Referat Infeksi Neonatorum Fix
Referat Infeksi Neonatorum Fix
Referat Infeksi Neonatorum Fix
INFEKSI NEONATORUM
Oleh :
Zurezki Yuana Yafie, S.Ked
Pembimbing :
dr. Hasniah Bombang, M. Kes, Sp. A
1
INFEKSI NEONATORUM
1. DEFINISI
Infeksi merupakan penyebab paling sering dan paling penting dalam morbiditas
Masa neonatus usia < 28 hari, neonatorum atau bayi baru lahir merupakan waktu
yang sangat rentan pada bayi < 28 hari, yang sedang menyempurnakan penyesuaian
fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstra uteri. Bayi yang terutama berisiko
selama masa neonatus harus diidentifikasi sedini mungkin agar dapat menurunkan
Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir atau
neonatorum yang dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal, dan postnatal.1
2. EPIDEMIOLOGI
Infeksi merupakan penyebab yang paling sering dan paling penting dalam
morbiditas dan mortalitas selama periode bayi baru lahir. Infeksi sering mulai dari
dalam uterus tetapi muncul selama hari-hari pertama kehidupan, dengan rata-rata
onset 20 jam. Bayi-bayi ini sering merupakan bayi prematur dan lahir setelah pecah
ketuban dini atau adanya demam pada ibu atau korioamnionitis. Mortalitasnya tinggi
(30 % - 50 %).1
2
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mendapatkan
angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, 35 bayi per 1000 kelahiran hidup. Bila
dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Beberapa
penyebab kematian bayi disebabkan berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus,
umur 0-7 hari adalah prematuritas dan berat badan lahir rendah/low birth weight
(LBW) 35%, diikuti oleh asfiksia lahir 33,6%. Sedangkan penyebab kematian
neonatal kelompok umur 8-28 hari adalah infeksi 57,1% (termasuk tetanus, sepsis,
Infeksi bakterial sistemik dapat terjadi kurang dari 1%, penyakit virus 6%-8%
dari seluruh populasi neonatus dan infeksi bakteri nosokomial 2%-25% dari bayi
yang dirawat di NICU. Infeksi awitan dini apabila terjadi dalam lima hari pertama
sedangkan infeksi awitan lambat terjadi sesudah umur tujuh hari dan sering terjadi
Menurut perkiraan WHO, terjadi sekitar 5 juta kematian neonatus pada tahun
1995 dan menurun menjadi 4 juta pada tahun 2004, namun tetap 98% terjadi di
3. ETIOLOGI
intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau pascapartum
akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada
3
saat melalui jalan lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan ketuban
pecah dini. 7
Kelompok virus yang sering menjadi penyebab termasuk herpes simplex, HIV,
cytomegalovirus (CMV), dan hepatitis B yaitu virus yang jarang ditularkan secara
kuman enterik Gram negatif terutama Escheria coli, gonokokus dan klamidia.7
Infeksi pasca persalinan terjadi karena kontak dengan ibu yang terinfeksi
4. FAKTOR RISIKO
Faktor resiko infeksi dapat bervariasi tergantung awitan infeksi yang diderita
pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan, persalinan
ataupun kelahiran dapat dipakai sebagai indikator untuk melakukan elaborasi lebih
lanjut infeksi neonatorum. Berlainan dengan awitan dini, pada pasien awitan lambat,
infeksi terjadi karna sumber infeksi yang terdapat dalam lingkungan pasien.6
Faktor ibu :
- Chorioamniositis
4
- Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.
Faktor bayi:
- Asfiksia perinatal
- Prosedur invasif
- Kelainan bawaan.5,6
5. PATOGENESIS
Infeksi pada neonatus daat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya
1. Infeksi neonatal
infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat
cytomegalic inclusion.
b. Treponemma pallidum
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria
5
2. Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada artus lama dan seringkali
intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi
yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada
saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai
akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karna mortalitas infeksi pascanatal ini
sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
6. KLASIFIKASI
6
Tabel 1 : klasifikasi Infeksi Neonatorum1
1. Terjadi dalam 72 jam setelah lahir Terjadi lebih 72 jam setelah lahir
maternal masyarakat
sebelum persalinan.
Ketuban pecah dini > 24 jam Sepsis didapat dari masyarakat : higine
dini.
7
Pemeriksaan dalam vagina
bersih
Partus lama
Asfiksia neonatorum
B. Infeksi pada neonatus juga dapat dibagi menurut berat ringannya dalam
neonatoum.
7. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi neonatal sangat penting yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu
sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan
8
bayinya. Diagnosis perinatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat ada bayi,
ada anak atau yang lebih tua sering kali tidak ditemukan.2
infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu,
namun tiba tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu di ingat bahwa
Kategori A Kategori B
9
sepsis)
sepsis)
kecurigaan sepsis)
sepsis)
Pada sepsis awitan dini, janin yang terkena infeksi mungkin menderita
takikardia, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karna nilai agar yang
rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan tamak gambaran sepsis seperti
Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh.
lemah kadang kadang high pitch cry, dan bayi menjadi irritabel, serta
10
3. Kelainan hematologik : perdarahan (etc. Petekie dan Purpura),
8. DIAGNOSIS
kehamilan, persalinan untuk mencari faktor risiko yang teliti, bervariasinya gejala
klinik dan gambaran klinis yang tidak seragam menyebabkan kesulitan dalam
menentukan diagnosis pasti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium
Baku emas dalam hal ini adalah pemeriksaan biakan darah, tetapi hasil
dilakukan untuk mencari kemungkinan bakterimia, biakan dari fokus infeksi, tes
kepekaan kuman, jumlah leukosit dengan apus darah tepi, kadar hemoglobin, jumlah
trombosit, urinalisis dan foto thorax. Pada keadaan syndrom sepsis dan syok septik
dierlukan pemeriksaan tambahan analisis gas darah, kadar elektrolit darah, tes fungsi
hati dan EKG. Pemeriksaan faktor pembekuan dilakukan bila ditemukan tanda tanda
11
Trombositopenia (<100.000) sering ditemukan, mungkin disebabkan oleh
neutrofil yang rendah menunjukkan adanya infeksi yang berat yang menimbulkan
deplesi sum-sum tulang. Gangguan faktor embekuan darah biasanya terjadi ada
Pemeriksaan marker radang yang akut seperti Protein C reaktif (CRP) yang
meningkat ad 50-90% asien sesis neonatal, laju endap darah (LED) meningkat,
pemeriksaan termasuk darah, cairan serebrospinal, urine, dan cairan lain. Sebelum
kultur dapat dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan gram terlebih dahulu. Tetapi
cara ini tidak mampu menetapkan jenis kuman secara lebih spesifik. 2,6,11
9. PENATALAKSANAAN
a. Suportif 1,6,11
diberikan secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi.
12
- Bila keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara
peroral.
batasi cairan
nutrisi enteral.
b. Kausatif1,6,11
neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan
penyakit.
antibiotik inisial antibiotik yang dipilih harus mempunyai spektrum luas yang
diperkirakan bisa mengatasi bakteri gram positif maupun gram negatif yang
13
sangat tergantung pada jenis kuman penyebab. Pada penderita yang disebabkan
oleh kuman gram positif , pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari,
minggu.
Adapun beberapa penyakit infeksi yang dapat dialami oleh BBL yaitu2
a) Infeksi Berat
1) Sepsis neonatorum
terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Penyebab paling seringa dalah
streptococcus group B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari saluran
kelamin ibu.
- Menggigil, hiperventilasi,
14
Prinsip pengobatan:
- Pantau hiperbilirubinemia
dalam 2 dosis.
15
iamater dan cairan serebrospinal. Peradangan ini meluas melalui ruang
oleh sepsis.
awitan lambat, yaitu sepsis yang timbul antara umur 7-90 hari dan biasanya
Gejala :
- Sering kali didahului infeksi pada saluran napas atau saluran cerna
Pengobatan :
rumatan.
16
3) Pneumonia
perinatal, atau pascalahir. Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang
Gejala :
- Perut kembung
Pengobatan :
4) Osteitis Akut
Merupakan infeksi pada tulang yang disebabkan oleh metastasis dari fokus
Gejala :
- Demam
17
- Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang terkena
Pengobatan :
5) Diare
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih lunak sampai cair. Diare
merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4
tahun.
- Frekuensi akut jika belangsung 3-7 hari tapi dapat menjadi 14 hari.
Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare dengan
cepat menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh dalam keadaan
Pengobatan:
rehidrasi oral.
18
- Susu bebas laktosa sebaiknya diberikan pada semua anak dengan
1) Konjungtivitis Neonatal
manifestasi dalam 28 hari pertama kehidupan. Infeksi ini umumnya diperoleh oleh
neonatus selama perjalanan melalui jalan lahir yang terinfeksi. Kondisi ini juga
komplikasi visual.
Infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, inflamasi akibat bahan kimia dan
konjungtivitis neonatal ini dan Neisseria gonorhea merupakan infeksi yang paling
serius. .
Gejala :
19
dapat terjadi unilateral ataupun bilateral, mata terlihat merah dan edem
Tindakan :
- Cuci mata bayi dengan larutan garam fisiologis sampai sekret hilang,
Gejala :
- Terdapat radang & mengeluarkan nanah, merah dan ada edema pada
tali pusar
20
Pengobatan :
gentamisin
Pencegahan :
- Tali pusat ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari2
(Moniliasis) yang dimulai sebagai bercak putih di lidah, bibir, dan mukosa mulut.
Pengobatan :
- Lokal dapat diberikan gentian violet 0,5% dioleskan pada lidah dan
mukosa mulut
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Di dalam
Wahab S, editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelsson.Jakarta. EGC;1996
2. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
3. Caserta, MT. Neonatal conjuctivitis. Diakses pada tanggal 2 agustus 2014.
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/infection_in_neonatal_c
onjuctivitis
4. Dorland, W.A. kamus saku kedokteran dorland, ed.28. Jakarta : EGC; 2009
5. Jeffrey S. Gerdes, MD. 2004. Diagnosis and management of bacterial
infections in the neonate. Diakses tanggal 5 September 2013 di
http://www.researchgate.net/publication/8433758_Diagnosis_and_management
_of_bacterial_infections_in_the_neonate/file/504635227717973904.pdf
6. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar
neonatologi. Edisi 2. Jakarta: IDAI. 2008.
7. Kosim MS. Infeksi Neonatal Akibat Ketuban Keruh. Sari Pediatri, vol. 11, No.
3, Oktober 2009 ; 212-18
8. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 1. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011
9. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 2. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011
10. Rauf, syarifuddin. Standar pelayanan medik. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UNHAS RS. Wahidin Sudirohusodo. Makassar; 2009.
11. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi &
pediatri tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
22