Hipospadia Dan Epispadia
Hipospadia Dan Epispadia
Hipospadia Dan Epispadia
2.2 Definisi
Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada penis bagi
an bawah, bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lu
bang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospa
dia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat ditengah batang penis
atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau dibawah skrotum. Kel
ainan ini sering berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang
yang menyebabkan penis melengkung kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010:
163)
Sebuah kecenderungan genetic telah disarankan oleh peningkatan 8 kali lipat dala
m kejadian hipospadia anatara gembar monozigot dibandingkan dengan tunggal. K
ecenderungan keluarga telah dicatat dengan hipospadia. Prevalensi hipospadia pa
da anak laki-laki nenek moyang dengan hipospadia telah dilaporkan sebesar 8% d
an 14 % dari anak saudara dengan hipospadia juga terpengaruh.
2. Faktor Endokrin
Penurunan androgen atau ketidakseimbangan untuk menggunakan androgen dapat
mengakibatkan hipospadia. Diferensiasi uretra pada penis bergantung pada androg
en dihidrotestosteron (DHT). Oleh karena itu hiospadia dapat disebabkan ileh defi
siensi produksi testosterone (T), konversi T menjadi DHT yang tidak adekuat atau
defisiensi local pada pengenalan androgen (kekurangan jumlah atau fungsi resept
or androgen).
3. Lingkungan
Selain terpapar zat polutan yang mengakibatkan mutasi gen, faktor lingkungan ya
ng lain seperti lingkungan dengan aktivitas estrogenic signifikan dimana-mana da
lam masyarakat industry dan tertelan sebagai pestisida pada buah-buahan dan say
uran, tanaman estrogen endogen, dalam susu dari sepi perah laktasi hamil, dari la
pisan plastic di kaleng logam, dan obat-obatan.
4. Embriologi
Secara embriologis hipospadia disebabkan oleh sebuah kondisi dimana bagian ven
tral lekuk uretra gagal untuk menutup dengan sempurna.Diferensiasi uretra bergan
tung pada hormone androgen Dihidrotestosteron (DHT) dengan kata lain hipospad
ia dapat disebabkan oleh defisiensi produk testosterone, konversi testosterone men
jadi DHT yang tidak adequate, atau defisiensi local pada hormone androgen. (Hef
fner, 2005) sedangkan menurut suriadi dan yuliani, penyebab pasti dari hipospadia
dan epispadia masih belum jelas diketahui namun bisa dikaitkan dengan factor g
enetic, lingkungan maupun hormonal.
Beberapa faktor yang dianggap dapat menyebabkan hipospadia dan epispadia adal
ah:
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Perkembangan alat genitalia janin tergantung dari hormone testosterone selama pr
oses embriogenesis. Jika testis gagal memproduksi sejumlah testosteron, atau bisa
juga reseptor hormone androgen sendiri didalam tubuh kurang atau tidak ada.Sehi
ngga walaupun hormone androgen sendiri telah berbentuk cukup akan tetapi apabi
la reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang seharu
snya.
b. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
gen yang mengodesintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut ti
dak terjadi.
c. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
2.3 Klasifikasi Hipospadia dan Epispadia
Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra eksternu
m yaitu sebahai berikut:
1. Tipe sederhana adalah tipe grandula; meatus terletak pada pangkal g
lans penis. Pada kelainan ini secara klinis umumnya bersifat asimtomatik
2. Tipe penil; meatus terletak antara glans penis dan skortum
3. Tipe penoskrotal dan tipe perineal; kelainan cukup besar, umumny
a pertumbuhan penis akan terganggu
Tipe hipospadia berdasarkan letak muara uretra (Basuki, 2011) :
1. Anterior : Tipe glandural, tipe coronal
2. Middle : penile, penoscrotal
3. Posterior : scrotal, perineal
Sumber : http://musom.marshall.edu/
2. Epispadias penis
Derajat pemendekan lebih besar dengan meatus uretra terletak di titik variabel ant
ara kelenjar dan simfisis pubis.
3. Penopubica epispadias
Varian yang lebih parah dan lebih sering. Uretra terbuka sepanjang perpanjangan
seluruh hingga leher kandung kemih yang lebar dan pendek.
2.5 Patofisiologi
Hipospadia merupakan cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada Hipos
padia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan terjadi masa embrio sela
ma pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20 minggu. Perkembangan terjadinya
fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus ur
etra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak mea
tus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian di sepanj
ang batang penis hingga akhirnya perineum.
Pada permulaan minggu ke 6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord da
n tail yang disebut genital tuberkel. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lek
ukan dimana bagian lateralnya ada dua lipatan memanjang yang disebut genital f
old. Selama minggu ke 7, genital tuberkel akan memanjang dan membentuk glan
s. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki. Bila wanit
a akan menjadi klitoris.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang me
nutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis. Chorde
e atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan dengan hipospadia, terutam
a bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini diduga akibat dari perbedaan pertumbu
han antara punggung jaringan normal tubuh kopral dan uretra ventral dilemahkan
dan jaringan terkait. Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan spongio
sum dan pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat membentuk b
alutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan kontribusi untu
k terbentuknya suatu korda. (Arif, 2011)
Sumber : Suriadi,2001
Inspeksi :
Genitalia, bentuk dan ukuran penis yang sesuai. Penis harus berada di garis te
ngah
Pemeriksaan :
1. Pegang prepusium (kulup) ke depan untuk memeriksa meatus sentral.
2. Jangan menarik kulup karena kulup menempel pada glans penis dan h
arus menutupinya dengan sempurna
3. Periksa apakah bayi sudah berkemih dan bagaimana jenis alirannya
4. Urin tidak boleh menyemprot dan kulup tidak boleh terisi urin sewak
tu berkemih
5. Dengan meraba sepanjang kanalis inguinalis, kita dapat merasakan ada
tidaknya testis di dalam kanalis inguinal.
6. Palpasi untuk memastikan bahwa testis berada di dalam kantung skrot
um, dimulai dari puncak kedua skrotum kearah bawah dengan ibu jari
dan jari telunjuk
7. Testis yang tidak turun harus dicatat
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosis