Asri Hidayati - d16

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 93

PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENSUPORT

SOSIALISASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3)
PT TELKOM DIVRE IV JATENG DIY

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya program
studi Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret

Oleh :
Asri Hidayati
NIM : D1605085

PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
PERSETUJUAN

PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MENSUPORT


SOSIALISASI
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3)
PT TELKOM DIVRE IV JATENG DIY

Disusun oleh :
Asri Hidayati
D1605085

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji


Pada Program Studi Diploma III Public Relations
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Drs.Nuryanto, Msi
NIP.130 675 506
PENGESAHAN

Tugas Akhir ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Tugas Akhir Program

D3 Komunikasi Terapan FISIP

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia Tugas Akhir

1. Drs.H.Sutopo. JK, MS ( )
( NIP . 131 283 611)

2. Drs. Nuryanto, M.si ( )


( NIP . 130 675 506 )

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan FISIP

Drs.H. Supriyadi, SN. SU


NIP. 130 936 616
MOTTO

Setiap langkah dalam perjalanan hidup


merupakan proses dari usaha menuju satu titik kemenangan.
(Asri Hidayati)

Biarkan lara ini hadir lebih awal


Jika kebahagiaan sedia berteman lebih lama dalam waktu yang tepat.
(Asri Hidayati)

Kebahagiaan tidak tergantung pada siapa diri anda atau


Apa yang anda miliki
Melainkan semata-mata pada apa yang anda pikirkan.
(Dale Carnegie)

Orang tak bisa menjalani hidup tanpa kepedihan

Kita hanya bisa memilih bagaimana mesti menggunakan kepedihan yang

disodorkan hidup pada kita.

(Bernie S Siegel,M D)
PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,

Sebagai rasa syukur atas segala nikmat

Bapak Ibuku Tersayang

Kakakku

Teman-teman seperjuangan

Almamater
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala kemudahan dan semangat yang menemani, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.

Kuliah Kerja Media ini merupakan salah satu proses dalam hidup penulis

yang banyak memberikan pengalaman untuk lebih memahami arti hidup serta siap

menghadapi hari esok di dunia kerja dengan segala rintangan. Adanya persaingan

di dunia kerja menuntut kita untuk lebih berwawasan dan berpengalaman untuk

mendapatkan tempat terbaik sesuai dengan jurusan yang kita ambil di perkuliahan.

Maka dari itu, kualitas mahasiswa dalam mendapatkan gelar kelulusan harus

ditingkatkan dengan persiapan yang lebih matang melalui praktek langsung di

lapangan kerja. Proses akhir Kuliah Kerja Media ini dapat berjalan lancar atas

peran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Supriyadi, SN, SU selaku Dekan FISIP UNS yang telah

memberikan ijin kepada penulis sehingga dapat melaksanakan Kuliah

Kerja Media.

2. Drs. A. Eko Setyanto, Msi. Selaku Ketua Program D III Komunikasi

Terapan FISIP UNS.

3. Drs. Nuryanto, Msi. Selaku Dosen Pembimbing atas bimbingannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.


4. Pihak PT Telkom Divre IV Jateng DIY yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Kuliah Kerja Media

terutama Bapak Sudjatmiko (Manajer Komunikasi), Bapak Andjar

Puspito (Instruktur), Bapak Madiman (Officer 2 Komunikasi

Eksternal), Bapak Teguh Budyanto (Officer 1 Komunikasi), Bapak

Agus, Bapak Hartono, dan semuanya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

5. Bapak Ibuku tersayang atas suka, duka, dan perjuangan yang tak kan

pernah lelah demi menuju satu arti.

6. Kakakku satu-satunya, Endah Cahyani.

7. Dwi Prasetyo atas waktu yang sedia hadir di setiap tawa, amarah, dan

penat. Keindahan yang turut mengukir lembaran kisah hidupku.

8. Keluargaku Teater Sopo, Kinasih 2, dan teman-teman PPT tempat

bermain dalam proses yang menjadikanku seperti sekarang.

9. Teman seperjuangan Kuliah Kerja Media, Luluk, Hepy, Dita atas

kerjasama yang kompak.

10. Teman-teman D3 Public Relations 2005 yang menemaniku berproses

dan belajar bersama.


Dalam sebuah proses tak ada yang sempurna, begitu juga dalam

penyusunan Tugas Akhir ini masih belum sempurna. Penulis mengharapkan saran

dan kritik yang dapat membangun demi kemajuan. Semoga Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, April 2008

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI............................................................................................................x

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Public Relations..............................................................................6

B. Fungsi Public Relations................................................................................9

C. Proses Komunikasi Public Relations..........................................................11

D. Kegiatan Public Relations..........................................................................12

BAB III. DESKRIPSI LEMBAGA

A. Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.............................................17

B. Profil Umum PT Telkom Divre IV Jateng DIY......................................24

C. Produk dan Layanan Unggulan..................................................................25


D. Strategi Kebijakan PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah dan DIY.............28

E. Bidang Usaha PT. Telkom.........................................................................34

F. Struktur Organisasi Divre IV.....................................................................40

G. Public Relations PT. Telkom Divre IV......................................................40

H. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT Telkom

Divre IV Jateng-DIY.................................................................................45

BAB IV. PELAKSANAAN DAN FOCUS OF INTEREST KULIAH KERJA

MEDIA

A. Pelaksana dan pelaksanaan KKM..............................................................64

B. Identifikasi Kendala Pelaksanaan...............................................................70

C. Focus of interest........................................................................................72

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................77

B. Saran...........................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79

LAMPIRAN...........................................................................................................80
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Mita KSO.......................................................................................22

Tabel 2 Main Product &Service..................................................................26

Tabel 3 Tingkat Pencapaian SMK3.............................................................48


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Logo Telkom.....................................................................................32

Gambar 2 Slogan Telkom..33

Gambar 3 Maskot Telkom.33

Gambar 4 Siklus Penerapan SMK3........50

Gambar 5 Safety Sign75

Gambar 6 Ruang B3 ( Bahan, Berbahaya, Beracun )........................................76

Gambar 7 Emergency sign.................................................................................76


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal mulanya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi satu-

satunya penyedia jasa telekomunikasi Indonesia yang merupakan perusahaan

pemerintah yang menjalankan bisnis secara monopoli. Namun dengan seiring

perkembangan zaman menuju era globalisasi, PT Telkom tidak lagi menjadi satu-

satunya penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia dan secara otomatis tidak lagi

mengimplementasikan hak monopolinya.

Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan yang menyediakan jasa

telekomunikasi selain PT Telkom, baik perusahaan yang berasal dari dalam negeri

maupun perusahaan telekomunikasi dari luar negeri yang menyediakan dan

menjalankan jasa telekomunikasinya di negeri ini. Hal tersebut menyebabkan PT

Telekomunikasi Indonesia harus mampu bersaing dan bertahan dengan

perusahaan jasa telekomunikasi lainnya yang bersaing secara ketat untuk mampu

mendapatkan keuntungan, memperoleh pangsa pasar yang besar dan

mempertahankan maupun meningkatkan kualitas jasa pelayanan baik eksternal

maupun internal.

Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas perusahaan maka

diperlukan suatu sistem manajemen kualitas yang baik. PT Telekomunikasi

Indonesia telah menerapkan dan sedang menjalankan berbagai system

manajemen kualitas antara lain International Organization for Standardization


(ISO), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Ringkas,

Rapih, Resik, Rawat, Rajin, Ramah (6R).

Pada dasarnya semua sistem manajemen kualitas bertujuan untuk

mengkontrol dan meningkatkan performansi, karena mempunyai tujuan yang

sama, maka terdapat banyaknya kesamaan prosedur maupun klausa-klausa antara

semua sistem manajemen kualitas.

PT Telkom merupakan sebuah organisasi yang besar. Dimana organisasi

merupakan sebuah sistem, karena dalam organisasi terdiri dari bagian-bagian yang

saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lainnya. Selain itu organisasi

juga bersifat mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan dan bertujuan untuk

mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

Sebagai sebuah organisasi yang besar, PT Telkom mempunyai karyawan

dalam jumlah yang besar pula, untuk itu dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya dibutuhkan sebuah sistem manajemen yang dapat menjamin

keselamatan dan kesehatan kerja semua pihak internal Telkom yang disebut

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Setiap individu

yang ada di PT Telkom berhak mendapatkan pelayanan dari adanya Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang didukung dengan suatu

sistem yang disebut 6R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawa, Rajin, Ramah).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan


pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam rangka pengendalian

resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif.

Tidak bisa dipungkiri, setiap unit kerja dalam suatu organisasi perusahaan

akan senantiasa berusaha untuk menyukseskan berbagai kebijakan yang

digariskan manajemen. Setiap pihak yang terkait dengan PT Telkom mulai dari

Manajer, karyawan, mitra sampai dengan siswa atau mahasiswa yang sedang

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan berhak dan wajib untuk mengetahui segala

informasi berkaitan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

demi kelangsungan mereka di perusahaan yang menaungi mereka. Tentunya

asumsi setiap individu dalam memahami Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja sangatlah bervariasi, disinilah tugas seorang Public Relations

dalam fungsinya sebagai penyelenggara internal relations untuk mensosialisasikan

adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Telkom

Divre IV. Segala informasi terbaru sampai dengan audit harus sampai pada semua

pihak dengan satu pengertian yang sama, sehingga dalam melaksanakan kebijakan

manajemen tidak terdapat suatu kendala yang menghambat. Hal inilah yang

menyebabkan Team Public Relations PT Telkom Divre IV melakukan usahanya

dalam implementasi pelaksanaan sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja kepada semua pihak yang terkait di PT Tellkom melalui berbagai

media internal yang ada.


B. Tujuan

1. Tujuan umum

Pelaksanaan Kuliah Kerja Media ini bertujuan untuk :

a. Memberikan pengalaman bagi mahasiswa sehingga mereka lebih siap

di dunia kerja dalam masyarakat dan mampu menerapkan wawasan

teoristis Ilmu Komunikasi dalam Kuliah Kerja Media.

b. Agar mahasiswa mengetahui gambaran dunia komunikasi secara nyata

pada lembaga media penyiaran, periklanan, atau mengetahui tantangan

dunia kerja yang semakin kompetitif.

c. Meningkatkan kreatifitas dan profesionalitas mahasiswa agar dapat

memprediksikan dan mempersiapkan diri dalam persaingan di era

globalisasi.

d. Mahasiswa mampu secara kritis memanfaatkan teknologi komunikasi

dalam dimensi kerakyatan dan dengan memanfaatkan media

penyiaran, periklanan dan public relations demi kepentingan rakyat.

e. Membina hubungan baik antara fakultas dan lembaga dimana

mahasiswa melaksanakan Kuliah Kerja Media.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui secara langsung tugas-tugas seorang praktisi Public

Relations di PT Telkom Divre IV Jateng dan DIY demi meningkatkan

kemajuan perusahaan dengan kinerja yang bisa

dipertanggungjawabkan.
b. Mempelajari bagaimana seorang Public Relations menyampaikan

berbagai informasi baik secara internal maupun eksternal agar sampai

pada sasaran komunikasi tanpa adanya perbedaan asumsi.

c. Mempelajari cara kerja Public Relations dalam menghadapai berbagai

isu-isu mengenai perusahaan yang beredar di publik, baik isu positif

ataupun negatif.

d. Mempelajari cara penulisan, penyusunan, ataupun pendistribusian

news release, foto-foto ataupun artikel-artikel untuk dikonsumsi

kalangan media massa.

e. Mempelajari pengorganisasian acara konferensi pers ataupun

kunjungan kalangan media massa ke perusahaan. Dan juga bagaimana

seorang Public Relations menjalankan fungsinya sebagai penyedia

informasi bagi media massa


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Public Relations

Public Relations yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan

istilah hubungan masyarakat atau disingkat Humas, merupakan lapangan baru di

bidang komunikasi yang tumbuh dan berkembang sangat cepat hingga saat ini.

Perkembangannya berkaitan erat dengan kemajuan masyarakat di berbagai

bidang, terutama di bidang industri, bisnis, perusahaan bahkan akhr-akhir ini juga

berkembang pesat di bidang politik dan pemerintah.

Pesatnya perkembangan di berbagai bidang tersebut, ternyata telah

menimbulkan masalah baru yang dapat menghalangi tercapainya tujuan manusia.

Kemajaun dalam bidang pendidikan, misalnya dapat membuat manusia semakin

dinamis dan kritis, ingin mempertahankan pendapatnya dan berbuat menurut

pendiriannya dan sebagainya, baik secara individual maupun kelompok. Hal inilah

yang dapat menimbulkan kekacauan dan pertentangan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk menciptakan kerjasama,

public relations (sering juga disebut dengan istilah purel) merupakan kebutuhan

dalam masyarakat dewasa ini, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

bidang, misalnya bidang industri, perusahaan, pendidikan, pemerintahan,

kerohanian, sosial ekonomi, politik, perburuhan dan sebagainya.

Kegiatan purel pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi. Tetapi

berbeda dengan jenis komunikasi lainnya, purel mempunyai ciri-ciri tertentu,


disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga dimana purel itu berada

dan berlangsung, sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang menjadi

sasaran, faktor-faktor eksternal mempengaruhi dan sebagainya yang bersifat khas.

Ciri hakiki dari komunikasi dalam publik relations adalah komunikasi yang

bersifat timbal balik (two- way traffic).

Banyak pakar telah mengemukakan pendapatnya tentang definisi dan

pengertian Public Relations. Menurut hasil survey yang telah diadakan oleh

majalah Public Relations News di Amerika Serikat pada tahun 1947, dua ribu

orang terkemuka dalam bidang Public Relations telah menyatakan definisi mereka

tentang Public Relations. Satu sama lain berbeda pendapat, sebab masing-masing

mempunyai dasar pandangan dan pemikiran sendiri-sendiri. Dari dua ribu definisi

yang terkumpul, tiga diantaranya terpilih menjadi definisi terbaik. Pilihan yang

dilakukan oleh sebuah panitia yang beranggotakan para Public Relations itu jatuh

pada (Griswold, 1948 : 4) salah satunya yaitu definisi dari W. Emerson Reck,

seorang Public Relations Director pada Colgate University, yang berbunyi :

"Public Relations is the continued process of keying policies, services,

and actions to the best interest of those individual and groups whose

confidence and goodwill an individual or institution covets, and secondly,

it is the interpretation of these policies, services, and actions to assure

complete understanding and appreciation."


Yang maknanya sebagai berikut : Public Relations adalah kelanjutan dari

proses penetapan kebijaksanaan, pelayanan, dan sikap yang disesuaikan dengan

kepentingan orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh

kepercayaan dan jasa baik dari mereka, sedangkan pelaksanaan kebijaksanaan,

pelayanan dan sikap itu adalah untuk menjamin adanya pengertian dan

penghargaan yang sebaik-baiknya.

Denny Griswold, editor PR News, pada tahun 1948 mengungkap tentang

batasan PR yaitu :

Public Relations is the management functions which evaluates public

attitudes, identifies the policies and procedures of an individual organization with

the public interest and plans excutes a program action to earn public

understanding and acceptance ( dalam Bitter, 1989 : 241).

Batasan dari Griswold menyatakan bahwa PR adalah fungsi manajemen

yang mengevaluasi publik, memperkenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari

suatu individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan membuat

perencanaan dan melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperoleh

pengertian dan pengakuan publik.


Cutlip dan Center (1958 : 6) dalam bukunya Effective Public Relations

mengemukakan bahwa :

Public Relations is the communications and interpretation, and


the communications and the ideas from an institutions to its publics, and
the communications of information, ideas and opinions from those publics
to the institutions, in a sincere effort to establish mutuality of interest and
this achieves the harmonious adjustment of an institution to its
community.

Artinya, Public Relations adalah suatu kegiatan komunikasi dan

penafsiran, serta komunikasi-komunikasi, dan gagasan-gagasan dari suatu

lembaga kepada publiknya, dan pengkomunikasian informasi, gagasan gagasan

serta pendapat dari publiknya itu kepada lembaga tadi, dalam usaha yang jujur

untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga dapat tercipta suatu

persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan masyarakatnya.

Dari definisi Cultip dan Center itu tergambar adanya ciri khas dari Public

Relations, yaitu suatu kegiatan timbal balik antara lembaga dengan publiknya.

Tidak saja melakukan kegiatan kepada publiknya yang ada di luar lembaga, tetapi

juga pihak publiknya melakukan kegiatan terhadap lembaga itu, sehingga

terjadilah suatu pengertian bersama dalam meraih kepentingan bersama. Dengan

pengertian demikian kita bisa mengetahui adanya sifat komunikasi dua arah dalam

Public Relations. Dalam proses komunikasinya, Public Relations tidak hanya

menyampaikan informasi, tetapi juga menerima informasi dari publiknya. Sifat

timbal baliknya itu bukan hanya memberi, tetapi juga menerima. Jadi, untuk
berkomunikasi dengan publiknya akan menimbulkan dua jalur penghubung

karena itu Public Relations harus diartikan jamak dan Public Relations juga

merupakan sebuah team work.

B. Fungsi Public Relations

Setelah mengetahui definisi dari PR, lebih lanjut akan dibahas mengenai

fungsi yang dimilikinya, menurut pakar Humas Internasional, Cutlip & Centre and

Canfield (1982) fungsi Public Relations dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan


bersama ( fungsi melekat pada manajemen lembaga/ organisasi )
2. Membina hubungan baik yang harmonis antar badan/ organisasi
dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,
persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/ organisasi yang
diwakilinya atau sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan kepada
pimpinan manajemen demi tujuan bersama
5. Menciptakan komunikasi dua arah/ timbal balik dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/ organisasi ke publiknya
atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
( Rosady Ruslan, 2001 : 20 )

C. Proses Komunikasi Public Relations

Proses komunikasi seorang Publik Relations dapat dikategorikan sebagai

berikut :

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian paduan

pikiran dan perasaan seseorang secara langsung kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol). Dalam kehidupan sehari-hari terdapat


sejumlah lambang yang dipergunakan untuk berkomunikasi, yang

diklasifikasikan sebagai lambang verbal dan nonverbal.

1. Komunikasi Verbal

Bahasa merupakan lambang verbal yang terdiri atas kata-kata yang

paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena bahasa mampu

menyatakan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain

mengenai hal yang konkret maupun abstrak.

2. Komunikasi nonverbal

Selain bahasa, terdapat beberapa lambang lain yang dalam proses

komunikasi secara primer adakalanya dipergunakan. Meskipun

demikian, keampuhannya dalam situasi-situasi tertentu melebihi

bahasa. Media primer ini yaitu kial (gesture/isyarat dengan anggota

tubuh), gambar dan warna.

b. Komunikasi tatap muka sebagai komunikasi primer

Komunikasi primer berlangsung secara tatap muka, saling menatap

atau saling melihat antara komunikator dengan komunikan sebagai pelaku

komunikasi. ( Onong Uchjana Effendy, 1986, 71-78 )


D. Kegiatan Public Relations

Kegiatan Public Relations adalah kegiatan yang ditujukan untuk

publiknya. Berdasarkan jenis publiknya kegiatan Public Relations terbagi menjadi

dua yaitu :

1. Internal Public Relations.

Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi

bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Dan mampu

mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif

di dalam masyarakat, sebelum kebijaksanaan itu dijalankan oleh organisasi

(Rosady Ruslan, 2001, 24). Kegiatan Internal Public Relations merupakan

kegiatan yang ditujukan untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik

internal adalah keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam

keberhasilan perusahaan, seperti karyawan, manajer, supervisor, pemegang

saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya.

Internal Publik Relations yang baik adalah yang memperlakukan tiap

karyawan dengan sikap yang sama, tanpa membeda-bedakan tingkat,

pendidikan, dan lain-lain. Tapi bertindak adil, tidak memihak sesuatu

golongan, jujur dan bijaksana ; sebab tiap anggota mulai dari pemimpin

sampai dengan pesuruh merupakan bagian dari keseluruhan badan itu ( Oemi

Abdurrachman, 1986, 37 ).
Kegiatan hubungan internal yang dilakukan oleh seorang Public

Relations Officers antara lain :

a. Hubungan dengan karyawan (employee relations)

Seorang Public Relations harus mampu berkomunikasi dengan

segala lapisan karyawan baik secara formal maupun informal untuk

mengetahui kritik dan saran mereka sehingga bisa dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam

organisasi/perusahaan. Seorang Public Relations harus mampu

menjembatani komunikasi antara pimpinan dan karyawan. Karena

dengan diadakan program employee relations diharapkan akan

menimbulkan hasil yang positif yaitu karyawan merasa dihargai dan

diperhatikan oleh pimpinan perusahaan. Sehingga dapat menciptakan

rasa memilki (sense of belonging), motivasi, kreativitas dan ingin

mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin.

b. Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)

Seorang Public Relations juga harus mampu membina hubungan yang

baik dengan pemegang saham, serta mampu mengkomunikasikan apa

yang terjadi dalam organisasi/perusahaan. Karena sebagai penyandang

dana, mereka harus selalu tahu perkembangan perusahaan secara

transparan agar dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap

perusahaan. Dengan demikian akan menghilangkan kesalahpahaman

dan kecurigaan terhadap perusahaan ( Onong Uchjana Effendy, 1989,

144-149 ).
2. Eksternal Public Relations

Yang dimaksud publik eksternal adalah publik umum

(masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif

publik terhadap lembaga yang diwakilinya ( Rosady Ruslan, 2001, 25 ).

Kegiatan Eksternal Public Relations ini ditujukan untuk publik eksternal

organisasi/perusahaan, yaitu keseluruhan elemen yang berada di luar

perusahaan yang tidak berkaitan secara langsung dengan perusahaan, seperti

masyarakat sekitar perusahaan, pers, pemerintah, konsumen, pesaing dan lain

sebagainya.

Melalui kegiatan eksternal ini, diharapkan dapat menciptakan

kedekatan dan kepercayaan publik eksternal kepada perusahaan. Dengan

begitu maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara organisasi/

perusahaan dengan publik eksternalnya, sehingga dapat menimbulkan citra

baik atas perusahaan dimata publiknya.

Kegiatan hubungan eksternal yang dilakukan oleh seorang Public

Relations Officer, yaitu :

a. Hubungan dengan komunitas (community relations)

Membina hubungan dengan komunitas merupakan wujud

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan disekitar perusahaan. Ini

juga dapat diartikan sebagai tanda terima kasih perusahaan kepada

komunitas. Dengan begitu menunjukan bahwa perusahaan tidak hanya

sekedar mengambil keuntungan dari mereka, melainkan ikut peduli


dan mau berbagi apa yang diperoleh perusahaan dari lingkungan yang

merupakan milik bersama.

b. Hubungan dengan pelanggan (costumer relations)

Membina hubungan baik dengan pelanggan, dilakukan agar

dapat meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan terhadap

produk dan perusahaan itu sendiri.

c. Hubungan dengan pers (press relations)

Yang dimaksudkan dengan pers disini, ialah pers dalam arti

luas yakni semua media massa; jadi selain surat kabar dan majalah,

juga kantor berita, siaran radio, siaran televisi, film, balai iklan dan

sebagainya. Media massa tersebut banyak sekali bantuannya kepada

organisasi kekaryaan untuk mencapai publik yang tersebar luas.

Hubungan baik yang terpelihara terus dengan orang-orang media

massa akan memperlancar kegiatan publikasi. Hubungan dengan pers

dapat dilakukan melalui kontak formal dan kontak informal. Bentuk

hubungan melalui kontak formal antara lain konfrensi pers, wisata pers

(press tour), taklimat pers (press briefing), dan resepsi pers.

Sedangkan bentuk hubungan melalui kontak informal antara lain

keterangan pers, wawancara pers, dan jumpa pers (press gathering).

d. Hubungan dengan pemerintah (government relations)

Sebuah organisasi kekaryaan tidak bisa tidak akan ada

hubungannya dengan instansi-instansi pemerintah. Komunikasi dengan


jawatan tersebut dalam rangka membina goodwill dan hubungan

harmonis, akan banyak membantu memperlancar jalannya organisasi.

( Onong Uchjana Effendy, 1989, 150 -153 )


BAB III

DESKRIPSI LEMBAGA

Seluruh deskripsi dalam BAB III ini berasal dari file yang diberikan oleh

PT Telkom Divre IV Jateng dan DIY.

A. Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom) merupakan perusahaan

penyelenggara informasi dan telekomunikasi serta penyedia jasa dan jaringan

telekomunikasi secara lengkap yang terbesar di Indonesia. Saat ini Telkom

merupakan perusahaan public dengan pemegang saham mayoritas adalah

Pemerintah Indonesia, yaitu sebesar 65%. Sejarah penyelenggaraan

Telekomunikasi di Indonesia diawali dengan adanya sebuah badan usaha bernama

Post-en Telegraafdients yang didirikan dengan staatsblad No. 52 Tahun !884.

penyelenggara Telekomunikasi di Hindia Belanda (Indonesia) pada waktu itu

awal mulanya diselenggarakan oleh swasta. Bahkan sampai tahun 1905 tercatat 38

perusahaan telakomunikasi yang pada tahun 1960 diambil alih oleh pemerintah

Hindia Belanda berdasarkan Staatsblad No. 395 Tahun 1906.

Sejak itu berdirilah Post Telegraaft en Telefoondienst atau disebut PTT-

Dients. PTT Dients ditetapkan sebagai perusahaan negara berdasarkan Staatsblad

No. 419 Tahun 1927 tentang Indonesische Bedrijvenment (I.B.W Undang-undang

perusahaan Negara). Jawatan PTT ini berlangsung sampai dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No. 19 Tahun 1960 oleh

Pemerintah Republik Indonesia, tentang persyaratan suatu Perusahaan Negara dan


PTT-Dients memenuhi syarat untuk tetap menjadi suatu Perusahaan Negara (PN).

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 240 Tahun 1961, tentang

pendirian perusahaan Negara Post dan Telekomunikasi disebutkan, bahwa

perusahaan Negara sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 I.B.W dilebur ke

dalam Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Pos dan Telekomunikasi).

Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah memandang perlu untuk membagi

Pos dan Telekomunikasi menjadi 2 perusahaan Negara yang berdiri sendiri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1965, maka berdirilah

perusahaan Negara Pos dan Giro ( PN Pos dan Giro) dan perusahaan Negara

Telekomunikasi (PN Telekomunikasi) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 30 Tahun 1965.

Bentuk Perusahaan Negara ini pun dikembangkan menjadi Perusahaan

Umum (Perum) Telekomunikasi melalui Peraturan Pemerintah No 36 Tahun

1974. dalam peraturan tersebut dinyatakan pula Perusahaan Umum

Telekomunikasi (Perumtel) sebagai usaha tunggal penyelenggara jasa

Telekomunikasi untuk umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negeri

maupun luar negeri. Tentang hubungan Telekomunikasi luar negeri pada saat itu

juga diselenggarakan oleh PT. Indonesian Satelite Corporate (Indosat) yang

masih berstatus perusahaan asing, yakni dari American Cable & Radio

Corporation, suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan Peraturan Perundangan

Negara Bagian Delaware AS. Tahun 1980 saham Indosat kemudian dibeli oleh

Pemerintah Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa Telekomunikasi untuk umum,

pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1980 tentang

Telekomunikasi untuk umum yang isinya tentang perubahan atas peraturan

pemerintah No. 22 Tahun 1974. Berdasarkan peraturan pemerintah No.53 Tahun

1980, Perumtel ditetapkan sebagai badan usaha yang berwenang

menyelenggarakan Telekomunikasi untuk umum dalam negeri Indosat ditetapkan

sebagai badan usaha penyelenggara Telekomunikasi untuk umum internasional.

Memasuki repelita V pemerintah merasakan perlunya percepatan

pembangunan telekomunikasi, karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat

memacu pembangunan sektor lainnya. Selain itu, penyelenggaraan telekomunikasi

membutuhkan manajemen yang lebih profesional sehingga perlu meningkatkan

bentuk perusahaan. Untuk itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun

1991 maka bentuk perusahaan umum dialihkan menjadi Perseroan Terbatas (PT),

sejak itulah berdiri PT. Telekomunikasi Indonesia (PT.TELKOM).

Tanggal 1 Januari 1995 merupakan awal dari penghapusan struktur

wilayah usaha telekomunikasi (WITEL) dan peresmian dimulainya era divisi.

Sebagai pengganti WITEL, bisnis bidang utama dikelola tujuh Divisi Regional

dan satu Divisi Network. Divisi Regional menyelenggarakan jasa telekomunikasi

di wilayah masing-masing, sedangkan Divisi Network menyelenggarakan jasa

telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasian jaringan utama

nasional. Adapun Divisi Regional Telkom membagi wilayah-wilayah sebagai

berikut :
1. Divisi Regional I, untuk daerah Sumatera.

2. Divisi Regional II, untuk daerah Jakarta dan sekitarnya.

3. Divisi Regional III, untuk daerah Jawa Barat.

4. Divisi Regional IV, untuk daerah Jawa Tengah & Daerah

Istimewa Yogyakarta.

5. Divisi Regional V, untuk daerah Jawa Timur.

6. Divisi Regional VI, untuk daerah Kalimantan.

7. Divisi Regional VII, untuk daerah Kawasan Timur Indonesia yang

meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

Bentuk organisasi fungsional divisional yang diterapkan pada saat itu

berdasarkan geografis yang bersifat product centric bukan customer cendric

seperti yang sekarang ini diterapkan PT Telkom pada waktu itu belum dibentuk

berdasarkan segmentasi pelanggan tetapi masih berdasarkan fungsional. Dalam

struktur organisasi yang berbasis geografis, divisi regional mempunyai otoritas

dalam mengatur unit-unit bisnis dan divisi-divisi lain di wilayah regionalnya.

Divre berlaku sebagai kantor pusat Telkom dalam suatu regional tertentu yang

menjalankan dan mengatur operasional bisnis PT Telkom sehari-hari. Sedangkan

kantor pusat Telkom berfungsi sebagai koordinator dan pengatur kebijaksanaan

secara menyeluruh.

Masing-masing Divisi dikelola oleh satu tim manajemen yang terpisah

berdasarkan prinsip desentralisasi serta bertindak sebagai pusat investasi (untuk

Divisi Regional) dan pusat keuntungan (untuk Divisi Network) serta mempunyai

laporan keuangan yang terpisah.


Sejak 1 Januari 1996, berdasarkan KSO Agreement No.223/HK.810/UT-

00/1995 tanggal 20 Oktober 195, terjadi perubahan status yang semula sebagai

usaha Telkom murni menjadi status usaha bersama dengan sistem kerja sama

operasional (KSO) antara PT Telkom dengan Mitra Global Telekomunikasi

Indonesia (MGTI). Sejak saat itu pula beberapa Divisi Regional dalam

pengelolaannya bekerja sama dengan pihak MGTI, yaitu :

1. Divisi Regional I, untuk daerah Sumatera

2. Divisi Regional III, untuk daerah Jawa Barat

3. Divisi Regional IV, untuk daerah Jawa Tengah & Daerah Istimewa

Yogyakarta

4. Divisi Regional VI, untuk daerah Kalimantan

5. Divisi Regional VII, untuk daerah Kawasan Timur Indonesia yang

meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

Sedangkan yang dikelola PT Telkom murni adalah :

1. Divisi Regional II, untuk daerah Jakarta dan sekitarnya

2. Divisi Regional V, untuk daerah Jawa Timur

KSO merupakan salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dan PT

Telkom untuk mengembangkan jumlah saluran telepon dengan mengikutsertakan

swasta. Kelima konsorium swasta yang terlibat dalam pelaksanaan KSO ini.

Kelima konsorsium tersebut memperoleh kewenangan dan hak untuk

mengembangkan dan mengelola divisi regional PT Telkom, untuk dan atas nama

PT Telkom. Mitra KSO untuk masing-masing wilayah pada awal perjanjian KSO

adalah :
Tabel 1 : Mitra KSO

DIVRE MITRA KSO WILAYAH

Divre I PT Pramindo Nusantara Sumatra

Divre III PT Aria West International Jawa Barat & Banten

Divre IV PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia Jawa Tengah & DIY

Divre V PT Daya Mitra Malindo Kalimantan

Divre VI PT Bukaka Singtel International Indonesia Timur

Masa KSO ditetapkan selama 15 tahun dan pada akhir masa KSO seluruh

hak, kepemilikan dan kepentingan mitra KSO yang berkaitan dengan

sarana/jaringan baru dan semua pekerjaan yang sedang berjalan harus dialihkan

kepada PT Telkom. Dari 5 juta SST yang harus dibangun selama repelita VI, 2

juta SST dilaksanakan oleh mitra KSO. Program KSO ini sebenarnya adalah

langkah gemilang PT Telkom. Program ini diharapkan akan menguntungkan

seluruh stakeholders PT Telkom dengan tercapainya kepentingan masing-masing

secara seimbang. Pertama, dari sisi karyawan diharapkan akan menguntungkan

seluruh stakeholders PT Telkom yang memiliki kapabilitas kelas dunia melalui

alih teknologi, mengingat salah satu mitra KSO adalah perusahaan global

terkemuka di dunia. Kedua, dari sisi perusahaan PT Telkom akan memperoleh

pendapatan tetap berupa Minimum Telkom Revenue (MTR) atas penyerahan

pengoperasian perangkat yang ada dan Distributed Telkom Revenue (DTR) dari

bagian keuntungan pengoperasian. Ketiga, dari sisi mitra KSO, mereka akan

mendapat profit berupa DTR yang mencukupi untuk pengembalian investasi yang
mereka tanamkan. Dari sisi pelanggan, mereka diharapkan akan mendapat

pelayanan berkelas dunia karena KSO dikelola oleh perusahaan berkelas dunia.

Pola KSO ini pada mulanya berjalan cukup baik namun krisis ekonomi

yang menghadang di pertengahan tahun 1997 membuat mitra KSO kesulitan

dalam melaksanakan komitmen mereka ke PT Telkom dan menghambat pola

kemitraan ini. Para mitra KSO mempunyai beban utang yang membengkak akibat

melemahnya rupiah terhadap mata uang asing. Selain itu persoalan lain datang

dari pihak karyawan. Menurut mereka implementasi KSO tidak memberikan

dampak yang positif malah cenderung merugikan Telkom. Alih teknologi yang

diharapkan berlangsung pada kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan.

Setelah mengalami proses penyelesaian yang cukup panjang, akhirnya PT

Telkom memutuskan untuk membeli (buy out) beberapa mitra KSO. Divisi KSO

yang sudah di buy out PT Telkom sampai semester I tahun 2003 adalah Divre I

Sumatra dan Divre VI Kalimantan, sedangkan Divre III Jawa Barat di buy out

pada semester II tahun 2003.

Kelemahan KSO selama ini terletak pada pola kerjasama yang temporer

dan kaku. Hal ini akan mengakibatkan terbatasnya minat mitra KSO untuk

melakukan investasi lain yang diperlukan, karena kontrak yang mereka miliki

mempunyai batas waktu tertentu. KSO yang kaku juga akan menyulitkan PT

Telkom ataupun mitra KSO dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang

diperlukan dengan berubahnya iklim bisnis dan kompetisi. Sehingga

mengakibatkan tidak fleksibelnya strategi bisnis yang dapat diterapkan PT

Telkom maupun mitra KSO.


Pada tahun 2004 PT telom Divre IV juga melakukan penyelarasan

organisasi akibat pemutusan kerjasama dengan mitra KSO. Penyelarasan ini

dituangkan dalam Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT Telkom Nomor

KD.04/PS150/CTG-10/2004 bahwa sesuai amandemen No.

Tel06/HK.810/UTA00/2004 tentang perubahan dan pernyataan kembali perjanjian

KSO antara PT Telkom dan Mitra Global Telekomunikasi Indonesia bahwa

kontrol dan pengendalian operasional Divre IV sepenuhnya oleh PT

Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

B. Profil Umum PT Telkom Divre IV Jateng - DIY

Divisi Regional IV Jateng dan DIY merupakan salah satu unit bisnis PT.

TELKOM yang mengemban tugas menyelenggarakan jasa informasi dan

komunikasi (InfoCom) di wilayah propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta yang terbagi atas 5 kantor daerah Pelayanan

Telekomunikasi (Kandatel). Sedangkan luas pelayanannya sekitar 35.731 km

persegi dengan densitas telepon 2,39 per 100 penduduk pada tahun 2004.

Adapun kelima Kandatel tersebut adalah :

Kandatel Semarang, berkedudukan di wilayah Semarang dan membawahi

wilayah pemerintahan kota dan kabupaten Semarang, Kendal, Ungaran,

Ambarawa, Kudus, Demak dan Salatiga

Kandatel Yogyakarta, berkedudukan di Yogyakarta dan membawahi wilayah

pemerintah kota dan kabupaten Yogyakarta, Magelang, Purworejo, Muntilan,

Kebumen, Temanggung, Gombong, Bantul, Sleman, Wonosari, dan Wates


Kandatel Solo, berkedudukan di Solo dan membawahi wilayah pemerintahan

kota dan kabupaten Solo, Sukoharjo, Boyolali, Cepu, Blora, Jepara, Klaten,

Pati, Rembang, Purwodadi, Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri

Kandatel Pekalongan, berkedudukan di Pekalongan dan membawahi wilayah

pemerintahan kota dan kabupaten Pekalongan , Brebes, Tegal, Pemalang,

Slawi, dan Batang

Kandatel Purwokerto, berkedudukan di Purwokerto dan membawahi wilayah

pemerintahan kota dan kabupaten Purwokerto, Purbalingga, Wonosobo,

Banjarnegara, dan Cilacap.

C. Produk dan Layanan Unggulan

Bisnis yang dijalankan Telkom Divisi Regional IV adalah menyediakan

produk layanan dan jaringan telekomunikasi, yang berstatus:

a. Sebagai Poduct Owner (PO) yang menyediakan produk utama

TELKOM

b. Lokal yang memberikan layanan voice dengan menggunakan Fixed

Wired Access.

c. Sebagai Delivery Channel (DC) Telkom Divre IV memberikan

layanan berbagai produk yang dimiliki oleh Product Owner (PO)

lainnya sebagai TELKOM Long Distance, Multi Media Division,

Fixed Wireless Division.

d. Telkom Divre IV juga mendukung Delivery Channel lainnya dalam

melayani Corporate Costumer Cluster 1,2,3 di area Divre IV yang


menjadi pelanggan dari Interprise Service Centre (ESC), dan

dipresentasikan oleh UCC yang berada dalam area Telkom Divre Iv.

Selain itu juga Other Lisences Operator (OLO) yang menjadi

pelanggan Corporate Interconection Service Centre (CISC), dan yang

direpresentasikan oleh Representative Office (RO) CISC.

e. Berdasarkan area bisnisnya tersebut, Telkom Divre IV menentukan 8

produk utamanya berdasarkan SK KADIVRE IV No. 23/HK.220/RE4-

510/2004. Produk dan layanan unggulan yang dipilih berdasarkan

prospek bisnis dan besar kontribusinya terhadap pendapatan

perusahaan, antara lain:

Tabel 2 : Main Product & Service

No Produk & Layanan Umum Pemilik Produk DC

1 TELKOM Lokal DIVRE IV DIVRE

2 TELKOM SLJJ TLD DIVRE

3 TIC-007 TLD DIVRE

4 TELKOM LINK TLD DIVRE

5 TELKOM FLEXI FWN MultI DIVRE

6 TELKOM NET Media Multi DIVRE

7 TELKOM SAVE Media DIVRE

8 TELKOM GLOBAL 017 Media Multi DIVRE

Sumber : Dokumentasi Aplikasi Malcolm Baldrige 2004


Produk dan layanan yang dimiliki Telkom Divre IV dapat membantu

kelancaran komunikasi dan aktivitas sehari-hari para pelanggannya. Dalam

menyampaikan produk dan layanan kepada pelanggan, Telkom Divre IV

menggunakan mekanisme sebagai berikut:

a. Langsung (Direct Delivery)

Khusus untuk Corporate Costumer, transaksi untuk instalasi produk

melalui account manager yang selanjutnya dikelola oleh ESC, dan untuk

personal costumer dikelola oleh Pelayanan Telekomunikasi (YANTEL)

yang tersebar di seluruh area Divre IV (16 YANTEL).

b. Dealers

Disebut juga sebagai Intermediate Costumer, seperti Warung Telkom

yang diposisikan sebagai mitra pengelola telepon umum.

c. Distributor

Divre IV bekerjasama dengan beberapa distributor dalam menyediakan

Telkom Flexi untuk post-paid maupun pre-paid.

d. Partners

Dalam pengembangan pemasaran, Divre IV bekerjasama dengan

pengelola kawasan-kawasan tertentu seperti kawasan industri,

perumahan, apartemen, dan perkantoran.


D. Strategi Kebijakan PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah dan DIY

1. Visi dan Misi Perusahaan

a) Visi Perusahaan

Untuk mencapai tujuan perusahaan, Divre IV

mengimplementasikan Visi Divre IV dalam mendukung Visi Telkom

Korporasi, yaitu:

Visi Jangka Panjang :

Masuk Surga

Visi ini mempunyai arti pertanggungjawaban moral dan etika

bahwa setiap insani Divre IV suatu saat pasti mati dan mempunyai

impian masuk surga.

Visi Jangka Menengah :

To become a leading infocom player in Indonesia

Telkom bukan lagi perusahaan yang memonopoli pasar

telekomunikasi di Indonesia. Dalam era globalisasi ini, kompetisi

menjadi ajang yang harus dijalani oleh perusahaan manapun masing-

masing perusahaan akan berlomba-lomba dalam memperebutkan

perhatian customer.

Menjadi Infocom Player mengandung arti bahwa Telkom bergerak dalam

bisnis informasi dan komunikasi yang secara konkrit diwujudkan dalam bentuk

keragaman produk jasa. Semua layanan yang disajikan hanya POTS (Plain

Ordinary Telephone Service), kini menjadi PMVIS (Phone, Mobile, View,

Internet, Services).
Leading infocom player in Indonesia mengandung pengertian bahwa Divre

IV ingin menjadi unit bisnis yang mempunyai performansi unggul di wilayah

Indonesia.

Visi Jangka Pendek :

Sukses PKAP

Visi ini mempunyai pengertian bahwa Divre IV dalam usaha mencapai

visi jangka menengahnya dalam membuat perencanaan kerjanya untuk tujuan

efektif dan efisien.

b) Misi Perusahaan

Misi korporasi dinyatakan dalam Turn Around Management (TAM)

1. Memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan.

2. Sapu bersih fraud

3. Perkuat Internal control

4. Tingkatkan kompetensi SDM

5. Raih pendapatan setinggi-tingginya

6. Efisiensi biaya

7. Reward bagi yang berprestasi, punishment bagi yang bersalah.

Sedangkan Misi Divre IV dalam mewujudkan Misi Korporasi adalah :

1. TELKOM menjamin bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan

terbaik, berupa kemudahan, kualitas produk, kualitas jaringan

dengan harga yang kompetitif.

2. TELKOM akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek yang

terbaik dengan mengoptimalisasi SDM yang unggul, menggunakan


teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang

menguntungkan secara timbale balik (win-win solution) dan saling

mendukung secara sinergis.

2. Budaya Perusahaan

THE TELKOM WAY 135 sebagai budaya korporasi yang dikembangkan

PT Telkom merupakan bagian terpenting dari upaya perusahaan untuk

meneguhkan hati, merajut pikiran dan menyelerasikan langkah semua insan

Telkom dalam menghadapi persaingan bisnis InfoCom.

Di dalam The Telkom Way 135 terkandung beberapa unsur yang secara

integral harus menjiwai insan TELKOM, yaitu :

1. Asumsi dasar yang disebut

Asumsi dasar adalah anggapan atau pandangan yang menentukan

bagaimana insan Telkom mempersepsi, berfikir dan merasakan sesuatu.

Esensi dari budaya Telkom terletak pada asumsi dasar ini.

Asumsi mempunyai makna keyakinan yang

senantiasa diteguhkan oleh setiap insan Telkom dalam hati bahwa dengan

memberikan yang terbaik pada stakeholder lah perusahaan bisa

mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidupnya.

2. Tiga nilai inti, mencakup :

a. Customer Value

Merupakan manfaat bersih yang diperoleh pelanggan dari produk atau jasa

dengan tingkat pengorbanan biaya, waktu dan jasa.


b. Exellent Service

Merupakan nilai inti Telkom yang mengedepankan pelayanan dengan

mutu melebihi harapan pelanggan.

c. Competent People

Bermakna bahwa perusahaan menghargai setiap insan Telkom yang

mempunyai kemampuan untuk memenuhi pelayanan dalam bisnis

telekomunikasi yang kompetitif.

3. Lima langkah perilaku untuk memenangkan persaingan, terdiri dari :

a. Strech The Goals

b. Simplify

c. Involve Everyone

d. Quality Is My Job

e. Reward The Winner

Disamping asumsi dasar, nilai-nilai dan pola perilaku juga ditetapkan

artefak dari budaya perusahaan yang terdiri dari :

a. Lagu, Bahasa atau hymne Telkom Jayalah Telkom Indonesia

b. Maskot Perusahaan

THE TELKOM WAY 135 adalah hasil penggalian dari perjalanan

Telkom dalam mengarungi lingkungan yang terus berubah, dan diskristalisasi

serta dirumuskan dengan dirangsang oleh berbagai inspirasi dari perusahaan lain

dan berbagai tantangan dari luar. Dengan akar yang kuat dan kesadaran kolektif

organisasi, diharapkan THE TELKOM WAY 135 dapat cepat tertanam dalam

jiwa insan Telkom.


Telkom berharap dengan tersosialisasinya THE TELKOM WAY 135,

maka akan tercipta pengendalian kultural yang efektif terhadap cara merasa, cara

memandang, cara berpikir dan cara berperilaku semua insan Telkom.

3. Slogan, Logo, dan Maskot PT. TELKOM Divre IV Jateng dan DIY

3.1. Logo Telkom

Gambar 1 : Logo Telkom

Makna Logo

Bentuk visual logo : Misi TELKOM mantap, modern, luwes, sederhana,

dan dapat cepat terlihat secara utuh

Bentuk Bulatan dari Logo : Melambangkan keutuhan wawasan Nusantara;

ruang gerak TELKOM secara Nasional dan Internasional

Warna Biru Tua dan Biru Muda bergradasi : Melambangkan teknologi

telekomunikasi tinggi dan canggih yang terus berkembang dalam suasana

masa depan yang gemilang

Garis-Garis Tebal dan Tipis yang Mengesankan Gerak Pertemuan yang

Beraturan : Menggambarkan sifat komunikasi dan kerjasama yang selaras

secara berkesinambungan dan dinamis

Tulisan INDONESIA dengan Huruf Futura Bold Italic, : Menggambarkan

kedudukan perusahaan ; TELKOM sebagai Pandu Bendera

Telekomunikasi Indonesia (Indonesian Telecommunication Flag Carrier).


3.2. Kredo Telkom

Makna Slogan

Gambar 2 : Slogan

Committed 2U mempunyai makna Memberikan yang Terbaik,

mencakup :

TELKOM selalu fokus kepada pelanggan

TELKOM selalu memberikan pelayanan yang prima dan mutu produk

yang tinggi serta harga yang kompetitif

TELKOM selalu melaksanakan segala sesuatu melalui cara-cara yang

terbaik (Best Practices)

Slogan ini merupakan asumsi dasar dan keyakinan yang senantiasa harus

diteguhkan oleh setiap insan TELKOM.

3.3 Maskot Telkom

Makna Maskot

Gambar 3 : Maskot
Maskot Be Bee

Antena Lebah Sensitif terhadap segala keadaan dan perubahan

Mahkota Kemenangan

Mata yang Tajam dan Cerdas

Sayap Lincah dan Praktis

Tangan Kuning Memberikan Karya yang Terbaik

E. Bidang Usaha PT. Telkom

PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk, adalah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang berada di bawah naungan Departemen Komunikasi dan

Informasi yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa telekomunikasi untuk

umum dalam negeri.

Keikhlasan dan kejujuran adalah inti dari pelayanan yang paling

dinantikan oleh setiap pelanggan dan pengguna jasa Infokom (informasi dan

komunikasi). Credo baru TELKOM Commited 2 U meneguhkan semangat

pelayanan TELKOM untuk memberikan layanan dan produk yang terbaik kepada

masyarakat.

Berikut ini ragam dan jenis produk layanan telekomunikasi pada PT

Telkom Divre IV Jateng & DIY, antara lain:

1. Jasa telekomunikasi dasar merupakan jasa telekomunikasi yang dapat dilayani

hanya dengan perangkat jaringan telekomunikasi dasar (network element)

terdiri dari:
a. Telepon adalah layanan telekomunikasi melalui suara yang dihubungkan

dengan transmisi baik kabel, radio ataupun satelit. Jasa telepon yang

dikelola Telkom diantaranya:

1) Lokal

2) SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh)

3) SLI (Sambungan Langsung Internasional)

b. Teleks adalah layanan telekomunikasi untuk pengiriman berita tertulis

baik lingkup lokal, SLJJ maupun internasional.

c. Telegram adalah layanan telekomunikasi secara tertulis tanpa harus

berlangganan dan tidak diharuskan memiliki pesawat sendiri.

2. Sirkuit langganan adalah suatu sambungan saluran dan atau saluran

teleomunikasi dengan koneksi permanen maupun virtual, digunakan untuk

pemakaian eksklusif antara dua lokasi terpisah.

3. Jasa telekomunikasi bukan dasar, merupakan pengembangan dari fasilitas

yang ada (dasar). Lebih dikenal dengan fasilitas telekomunikasi:

a. Fitur Telepon (features) merupakan fasilitas tambahan yang dimiliki

sentral telepon guna memaksimalkan fungsi pesawat telepon yang

memungkinkan masyarakat memperoleh informasi secara cepat dan

akurat, serta dapat menciptakan peluang untuk memicu laju bisnis ke

puncak sukses. Fitur yang tersedia diantaranya:

1) Fitur Lacak
2) Fitur Sandinada

3) Fitur Andara (angkat dan bicara)

4) Fitur Nadasela

5) Fitur Trimitra

6) Fitur Hunting System

7) Fitur KLIP (Ketahui Langsung Identitas Pemanggil)

8) Fitur Key Word

b. Direct Inward Dialing adalah fasilitas komunikasi antar unit kerja/orang

didalam satu gedung kantor tanpa melalui operator. Dalam hal ini

pelanggan memiliki jaringan khusus intern perusahaan.

c. IN Japati (Jaringan Pintar Teknologi Informatika) adalah fasilitas telepon

langsung point to point tanpa melalui trunk miliki Telkom. Jasa Japati

terdiri dari:

1. Free Call / layanan bebas pulsa

2. Premium Call

3. Vote Call

4. Kartu Ponpin adalah kartu prabayar yang dapat digunakan untuk menelepon

dari pesawat telepon manapun baik telepon rumah maupun telepon umum

yang berlogo dapat digunakan untuk Ponpin tanpa dikenai beban biaya pulsa

lagi.
5. Telkom Teleconference adalah sarana komunikasi melalui telepon yang

melibatkan peserta mulai dari 5 sampai 30 orang dalam waktu yang sama

secara bersamaan, seolah-olah dalam situasi konferensi/diskusi.

6. Fasilitas Telekomunikasi untuk Umum

Telkom menyediakan sarana-sarana bagi masyarakat umum untuk

memenuhi kebutuhan akan jasa telekomunikasi. Sarana-sarana tersebuta

antara lain:

a. Warung Telekomunikasi (Wartel)

b. Telepon Umum Tunggu (TUT)

c. Telepon Umum Kartu (TUK) chip dan magnetic

d. Telepon Umum Kartu Kredit (TUKK)

e. Telepon Umum Coin (TUC)

7. Jenis Pelayanan di Yantel

a. Pasang Baru

b. Mutasi

c. Pembayaran tagihan telepon

d. Pengaduan Fastel

8. Pelayanan Informasi

Jasa layanan informasi ini antara lain:


a. Penerangan lokal (108)

b. Info rekening telepon (109)

c. Penerangan interlokal melalui operator (106) atau internasianal (102)

d. Permintaan sambungan interlokal (100)

e. Informasi waktu (103)

f. Permintaan sambungan interlokal tanpa tunda (105)

g. Info produk/jasa TELKOM (107)

h. CJY-Net adalah layanan internet publik yang merupakan penerapan

dari konsep internet instant yang disediakan oleh TELKOM Divre IV

bekerjasama dengan divisi multimedia PT TELKOM.

i. Telkom Memo adalah fasilitas perekam pesan yang masuk pada saat

telepon tidak diangkat karena sedang rusak, sedang dipakai atau tidak

ada dirumah untuk disimpan dalam mailbox sentral telepon. Pesan

dapat didengar dari mana saja dengan menghubungi nomor akses sandi

pengaman (password).

j. Telkom Memo Pelajar adalah Telkom Memo yang dikhususkan bagi

pelajar dimana mereka dapat bertukar informasi antar teman melalui

telepon.

k. Wekerpon adalah fasilitas tanpa biaya abonemen dari TELKOM yang

fungsinya mengatur dering peasawat telepon pada waktu yang

diinginkan pelanggan.
l. ROSS (Rincian Telepon SLJJ Swalayan) adalah fasilitas layanan untuk

mengetahui rincian pembayaran telepon SLJJ tanpa harus datang ke

kantor TELKOM atau Yantel.

m. Pager Memo adalah fasilitas untuk menerima pesan melalui telepon ke

pesawat pager meskipun sedang tidak berada di tempat, telepon sedang

rusak, atau sedang dipakai (sibuk).

n. Kartu Chip dan Magnetik adalah layanan telekomunikasi yang dapat

digunakan oleh masyarakat dengan memakai kartu telepon melalui

telepon umum. Masing-masing kartu digunakan pada pesawat telepon

yang berbeda.

o. Solution for Enterprise Network (SCN) adalah layanan komunikasi

data didukung infrastruktur Telkom-Net, sehingga mampu mengadopsi

berbagai infrastruktur akses yaitu dial-up, semi-dedicated line maupun

mix-akses, yaitu konvergensi dan jaringan private (Leased Line) dan

publik (dial-up) untuk menjadi suatu jaringan tunggal.

p. Pengaduan gangguan (117)

q. Call centre (147)

r. Phonogram (165)

s. Pelayanan khusus pelanggan top-100 (169)

t. Domestic operator direct call (horoscop, shio, tips, musik, cerita anak,

kontak jodoh, telebursa otomotif).

u. Info PLN (22123)


v. Info kereta api (024-3400043/024-577844)

w. Info jasa telekomunikasi (162)

x. Info tagihan PDAM Semarang (024-2904)

9. Telkom Flexi

a. Flexi Combo

b. Flexi Classy

c. Flexi Trendy

d. Flexi Home

e. Flexi Data Net

F. Struktur Organisasi Divre IV

Dalam pengelolaan organisasinya, PT Telkom Divre IV yang meliputi

daerah operasional Jateng - DIY dipimpin oleh seorang General manager yang

membawahi enam Deputi General Manager. Adapun struktur organisasi terlampir.

G. Public Relations PT. Telkom Divre IV

1. Berdasarkan Kedudukannya

Kedudukan Public Relations di PT Telkom Divre IV tidak berada

dalam satu departemen di struktur Organisasi yang baru sejak adanya kerja sama

tahun 1996. Pada struktur yang baru PR terbagi dalam :

a. Internal, ditangani oleh Staff Communication

Penyusun dalam melaksanakan Kuliah Kerja Media berkedudukan di Staff

Communication. Tugas-tugas yang diberikan oleh instruktur kepada

penyusun mencakup kegiatan eksternal dan internal perusahaan.


b. Eksternal, ditangani oleh Corporate Affair

c. Eksternal untuk Marketing, ditangani oleh PR dibawah Marketing

Communication

2. Berdasarkan Tugas dan Perannya

a. Bidang Internal

Berada di bawah Deputy General Manager Human Resource &

Training (DGM HR & T), Staff Communication bertugas secara proaktif

melakukan komunikasi internal dengan pegawai unit Divre IV dengan tujuan

mencapai performa yang tinggi, efisiensi biaya dan mempunyai fokus kepada

pegawai-pegawai untuk mencapai WCO (World Class Operator) serta

melakukan survei opini pegawai sekaligus memberi saran kepada managemen

atau hasil survei.

Sebagai Internal Public Relations maka tugas Staff Communication

adalah:

1) Menjalankan informasi dan kebijakan perusahaan kepada semua

karyawan

2) Distribusi informasi melalui media online (portal)

3) Menangani keluhan pegawai

4) Menjaring informasi dan menampung opini pegawai di segala

tingkatan

Berdasarkan deskripsi tugas tersebut terlihat bahwa Staff

Communication berperan sebagai jembatan atau saluran informasi antara

pihak manajemen dengan staf atau sebaliknya. Dan juga bertanggung jawab
menjamin seluruh informasi yang berkaitan dengan visi, misi, tujuan, sasaran,

kebijakan (Policy) perusahaan agar dimengerti oleh seluruh pegawai.

Manager Staff Communication memiliki kewenangan untuk

berhubungan langsung dengan segala lapisan manajemen dan staff untuk

menggali informasi yang dibutuhkan karyawan sebagai bentuk pelaksanaan

fungsi dalam membina hubungan internal, menghimpun dan menyalurkan

informasi yang berlaku bagi kalangan internal.

Beberapa strategi komunikasi yang dijalankan oleh Staff

Communication antara lain :

1) Pemanfaatan media cetak dan elektronik

2) Tatap muka atau sosialisasi

3) Membina hubungan baik dengan informal leader sebagai agen

komunikasi

4) Bekerja sama dengan Human Resource Support untuk menyebarkan

informasi dan menghimpun aspirasi karyawan di lingkungan distrik

5) Bekerja sama dengan konsultan untuk mengetahui feedback karyawan

6) Menampung keluhan, kritik, saran melalui forum hotline service dan

contact person distric sebagai kepanjangan tangan peraturan dan

kebijakan pada area work group (AWG) serta menampung aspirasi

karyawan ditrik dan AWG untuk diteruskan kepada Manager Staff

Communication.
b. Bidang Eksternal

Ditangani oleh External Communication yang secara struktural berada

di Direktorat SDM dan bertanggung jawab terhadap Senior Manager

Sekretaris Divre. Komunikasi eksternal merupakan bidang yang sangat

strategis karena memiliki tugas-tugas antara lain :

1. Melakukan koordinasi kebijakan Public Relations KSO IV

2. Mengatur pertemuan-pertemuan dengan pihak eksternal, pemerintah,

media massa dan kantor perusahaan

3. Bertanggung jawab terhadap pemberian laporan dan pernyataan

kepada media massa dan pemerintah

4. Bertanggung jawab terhadap pengembangan citra perusahaan seperti

implementasi Standart Greeting Procedure

5. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan terhadap customer

complain secara efektif, efisien dan tepat waktu

Tugas yang cukup berat tersebut mengharuskan Public Relations di

External Communication harus jeli melihat perkembangan yang terjadi di

lingkungan luar perusahaannya, dengan bermodalkan pengalaman yang luas di

semua bidang PR, kemampuan berhubungan antar manusia dengan baik,

termasuk kemampuan bernegosiasi dan interaksi yang efektif dengan Senior

Manager dan pihak luar. Selain itu juga harus memiliki komitmen untuk terus

menerus meningkatkan pelayanan dan kemampuan publik eksternal.

Seorang Manajer Komunikasi Eksternal bebas melakukan komunikasi

dan hubungan yang baik dengan interaksi timbal balik kepada semua staffnya,
termasuk marketing dan Customer Service, pers dalam negeri maupun luar

negeri, kantor perusahaan dan unit KSO lain dalam rangka membangun citra

positif bagi PT Telkom Divre IV Jateng-DIY.

c. Bidang Eksternal Marketing Communication

Public Relations di bawah Marketing Communication mengkhususkan

komunikasi produk-produk PT Telkom Divre IV kepada stakeholders

eksternal melalui media massa. Semua aktifitas Marketing Public Relations

adalah untuk mendukung program komunikasi Pemasaran dalam

mempromosikan produk serta layanan. Job Description dari Komunikasi

Pemasaran adalah:

1) Mengkomunikasikan produk dan layanan

2) Mengkomunikasikan kebijakan perusahaan

3) Mewakili kepentingan perusahaan

4) Menciptakan citra perusahaan

Sedangkan tugas Public Relations Pemasaran adalah mempublikasikan

setiap produk-produk baru unggulan, pelayanan dan kebijakan pemasaran

kepada masyarakat, pelanggan atau pengguna jasa telekomunikasi melalui

media massa baik cetak maupun elektronik.


H. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT

Telkom Divre IV Jateng-DIY

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam

rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya

tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Target Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :

1. Mencapai Zero accident award sampai Desember 2007

Jumlah kecelakaan kerja per tahun dan Laporan Kecelakaan Kerja tahun

2006 & 2007 Nihil

2. Melaksanakan kegiatan pemantauan kesehatan karyawan sampai september

2007

Jumlah karyawan dengan tingkat kesehatan Cacat Permanen (CP) tahun

2007 = 0%

3. Penyusunan sistem dokumentasi SMK3 perusahaan, mencapai 100% pada

bulan september 2007

4. Penyelesaian semua tindakan perbaikan hasil Audit 6R dengan pencapaian 6R

& K3 =80% & Internal Audit tahun 2007

5. Sertifikasi SMK 3 dengan katagori Golden Flag.


Tidak ada Kecelakaan kerja & adanya program K3 disemua Bidang /Dinas

kantor DIVRE IV Penghargaan Golden Flag

6. Adanya penerapan SMK 3 di semua Bagian / Dinas Kantor DIVRE IV

Hasil Temuan Internal Audit & menindak lanjuti hasil pre audit. Tingkat

kesesuaian implementasi 85%

7. Mendapatkan sertifikat kompetensi untuk personil sesuai dengan persyaratan

perundangan K3.

8. Untuk meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan

Adanya komitmen Manajemen

Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) :

Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

untuk menciptakan suatu system keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja

yang terintegrasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan

penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

Maksud & tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja:

1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)

3. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan

Dasar Hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja :

1. UU RI NO.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Permenaker RI No.Per 05/MEN/1996 tentang Manajemen Keselamatan Kerja

Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja bagi perusahaan :

1. Pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan (K3).

2. Meningkatkan produktivitas perusahaan

3. Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan (mencegah kerugian yang

lebih besar).

4. Mengetahui kinerja SMK3 perusahaan (Pengakuan terhadap kinerja SMK3

diperusahaan

5. Meningkatkan image perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan

daya saing perusahaan

PT Telkom Divre IV dalam mengimplementasikan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) telah melaksanakan audit dari Tim

Audit External PT Sucofindo. Hasil audit menunjukkan bahwa PT Telkom Divre

IV meraih penghargaan Golden Flag (bendera emas) dan Zero Accident Award

(nihil kecelakaan). Straight News mengenai penerimaan sertifikat terlampir.


Tingkat Pencapaian Penerapan

Prosentase Kecil Sedang Besar

pencapaian (64 kriteria ) (122 kriteria ) (166 kriteria )

0 - 59 % Tidakan Tidakan Tidakan

Hukum Hukum Hukum

60 - 84 % Bendera Bendera perak Bendera

perak + + sertifikat perak +

sertifikat sertifikat

85 100 % Bendera emas Bendera emas Bendera emas

+ sertifikat + sertifikat + sertifikat

Tabel 3 : Tingkat Pencapaian SMK3

Kebijakan Mutu, Kebijakan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

Sebagai konsekuensi dalam mengimplementasikan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi adalah memenuhi

elemen-elemen yang dipersyaratkan, salah satunya adalah menetapkan Kebijakan

Mutu yang merupakan arah & tujuan Organisasi Perusahaan.

Kebijakan Mutu yang telah ada yaitu Meningkatkan Pelayanan secara

berkesinambungan untuk memenuhi kepuasan pelanggan, karyawan dan

pemegang saham yang berlandaskan azas Kualitas, Keunggulan Biaya, Tepat

Waktu, Keamanan, dan Moral, Kebijakan Mutu tersebut perlu ditinjau kembali

karena secara korporasi, Perusahaan telah menetapkan kebijakan mutu berupa

Visi, Misi dan Budaya Kerja (KD.05/2005 tentang Etika Bisnis), sehingga
kebijakan mutu di tingkat unit bisnis (DIVRE) harus menyatu dengan Etika Bisnis

yang telah ditetapkan tersebut.

Kebijakan Mutu

Kebijakan Mutu DIVRE IV untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) digunakan sebagai alat pemandu bagi penetapan dan

pelaksanaan tinjauan Sasaran Mutu DIVRE IV, serta pemandu arah bagi seluruh

jajaran DIVRE IV dalam meningkatkan kualitas kinerjanya. Dalam merumuskan

Kebijakan Mutu DIVRE IV, manajemen DIVRE IV memastikan bahwa

Kebijakan Mutu DIVRE IV telah sesuai dengan Visi, Misi, Kebijakan strategik

Kantor Perusahaan, persyaratan pelanggan, pemegang saham, karyawan dan mitra

kerja DIVRE IV serta ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Kebijakan Mutu DIVRE IV dikomunikasikan dan disosialisasikan

keseluruh jajaran DIVRE IV melalui media komunikasi internal DIVRE IV untuk

dipahami, sehingga setiap jajaran DIVRE IV dapat mengimplementasikan serta

memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya peningkatan kualitas produk, proses-

proses dan aktivitas DIVRE IV secara berkelanjutan. Kebijakan Mutu DIVRE IV

secara periodik dievaluasi dan ditinjau kembali kesesuaiannya terhadap

perkembangan dan arah bisnis DIVRE IV oleh manajemen DIVRE IV.

Model 5 Prinsip Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja sesuai Permenaker No. Per. 05/Men/96

Plan Do Check Act


Peningkatan Komitmen
Berkelanjutan dan
Kebijakan
Peninjauan
Peninjauan
Ulang&
Ulang&
Peningkatan
Peningkatan
oleh Perencanaan
olehmanajemen
manajemen
SMK3

Pengukuran
dan
Evaluasi Penerapan
SMK3

Gambar 4 : Siklus Penerapan SMK3

Gambaran Organisasi P2K3 Telkom Divre IV Jateng - DIY

Dalam rangka pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.

TELKOM Kantor DIVRE IV JATENG DIY telah membentuk suatu tim Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Tugas pokok tim ini adalah

memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada

pemimpin perusahaan/manajemen di Telkom Divre IV Jateng-DIY mengenai

masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

1. Komitmen dan Kebijakan

1.1 Kepemimpinan dan Komitmen

Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan sumberdaya yang

memadai. Pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam:


a. Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi yang

dapat menentukan keputusan perusahaan.

b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain

yang diperlukan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan

kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi.

e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja.

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sehingga penerapan Sistem Manajemen

K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan. Setiap tenaga kerja dan orang lain

yang berada ditempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan

mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)

Peninjauan awal kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan saat

ini dilakukan dengan:

a. Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini.

b. Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

c. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar

keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan

perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.


e. Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan

gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan

keselamatan dan kesehatan kerja.

f. Menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya yang disediakan.

Hasil peninjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bahan

masukan dalam perencanaan dan pengembangan Sistem Manajemen K3.

1.3 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan

tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat

keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan

keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup

kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat melalui proses konsultasi

antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan

disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam

rangka peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT Telkom Divre IV :

1. Menjamin kesesuaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) dengan persyaratan perundangan dan standar norma-norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang berlaku.

2. Mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.


3. Menerapkan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui identifikasi

bahaya dan Pengendalian Resiko.

4. Menyediakan prosedur dan instruksi tertulis untuk menjamin sistem kerja yang

aman.

5. Melakukan Pembinaan kompetensi SMK3 bekerja sama dengan institusi terkait.

6. Membangun komitmen dan partisipasi seluruh karyawan, Mitra Kerja dan Unit

Kerja terkait lainnya di lingkungan TELKOM.

7. Membudidayakan SMK3 di lingkungan Unit Kerja Perusahaan TELKOM.

8. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh karyawan, Mitra

Kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja dan di lingkungan kerja

serta selalu dalam keadaan aman, nyaman dan kondusif.

2. Perencanaan

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai

keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan

dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja

yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian

dan pengendalian risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku

serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

Identilikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan

produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana

untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu harus

ditetapkan dan dipelihara prosedurnya


2.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk

inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan

lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan

kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan peraturan

perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

2.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang

ditetapkan oleh perusahaan sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi:

a. Dapat diukur.

b. Satuan / Indikator pengukuran.

c. Sasaran Pencapaian

d. Jangka waktu pencapaian.

Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak

lain yang terkait. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara

teratur sesuai dengan perkembangan.

2.4 Indikator Kinerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang dapat

diukur sebagai dasar penilaian kinerja keselamatan dan kesahatan kerja yang

sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian Sistem

Manajemen K3.
2.5 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung.

Penerapan awal Sistem Manajemen K3 yang berhasil memerlukan rencana

yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan, dan dengan jelas menetapkan

tujuan serta sasaran Sistem Manajemen K3 yang dapat dicapai dengan:

a. Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran

sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan.

b. Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran.

3. Penerapan

3.1 Jaminan Kemampuan

3.1.1 Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana

Perusahaan harus menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana

dan dana yang memadai sesuai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan. Dalam

penerapan Sistem Manajemen K3 yang efektif perlu dipertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.

b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan

manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang

dibutuhkan.

c. Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi keselamatan dan

kesehatan kerja secara efektif.

d. Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan saran dari para ahli.

e. Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja

secara aktif.
3.1.2 Integrasi.

Perusahaan dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 kedalam

sistem manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut

terdapat pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan, maka:

a. Tujuan dan prioritas Sistem Manajemen K3 harus diutamakan.

b. Penyatuan Sistem Manajemen K3 dengan sistem manajemen perusahaan

dilakukan secara selaras dan seimbang.

3.1.3 Tanggung Jawah dan Tanggung Gugat

Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua

pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan

pengembangan Sistem Manajemen K3, serta memiliki budaya perusahaan yang

mendukung dan memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen K3. Perusahaan

harus:

a. Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan

tanggung jawab dan tanggung gugat keselamatan dan kesehatan kerja dan

wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua

tingkatan manajemen, tenaga kerja, kontraktor dan subkontraktor dan

pengunjung.

b. Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap

perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap

sistem dan program keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang

menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.


3.1.4 Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran

Pengurus harus menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja melalui konsultasi dan dengan melibatkan tenaga kerja maupun

pihak lain yang terkait didalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan

Sistem Manajemen K3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan

merasakan hasilnya.

3.1.5 Pelatihan dan Kompetensi Kerja

Penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen K3 yang efektif

ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di

perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin

kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan

kesehatan kerja. Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja

dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia.

3.2 Kegiatan Pendukung

3.2.1 Komunikasi

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber

penting dalam penerapan Sistem Manajemen K3. Penyediaan informasi yang

sesuai bagi tenaga kerja dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk

memotivasi dan mendorong penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya

perusahaan untuk meningkatkan kinerja keselamatan

dan kesehatan kerja. Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin

bahwa informasi keselamatan dan kesehatan kerja terbaru dikomunikasikan ke


semua pihak dalam perusahaan. Ketentuan dalam prosedur tersebut harus dapat

menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:

a. Mengkomunikasikan hasil dan sistem manajemen, pemantauan, audit dan

tinjauan ulang manajemen pada semua pihak dalam perusahaan yang

bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan.

b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi keselamatan dan kesehatan

kerja yang terkait dari luar perusahaan.

c. Menjamin bahwa informasi yang terkait dikomunikasikan kepada orangorang

diluar perusahaan yang membutuhkannya.

3.2.2 Pelaporan

Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus

ditetapkan untuk menjamin bahwa Sistem Manajemen K3 dipantau dan kinerjanya

ditingkatkan.

3.2.3 Pendokumentasian

Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen

dan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur

kegiatan perusahaan harus ditentukan dan di dokumentasikan serta diperbarui

apabila diperlukan. Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan

pengendaliannya yang efektif. Pendokumentasian Sistem Manajemen K3

mendukung kesadaran tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan keselamatan

dan kesehatan kerja dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja keselamatan dan

kesehatan kerja.

3.2.4 Pengendalian Dokumen


Perusahaan harus menjamin bahwa:

a. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab

di perusahaan.

b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan, dapat direvisi.

c. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel yang

berwenang.

d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu.

e. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.

f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

3.2.5 Pencatatan dan Manajemen Informasi

Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjukkan

kesesuaian penerapan Sistem Manajemen K3.

3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian risiko

Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan

tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk :

3.3.1 Identifikasi Sumber Bahaya

3.3.2 Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian

terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

3.3.3 Tindakan Pengendalian

Perusahaan harus merencanakan manajemen dan pengendalian kegiatan-

kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja
yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan

kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan

instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan

jasa.

3.3.4 Perancangan (Design) dan Rekayasa

Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses

rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. Setiap tahap

dari siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang,

validasi dan penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi sumber bahaya,

prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja..

3.3.5 Pengendalian Administratif

Prosedur dan instruksi kerja yang terdokumentasi pada saat dibuat harus

mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan.

Rancangan dan tinjauan ulang prosedur hanya dapat dibuat oleh personel yang

memiliki kompetensi kerja dengan melibatkan para pelaksana. Personel harus

dilatih agar memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur

harus ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan,

proses atau bahan baku yang digunakan.

3.3.6 Tinjauan Ulang Kontrak


Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk

menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan keselamatan dan

kesehatan kerja yang ditentukan.

3.3.7 Pembelian

Sistem pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur

pemeliharaan barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan

pencegahan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sistem pembelian harus

menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi

persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus

menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa

tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana

Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat

atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat

kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan

oleh personel yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang

mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang

berwenang.

3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden


Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden,

perusahaan harus memilki prosedur yang meliputi:

a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai

mendapatkan pertolongan medik.

b. Proses perawatan lanjutan.

3.3.10 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat

untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu

pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

4. Pengukuran dan Evaluasi

Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan

mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisis guna

menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

4.1 Inspeksi dan Pengujian

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi,

pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan

dan kesehatan kerja. Frukuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai dengan

obyeknya.

4.2 Audit Sistem Manajemen K3

Audit Sistem Manajemen K3 harus dilakukan secara berkala untuk

mengetahui keefektifan penerapan Sistem Manajemen K3. Audit harus

dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personel yang memiliki

kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang sudah ditetapkan.


Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit

sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan ditempat kerja. Hasil audit

harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.

4.3 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan

ulang Sistem Manajemen K3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk

identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin

pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

Ruang lingkup tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 harus dapat mengatasi

implikasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh kegiatan, produk

barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN FOCUS OF INTEREST

KULIAH KERJA MEDIA

A. Pelaksana dan pelaksanaan KKM

1. Pelaksana

Nama : Asri Hidayati

NIM : D1605085

2. Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Media adalah 1 Februari 2008 s/d

29 Februari 2008 di Sekretariat Divisi Regional IV PT Telkom Divre IV

Jateng-DIY, khususnya di Divisi komunikasi. Hari dan jam kerja Kuliah

Kerja Media sesuai dengan hari dan jam kerja karyawan, yaitu Senin-

Kamis dimulai pukul 07.30 WIB s.d 17.00 WIB. Sedangkan pada hari

Jum'at dimulai pukul 08.00 WIB s.d 16.00 WIB.

Adapun kegiatan yang penulis lakukan selama Kuliah Kerja Media adalah

sebagai berikut :

1. Kliping Media Cetak

Membuat kliping merupakan salah satu kegiatan rutin yang

penulis lakukan selama Kuliah Kerja Media. Langkah yang diambil dalam

membuat kliping yaitu dengan mengumpulkan fakta dan opini mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan PT Telkom termasuk juga

kompetitor dari media cetak, baik lokal maupun nasional. Dalam hal ini

PR perlu mengumpulkan informasi tentang siapa saja pelanggan PT


Telkom, pesaing-pesaingnya, dan bagaimana posisi PT Telkom di pasar

untuk kemudian dianalisis, dicatat dan selanjutnya digunakan untuk bahan

perencanaan komunikasi atau planning.

Adapun media cetak yang diambil oleh PT Telkom sebagai

sarana untuk mengumpulkan fakta dan opini antara lain :

a. Suara Merdeka

b. Kompas

c. Bisnis Indonesia

d. Wawasan

e. Jawa Pos

f. Kedaulatan Rakyat

g. Solo Pos

h. Suara Pembaharuan

i. Rakyat Merdeka

j. Suara Karya

k. Republika

l. Tempo

m. Seputar Indonesia

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kliping meliputi

media, tanggal, halaman, kolom, dan judul berita. Kemudian

dikelompokkan dan dibuat daftar isi, sesuai dengan jenisnya termasuk

dalam counter, surat pembaca, berita, artikel, informasi ataupun iklan.

2. Membuat Morning Issue


Morning Issue dibuat setiap pagi dan diserahkan kepada Officer 2

Komunikasi internal paling lambat pukul 10.00 WIB untuk mengetahui

fakta dan opini termasuk juga komplain dari pelanggan khususnya

mengenai PT Telkom Divre IV Jateng-DIY. Morning Issue diambil dari

berita-berita khususnya berita mengenai PT Telkom Divre IV Jateng-DIY

dari media massa yang sudah di kliping.

3. Membuat Resume of Competitor

Selain mengamati perkembangan Telkom melalui Morning Issu,

seorang praktisi Public Relations juga harus mengamati dari segi eksternal

diantaranya dengan mengikuti perkembangan kompetitor Telkom dengan

membuat resume berita kompetitor, sehingga praktisi Public Relations

dapat melakukan perencanaan-perencanaan untuk menghadapai

kompetitor tersebut.

4. Membuat Newsletter Resume

Penulis juga membuat newsletter resume yang berisis resume

berita mengenai PT Telkom beserta kompetitornya dijadikan satu dalam

lembar yang sama. Disini lebih memudahkan dalam memantau

perkembangan PT Telkom dan kompetitornya.

5. Membuat Surat

Penulis membuat surat-surat balasan untuk peserta magang atau

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan riset yang terdiri dari dua jenis yaitu

ditolak atau diterima, membuat surat pernyataan untuk peserta yang akan

mulai magang, serta membuat surat keterangan untuk peserta yang sudah
menyelesaikan magangnya. Kemudian penulis meminta tanda tangan ke

Manajer Komunikasi dan meghubungi bagian Center Penerimaan Surat

(via telepon) untuk memintakan nomor surat.

6. Membuat Analisis Artikel

Penulis memilih salah satu artikel yang menarik tentang PT

Telkom maupun kompetitor kemudian dianalisis menggunakan

pendekatan manajerial yaitu fact finding, planning, communication,

evaluation serta dicari bagaimana dampak permasalahan artikel bagi PT

Telkom dan masyarakat (publik). Pada tahap trakhir evaluasi, ditarik suatu

kesimpulan dan saran untuk PT Telkom agar digunakan untuk kemajuan

selanjutnya. Hasil analisis yang telah dibuat dikumpulkan menjadi satu

kemudian diserahkan ke Manajer Komunikasi (PRO) sebagai bahan untuk

koreksi.

7. Hunting Foto ATM BRI

Berhubung akan diadakannya presentasi ATM BRI, penulis

membantu Team Public Relations PT Telkom dalam hunting foto ATM

BRI yang ada di kota Semarang.

8. Meliput acara Sosialisasi Upload New Info Portal

Sosialisasi Upload New Info Portal ( cara memasukkan data ke

portal yang baru) oleh PT Telkom tanggal 5 Februari 2008 di ruang

SISKA lantai dua mengajak Public Relations PT Telkom untuk

melaksanakan liputan acara tersebut. Hal itulah yang membuat penulis

diberi tugas untuk meliput Sosialisasi Upload New Info Portal yang
kemudian dibuat straight news sehingga semua karyawan dapat

memperoleh informasi tersebut hanya dengan membuka portal.

9. Meliput Acara Penyerahan Bantuan PT Telkom ke SDN Jabungan

Dalam membina hubungan dengan pihak eksternal, Team Public

Relations PT Telkom Divre IV ikut meliput acara penyerahan bantuan

berupa seperangkat komputer dan buku tulis ke SDN Jabungan Semarang

pada tanggal 13 Februari 2008. Disinilah penulis bertugas

menyumbangkan tenaga untuk meliput penyerahan bantuan yang

kemudian dibuat staright news dan di upload ke media portal untuk

diinformasikan ke semua karyawan PT Telkom.

10. Meliput Acara Kunjungan SD Kristen YSKI 3 Semarang ke PT Telkom

Divre IV

Penulis meliput acara kunjungan SD Kristen YSKI 3 ke PT

Telkom Divre IV pada tanggal 20 Februari 2008 di ruang Flexi lantai tiga

PT Telkom, kemudian membuat straight news dari acara tersebut yang

seperti biasanya di upload ke media portal agar bisa dikonsumsi oleh

karyawan.

11. Meliput Acara Pameran Expo HIPMI

Untuk mengikuti perkembangan mitra binaan PT Telkom, penulis

diberi tugas melaksanakan liputan di Pameran Expo HIPMI pada tanggal

20 Februari di gedung Poncowati, hotel Patrajasa Semarang. Penulis

mengumpulkan berbagai informasi mengenai Expo tersebut melalui

brosur-brosur, wawancara dengan panitia Expo dan peserta pameran yang


termasuk mitra binaan PT Telkom, kemudian penulis membuat straight

news untuk di upload ke media portal.

12. Searching Data di Internet

Untuk membantu Team Public Relations PT Telkom dalam

mencari komunitas dan daftar pondok pesantren yang ada di Jateng dan

DIY guna keperluan mencari target dalam promosi Speedy dan Flexi,

penulis searching data di internet dengan membuka www.google.com.

13. Menghubungi Infomedia

Daftar pondok pesantren Jateng-DIY yang penulis dapatkan dari

google untuk nomor teleponnya masih belum lengkap, sehingga penulis

menghubungi infomedia via telepon (108) untuk menanyakan nomor-

nomor telepon pondok pesantren. Dalam meminta informasi nomor

telepon dibatasi dengan sekali telpon hanya boleh menanyakan lima nomor

pondok pesantren.

14. Sharing tentang Public Relations

Seorang Public Relations harus mempunyai wawasan yang luas,

maka itu penulis bersama Manajer Komunikasi melakukan sharing

berbagai pengetahuan tentang Public Relations di setiap waktu luang

ketika semua pekerjaan sudah terselesaikan dan Manajer Komunikasi tidak

dalam keadaan sibuk. Saling berbagi ilmu dan koreksi pengertian yang

dirasa belum sesuai dengan praktek sebenarnya.

15. Merapikan file-file surat magang


Untuk memudahkan Team Public Relations PT Telkom dalam

mencari data peserta magang, penulis merapikan semua surat-surat

magang yang masuk, memisahkan proposalnya dan memasukkan surat-

surat ke map sesuai dengan tahun masuknya surat.

16. Wawancara tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di bagian SAS (Security and Safety)

Dalam melaksanakan perannya dalam sosialisasi Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Public Relations

mencari informasi mengenai SMK3 di bagian SAS yang ikut bertanggung

jawab mengimplementasikannya. Untuk itu, penulis melakukan

wawancara dengan Bapak Hasan Suharyadi, Officer 1 SAS mengenai hal-

hal terkait dengan SMK3.

17. Membuat Daftar Isi

Setelah membuat kliping selama sebulan, penulis membuat daftar

isi dari Morning Issu dan Resume of Competitor untuk memudahkan

dalam pencarian data.

B. Identifikasi Kendala Pelaksanaan

1. Kendala Pelaksanaan Tugas

Dalam mengimplementasikan tugas-tugas Public Relations di PT

Telkom Divre IV, penulis berusaha melakukan yang terbaik dengan

kemampuan yang penulis miliki, namun dalam proses Kuliah Kerja Media
tersebut, penulis menyadari ada beberapa kendala yang menghambat

pelaksanaan. Adapun kendala-kendala tersebut yaitu:

a. Dalam mengaplikasikan teori yang di dapat di bangku kuliah

khususnya dalam membuat straight news, hal ini dikarenakan penulis

tidak mendapatkan mata kuliah Dasar-Dasar Jurnalistik, sehingga

minimnya pengetahuan tentang jurnalistik sedikit menghambat

dalam pembuatan straight news.

b. Kurangnya Team (Sumber Daya Manusia), waktu dan peralatan

untuk melaksanakan tugas pembuatan video kuliner dan tempat

wisata Semarang yang kemudian akan di upload ke

www.youtube.com, akhirnya diputuskan dengan bekerjasama dengan

pihak luar untuk pembuatan tersebut sehingga Team Public Relations

bisa fokus melaksanakan tugas lainnya.

2. Cara Mengatasi Kendala

Dalam mengatasi kendala yang penulis hadapi selama

melaksanakan tugas Kuliah Kerja Media di PT Telkom Divre IV Jateng

dan DIY, penulis mengatasi kendala tersebut dengan meminta arahan

langsung kepada instruktur dan pembimbing serta segenap karyawan dan

staf Divisi Komunikasi di Sekretaris Divisi. Selain itu penulis juga

berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyeimbangkan ritme kerja

karyawan dalam melakukan berbagai tugas selama proses Kuliah Kerja

Media.
C. Focus of interest

Selama mengikuti Kuliah Kerja Media penulis mengamati serta

melakukan berbagai dan bermacam kegiatan-kegiatan Public Relations yang

berada di PT Telkom Divre IV Jateng-DIY. Penulis sengaja mengambil salah satu

kegiatan untuk dijadikan fokus dan diamati yang digunakan untuk pembuatan

laporan Tugas Akhir yaitu, Peran Public Relations dalam Mensuport

Sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

PT Telkom Divre IV Jateng dan DIY.

Untuk mencapai sasaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, maka Team Public Relations PT Telkom Divre IV berusaha

memberikan perannya dalam upaya penyampaian informasi atau sosialisasi

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut.

Tujuan Sosialisasi :

Memberikan informasi mengenai prinsip pelaksanaan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai Permenaker 05/MEN/96 di lingkungan

PT Telkom Divre IV Jateng - DIY.

Adapun proses komunikasi Praktisi Public Relations PT Telkom Divre IV

dalam sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui

beberapa media internal, antara lain :

1. Komunikasi tatap muka

Komunikasi tatap muka dalam menyampaikan informasi Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Telkom Divre IV dengan

mengadakan acara sosialisasi dengan mengumpulkan ratusan orang dari mitra


kerja dan para siswa/mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL/magang di

kantor Divre IV. Sosialisasi diadakan pada tanggal 10 Desember 2007 di Aula

Borobudur PT Telkom Divre IV dibantu oleh Jajaran SAS (Security and Safety).

2. Komunikasi Verbal

a. Media on line/intranet

Media ini hanya dapat diakses oleh kalangan internal perusahaan

saja dan beralamat di www.portal.telkom.co.id. Melalui media ini, publik

internal perusahaan dapat mengetahui segala informasi tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Media ini bersifat lebih

efektif dibandingkan media yang lain karena sifatnya yang cepat.

Peran Public Relations dalam pelaksanaan media on line/intranet

adalah sebagai pengorganisir, membuat straight news mengenai semua

kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baru

saja berlangsung kemudian meng-upload informasi tersebut ke dalam

portal agar dapat dikonsumsi oleh semua karyawan.

b. Papan Pengumuman

Papan pengumuman dipasang di lantai bawah di depan lift,

sehingga saat sedang menunggu lift, karyawan atau manajemen dapat

membaca informasi tentang segala sesuatu informasi terbaru Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

c. Spanduk

Spanduk yang bertuliskan Kita Sukseskan Implementasi Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Kantor Divre


IV Jateng & DIY terpampang besar di gedung luar kantor Divre IV. Ini

merupakan salah satu bentuk sosialisasi untuk mengingatkan pada semua

karyawan dan mitra PT Telkom Divre IV dalam mengimplementasikan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Foto terlampir).

d. X-Banner

Di setiap lantai kantor Divre IV yang strategis diletakkan X-Banner

berukuran besar yang berisi definisi, maksud dan tujuan, dasar hukum,

kebijakan, dan sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) agar semua pihak yang sedang berada di kantor Divre IV

lebih paham tentang dasar-dasar SMK3 (Foto terlampir).

e. Pin

Setiap karyawan PT Telkom Divre IV mendapatkan sebuah Pin

berdiameter 5 cm bertuliskan SMK3 PT Telkom Divre IV Jateng & DIY.

Pin ini biasanya dipasang di baju atau di tali tanda pengenal karyawan.

Dengan Pin diharapkan karyawan dapat lebih termotivasi dalam

mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

f. Intercom

Intercom merupakan media audio yang terdapat di setiap ruangan

terdiri dari sejumlah pengeras suara dan instalasi sentral untuk

menyampaikan informasi yang sifatnya up to date (terbaru). Media ini

sangat efektif karena dapat langsung sampai kepada karyawan dan bila ada
karyawan yang tidak mendengar informasi maka akan diberitahu oleh

karyawan lainnya.

3. Komunikasi Nonverbal

Untuk lebih menjamin adanya keselamatan kerja bagi

karyawannya, di setiap tempat-tempat yang berbahaya diberi tanda/symbol

peringatan sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Tanda/symbol tersebut

diantaranya yaitu :

o Safety sign :

Gambar 5
o Ruang B3 ( Bahan, Berbahaya, Beracun )

Gambar 6

o Emergency sign

Gambar 7
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kuliah Kerja Media yang penulis laksanakan di PT Telkom Divre IV Jateng

dan DIY memberikan banyak manfaat dan pengalaman khususnya di bidang

Public Relations. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi penulis

untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dalam praktek

kerja secara nyata.

2. Sebagai perusahaan yang besar, PT Telkom Divre IV membutuhkan peran

seorang Public Relations dalam menjaga citra PT Telkom dan melaksanakan

tugas-tugasnya baik berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal.

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan

salah satu sistem yang sangat dibutuhkan oleh semua karyawan dan pihak

terkait di dalam Telkom demi menjamin keselamatan melaksanakan tugas-

tugas mereka.

4. Dalam sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3), peran seorang Public Relations dibutuhkan untuk menyampaikan

informasi yang ada melalui komunikasi primer yaitu komunikasi verbal,

nonverbal serta tatap muka (sosialisasi langsung) yang banyak diwujudkan

dengan media internal PT Telkom. Hal ini merupakan salah satu wujud Public
Relations dalam menjalin internal relations melalui peran peyampaian

informasi.

B. Saran

Pada dasarnya, pelaksanaan sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dilaksanakan Public Relations sudah

memenuhi kriteria. Namun ada beberapa saran sebagai alternatif implementasi

yang lebih maksimal dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi PT Telkom

Divre IV Jateng dan DIY khususnya Divisi Komunikasi dan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UNS. Saran-saran penulis antara lain :

1. Public Relations harus mengetahui informasi-informasi baru berkenaan

dengan PT Telkom Divre IV sehingga dapat menyampaikannya secara

up to date kepada karyawan lainnya demi menjaga internal relations.

2. Dalam melaksanakan sosialisasi Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) PT Telkom Divre IV, sebaiknya dilakukan

secara berkala untuk memberikan kesempatan pada pihak Telkom

yang belum mengikuti sosialisasi seperti siswa / mahasiswa peserta

Praktek Kerja / magang yang setiap bulannya bergantian.

3. Pemberian tugas bagi mahasiswa Kuliah Kerja Media sebaiknya lebih

diperhatikan lagi, terutama dalam hal pembuatan video, mengingat

terbatasnya waktu KKM, peralatan, serta proses tersebut juga tidak

bisa dikerjakan dua orang saja.


4. Penambahan pengetahuan tentang dasar-dasar Jurnalistik dari kampus

untuk Public Relations sebaiknya ditambah untuk membantu dalam

pelaksanaan Kuliah Kerja Media khususnya dalam melaksanakan

liputan dan pembuatan straight news.

5. Penambahan peralatan untuk mendukung proses belajar mengajar di

kampus FISIP khususnya mesin fotocopy. Hal ini sangat dibutuhkan

mengingat banyak bahan perkuliahan yang perlu difotocopy.


DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1986. Hubungan Masyarakat Suatu Study

Komunikologis. Bandung : Remadja Karya

Suhandang, Kustadi. 2004. Public Relations Perusahaan. Bandung : Nuansa

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2002. Dasar-dasar Public Relations.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Abdurrachman,Oemi. 1986. Dasar-dasar Public Relations. Bandung : Alumni

Assumpta Rumanti, Maria. 2002. Dasar-dasar Public Relations-Teori dan

Praktek. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Anggoro, Linggar. 2002. Teori & Profesi Kehumasan. Jakarta : Bumi Aksara

Ruslan, Rosady. 2001. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi (Konsepsi

dan Aplikasi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Coulson, Colin dan Thomas. 2002. Public Relations-Pedoman Praktis Untuk PR.

Jakarta : Bumi Aksara

Jefkins, Frank Alih Bahasa: Haris Munandar. 1995. Public Relations, edisi

keempat. Jakarta : PT Erlangga

Effendy, Onong Uchyana. 1993. Human Relations dan Public Relations. Bandung

: Mandar Maju

www.telkom.co.id

www.portal.telkom.co.id.

Anda mungkin juga menyukai