Kata Pengantar
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Instansi
(PRAKERIN) dan dapat menyusun laporan ini dengan baik guna memenuhi kelengkapan
bukti belajar (evidence).
Laporan Praktek Kerja Instansi (PRAKERIN) ini dapat disusun dengan baik berkat
bantuan dari pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sebagai bahan
masukan untuk kami.Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
Drs. Nuraini sebagai Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Langsa yang telah memberi kesempatan
pada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Instansi (PRAKERIN).
Bapak ZULFAN,S.Ag.S.H sebagai Kepala Bagian Organisasi KEJARI Langsa yang telah
memberikan ijin pada kami untuk melaksanakan prakerin.
Dra. Armiati sebagai Guru pembimbing siswa prakerin dan pembimbing penulisan laporan
kegiatan di SMK Negeri 1 Langsa.
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
penyusunan Laporan Praktek Kerja Instansi prakerin dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
laporan ini.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dan bantuan
sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.
(SARDAWATI)
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................
B. Pengertian prakerin/pkl.....................................................................
C. Waktu pelaksanaan prakerin............................................................
D. Tujuan.................................................................................................
E. Manfaat prakerin ..............................................................................
F. Visi dan Misi ......................................................................................
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) adalah suatu model
penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara utuh dan terintegrasi kegiatan belajar
siswa di sekolah dengan proses penguasaan keahlian kejuruan melalui bekerja langsung di
lapangan kerja. Metode tersebut dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) untuk mencapai relevansi antara pendidikan dengan kebutuhan
tenaga kerja.
Prakerin adalah singkatan dari Praktek Kerja Industri, merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa/siswi yang menuntut ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dimana sebagian bekal untuk terjun langsung kedalam dunia kerja sesuai dengan program
studi. Pelaksanaan prakerin ditentukan oleh pihak sekolah dan instansi perusahaan yang akan
menerima siswa/siswi SMK yang melaksanakan Prakrin tersebut.
D. TUJUAN
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan untuk setiap siswa/siswi
merupakan program keahlian yang tentunya mempunyai tujuan yang telah direncanakan dan
Adapun tujuan penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk:
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki manfaat, demikian pula dengan
kegiatan praktek kerja lapangan yang telah selesai dilaksanakan. Adapun manfaat dari
kegiatan praktek kerja lapangan yang telah penulis laksanakan adalah sebagai berikut
Keahlian professional yang diperoleh dari praktek kerja lapangan, dapat meningkatkan rasa
percaya diri, yang selanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan keahlian professional
pada tingkat yang lebih tinggi.
Waktu tempuh untuk mencapai keahlian professional menjadi lebih singkat. Setelah lulus
sekolah dengan praktek kerja lapangan, tidak memerlukan lagi waktu latihan lanjutan untuk
mencapai tingkat keahlian siap pakai.
Melatih disiplin, tanggung jawab, inisiatif, kreatifitas, motivasi kerja, kerjasama, tingkah
laku, emosi dan etika.
Menambah pengetahuan mengenai perusahaan milik pemerintah, dalam hal ini
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kami PKL di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, memperoleh banyak
pengetahuan mengenai berbagai berkas-berkas, dokumen-dokumen yang tersedia, dari
seluruh kota di Indonesia
F.VISI MISI PRAKERIN
A. VISI
- Membentuk forum peserta siswa prakerin di Kejaksaan Negeri Langsa
sebagai wadah pengalaman
- Terwujudnya lulusan SMK yang memiliki etos kerja yang
baik,disiplin dan berketerampilan sesuai dengan permintaan dunia
usaha dan industry
- Perekrutan tenaga kerja terampil dari SMK Negeri 1 Langsa untuk
menempatkan ke dunia usaha dan industri
B.MISI
.
II. SEJARAH KEJAKSAAN
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan
Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa,
dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-
istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.
Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat
negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa
(1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah peradilan
dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim
tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.
Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan bahwa
adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom dan Van
Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda, bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari
Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.
Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan Kejaksaan
antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang menitahkan pegawai-pegawainya
berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan
Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi ) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung
) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten Residen.
Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan
Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan belanda
mengemban misi terselubung yakni antara lain:
Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam menerapkan delik-
delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam Wetboek van Strafrecht
(WvS).
Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difungsikan pertama
kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang
kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi
kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan
agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Pada
masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk:
Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran
Menuntut Perkara
Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara Republik
Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang diperjelas
oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan bahwa
sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku.
Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19
Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan
kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan
Departemen Kehakiman.
Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara terus menerus
sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal eksistensinya,
hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa
Agung. Seiring dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan,
organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem
pemerintahan.
Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai dengan
perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan itu juga mencakup
perubahan mendasar pada susunan organisasi serta tata cara institusi Kejaksaan yang
didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November
1991.
Masa Reformasi
Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap pemerintah Indonesia
serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam penanganan Tindak Pidana
Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi Undang-undang tentang Kejaksaan juga
mengalami perubahan, yakni dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2004 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang
ini disambut gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi
Kejaksaan yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, maupun pihak
lainnya.
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan
bahwa Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara
dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Kejaksaan
sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam
penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu
kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut
Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga
merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Karena
itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat dalam menetapkan
kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan.
Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang diemban oleh
Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (2)
UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan
fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam melaksanakan
tugas profesionalnya.
UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan wewenang
Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
Melakukan penuntutan;
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah
(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan
kegiatan:
Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan dapat meminta
kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan
jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau
disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan atau dirinya
sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut menetapkan bahwa di samping
tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan
wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan
badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Kemudian Pasal
34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum
kepada instalasi pemerintah lainnya.
Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya berbagai lembaga
baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran lembaga-lembaga baru dengan
tanggungjawab yang spesifik ini mestinya dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam
memerangi korupsi. Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang dilakukan terhadap tindak
pidana korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan, namun
juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya. Kendala tersebut antara lain:
Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum yang ada)
Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan pembentukan berbagai
lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat sorotan dari waktu ke waktu sejak rezim
Orde Lama. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang lama yaitu UU No. 31 Tahun
1971, dianggap kurang bergigi sehingga diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999. Dalam UU
ini diatur pembuktian terbalik bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih
berat, bahkan hukuman mati bagi koruptor. Belakangan UU ini juga dipandang lemah dan
menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak adanya Aturan Peralihan dalam UU
tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan polisi dalam melakukan penyidikan kasus
korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU ini.
Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas menyatakan bahwa
penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan secara konvensional selama ini
terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu, diperlukan metode penegakan hukum luar
biasa melalui pembentukan sebuah badan negara yang mempunyai kewenangan luas,
independen, serta bebas dari kekuasaan manapun dalam melakukan pemberantasan korupsi,
mengingat korupsi sudah dikategorikan sebagaiextraordinary crime .
Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan pengadilan Tindak Pidana
Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi.
Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua yang masing-masing membawahi
empat bidang, yakni Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, Pengawasan internal dan
Pengaduan masyarakat.
Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan penyidikan dan
penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan Kejaksaan RI. Sementara
khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah pejabat fungsional Kejaksaan.
Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental dalam hukum acara pidana, antara lain di
bidang penyidikan.
III. PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
A. KESIMPULAN
Kegiatan Praktek Kerja Industri merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi
siswa dan siswi, dan dapat mengenal lebih jauh bagaimana cara bekerja dilapangan sesuai
keahlian masing-masing siswa. Sehingga siswa dapat melihat gambaran mengenai kagiatan
bidang usaha dimasa yang akan datang, serta siswa-siswi mengetahui standar kompetensi
yang akan dijadikan peluang kerja dan kesempatan kerja.
Dalam dunia usaha dibutuhkan kedisiplinan yang cukup baik, instansi-instansi
biasanya memerlukan karyawan yang disiplin, terampil, rajin dan cerdas.
Pada praktek kerja Industri ini diperlukan keahlian yang cukup. Selama penulis
melaksanakan Prakerin (Praktek Kerja Industri) di KEJAKSAAN NEGERI LANGSA
khususnya di pusat Sekertariat, penulis merasa bangga bisa mendapatkan Ilmu yang belum
pernah penulis dapatkan sebelumnya serta memperoleh banyak pengalaman.
Tujuan lain Prakerin (Praktek Kerja Industri) adalah menambah wawasan yang luas
bagi siswa dan siswi, terutama dalam bidang yang di tempatinya. Adapula tempat yang
disukai yakni diruangan pemilahan arsip, penulis bisa belajar dan dapat mengetahui yang
belum penulis dapatkan selama ini, terutama pengetahuan tentang berbagai arsip yang
tersedia.
Praktek Kerja Industri telah terlaksana dengan baik, dengan program keahlian
masing-masing tanpa halangan apapun dan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
KEJAKSAAN NEGERI LANGSA yang telah bersedia menerima penulis apa adanya untuk
melaksanakan Prakerin (Praktek Kerja Industri) dan bersedia mendampingi penulis selama
Prakerin berlangsung.
B. SARAN-SARAN
Semoga hubungan antar pegawai tetap terjaga dan saling bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama, semoga para siwa dan siswi mendapatkan banyak pelajaran dan
memiliki motivasi untuk tujuan dimasa depannya dan para guru pembimbing dapat
memberikan arahan juga perhatian untuk para siswa dan siswi prakerin.
From:01
PEMERINTAHAN KOTA LANGSA
DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 LANGSA
Jalan syiah kuala lr. Petua Luwi telp 21439 fax 21439
LANGSA- KODE POS 24414
IDENTITAS SISWA
1. NAMA : SARDAWATI
2. TEMPAT/TANGGAL LAHIR : LANGSA, 20 FEBRUARI 1999
3. JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
4. GOLONGAN DARAH :-
5. NOMOR INDUK SISWA/I : 3986
6. SEKOLAH : SMK NEGERI 1 LANGSA
7. ALAMAT : TUALANG TEUNGOH
8. NOMOR TELEPON : 082285579884
9. CATATAN KESEHATAN : Sehat
10. NAMA ORANG TUA/WALI : SYAMAUN HASAN
11. ALAMAT ORANG TUA/WALI : TUALANG TEUNGOH
12. NOMOR TELP ORANG TUA : 082285579884
(SARDAWATI)
FOTO
3X4
From:02
(KOP PERUSAHAAN/INSTANSI/INDUSTRI)
1. NAMA PERUSAHAAN/
INSTITUSI/LEMBAGA : Kejaksaan Negeri Langsa
2. ALAMAT : Jl.T Chi Ditunong NO.4
3. NOMOR TELP/FAX : 064121095
4. NAMA PIMPINAN : LA KAMIS,S.H.,M.H
5. NAMA PEMBIMBING :1. ZULFAN,S.Ag.,S.H
2. DAHNIR S.H
3. Dra. ARMIYATI
1...
2...
3...
From:03
LAPORAN JURNAL KEGIATAN
NAMA : SARDAWATI
NIS : 3986
TEMPAT/PRAKERIN : KEJAKSAAN NEGERI LANGSA
3. Rabu Mengikuti Apel Pagi bersama Seluruh Pegawai
9 Juni 2016 Kejaksaan Negeri Langsa
Mengantar berkas ke ruangan pidum
Mengantar surat ke ruangan kasi pidum
Mengikuti Apel Sore bersama Seluruh Pegawai
Kejaksaan Negeri Langsa
4. Kamis Megikuti Apel Pagi bersama Seluruh Pegawai
10 Juni 2016 Kejaksaan Negeri Langsa
Mengantar surat ke ruangan sekretariat
Membantu mengarsip surat di ruangan pidum
Mengikuti Apel Sore bersama Seluruh Pegawai
Kejaksaan Negeri Langsa
Mengantar berkas ke ruangan kasi pidum
26
17. Selasa Mengikuti Apel Pagi bersama Seluruh Pegawai
28 Juni 2016 Kejaksaan Negeri Langsa
Memberi nomor dan menstempel surat ke ruangan
sekretariat
Menulis buku register RP 5
Mengikuti Apel Sore bersama Seluruh Pegawai
Kejaksaan Negeri Langsa
24. Kamis Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri1 436 Hijriyah
7 juli 2016
25. Jumat Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri1 436 Hijriyah
8 Juli 2016
50. Kamis Mengikuti Apel Pagi bersama Seluruh Pegawai
11 Agustus 2016 Kejaksaan Negeri Langsa
Membantu mengarsip surat di ruangan pidum
Foto copy surat
Mengikuti Apel Sore bersama Seluruh Pegawai
Kejaksaan Negeri Langsa
(ZULFAN,S.Ag.S.H) (SARDAWATI)
NIP. 19690619 199403 1 002
From:04
NAMA : SARDAWATI
NIS : 3986
TEMPAT/ PRAKERIN : KEJAKSAAN NEGERI LANGSA
NILAI PEROLEHAN
NO ASPEK PENILAIAN/skor penilaian
A B C D
1. Disiplin waktu
2. Kemauan kerja dan Motivasi kerja
3. Kualitas hasil kerja
4. Inisiatif kerja
5. Sikap atau prilaku
KOMENTAR DAN CATATAN PEMBIMBING
KET:Mohon di beri tanda pada kolom perolehan sesuai dengan aspek nilai
(ZULFAN,S.Ag.S.H)
NIP. 19690619 199403 1 002