Batuan Metamorf

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PRAKTIKUM PETROLOGI

BAHAN GALIAN INDUSTRI

BATUAN METAMORF

OLEH :

REYNATA FACHRIAN T
F1D114016

PROGRAM STUDI TEKNIIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016
BATUAN METAMORF

Batuan Metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan baik fisik
maupun secara kimiawi sehinnga menjadi berbeda dari batuan induknya . Faktor
faktor yang mempengaruhi proses perubahan batuan adalah suhu yang tinngi ,
tekanan yang kuat ,dan waktu yang lama .

1) karena suhu tinggi , suhu tinggi berasal dari magma , sebab batuan itu berdekatan
dengan dapur magma . metamorfosa in di sebut metamorfosa kontak , contohnya :
marmer dari batu kapur , antrasit dari batui bara .

2) karena tekana udara , tekana tinggi dapat berasal dari adanya endapan andapan
yang tebal sekali diatasnya .

3) karena tekanan dan suhu tinggi , terjadi kalau ada pelipatan dan geseran waktu
terjadi pembentukan pegunungan , metamorfosa in di sebut metamorfosa dynamo .
contohnya batu sabak, schist dan shale .

1. BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
(P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung
di bawah permukaan.
Proses metamorfosis meliputi :
- Rekristalisasi.
- Reorientasi
- pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur
akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar
butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan.
Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan
metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.

2. JENIS METAMORFISME

a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses yang
berperan adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis,terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal
(misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang timbul.
Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-kadang juga terjadi
rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan
temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan
tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona tunjaman dsb.

3. TEKSTUR BATUAN METAMORF

Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar
butiran mineral (gambar 4.1).
a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk :
Lepidoblastik, mineral-mineral pipih dan sejajar
Nematoblastik, bentuk menjarum dan sejajar
Granoblastik, berbentuk butir
b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik
4. STRUKTUR BATUAN METAMORF
Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah foliasi, yaitu
hubungan tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang foliasi
menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila berasal
dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada sama sekali
hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga mencerminkan derajat
metamorfisme.
Jenis-jenis foliasi di antaranya :
a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mieral yang membentuk jalur terputus-
putus, dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.
b. Schistosity, perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari selang-
seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.
c. Phyllitic, perlapisan mineral-mineralyang menerus dan terdiri dari tekstur
lepidoblastik.
d. Slaty, merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.
Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan foliasi, umumnya masih
menunjukkan tekstur granulose (penyusunan mineral)berbentuk butir, berukuran
relatif sama), atau masif. Ini terjadi pada batuan metamorf hasil metamorfisme
dinamis, teksturnya kadang-kadang harus diamati secara langsung dilapangan
misalnya; breksi kataklastik dimana fragmen-fragmen yang terdiri dari masa dasar
yang sama menunjukkan orentasi arah ; jalur milonit, yaitu sifat tergerus yang
berupa lembar/bidang-bidang penyerpihan pada skala yang sangat kecil biasanya
hanya terlihat dibawah mikroskop.

5. BEBERAPA BATUAN METAMORF YANG PENTING

a. Berfoliasi
Batu sabak (Slate)
Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral.
Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral
lempung, serisit, kompak dan keras.
Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan
tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang
menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot. Sekis
menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya
mineral-mineral lain disamping mika.
Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup besar
untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic, berkilap sutera
pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain, seperti turmalin dan
garnet.
Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat
bended (gneissic). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada
batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur
yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti
chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.
Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam
dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.

b. Tak berfoliasi
Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa,
umumnya terjadi pada metamorfisme regional.
Marmer/pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yangmerupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa
kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan
sedimen yang kaya akan mineral-mineralorganik. Batuan ini biasanya lebih dikenal
dengan nama batu bara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses
hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.

BATUAN METAMORF YANG MEMILIKI NILAI EKONOMIS

1. BATU MARMER

Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai
foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan
keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 3060 juta tahun
atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap
ada batu marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada
batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan
proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan
temperatur yang tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak,
seperti dapat dilihat pada
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada
dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya
digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya,
sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung

DESKRIPSI
a. Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
b. Warna : Bervariasi
c. Ukuran butir : Medium CoarseGrained
d. Struktur : Non foliasi
e. Komposisi : Kalsit atau Dolomit
f. Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi
g. Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula,
terkadang terdapat fosil,
bereaksi dengan HCl.
h. Tekstur : granoblastik

MARMER

2. BATU SEKIS

Genesa :
Batuan metamorphic yang berbutir sedang-kasar dengan memperlihatkan
penjajaran mineral yang lebih besar, seperti mika, yang dibariskan pada satu arah,
memperlihatkan struktur foliasi yang tidak teratur. Terbentuk pada temperature (>
400C) dan tekanan yang cukup tinggi yang diperlukan selama pembentukannya. suatu
batuan metamorphic yang telah mengalami proses metamorfisme sangat jauh
sehingga bentuknya sudah jauh berbeda dibanding dengan Slate atau phyllite.
menjadi lebih raksasa(masive) dan secara keseluruhan lebih micaceous dibanding
phyllite.
Kegunaan :
Digunakan dalam kontruksi suatu bangunan (atap, dll).

DESKRIPSI

a. Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt


b. Warna : Hitam, hijau, ungu
c. Ukuran butir : Fine Medium Coarse
d. Struktur : Foliated (Schistose)
e. Komposisi : Mika, grafit, hornblende
f. Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
g. Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang,terkadang
terdapat kristal garnet.
h. tekstur : berbutir kasar

SEKIS

3. BATU SABAK

Batusabak (slate) adalah batuan metamorf homogen berbutir halus yang


berfoliasi dan berasal dari batuan asal berupa batuan sedimen bertipe menyerpih yang
terdiri dari lempung atau abu vulkanik yang mengalami metamorfisme regional
berderajat rendah. Ini adalah batuan metamorf foliasi berbutir paling halus. Foliasi
mungkin berhubungan dengan perlapisan sedimen asal, namun berbentuk bidang -
bidang yang tegak lurus dengan arah kompresi metamorfik.

Foliasi yang sangat kuat disebut juga "Belahan sabak". Foliasi ini disebabkan
oleh kompresi yang kuat yang menyebabkan lempung berbutir halus menyerpih dan
tumbuh kembali dalam bentuk bidang - bidang yang tegak lurus dengan kompresi.
Ketika para ahli memotong tepat sejajar dengan foliasi menggunakan alat - alat
khusus, banyak batusabak akan membentuk lapisan - lapisan datar batuan yang telah
sejak lama digunakan sebagai bahan atap, ubin lantai, dan tujuan lain. Batusabak
biasanya berwarna abu - abu, terutama yang biasa terlihat sebagai penutup atap.
Meskipun begitu, batusabak dapat terbentuk dalam warna yang bermacam - macam
bahkan dapat berwarna khas pada satu tempat saja. Batusabak berbeda dengan
batuserpih.

DESKRIPSI

a. Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone


b. Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
c. Ukuran butir : Very finegrained
d. Struktur : Foliated (SlatyCleavage)
e. Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
f. Derajat metamorfisme : rendah
g. Ciri khas : mudah membelah menjadi lembaran tipis.
h. tekstur :
BATU SABAK

4. BATU FILIT

Genesa :
Suatu batuan metamorphic berbutir halus yang terbentuk pada temperature dan
tekanan lebih tinggi disbandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan tekanan
yang lebih rendah dibanding dengan sekis. sering mempunyai suatu permukaan yang
berkerut, terdapat sedikit lipatan karena berhubungan dengan perpecahan yang pre-
existing, dan merupakan karakteristik suatu kemilau kehijau-hijauan dalam kaitannya
dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan khlorit dalam jumlah yang berlimpah-
limpah.

Kegunaan :
sebagai bahan isolator/isolasi elektrik yang baik dan tahan terhadap api, bahan
interior dan exterior untuk lantai dan dinding. Digunakan dalam kontruksi suatu
bangunan (atap, dll).

DESKRIPSI

a. Asal : Metamorfisme Shale


b. Warna : Merah, kehijauan
c. Ukuran butir : Halus
d. Struktur : Foliated (Slaty-Schistose)
e. Komposisi : Mika, kuarsa
f. Derajat metamorfisme : Rendah Intermediate
g. Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang
h. tekstur :
FILIT

5. BATU GNEISS

Genesa :
Batuan yang berada pada tingkatan yang tinggi dari metamorphism regional
diantara semua batuan preformed . Mineral membentuk suatu penjajaran mineral
sebagai hasil dari temperatur dan tekanan yang tinggi. Batu genis (kasar berbentuk
granit) boleh juga disebut sebagai batuan meta-sediments atau batuan meta-igneous,
dan terjadi bersama-sama migmatites dan granit. Batu gneiss memiliki komposisi
sebagian besar berasal dari lantai samudra bagian bawah.
Kegunaan :
Digunakan Sebagai Agregat, atau sebagai batu untuk bangunan (Building stone)

DESKRIPSI
a. Asal :Metamorfisme regional siltstone,
shale, granit
b. Warna : Abu-abu
c. Ukuran butir : Medium Coarsegrained
d. Struktur : Foliated (Gneissic)
e. Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
f. Derajat metamorfisme : Tinggi
g. Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak
berselang-seling dengan lapisantipis kaya amphibole
dan mika
h. tekstur : berbutir kasar
GNEISS
6. BATU KUARSIT
Kuarsit adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan
kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan
temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi
kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya
tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses
metamorfosis .
Kegunaan atau manfaat batu kuarsa
Batu kuarsa dipercayai memiliki pengaruh-pengaruh antara lain

a. Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)


b. Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
c. Ukuran butir : Medium coarse
d. Struktur : Non foliasi
e. Komposisi : Kuarsa
f. Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
g. Ciri khas : Lebih keras dibanding glass
h. Tekstur : granoblastik
KUARSIT

METODE PENAMBANGAN BATUAN METAMORF

Quarry adalah system tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang


endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, antara lain:
penambangan batu gamping, marmer, granit, andesit dan sebagainya. Quarry dapat
menghasilkan material atau hasil tambang dalam bentuk loose/broken materials
ataupun dalam bentuk dimensional stones.Berdasarkan letak endapan yang digali atau
arah penambangan atau penggalian, secra garis besar quarry dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:

1. Side Hill Type Quarry


Side Hill Type Quarry adalah system penambangan yang diterapkan untuk
menambang batuan atau endapan mineral industri yang letalnya di lereng bukit atau
endapannya berbentuk bukit.
2. Pit Type
Pit type adalah sistem penambangan yang diretapkan untuk menambang
batuan atau endapan mineral industri yang terletak pada suatu daerah yang relatif
mendatar. Permuka kerja (front) di gali kea rah bawah sehingga membentuk
cekungan (pit).

Anda mungkin juga menyukai