Pedoman Penggunaan Narkotika Psikotropika OK
Pedoman Penggunaan Narkotika Psikotropika OK
Pedoman Penggunaan Narkotika Psikotropika OK
PUSKESMAS GULUK-GULUK
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun,sehingga buku pedoman penggunaan obat narkotika dan
psikotropika puskesmas Guluk-Guluk dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan
peresepan dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di puskesmas Guluk-
Guluk.Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang
telah membantu dan menyelesaikan pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika
di puskesmas Guluk-Guluk
Guluk-Guluk,2016
Mamtuhah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG..
B. TUJUAN PEDOMAN.
C. SASARAN PEDOMAN.
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
E. BATASAN OPERASIONAL..
A. DENAH RUANG..
B. STANDAR FASILITAS..
A. LINGKUP KEGIATAN
B. METODE..
C. LANGKAH KEGIATAN.
BAB V LOGISTIK.
BAB IX PENUTUP..
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan umum : terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan psikotropika
Tujuan khusus :
- Sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika
- Melindungi masyarakat/pasien dari penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika yang tidak rasional
- Meningkatkan mutu hidup
4
1.3 SASARAN PEDOMAN
1. apoteker
2.Tenaga tekhnis kefarmasian /Asisten Apoteker
3.dokter/dokter gigi
4.paramedis yang diberi kewenangan
5. staf farmasi
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Administrasi dan pengelolaan
Admisnistrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan ,pelaporan,peng
arsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
penelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan di
evaluasi.administrasi untuk sedian farmasi dan perbekalan kesehatan
meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian meliputi
:
- Perencanaan
- Permintaan obat ke dinas kesehatan
- Penerimaan
- Penyimpanan menggunakan kartu stok atau computer
- Pendistribusian dan pelaporan menggunakan LPLPO
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan
pasien,penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 5 tahun dan
pemusnahan resep dilengkapi berita acara pemusnahan termasuk juga
untuk kesalahan pengobatan (medication error),monitoring sefek samping
obat(MESO) dan medication record.
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan
standart pelayanan keprofesian yang universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi
di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh
pimpinan puskesmas.
2 Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan
diubah bila terdapat hal :
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran puskesmas.
5
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3 Kepala pelayanan farmasi terlibat dalam perencanaan manajemen
dan penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
4 Unit pelayanan Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan
farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan, dicatat dan
disimpan..
5 Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis,
serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah
perawatan dan farmasi.
6 Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan
dilakukan evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
7 Kepala Unit pelayanan Farmasi harus terlibat langsung dalam
perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan
farmasi dan penggunaan obat
6
1.4.3 Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan
farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin
semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing
barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi obat.
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat
yang baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan
yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi
menjamin keamanan setiap staf.
7
f. pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan.
g. pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan,pendistribusian dan p
enyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian
obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau
dikeluhkan pasien
i. pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan
farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penyimpanan obat serta berbagai
aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat
kepatuhan dalam penggunaan obat.
k. prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. pengaturan persediaan dan pesanan
m. penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat
kepada staf
n. masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan
peraturan/undang-undang
o. pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
3. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat
yang salah dan atau mengatasi masalah obat.
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten .
1.5 Batasan Operasional
1.5.1 Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian
tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan
pengolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen
mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang
tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
8
1.5.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi.
a. Tim formularium puskesmas adalah tim yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, serta
tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
- kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya
- Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan
penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
b. Organisasi dan Kegiatan Tim formularium puskesmas :
1. Susunan Tim formularium puskesmas serta kegiatan yang
dilakukan bagi tiap puskesmas dapat bervariasi sesuai dengan
kondisi puskesmas setempat. Tim formularium puskesmas
terdiri dari Dokter, apoteker,bidan dan Perawat
3. Tim formularium puskesmas harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali
5. Membina hubungan kerja dengan tenaga kesehatan lainnya di
dalam puskesmas yang sasarannya berhubungan dengan
penggunaan obat.
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di puskesmas dan merevisinya.
Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus
didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi,
keamanan serta harus meminimalkan duplikasi dalam tipe
obat, kelompok dan produk obat yang sama.
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk
menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat
yang diusulkan oleh anggota staf medis..
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam mengembangkan
tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-
peraturan mengenai penggunaan obat di puskesmas sesuai
peraturan yang berlaku . Melakukan tinjauan terhadap
penggunaan obat di puskesmas dengan mengkaji medical
record dibandingkan dengan standart diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional.
9
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping
obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat
kepada staf medis dan perawat.
d. Kewajiban Tim formularium puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
formularium puskesmas, pedoman penggunaan antibiotika
dan lain-lain
2. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan puskesmas dalam
mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara
rasional
3. pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang
terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat
dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut
e. Tugas apoteker dalam Tim formularium puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menetapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan
5. semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan
pada pimpinan puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh
pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati
dalam pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan
obat dalam kelas terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil
kesepakatan Tim formularium puskesmas
10. pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait
10
f. Formularium puskesmas
1. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui
oleh Tim formularium puskesmas untuk digunakan di
puskesmas dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang
ditentukan. Komposisi Formularium :
1) Halaman judul
2) Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
3) Daftar Isi
4) Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
5) Produk obat yang diterima untuk digunakan
6) LampiranSistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana
prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa
sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di
lain pihak Tim formularium puskesmas mengadakan
evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat
yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan
kesejahteraan pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
1. Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan
petunjuk kepada dokter, tenaga kefarmasian, perawat serta
petugas administrasi di puskesmas dalam menerapkan system
formularium. Meliputi;
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai
disiplin ilmu dengan Tim formularium puskesmas dalam
menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi
dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung. Sistem
Formularium yang diusulkan oleh Tim formularium
puskesmas
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku
dengan kebutuhan tiap-tiap institusi
1.5.3 Standar Prosedur Operasional ( SPO )
adalah kumpulan instruksi, langkah langkah yang telah dibakukan
untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
11
1.5.4 Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pelayanan resep. Semua ruangan
harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
1.5.5 Peralatan Farmasi
Unit pelayanan Farmasi harus dilengkapi dengan semua peralatan yang
diperlukan sesuai dengan layanan yang disediakan sekalipun tidak
digunakan secara rutin. Pada saat unit alat maupun saat kerja rutin,
peralatan harus diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi
kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang
sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan.
1.5.6 Pemantapan Mutu (quality assurance)
farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pelayanan resep. Pemantapan
Mutu Internal (Internal Quality Control) adalah kegiatan pencegahan
dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing petugas
farmasi secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
yang tepat.
1.5.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di unit pelayanan farmasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) unit pelayanan farmasi
merupakan bagian dari pengelolaan farmasi secara keseluruhan.
Farmasi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan pelayanan resep pasien. Untuk mengurangi
bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus
memahami keamanan farmasi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan
kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol cara penyiapan obat
menurut standar pelayanan resep yang benar.
12
1.5.8 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan
untuk peningkatan pelayanan farmasi. Untuk itu kegiatan ini harus
dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan
dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu
tindakan.
13
BAB II
B. Distribusi Ketenagaan
14
BAB III
Keterangan :
A : Sub Gudang Farmasi II
I : Rak Obat
15
A.2. Denah Unit Pelayanan Farmasi Dalam Gedung Lantai 1
Keterangan :
B : Sub Unit Farmasi lt. I
I : Rak Obat
II : Lemari Narkotika-Psikotropika
III : Dispenser
IV : Komputer
V : Maja Administrasi Pelayanan Resep
VI : Etalase Obat
VII : Lemari Pendingin
16
A.3. Denah Unit Pelayanan Farmasi Dalam Gedung Lantai 2
Keterangan :
C : Ruangan Kantor Gudang farmasi
C1 : Gudang farmasi
I : Meja Komputer Administrasi Gudang Farmasi
II : Meja Administrasi Gudang Farmasi
III : Lemari Dokumen
IV : Meja Administrasi Gudang Farmasi
V : Rak Obat
VI : Lemari Sirup
VII : Lemari Obat Tablet A
VIII : Lemari Obat Tablet B
IX : Lemari Obat Tablet C
X : Lemari Obat Tablet D
XI : Lemari Obat narkotika-psikotropika
XII : Lemari Obat Injeksi
XIII : Lemari Obat Paten
17
A. Standart Fasilitas
BAB IV
4.1 Pengadaan
Narkotika dan psikotropika untuk kebutuhan puskesmas diperoleh
dari permintaan melalui LPLPO kepada Dinas kesehatan.bukti
pengadaan ditelusuri melalui SBBK obat narkotika dan psikotropika
18
b. mencantumkan nama jelas dokteryang menulis resep
c. di tulis tersendiri ( terpisah )
d. tidak boleh ada iterasi
e. mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
f. signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
g. di tandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
h. apabila penulisan tidak sesuaidengan ketentuan tersebutmaka obat tidak
dapat dilayani
4.4 penyerahan
i. penyerahan obat narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh
apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan
apoteker
j. apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan psikotropika
kepada pasien berdasarkan resep dokter
k. penyerahan obat narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
l. sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika harus di
beri garis berwarna merah dan untuk obat psikotropika di beri garis biru
m. sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan psikotropika
dari resep asli dan resep narkotika dan psikotropika di pisahkan dari
resep lainnya
n. pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus
ditanyakan nomor telefon dan alamat lengkap
4.5 pelaporan
pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan
setiap bulan ke dinas kesehatan
4.6 pemantauan
pemantauan terhadap obat narkotika dan psikotropika yang
dilakukan meliputi pemantauan stok harian,pasien yang
mendapatkan resep obat narkotika dan psikotropika berulang kali
dan masa kadaluwarsa obat
4.7 pemusnahan
obat narkotika dan psikotropika yang telah kadaluwarsa/rusak tidak
dimusnahkan di puskesmas tetapi dikembalikan ke dinas kesehatan
dengan berita acara pengembalian
METODE
19
obat narkotika dan psikotropika penggunaan dan pendistribusiannya
menggunakan system peresepan sehingga pengawasan dan
pengendaliannya dapat lebih efektif
LANGKAH KEGIATAN
a. penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika
1. Peresepan obat narkotika psikotropika hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter
gigi atau petugas yang diberi kewenangan.
2. petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis resep tiap R/ obat
narkotika dan psikotropika dan menuliskan nama dan alamat pasien yang
LENGKAP
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik jenis, jumlah dan
cara penggunaannya
4. petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis
tidak di ulang tanpa resep dokter
20
BAB V
LOGISTIK
21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
1.2 Tujuan
1) Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
22
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus
diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke
dalam tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan
Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi
farmasi dansetiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan
ke wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang
telah ditunjuk.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.2 Tujuan
7.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan farmasi
agar tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang
optimal.
23
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan
pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay,
kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar
24
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat2
Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
25
4. Penilaian ulang kualitas pelayanan obat
5. Up date kriteria
8.1 Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi
dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu
pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
26
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable
penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
8.3 EVALUAS1
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan Contoh :
pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan
resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)
27
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya,
penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat
BAB IX
PENUTUP
28