl. Putri Dara Nante Sekunder 5 m
21 Saluran Jl. Sultan Abdurrahman Sekunder 5 m
III KEC. PONTIANAK SELATAN
1 Sungai Raya Primer 10 m
2 Parit H. Husin Primer 10 m
3 Parit Bangka Primer 10 m
4 Parit Bansir Primer 10 m
5 Parit Tokaya Primer 10 m
6 Saluran Jl. Adisucipto Sekunder 5 m
7 Saluran Jl. Imam Bonjol Sekunder 5 m
8 Saluran Jl. Tanjung Pulau Sekunder 5 m
9 Saluran Jl. Gajah Mada Sekunder 5 m
10 Saluran Jl. M. Sohor Sekunder 5 m
11 Saluran Jl. Johan Idrus Sekunder 5 m
12 Saluran Jl. Tani Makmur Sekunder 5 m
IV KEC. PONTIANAK TIMUR
1 Saluran Panglima Aim Primer 10 m
2 Saluran Yusuf Karim Primer 10 m
3 Saluran Parit Mayor Primer 10 m
4 Saluran Jl. Tanjung Raya Sekunder 5 m
5 Saluran Jl. Paralel Tol Sekunder 5 m
6 Saluran Jl. Ya Sabran Sekunder 5 m
7 Saluran Jl. Tritura Sekunder 5 m

Laporan Akhir | III-5


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

GARIS SEMPADAN
NO NAMA SALURAN FUNGSI
SALURAN SUNGAI

V KEC. PONTIANAK UTARA


1 Sungai Malaya Primer 10 m
2 Sungai Nanas Primer 10 m
3 Parit Pangeran Primer 10 m
4 Parit Pekong Primer 10 m
5 Parit Wan Salim Primer 10 m
6 Sungai Putat Primer 10 m
7 Sungai Selamat Primer 10 m
8 Parit Belanda Primer 10 m
9 Parit Pak Kacong Primer 10 m
10 Sungai Kunyit Primer 10 m
11 Sungai Kunyit Baru Primer 10 m
12 Saluran Jl. Selat Panjang Sekunder 5 m
13 Saluran Jl. Gusti Situt Mahmud Sekunder 5 m
14 Saluran Jl. Khatulistiwa Sekunder 5 m
15 Parit Madura Sekunder 5 m
16 Saluran Jl. Kebangkitan Nasional Sekunder 5 m
Sumber : Peraturan Walikota Pontianak Nomor 95 Tahun 2005

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, sungai di perkotaan


terdiri dari sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Pengendalian perkembangan pada
kawasan sempadan sungai untuk sungai bertanggul dan tidak bertanggul antara lain sebagai
berikut :
Sungai Bertanggul :
o Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
o Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
o Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar
dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai;
o Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak
tanggul baru harus dibebaskan.
Sungai Tidak Bertanggul :
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan
sebagai berikut :
- Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sebagai
berikut :
- Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 km 2

atau lebih, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya 100 m;

Laporan Akhir | III-6


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai kurang dari 500
km2, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
o Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul diukur ruas per ruas dari
tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan.
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu
jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan harus
menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-7


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-8


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

3.2. TAMAN DAN HUTAN KOTA


Taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Sedangkan hutan kota adalah
suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam
wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan
kota oleh pejabat yang berwenang.
Taman sebagai ruang terbuka hijau mempunyai banyak jenis seperti taman rukun tetangga
(RT), taman rukun warga (RW), taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota
dan lapangan olahraga. Di Kota Pontianak, jenis-jenis ruang terbuka hijau taman tersebar di
berbagai kecamatan.
3.2.1. Ketersediaan RTH Taman Dan Hutan Kota Di Kota Pontianak
Jenis dan variasi ruang terbuka hijau taman dan hutan kota di Kota Pontianak ini sangat
banyak. Mulai dari taman lingkungan rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kelurahan,
kecamatan hingga taman kota dan hutan kota, serta taman ornamen atau bertema. Berikut ini

r
merupakan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) taman dan hutan kota yang terdapat di
Kota Pontianak :
Tabel 3.3

No

Pontianak Selatan
la
Ketersediaan RTH Taman Dan Hutan Kota Di Kota Pontianak

RTH Taman Dan Hutan Kota

1 Taman Jl. Sultan Hamid II (Tol Kiri)


Jenis RTH

Taman RT
Luas RTH (Ha)

0,211
te
2 Taman Jl. Sultan Hamid II (Tol Kanan) Taman RT 0,211
3 Taman Akcaya Kota Baru Taman Kelurahan 0,305
4 Taman Bundaran Kota Baru Taman Ornamen 0,015
5 Hutan Kota Jl. Veteran Hutan Kota 2,425
Pontianak Tenggara
6 Tugu Digulis Untan Taman Ornamen 0,082
Es

7 Taman Untan Taman Kelurahan 0,813


8 Arboretum Untan Hutan Kota 4,669
9 Tugu Untan Taman Ornamen 0,065
10 Taman Depan Rs. Soedarso Taman 0,717
11 Taman Batas Kota Rs. Soedarso Taman Ornamen 0,111
Pontianak Kota
12 Taman Jam Tua Jl. Pak Kasih Taman Ornamen 0,019
13 Taman Monumen Jl. Rahadi Usman Taman Ornamen 0,078
14 Taman Bundaran Pelindo Jl. Rahadi Usman Taman Ornamen 0,467
15 Taman Alun Kapuas Taman Kelurahan 0,483
16 Taman Adipura Taman Ornamen 0,004
17 Taman Pasar Mawar Taman Ornamen 0,060
18 Taman Bundaran Yamaha Jl. HOS Cokro Aminoto Taman Ornamen 0,008
19 Taman Jl. Karimata Taman RT 0,097
20 Komplek Stadion Atletik Kota Pontianak Jl. Ampera Hutan Kota 5,100
21 Fasilitas Umum Pemerintah Kota Pontianak Jl. Sulawesi Hutan Kota 1,500
Pontianak Utara
22 Tugu Khatulistiwa Taman Kecamatan 4,503
TOTAL 21,944
Sumber : Hasil Analisis

Laporan Akhir | III-9


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 3.4
Data Fasos / Fasum Perumahan Kota Pontianak Tahun 2011-2012
NAMA KOMPLEKS /
NO LOKASI LUAS (Ha)
PENGEMBANG
1 Komp.Laili Raya Jl.Pemda / Jl.Padat Karya 0,0354
2 Komp.Graha Zaudati Jl.Pemda / Jl.Padat Karya 0,07
3 Komp.Nusa Indah Permai III Jl.Padat Karya Kel.Saigon 0,0365
4 Komp.Villa Gading Mansion Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat 0,0326
5 Komp.Mutiara Sepakat Jl.Sepakat 2 Kel.Bansir Darat 0,031
6 Komp.Griya Tanjung Permai Jl.Ya' M.Sabran Kel.Tanjung Hulu 0,0208
7 Komp.Pesona Alam Jl.Petani Kel.Sungai Jawi 0,0311
8 Komp.Intan Permata Jl.Karet Kel.Sui Beliung 0,0438
9 Komp.Amy Permai Jl.Husain Hamzah Kel.Pal Lima 0,0185
10 Komp.Amy Permai Jl.Husain Hamzah Kel.Pal Lima 0,0139
11 Komp.Grand Permai II Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Parit Mayor 0,029
12 Komp.Grand Permai II Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Parit Mayor 0,0302

r
13 Komp.Lathisa Terrace Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Saigon 0,0442
14 Komp.Royal Mansion Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Saigon 0,0334
15 Komp.Royal Mansion Jl.Tanjung Raya 2 Kel.Saigon 0,0317
16
17
18
19
20
21
Komp.Bumi Citra Lestari
Komp.Bumi Citra Lestari
Komp.GreenHill
Komp.Royal Serdam
Komp.Royal Serdam
Komp.Green Land
la Jl.Landak Timur Kel.Tj.hulu
Jl.Landak Timur Kel.Tj.hulu
Jl.Parit H.Husin 2 Kel.Bansir Darat
Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat
Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat
Jl.Parit H.Husin 2 Kel.Bangka Belitung Darat
0,0255
0,0203
0,0398
0,0265
0,0273
0,0307
te
22 Komp.Green Land Jl.Parit H.Husin 2 Kel.Bangka Belitung Darat 0,0302
23 Komp.Grand Zaudati Jl.Lapangan Golf Kel.Siantan Hulu 0,0316
24 Perumahan Kurnia 9 Jl.Parit demang Kel.Parit Tokaya 0,01
25 Perumahan Taman Anggrek Jl.Sungai Raya Dalam Kel.Bangka Belitung Darat 0,0344
JUMLAH 0,7784
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak
Es

Tabel 3.5
Data Lapangan Olah Raga Kota Pontianak
NO NAMA LOKASI LUAS (Ha)

1 Lapangan Bola Untan Jl.Daya Nasional 2,792


2 Stadion SSA Jl.M.T.Haryono 19,5902
3 Stadion Kebon Sajoek Jl.Pattimura 1,6613
4 Lapangan Golf Jl.28 Oktober 25,5853
5 Lapangan Bola Publik Jl.Tabrani Ahmad 0,3651
6 Lapangan Bola Publik Jl.Tani Ptk Timur 1,0349
7 lapangan Bola FKIP Jl.Komp.Untan 1,3922
8 Lapangan Gerindra Jl.Ujung Pandang 1,0595
9 Lapangan SMP 3 Jl.Irian 0,9515
10 Lapangan Bola Purnama Jl.Purnama 0,3633
11 Lapangan Bola Publik Jl.Karya Sosial 0,4255
12 Lapangan Bola Publik Jl.wonoyoso 0,3703
13 running Field Polda Jl.A.Yani 1,5516
14 Lapangan Bola Kodam Jl.Ali Anyang 0,3077
15 Lapangan Bola Publik Jl.Gusti Situt mahmud 0,8339
16 Lapangan Perum 3 Jl.Paini Bardan 1,0573
17 Lapangan Bola Publik Jl.Budi Utomo 0,204
18 Lapangan Bola Publik Jl.Sungai Malaya 1,3032
19 Lapangan Grass Track Jl.Khatulistiwa 3,47
20 Lapangan Bola Publik Jl.Khatulistiwa 1,5761
JUMLAH 65,8949
Sumber : Dinas Pemuda dan Olah Raga Kota Pontianak

Laporan Akhir | III-10


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Berdasarkan data ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Pontianak, jenis ruang
terbuka hijau taman dan hutan kota yang ada di Kota Pontianak sangat bervariasi dan
beragam. Berikut beberapa ilustrasi ruang terbuka hijau berupa taman dan hutan kota yang
ada di Kota Pontianak :
Tabel 3.6
Contoh RTH Taman Dan Hutan Kota Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Lokasi Luas RTH (Ha)
Pontianak Selatan
1. Taman Akcaya 0,305

r
2. Stadion Sultan Syarif 19,5902
Abdurrahman

la
te
3. Hutan Kota Jl. Veteran 2,425
Es

Pontianak Tenggara
4. Taman Untan 0,813

5. Lapangan Sepak Bola Untan 2,792

Laporan Akhir | III-11


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

No Ilustrasi RTH Lokasi Luas RTH (Ha)


6. Arboretum Untan 4,669

Pontianak Kota
7. Taman Jl. Karimata 0,097

r
8.
la Taman Yamaha Simpang
Empat Merdeka
(SMP Negeri 1 Pontianak)
0,008
te
9. Taman Alun Kapuas 0,483
Es

Pontianak Utara
10. Tugu Khatulistiwa 4,503

Sumber : Hasil Analisis

3.2.2. Kebutuhan RTH Taman Dan Hutan Kota Di Kota Pontianak


Berdasarkan cakupan skala pelayanannya, taman dan hutan kota terbagi dalam beberapa
jenis seperti taman rukun tetangga (RT), taman rukun warga (RW), taman kelurahan, taman
kecamatan, taman kota, hutan kota dan lapangan olahraga.
a) Taman Rukun Tetangga (RT)
Taman rukun tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam
satu lingkup RT yang terdiri dari 250 penduduk atau sekitar 50 rumah yang mengelompok.
Berdasarkan kondisi eksisting Kota Pontianak, taman dengan skala rukun tetangga (RT)

Laporan Akhir | III-12


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

masih terlalu sedikit dan belum cukup merata penyebarannya untuk setiap bagian wilayah
di Kota Pontianak. Seharusnya taman RT diperuntukkan untuk melayani kegiatan sosial di
lingkungan RT tersebut. Selain itu, taman RT juga berfungsi sebagai pengendali udara dan
tempat bermain anak. Namun pada kenyataanya taman tersebut kurang perawatan
sehingga fungsi taman tidak maksimal dan tidak nyaman untuk digunakan.
Jenis vegetasi yang ada pada taman RT kurang memenuhi standar dan fasilitas yang ada di
dalam taman juga sudah tidak memadai lagi. Pada dasarnya, taman dalam lingkup rukun
tetangga merupakan tanggung jawab bagi masyarakat sekitar yang tinggal di area taman
tersebut. Namun kesadaran masyarakat akan ruang terbuka hijau masih sangat kurang.
Oleh karena itu, diperlukan arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam
cakupan skala rukun tetangga (RT) yaitu :
- Adanya penambahan taman RT minimal 1 (satu) taman dalam cakupan skala rukun
tetangga;
- Luasan untuk taman RT 250 m2 atau dengan standar 1 m2 per penduduk dan radius

r
pencapaian kurang dari 300 m;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman;
- Taman harus menyediakan fasilitas minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-
anak;
la
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 3 (tiga) pohon pelindung dari
jenis pohon kecil atau sedang;
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman RT.
te
b) Taman Rukun Warga (RW)
Berdasarkan skala pelayanannya taman rukun warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk
taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam satu lingkup RW yang terdiri dari
sekitar 2.500 penduduk atau 10 lingkungan. Di Kota Pontianak, untuk taman dengan
cakupan skala rukun warga (RW) masih sangat sedikit dan jarang, bahkan terkadang
dalam cakupan satu rukun warga (RW) tidak terdapat ruang terbuka hijau sama sekali. Hal
Es

ini disebabkan karena keterbatasan lahan di area permukiman untuk peruntukkan ruang
terbuka hijau.
Taman RW setidaknya dapat mewadahi berbagai kegiatan sosial masyarakat di lingkungan
RW khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat
lainnya di lingkungan RW tersebut. Namun ruang terbuka hijau taman yang ada tidak
berfungsi secara maksimal dan tidak terawat dengan baik dikarenakan kurangnya
kesadaran masyarakat sekitar untuk merawat serta mengelolanya. Hal ini juga
menyebabkan taman sebagai ruang terbuka aktif menjadi taman dengan ruang terbuka
pasif yang tidak ada interaksi sosial di dalamnya. Selain itu, jenis vegetasi yang ada belum
memenuhi kriteria yang sesuai untuk sebuah taman. Setidaknya di dalam satu taman
dibutuhkan tanaman pelindung dari berbagai jenis pohon.
Adapun arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala rukun
warga (RW) yaitu :
- Adanya penambahan taman RW minimal 1 (satu) taman dalam cakupan skala rukun
warga;
- Luasan untuk taman RW 1.250 m2 atau dengan standar 0,5 m2 per penduduk dan
radius pencapaian 1.000 m;
- Lokasi taman RW dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW seperti balai pertemuan,
dekat dengan TK, pertokoan lingkungan, pos hansip dan lain-lain;

Laporan Akhir | III-13


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
- Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas beberapa unit bangku taman dan fasilitas
lapangan seperti lapangan voli, bulutangkis dan lain-lain;
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 10 (sepuluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang;
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman RW.

c) Taman Kelurahan
Taman Kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu kelurahan yaitu sekitar 30.000 penduduk. Berdasarkan kondisi eksisting di
Kota Pontianak, jenis taman untuk cakupan skala kelurahan masih sangat kurang

r
jumlahnya. Tidak semua bagian wilayah Kota Pontianak memiliki taman kelurahan. Jumlah
taman yang ada masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
semakin bertambah setiap tahunnya dan taman kelurahan yang ada di Kota Pontianak

la
penyebarannya tidak merata hanya terdapat pada area kecamatan Pontianak Selatan,
Pontianak Tenggara dan Pontianak Kota. Selain itu, fasilitas yang ada pada taman juga
kurang memadai dan kurang terawat. Vegetasi yang ada juga belum memenuhi standar,
karena setidaknya di dalam taman kelurahan tersebut terdapat beberapa jenis pohon
pelindung. Vegetasi yang tumbuh dan berkembang di taman bahkan ada yang mati karena
te
kurangnya perawatan.
Berikut arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala
kelurahan :
- Adanya penambahan taman keluarahan sekurang-kurangnya 1 (satu) taman dalam
cakupan skala kelurahan;
- Luasan untuk taman kelurahan sekitar 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
Es

- Lokasi taman kelurahan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan sebaiknya
berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman dan
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktifitas;
- Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas berupa lapangan olahraga, lokasi pertandingan
olahraga, upacara, serta kursi-kursi taman.
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 25 (dua
puluh lima) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang), dan untuk taman pasif
minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang);
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman
kelurahan.

d) Taman Kecamatan
Taman Kecamatan ditujukan untuk melayani penduduk dalam satu kecamatan yang
melayani sekitar 120.000 penduduk. Di Kota Pontianak yang dapat dikategorikan sebagai
taman kecamatan hanya taman terdapat di kawasan Universitas Tanjungpura (Untan)
kecamatan Pontianak Tenggara. Jumlah tersebut sangat tidak mencukupi untuk jumlah
penduduk Kota Pontianak yang semakin bertambah setiap tahunnya. Padahal penduduk

Laporan Akhir | III-14


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

sangat membutuhkan ruang terbuka hijau untuk menampung segala aktifitas sosial serta
kegiatan lainnya. Keterbatasan lahan untuk peruntukkan ruang terbuka hijau juga menjadi
kendala dalam ketersediaan ruang terbuka hijau. Hal ini menyebabkan jumlah ruang untuk
taman sangat sedikit sehingga ruang terbuka hijau tidak bisa teroptimalisasi dengan baik.
Selain itu, pada taman kelurahan yang ada di areal Universitas Tanjungpura tersebut,
jumlah dan jenis vegetasinya, masih sangat kurang. Vegetasinya belum memenuhi kriteria
untuk taman kecamatan, yang harus terdapat banyak pohon pelindung dan pohon
tahunan. Oleh karena itu, diperlukan arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman
dalam cakupan skala kecamatan yaitu sebagai berikut :
- Adanya penambahan taman kecamatan sekurang-kurangnya 1 (satu) taman dalam
cakupan skala kecamatan;
- Luasan untuk taman kecamatan sekitar 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2 per penduduk;
- Lokasi taman kecamatan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan sebaiknya

r
berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman dan
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktifitas;
la
- Fasilitas yang ada pada taman kecamatan dapat berupa lapangan terbuka, lapangan
basket, upacara serta kursi-kursi taman;
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 50 (lima
puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang dan untuk taman pasif minimal
te
100 (seratus) pohon tahunan (jenis pohon kecil dan sedang);
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman
kecamatan.

e) Taman Kota
Taman kota adalah taman yang melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota
Es

yang melayani minimal 480.000 penduduk. Taman ini dapat berbentuk sebagai ruang
terbuka hijau (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain
(anak/balita), taman balita, taman khusus (lansia), fasilitas olahraga terbatas, serta
kompleks olahraga. Di Kota Pontianak, taman yang dapat dikategorikan sebagai taman
skala kota sebenarnya belum ada, karena taman-taman tersebut belum memenuhi kategori
sebagai taman berskala kota baik dari sisi luasan area hingga fasilitas dan vegetasi di
dalamnya yang masih sangat kurang.
Selain itu, masyarakat Kota Pontianak juga sudah terbiasa berkumpul dan berinteraksi
sosial di area perbelanjaan dan hiburan seperti mall, sehingga aktifitas masyarakat terpusat
di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya wadah untuk menampung
segala aktifitas sosial masyarakat serta kegiatan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkanlah
suatu wadah ruang terbuka hijau berupa taman kota untuk mewadahi segala kegiatan
interaksi sosial masyarakat. Adapun arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman
dalam cakupan skala kota yakni sebagai berikut :
- Luasan untuk taman kota minima 144.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
- Lokasi taman kota berada di tempat yang strategis sehingga mudah diakses oleh semua
masayarakat;
- Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) 80-90% dari luas taman dan sisanya
dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas;

Laporan Akhir | III-15


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Fasilitas yang ada pada taman kota dapat berupa lapangan hijau terbuka yang
dilengkapi fasilitas rekreasi dan olahraga, kompleks olahraga, area bermain anak, dan
kursi-kursi taman, serta fasilitas lainnya yang mendukung.
- Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai berupa pohon tahunan (pohon sedang dan kecil),
semak, perdu, penutup tanah yang ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan;
- Perlunya penyuluhan kepada masyarakat untuk pengelolaan dan perawatan taman kota;
- Perlunya pengawasan Pemerintah tentang pengelolaan dan pengembangan taman kota.

f) Hutan Kota
Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi dan penyangga lingkungan
kota (pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah, keanekaragaman hayati).
Hutan kota juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas sosial masyarakatn(secara
terbatas, meliputi aktifitas pasif seperti duduk dan beristirahat dan atau membaca, atau

r
aktifitas yang aktif seperti jogging, senam atau olahraga ringan lainnya), wisata alam,
rekreasi, penghasil produk hasil hutan, oksigen, ekonomi (buah-buahan, daun, sayur),
wahana pendidikan dan penelitian.

la
Hutan kota di Kota Pontianak masih kurang merata penyebarannya untuk tiap wilayah.
Saat ini hutan kota hanya terdapat di kecamatan Pontianak Selatan dan Pontianak
Tenggara. Hutan kota sebaiknya terdapat pada setiap bagian wilayah Kota Pontianak, hal
ini dikarena fungsi hutan kota sebagai penyangga lingkungan yakni untuk :
- Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
te
- Meresapkan air;
- Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
- Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Hutan kota memiliki struktur yang terdiri dari komunitas tumbuh-tumbuhan pepohonan dan
rumput. Hutan kota dapat berbentuk seperti :
- Bergerombol atau menumpuk : hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi
Es

pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat
tidak beraturan;
- Menyebar : hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas
minimal 2.500 m2. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam
bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;
- Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90-100% dari luas hutan kota;
- Berbentuk jalur : hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan
sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Dengan lebar minimal hutan kota
berbentuk jalur adalah 30 meter.

Laporan Akhir | III-16


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-17


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-18


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-19


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

3.3. JALUR HIJAU JALAN


Jalur hijau merupakan jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak
di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawas jalan (RUWASJA).
Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada
umumnya berwarna hijau. Ruang terbuka hijau jalan meliputi pulau jalan, median jalan, dan
jalur pejalan kaki. Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti
pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Median jalan berupa jalur pemisah yang
membagi jalan menjadi dua jalur atau lebih. Sedangkan ruang pejalan kaki adalah ruang yang
disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Setiap jiwa
membutuhkan jalur hijau dengan luas 15 m2 yang letaknya menyebar. Untuk jalur hijau jalan,
RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan
(RUMIJA) sesuai dengan kelas jalan. Berikut adalah ilustrasi bagian bagian pada jalan :
Gambar 3.5
Bagian Bagian Jalan

r
la
te
Es

Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 44

3.3.1. Ketersediaan RTH Jalur Hijau Jalan Di Kota Pontianak


Jalur hijau pejalan kaki di Kota Pontianak terdapat pada setiap ruang-ruang jalan, terutama
pada jalan-jalan arteri primer, jalan kolektor primer serta jalan arteri sekunder. Adapun jalan-
jalan di Kota Pontianak yang memiliki jalur hijau jalan yaitu : Jalan A. Yani, Veteran,
Pahlawan, Sultan Hamid II, Tanjung Pura, Rahadi Usman, Pak Kasih, Gusti Situt Mahmud,
Khatulistiwa, Imam Bonjol, Adi Sucipto, HRA. Rachman, Husein Hamzah, Gajahmada,
Pattimura, Hasanuddin, Teuku Umar, KH. Wahid Hasyim, Sutan Syahrir, Gusti Lelanang, dan
lain sebagainya. Berikut beberapa ilustrasi jalur hijau jalan di Kota Pontianak yang tersebar di
setiap kecamatan :

Laporan Akhir | III-20


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 3.7
Contoh RTH Jalur Hijau Jalan Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Lokasi Keterangan
Pontianak Selatan
1 Jl. A Yani Median Jalan

2 Jl. Veteran Pulau Jalan

r
Pontianak Tenggara
3
la Jl. AR. Saleh Median Jalan
te
4 Jl. A Yani Bahu Jalan dan Jalur
Pejalan Kaki
Es

Pontianak Kota
5 Jl. Zainuddin Pulau Jalan

6 Jl. Pattimura Bahu Jalan

Laporan Akhir | III-21


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

No Ilustrasi RTH Lokasi Keterangan


Pontianak Barat
7 Jl. HRA Rachman Bahu Jalan

Pontianak Timur
8 Jl. Sultan Hamid II Bahu Jalan

r
Pontianak Utara
9
la Jl. Khatulistiwa Bahu Jalan
te
Sumber : Hasil Analisis

3.3.2. Kebutuhatn RTH Jalur Hijau Jalan Di Kota Pontianak


Jalur hijau berfungsi sebagai cadangan atau sumber-sumber alam sekaligus sebagai filter dari
Es

polusi yang dihasilkan oleh industri. Diperlukan penyedia jalur hijau sebagai jalur pengaman
bagi penempatan utilitas kota dengan lokasi menyebar. Setiap jiwa membutuhkan jalur hijau
dengan luas 15 m2 yang letaknya menyebar. Di Kota Pontianak pembagian jalur hijau jalan
merata pada setiap bagian jalan. Jalur hijau jalan hanya ada pada jalan-jalan arteri primer,
kolektor primer serta arteri sekunder. Pada kecamatan Pontianak Selatan, Tenggara dan
Pontianak Kota, jalur hijau tertata dengan cukup rapi dan bersih. Namun pada daerah
kecamatan Pontianak Barat, Utara dan Timur area jalur hijau belum tertata dengan rapi. Hal
ini disebabkan kurangnya pengelolaan dari Pemerintah terhadap area jalur hijau tersebut.
Perkembangan dan penataan jalur hijau hanya terkonsentrasi pada area pusat kota.
Jalur hijau yang terdiri dari pulau jalan, median jalan serta jalur pejalan kaki mempunyai
fungsi sebagai pendukung dalam suatu jaringan jalan. Untuk jalur pejalan kaki yang terdapat
pada bahu jalan, difungsikan sebagai ruang bagi pejalan kaki. Namun, fungsi tersebut
terkadang berubah menjadi area pedagang kakil lima berjualan. Hal ini dapat mengganggu
intensitas pengguna jalur pejalan kaki. Selain itu, pemilihan vegetasi pada area jalur hijau
juga belum memenuhi kriteria seharusnya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang
sesuai untuk jalur hijau jalan di Kota Pontianak ini.
Dalam perencanaan jalur hijau, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar tercipta
jalur hijau yang selaras dan seimbang yaitu sebagai berikut :

Laporan Akhir | III-22


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

a. Penentuan Lokasi Penanaman


1) Jalur penanaman
Pohon pada sistem jaringan jalan di dalam kota dapat ditanam di batas ruang manfaat
jalan (RUMAJA).
2) Perletakkan tanaman
- Jarak tanaman terhadap perkerasan : Jarak titik tanam pohon dengan tepi
perkerasan minimal 3 m, sedangkan jarak titik tanam perdu dengan tepi perkerasan
minimal 25 cm (untuk perdu dengan lebar miniman 50 cm).
- Jarak antara tanaman : Letak tanam dapat berbaris dan berkelompok dengan jarak
titik tanam rapat, tidak rapat, dan jarang.
3) Kriteria pengaturan penanaman :
Tabel 3.8
Kondisi Penanaman Pada Ruang Milik Jalan
Pengaturan Jarak
No Lokasi Keterangan

r
Tanam
1 Ruas jalan / 4,00 m untuk perkotaan Tanaman tidak melebihi tiang listrik dan
sepanjang tangents telepon, tidak merusak utilitas bawah

3
Median
(lebar < 1,50 m)

Median
(lebar > 1,50 m)
la
0,50 dari tepi garis jalan

0,50 dari tepi garis jalan


tanah serta tidak menutupi cahaya
lampu jalan.
Pelihara tinggi semak/pohon pada 1,00
m. Tidak ada bagian tanaman yang
ditanam pada perkerasan jalan.
Tidak ada bagian tanaman yang
ditanam pada perkerasan jalan.
te
4 Median terbuka 2,50 m diukur dari median Pelihara tinggi semak pada 0,50 m.
terbuka
0,50 m depan garis tepi
5 Sepanjang lengkung Mengacu pada Tata Cara Ruang bebas vertikal 5,00 m dari
horizontal Perencanaan Geometrik perkerasan harus dipelihara.
Jalan Antar Kota No.
Es

038/TBM/1997
6 Median terbuka pada 2,50 m diukur dari median Pelihara tinggi semak pada 0,50 m.
lengkung horizontal terbuka
0,50 m depan garis tepi
7 Persimpangan tidak Jarak pengukuran 80,00 m Semak-semak sampai jarak pandang
bersinyal dari pusat persimpangan henti harus dipelihara pada ketinggian
pada masing-masing kaki 0,50 m dan daun-daun serta cabang-
cabang pohon tidak melebihi di atas
5,00 m pada daerah ruang bebas
vertikal.
8 Persimpangan Jarak pengukuran 65,00 m Semak-semak di daerah naungan harus
bersinyal dari pusat persimpangan dipelihara pada ketinggian 0,50 m.
pada masing-masing kaki Tidak ada pohon merambat di atas 5,00
m pada daerah ruang bebas vertikal.
9 Bundaran 30,00 m dan 5 ,00 m Daerah naungan pada simpang susun
radius terluar bundaran ke harus bersih dari pohon/objek
pohon/objek pertaman berbahaya. Pelihara ketinggian semak-
pada jalan arteri dan lokal semak pada 0,50 m di daerah naungan.
berurutan
10 Simpang susun Ikuti pengaturan jarak Tanam hanya semak-semak dan pohon
seperti pada tikungan atau kecil sampai daerah titik-titik.
ruas jalan.
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Laporan Akhir | III-23


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

b. Penentuan Jenis Tanaman


1) Keadaan ekologis
Jenis tanaman asli setempat adalah jenis yang terbaik jika dilihat dari segi ekologi
untuk ditanam di daerah jalan yang akan ditanami. Faktor yang perlu dipertimbangkan
yaitu iklim, tanah, cahaya matahari, dan drainase.
2) Kelompok tanaman
Kelompok tanaman dapat berupa pohon, perdu atau semak, terna, dan liana.
3) Bentuk tanaman
- Tinggi tanaman : untuk pohon kecil sampai dengan 7 m, pohon sedang 7-12 m,
pohon besar lebih dari 12 m.
- Tajuk tanaman : tajuk bulat, tajuk memayung, oval, kerucut, menyebar bebas,
persegi empat, kolom, dan vertikal.
4) Umur tanaman
Pemilihan jenis tanaman jalan harus mempertimbangkan faktor umur dikaitkan dengan

r
fungsinya sebagai tanaman jalan.
5) Kriteria tanaman berdasarkan kondisi organ tanaman :
- Akar : tidak merusak struktur jalan, kuat, dan bukan akar dangkal.

la
- Batang : kuat dan tidak mudah patah, tidak bercabang di bawah.
- Dahan/Ranting : tidak mudah patah, tidak terlalu menjuntai ke bawah sehingga
menghalangi pandangan.
- Daun : tidak mudah rontok, tidak terlalu rimbun, tidak terlalu besar sehingga jika
jatuh tidak membahayakan pengguna jalan.
te
- Bunga : tidak mudah rontok dan tidak beracun.
- Buah : tidak mudah rontok, tidak berbuah besar, dan tidak beracun.
- Sifat lainnya : cepat pulih dari stress salah satu cirinya dengan mengeluarkan tunas
baru, dan tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri.

c. Fungsi Tanaman Jalan


- Mengurangi pencemaran CO2 : semua tanaman berklorofil dapat mengurangi
Es

pencemaran CO2.
- Penyerap kebisingan : jenis tanaman yang paling efektif meredam suara adalah yang
mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat.
- Penghalang silau : untuk jalur tepi jalan dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun
padat, ditanam rapat pada ketinggian 1,5 m. untuk median jalan sebaiknya ditanam
semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah berlawanan dapat dikurangi.
- Pembatas pandang : untuk pembatas pandang jenis tanaman tinggi dan perdu/semak
yang bermassa daun padat yang dapat ditanam berbaris atau membentuk massa
dengan jarak tanam rapat.
- Pengarah : jenis tanaman dapat berupa pohon tinggi maksimal 5 m, atau pohon
kecil/perdu ataupun semak yang disusun berbaris dengan jarak sama.
- Memperindah lingkungan : semua jenis tanaman yang ditata rapi dan bersih dapat
memperindah lingkungan sekitarnya.
- Penahan benturan : jenis tanaman perdu yang berakar kuat dan tumbuh dengan baik
dapat menjadi penahan benturan yang keras.
- Pencegah erosi : pohon, perdu dan rumput dapat membantu dalam mengendalikan
erosi tanah.
- Habitat satwa : jalur hijau jalan dapat menjadi habitat satwa sebagai tempat mencari
makan serta tempat berlindung, salah satunya burung.

Laporan Akhir | III-24


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Pengalih parkir ilegal : penanaman jenis tanaman perdu atau pohon pada tepi jalan
dapat mencegah parkir liar, sedangkan pada luasan yang terbatas dapat menggunakan
pohon kecil atau perdu untuk menghalangi pengendara parkir di daerah larangan parkir.
- Pemecah angin : jenis tanaman yang dapat memecah angin harus tanaman tinggi dan
perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan
jarak tanam rapat kurang dari 3 m.

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-25


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-26


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

3.4. RTH FUNGSI TERTENTU


Ruang terbuka hijau fungsi tertentu meliputi ruang terbuka hijau jalur hijau jaringan listrik
tegangan tinggi, tempat pemakaman umum, buffer zone TPA serta buffer zone PLN
pembangkit. RTH fungsi tertentu ini memiliki fungsi sebagai pengaman kawasan, penyaring
polusi dan lain sebagainya.
a) RTH pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
Jaringan listrik tegangan tinggi digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik dari pada
pusat pembangkit tenaga listrik ke konsumen diperkotaan. Jaringan listrik tegangan tinggi
dapat berupa SUTT dan SUTET. SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) adalah saluran
tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan
diantara 35 245 Kilo Volt (kv) sesuai standar di bidang ketenagalistrikan. Sedangkan
SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang di udara yang bertegangan di atas 245 kv. Panjang dan
lebar Tower SUTT/SUTET adalah 12,5 x 12,5 , bentangan kabelnya sekitar 500 meter.

r
Radius aman dari SUTT/SUTET adalah 50 m kanan-kiri tower.
b) RTH Pemakaman Umum (TPU)
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman umum disamping memiliki fungsi

la
utama sebagai tempat penguburan jenasah, juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai
daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung dan juga fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat
dan sebagai sumber pendapatan.
c) Buffer Zone TPA dan PLN Pembangkit
te
Daerah penyangga adalah wilayah yang berfungsi untuk memelihara dua daerah atau lebih
untuk beberapa alasan. Daerah penyangga ini dibiarkan sebagaimana aslinya untuk
memelihara keseimbangan ekologi dan menjadi paru-paru kota, sehingga racun CO
maupun buangan CO2 hasil pembakaran kendaraan bermotor dan asap industri dapat
terserap dalam kawasan penyangga dan dengan proses fotosintesa diubah menjadi
oksigen yang diperlukan oleh kehidupan.
Es

3.4.1. Ketersediaan RTH Fungsi Tertentu Di Kota Pontianak


Di Kota Pontianak ruang terbuka hijau dengan fungsi tertentu ini dapat berupa RTH jaringan
listrik tegangan tinggi, pemakaman umum (TPU), buffer zone TPA dan buffer zone PLN
Pembangkit. Untuk RTH buffer zone TPA dan PLN pembangkit hanya terdapat di wilayah
kecamatan Pontianak Utara. Sedangkan RTH pemakaman umum yang secara merata tersebar
pada tiap-tiap wilayah kecamatan di Kota Pontianak yakni sebagai berikut :
Tabel 3.9
Ketersediaan RTH Tempat Pemakaman Umum Di Kota Pontianak
NO NAMA MAKAM KECAMATAN KELURAHAN LUAS (Ha)
1 Makam Besar Cina Batu Layang 5,231
2 Makam Sultan Batu Layang Batu Layang 1,143
3 Makam Jl. Teluk Sahang Batu Layang 0,544
4 Makam S. Selamat Siantan Hilir 0,237
5 Makam Jl. Khatulistiwa Siantan Hilir 0,378
6 Makam Jl. Dharma Putra Siantan Hilir 1,178
7 Makam Jl. Parwasal Pontianak Siantan Tengah 0,968
8 Makam Utara Siantan Tengah 0,218
9 Makam Siantan Tengah 0,318
10 Makam Jl. Selat Malaka Siantan Tengah 0,547
11 Makam Jl. S. Sahang Siantan Hulu 0,866
12 Makam Simpang Jl. Selat Bali Siantan Tengah 0,657
13 Makam Jl. Selat Bali Siantan Tengah 0,215
14 Makam Jl. Budi Utomo Siantan Tengah 0,199
Jumlah 12,698

Laporan Akhir | III-27


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

NO NAMA MAKAM KECAMATAN KELURAHAN LUAS (Ha)


1 Makam Nipah Kuning Sungai Beliung 0,480
2 Makam Sungai Beliung 0,261
3 Makam Jl. Kom Yos Sudarso Sungai Beliung 0,260
4 Makam Jl. Tebu Sungai Jawi Dalam 0,158
5 Makam Simpang Jl. Tebu - Tabrani Ahmad Sungai Jawi Dalam 1,040
6 Makam Jl. Tabrani Ahmad Sungai Jawi Dalam 0,216
7 Makam Jl. Suwignyo Pontianak Sungai Jawi 0,172
8 Makam Jl. Apel Barat Sungai Jawi Luar 0,261
9 Makam Jl. Haruna Sungai Jawi Dalam 0,115
10 Makam Jl. Selamat 1 Sungai Jawi Dalam 0,224
11 Makam Jl. Sukapadi Sungai Jawi Luar 0,199
12 Makam Jl. Kom Yos Sudarso (dekat Jl. Jambu Mente) Sungai Jawi Luar 0,284
13 Makam Jl. Hasanudin Sungai Jawi Luar 0,814
14 Makam Jl. Husein Hamzah Pal 5 0,196
Jumlah 4,680
1 Makam Jl. Alianyang - Putri Dara Nante (Sui Bangkong) Sungai Bangkong 3,669
2 Makam Jl. Kutilang Mariana 1,560
3 Makam Jl. R. A Kartini Tengah 1,001

r
4 Makam Jl. A. R Hakim Darat Sekip 0,624
Pontianak Kota
5 Makam Jl. Lembah Murai Mariana 0,313
6 Makam Jl. Pak Kasih Mariana 0,199
7
8

1
2
3
4
Makam Jl. Danau Sentarum
Makam Jl. Danau Sentarum

Makam Jl. Siam


Makam Jl. Tanjung Pura
la
Makam Jl. Tanjung Pura (dekat Sungai Kapuas)
Makam Jl. Palapa 3C
Jumlah

Pontianak
Selatan
Sungai Bangkong
Sungai Bangkong

Benua Melayu Darat


Benua Melayu Laut
Benua Melayu Laut
Benua Melayu Darat
0,209
0,976
8,551
0,829
0,400
0,729
0,209
te
Jumlah 2,167
1 Makam Jl. P. A. Rani Tambelan Sampit 0,563
2 Makam Jl. Pemda Tambelan Sampit 1,057
3 Makam Jl. Pemda (Tepi Sungai) Tambelan Sampit 0,448
4 Makam Jl. Tanjung Raya 1 Dalam Bugis 1,857
5 Makam Jl. Tritura Tanjung Hilir 0,450
6 Makam Jl. Panglima Aim Dalam Bugis 0,530
Pontianak
7 Makam Jl. Tanjung Raya 1 Dalam Bugis 0,097
Timur
Es

8 Makam Antara Jl. Paralell Tol dan Jl. Sultan Hamid 2 Dalam Bugis 0,489
9 Makam Jl. Ya' M. Sabran Tanjung Hulu 0,093
10 Makam Jl. Ya' M. Sabran dekat Batas Kota Tanjung Hulu 0,071
11 Makam Simpang Jl. Tanjung Harapan Banjar Serasan 0,156
12 Makam Jl. Tanjung Harapan Banjar Serasan 0,148
13 Makam Jl. Tanjung Harapan (Perbatasan dengan Kel. Parit Mayor) Banjar Serasan 0,150
Jumlah 6,108
1 Makam Jl. Sepakat 1 Bangka Belitung Laut 0,473
2 Makam Jl. A. R. Saleh Pontianak Bangka Belitung Laut 0,527
3 Makam Jl. Adi Sucipto (dekat Batas Kubu Raya) Tenggara Bangka Belitung Laut 0,817
4 Makam Jl. Paris 2 (belakang Mesjid Quba) Bansir Darat 0,229
Jumlah 2,046
TOTAL 36,251
Sumber : Hasil Analisis

Berikut gambaran ketersediaan RTH pemakaman umum dan buffer zone di Kota Pontianak :
Tabel 3.10
Contoh RTH Fungsi Tertentu Di Kota Pontianak
No Ilustrasi RTH Jenis RTH
Pontianak Utara
1 Pemakaman Tionghoa

Laporan Akhir | III-28


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

No Ilustrasi RTH Jenis RTH


2 Buffer zone TPA

3 Buffer zone PLN Pembangkit

Pontianak Kota
4 Pemakaman Muslim

r
Sumber : Hasil Analisis
la
te
3.4.2. Kebutuhan RTH Fungsi Tertentu Di Kota Pontianak
Kebutuhan RTH fungsi tertentu khususnya untuk RTH pemakaman umum dan buffer zone
sangat penting di Kota Pontianak ini, apalagi untuk daerah yang cukup padat dan
penduduknya yang semakin bertambah. Perencanaan dan penataan kawasan yang baik untuk
daerah pemakaman umum serta daerah-daerah penyangga akan membuat kota yang lebih
tertata dan berkesinambungan.
Es

a) RTH Jaringan Listrik Tegangan Tinggi


Jaringan listrik tegangan tinggi yang terdapat di Kota Pontianak adalah saluran udara
tegangan tinggi (SUTT). SUTT merupakan bagian dari sistem transmisi tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan listrik berkapasitas besar (KHA 1000 A) dari pembangkit
tenaga listrik ke Gardu Induk.
Polemik keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) antara berbagai pihak
menjadikannya sebagai hal yang sering diperdebatkan. Dari segi ketersediaan
ketenagalistrikan pembangunan jaringan transmisi adalah dalam rangka efisiensi dan
keandalan dalam penyediaan listrik secara cukup, merata dan berkelanjutan. Sementara di
pihak lain yang bersifat kontra lebih mempermasalahkan dampak terhadap kesehatan dan
aktivitas manusia yang berada di jalur jaringan transmisi tersebut.
Dengan adanya pembangunan SUTT dampak proyek terhadap lingkungan yang muncul
adalah timbulnya keresahan masyarakat terutama yang tinggal di bawah jalur SUTT. Yang
menyebabkan keresahan masyarakat tersebut adalah timbulnya medan magnet, medan
listrik dan corona serta adanya pembatasan pendirian bangunan secara vertikal di bawah
jalur SUTT. Oleh karena itu, pada lingkungan SUTT tidak boleh didirikan bangunan ataupun
kegiatan lainnya karena dapat menimbulkan dampak-dampak yang negatif.
Untuk memanfaatkan ruang tersebut, dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau pada
jaringan listrik tegangan tinggi. Hal ini tentu saja dapat mengurangi masyarakat untuk
beraktifitas di sekitar jaringan listrik tegangan tinggi, namun dapat menambah ruang

Laporan Akhir | III-29


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

terbuka hijau khususnya di daerah perkotaan. Adapun ketentuan lebar sempadan jaringan
tenaga listrik yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
- Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah
jaringan tenaga listrik;
- Ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan tanah dan benda lain
ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 3.11
Jarak Bebas Minimum SUTT
SUTT
No Lokasi
66 KV 150 KH
1 Bangunan beton 20 m 20 m
2 Pompa bensin 20 m 20 m
3 Penimbunan bahan bakar 50 m 20 m
4 Pagar 3 m 20 m

r
5 Lapangan terbuka 6,5 m 20 m
6 Jalan raya 8 m 20 m
7 Pepohonan 3,5 m 20 m
8
9
10
11
12
Rel kereta api la
Bangunan tahan api

Jembatan besi / tangga besi / kereta listrik


Dari titik tertinggi tiang kapal
Lapangan olahraga
3,5
8
3
3
2,5
m
m
m
m
m
20
20
20
20
20
m
m
m
m
m
te
13 SUTT lainnya penghantar udara tegangan rendah, 3 m 20 m
jaringan telekomunikasi, televisi dan kereta
gantung
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008

b) RTH Pemakaman Umum (TPU)


Es

Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Pontianak dialokasikan secara komunal dalam
beberapa lokasi. Secara umum tidak ada patokan khusus mengenai kebutuhan ruang bagi
TPU dan perkembangannya disesuaikan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu,
penggunaan lahan pada pemakaman umum menjadi semerawut dan tidak teratur sehingga
banyak ruang-ruang yang tidak bisa digunakan untuk lahan pemakaman. Lahan
pemakaman semakin sempit dan padat karena tidak tertata rapih. Hal ini disebabkan juga
karena kurangnya pengelolaan dan pengawasan dari pihak Pemerintah. Tempat
pemakaman umum (TPU) yang sekarang menjadi tanggung jawab pihak masing-masing
kecamatan. Selain itu, pemilihan vegetasinya juga belum sesuai hanya berdasarkan
vegetasi yang sudah ada pada lahan tersebut. Adapun ketentuan bentuk untuk penyediaan
RTH pemakaman sebagai berikut :
- Ukuran makam 1 m x 2 m;
- Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;
- Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;
- Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok
disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
- Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan
pohon pelindung disalah satu sisinya;
- Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antar pagar buatan
dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

Laporan Akhir | III-30


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari
total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.

c) Buffer Zone TPA


Lokasi tempat pemprosesan akhir (TPA) sampah di Kota Pontianak saat ini berlokasi di
jalan Kebangkitan Nasional Kecamatan Pontianak Utara. Buffer zone TPA berada 300 m
dari garis terluar TPA. Lokasi tersebut cukup jauh dari area permukiman penduduk. TPA
tersebut sudah dilengkapi kawasan penyangga berupa hutan yang mengelilingi area TPA.
Dengan adanya buffer zone, dapat mereduksi bau dari sampah, kebisingan, lalat dan
vektor penyakit. Namun keberadaan buffer zone masih kurang memadai, hal ini
disebabkan karena vegetasi di dalamnya yang masih kurang dan perlunya penataan
kembali. Oleh karena itu, diperlukanlah vegetasi berupa pohon-pohon pelindung sebagai
penyaring polusi pada daerah tempat pemprosesan akhir (TPA) sampah.

r
d) Buffer Zone PLN Pembangkit
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Kota Pontianak berada di area permukiman
penduduk. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar yang

la
tinggal pada area tersebut. Kurangnya zona penyangga (buffer zone) pada daerah sekitar
PLN pembangkit tersebut menimbulkan dampak langsung antara lain dapat berupa
pencemaran lingkungan akibat bahan buangan dan sisa industri yang dapat mengotori
udara dan air tanah; kebisingan kontinyu maupun impulsive yang dapat menimbulkan
penyakit; lingkungan menjadi tidak nyaman untuk permukiman; pandangan yang kurang
te
sedap di daerah industri. Selain itu, juga dapat menimbulkan dampak tidak langsung antara
lain berupa urbanisasi serta perubahan nilai sosial budaya. Pada mesin tenaga diesel zat-
zat yang terkandung dalam bahan bakar yang mempengaruhi pengoperasian mesin diesel
antara lain arang, sedimen (pengendapan) dan studge, air, sulfur, dan debu. Oleh karena
itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu daerah penyangga untuk
mereduksi pencemaran yang ditimbulkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
tersebut. Di dalam daerah penyangga dibutuhkan vegetasi yang dapat menyerap polusi
Es

serta dapat meredam kebisingan dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

Laporan Akhir | III-31


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-32


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

3.5. KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU


Berdasarka Undang-Undang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah
kota berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan minimal 20% merupakan RTH publik. Dalam
Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa proporsi 30% merupakan ukuran minimal
untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
sistem mikroklimat, maupun sistem ekologi, yang selanjutnya akan meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai
estetika kota. Dalam upaya mewujudkan ruang kota yang nyaman, produktif dan
berkelanjutan, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup terhadap
keberadaan ruang terbuka publik, khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
Tabel 3.12
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pontianak
PERSENTASE
KETERSEDIAAN KEBUTUHAN KEKURANGAN
NO JENIS RUANG TERBUKA HIJAU KEKURANGAN
RTH (Ha) RTH (Ha) RTH (Ha)
RTH

r
1 Kawasan Lindung
a. Kawasan Gambut > 4 m *) 1.489,83 1.489,83 0,00 0,00%
b. Sempadan Sungai 53,10 53,10 0,00 0,00%
2

3
4
Taman dan Hutan Kota
a. Taman dan Lapangan Olah Raga
b. Hutan Kota
Jalur Hijau Jalan
Fungsi Tertentu
a. Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
b. Pemakaman Umum (TPU)
la 74,92
13,69
3,02

53,92
36,25
271,81
264,40
85,64

53,92
33,22
196,89
250,71
82,62

0,00
-3,03
8,46%
10,77%
3,55%

0,00%
-0,13%
te
c. Buffer Zone TPA 70,62 70,62 0,00 0,00%
d. Buffer Zone PLN Pembangkit 4,76 4,76 0,00 0,00%
e. Buffer Zone Balai Benih lkan Dinas Pertanian Perikanan dan 0,87 0,00 -0,87 -0,04%
Kelauatan Kota Pontianak
f. Buffer Zone Gedung Bulutangkis Kota Pontianak dan SMK 0,28 0,00 -0,28 -0,01%
Negeri 9
TOTAL 1.801,26 2.327,30 526,04 22,60%
Es

Sumber : Hasil Analisis


*)
Kawasan Gambut > 4m termasuk Kawasan Lindung Gambut dan Kawasan Pertanian/Agribisnis (KSA)

Berdasarkan data perhitungan ruang terbuka hijau antara ketersediaan ruang terbuka hijau
yang ada di Kota Pontianak dan kebutuhan (rencana) ruang terbuka hijau berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak, maka kekurangan ruang terbuka hijau
di Kota Pontianak adalah sebesar 526,04 Ha atau sekitar 22,60 persen dari total keseluruhan
kebutuhan (rencana) ruang terbuka hijau berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Pontianak.

Oleh karena itu, penambahan ruang terbuka hijau sangat diperlukan agar dapat memenuhi
kekurangan ruang terbuka hijau tersebut. Dan penambahan ruang terbuka hijau tersebut
khusus pada sektor taman dan hutan kota serta jalur hijau jalan sehingga penyebaran ruang
terbuka hijau di Kota Pontianak merata dan seimbang. Adapun untuk memenuhi kekurangan
ruang terbuka hijau tersebut, diperlukan lahan atau tanah kosong yang dapat diperuntukkan
untuk ruang terbuka hijau. Berikut data lahan kosong berdasarkan Sistem Informasi
Manajemen Aset (SIMA) dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak :

Laporan Akhir | III-33


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 3.13
Data Tanah Kosong Yang Diperuntukkan Di Kota Pontianak

LUAS TANAH
NO LOKASI NO REGISTRASI KETERANGAN
(Ha)
PONTIANAK UTARA
1 Jl. Khatulistiwa - Terminal Siantan 0,054 625/TNH/PEMKOT/U
2 Jl. Penunjang / Jl. S. Malaya 1,296 662/TNH/PEMKOT/U
3 Jl. Parit Pangeran 0,027 638/TNH/PEMKOT/U Lokasi belum diketahui
4 Jl. Parit Pangeran 0,078 639/TNH/PEMKOT/U Lokasi belum diketahui
5 Jl. Parit Pangeran 0,032 640/TNH/PEMKOT/U Lokasi belum diketahui
Jumlah 1,487
PONTIANAK BARAT
1 Jl. Kom Yos Sudarso 0,389 38/TNH/PEMKOT/B
2 Kelurahan Sui Jawi Dalam 0,043 49/TNH/PEMKOT/B
3 Gg. Kemauan Sui Jawi Dalam 0,034 75/TNH/PEMKOT/B

r
4 Kelurahan Pal 5 0,051 81/TNH/PEMKOT/B
5 Kelurahan Pal 5 0,060 82/TNH/PEMKOT/B

7 Jl. Nipah Kuning


8 Jl. Nipah Kuning
9 Jl. Nipah Kuning
10 Jl. Nipah Kuning
11 Jl. Nipah Kuning
12 Jl. Nipah Kuning
la
6 Jl. Husein Hamzah Gg. Berdikari/Gg. Bukit Batu 2,112
0,085
0,185
0,163
0,179
0,172
0,187
121/TNH/PEMKOT/B
122/TNH/PEMKOT/B
123/TNH/PEMKOT/B
124/TNH/PEMKOT/B
125/TNH/PEMKOT/B
126/TNH/PEMKOT/B
127/TNH/PEMKOT/B
te
13 Jl. Nipah Kuning 0,200 128/TNH/PEMKOT/B
14 Jl. Berdikari 0,883 -
15 Jl. Komyos Soedarso Gg. Perumnas II 0,277 40/TNH/PEMKOT/B
16 Jl. Husein Hamzah 0,035 83/TNH/PEMKOT/B Lokasi belum diketahui
17 Gg. Haji Umar 0,019 86/TNH/PEMKOT/B Lokasi belum diketahui
18 Jl. Komyos Soedarso Gg. Bunga 0,056 41/TNH/PEMKOT/B Lokasi belum diketahui
Es

Jumlah 5,129
PONTIANAK KOTA
1 Taman SPBU Kota Baru Jl. M. Yamin 0,145 159/TNH/PEMKOT/K
2 Jl. Ampera 0,025 226/TNH/PEMKOT/K
3 Kelurahan Sui Jawi 0,037 238/TNH/PEMKOT/K
4 Jl. Karimata 0,024 134/TNH/PEMKOT/K
5 Jl. Tanjungpura Kel. Darat Sekip 0,028 157/TNH/PEMKOT/K
6 Jl. U. Pandang Kel. Sei. Jawi Gg. Hanura 1,114 160/TNH/PEMKOT/K
7 Jl. Rahadi Usman Kel. Tengah 0,075 168/TNH/PEMKOT/K
8 Jl. Zainuddin / Jl. Rahadi Usman 0,017 172/TNH/PEMKOT/K
9 Jl. Rahadi Usman Kel. Tengah 0,505 187/TNH/PEMKOT/K
10 Kelurahan Sui Jawi 0,037 238/TNH/PEMKOT/K
11 Jl. P. Natakusuma Kel. Sui Bangkong 0,112 179/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
12 Jl. Danau Sentarum Kel. Sui Bangkong 0,015 201/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
13 Kelurahan Sungai Bangkong 0,035 218/TNH/PEMKOT/K
14 Jl. Danau Sentarum 0,012 221/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
15 Jl. Danau Sentarum 0,012 222/TNH/PEMKOT/K Lokasi belum diketahui
Jumlah 2,192
PONTIANAK SELATAN
1 Kelurahan Parit Tokaya 0,017 365/TNH/PEMKOT/S
2 Jl. Harapan Jaya 0,303 438/TNH/PEMKOT/S
3 Jl. Harapan Jaya Gg. Gunung Kota 0,252 440/TNH/PEMKOT/S
4 Jl. Harapan Jaya Gg. Gunung Kota 0,293 441/TNH/PEMKOT/S

Laporan Akhir | III-34


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

LUAS TANAH
NO LOKASI NO REGISTRASI KETERANGAN
(Ha)
5Kel. Parit Tokaya 0,116 390/TNH/PEMKOT/S
6Jl. Harapan Jaya Gg. Kesehatan 0,074 446/TNH/PEMKOT/S
7Jl. Harapan Jaya Gg. Kesehatan 0,099 448/TNH/PEMKOT/S
8Jl. Harapan Jaya 0,092 450/TNH/PEMKOT/S
9Jl. Harapan Jaya Gg. Kesehatan 0,086 451/TNH/PEMKOT/S
10Jl. Perdana 0,019 364/TNH/PEMKOT/S Lokasi belum diketahui
11Jl. Prof. M. Yamin Kel. Parit Tokaya 0,127 293/TNH/PEMKOT/S Lokasi belum diketahui
Jumlah 1,476
PONTIANAK TENGGARA
1 Kelurahan Bangka Belitung 0,081 380/TNH/PEMKOT/S
2 Jl. Sui Raya Dalam 0,021 401/TNH/PEMKOT/S
3 Jl. Sui Raya Dalam 0,015 404/TNH/PEMKOT/S
4 Taman Jl. Sui Raya Dalam 0,024 407/TNH/PEMKOT/S

r
5 Taman Jl. Sui Raya Dalam 0,030 408/TNH/PEMKOT/S
6 Taman Jl. Paris 1 0,011 410/TNH/PEMKOT/S
7 Taman Jl. Paris 2

10 Kel. Bangka Belitung


11 Kel. Bangka Belitung
12 Jl. A. Yani Gg. Sepakat I
la
8 Jl. P.H. Husien Kel. Bangka Belitung
9 Jl. P.H. Husien Kel. Bangka Belitung
0,046
0,019
0,016
0,038
0,021
0,018
411/TNH/PEMKOT/S
399/TNH/PEMKOT/S
340/TNH/PEMKOT/S
393/TNH/PEMKOT/S
394/TNH/PEMKOT/S
345/TNH/PEMKOT/S Lokasi belum diketahui
te
13 Jl. Sei Raya Dalam Gg. Kpl Disbun 0,051 402/TNH/PEMKOT/S Lokasi belum diketahui
Jumlah 0,391
PONTIANAK TIMUR
1 Taman Komp. Seruni Indah Kel. Dalam Bugis 0,039 554/TNH/PEMKOT/T
2 Jl. H. Rais Parit Mayor 0,595 520/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
3 Jl. Padat Karya Kel. Tanjung Hulu 0,783 529/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
4 Jl. Tanjung Hulu Kel. Tanjung 0,188 539/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
Es

5 Taman Jl. Ya' M. Sabran 0,042 541/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui


6 Taman Jl. Tanjung Raya Kel. Banjar Serasan 0,074 549/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
7 Taman Jl. Tekam Kel. Saigon 0,199 550/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
8 Taman Jl. Tanjung Raya Kel. Dalam Bugis 0,046 552/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
9 Taman Jl. Tanjung Raya Kel. Dalam Bugis 0,026 553/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
10 Taman Jl. Panglima Aim Gg. Seruni 0,017 560/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
11 Taman / Tempat Bermain Jl. Perumnas 3 Saigon 0,151 595/TNH/PEMKOT/T Lokasi belum diketahui
Jumlah 2,159
TOTAL 12,836
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak

Laporan Akhir | III-35


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-36


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-37


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-38


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

r
la
te
Es

Laporan Akhir | III-39


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Ruang terbuka hijau kota adalah ruang terbuka hijau di dalam kota yang pemanfaatannya
bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah atau budidaya
tanaman oleh manusia seperti : jalur hijau, pertamanan, lahan pertanian, hutan kota. Ruang
terbuka hijau dapat terdiri dari jalur hijau dan biru yang saling terintegrasi.Jalur biru dapat

r
berupa aliran sungai ataupun drainase lainnya.

Ruang terbuka hijau perkotaanmempunyai manfaat kehidupan yang tinggi.Berbagai fungsi

la
yang terkait dengan keberadaan ruang terbuka hijau perkotaan meliputi fungsi ekologis,
sosial, ekonomi dan arsitektural, serta nilai estetika yang dimilikinya (objek dan lingkungan),
tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan
kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota.
te
Untuk mendapatkan ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetika dalam suatu sistem
perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi
pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan
keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota
merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini. Kelestarian
ruang terbuka hijau suatu wilayah harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman
Es

yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.

Dalam penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak, diperlukan suatu arahan
pengembangan dan konsep yang matang untuk menciptakan tata ruang kota yang nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Berdasarkan undang-undang penataan ruang, dijelaskan bahwa
proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik
keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologi, yang
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
dapat meningkatkan nilai estetika kota.

4.1. KONSEP RTH KAWASAN LINDUNG


a) Kawasan Lindung Gambut
Dalam arahan pengendalian perkembangan penggunaan lahan pada kawasan gambut
dengan ketebalan lebih dari 4 meter direkomendasikan sebagai kawasan lindung dimana
lahan terbangun yang diarahkan untuk dikeluarkan dari kawasan ini atau dengan KDB
20% untuk kawasan terbangun yang tetap dipertahankan. Selain itu, peraturan zonasi
untuk kawasan bergambut adalah :
Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan ysng berpotensi merubah tata air dan
ekosistem unik;
Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.

Laporan Akhir IV-1


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Kriteria vegetasi pada kawasan lindung gambut dapat berupa tanaman buah-buahan dan
sayur-sayuran lokal seperti lidah buaya, pepaya, jeruk, duku, langsat, manggis, durian,
nanas, melon, rambutan dan semangka. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur
organiknya sehingga sangat subur dan sangat cocok sebagai lahan pertanian.

b) Sempadan Sungai
Arahan dalam pengendalian perkembangan pada kawasan sempadan sungai terbagi
menjadi dua untuk sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul yaitu :
Sungai Bertanggul :
o Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 m di sebelahluar sepanjang kaki tanggul;
o Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 5 m di sebelahluar sepanjang kaki tanggul;
o Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya,tanggul dapat diperkuat,

r
diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan
sungai;

la
o Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahanyang diperlukan untuk
tapak tanggul baru harus dibebaskan.

Sungai Tidak Bertanggul :


o Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasa nperkotaan ditetapkan
sebagai berikut :
te
- Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan;
Es

- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m,garis sempadan ditetapkan


sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan
sebagai berikut :
- Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500
km2 atau lebih, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya 100 m;
- Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai kurang dari
500 km2, penetapan garis sempadannya sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan.
o Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul diukur ruas per ruas
dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai
padaruas yang bersangkutan.
o Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi
bahu jalan yang bersangkutan,dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan
harusmenjamin kelestarian dan keamanan sungai sertabangunan sungai.

Untuk pemilihan vegetasi untuk kawasan sempadan sungai harus memperhatikan kriteria
sebagai berikut :
Sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
Tumbuh baik pada tanah padat;

Laporan Akhir IV-2


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
Kecepatan tumbuh bervariasi;
Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
Jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan;
Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya;
Dominasi tanaman tahunan;
Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

Adapun gambaran ruang terbuka hijau untuk daerah sempadan sungai sebagai berikut :
Gambar 4.1
Sempadan Sungai

r
la
te
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
Es

4.2. KONSEP RTH TAMAN DAN HUTAN KOTA


a) Taman Rukun Tetangga (RT)
Bentuk arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala rukun
tetangga (RT) yaitu :
Luasan untuk taman RT 250 m2 atau dengan standar 1 m2 per penduduk dan radius
pencapaian kurang dari 300 m;
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman;
Taman harus menyediakan fasilitas minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-
anak;
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 3 (tiga) pohon pelindung
dari jenis pohon kecil atau sedang.

b) Taman Rukun Warga (RW)


Berikut arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala rukun
warga (RW) yaitu :
Luasan untuk taman RW 1.250 m2 atau dengan standar 0,5 m2 per penduduk dan
radius pencapaian 1.000 m;
Lokasi taman RW dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW seperti balai pertemuan,
dekat dengan TK, pertokoan lingkungan, pos hansip dan lain-lain;

Laporan Akhir IV-3


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas beberapa unit bangku taman dan fasilitas
lapangan seperti lapangan voli, bulutangkis dan lain-lain;
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dan minimal terdapat 10 (sepuluh) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

c) Taman Kelurahan
Adapun bentuk pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala
kelurahan :
Luasan untuk taman kelurahan sekitar 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
Lokasi taman kelurahan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan sebaiknya
berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;

r
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
la
Taman dapat dilengkapi dengan fasilitas berupa lapangan olahraga, lokasi
pertandingan olahraga, upacara, serta kursi-kursi taman.
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 25 (dua
puluh lima) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang), dan untuk taman pasif
minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang).
te
d) Taman Kecamatan
Arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala kecamatan
yaitu sebagai berikut :
Luasan untuk taman kecamatan sekitar 24.000 m2(2,4 hektar) atau dengan standar
0,2 m2 per penduduk;
Es

Lokasi taman kecamatan dapat berada pada wilayah yang bersangkutan dan
sebaiknya berdekatan dengan fasilitas pendidikan sehingga bermanfaat untuk murid;
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas taman
dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas;
Fasilitas yang ada pada taman kecamatan dapat berupa lapangan terbuka, lapangan
basket, upacara serta kursi-kursi taman;
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai keperluan, untuk taman aktif minimal 50 (lima
puluh) pohon pelindung (jenis pohon kecil dan sedang dan untuk taman pasif minimal
100 (seratus) pohon tahunan (jenis pohon kecil dan sedang).

e) Taman Kota
Adapun arahan pengelolaan dan pengembangan untuk taman dalam cakupan skala kota
yakni sebagai berikut :
Luasan untuk taman kotaminima 144.000 m2atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk;
Lokasi taman kotaberada di tempat yang strategis sehingga mudah diakses oleh
semua masayarakat;

Laporan Akhir IV-4


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) 80-90% dari luas taman dan
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai
aktifitas;
Fasilitas yang ada pada taman kota dapat berupa lapangan hijau terbuka yang
dilengkapi fasilitas rekreasi dan olahraga, kompleks olahraga, area bermain anak, dan
kursi-kursi taman, serta fasilitas lainnya yang mendukung.
Pemilihan jenis vegetasi yang sesuai berupa pohon tahunan (pohon sedang dan kecil),
semak, perdu, penutup tanah yang ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.

Selain itu, ada beberapa kriteria tambahan untuk pemilihan vegetasi pada taman lingkungan
dan taman kota yaitu sebagai berikut :
(1) Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu
pondasi;
(2) Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

r
(3) Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain yang seimbang;
(4) Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
(5) Kecepatan tumbuh sedang;
la
(6) Habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
(7) Jenis tanaman tahunan dan musiman;
(8) Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
(9) Tahan terhadap hama penyakit tanaman;
(10) Mampu menjerat dan menyerap cemaran udara;
te
(11) Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

f) Hutan Kota
Hutan kota dapat berbentuk seperti :
Bergerombol atau menumpuk : hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi
pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam
Es

rapat tidak beraturan;


Menyebar : hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas
minimal 2.500 m2. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam
bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90-100% dari luas hutan kota;
Berbentuk jalur : hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan
sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Dengan lebar minimal hutan kota
berbentuk jalur adalah 30 meter.
Selain itu, kriteria pemilihan vegetasi untuk ruang terbuka hijau hutan kota adalah
sebagai berikut :
Memiliki ketinggian yang bervariasi;
Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang kehadiran burung;
Tajuk cukup rindang dan kompak;
Mampu menjerat dan menyerap cemaran udara;
Tahan terhadap hama penyakit;
Berumur panjang;
Toleran terhadap keterbatasan sinar matahari dan air;
Tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri;
Batang dan sistem percabangan kuat;
Batang tegak kuat, tidak mudah patah;

Laporan Akhir IV-5


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Sistem perakaran yang kuat sehingga mampu mencegah terjadinya longsor;


Seresah yang dihasilkan cukup banyak dan tidak bersifat alelopati, agar tumbuhan lain
dapat tumbuh dengan baik sebagai penutup tanah;
Jenis tanaman yang ditanam termasuk golongan evergreen bukan dari golongan
tanaman yang menggugurkan daun (decidous);
Memiliki perakaran yang dalam.

4.3. KONSEP RTH JALUR HIJAU JALAN


Dalam perencanaan jalur hijau, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar tercipta
jalur hijau yang selaras dan seimbang yaitu sebagai berikut :
A. Penentuan Lokasi Penanaman
1) Jalur penanaman
Pohon pada sistem jaringan jalan di dalam kota dapat ditanam di batas ruang manfaat
jalan (RUMAJA).
Gambar 4.2

r
Jalur Tanaman Pada Jalan Tanpa Lereng

la
te
Es

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

2) Perletakkan tanaman
Jarak tanaman terhadap perkerasan : Jarak titik tanam pohon dengan tepi
perkerasan minimal 3 m, sedangkan jarak titik tanam perdu dengan tepi
perkerasan minimal 25 cm (untuk perdu dengan lebar miniman 50 cm).
Gambar 4.3
Jarak Titik Tanam Pohon Dengan Tepi Perkerasan

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Laporan Akhir IV-6


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 4.4
Jarak Titik Tanam Perdu/Semak Dengan Tepi Perkerasan

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012


Jarak antara tanaman : Letak tanam dapat berbaris dan berkelompok dengan jarak
titik tanam rapat, tidak rapat, dan jarang.

r
o Letak Tanam Berbaris :
Gambar 4.5
Jarak Titik Tanam Rapat Untuk Tanaman Perdu/Semak

la
te
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Gambar 4.6
Jarak Titik Tanam Tidak Rapat
(Untuk Tanaman Pohon Dan Tanaman Perdu/Semak)
Es

Tanaman Pohon

Tanaman Perdu/Semak

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Laporan Akhir IV-7


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 4.7
Jarak Titik Tanam Jarang
(Untuk Tanaman Pohon Dan Tanaman Perdu/Semak)

Tanaman Pohon

r
Tanaman Perdu/Semak

la
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

o Letak Tanaman Berkelompok :


Gambar 4.8
Perletakkan Tanaman Pada Jarak Tanam Cara Berkelompok
te
Sistem Tanam Bujur Sangkar

Sistem Tanam Persegi Panjang


Es

(Memanjang)

Sistem Tanam Segi Tiga (Silang)

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

3) Kriteria pengaturan penanaman


a) Sepanjang Ruas Jalan
Tepi Jalan :
o Tanaman tidak melebihi tiang listrik dan telepon, tidak merusak utility bawah
tanah serta tidak menutupi cahaya lampu jalan.
o Jarak atur tanaman minimum 9 m dari tepi perkerasan untuk daerah luar
perkotaan dan 4 m untuk daerah perkotaan.
Median :
o Median dengan lebar kurang dari 1,5 m : Ditanam tanaman dengan
ketinggian kurang dari 1 m dengan pengaturan jarak tanam 0,5 m dari tepi
garis jalan, serta tidak ada bagian tanaman yang ditanam pada perkerasan
jalan.

Laporan Akhir IV-8


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

o Median dengan lebar lebih dari 1,5 m : Pengaturan jarak tanam adalah 0,5
m dari tepi garis jalan dan tidak ada bagian tanaman yang ditanam pada
perkerasan jalan.
o Median terbuka :Pengaturan jarak tanam 2,5 m diukur dari median terbuka
dan 0,5 m dari garis tepi jalan, serta ketinggian perdu/semak 0,5 m.

b) Sepanjang Lengkung Horizontal


Tepi Jalan :Ketinggian maksimum untuk perdu/semak 0,5 m dan ruang bebas
minimum dari jalan ke tajuk pohon harus diatur minimal setinggi 5 m.
Gambar 4.9
Jarak Atur Tanam Pada Tikungan Bagian Dalam Lengkung Horizontal

r
la
te
Es

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Median :Pengaturan jarak tanam 2,5 m diukur dari median terbuka dan 0,5 m
dari garis tepi jalan. Pohon yang ditanam daunnya harus tidak bermassa padat,
seperti pohon dengan cabang kecil. Namun pohon dan perdu dengan diameter
kurang dari 10 cm dapat digunakan.

c) Pada Persimpangan
Daerah bebas hambatan/pandang di mulut persimpangan:
o Diperlukan daerah bebas pandang dengan ketentuan mengenai jarak atur
tanam yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan bentuk
persimpangannya.
o Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu ketinggian lebih dari 0,5 m.
o Tanaman tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 m.
o Berikut kriteria pemilihan tanaman pada persimpangan jalan :

Laporan Akhir IV-9


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 4.1
Kriteria Pemilihan Tanaman Pada Persimpangan Jalan
Jarak dan Jenis Tanaman
No Bentuk Persimpangan Letak Tanaman Kecepatan Kecepatan 60
40 km/jam km/jam
1 Persimpangan kaki empat Pada ujung 20 m 40 m
tegak lurus tanpa kanal persimpangan Tanaman rendah Tanaman rendah
Mendekati 80 m Tanaman 100 m
persimpangan tinggi Tanaman tinggi
2 Persimpangan kaki empat 30 m 50 m
tidak tegak lurus Pada ujung Tanaman rendah Tanaman redah
persimpangan 80 m 80 m
Tanaman tinggi Tanaman tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012
Pemilihan jenis tanaman pada persimpangan :

r
o Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanamitanaman yang
menghalangi pandangan pengemudi.
o Sebaiknya digunakan tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan

la
ketinggian kurang dari 0.50 m dan jenisnya merupakan berbunga atau
berstruktur indah.
Gambar 4.10
Jalur Tanaman Pada Daerah Bebas Pandang
te
Es

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012


o Pulau lalu lintas atau kanal pada persimpangan jalan yang memungkinkan
untuk ditanami, sebaiknya ditanami perdu rendah.
o Penggunaan tanaman tinggi berbentuk pohon sebagai tanaman pengarah.
o Berikut jarak pandang persimpangan di Perkotaan :
Tabel 4.2
Jarak Pandang Persimpangan Di Perkotaan
Kecepatan Jarak Pandang Minimum (M)
Rencana (km/jam) Bersinyal Tidak Bersinyal
60 170 105
0 130 80
40 100 55
30 70 35
20 40 20
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Laporan Akhir IV-10


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Persimpangan Tidak Bersinyal


o Semak-semak sampai jarak pandang henti dipelihara pada ketinggian 0,5 m
dan daun-daun serta cabang-cabang pohon tidak melebihi diatas 5 m pada
daerah ruang bebas vertikal.
o Pengaturan penanaman pohon diukur dari pusat persimpangan ke baris
pohon pertama yang ditanam di tepi jalan berjarak 80 m dengan
berdasarkan kecepatan rencana sebesar 40 km/jam dari jalan utama
tersebut.
Gambar 4.11
Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan Tidak Bersinyal
(Kecepatan Rencana 40 km/jam)

r
la
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Persimpangan Bersinyal
o Semak-semak di daerah naungan harus dipelihara dengan ketinggian 0,5 m
te
dan tidak ada pohon merambat di atas 5 m pada ruang bebas vertikal.
o Pengaturan jarak tanam diukur 65 m dari pusat persimpangan pada
masing-masing kaki.
Gambar 4.12
Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan Bersinyal
(Kecepatan Rencana 40 km/jam)
Es

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

d) Bundaran
Daerah naungan harus bersih bebas dari pohon/objek berbahaya dengan
ketinggian semak tidak lebih dari 0,5 m.
Pengaturan jarak tanam dari radius terluar bundaran ke pohon/objek pada
jalan arteri 30 m dan pada jalan lokal 5 m.

Laporan Akhir IV-11


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 4.13
Jarak Pandang Di Bundaran

r
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

B. Penentuan Jenis Tanaman


1) Keadaan ekologis
la
Jenis tanaman asli setempat adalah jenis yang terbaik jika dilihat dari segi ekologi
untuk ditanam di daerah jalan yang akan ditanami. Faktor yang perlu dipertimbangkan
te
yaitu iklim, tanah, cahaya matahari, dan drainase.
2) Kelompok tanaman
Kelompok tanaman sangat bervariasi antara lain dapat berupa :
- Pohon : Tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu;
- Perdu atau semak : Suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan
pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah, biasanya
Es

kurang dari 5-6 m;


- Terna : Tumbuhan yang batang lunak karena tidak membentuk kayu;
- Liana : Suatu habitus tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung.
Gambar 4.14
Kelompok Tanaman

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

3) Bentuk tanaman
- Tinggi tanaman : untuk pohon kecil sampai dengan 7 m, pohon sedang 7-12 m,
pohon besar lebih dari 12 m.

Laporan Akhir IV-12


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 4.15
Tinggi Tanaman Jalan

r
-
la
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

Tajuk tanaman :
Tanaman memiliki beberapa bentuk tajuk antara lain seperti tajuk bulat, tajuk
memayung, oval, kerucut, menyebar bebas, persegi empat, kolom, dan vertikal.
Gambar 4.16
te
Bentuk Tajuk Tanaman
Es

Tajuk Bulat Tajuk Memayung Tajuk Oval

Tajuk Kerucut Tajuk Menyebar Bebas Tajuk Persegi Empat

Tajuk Kolom Tajuk Vertikal


Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

4) Umur tanaman
Pemilihan jenis tanaman jalan harus mempertimbangkan faktor umur dikaitkan dengan
fungsinya sebagai tanaman jalan.

Laporan Akhir IV-13


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

5) Kriteria tanaman berdasarkan kondisi organ tanaman :


- Akar : tidak merusak struktur jalan, kuat, dan bukan akar dangkal.
- Batang : kuat dan tidak mudah patah, tidak bercabang di bawah.
- Dahan/Ranting : tidak mudah patah, tidak terlalu menjuntai ke bawah sehingga
menghalangi pandangan.
- Daun : tidak mudah rontok, tidak terlalu rimbun, tidak terlalu besar sehingga jika
jatuh tidak membahayakan pengguna jalan.
- Bunga : tidak mudah rontok dan tidak beracun.
- Buah : tidak mudah rontok, tidak berbuah besar, dan tidak beracun.
- Sifat lainnya : cepat pulih dari stress salah satu cirinya dengan mengeluarkan tunas
baru, dan tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri.
C. Fungsi Tanaman Jalan
- Penyerap polusi udara (Mengurangi pencemaran CO2): semua tanaman berklorofil dapat
mengurangi pencemaran CO2 dan jarak tanam rapat serta bermassa daun padat.
Gambar 4.17

r
Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udara

la
te
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
Es

- Penyerap kebisingan : jenis tanaman yang paling efektif meredam suara adalah yang
mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat.
Gambar 4.18
Tanaman Berfungsi Sebagai Penyerap Kebisingan

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012


- Peneduh : tanaman ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median),
percabangan 2 m di atas tanah, bentuk percabangan batang tidak merunduk, bermassa
daun padat, berasal dari perbanyakan biji, ditanam secara berbaris, tidak mudah
tumbang.
Gambar 4.19

Laporan Akhir IV-14


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tanaman Berfungsi Sebagai Peneduh

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008

- Penghalang silau : untuk jalur tepi jalan dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun

r
padat, ditanam rapat pada ketinggian 1,5 m. untuk median jalan sebaiknya ditanam
semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah berlawanan dapat dikurangi.

la Gambar 4.20
Jalur Tanaman Berfungsi Sebagai Penghalang Silau
te
Es

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

- Pembatas pandang : untuk pembatas pandang jenis tanaman tinggi dan perdu/semak
yang bermassa daun padat yang dapat ditanam berbaris atau membentuk massa
dengan jarak tanam rapat.
Gambar 4.21
Jalur Tanaman Berfungsi Sebagai Pembatas Pandang

- Pengarah : jenis tanaman dapat berupa pohon tinggi maksimal 5 m, atau pohon
Sumberataupun
kecil/perdu : Peraturan Menteri
semak yangPekerjaan Umum Nomor
disusun berbaris 05/PRT/M/2012
dengan jarak sama.
Gambar 4.22

Laporan Akhir IV-15


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Jalur Tanaman Berfungsi Sebagai Pengarah

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012

r
- Memperindah lingkungan : semua jenis tanaman yang ditata rapi dan bersih dapat
memperindah lingkungan sekitarnya.
-

-
erosi tanah.
la
Penahan benturan : jenis tanaman perdu yang berakar kuat dan tumbuh dengan baik
dapat menjadi penahan benturan yang keras.
Pencegah erosi : pohon, perdu dan rumput dapat membantu dalam mengendalikan

Habitat satwa : jalur hijau jalan dapat menjadi habitat satwa sebagai tempat mencari
makan serta tempat berlindung, salah satunya burung.
te
- Pengalih parkir ilegal : penanaman jenis tanaman perdu atau pohon pada tepi jalan
dapat mencegah parkir liar, sedangkan pada luasan yang terbatas dapat menggunakan
pohon kecil atau perdu untuk menghalangi pengendara parkir di daerah larangan parkir.
- Pemecah angin : jenis tanaman yang dapat memecah angin harus tanaman tinggi dan
perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan
jarak tanam rapat kurang dari 3 m.
Es

4.4. KONSEP RTH FUNGSI TERTENTU


a) RTH Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
Dalam menentukan ruang terbuka hijau jaringan listrik tegangan tinggi, diperlukan suatu
arahan berupa ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan
sebagai ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
- Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah
jaringan tenaga listrik;
- Ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan tanah dan benda lain
ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 4.3
Jarak Bebas Minimum SUTT
SUTT
No Lokasi
66 KV 150 KH
1 Bangunan beton 20 m 20 m
2 Pompa bensin 20 m 20 m
3 Penimbunan bahan bakar 50 m 20 m
4 Pagar 3 m 20 m
5 Lapangan terbuka 6,5 m 20 m
6 Jalan raya 8 m 20 m

Laporan Akhir IV-16


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

SUTT
No Lokasi
66 KV 150 KH
7 Pepohonan 3,5 m 20 m
8 Bangunan tahan api 3,5 m 20 m
9 Rel kereta api 8 m 20 m
10 Jembatan besi / tangga besi / kereta listrik 3 m 20 m
11 Dari titik tertinggi tiang kapal 3 m 20 m
12 Lapangan olahraga 2,5 m 20 m
13 SUTT lainnya penghantar udara tegangan rendah, 3 m 20 m
jaringan telekomunikasi, televisi dan kereta gantung
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor- 05/PRT/M/2008

Selain penentuan sempadan, untuk ruang terbuka hijau pada jaringan listrik tegangan
tinggi dapat diberikan vegetasi yang sesuai dengan kriteria pemilihan serta pola tanam

r
sebagai berikut :
- Jenis tanaman yang dapat ditanam adalah tanaman yang memiliki dahanyang kuat,

la
tidak mudah patah, dan perakaran tidak mengganggu pondasi;
- Akarnya menghujam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan terhadap hembusan
angin yang besar daripada tanaman yang akarnyabertebaran hanya di sekitar
permukaan tanah;
- Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatansedang;
- Bukan merupakan pohon yang memiliki bentuk tajuk melebar;
te
- Merupakan pohon dengan katagori kecil (small tree);
- Fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lambat pada fase dewasa;
- Ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia;
- Pola penanaman pemilihan vegetasi memperhatikan ketinggian yangdiijinkan;
- Buah tidak bisa dikonsumsi langsung oleh manusia;
- Memiliki kerapatan yang cukup (50-60%);
Es

- Pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar
rencana atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Gambar 4.23
Ruang Terbuka Hijau Pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

b)Sumber
RTH Pemakaman Umum (TPU)
: Hasil Analisis
Adapun ketentuan bentuk untuk penyediaan RTH pemakaman sebagai berikut :
Ukuran makam 1 m x 2 m;

Laporan Akhir IV-17


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;


Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;
Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok
disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan
pohon pelindung disalah satu sisinya;
Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antar pagar buatan
dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;
Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari
total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
Selain ketentuan bentuk, dalam penyediaan RTH pemakaman juga diperlukan kriteria
dalam pemilihan vegetasi yakni sebagai berikut :
Sistem perakaran masuk ke dalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
Batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir;
Sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi, atau menghasilkan buah yang dapat

r
dikonsumsi langsung;
Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

la
Tahan terhadap hama penyakit;
Berumur panjang;
Dapat berupa pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan ketersediaan ruang;
Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Gambar 4.24
Contoh Pola Penanaman RTH Pemakaman Umum
te
Es

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008

c) BufferZone TPA
Buffer zone TPA berada 300 m dari garis terluar TPA. Lokasi tersebut cukup jauh dari area
permukiman penduduk. Arahan yang diperlukan dalam pengembangan buffer zoneyaitu :
Ditanami pohon pelindung dengan ketebalan berkisar antara 20 m sampai dengan 50 m
dari batas luar daerah operasional TPA yang didukung dengan penanaman jenis pohon
yang cepat tumbuh dalam waktu 1 tahun mencapai 4 m;
Pemilihan vegetasi yang tidak mudah patah akibat pengaruh angin dengan kerapatan
atau jarak antar pohon 2 m;

Laporan Akhir IV-18


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Ditetapkannya Free Zone yang merupakan zona bebas dimana kemungkinan masih
dipengaruhi leachate, sehingga harus merupakan ruang terbuka hijau, dan apabila
dimanfaatkan disarankan bukanlah merupakan tanaman pangan dengan ketebalan 50
sampai dengan 80 m dari batas luas buffer zone.

d) BufferZone PLN Pembangkit


Buffer zone pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dapat dibentuk dengan arahan
pengembangan antara lain :
Dibutuhkan vegetasi yang dapat menyerap polusi udara berupa vegetasi yang terdiri
dari pohon, perdu/semak; memiliki kegunaan untuk menyerap udara; jarak tanam rapat;
serta bermassa daun padat.
Dibutuhkan vegetasi yang dapat meredam kebisingan berupa vegetasi yang terdiri dari
pohon, perdu/semak; membentuk massa, bermassa daun rapat; dan berbagai bentuk
tajuk.
Dbutuhkan vegetasi yang dapat menjadi pembatas pandang berupa tanaman yang

r
tinggi, perdu/semak; bermassa daun padat; ditanam berbaris atau membentuk massa;
serta jarak tanam rapat.

la Gambar 4.25
Buffer Zone PLN Pembangkit
te
Es

Sumber : Hasil Analisis

Laporan Akhir IV-19


|
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana
ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga
diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan
budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah diperlukan dalam

r
mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan.Ruang terbuka hijau (Green
Open Spaces) merupakan kawasan permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang
dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau

la
pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan
kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijaudi tengah-tengah
ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota.

Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang
te
ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi.
Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan
fisik suatu kota dimana ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka
hijau yang berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu wilayah kota.
Salah satu contohnya adalah ruang terbuka hijau yang difungsikan untuk perlindungan
sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan
liar. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural)
Es

merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan
budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

Proporsi 20% luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Dalam optimalisasi pengembangan ruang terbuka hijau yang
ideal dan fungsional suatu wilayah perkotaan, berdasarkan pedoman PU tentang ruang
terbuka hijau (RTH) ada empat hal utama yang harus diperhatikan yaitu luasan minimum RTH
(size), lokasi lahan yang potensial (location), struktur dan pola RTH, dan seleksi tanaman.

5.1. RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


5.1.1. Rencana RTH Kawasan Lindung
Perkembangan rencana ruang terbuka hijau pada kawasan lindung adalah dengan
mempertahankan kawasan lindung tersebut serta mempertahankan vegetasi yang ada
sehingga kelestarian ruang terbuka hijau pada kawasan lindung tetap terjaga.

Laporan Akhir | V-1


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

a) Kawasan Lindung Gambut


Pada kawasan lindung gambut, kondisi lahan dan vegetasi pada kawasan tersebut tetap
dipertahankan untuk menjaga kadar air dalam tanah. Oleh karena itu, kegiatan yang
berpotensi merubah tata air dan ekosistem dilarang pada kawasan lindung gambut
tersebut. Adapun pemanfaatan ruang pada kawasan lindung gambut dapat berupa wisata
alam tanpa merubah bentang alamnya.
Gambar 5.1
Rencana Kawasan Lindung Gambut

r
Sumber : Hasil Analisis

b) Sempadan Sungai
la
Rencana perkembangan pada kawasan sempadan sungai terbagi menjadi dua yaitu untuk
te
sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Untuk sungai bertanggul garis sempadan
sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Sedangkan garis sempadan sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan untuk sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m,
garis sempadan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
Es

untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m, dan garis sempadan sekurang-
kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan untuk sungai yang
mempunyai kedalaman lebih dari 20 m. Adapun gambaran rencana ruang terbuka hijau
untuk daerah sempadan sungai sebagai berikut :
Gambar 5.2
Rencana Kawasan Sempadan Sungai

Sumber : Hasil Analisis

5.1.2. Rencana RTH Taman Dan Hutan Kota


Ruang terbuka hijau publik memiliki proporsi sekitar 20% dari luasan kota. Untuk mencapai
proporsi tersebut dapat dilakukan penghijauan berupa pembangunan ruang-ruang terbuka
hijau seperti taman-taman skala lingkungan baik tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga

Laporan Akhir | V-2


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

(RW), kelurahan, kecamatan dan taman skala kota hingga hutan kota. Perencanaan RTH
taman dan hutan kota dapat menyebar secara merata pada tiap bagian kota.
a) Taman Rukun Tetangga (RT)
Luasan untuk taman RT 250 m2 atau dengan standar 1 m2 per penduduk dan radius
pencapaian kurang dari 300 m. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal
70%-80% dari luas taman. Berikut rencana pola bentuk taman skala rukun tetangga (RT)
yang terdiri dua jenis yaitu untuk taman RT Pasif dan taman RT aktif :
Gambar 5.3
Rencana Taman Rukun Tetangga (RT) Pasif

r
Sumber : Hasil Analisis la Gambar 5.4
Rencana Taman Rukun Tetangga (RT) Aktif
te
Es

Sumber : Hasil Analisis

b) Taman Rukun Warga (RW)


Luasan untuk taman RW 1.250 m2 atau dengan standar 0,5 m2 per penduduk dan radius
pencapaian 1.000 m. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 70%-80%
dari luas taman dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktifitas. Adapun gambar rencana pola taman rukun warga (RW)
dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah ini :
Gambar 5.5
Rencana Taman Rukun Warga (RW) Pasif

Sumber : Hasil Analisis

Laporan Akhir | V-3


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 5.6
Rencana Taman Rukun Warga (RW) Aktif

Sumber : Hasil Analisis

c) Taman Kelurahan
Luasan untuk taman kelurahan sekitar 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2 per
penduduk. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90% dari luas

r
taman dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktifitas. Berikut pola taman kelurahan dalam dua bentuk taman aktif dan pasif :

la Gambar 5.7
Rencana Taman Kelurahan Pasif
te
Es

Sumber : Hasil Analisis


Gambar 5.8
Rencana Taman Kelurahan Aktif

Sumber : Hasil Analisis

d) Taman Kecamatan
Luasan untuk taman kecamatan sekitar 24.000m2(2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2 per penduduk. Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) minimal 80-90%
dari luas taman dan sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktifitas. Adapun pola bentuk taman skala kecamatan adalah
sebagai berikut :

Laporan Akhir | V-4


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 5.9
Rencana Taman Kecamatan

Sumber : Hasil Analisis


e) Taman Kota
Luasan untuk taman kota minimal 144.000 m2atau dengan standar 0,3 m2 per penduduk.
Luas area yang ditanamani tanaman (ruang hijau) 80-90% dari luas taman dan sisanya

r
dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas.
Rencana pola taman kota yang dapat diaplikasikan sebagai berikut :

la Gambar 5.10
Rencana Taman Kota
te
Sumber : Hasil Analisis

f) Hutan Kota
Hutan kota dapat berbentuk seperti Bergerombol atau Menumpuk dengan komunitas
Es

vegetasi terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan; Menyebar dimana hutan kota yang tidak
mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas minimal 2.500 m2; Berbentuk jalur dimana
hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai,
saluran dan lain sebagainya. Dengan lebar minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30
meter. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90-100% dari luas hutan
kota.

5.1.3. Rencana RTH Jalur Hijau Jalan


Dalam perencanaan jalur hijau, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan agar tercipta
jalur hijau yang selaras dan seimbang yaitu jalur penanaman, perletakkan tanaman, kriteria
pengaturan penanaman, bentuk dan jenis tanaman serta fungsi tanaman.
Gambar 5.11
Rencana RTH Jalur Hijau Jalan

Sumber : Hasil Analisis


Laporan Akhir | V-5
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

5.1.4. Rencana RTH Fungsi Tertentu


a) RTH Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
Dalam menentukan ruang terbuka hijau jaringan listrik tegangan tinggi perlu
memperhatikan garis sempadan jaringan tenaga listrik yakni 64 m yang ditetapkan dari titik
tengah jaringan tenaga listrik serta memiliki kerapatan vegetasi yang cukup sekitar 50%-
60%.
Gambar 5.12
Rencana RTH Pada Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

r
Sumber :Hasil Analisis

b) RTH Pemakaman Umum (TPU)

la
Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total
area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan
dengan kondisi pemakaman setempat.
Gambar 5.13
te
Rencana RTH Pemakaman Umum
Es

Sumber : Hasil Analisis

c) BufferZone TPA
Buffer zone TPA berada 300 m dari garis terluar TPA. Lokasi tersebut cukup jauh dari area
permukiman penduduk. Dalam pengembanganbuffer zone ditanami pohon pelindung
dengan ketebalan berkisar antara 20 m sampai dengan 50 m dari batas luar daerah
operasional TPA yang didukung dengan penanaman jenis pohon yang cepat tumbuh dalam
waktu 1 tahun mencapai 4 m.

d) BufferZone PLN Pembangkit


Buffer zone pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dapat dibentuk dengan arahan
pengembangan berupa vegetasi yang dapat menyerap polusi udara, vegetasi yang dapat
meredam kebisingan serta vegetasi yang dapat menjadi pembatas pandang.

Laporan Akhir | V-6


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 5.14
Rencana Buffer Zone PLN Pembangkit

Sumber : Hasil Analisis

5.2. REKOMENDASI VEGETASI UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU


Elemen vegetasi merupakan unsur yang dominan dalam ruang terbuka hijau. Vegetasi dapat

r
ditata sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian
suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Vegetasi dapat menghadirkan

la
estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari
tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbulkan
dari daun, bunga maupun buahnya.

Berdasarkan bentuk massa, tajuk dan struktur tanaman, vegetasi ruang terbuka hijau (RTH)
dikelompokkan menjadi :
te
a. Tanaman Pohon
Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal
dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah tanaman
yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Tanaman pohon
terbagi menjadi tiga bagian yakni pohon besar (ketinggian lebih dari 12 meter), pohon
sedang (ketinggian antara 7-12 meter), dan pohon kecil (dengan ketinggian sampai
Es

dengan 7 meter). Adapun tanaman pohon yang dapat direkomendasikan untuk ruang
terbuka hijau antara lain sebagai berikut :
- Pohon Besar, misalnya seperti : Angsana (Pterocarpus Indicus), Cempaka (Magnolia
Champaca), Durian (Durio Zibethnus), GlodoganTiang (Polyathea Longifolia), Ketapang
(Terminalia Cattapa), Mahoni (Switenia Mahagoni), Tanjung (Mimusops Elengi).
Gambar 5.15
Contoh Pohon Besar

Pohon Tanjung Pohon Mahoni Pohon Glodogan Tiang

- Pohon Sedang, misalnya yaitu : Akasia Kuning (Acacia Auriculaeformis), Bungur


(Lagerstroemia Loudonii), Kenanga (Cananga Odorata).

Laporan Akhir | V-7


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Gambar 5.16
Contoh Pohon Sedang

Pohon Kenanga Pohon Akasia Kunig Pohon Bungur

r
- Pohon Kecil, misalnya : Jeruk Bali (Citrus Grandisty), Kemboja Merah (Plumeria Rubra),
Kesumba (Bixa Orellana), Pepaya (Carica Papaya).

la Gambar 5.17
Contoh Pohon Kecil
te
Pohon Jeruk Bali Pohon Kamboja
Es

b. Tanaman Perdu
Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang
cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya
dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Biasanya
tanaman perdu memiliki ketinggian kurang dari 5-6 meter. Rekomendasi tanaman perdu
untuk ruang terbuka hijau misalnya dapat berupa Pucuk Merah (Syzygium Campanulatum),
Bogenvil (Bougenvillea sp), Kembang Merak (Caesalphinia Pulcherima), Kembang Sepatu
(Hibiscusrosa Sinensis), Kemuning (Muraya Paniculata), Mangkokan (Nothopanax
Scutellarium), Soka (Ixora Javanica).
Gambar 5.18
Contoh Tanaman Perdu

Pucuk Merah Kembang Merak Bogenvil

Laporan Akhir | V-8


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

c. TanamanSemak (shurbs)
Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan
sederajat.Penggunaan semak untuk pengisi taman instan bisa dalam berbagai ukuran
tanaman, mulai ukuran tinggi 30-40 cm sampai 200 cm. Tanaman semak yang umum
digunakan biasanya memiliki karakter ornamental karena warna dan bentuk daun atau
keindahan bunganya. Rekomendasi tanaman semak (shurbs) untuk ruang terbuka hijau
misalnya antara lain Bakung (Crinum Asiaticum), Bunga Pukul Empat (Mirabilis Jalapa),
Kana (Canna Hibrida), Sansiviera/LidahMertua (SansevieraTrifasciata L).
Gambar 5.19
Contoh Tanaman Semak (shurbs)

r
Bakung
la Bunga Pukul Empat Kana
te
Es

Laporan Akhir | V-9


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Ruang terbuka hijau (RTH) memegang peran penting dalam pembangunan perkotaan,
utamanya keterkaitanya dalam merancang masa depan. Fungsi hijau dalam ruang terbuka
hijau (RTH) kota sebagai paru-paru kota, sistem tata hijau ini berfungsi semacam ventilasi
udara dalam rumah (bangunan). Dapat dijelaskan pula bahwa ruang terbuka hijau kota

r
memiliki hanyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota,
ekologis, pengatur tata air dan pengatur iklim mikro maupun makro dan memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan kota. Dalam Undang-

la
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat
(2) bahwa proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas
wilayah kota. Oleh karena itu usaha pencapaian proporsi RTH khususnya di Kota Pontianak
perlu diupayakan.
te
Untuk mewujudkan suatu Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah perkotaan diperlukanlah
dukungan dan keterlibatan dalam berbagai sektor baik pemerintah, pihak swasta serta
masyarakat.Sosialsasi mengenai penyediaan dan pemanfaatan RTH di tingkat masyarakat
perlu dilakukan. Selain itu, pembentukan dan pelestarian komunitas hijau juga penting dalam
rangka membangun gaya hidup sehat di masyarakat. Dukungan dari pemerintah dapat
dilakukan melalui penyelenggaraan kegiatan sosial dan kebijakan lokal yang mendorong
Es

masyarakat ataupun swasta yang menyediakan RTH di lingkungan sekitar.

Untuk merumuskan Masterplan Ruang Terbuka Hijau diperlukan beberapa tahapan analisis
yaitu berupa analisis tapak ruang terbuka hijau dan analisis finansial dan kelembagaan.Dalam
bab ini akan membahas mengenai analisis finansial untuk mengetahui alokasi anggaran untuk
ruang terbuka hijau serta analisis kelembagaan untuk mengetahui peranan lembaga baik
pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan dan pengembangan ruang terbuka hijau yang
ada.

6.1. PENGATURAN FINANSIAL RUANG TERBUKA HIJAU


Dalam perwujudan suatu ruang terbuka hijau diperlukan pembiayaan kebersihan dan
pertamanan yang merupakan input penting dalam penataan serta pengelolaan ruang terbuka
hijau tersebut. Perkembangan kota yang diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat setiap tahunnya, membuat semakin besar juga beban ruang kota. Selanjutnya,
semakin tumbuh ekonomi suatu kota, maka semakin banyak juga sarana dan prasarana yang
dibangun. Selain itu, semakin besar juga tuntutan akan keindahan kota sehingga
diperlukanlah ruang-ruang terbuka hijau untuk menambah nilai estetika tersebut. Pembiayaan
kebersihan dan pertamanan berasal dari pemerintah maupun partisipasi swasta dan
masyarakat.

Laporan Akhir | VI-1


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Tabel 6.1
Proporsi APBD Bidang Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2007 2010
Belanja Kebersihan dan Pertamanan
APBD Belanja Tidak Belanja Persentase
Tahun
Kota Pontianak langsung Langsung Jumlah Belanja (%)
(Rp.) (Rutin) (Pembangunan)

2005 327.917.065.764 4.319.248.800


2006 495.486.396.232 12.901.808.343
2007 572.445.434.101 13.417.926.400
2008 669.938.431.431 2.452.231.000 13.792.547.303 16.244.778.303 2,42
2009 723.441.108.326 2.823.270.000 16.920.329.426 19.743.599.426 2,73
2010 764.417.755.747 2.843.655.000 17.214.400.000 20.058.055.000 2,62
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak

Sampai dengan tahun 2009, hamper seluruh belanja kebersihan dan pertamanan berasal dari

r
APBD Kota Pontianak. Pembiayaan yang berasal dari APBN tercatat seluruhnya untuk
peningkatan dan pemeliharaan TPA.Sedangkan pembiayaan dari APBD Provinsi Kalbar untuk
TPA dan pengadaan kendaraan operasional pengangkutan sampah. Pada table 4.1 diatas

la
menyajikan data mengenai proporsi belanja kebersihan dan pertamanan terhadap total APBD
Kota Pontianak pada tahun 2005 s/d 2010.

Adapun rincian alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Pontianak khususnya untuk bidang pertamanan dapat dilihat pada tabel
te
berikut :
Tabel 6.2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak
APBD Bidang Pertamanan
No Pekerjaan
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Es

1 Pemeliharaan Taman Kota 587.275.140 631.847.740 1.896.972.030


2 Pembebasan Bahu dan Median Jalan 877.355.450 913.492.850 1.205.008.900
3 Pemeliharaan Pohon - Pohon 213.665.000 228.662.500 400.194.200
(Kontrol Vegetasi dan Registrasi Pohon)
4 Pengadaan Bibit Tanaman Peneduh dan Tanaman Hias 75.758.000 80.759.350 192.830.000
5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Pertamanan 63.803.950 60.803.800 32.587.000
TOTAL 1.817.857.540 1.915.566.240 3.727.592.130
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Pontianak

Berdasarkan data pada table di atas, alokasi anggaran untuk pertamanan pada tahun 2010
sebesar Rp. 1.817.857.540,00 dan pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 1.915.566.240,00.
Sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 3.727.592.130,00.Peningkatan anggaran
pada tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu signifikan karena peningkatan tersebut tidak
terlalu besar. Peningkatan anggaran tersebut sangat signifikan dan hampir 100% dari total
anggaran yang sebelumnya. Hal ini tentu saja diharapkan agar peningkatan anggaran
tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan Kota Pontianak khususnya
untuk sektor ruang terbuka hijau.

Pada saat ini, persebaran ruang terbuka hijau di Kota Pontianak belum merata. Banyak ruang-
ruang terbuka hijau yang hanya terpusat pada daerah pusat kota. Oleh karena itu, untuk
menyeimbangkan persebaran ruang terbuka hijau diperlukan pembangunan ruang-ruang

Laporan Akhir | VI-2


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

terbuka misalnya seperti taman yang dapat dibuat dan dibentuk menyesuaikan kondisi
lingkungan yanga ada. Dengan peningkatan yang cukup besar terhadap alokasi anggaran
dana tersebut, diharapkan pembanguan serta perkembangan terhadap ruang terbuka hijau di
Kota Pontianak ini dapat tersebar secara merata.

Untuk mewujudkan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH), perkiraan biaya yang
diperlukan dalam pembangunannya adalah sebagai berikut :
1) Taman :
a. Taman RT = Rp. 66.642.900 x 3.096 = Rp. 206.326.418.400
b. Taman RW = Rp. 264.185.800 x 313 = Rp. 82.690.155.400
c. Taman Kelurahan = Rp. 1.438.278.700 x 28 = Rp. 40.271.803.600
d. Taman Kecamatan = Rp. 3.638.971.600 x 6 = Rp. 21.833.826.600
e. Taman Kota = Rp. 17.634.014.500 x 2 = Rp. 35.268.029.000
2) Hutan Kota = Rp. 643.071.150.000

r
3) Jalur Hijau Jalan = Rp. 145.328.580.000
TOTAL = Rp. 1.174.789.966.000

la
Dalam perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) mempunyai jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun yakni sama dengan rentang waktu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pontianak. Oleh karena itu, perkiraan anggaran untuk pembangunan ruang terbuka hijau
(RTH) per tahunnya adalah sekitar Rp. 58.739.498.300,00.

6.2. PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU


te
Secara kelembagaan, masalah ruang terbuka hijau terkait juga oleh belum adanya
peraturanperundang-undangan yang memadai tentang ruang terbuka hijau, serta pedoman
teknis pelaksanaan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau sehingga keberadaan ruang
terbuka hijaumasih bersifat marjinal.Di samping itu, kualitas SDM yang tersedia juga harus
ditingkatkan untuk dapat secara optimal dan lebih profesional mampu memelihara dan
mengelola ruang terbuka hijau. Di sisi lain, keterlibatan swasta atau masyarakat umumnya
Es

masih sangat rendah. Potensi pihak swasta atau masyarakatdalam penyelenggaraan ruang
terbuka hijau masih belum banyak dimanfaatkan, sehingga pemerintah sering dan bahkan
selalu terbentur pada masalah keterbatasan biaya dan anggaran.

Walaupun secara teoritis dikatakan, bahwa ruang perkotaan yang tersedia makin terbatas,
namun dalam kenyataannya banyak lahan-lahan tidur di perkotaan yang cenderung
ditelantarkan dan kurang dimanfaatkan.Sementara ruang-ruang terbuka yang memang secara
legal diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau, kondisinya kurang terawat dan tidak dikelola
secara optimal. Untuk meningkatkan keberadaan ruang publik, khususnya ruang terbuka hijau
di perkotaan, perlu dilakukan beberapa hal terutama yang terkait dengan penyediaan
perangkat hukum, pembinaan masyarakat dan keterlibatan para pemangku kepentingan
dalam pengembangan ruang kota.Pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Pontianak terbagi
menjadi dua yaitu pihak pemerintah dan masyarakat (swasta).

6.2.1. Peranan Pemerintah


Peranan pihak pemerintah yang turut mengelola dan mengembangkan ruang terbuka hijau
yang ada di Kota Pontianak antara lain sebagai berikut :
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak
- Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak
- Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak

Laporan Akhir | VI-3


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pontianak


- Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak
- Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak

Peranan masing-masing lembaga pemerintah tersebut terhadap ruang terbuka hijau ini
berbeda-beda, sesuai dengan bidang masing-masing yang mencakupi lembaga tersebut.
Berikut peranan lembaga pemerintah terhadap ruang terbuka hijau yang ada di Kota
Pontianak antara lain :
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pontianak
Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dalam ruang terbuka hijau
dapat dilihat dari tugas pokok and fungsinya.Adapun bidang yang menangani ruang
terbuka hijau adalah bidang fisik dan prasarana.Ruang lingkup bidang fisik dan prasarana
meliputi bidang perhubungan, infokom, sumber daya air, penataan ruang, pertanahan,
sumber daya alam dan lingkungan hidup.Selain itu, bidang fisik dan prasarana mempunyai

r
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
Tugas pokok :Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan, pemberian dukungan,
pembinaan teknis, pelaporan dan evaluasi di bidang fisik dan prasarana.
Fungsi :
la
o Pelaksanaan koordinasi perencanaan bidang fisik dan prasarana;
o Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis di bidang fisik dan prasarana;
o Penyusunan rencana kerja di bidang fisik dan prasarana;
o Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang fisik dan prasarana;
te
o Penyelenggaraan kegiatan pemberian dukungan di bidang fisik dan prasarana;
o Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang fisik dan prasarana;
o Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang fisik dan prasarana;
o Pelaksanaan tugas lain di bidang fisik dan prasarana yang diberikan oleh Kepala
Badan.

b. Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak


Es

Badan lingkungan hidup berperan serta dalam pengembangan ruang terbuka hijau.
Adapun ruang lingkup pekerjaan Badan Lingkungan Hidup, Bidang Revitalisasi Lingkungan
dan Pengembangan Kapasitas adalah pemantauan dan penanggulangan kerusakan
lingkungan, kerjasama lingkungan dan peningkatan SDM.
Tugas pokok : Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan, pemberian dukungan,
pembinaan teknis, pelaporan dan evaluasi di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas
Fungsi :
o Penyiapan bahan dan perumusan kebijakan teknis di bidang revitalisasi lingkungan
dan pengembangan kapasitas;
o Penyusunan rencana kerja di bidang revitalisasi lingkungan dan pengembangan
kapasitas;
o Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas;
o Penyelenggaraan kegiatan pemberian dukungan di bidang revitalisasi lingkungan
dan pengembangan kapasitas;
o Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas;
o Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang revitalisasi lingkungan dan
pengembangan kapasitas;

Laporan Akhir | VI-4


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

o Pelaksanaan tugas lain di bidang revitalisasi lingkungan dan pengembangan


kapasitas yang diberikan oleh Kepala Bidang.

c. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak


Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak merupakan Dinas yang melaksanakan
kewenangan Otonomi Daerah di Bidang Kebersihan dan Pertamanan dalam rangka
pelaksanaan tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Dalam Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, bidang yang berkenaan dengan ruang
terbuka hijau adalah bidang pertamanan yang lingkup pekerjaannya meliputi penataan,
pengendalian taman dan ruang terbuka hijau serta pemeliharaan taman dengan tugas
pokok sebagai berikut :
o Menyusun program kerja di bidang pertamanan berdasarkan sasaran dan program
kerja tahunan Dinas yang telah ditetapkan sebagai pedoman untuk melaksanakan
tugas;

r
o Membagi tugas kepada para Kepala Seksi sesuai dengan tugas pokok, fungsi masing-
masing seksi agar tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan;

benar;
la
o Memberi petunjuk kerja kepada para Kepala Seksi dan staf yang dilakukan secara lisan
maupun tertulis agar tugas-tugas yang akan dilaksanakan dapat dipahami secara

o Melakukan pengawasan kepada Kepala Seksi dan seluruh staf di Bidang Pertamanan
baik secara preventif maupun represif untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
te
penyimpangan dalam pelaksanaan tugas;
o Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para Kepala Seksi pada Bidang
Pertamanan dengan membandingkan antara hasil kerja yang dicapai dengan rencana
yang telah ditetapkan untuk mengetahui tingkat kinerja yang dicapai;
o Melaksanakan tugas pembinaan yang berkaitan dengan bidang pertamanan
berdasarkan pedoman dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas;
Es

o Melaksanakan program kerja yang berkaitan dengan penataan, pengendalian taman


dan ruang terbuka hijau berdasarkan peraturan yang berlaku agar pelaksanaan
program kerja dapat berjalan secara efisien dan efektif;
o Melaksanakan program kerja yang berkaitan dengan pemeliharaan taman berdasarkan
peraturan yang berlaku agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan secara efisien
dan efektif;
o Memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan bidang pertamanan sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar pelaksanaan tugas berjalan dengan lancar;
o Mengajukan saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas mengenai upaya
pemecahan masalah yang berkaitan dengan bidang pertamanan baik secara lisan
maupun tertulis sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan;
o Melaporkan kegiatan Bidang Pertamanan baik secara lisan maupun tertulis sebagai
bahan pertimbangan atasan dalam pengambilan keputusan;
o Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi
Bidang Pertamanan yang diberikan oleh Kepala Dinas.

d. Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pontianak


Peran Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pontianak dalam pengelolaan ruang terbuka hijau
berupa pengadaan, pengelolaan, penataan, serta pemeliharaan kompleks maupun
lapangan olahraga.Ruang lingkup pekerjaan Dinas Pemuda dan Olahraga khususnya

Laporan Akhir | VI-5


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

Bidang Olahraga meliputi pengembangan olahraga masyarakat dan pengembangan


olahraga prestasi.Adapun tugas pokok dan fungsi Bidang Olahragayaitu :
Tugas pokok :Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis,
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang olahraga.
Fungsi :
o Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang olah raga;
o Penyusunan rencana kerja di bidang olah raga;
o Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang olah raga;
o Penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum di bidang olah raga;
o Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang olah raga;
o Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang olah raga;
o Pelaksanaan tugas lain di bidang olah raga yang diberikan oleh Kepala Dinas.

r
e. Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak
Peranan Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak dalam pengelolaan dan pengembangan
ruang terbuka hijau meliputi dua bidang yaitu Bidang Sumber Daya Air dan Pengendalian

la
dan Bidang Bina Marga.Berikut uraian ruang lingkup pekerjaan dan tugas pokok masing-
masing bidang :
Bidang Sumber Daya Air dan Pengendalian
o Ruang lingkup pekerjaan :Perencanaan teknis dan pengendalian, pembangunan
saluran dan pemeliharaan saluran.
te
o Tugas pokok : Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis,
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang sumber daya air dan pengendalian
o Fungsi :
- Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang sumber daya air
dan pengendalian;
- Penyusunan rencana kerja di bidang sumber daya air dan pengendalian;
Es

- Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang sumber daya air dan pengendalian;


- Penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum di bidang sumber daya air dan
pengendalian;
- Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang sumber daya air dan
pengendalian;
- Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang sumber daya air dan
pengendalian;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang sumber daya air dan pengendalian yang
diberikan oleh Kepala Dinas.

Bidang Bina Marga


o Ruang lingkup pekerjaan :Pembangunan jalan dan jembatan, pemeliharan jalan
dan jembatan, penerangan jalan umum.
o Tugas pokok :Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis,
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang bina marga.
o Fungsi :
- Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang bina marga ;
- Penyusunan rencana kerja di bidang bina marga;
- Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang bina marga;

Laporan Akhir | VI-6


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

- Penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum di bina marga;


- Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang bina marga;
- Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang bina marga;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang bina marga yang diberikan oleh Kepala Dinas.

f. Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak


Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Pontianak mempunyai peranan dalam
pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Pontianak, khususnya dalam BidangPenataan
Ruang dan Bina Tata Bangunan dan Bidang Cipta Karya. Adapun uraian ruang lingkup
pekerjaan serta tugas pokok dan fungsi masing masing bidang adalah sebagai berikut :
Bidang Penataan Ruang dan Bina Tata Bangunan
o Ruang lingkup pekerjaan :Perencanaan detail tata ruang, survei dan pemetaan,
peruntukan dan penggunaan bangunan.
o Tugas pokok : Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis,

r
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang penataan ruang dan bina tata bangunan.
o Fungsi :

la
- Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang penataan ruang
dan bina tata bangunan;
- Penyusunan rencana kerja di bidang penataan ruang dan bina tata bangunan;
- Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang penataan ruang dan bina tata
bangunan;
te
- Penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum di bidang penataan ruang dan
bina tata bangunan;
- Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang penataan ruang dan
bina tata bangunan;
- Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang penataan ruang dan
bina tata bangunan;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang penataan ruang dan bina tata bangunan
Es

yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Bidang Cipta Karya


o Ruang lingkup pekerjaan :Penyehatan lingkungan permukiman (PLP), penataan
bangunan gedung pemerintah dan pengembangan permukiman.
o Tugas pokok : Menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis,
menyelenggarakan pelayanan umum, melakukan pembinaan teknis, pelaporan dan
evaluasi di bidang cipta karya.
o Fungsi :
- Penyiapan bahan dan penyusunan kebijakan teknis di bidang cipta karya;
- Penyusunan rencana kerja di bidang cipta karya;
- Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang cipta karya;
- Penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum di bidang cipta karya;
- Penyiapan bahan laporan pelaksanaan tugas di bidang cipta karya;
- Penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang cipta karya;
- Pelaksanaan tugas lain di bidang cipta karya yang diberikan oleh Kepala Dinas

6.2.2. Peranan Swasta Dan Masyarakat


Untuk mewujudkan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, maka partisipasi dari berbagai
seperti pihak swasta maupun masyarakat sangat diperlukan.Pihak Swasta dan masyarakat

Laporan Akhir | VI-7


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

perlu diberikan penyuluhan dan pembinaan untuk meningkatkan pemahaman terhadap ruang
terbuka hijau, sehingga masyarakat atau swasta dapat terlibat dalam pengembangan dan
pengolahan ruang terbuka hijau.

Pemerintah dapat mengadakan program kemitraan dengan pihak swasta terutama para
pengembang dalam penyediaan ruang terbuka hijau seperti program Corporate Social
Responsibility (CSR) maupun program Public Private Partnership (PPP).Program tersebut
merupakan program yang dijalankan perusahaan atau instansi sebagai bentuk
pertanggungjawaban terhadap masyarakat, pemerintah, maupun lingkungan.Dengan adanya
program-program tersebut, tidak hanya meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan
masyarakat, namum juga mengembangkan potensi daerah tersebut.

Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan fasilitas dan kemudahan bagi masyarakat yang
telah berkontribusi nyata dalam membangun ruang terbuka hijau di

r
lingkungannya.Pemerintah dapat memberikan insentif kepada masyarakat yang telah
menyediakan lahan atau tanah yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau.Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, dalam hal

Pasal 169
la
pemberian insentif dan disintensif adalah sebagai berikut :
(a) Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan untuk:


(1) Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
te
(2) Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata
ruang; dan
(3) Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.

(b) Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif


Es

Pasal 170
(1) Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang
didorong pengembangannya.
(2) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 171
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 dapat berupa insentif fiskal
dan/atau insentif non fiskal.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Pemberian keringanan pajak; dan/atau
b. Pengurangan retribusi.
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. kemudahan perizinan;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau

Laporan Akhir | VI-8


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

i. publikasi atau promosi.


(4) Pemberian insentif fiskal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif non fiskal sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan terkait dengan bidang insentif yang diberikan.
Pasal 172
Insentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dapat berupa:
(1) Subsidi silang;
(2) Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
pemerintah;
(3) Penyediaan prasarana dan sarana di daerah;
(4) Pemberian kompensasi;
(5) Penghargaan dan fasilitasi; dan/atau

r
(6) Publikasi atau promosi daerah.

Pasal 173

la
Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
(1) Pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada daerah
pemberi manfaat atas manfaat yang diterima oleh daerah penerima manfaat;
(2) Kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
(3) Kemudahaan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
te
pemerintah daerah penerima manfaat kepada investor yang berasal dari daerah
pemberi manfaat; dan/atau
(4) Publikasi atau promosi daerah.
Pasal 174
Insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat dapat
berupa:
(1) Pemberian keringanan pajak;
Es

(2) Pemberian kompensasi;


(3) Pengurangan retribusi;
(4) Imbalan;
(5) Sewa ruang;
(6) Urun saham;
(7) Penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
(8) Kemudahan perizinan.
Pasal 175
(1) Mekanisme pemberian insentif yang berasal dari pemerintah daerah provinsi
diatur dengan peraturan gubernur.
(2) Mekanisme pemberian insentif yang berasal dari pemerintah daerah
kabupaten/kota diatur dengan peraturan bupati/walikota.
(3) Mekanisme pemberian insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
lainnya diatur berdasarkan kesepakatan bersama antar pemerintah daerah yang
bersangkutan.
(4) Pengaturan mekanisme pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Laporan Akhir | VI-9


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

(c) Bentuk dan Tata Cara Pemberian Disinsentif


Pasal 176
(1) Disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang
dibatasi pengembangannya.
(2) Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 177
(1) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 176 berupa disinsentif fiskal dan
disinsentif non fiskal.
(2) Disinsentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengenaan pajak
yang tinggi.
(3) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:
a. Kewajiban memberi kompensasi;
b. Pensyaratan khusus dalam perizinan;

r
c. Kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
(4) Pemberian disinsentif fiskal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

(5) la
perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
terkait dengan bidang disinsentif yang diberikan.
Pasal 178
te
Disinsentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dapat diberikan dalam bentuk:
(1) pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh Pemerintah;
(2) pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah; dan/atau
(3) pemberian status tertentu dari Pemerintah.
Pasal 179
Disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya dapat berupa:
Es

(1) Pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah pemberi manfaat


kepada daerah penerima manfaat;
(2) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
(3) Pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pemerintah daerah pemberi manfaat kepada investor yang berasal
dari daerah penerima manfaat.
Pasal 180
Disinsentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat dapat
berupa:
(1) Kewajiban memberi kompensasi;
(2) Pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah;
(3) Kewajiban memberi imbalan;
(4) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
(5) Pensyaratan khusus dalam perizinan.
Pasal 181
(1) Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari pemerintah daerah provinsi
diatur dengan peraturan gubernur.
(2) Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari pemerintah daerah
kabupaten/kota diatur dengan peraturan bupati/walikota.

Laporan Akhir | VI-10


Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak

(3) Mekanisme pemberian disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah


daerah lainnya diatur berdasarkan kesepakatan bersama antarpemerintah daerah
yang bersangkutan.
(4) Pengaturan mekanisme pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Untuk tujuan jangka panjang yang ideal dalam peningkatan kualitas perencanaan dengan
menegakkan development control perlu dilengkapi dengan perangkat sanksi (disinsentif) buat
yang melanggar dan bonus (insentif) bagi mereka yang taat pada peraturan. Hal ini cukup
ampuh untuk membenahi kembali pembangunan perkotaan yang semula jungkir balik, sistem
penghargaan dan sanksi ini mesti diterapkan. Para pengembang yang melanggar peraturan
dikenai sanksi, dan yang patuh diberi penghargaan, misalnya: kemudahan perijinan,
tambahan fasilitas pendukung dan keringanan pajak (Budiharjo, 1997: 18).

r
Di dalam Permendagri Nomor 64 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaanpemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman modal di daerah, disebutkan bahwa :

la
Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan memberikan insentif bagi penanaman modal
di daerah
Bentuk insentif dapat berupa :
o Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;
o Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
te
o Pemberian dana stimulan; dan/atau
o Pemberian bantuan modal.
Bentuk Kemudahan dapat berupa :
o Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
o Penyediaan sarana dan prasarana;
o Penyediaan lahan atau lokasi;
o Pemberian bantuan teknis; dan/atau
Es

o Percepatan pemberian perizinan.

Setelah tercapai insentif atau pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH), dibutuhkan juga
program dukungan untuk melestarikannya. Dukungan program melestarikan RTH ini dapat
berbentuk :
Kampanye terhadap publik, bahwa RTH tersebut adalah milik masyarakat umum dan bukan
hanya menjadi program pemerintah saja.
Mengelar acara-acara yang melibatkan masyarakat di lokasi RTH, seperti penanaman
pohon, lomba foto tentang RTH, lomba pelestarian RTH antar rukun tetangga atau antar
kelurahan, dan sebagainya.

Laporan Akhir | VI-11

Anda mungkin juga menyukai