Kepengurusan Karang Taruna
Kepengurusan Karang Taruna
Kepengurusan Karang Taruna
https://karangtarunaku.blogspot.co.id/2015/09/keanggotaan-kepengurusan.html
Pengurus adalah mandataris MWKT dan TKKT pada wilayah organisasi yang bersangkutan,
yang selanjutnya disingkat PNKT untuk tingkat nasional, PKTP untuk tingkat provinsi,
PKTK untuk tingkat kota, PKTC untuk tingkat kecamatan, dan PKTL untuk tingkat
kelurahan.
Pada dasamya penetapan jabatan dan kedudukan seseorang dalam kepengurusan Karang
Taruna dalam berbagai tingkatan ditetapkan oleh Tim Formatur yang dipilih pada Forum
TKKT/MWKT, berdasarkan Keputusan TKKT/MWKT dengan Ketua terpilih sebagai Ketua
Tim Formatur.
Pengurus Pleno adalah semua pengurus yang secara definitif dikukuhkan dalam forum
tertinggi organisasi Karang Taruna masing-masing wilayah;
Pengurus Harian adalah pengurus yang hanya terdiri dari unsur Ketua, para Wakil
Ketua, Sekretaris, para Wakil Sekretaris, serta Bendahara dan para Wakil Bendahara.
Masa Bhakti/periodisasi kepengurusan untuk tingkat nasional hingga kecamatan lima (5)
tahun sedangkan untuk tingkat Kelurahan adalah tiga (3) tahun yang kemudian harus
meminta rekomendasi dari pengurus satu tingkat diatasnya untuk disyahkan/dikukuhkan oleh
Surat Keputusan Kepala Daerah yang bersangkutan, berlaku sejak pelaksanaan
TKKT/MWKT, bukan tanggal dikeluarkannya SK tersebut.
Jumlah kepengurusan untuk masing-masing tingkatan pada dasarnya ditentukan dalam Temu
Karya masing-masing, namun setiap tingkatan memiliki batasan maximal atau sebanyak-
banyaknya sebagai berikut:
Kota : 45 orang;
Kecamatan : 35 orang;
Kelurahan : 35 orang;
Kriteria Pengurus
Secara umum, untuk menjadi pengurus Karang Taruna seseorang harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
5. Bertanggung jawab, berakhlak baik, dan mampu bekerja dengan timnya maupun
dengan berbagai pihak;
9. Pernah duduk sebagai pengurus Karang Taruna minimal 2 (Dua) tingkat dibawahnya;
5. Mewakili organisasi ke dalam dan ke luar yang dilaksanakan oleh Ketua dan
Sekretaris;
2. Mendapatkan fasilitas yang sama baik berupa identitas, seragam maupun kesempatan;
1. Mematuhi Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna dan
ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
Janji Pengurus
Demi Allah/ Atas nama Tuhan/ Atas nama Sang Budha/ Demi Sang Hyang Widhi, saya
berjanji:
2. Taat pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna serta
ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
Struktur Kepengurusan
Setiap Karang Taruna mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional memiliki kepengurusan
dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari:
Ketua;
Wakil Ketua;
Sekretrais;
Wakil Sekretaris;
Bendahara;
Wakil Bendahara;
Istilah Bidang di tingkat nasional menjadi Departemen, istilah Bidang di tingkat provinsi
menjadi Biro, istilah Bidang di tingkat kabupaten/kota tetap Bidang, istilah Bidang di tingkat
kecamatan menjadi Bagian, istilah Bidang di tingkat desa/kelurahan menjadi Seksi.
Pemberhentian Kepengurusan
1. Meninggal dunia;
1. Meninggal dunia;
2. Karena habis masa baktinya dan disahkan (demisioner) dalam forum tertinggi KT
setelah menyampaikan pertanggungjawabannya;
3. Meletakkan jabatan (mengundurkan diri) karena satu dan lain hal yang tidak
memungkinkan untuk menjabat lagi, yang dibuat secara tertulis;
5. Diberhentikan oleh RPP jika ternyata yang bersangkutan terbukti bersalah dengan
keputusan hukum tetap (inkrah) di depan pengadilan dalam kasus pidana yang
merusak nama baik organisasi dan dirinya sendiri;
6. Diberhentikan dengan hormat oleh RPP Diperluas (yang mengundang pimpinan KT 1
(satu) tingkat dibawahnya, kecuali tingkat kelurahan) jika ternyata dalam kurun waktu
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun tidak dapat menunjukkan keaktifan dan tanggung
jawabnya sehinga kepengurusan/organisasi tidak berjalan sebagaimana amanat
TKKT/MWKT.
Pergantian Antarwaktu
Pergantian Antarwaktu pengurus adalah pergantian pengurus yang tidak dilakukan melalui
TK tetapi melalui Rapat Pengurus Pleno, yang selanjutnya disingkat PAW.
Apabila seorang pengurus berhalangan dan tidak dapat menjalankan tugas dan
wewenangnya, penanggung jawab langsung dari yang bersangkutan dapat
mengusulkan agar pengurus yang bersangkutan digantikan, dalam forum RPP;
Mensahkan penggantinya yang telah disetujui melalui keputusan RPP pengurus yang
bersangkutan;
Apabila RPP memutuskan untuk tidak menerima pergantian tersebut, maka pengurus
yang bersangkutan masih sah sebagai pengurus.
PAW akibat ketidakaktifan dan/atau kekosongan jabatan Ketua diatur sebagai berikut:
Pelaksana Ketua yang diberi mandat tersebut memiliki tugas dan wewenang yang
sama dengan Ketua yang telah diberhentikan;
Susunan pengurus sebagai hasil dari PAW diusulkan kepada Pembina Umum untuk
dikukuhkan;
Pengurus satu tingkat di atasnya dapat menunjuk care taker (karena tidak dipilih dalam Temu
Karya/Temu Karya Luar Biasa tetapi ditunjuk untuk menghindari kekosongan aktivitas dan
eksistensi organisasi atau meluruskan fungsi pengurus) bagi pengurus yang bersangkutan
apabila:
2. Pengurus menyimpang dari PD/PRT, Keputusan Temu Karya, Keputusan Raker, dan
keputusan pengurus yang lebih tinggi;
Evaluasi Kepengurusan
Evaluasi kepengurusan merupakan dasar dari penilaian terhadap perlu tidaknya dilakukan
Pergantian Antarwaktu (PAW) terhadap seorang pengurus. Pada dasarnya evaluasi
kepengurusan adalah pengkajian organisasi terhadap perlu tidaknya seseorang dilakukan
PAW berdasarkan :
Tingkat keaktifan dan partisipasi bagi pengurus diukur berdasarkan kriteria apabila dalam
kurun waktu sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai pengurus dan/atau tidak dapat menunjukkan kesungguhannya sebagai
pengurus baik dalam menghadiri rapat dan kegiatan organisasi lainnya, dalam berkomunikasi,
maupun dalam memberikan kontribusi, sebagaimana surat pernyataan kesediaan yang ditanda
tangani pengurus yang bersangkutan.
Evaluasi kepengurusan untuk menentukan perlunya PAW atau tidak dilakukan sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali disetiap tingkatan oleh Pengurus Harian untuk kemudian
dipertanggung-jawabkan dalam forum RPP. Selain meliputi PAW juga menyangkut
pemutasian (pemindahan) pengurus dari posisi sebelumnya ke posisi lain (reposisi) yang
dianggap tepat sesuai dengan prinsip posisi yang tepat untuk orang yang tepat.
2. Seorang Ketua Pengurus Karang Taruna hanya boleh mempunyai satu jabatan
rangkap pada kepengurusan diwilayahnya dan kepengurusan ditingkat atasnya;
3. Seorang Ketua Pengurus Karang Taruna tidak boleh merangkap jabatan juga sebagai
Ketua Pengurus Karang Taruna ditingkat kepengurusan diatasnya atau dibawahnya;
5. Setiap pengurus Karang Taruna yang mempunyai jabatan rangkap, maka yang
bersangkutan wajib membuat surat pernyataan bermaterai tentang kesanggupan dan
kesediaan menjalankan tugas dan wewenang organisasi dengan batasan waktu 1 (satu)
Bulan, Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, maka secara otomatis seorang
pengurus tersebut menjadi gugur pada jabatan di kepengurusan yang baru.