Kelompok 5 (Landasan Pendidikan)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LANDASAN PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

I Putu Agus Putra Wijaya NIM. 1413011039


Rina Marwati NIM. 1413011119
Ni Wayan Rahayu Eka Sari NIM. 1413011085
I Gusti Ayu Diah Puspitasari NIM. 1413011040
Putu Fendy Anggara Cahyady NIM. 1513011054

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Landasan Pendidikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk menuntaskan tugas berkelompok, data-data yang
bersumber dari buku-buku dan internet. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa
usaha dan kerja keras dari anggota kelompok serta pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
agar kedepannya kami bisa menjadi lebih baik. Untuk itu, kami mohon maaf apabila
ada kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja dalam makalah ini. Sekian
dan terima kasih.

Singaraja, 08 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Uraian Landasan Pendidikan ........................................................... 3
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 24
3.1 Simpulan .......................................................................................... 24
3.2 Saran ................................................................................................ 24
Daftar Rujukan ................................................................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara faktual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia,
oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pembicaraan tentang
pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat
tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan pada
umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam
rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.
Pendidikan adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung
tranformasi pengetahuan nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan di dalam dan
di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long procces) dan
generasi ke generasi.
Di dalam proses pendidikan, pendidik memiliki peran utama. Seorang
pendidik yang akan membantu pembentukan serta mengembangkan potensi
peserta didik. Oleh kerena itu di butuhkan karakter seorang pendidik yang kuat
untuk membentuk karekteristik peserta didik.
Tak kalah penting dalam pendidikan yaitu perlu adanya landasan.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan. Landasan Pendidikan diperlukan dalam
dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang
sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang
sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.
Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk
wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang
tepat, serta dengan menerapkan asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat
memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan.
Bedasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai
landasan pendidikan sebagai pijakan dan arah pembentukan manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana uraian dari Landasan Pendidikan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan uraian dari Landasan Pendidikan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari pembuatan makalah ini, dibagi menjadi beberapa
kalangan sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat memberikan pengalaman bagi penulis dalam membuat
karya ilmiah dan juga sebagai bahan pengetahuan dan dasar pemikiran
sebagai calon pendidik yang nantinya mampu mengelola pendidikan.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami akan
pentingnya memahami dan mengamalkan Landasan Pendidikan sebagai
bekal untuk seorang pendidik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Uraian Landasan Pendidikan


Jika dilihat dari pengertiaan pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. ditijau dari pendidikan itu sendiri
dimana usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. ini juga dalam pengembangan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang cerdas dalam membangun generasi muda yang
membangun bangsa yang lebih baik. Ada tiga pokok bahasan yang akan dikaji
dalam kegiatan belajar ini, yaitu (1) pengertian pendidik, (2) landasan
pendidikan dan (3) asas-asas pokok pendidikan. Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan tujuan utama yang akan menjadi
perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Adapun landasan
pendidikan tersebut yaitu landasan difilosofi, landasan sosiologi landasan
kultural dan landasan psikologis dimana landasan tersebut sangat memegang
perannya masing-masing dalam mentukan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan dalam
di zaman globalisasi yang berkembang sangat pesat ini.
Dalam pembelajaran ini akan memusatkan paparan dalam berbagai
landasan dan asas pendidikan serta beberapa hal yang berkaitan dengan
penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis,
landasan sosiologia, landasan kultural, landasan psikologi, serta landasan
ilmiah dan teknologi. Dan terakhir ada tiga pokok asas-asas pendidikan yaitu

3
asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat dan kemandirian dalam
belajar.

A. Pengertian Pendidikan
1. Pengertian pendidikan dilihat dari beberapa batasan arti pendidikan yaitu:
a) Batasan dari segi Filsafat Pendidikan
Menurut Prof. Dr. N. Drijakara, pendidikan adalah pemanusiaan manusia
muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
b) Batasan dari segi Ilmu Pendidikan
Menurut Prof. Dr. M. J. Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
berujung pada kedewasaan anak atau lebih tepat membantu anak agar
cakap melaksanakan tugasnya sendiri. Sedangkan menurut Ki Hajar
Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup dan tumbuhnya
anak-anak maksudnya pendidikan itu menuntun segala kodrat yang ada
pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-setingginya.
c) Batasan dari segi Sosial Pendidikan
Menurut John Owey, pendidikan adalah proses membangun dan
membawa. Sedangkan menurut Francis J. Brown, pendidikan adalah
proses kontrol yang memperhatikan perubahan perilaku yang dihasilkan
seseorang dan seseorang dalam kelompok.
d) Batasan dari segi Psikologi Belajar
Menurut Arthur K. Ellis, John J. Cogan, dan Kenneth R. Howey,
pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar seseorang selama
hidupnya, bukan hanya dalam pengalaman pendidikan formal. Ini adalah
proses dimana seseorang mendapatkan, mengerti dirinya sendiri seperti
mengerti lingkungannya.
2. Pengertian Pendidikan menurut GBHN
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa.

4
3. Pendidikan Menurut Fungsinya
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat
dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20
tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Pendidikan sebagai proses pembentuk pribadi
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis terarah pada
terbentuknya kepribadian anak didik yang berlandasan pancasila sesusai
dengan UU No 20 tahun 2003 dalam membangun generasi bangsa yang lebih
baik.
5. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan diartikan sebagai bimbingan kepada anak didik untuk
mengembangkan bakat yang dapat digunakan untuk bekerja. UUD 1945
pasal 25 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

B. Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan filsafat dengan
makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah secara radikal,
menyeluruh, dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai
kehidupan dan dunia. Dimana konsepsi-konsepsi ini bersumber dari dua
faktor, yaitu religi dan etika yang beracuan pada keyakinan dan ilmu
pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Tujuan filosofis tentang sesuatu,
termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta berpikir panjang sampai
sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam
dua pendekatan, yakni:
1) Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan
oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberikan makna
kepada ilmu pengetahuannya dalam proses perkembangan itu sendiri.

5
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika,
epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk),
estetika, metafiska, serta sosial dan politik.

a) Pengertian tentang Landasan Filosofis


Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena
filsafat mencoba merumuskan suatu citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha menjadi perujudan citra
itu.
Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme,
Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme, dan Ekstensialisme.
1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan
pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan
ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada
kebaikan universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu
dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini
melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang
menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.

b) Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menerapkan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Sedangkan ketetapan
MPR RI No. II/MPR/1978 tetntang P4 menegaskan pula bahwa

6
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangas
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar Negara
Indonesia.

2. Landasan Sosiologis
Manusia adalah makhluk yang satu-satunya memiliki pikiran dari
mahluk lainnya. Maka daripada itu bisa dikatakan kodrat manusia ialah
sebagai makhluk individu dan makhluk social. Sebagai makhluk individu
manusia memiliki pribadi yang bernilai, dimana haknya itu tidak bisa
direndahkan atau dirampas. Untuk melindungi hak-haknya tersebut, manusia
juga memerlukan bantuan pertolongan untuk pertumbuhannya. Maka dari itu
manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tapi juga sebagai makhluk
social yang selalu berinteraksi satu sama yang lainya. Manusia sebagai
makhluk social selalu hidup berkelompok dimana mereka bertempat tinggal.
Dimana dalam hidup berkelompok ini, manusia dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan manusia lain agar menjadi manusia yang utuh dalam
beradaptasi dengan lingkungannya. Kehidupan social manusia tersebut
dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang
sebenarnya sebagai acuan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan
tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang
kukuh. Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari
pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August
Comte (1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
positif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai
tindakan social yang menjelma dalam realitas social dalam hubungan individu
ataupun kelompok. Mengingat banyaknya realitas sosial maka lahirlah
berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi,
sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan dan lain
sebagainya.

7
a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Proses sosial yang terjadi di masyarakat sangat mempengaruhi
perkembangan pendidikan. Pendidikan merupakan perantara social yang
berfungsi untuk mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat,
agar terwujud homogenitas. Maka dari itu di dalam dunia pendidikan sangat
diperlukan landasan sosiologis yang akan membekali tenaga pendidik untuk
bersosialisasi terhadap peserta didik dalam komundikasi yang baik suatu
proses. Perhatian sosiologi terhadap pendidikan sangat intensif, sehingga
munculah cabang sosiologi pendidikan dalam meningkatkan kegiatan mutu
pendidikan kedepannya. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah
tentang proses sosial dan pola-pola interaksi di dalam lingkup sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang
mempelajari:
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol social dan sistem
kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses
social dan perubahan kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dengan kelas social atau sistem status.
e) Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan
ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan
kebudayaan di luar sekolah.
b) Pola interaksi social atau struktur masyarakat sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a) Peranan social guru.
b) Sifat kepribadian guru.
c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.

8
4. Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok social lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya
terhadap organisasi sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem
social komunitas kaum tidak terpelajar.
c) Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi
kependidikannya.
d) Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan
organisasi sekolah.
Sosiologi pendidikan tidak hanya mencakup pendidikan secara formal,
tetapi juga di non formal seperti diluar dari lingkup sekolah. Pendidikan
yang paling terpenting bukan hanya sama seperti disekolah contohnya
pendidikan dikeluarga. Pendidikan dalam keluarga sangatlah penting karena
keluarga adalah tempat pertama anak mendapat pendidikan dari kedua orang
tuanya. Suatu proses yang dalam perkembangan dalam pertumbuhannya
pasti anak dapatkan dari ayah dan ibu mereka masing-masing. Dorongan,
dukungan dan pendidikan yang keluarga berikan akan sangat
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Dalam UU RI No. 2 Tahun
1989 Pasal 10 Ayat 4 dinyatakan bahwa Pendidikan keluarga merupakan
bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan. Dan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 7 ayat 1 dinyatakan
bahwa orang tua barhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan
dan memperoleh informasi tetnang perkembangan pendidikan anaknya.
Walaupun anak sudah banyak mendapatkan pendidikan di sekolah tetapi di
dalam keluarga jaga anak harus mendapatkan pengawasan dan pendidikan
yang cukup dalam proses pertumbuhan mereka. Situasi dan kondisi yang
keluarga alami seperti pola hubungan orang tua dan anak, keberadaan orang
tua, perbedaan kelas social keluarga dan sebagainya sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.

9
Selain sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat dipengaruhi
oleh interaksi social masyarakat dan lingkungan, seperti mengikuti
keorganisasian di lingkungan rumah, pramuka, keagamaan dan sebagainya.
Kebanyakan anak terkadang dalam proses pergaulan memilih kelompok
sebaya dari pada yang umurnya lebih dewasa. Dari pergaulan kelompok
sebaya seperti cara bergaul, komunikasi dan tata karma sangat berpengaruh
dalam proses pertumbuhan mereka. Kelompok sebaya ini tidak bersifat
tetap. Seiring berjalannya usia, anak akan mempunyai kelompok sebaya
yang berbeda-beda bahkan bisa memiliki banyak kelompok dalam waktu
yang bersamaan. Kelompok sebaya ini tidak memiliki tujuan yang tetap
dalam proses pendidikan, namun kekompakan dan kesolidaritasan yang
baik dapat memberikan semangat dan dorongan yang kuat untuk anak dalam
perkembangan dirinya. Rasa peduli dan saling menghargai dalam kelompok
sebaya akan memberikan pendidikan yang sangat berarti dalam
menumbuhkan sikap yang baik.
Di dalam masyarakat pastinya ada pengaruh sosilisasi atau interaksi
untuk proses pertumbuhan pendidikan. Dari sisi lain, tidak kalah pentingnya
juga yaitu pengaruh pendidikan terhadap masyarakat. Ini pasti mengacu
pada tujuan pendidikan yang sebenarnya. Apakah pendidikan
mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakatnya (penekanan pada
sosialisasi) atau mempersiapkan anak untuk merombak memperbarui
masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Pada umumnya pendidikan
yang dilaksanakan tidak memilih salah satu pendapat tersebut, tetapi
diupayakan seimbang antara upaya pelestarian dan pengembangan. (Umar
Tirtarahardja, 2010: 97-98)

b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan


Nasional (Sisdiknas)
Masyarakat adalah tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan diantara
manusia, dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi didalam hubungan
manusia-manusia. Masyarakat mencakup sekelompok orang dengan suatu
budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-

10
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit
adalah struktur social. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri
utama antara lain:
a) Ada interaksi antara warga-warganya.
b) Pola tingkah laku warganya dapat diatur oleh adat istiadat, norma-norma
hukum, dan aturan-aturan yang khas.
c) Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah,
kesatuan adat-istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai
patriotism, nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan social dan lain-
lain.
Masyarakat Indonesia mengalami perjalanan yang cukup panjang, mulai
dari zaman prasejarah hingga zaman kemerdekaan sekarang ini. Melalui
perjalanan panjang ini masyarakat Indonesia akhirnya mencapai satu kesatuan
politik untuk mendirikan satu Negara dan berusaha mewujudkan satu
masyarakat Indonesia sebagai masyarakat Bhineka Tunggal Ika. Sampai saat
ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik, yaitu:
1) Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat-istiadat, dan
kedaerahan.
2) Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara
lapisan atas, menengah, dan lapisan rendah.
Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat Indonesia yang menonjol adalah:
a) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok social atau golongan social
jajahan yang sering seringkali memilki sub-kebudayaan sendiri.
b) Memiliki strktur social yang terbagi-bagi.
c) Seringkali anggota masyarakat atau kelompok tidak mengembangkan
konsensus diantara mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar.
d) Di antara kelompok, relative seringkali mengalami konflik-konflik.
e) Terdapat saling ketergantungan dibidang ekonomi.
f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok
social yang lain.

11
g) Secara relative integrasi social sukar dapat tumbuh.
Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik
baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian
juga halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus
sepenuhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat
bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang
pembangunan, utamanya dalam pendidikan politik, maka sisi ketunggalan
dari bhineka tunggal ika makin mencuat. Berbagai upaya yang dilakukan,
baik melalui kegatan jalur sekolah (umpamanya dengan mata pelajaran
pendidikan moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dan lain-
lain), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan
P4 nonpenataran, dan lain-lain), telah mulai menumbuhkan benih-benih
persatuan dan kesatuan yang semakin kukuh. Berbagai upaya tersebut
dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan
masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian
yang semestinya dengan antara lain dimasukkannya muatan local di dalam
kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan
masyarakat Indonesia itu telah dikukuhkan dalam UU-RI No.2 Tahun 1989
Pasal 37 dan Pasal 14 Ayat 3 dan 4. Perlu ditegaskan bahwa muatan local di
dalam kurikulum tidak dimaksudkan sebagai upaya membentuk manusia
local, akan tetapi haruslah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan manusia Indonesia disuatu local tertentu. Dengan demikian
akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan
berjiwa nasional akan tetapi yang memahami dan menyatu dengan
lingkungan (alam, social, dan budaya) disekitarnya. (Umar Tirtarahardja,
2010: 99-100)

3. Landasan Kultural
Antara pendidikan, manusia dan kebudayaan memiliki keterkaitan satu
sama lain. Manusia yang merupakan makhluk intelektual tidak akan pernah
bisa lepas dari pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses yang
berlangsung terus menerus sepanjang hayat. Sedangkan antara manusia dan

12
kebudayaan juga memiliki keterkaitan. Manusia yang menciptakan
kebudayaannya sendiri dari kejadian atau kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari yang alami dan melestarikannya secara turun temurun. Kemudian antara
pendidikan dan kebudayaan juga memiliki hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan atau dikembangkan secara turun temurun
melalui pendidikan baik secara informal, nonformal maupun formal.
Sebaliknya bentuk ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat tersebut. Oleh karenanya, dalam UU-RI No. 2 tahun
1981 pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan sistem
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada Pancasila dan UUD
1945.
Pengertian mengenai kebudayaan yaitu hasil karya, cipta dan rasa
manusia yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
adat, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
anggota masyarakat serta cara hidup yang dimiliki dan dikembangkan oleh
kelompok individu tertetu yang kemudian dikenal sebagai masyarakat.

a. Pengertian Landasan Kultural


Landasan kultural adalah kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia
beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya
belajar. Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud :
1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3) Fisik yakni hasil karya masyarakat.
(Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005: 100)
Agar kebudayaan tidak pudar dan terkikis oleh zaman maka kebudayaan
tersebut harus dilestarikan dan diwariskan secara turun-temurun melalui
pendidikan. Baik itu berupa pendidikan informal yang terjadi di lingkungan
keluarga, pendidikan non formal yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat
yang berkelanjutan dan belangsung dalam kehidupan sehari-hari serta melalui
pendidikan formal yang melalui lembaga khusus seperti sekolah. pewarisan
kebudayaan melalui pendidikan formal itu sudah sangat jelas. Sekolah yang

13
merupakan lembaga pedidikan formal yang mempunyai peranan yang sangat
penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi
kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk
mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan
zaman. Sekolah telah memiliki mata pelajaran khusus untuk melatih dan
mengajar anak didiknya untuk mengetahui, mempelajari dan melestaraikan
kebudayaanya di daerah dan negaranya. Misalnya melalui mata pelajaran seni
budaya siswa di didik untuk tahu tentang seni yang ada di daerah dan negaranya
kemudian melalui mata pelajaran bahasa daerah siswa dilatih tata cara
berbahasa yang sesuai dengan budaya setempat.

b. Kebudayaan Nasional Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional


(Sisdiknas)
Bangsa Indonesia memiliki beragam kebudayaan, dimana seluruh daerah
memiliki kebudayaannya masing-masing dan berbeda-beda. Maka untuk
melestarikan kebudayaan tersebut agar selalu bisa menyesuaikan dengan zaman
namun tetap menjaga keutuhan kesatuan RI diperlukanlah sistem pendidikan
nasional (Sisdiknas). Yang dimaksud dengan Sisdiknas atau sistem pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia.
Seperti yang telah tertuang pada UU-RI No. 2/1989 pasal 1 ayat 2.
Salah satu upaya pemerintah dalam menyelaraskan keragaman atau
kemajemukan budaya di Indoesia yang tumbuh dari adat istiadat, tata cara, tata
karma, kesenian bahasa dan sastra di wilayah tertentu yang berbeda-beda adalah
dengan bantuan lembaga sekolah yaitu dengan memberlakukan sistem muatan
lokal di dalam kurikulum sekolah utamanya di sekolah dasar (SD). Misalnya
dengan mengadakan mata pelajaran bahasa daerah atau menggunakan bahasa
daerah dalam proses belajar mengajar. Tujuannya adalah agara kebudayaan di
Indonesia tetap lestari dan tidak di tinggalkan oleh kaum muda. Pelestarian dan
pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia.

14
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Psikologi dan Landasan Psikologi
Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu psyche yang
berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat
diartikan yaitu ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Branca psikologi
merupakan ilmu tentang perilaku. Sedangkan menurut Woodworth dan
Marquis, psikologi adalah ilmu tentang aktivitas individu, baik aktivitas
motorik, kognitif maupun emosinonal. Dari pengertian diatas, dapat
disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan
perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa
itu.
Sehingga, Landasan Psikologis merupakan pemahaman terhadap
peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan. Karena merupakan
salah satu kunci keberhasilan pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena
itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya
dalam bidang pendidikan.
Dalam kenyataannya setiap individu adalah unik dan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya baik dari segi intelektual, kepribadian,
penalaran sifat dan hal lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
berbagai aspek kejiwaan antara peserta didik, yang tidak hanya disebabkan
oleh kecerdasan dan bakat tapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat
perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang
pendidik untuk mengetahui bahwa setiap individu itu unik agar pendidik bisa
memahami perilaku peserta didiknya serta memberikan solusi dan
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan
memahami kejiwaan seseorang.
A.Maslow mengemukakan kategorisasi kebutuhan-kebutuhan menjadi
enam kelompok, mulai dari yang paling sederhana dan mendasar meliputi:

15
1) Kebutuha fisiologis: Kebutuhan untuk mempertahankan hidup
2) Kebutuhan rasa aman: Kebutuhan untuk secra terus menerus merasa aman
dan bebas dari ketakutan
3) Kebutuhan akan cinta dan pengakuan: Kebutuhan berkaitan dengan kasih
sayang dan cinta dalam kelompok dan dilindungi oleh oranglain.
4) Kebutuhan harga diri (esteem needs): Kebutuhan berkaitan dengan
perolehan pengakuan oleh orang lain sebagai orang yang berkehendak baik.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri: Kebutuhan untuk dapat melakukan
sesuatu dan mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki (menyatakan
pendapat, perasaan, dan sebagainya)
6) Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami: Kebutuhan yang berkaitan
dengan penguasaan iptek.
(Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005: 106)

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis


Keberhasilan seorang pendidik dalam melaksanakan berbagai
peranannya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan
peserta didik, serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktek
pendidikan. Jadi peranan peserta didik tidak hanya membantu peserta didik
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangannya tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta
didiknya. Oleh karenanya penting bagi pendidik untuk memahami
perkembangan peserta didik atau yang sering disebut tumbuh kembang
peserta didik.
Setiap individu dalam perjalanan hidupnya mengalami perkembangan
(development). Perkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung
terus menerus sejak terjadinya pembuahan (conception) hingga meninggal
dunia. Adapun perubahan-perubahan dalam perkembangan individu tersebut
dapat terjadi karena dua hal, yaitu: 1) kematangan (maturation) dan 2)
belajar (learning).
Selain istilah perkembangan, istilah pertumbuhan juga sering digunakan
untuk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri individu

16
yang mengarah pada perubahan bentuk fisik seperti tinggi badan. Crow &
Crow mengemukakan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan perubahan-
perubahan struktural dan fisiologis (jasmaniah) pada diri seseorang yang
berlangsung sejak saat konsepsi melalui periode-periode prenatal (dalam
kandungan) dan postnatal (setelah lahir) sampai kedewasaannya. Jadi,
pertumbuhan merupakan proses perubahan yang berkenaan dengan aspek
fisik atau jasmaniah individu seperti perubahan tinggi badan, berat badan dan
sebagainya. Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan-
perubahan yang terutama berhubungan dengan aspek psikis atau hidup
kejiwaan individu seperti perubahan mental, sosial, emosi, dan sebagainya.
Perubahan-perubahan tersebutlah yang dapat melahirkan tingkah laku yang
dapat diamati, meskipun tidak dapat diukur seperti yang terjadi pada
perubahan-perubahan pada aspek jasmaniah. Namun, karena individu itu
hakikatnya adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi atau tak dapat dipisah-
pisahkan, maka sesunguhnya antara proses pertumbuhan dan perkembangan
itu pun pada dasarnya sulit untuk dipisahkan satu sama lainnya dan memiliki
hubungan yang sangat erat. Oleh karena itu pertumbuhan akan selalu terlibat
dalam proses perkembangan.
Ada dua periode tumbuh kembang yaitu:
1) Masa Prenatal yaitu masa sebelum lahir
2) Masa Postnatal yaitu masa sesudah lahir yang meliputi masa bayi, kanak-
kanak, anak sekolah, remaja, dewasa, kemunduran dan masa ketuaan
(Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, 2005: 108)
Tumbuh kembang peserta didik merupakan hal penting yang menjadi
dasar agar bisa memahami peserta didik dalam menentukan keputusa dan atau
tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang secara efektif
dan efisien.
Selain itu hal lain yang perlu dijadikan modal dalam memahami
peserta didik adalah perkembangan kepribadian yang meliput factor keluarga,
hereditas (keadaan fisik, intelegensi, tempramen dan sebagainya) serta factor
social budaya di lingkungan keluarga. Prinsip-prinsip perkembangan
kepribadian ialah bahwa perkembangan kepribadian mencangkup aspek

17
behavioral maupun aspek motivasional. Prinsip kedua dari perkembangan
kepribadian adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan yang
menerus dan tidak terputus-putus.
Terdapat dua hal tentang kepribadian yang sangat penting ditinjau dari
konteks perkembangan kepribadian yakni :
1. Terintegrasi seluruh komponen ke pribadian ke dalam struktur yang
terorganisir secara sistematik
2. Terjadinya pola-pola tingkah laku yang konsisten dalam menghadapi
ligkungannya
(Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005: 110)
Kedua hal tersebut memiliki hubugan yang sangat erat dalam proses
pembentukan konsep diri seorang anak. Mungkin semasa bayi konsep Aku
atau konsep diri tidak terlalu jelas namun lama kelamaan konsep tentang diri
anak tersebut akan semakin jelas dengan adanya factor keadaan fisik, proes
maturasi, harapan-harapan orang tua, sikap anggota keluarga, masalah personal
dan ekonomi keluarga, lingkungan sekolah teman sebaya dan beberapa factor
lain yang membentuk persepsi, konsepsi dan sikap terhadap dirinya sendiri,
oleh karena itulah amat penting menumbuhkan sifat positif tentang dirinya
sendiri.
Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar
dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak
guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan
pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru
atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti
dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi,
aspirasi, dan kebutuhan peserta didik.
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah
1) Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat,
kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian,
dan lain-lain.
2) Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran.

18
3) Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
4) Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5) Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
6) Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
7) Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
8) Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
9) Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
10) Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis


Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mengandung makna norma
dasar yang bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk
menerapkannya dalam usaha pendidikan. Norma dasarnya yang bersumber
dari ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus mengandung ciri-ciri keilmuan
yang hakiki.
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis,
epistemologis, dan aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa
disebut ilmu ataupun ilmu pengetahuan. Landasan ontologis dari ilmu
berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu adalah: Ilmu membatasi
objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat empiris, yang dapat
ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung maupun dengan bantuan
alat lain (mikroskop, teleskop, dan sebagainya). Untuk itu, ilmu
mempunyai tiga asumsi tentang objek empiris itu, yakni:
1. Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang
memungkinkan dilakukan klasifikasi.
2. Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan
(kelestarian yang relative).
3. Adanya determinisme, bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian
yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap.

19
Landasan epistemology dari ilmu berkaitan dengan segenap
proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, yakni: Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode
keilmuan. Landasan aksiologis dari ilmu berkaitan dengan manfaat atau
kegunaan pengetahuan ilmiah itu, yakni: Ilmu telah berjasa mengubah
wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan
manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu itu digunakan
untuk mengancam martabat dan kebudayaan manusia. Dengan kata lain,
manusia pemilik ilmu yang harus menentukan apakah ilmunya itu
bermanfaat bagi manusia atau sebaliknya.
Ketiga sisi ilmu pengetahuan itu seharusnya mendapat perhatian
yang proposional di dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan iptek tetapi juga ikut menyiapkan
manusia yang sadar iptek dan calon pakar iptek itu. Dengan demikian,
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan
pengembangan iptek tersebut.
Menurut pandangan M. T. Zen yang mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan
observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur
mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri
sendiri. Sedangkan teknologi diartikan dengan peristilahan, dan praktik
sains terapan yang mempunyai nilai praktek atau penggunaan di industry
(dalam arti sempit). Dalam arti yang agak lebih luas: teknologi adalah
semua proses yang bersangkutan dengan bahan. Teknologi bukanlah
bakat atau kodrat, melainkan harus dipelajari, baik sebagai sains terapan
maupun sebagai suatu kecakapan tangan.
Teknologi sebenarnya mencakup ilmu pengetahuan dan
engineering atau teknik. Jadi teknologi itu sendiri sebenarnya telah
mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya. Jadi sebenarnya, ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan
karena saling terkait. Ilmu pengetahuan tanpa teknologi bagaikan pohon

20
tidak berbuah, sedangkan teknologi tanpa ilmu pengetahuan bagaikan
pohon tanpa akar.
Keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan akibat
langsung dari eksistensi manusia yang kemudian membentuk historisitas
pendidikan sejak lahir sampai mati. Jadi, jika manusia tidak eksis dalam
rentetan panjang kependidikan, sesungguhnya ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak mungkin ada. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
suatu sistem intelektual pemberdayaan manusia yang dihasilkan dari
sistem kegiatan pendidikan. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
segala perubahan yang direncanakan oleh pendidikan dapat dikerjakan.

b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah


Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan
kehidupan manusia. Pengembangan dan pemanfaatan iptek pada
umumnya ditempuh rangkaian kegiatan: penelitian dasar, penelitian
terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan teknologi serta biasanya
diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran harusnya hasil dari perkembangan iptek mutakhir.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi mendukung tanggungjawab untuk membudayakan eksistensi
kehidupan manusia. Artinya: dengan peralatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia semakin lebih berpeluang untuk menciptakan
perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan yang lebih
berkembang dan maju. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan
misalnya, telah mampu memberikan manusia paradigma-paradigma yang
baru.
Selain itu, dengan teknologi, pendidikan mampu membuat
perubahan; dan dengan pendidikan, teknologi diharapakan mampu
membuat kehidupan semakin berkembang dan maju. Berkembang dan

21
maju dalam arti bernilai kultural manusiawi, sehingga segala kebutuhan
hidup dapat lebih mudah dicukupi dan dapat dimanfaatkan secara adil dan
merata. Dengan pendidikan teknologi, jalan menuju kesejahteraan umum
semakin terbuka.

C. Asas-Asas Pokok Pendidikan


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadikan dasar
atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberika arah dalam merancang dan melaksankan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat
dan Asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai Asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari system among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P Sistrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi yaitu:
- Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberikan contoh)
- Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberikan dukungan
dan semangat)
- Tut Wuri Handyani(jika dibelakang memberi dorongan)

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidika seumur hidup (life long education).
Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan
memperhatikan dua dimensi yaitu vertical dan horizontal
1) Dimensi vertical dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan
2) Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu keterkaitan antara
pengalama belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

22
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sendiri mungkin dikembangkan
kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujuda asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam
peran utama sebagai gasilitatir dan motifator. Salah satu pendidkatan yang
memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah
system CBSA (cara belajar siswa aktif).

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Pendidikan adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung
tranformasi pengetahuan nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan di dalam dan
di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long procces) dan
generasi ke generasi.
2. Landasan pendidikan dapat dilihat dari sudut pandang filosofis, sosiologis,
kultural, psikologis, ilmiah dan teknologi.
3. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah secara radikal, menyeluru, dan
konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan
dunia. Landasan sosiologis merupakan landasan yang berkaitan dengan proses
sosial dan pola-pola interaksi soaial. Landasan Kultural adalah kebudayaan
sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Landasan Psikologis merupakan
pemahaman terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan.
Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mengandung makna norma dasar
yang bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya
dalam usaha pendidikan.
4. Terdapat tiga pokok asas-asas pendidikan yaitu asas Tut Wuri Handayani, asas
belajar sepanjang hayat dan asas kemandirian dalam belajar.

3.2 Saran
Agar semua pihak lebih memahami bagaimana pentingnya landasan pendidikan
ini, sehingga masyarakat bisa menjadi masyarakat yang diharapkan bangsa yaitu
menjadi lebih maju, baik, berkembang, mandiri serta bisa meningkatkan
kehidupan bangsa dengan menjadikan landasan-landasan pendidikan sebagai
pijakan dan arah pembentukan manusia.

24
DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2015. 15 Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli.


http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-
para.html. diaskes tanggal 26 Agustus 2015
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan.
Rineka Cipta: Jakarta. Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud: (1) Ideal,
(2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3)Fisik
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan.
Rineka Cipta: Jakarta.Tumbuh kembang manusia sepanjang hidupnya sering
dikelompokkan menjadi beberapa periode.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan.
Rineka Cipta: Jakarta.Terdapat dua hal tentang kepribadian yang penting
ditinjau dari konteks perkembangan kepribadian
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan.
Rineka Cipta: Jakarta.kategorisasi kebutuhan menurut A.Maslow

iv

Anda mungkin juga menyukai