Dokumen tersebut merupakan pedoman proses asuhan gizi terstandar yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi dalam melaksanakan proses asuhan gizi yang berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman ini mencakup model, proses, langkah-langkah dan kewenangan tenaga gizi dalam proses asuhan gizi serta pengawasan
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
584 tayangan24 halaman
Dokumen tersebut merupakan pedoman proses asuhan gizi terstandar yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi dalam melaksanakan proses asuhan gizi yang berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman ini mencakup model, proses, langkah-langkah dan kewenangan tenaga gizi dalam proses asuhan gizi serta pengawasan
Dokumen tersebut merupakan pedoman proses asuhan gizi terstandar yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi dalam melaksanakan proses asuhan gizi yang berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman ini mencakup model, proses, langkah-langkah dan kewenangan tenaga gizi dalam proses asuhan gizi serta pengawasan
Dokumen tersebut merupakan pedoman proses asuhan gizi terstandar yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman ini memberikan panduan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi dalam melaksanakan proses asuhan gizi yang berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman ini mencakup model, proses, langkah-langkah dan kewenangan tenaga gizi dalam proses asuhan gizi serta pengawasan
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | PEDOMAN Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 ISBN 978-602-235-676-9 9 7 8 6 0 2 2
3 5 6 7 6 9 612.3 Ind p Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 612.3 Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Ind Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak p Pedoman proses asuhan gizi terstandar (PAGT). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2014 ISBN 978-602-235- 676-9 1. Judul I. NUTRITIONAL REQUIREMENTS Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya akhirnya penyusunan Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dapat diselesaikan dengan baik. Pedoman ini disusun agar tersedia acuan bagi tenaga kesehatan dan khusus nya tenaga gizi dalam melakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga terlaksana pelayanan gizi yang berkualitas. Pedoman ini mencakup Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar, Konsep, Proses dan Langkah Asuhan Gizi Terstandar, Kewenangan Tenaga Gizi dalam Proses Asuhan Gizi, serta Pengawasan dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi pada fasilitas pelayanan kesehatan. Ucapan terimakasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyusunan pedoman dan penggunaan buku ini. Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum wr.wb. Jakarta, Januari 2014 Direktur Bina Gizi Ir. Doddy Izwardy, MA KATA PENGANTAR | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar ii Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | iii Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya penyusunan Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) telah dapat diselesaikan. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai serta buku pedoman agar pelayanan gizi yang dilaksanakan dapat optimal berkontribusi dalam memberikan jaminan keselamatan pasien. Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan lain. Seperti pelayanan lainnya, pelaksanaan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan disiapkan untuk memenuhi tuntutan kualitas sesuai standar Akreditasi baru yang mengacu pada Joint Commission International (JCI) dengan tambahan muatan target Millennium Development Goals (MDGs). Terbitnya buku pedoman PAGT ini diharapkan menjadi pedoman untuk para pengelola fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan, karena pelayanan gizi dapat berjalan baik dengan perhatian dan dukungan kebijakan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi, untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang berbasis kompetensi dalam peningkatan profesionalisme. Oleh karena itu kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyusunan pedoman dan penggunaan buku ini. Jakarta, Januari 2014 Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Dr. Anung Sugihantono, M.Kes SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar iv Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya Pedoman yang merupakan pengejawantahan konsep Nutrition Care Process (NCP) dapat diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gizi yang berkualitas bagi masyarakat. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) disusun untuk mendukung terlaksananya patient safety dan menjalankan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang mengamanatkan upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. Dalam rangka memenuhi amanat tersebut diperlukan suatu proses asuhan gizi yang terstandar di semua fasilitas pelayanan kesehatan maka Kementerian Kesehatan perlu mempersiapkan buku pedoman PAGT yang sejalan dengan peraturan baru yang berlaku, perkembangan ilmu dan teknologi, serta kebijakan akreditasi di semua fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Saya memandang penting adanya pedoman ini untuk implementasi di lapangan. Semoga hadirnya buku pedoman PAGT ini dapat digunakan sebagai acuan tenaga gizi, manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan para pengelola pelayanan gizi di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, dalam upaya peningkatan kegiatan pelayanan gizi terintegrasi melalui jalinan kemitraan yang diharapkan akan meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat untuk mencapai status gizi yang baik. Saya mendukung dan memberikan apresiasi pada penyusunan buku ini. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman ini. Jakarta, Januari, 2014 Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U (K) SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN v | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar i Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | vii Kata Pengantar ...................................................................................................... i Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA .......................................... iii Sambutan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan ................................ v Daftar Isi ................................................................................................................... vii Daftar Lampiran .................................................................................................... ix Daftar Tabel ............................................................................................................. ix Daftar Gambar ........................................................................................................ x Daftar Singkatan ................................................................................................... x Bab I. Pendahuluan ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan ............................................................................................. 3 C. Sasaran ........................................................................................... 3 D. Ruang Lingkup ........................................................................... 3 E. Dasar Hukum ............................................................................... 4 F. Batasan Operasional .................................................................. 5 Bab II. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar ................................ 9 Bab IIII. Konsep, Proses dan Langkah Asuhan Gizi Terstandar ............ 11 A. Konsep PAGT ............................................................................... 11 B. Proses Asuhan Gizi Terstandar ............................................... 14 C. Langkah-Langkah PAGT ............................................................ 16 Bab IV. Kewenangan Tenaga Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi ................ 35 A. Tenaga Gizi Registered Dietesien (RD) ................................... 35 B. Tenaga Gizi Technical Registered Dietesien (TRD) .............. 36 C. Tenaga Gizi Nutrisionis Registered (NR) ................................ 37 Bab V. Pengawasan Dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi ............... 39 A. Tujuan Pengawasan Dan Pengendalian ............................. 39 B. Indikator Mutu Asuhan Gizi .................................................... 40 Bab VI. Penutup .................................................................................................... 43 DAFTAR ISI v | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar iii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01 Standarstandar Akreditasi Rumah Sakit Nasional dan Internasional Terkait PAGT di Rumah Sakit ......... 44 Lampiran 02 Contoh Soal .............................................................................. 52 Lampiran 03 Beberapa terminologi yang dipergunaka n .................. 60 Lampiran 04 Terminologi Diagnosis Gizi ................................................. 86 Lampiran 05 Pedoman Perhitungan Kebutuhan .................................. 93 Lampiran 06 Formulir Skrining Gizi ........................................................... 97 Lampiran 07 Formulir Asuhan Gizi .............................................................. 99 Lampiran 08 Formulir Evaluasi Asuhan Gizi ........................................... 100 Lampiran 09 Standar Prosedur Operasional Pengisian Skrining Gizi Pasien Dewasa ............................................... 101 Lampiran 10 Instruksi Kerja ........................................................................... 104 Lampiran 11 Kebijakan .................................................................................. 106 Lampiran 12 Form Pengawasan dan Pengendalian ............................ 108 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 110 Tim Penyusun ......................................................................................................... 112 DAFTAR TABEL Tabel 1. Data yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT ............................................................. 33 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses dan Model Asuhan Gizi Terstandar ................... 9 Gambar 2. PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi) ................. 13 Gambar 3. Langkah-langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar ................................................................................. 14 Gambar 4. Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Inap ................................................................... 15 Gambar 5. Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Jalan .................................................................. 16 Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ix DAFTAR SINGKATAN ADA : American Dietetic Asosiation ASDI : Asosiasi Dietisien Indonesia PAGT : Proses Asuhan Gizi Terstandar NCP : Nutrition Care Process RD : Registered Dietisien TRD : Technical Registered Dietisien NR : Nutrisionis Registered ADIME : Assesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu sub-sistem dalam pelayanan kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang lebih strategis. Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecenderungan peningkatan kasus yang terkait gizi baik, pada individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk mempercepat penyembuhan. Hasil studi kohort tahun 2011 yang dikenal dengan penelitian SARMILA di 3 (tiga) rumah sakit (RS Dr. Sardjito Yogyakarta, RS M. Djamil Padang dan RS Sanglah Denpasar), diketahui pasien dengan asupan energi tidak cukup selama di rumah sakit mempunyai risiko lebih besar untuk malnutrisi dan terdapat perbedaan yang signifikan lama hari rawat inap pada pasien dengan asuhan gizi dan pelayanan gizi konvensional. Dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pemberian dukungan gizi yang tepat melalui pelayanan asuhan gizi terstandar dan berkualitas oleh sumber daya manusia yang profesional. Sejak tahun 2003 American Dietetic Association (ADA) menyusun Standarized Nutrition Care Process (NCP). Kemudian pada tahun 2006, Asosiasi Dietisien Indonesia (ASDI) mulai mengadopsi NCP-ADA menjadi Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Proses terstandar ini adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar yang dimaksud adalah memberikan asuhan gizi dengan proses terstandar, yaitu menggunakan struktur dan kerangka kerja yang konsisten sehingga | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar setiap pasien yang bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah proses asuhan gizi yaitu: asesmen, diagnosis, intervensi serta monitoring dan evaluasi gizi. Asuhan gizi yang aman dan efektif dengan membuat keputusan secara sistematis, menggunakan keterampilan berpikir kritis, spesifik dalam tiap langkah proses asuhan gizi, menggunakan terminologi yang seragam untuk mendokumentasikan dan berkomunikasi di setiap langkah PAGT yang berlandaskan ilmu gizi yang mutakhir, sehingga tercapai asuhan gizi yang berkualitas tinggi. Kualitas menunjukkan besarnya kemungkinan tingkat keberhasilan asuhan gizi dapat tercapai. Ukuran kualitas tergambar dari evaluasi keberhasilan asuhan gizi dan kepatuhan tenaga gizi melaksanakan PAGT pada setiap pasien yang mempunyai masalah gizi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik pasien yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya melalui pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut dengan pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi. Contoh standar akreditasi rumah sakit yang terkait dengan PAGT ada pada lampiran 01. Sebagai upaya untuk menstandarkan kualitas asuhan gizi seperti tersebut di atas, maka Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI menyusun Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) sebagai acuan bagi tenaga gizi di fasilitas pelayanan kesehatan. B. TUJUAN Tersedianya pedoman bagi tenaga gizi dalam melakukan PAGT di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga terlaksana pelayanan gizi yang berkualitas. C. SASARAN Tenaga gizi di semua fasilitas pelayanan kesehatan Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang dibahas dalam buku pedoman ini mencakup: 1. Latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dasar hukum dan batasan operasional. 2. Model Proses Asuhan Gizi Terstandar 3. Proses Asuhan Gizi Terstandar 4. Kewenangan Tenaga Gizi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar 5. Pengawasan dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi. E. DASAR HUKUM 1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia 6. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 23 /KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/PER/VII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi 10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) F. BATASAN OPERASIONAL 1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki keinginan untuk tahu lebih dalam. 3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsipprinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan. 4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya. 5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada pelaksanaan PAGT dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan lain yang menangani masalah gizi tersebut. 6. Membuat keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 7. Memecahkan masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi, formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil. 8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/ klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. 9. Nutrisionis Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. 11. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan berbagai kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang objektif untuk perbaikan berkelanjutan. 12. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien/ klien. 13. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. 14. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri. 15. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal. 16. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundan-undangan. 17. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga Gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR) dan Registered Dietisien (RD). Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | Asuhan gizi yang optimal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana asuhan gizi tersebut dilaksanakan, seperti gambar di bawah ini. Gambar 1. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 7 7 BAB II MODEL DAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR Asuhan gizi yang optimal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana asuhan gizi tersebut dilaksanakan, seperti gambar di bawah ini. Gambar 1. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar Keberhasilan asuhan gizi membutuhkan kemampuan tenaga gizi dalam berkomunikasi, menunjukkan empati, membangun kepercayaan dengan pasien/klien seperti terlihat pada lingkaran pusat dari gambar di atas (Gambar 1). Dengan melalui tahapan PAGT, dari langkah asesmen (A) diagnosis (D) intervensi (I) dan monitoring evaluasi gizi (ME), dikumpulkan dan dianalisis data yang relevan, diidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabnya, dibuat rencana penanganan dan Asesmen Gizi Diagnosis Gizi Pengumpulan, analisa Identifikasi, penamaan Dan dokumentasi masalah gizi, Data penentuan faktor Penyebab, tanda dan gejala, dokumentasi Intervensi Gizi Perencanaan, Implementasi, dokumentasi, intervensi gizi Tenaga Gizi Pasien Monitoring & Evaluasi Gizi mengukur data dan evaluasi dampak, didokumentasi Kondisi Lokal Komunikasi Kolaborasi Pengetahuan Dietetik Skrining dan sistem rujukan Sistem pelaporan dan evaluasi Sistem Sosial dan Budaya Berbasis fakta Kompetensi Berfikir Kritis Sisem Pelayanan Kesehatan Keberhasilan asuhan gizi membutuhkan kemampuan tenaga gizi dalam berkomunikasi, menunjukkan empati, membangun kepercayaan dengan pasien/klien seperti terlihat pada lingkaran pusat dari gambar di atas (Gambar 1). Dengan melalui tahapan PAGT, dari langkah asesmen (A) diagnosis (D) intervensi (I) dan monitoring evaluasi gizi (ME), dikumpulkan dan dianalisis data yang relevan, diidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabnya, dibuat rencana penanganan dan diimplementasikan selanjutnya dilakukan monitoring dan evaluasi hasil asuhan gizi seperti terlihat pada kotak dalam dari gambar di atas (Gambar 1). Proses asuhan gizi terstandar ini akan terlaksana dengan baik bila dilandasi dengan pengetahuan gizi yang baik, keterampilan dan kemampuan tenaga gizi dalam menerapkan praktek berbasis fakta (evidence based practice), BAB II MODEL DAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar mentaati kode etik profesi dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti terlihat pada kotak tengah dari gambar di atas (Gambar 1). Secara makro faktor infrastruktur seperti kondisi ekonomi, sistem sosial budaya, sistem pelayanan kesehatan dan kondisi lokal sangat berpengaruh terhadap asuhan gizi, seperti terlihat pada kotak luar dari gambar di atas (Gambar 1). PAGT dilaksanakan pada pasien/klien dengan risiko masalah gizi yang dapat diketahui dari proses skrining gizi dan rujukan yang dilakukan oleh perawat. Untuk meningkatkan kualitas asuhan gizi perlu ada sistem evaluasi hasil asuhan gizi yang telah dilaksanakan. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | A. KONSEP DASAR PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR Gizi berperan penting dalam kesehatan. Gizi mempengaruhi proses tumbuh kembang pada anak, memelihara kesehatan umum, mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dan melindungi tubuh terhadap penyakit. Bagi orang sakit, gizi dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit, timbulnya komplikasi, lamanya hari rawat dan mortalitas. Oleh karena itu asupan makanan dalam jumlah dan jenis zat gizi yang sesuai kebutuhan sangat penting bagi orang sehat maupun orang yang sakit. Status gizi merupakan kondisi keseimbangan asupan zat gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi baik bila berada dalam keadaan sesuai. Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan di masyarakat. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit, dan berbagai tahap pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi. Dalam upaya penanganan problem gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab yang mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan pilihan intervensi yang lebih sesuai. Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT. Monitoring dan BAB III KONSEP, PROSES DAN LANGKAH ASUHAN GIZI TERSTANDAR 10 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi. Contoh pendokumentasian mengenai faktor penyebab masalah gizi adalah sebagai berikut: 1. Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi 2. Perilaku 3. Kultur budaya 4. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi 5. Riwayat personal (usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi, serta riwayat sosial dan sebagainya) 6. Kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi 7. Terapi medis bedah atau terapi lainnya yang berpengaruh pada gizi 8. Kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu, 9. Masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya) 10. Ketersedian, suplai dan asupan makanan yang sehat dan air. Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk berkomunikasi dan mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi secara internasional telah dipublikasikan oleh Academy of Nutrition and Dietetics dalam buku International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual: Standardized Language for the Nutrition Care Process yang berisi terminologi mengenai 4 langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar dapat dilihat pada Gambar 2. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 11 Gambar 2. Gambaran PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi) P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 11 11 Gambar 2. Gambaran PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi) Keterangan: NI : Nutrition Intake FH : Food History NC : Nutrition Clinical BD : Biochemical Data NB : Nutrition Behaviour AD : Antropometri Data NP : Nutrition Prescription PD : Physical Data ND : Nutrition Dietary CH : Client History E : Education C : Counselling Terminologi Diagnosis Gizi Domain Asupan (NI) Domain Klinis (NC) Domain Lingkungan Perilaku (NB) Terminologi Intervensi Gizi Preskripsi Diet (NP) Pemberian makan/zat gizi (ND) Edukasi Gizi (E) Konseling Gizi Koordinasi Asuhan Gizi (RC) PAGT Langkah 1 Asesmen Gizi PAGT Langkah 2 Diagnosis Gizi PAGT Langkah 3 Intervensi Gizi PAGT Langkah 4 Monitoring dan Evaluasi Gizi Terminologi Pengkajian Gizi Riwayat Gizi (FH) Laboratorium (BD) Antropometri (AD) Pemeriksaan fisik gizi (PD) Riwayat Klien (CH) Keterangan: NI : Nutrition Intake FH : Food History NC : Nutrition Clinical BD : Biochemical Data NB : Nutrition Behaviour AD : Antropometri Data NP : Nutrition Prescription PD : Physical Data ND : Nutrition Dietary CH : Client History E : Education C : Counselling B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat dilihat pada Gambar 3. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari assessment gizi. Contoh alur proses PAGT di rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat di Gambar 4 dan Gambar 5. 12 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 12 12 B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkahlangkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat dilihat pada Gambar 3. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari assessment gizi. Contoh alur proses PAGT di rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat di Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar Re- asesmen Langkah 1. Pengkajian/asesmen Gizi Mengumpulkan, verifikasi, interpretasi data yang relevan untuk identifikasi problem gizi Langkah 2. Diagnosis Gizi Menyimpulkan dengan pernyataan PES Sign/Symptom (S) Data yang menunjukkan adanya problem dan dapat di ukur secara kuantitatif dan kualitatif Etiologi (E) Akar penyebab masalah Etiologi (E) Sasaran intervensi Sign/Symptom (S) Ukuran keberhasilan intervensi gizi Langkah 3. Intervensi Gizi Langkah 4 Monitoring dan Evaluasi Problem (P) Penamaan masalah gizi sesuai terminologi diagnosis gizi Gambar 4. Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 13 13 Gambar 4. Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap (2) Diagnosis Gizi (1) Asesmen Gizi (4) Monitoring & Evaluasi Keterangan : *) = Skrining ulang setelah 7 hari Sumber : Modifikasi dari AsDI (2011), Proses Asuhan Gizi Terstandar. Pasien masuk Skrining - Riwayat gizi - Antropometri - Laboratorium - Pemeriksaan fisik - Riwayat pasien Problem Etiologi Signs/ Simptom Perencanaan Implementasi Monitoring Mengukur hasil Evaluasi hasil Target tidak Tercapai Tujuan Tercapai STOP Pasien pulang Tidak berisiko Malnutrisi *) Berisiko Malnutrisi (3) Intervensi Gizi Target Tercapai, ada masalah baru gizi Keterangan : *) = Skrining ulang setelah 7 hari Sumber : Modifikasi dari AsDI (2011), Proses Asuhan Gizi Terstandar. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 13 Gambar 5 Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 14 14 Gambar 5 Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan Asesmen Gizi 1) Asesmen Gizi 2) Diagnosis Gizi 3) Intervensi Gizi Pasien rujukan Pasien masuk Monitoring Mengukur hasil Evaluasi hasil (kunjungan ulang) - Riwayat gizi - Antropometri - Laboratorium - Pemeriksaan fisik - Riwayat pasien Edukasi Konsultasi Problem Etiologi Signs/ Simptoms Target tidak tercapai Target tercapai Target tercapai ada masalah gizi baru Pasien rujukan Asuhan gizi tidak dilanjutkan C. LANGKAH-LANGKAH PAGT 1. Langkah 1 : Asesmen Gizi a. Tujuan Asesmen Gizi : Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. b. Langkah Asesmen Gizi 1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan 2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi: a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History) b) Antropometri dengan kode AD (Anthropometry Data) c) Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data) 14 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar d) Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data) e) Riwayat klien dengan kode CH (Client History) 3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan. Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/ wawancara; catatan medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk. c. Kategori Data Asesmen Gizi 1) Riwayat Gizi (FH) Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview khusus seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ) atau dengan metoda asesmen gizi lainnya. Berbagai aspek yang digali adalah: a) Asupan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama dan snack, menggali komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga tergambar mengenai: i. Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman, ii. Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral, iii. Total asupan energi, iv. Asupan makronutrien, v. Asupan mikronutrien, vi. Asupan bioaktif. b) Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat ini dan sebelumnya, adanya modifikasi diet, dan pemberian makanan enteral dan parenteral, sehingga tergambar mengenai: i. Order diet saat ini, ii. Diet yang lalu, Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 15 iii. Lingkungan makan, iv. Pemberian makan enteral dan parenteral. c) Penggunaan medika mentosa dan obat komplemenalternatif (interaksi obat dan makanan) yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep dokter ataupun obat bebas, termasuk penggunaan produk obat komplemen-alternatif. d) Pengetahuan/Keyakinan/Sikap yaitu menggali tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan, informasi dan pedoman mengenai gizi yang dibutuhkan, selain itu juga mengenai keyakinan dan sikap yang kurang sesuai mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mau berubah. e) Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang berpengaruh terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan dengan gizi, sehingga tergambar mengenai: i. Kepatuhan, ii. Perilaku melawan, iii. Perilaku makan berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi (bingeing and purging behavior), iv. Perilaku waktu makan, v. Jaringan sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku. f) Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktor yang mempengaruhi ketersediaan makanan dalam jumlah yang memadai, aman dan berkualitas. g) Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik, kemampuan kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifik seperti menyusui atau kemampuan makan sendiri sehingga tergambar mengenai: i. Kemampuan menyusui 16 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar ii. Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan bagi orang tua atau orang cacat iii. Level aktivitas fisik yang dilakukan iv. Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan aktivitas fisik 2) Antropometri (AD) Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan dan komposisi tubuh. 3) Laboratorium (BD) Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral, profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin. 4) Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD) Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan. 5) Riwayat Klien (CH) Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Data riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam pernyataan PES, karena merupakan kondisi yang tidak berubah dengan adanya intervensi gizi. Riwayat klien mencakup: a) Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik. b) Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisi pada klien atau keluarga dan terapi medis atau terapi pembedahan yang berdampak pada status gizi. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 17 c) Riwayat sosial yaitu menggali mengenai faktor sosioekonomi klien, situasi tempat tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama, dukungan kesehatan dan lain- lain. 2. Langkah 2 : Diagnosis Gizi Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya. a. Tujuan Diagnosis Gizi Mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi adanya problem gizi. b. Cara Penentuan Diagnosis Gizi 1) Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan gizi. Asupan makanan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam tubuh. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan laboratorium, antropometri dan kondisi klinis tubuh. Karena itu, dalam menganalisis data asesmen gizi penting mengkombinasikan seluruh informasi dari riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis dan riwayat pasien secara bersama-sama. 2) Tentukan domain dan problem/masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi (tanda dan gejala). Problem gizi dinyatakan dengan terminologi diagnosis gizi yang telah dibakukan. Perlu diingat bahwa yang diidentifikasi sebagai diagnosis gizi adalah problem yang penanganannya berupa terapi/intervensi gizi. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya. Penamaan masalah dapat merujuk pada terminologi diagnosis gizi pada Lampiran 03. Beberapa diagnosis yang sering Dipergunakan dan Lampiran 04. Terminologi Diagnosis Gizi. 3) Tentukan etiologi (penyebab problem). 18 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 4) Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs and Symptoms). c. Domain Diagnosis Gizi Diagnosis gizi dikelompokkan dalam 3 (tiga) domain yaitu: 1) Domain Asupan 2) Domain Klinis 3) Domain Perilaku-Lingkungan Setiap domain menggambarkan karakteristik tersendiri dalam memberi kontribusi terhadap gangguan kondisi gizi. 1) Domain Asupan Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, atau zat bioaktif, melalui diet oral atau dukungan gizi (gizi enteral dan parenteral). Masalah yang terjadi dapat karena kekurangan (inadequate), kelebihan (excessive) atau tidak sesuai (inappropriate). Termasuk ke dalam kelompok domain asupan adalah: 1. Problem mengenai keseimbangan energi 2. Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan gizi 3. Problem mengenai asupan cairan 4. Problem mengenai asupan zat bioaktif 5. Problem mengenai asupan zat gizi, yang mencakup problem mengenai: 5.6. Lemak dan Kolesterol 5.7. Protein 5.8. Vitamin 5.9. Mineral 5.10. Multinutrien 2) Domain Klinis Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik. Termasuk ke dalam kelompok domain klinis adalah: a) Problem fungsional, perubahan dalam fungsi fisik atau mekanik yang mempengaruhi atau mencegah pencapaian gizi yang diinginkan Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 19 b) Problem biokimia, perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat medikasi, pembedahan, atau yang ditunjukkan oleh perubahan nilai laboratorium c) Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau perubahan berat badan bila dibandingkan dengan berat badan biasanya 3) Domain Perilaku-Lingkungan Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan, sikap/keyakinan, lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum, atau persediaan makanan, dan keamanan makanan. Problem yang termasuk ke dalam kelompok domain perilaku-lingkungan adalah: a) Problem pengetahuan dan keyakinan b) Problem aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri c) Problem akses dan keamanan makanan d. Etiologi Diagnosis Gizi Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intervensi gizi tidak dapat mengatasi faktor etiologi, maka target intervensi gizi ditujukan untuk mengurangi tanda dan gejala problem gizi. Berbagai faktor etiologi yang dapat menyebabkan masalah gizi adalah: 1) Etiologi KeyakinanSikap Etiologi berkaitan dengan pendirian yang diyakininya benar mengenai gizi, perasaan dan emosi terhadap kebenaran tadi dan melakukan aktivitasnya 2) Etiologi Kultur Etiologi berkaitan dengan nilai, norma sosial, kebiasaan, keyakinan agama dan sistem politik 3) Etiologi Pengetahuan Faktor sebagai dampak tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi 4) Etiologi Fungsi Fisik Etiologi berkaitan dengan kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu 20 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 5) Etiologi FisiologiMetabolik Etiologi berkaitan dengan kondisi medis/ kesehatan yang berdampak pada gizi 6) Etiologi Psikologis Etiologi berkaitan dengan masalah psikologis 7) Etiologi SosialPersonal Etiologi berkaitan dengn riwayat personal atau sosial pasien 8) Etiologi Terapi Etiologi berkaitan dengan terapi medis, bedah atau terapi lainnya 9) Etiologi Akses Faktor yang berkaitan dengan kesediaan dan asupan makanan yang sehat, air, suplai makanan 10) Etiologi Perilaku Etiologi berkaitan dengan perilaku yang mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi 3. Langkah 3: Intervensi Gizi Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. a. Tujuan Intervensi Gizi Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien. b. Komponen Intervensi Gizi Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan dan Implementasi. 1) Perencanaan Langkah langkah perencanaan sebagai berikut : a) Tetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien. Intervensi diarahkan untuk menghilangkan penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidak dapat ditangani oleh ahli gizi maka intervensi direncanakan untuk mengurangi tanda dan gejala masalah (signs/simptoms). Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 21 b) Pertimbangkan panduan Medical Nutrition Theraphy (MNT), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku. c) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuh pasien. d) Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien e) Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi /konseling f) Merancang Preksripsi diet. Preskripsi diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual, mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilainilai yang dianut oleh pasien /klien. g) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi h) Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan 2) Implementasi Langkah langkah implementasi meliputi : a) Komunikasi rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atau tenaga lain b) Melaksanakan rencana intervensi c. Kategori Intervensi Gizi Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut : 1) Pemberian makanan/ diet (Kode internasional NDNutrition Delivery) Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan individu meliputi pemberian Makanan dan snack (ND.1); enteral dan parenteral ( ND.2); suplemen (ND.3); substansi bioaktif (ND.4); bantuan saat makan (ND.5); suasana makan (ND.4) dan pengobatan terkait gizi (ND.5) 22 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 2) Edukasi (Kode internasional E- Education) Merupakan proses formal dalam melatih ketrampilan atau membagi pengetahuan yang membantu pasien/ klien mengelola atau memodifikasi diet dan perubahan perilaku secara sukarela untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan. Edukasi gizi meliputi: a) Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (E.1) b) Edukasi gizi penerapan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (E.2) Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup: a) Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi b) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikan tidak komplek. c) Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan individu pasien, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya, dan gaya/cara belajarnya. 3) Konseling (C) Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas, tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. 4) Koordinasi asuhan gizi Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan atau kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 23 Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal: a. Menetapkan prioritas dan target/goals b. Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasar c. Menggalang hubungan interdisipliner d. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnya e. Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien, diagnosis gizi, dan nilai nilai pasien f. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan 4. Langkah 4 : Monitoring dan Evaluasi Gizi a. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku dan atau status gizi yang lebih baik. b. Cara Monitoring dan Evaluasi 1) Monitor perkembangan : a) Cek pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi b) Tentukan apakah intervensi yang dilaksanakan/ diimplementasikan sesuai dengan preskripsi gizi yang telah ditetapkan. c) Berikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah perilaku atau status gizi pasien/ klien. d) Identifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif e) Kumpulkan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak tercapai f) Kesimpulan harus di dukung dengan data/ fakta 2) Mengukur hasil a) Pilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan b) Gunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas pengukuran perubahan. 24 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 3) Evaluasi hasil a) Bandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi gizi atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya b) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh. c. Objek yang dimonitor Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih Indikator asuhan gizi. Indikator yang di monitor sama dengan indikator pada asesmen gizi, kecuali riwayat personal. d. Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi Contoh hasil monitoring antara lain : 1) Aspek gizi : perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan, zat gizi 2) Aspek status klinis dan kesehatan : perubahan nilai laboratorium, berat badan, tekanan darah, faktor risiko, tanda dan gejala, status klinis, infeksi, komplikasi, morbiditas dan mortalitas 3) Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian merawat diri sendiri 4) Aspek pelayanan kesehatan : lama hari rawat 5. Dokumentasi Asuhan Gizi Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan selama PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan terjadwal. a. Tujuan Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian asuhan gizi yang dilakukan b. Format dokumen Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, MonitoringEvaluasi), namun Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 25 dapat juga dilakukan dengan metoda SOAP (subjective, objective, assessment dan plan), sepanjang kesinambung langkah langkah PAGT dapat tercatat dengan baik. c. Tata cara 1) Tuliskan tanggal dan waktu 2) Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT 3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada catatan medik Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Data yang dicatat dalam rekam medis Langkah Data yang dicatat Asesmen gizi 1) Data yang digali dan perbandingannya dengan rujukan standar/kriteria asuhan gizi 2) Persepsi, nilai dan motivasi klien/pasien/kelompok pada saat menyampaikan masalahnya 3) Perubahan pemahaman, perilaku makanan dan hasil laboratorium dari pasien/klien/kelompok (pada saat reasesmen) 4) Alasan penghentian asesmen gizi (pada saat re- asesmen) Diagnosis gizi Pernyataan diagnosis gizi format PES Intervensi gizi 1) Tujuan dan target intervensi 2) Rekomendasi gizi yang spesifik bersifat Individual 3) Penyesuaian dan justifikasi rencana terapi gizi 4) Rencana rujukan, bila ada 5) Rencana follow up, frekuensi asuhan Monitoring dan evaluasi gizi 1) Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya 2) Perkembangan terhadap target/ tujuan 3) Faktor pendorong maupun penghambat dalam pencapaian tujuan 4) Hasil/dampak positif atau negatif 5) Rencana tindak lanjut intervensi gizi, monitoring, terapi dilanjutkan atau dihentikan Contoh Kasus dapat dilihat pada Lampiran Contoh Kasus (Lampiran 02) 26 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 6. Indikator Asuhan Gizi dan Kriteria Asuhan Gizi Indikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi yang mempunyai batasan yang jelas dan dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan tanda dan gejala yang menggambarkan keberadaan dan tingkat keparahan problem gizi yang spesifik, dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan keberhasilan intervensi gizi. Untuk melakukan interpretasi dari indikator asuhan gizi ini perlu dilakukan perbandingan terhadap kriteria asuhan gizi yang sesuai. Kriteria asuhan gizi yang akan dijadikan pembanding terhadap indikator asuhan gizi ada beberapa jenis yaitu: a) Preskripsi Diet Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan atau zat gizi secara individual yang sesuai dengan pedoman yang dijadikan acuan. Misalnya asupan energi hasil recall 24 jam dibandingkan dengan kebutuhan energi dari preskripsi diet untuk individu berdasarkan pedoman acuannya, Pedoman perhitungan kebutuhan energi, protein dan air.(Lampiran 05). b) Target Sebagai contoh : target perubahan perilaku (kebiasaan gemar mengkonsumsi makanan camilan menjadi tidak melakukan kebiasaan tersebut). Untuk perilaku tidak ada preskripsi gizi. c) Rujukan standar Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun nasional. Misalnya untuk pembanding data antropometrik (WHO) atau laboratorium (standar kadar gula darah mengikuti Konsensus Diabates Mellitus). Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 27 Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi, bab II pasal 1 menyatakan tenaga gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi serta telah lulus uji kompetensi sesuai ketentuan perundangundangan. Tenaga gizi tersebut dikualifikasikan sebagai tenaga gizi Registered Dietisien (RD), tenaga gizi Technical Registered Dietisien ( TRD ) serta Nutrisionis Registered (NR). Ruang lingkup asuhan gizi oleh Registered Dietisien (RD) dan Technical Registered Dietisien (TRD) serta Nutritionis Registered yaitu melaksanakan asuhan gizi yang komprehensif dan terstandar bagi individu, kelompok dengan berbagai usia dan status kesehatan. Sebagai tenaga gizi yang melaksanakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain mempunyai kewenangan pada bidang asuhan gizi sesuai dengan kompetensinya. Kewenangan yang dimaksud didasarkan kepada kualifikasinya. A. TENAGA GIZI REGISTERED DIETISIEN (RD) Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013 pasal 17 dan pasal 18 ayat 4 menyatakan bahwa kewenangan tenaga gizi Registered Dietisien (RD) meliputi: 1. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi,dan dietetik; 2. Pengkajian gizi, diagnosis gizi dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi dan dokumentasi pelayanan gizi; 3. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi dan 4. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar; 5. Menerima klien/pasien secara langsung atau menerima preskripsi diet dari dokter; BAB IV KEWENANGAN TENAGA GIZI DALAM PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR 28 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 6. Menangani kasus komplikasi dan non komplikasi; 7. Memberi masukan kepada dokter yang merujuk bila preskripsi diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien; dan/atau; 8. Merujuk pasien dengan kasus sulit/critical ill dalam hal preskripsi diet ke dokter spesialis yang kompeten. Tenaga gizi Registered Dietisien (RD) dapat menjalankan praktik pelayanan gizi secara mandiri atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu Tenaga gizi Registered Dietisien (RD) mempunyai wewenang memberikan bimbingan tenaga gizi Technical Registered Dietisien (TRD). B. TENAGA GIZI TECHNICAL REGISTERED DIETISIEN (TRD) Mengacu pada pasal 18 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013, seorang TRD mempunyai kewenangan yang dimaksud pada pasal 17 huruf a yaitu: 1. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik, terbatas pada: a). Pemberian pelayanan gizi untuk orang sehat dan dalam kondisi tertentu yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, dewasa dan lanjut usia; dan b). Pemberian pelayanan gizi untuk orang sakit tanpa komplikasi. 2. Pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi pelayanan gizi. 3. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi dan 4. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar. Dalam melaksanakan pelayanan gizi, tenaga gizi Technical Registered Dietisien (TRD) hanya dapat bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan serta berada dalam bimbingan tenaga gizi Registered Dietisien (RD). Namun dalam hal tidak terdapat tenaga Registered Dietisien (RD), maka tenaga gizi Technical Registered Dietisien (TRD) dapat melakukan Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 29 pelayanan gizi secara mandiri atau berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan tempat tenaga gizi yang bersangkutan bekerja. C. TENAGA GIZI NUTRISIONIS REGISTERED (NR) Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013, Bab III pasal 17 dan 18 ayat 3, tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) mempunyai kewenangan sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi dan dietetik; 2. Pengkajian gizi, diagnosis gizi dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi pelayanan gizi; 3. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi dan 4. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar. Tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) dalam melaksanakan kewenangan sesuai dengan standar profesi. selain itu tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) hanya dapat bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan belum memiliki tenaga gizi Registered Dietisien (RD) tetapi memiliki tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR), maka tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) dapat diberi kewenangan sebagai Registered Dietisien (RD) dan segera diberi kesempatan untuk memenuhi kualifikasi sebagai tenaga gizi Registered Dietisien (RD). 30 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 31 Pelayanan asuhan gizi yang bermutu memenuhi langkah-langkah mulai dari pengkajian (asesmen), diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi dapat dilakukan dengan baik. Untuk menjaga agar mutu asuhan gizi dapat dilaksanakan dengan baik maka diperlukan pengawasan dan pengendalian sehingga kegiatan ini merupakan hal yang penting. Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen agar kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan pengendalian merupakan tindakan untuk melakukan perbaikan pelaksanaan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pengendalian bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna serta dilaksanakan sesuai dengan rencana. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan gizi merupakan salah satu indikator mutu dari asuhan gizi dimana terpenuhinya keinginan, harapan dan kenyataan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Seorang tenaga gizi harus memperhatikan keselamatan pasien dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. A. TUJUAN PENGAWASAN & PENGENDALIAN MUTU ASUHAN GIZI Pengawasan dan pengendalian mutu asuhan gizi pada dasarnya ditujukan untuk menjamin ketepatan asuhan gizi agar dapat dihasilkan layanan dengan mutu sesuai dengan yang ditentukan. Dalam menunjang tercapainya tujuan di atas maka dibutuhkan pendokumentasian untuk setiap tahapan kegiatan asuhan gizi khususnya hasil monitoring dan evaluasi. Penerapan kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu asuhan gizi dapat ditunjang dengan adanya Surat Keputusan yang berisi kebijakan dan penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) serta Instruksi Kerja dari instansi setempat. Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan langkah-langkah (tata urutan) yang harus dilakukan sebagai pedoman bagi siapa saja yang akan melakukan pekerjaan tertentu secara terkendali dan konsisten. BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU ASUHAN GIZI 32 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Fungsi SPO untuk menilai suatu kegiatan secara terus menerus sehingga dapat diketahui kelemahan dari suatu sistem. Contohnya SPO asuhan gizi. Intruksi Kerja (IK) merupakan bagian dan aplikasi dari SPO yang berorientasi pada teknis suatu pekerjaan. Contohnya instruksi kerja penulisan formulir asesmen/pengkajian gizi, penulisan formulir asuhan gizi, pengisian formulir terintegrasi. B. INDIKATOR MUTU ASUHAN GIZI Untuk menilai mutu asuhan gizi dapat dijabarkan ke dalam ukuranukuran yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat di bagi menjadi : 1. Proses asuhan gizi Dengan menilai langkah - langkah asuhan gizi yang dikerjakan sesuai dengan tahapan. Penilaian dapat dilakukan antara lain: a. Tahap asesmen gizi, yaitu mengumpulkan data yang relevan dan membandingkan dengan standar b. Menentukan diagnosis gizi sesuai dengan hasil asesmen gizi c. Intervensi gizi diberikan sesuai dengan masalah yang ditetapkan di diagnosis gizi d. Memonitor indikator yang ditetapkan e. Melakukan asesmen ulang (re-asesmen) 2. Hasil asuhan gizi Dengan menilai ketepatan intervensi/terapi gizi terhadap masalah gizi. Dalam mencapai tujuan intervensi gizi memerlukan ukuran yang mudah untuk menilai mutu asuhan gizi yang telah diberikan. Indikator mutu dari asuhan gizi yang dapat dinilai adalah : a. Perbaikan status gizi (perubahan berat badan sesuai dengan target) b. Perbaikan asupan zat gizi sesuai dengan kebutuhan c. Peningkatan pengetahuan gizi d. Perubahan perilaku menjadi sesuai dengan anjuran Pengumpulan data untuk proses asuhan gizi didapatkan dari hasil pengawasan langsung terhadap asuhan gizi yang dilakukan oleh tenaga gizi. Sedangkan untuk data hasil asuhan gizi didapatkan dari Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 33 data catatan hasil asuhan gizi yang direkapitulasi secara periodik, yaitu harian, mingguan, bulanan sampai tahun. Hasil evaluasi yang sudah direkapitulasi akan dijadikan indikator untuk menilai pencapaian mutu asuhan gizi. 34 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 35 Pedoman ini dapat disusun atas dukungan dan kerjasama dari perwakilan organisasi profesi Perwakilan Rumah Sakit, perwakilan institusi pendidikan, dan sub Direktorat di lingkungan Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman PAGT ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga gizi dan Tim Asuhan Gizi dalam memberikan pelayanan asuhan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Oleh karena itu agar PAGT dapat diimplementasikan dengan baik, perlu koordinasi dan keterlibatan semua pihak, serta dukungan dari tenaga medis dan paramedis lainnya. Dalam proses penyusunan buku ini tidak menutup kemungkinan adanya ketidaksempurnaan, sehingga dukungan dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan. BAB VI PENUTUP 36 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Lampiran 01. STANDAR- STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT NASIONAL DAN INTERNASIONAL TERKAIT PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR DI RUMAH SAKIT Proses akreditasi dirancang untuk membangun budaya aman dan kualitas dalam suatu organisasi sebagai upaya peningkatan proses dan hasil asuhan gizi secara berkesinambungan. Pemberian asuhan gizi kepada pasien atau klien merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berikut ini adalah standar standar akreditasi rumah sakit Nasional (KARS) dan Internasional (JCI Joint Commission International) yang terkait dengan proses asuhan gizi terstandar. Langkah PAGT terkait dengan standar dan elemen penilaian akreditasi sebagai berikut : 1. 2. 3. SKRINING GIZI (akses untuk mendapatkan pelayanan asuhan gizi terstandar) LANGKAH 1 ASESMEN GIZI LANGKAH 2 DIAGNOSIS GIZI SKP (IPSG) 1 EP 1: Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien AP (AOP) 1.6- EP 2 : Pasien diskrining untuk risiko masalah gizi sebagai bagian dari asesmen awal AP (AOP) 1.6- EP 3 : Pasien dengan risiko masalah gizi menurut kriteria (skrining) akan mendapat asesmen gizi PP (COP) 2- EP 3 : Pasien dilakukan asesmen ulang dalam jangka waktu yang sesuai dengan kondisi pasien dan bilamana terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi mereka, direncanakan asuhan gizi ulang , kebutuhan individual atau sesuai kebijakan dan prosedur rumah sakit PP (COP) 5- EP 1 Pasien yang pada asesmen berada yang berisiko malnutrisi mendapat terapi gizi AP (AOP) 4- EP 1 : Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan NO PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR YANGTERKAIT STANDAR AKREDITASI DAN ELEMEN Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 37 4. LANGKAH 3 INTERVENSI GIZI PP (COP) 2.1- EP 2 : Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data asesmen awal pasien AP (AOP) 4.1- EP 2 : Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil dari proses asesmen dan diagnosis yang telah ditetapkan apabila diperlukan PP (COP) 4- EP 3 : Pesanan berdasarkan atas status gizi dan kebutuhan pasien AP (AOP) 4.1- EP 1 : Kebutuhan pasien disusun skala prioritasnya berdasarkan hasil asesmen. PP (COP) 2.1- EP 1 : Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap. PP (COP) 5- EP 1 : Pasien dengan risiko nutrisi mendapat terapi nutrisi. PP (COP) 5- EP 2 : Ada proses yang menyeluruh (kerjasama) untuk merencanakan, memberikan dan memonitor terapi nutrisi PP (COP) 4.1- EP 4 : Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus PP (COP) 4 EP1 : Makanan atau zat gizi yang sesuai untuk pasien tersedia secara reguler PP (COP) 4- EP2 : Sebelum memberi makanan kepada pasien, semua pasien ranap telah dipesankan makanan nya dan dicatat PP (COP) 4-EP 4 : Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan kondisi dan pelayanannya 38 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 5. LANGKAH 4 MONITORING DAN EVALUASI GIZI PP (COP) 4-EP 5: Bila keluarga membawa/menyediakan makanan mereka diberi edukasi tentang diet pasien dan apa yang harus dibatasi PP (COP) 2- EP 1 : Rencana pelayanan diintegrasikan dan dikoordinasikan diantara berbagai unit kerja dan pelayanan PP (COP) 2- EP 2 : Pelaksanaan pelayanan terintegrasikan dan terkoordinasikan antar unit kerja, departemen dan pelayanan MKI (MCI) 5- EP 1 : Pimpinan menjamin komunikasi yang efektif dan efisien antara departemen klinis dan non klinis, pelayanan dan anggota staf individual PPK (PFE) 3- EP 3 : Terkait dengan pelayanan yang diberikan pasien dan keluarga dididik tentang diet dan gizi yang benar PPK (PFE) 6- Ep 1 : Bila ada indikasi, edukasi pasien dan keluargandiberikan secara kolaborasi PPK (PFE) 6-EP2 : Mereka yang memberikan edukasi harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang subjek yang diberikan PPK (PFE) 6 EP3 : Mereka yang memberikan edukasi harus menyediakan waktu yang adekuat PPK (PFE) 6-EP 4 : Mereka yang memberikan edukasi harus memiliki ketrampilan berkomunikasi PP (COP) 5- EP 3 : Respon pasien terhadap terapi nutrisi dimonitor PP (COP) 2.1- EP 4 : Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan; berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 39 6. DOKUMENTASI PAGT AP (AOP) 1- EP 3 : Kebijakan Rumah Sakit mengiidentifikasi tentang Informasi yang harus didokumentasi untuk asesmen PP (COP) 2.1- EP 3 : Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur pencapaian sasaran. PP (COP) 2.1- EP 4 : Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis pasien oleh pemberi pelayanan PP (COP) 5- EP 4 : Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam rekam medisnya PP (COP) 2- EP 3 : Hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan atau diskusi lain tentang kolaborasi dicatat dalam rekam medis pasien PP (COP) 2.3- EP 2 : Hasil tindakan yang dilakukan dicatat dalam rekam medis pasien PP (COP) 2- EP 6 : Asesmen ulang didokumentasikan dalam rekam medis pasien. MKI (MCI) 7-EP2 : Berkas rekam medis tersedia bagi para praktisi yang membutuhkan untuk asuhan pasien MKI (MCI) 3- EP 1 : Komunikasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarga menggunakan format yang mudah dipahami MKI (MCI) 19.2-EP1 : Mereka yang mendapat otorisasi untuk mengisi rekam medis pasien diatur dalam kebijakan Rumah Sakit MKI (MCI) 19.3- EP 1 : Pada setiap pengisian rekam medis dapat diidentifikasi siapa yang mengisi MKI (MCI) 19.3- EP 2 : Tanggal pengisian rekam medis dapat diidentifikasi 40 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 7. PETUGAS GIZI SEBAGAI PELAKSANA PAGT MKI (MCI) 19.3- EP 3 : Bila dipersyaratkan oleh rumah sakit, waktu/jam pengisian rekam medis dapat diidentifikasi AP (AOP) 3- EP 1 : Petugas yang kompeten yang melakukan asesmen pasien dan asesmen ulang ditetapkan oleh rumah sakit AP (AOP) 4- EP 2 : Mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien diikutsertakan dalam proses AP (AOP) 1.6 - EP 1 : Staf yang berkompeten mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan asesmen gizi lebih lanjut AP (AOP) 3-EP 2 : Hanya mereka yang diizinkan dengan lisensi sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku atau sertifikasi yang dapat melakukan asesmen AP (AOP) 3-EP 5 : Mereka yang kompeten melaksanakan asesmen dan asesmen ulang terhadap pasien dan tanggung jawab nya ditetapkan secara tertulis MKI (MCI) 19.4-EP 1 : Rekam medis pasien direview secara reguler/ teratur Keterangan : EP = elemen penilaian AP = asesmen pasien (AOP = assessment of patient) SKP = sasaran keselamatan pasien (IPSG = international patient safety goal) PP = perawatan pasien (COP = care of patient) HPK = hak pasien dan keluarga (PFR = patient family right) MKI = manajemen komunikasi informasi (MCI = management communication infomation) PPK = pendidikan pasien dan keluarga (PFE= patient and family education) Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 41 Lampiran 02. CONTOH SOAL KASUS Seorang laki2 (Tn.AF) usia 63 tahun suku sunda, beragama Islam datang ke RS dengan keluhan ada benjolan di lidah yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, tn AF masih bisa makan bubur dengan lauk pauk, sayuran dan jus buah, walaupun porsinya mulai berkurang dari biasanya. Perkiraan asupan Energi = 1225 kkal, Protein = 40,2 g, Lemak 39.6 g, Karbohidrat 175 g. Satu bulan terakhir benjolan di lidah dirasakan semakin membesar sehingga sulit berbicara dan menutup mulutnya, dan hanya bisa mengonsumsi makanan cair lewat sedotan sedikit demi sedikit. Total asupan Energi = 1000 kkal, Protein = 35,6 g, Lemak = 35,6 g, karbohidrat = 136 g, Sejak 2 hari terakhir, Tn.AF sudah tidak bisa makan dan minum sehingga dibawa ke RS dan dirawat dengan diagnosis medis Ca lidah. Sementara itu 1 tahun lalu Tn AF pernah mengalami patah tulang kaki disebabkan kecelakaan motor. BB pasien menurun drastis sejak 6 bulan yang lalu dari 70 kg menjadi 45 kg dengan TB 160 cm. Tn AF juga terlihat lemah, kurus dan hilang lemak subkutan. PERTANYAAN: 1. Bagaimana cara melakukan asesmen gizi dari data di atas? 2. Buatlah pernyataan diagnosis gizinya 3. Rencanakan intervensi gizi dengan menetapkan tujuan target,dan strategi intervensi gizi berdasarkan domain intervensi gizi 4. Buatlah Preskripsi gizi 5. Rencanakan rencana monitoring dan evaluasi gizi dengan menetapkan parameter yang di monitor JAWABAN: 1. ASESMEN GIZI : Asesmen gizi merupakan langkah untuk mengidentifikasi tanda dan gejala problem gizi serta faktor penyebab masalah gizi. Langkahlangkah yang dilakukan adalah : 42 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar a. Review data di atas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Hasil review data di atas bisa disimpulkan bahwa saat ini asupan pasien mengalami gangguan akibat benjolan di lidah, sementara kondisi patah tulang kaki akibat kecelakaan 1 tahun lalu bukan merupakan masalah yang berkaitan dengan status gizi pasien saat ini. b. Mengelompokkan data menurut terminologinya c. Identifikasi standar untuk membandingkan data tersebut. Hasil pengelompokkan dan identifikasi data sbb : Riwayat Personal Riwayat terkait gizi dan makanan (Riwayat Gizi) (FH) Riwayat personal (CH.1) Laki2 (Tn.AF) usia 63 tahun, suku sunda Riwayat medis terkait gizi (CH.2.1) 1. Keluhan pasien terkait gizi ( CH.2.1.1) : Tidak bisa makan dan minum melalui mulut 2. Endok r in/metabolisme (CH.2.1.2) Malnutrisi 3. H e m a t o l o g i / o n k o l o g i (CH.2.1.7) : Ca lidah sejak 6 bulan yang lalu Riwayat sosial (CH.3.1) Agama Islam (CH.3.1.7) Asupan energi ( FH.1.1.1) Total asupan energi : 1. 2 hari SMRS : 0 kkal (0 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) 2. 1 bulan SMRS : 1000 kkal (58 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) Kebutuhan energi (CS.1). Estimasi kebutuhan energi (CS.1.1) Estimasi Kebutuhan energi total : 1710 kkal (Metode estimasi kebutuhan : berdasarkan rumus miflin) KATEGORI DATA DATA STANDAR PEMBANDING Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 43 3. 6 bulan SMRS) : 1225 kkal (71,6 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) Asupan cairan/minuman (FH.1.2.1.3). Suplemen/cairan pengganti makanan : enteral polimerik 1000 cc Variasi makanan (FH.1.2.2.5) : tidak ada Asupan Lemak ( FH.1.5.1). Total asupan lemak : 1. 2 hari SMRS : 0 (0% dari rekomendasi kebutuhan sakit) 2. 1 bulan SMRS : 35,6 gr (74,9 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) 3. 6 bulan SMRS : 39,6 gr (75,5% dari rekomendasi kebutuhan sakit) Asupan Protein (FH.1.5.2) Total asupan protein : 1. 2 hari SMRS : 0 (0% dari rekomendasi kebutuhan sakit) 2. 1 bulan SMRS) : 35,6 gr (52,7 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) 3. 6 bulan SMRS) : 40,2 gr (59 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) Asupan Karbohidrat ( FH.1.5.3) Total asupan karbohidrat 1. 2 hari SMRS : 0 (0 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) 2. 1 bulan SMRS : 136 gr (53 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) Estimasi Kebutuhan Lemak (CS.2.1) : 47,5 gr (25 % total kalori) Estimasi kebutuhan protein (CS.2.2).; 1,5 gr/ kg BB = 67,5 gr (15 % total kalori) Estimasi kebutuhan karbohidrat (CS 2.3) : 256,5 gr 44 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 2. DIAGNOSIS/MASALAH GIZI : Penentuan masalah gizi dilakukan dengan cara : a. Mengintegrasikan dan menganalisis data asesmen. Hasil : 1) Tidak bisa makan dan minum melalui mulut, tidak ada asupan energi, variasi makanan tidak ada, ada massa di lidah menunjukkan tanda dan gejala dari inadekuat oral intake 2) Malnutrisi, Ca lidah, perubahan BB 35,7% dalam 6 bulan, IMT 17,6, tampak kurus, lemah dan hilang lemak subkutan, tidak ada asupan energi menunjukkan tanda dan gejala dari malnutrisi b. Menetapkan problem, etiologi dan tanda/gejala dari masalah yang diduga merujuk kepada terminologi. Hasil : 1) Problem : inadekuat oral intake Antropometri (AD) Data fisik terkait gizi (PD. 1.1). 3. 6 bulan SMRS : 175 gr (68,2 % dari rekomendasi kebutuhan sakit) K o m p o s i s i / p e r t u m b u h a n tubuh/riwayat berat badan AD.1.1 1. TB = 160 cm 2. BB = 45 kg 3. Perubahan BB 35,7 % (dalam waktu 6 bln) 4. IMT = 17,6 (kurang dari 18,5) Extremitas, otot dan tulang; kurus, lemah, hilang lemak subkutan (PD.1.1.4) Sistem pencernaan: ada masa di mulut (PD.1.1.5) C S . R e k o m e n d a s i berat badan dan pertumbuhan Rekomendasi IMT normal berdasarkan DepKes 18,5-24,9 Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 45 Tanda/gejala : tidak bisa makan dan minum melalui mulut, tidak ada asupan energi, variasi makanan tidak ada Etiologi : ada massa di lidah 2) Problem : malnutrisi Tanda/gejala : perubahan BB 35,7% dalam 6 bulan, IMT 17,6, tampak kurus, lemah dan hilang lemak subkutan Etiologi : Ca lidah dan tidak ada asupan energi 3) Menuliskan diagnosis gizi dalam bentuk pernyataan PES Hasil : a) Inadekuat oral intake berkaitan dengan ada masa di lidah ditandai dengan tidak bisa makan dan minum lewat mulut, tidak ada asupan energi, variasi makanan tidak ada b) Malnutrisi berkaitan dengan asupan energi dan protein yang kurang & peningkatan kebutuhan (Ca lidah) dalam waktu lama (6 bulan) dan adanya peningkatan kebutuhan ditandai dengan IMT 17,6, kurus, lemah, hilang lemak subkutan, perubahan BB 35,7% dalam waktu 6 bulan 3. INTERVENSI GIZI Perencanaan, dilakukan dengan menetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien. Hasil : Tujuan : a. Memberikan asupan makanan adekuat melalui enteral mencapai 80% dari kebutuhan b. Mengoreksi malnutrisi secara bertahap Preskripsi diet: Jenis makanan enteral polimerik tinggi protein, bentuk cair dan route NGT 46 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Frekuensi : 6 x 250 cc, 1 x 200 cc (tiap 2 jam sekali) Kebutuhan : Energi :1710 kkal, Protein :67,5 gr, Lemak: 47,5 gr, Karbohidrat 256,5 gr 4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI GIZI No Monitor Evaluasi Waktu 1 Asupan Membandingkan daya terima makanan dengan yang disajikan (target) Setiap hari 2 Antopometri Perubahan berat badan 1 Minggu 3 Fisik Perubahan penampilan (otot, lemak subkutan) 1 Minggu Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 47 Lampiran 03. Beberapa terminologi yang sering dipergunakan 1. NI.2.1. ASUPAN ORAL TIDAK ADEKUAT Definisi Asupan makanan atau minuman secara oral kurang dari standar referensi atau rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis Catatan : diagnosis gizi ini tidak termasuk asupan melalui pipa NGT Diagnosis gizi ini tidak dapat diterapkan ketika tujuannya adalah penurunan berat badan,perawatan akhir hidup,pada inisiasi pemberian makanan atau saat kombinasi nutrisi oral , enteral / parenteral. Etiologi a. Keadaan fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi seperti penyakit katabolik dalam jangka waktu yang lama b. Penurunan kemampuan untuk mengonsumsi energi yang cukup seperti peningkatan kebutuhan gizi selama penyakit katabolik dalam jangka waktu yang lama c. Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya keterbatasan ekonomi, pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak. d. Terbatasnya daya terima makanan akibat faktor fisiologis atau prilaku, keengganan dan atau sikap perilaku yang tidak mendukung. e. Budaya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan f. Kurang pengetahuan gizi dan makanan terutama asupan makanan dan minuman melalui oral yang tepat g. Penyebab psikologis misalnya depresi dan gangguan makan 48 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Tanda/ Gejala Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih) Data biokimia, tes dan prosedur medis Pengukuran antropometri Kehilangan/penurunan berat badan, kecepatan pertumbuhan yang tidak sesuai Tanda-tanda fisik terkait gizi Kulit kering, membran mukosa, turgor kulit rendah Anorexia, mual, muntah Perubahan indera pengecap dan perasa Adanya tanda klinis defisiensi vitamin/ mineral Riwayat makan/nutrisi Hasil pengamatan dari : Perkiraan asupan energi atau protein berkualitas tinggi yang tidak mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan Keterbatasan ekonomi yang menghambat ketersediaan makanan Konsumsi alkohol atau obat-obatan lainnya yang berlebihan yang mengurangi rasa lapar Obat-obatan yang menyebabkan anorexia Keterbatasanasupan makanan dan minuman yang tidak konsisten dengan standar rujukan gizi berdasarkan jenis, macam dan kualitas diet Kepercayaan yang tidak tepat terhadap makanan, kelompok makanan, suplemen atau dukungan gizi. Riwayat personal Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis atau penanganan penyakit katabolik seperti AIDS,TB,anorexia nervosa, sepsis/infeksi akibat pembedahan,depresi, nyeri akut atau kronis, malabsorbsi protein dan atau zat gizi. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 49 2. NI.5.2. MALNUTRISI Definisi Asupan protein dan atau energi yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan hilangnya cadangan lemak tubuh dan atau pengerutan otot termasuk malnutrisi yang berkaitan dengan kelaparan, malnutrisi terkait penyakit kronis dan malnutrisi terkait penyakit akut atau injury. Etiologi a. Kondisi fisiologis akibat penyakit akut atau kronis atau injury/ trauma yang menyebabkan peningkatakan kebutuhan gizi b. Perubahan dalam struktur dan atau fungsi saluran cerna. c. Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya keterbatasan ekonomi, pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak, orang-orang terlantar d. Agama dan budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan e. Kurangnya Pengetahuan tentang makanan dan zat gizi terutama mengenai jumlah energi dan jumlah serta jenis protein f. Penyebab psikologis, misalnya depresi atau gangguan makan Tanda/ gejala (mendefinisikan karakteristik) Malnutrisi yang dapat dilihat dari berat badan BMI/IMT IMT 65 tahun) 20% dalam Data biokimia, tes dan prosedur medis Pengukuran antropometri Kategori Asesmen gizi Indikator potensial ( harus ada satu atau lebih) 50 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 1 tahun,> 10% dalam 6 bulan,> 7,5% dalam 3 bulan, >5% dalam 1 bulan,> 1 sampai 2% dalam 1 minggu Pertumbuhan anak-anak, tidak mencapai berat badan yang diharapkan dan atau penurunan kurva pertumbuhan, melewati dua atau lebih persentil pada grafik pertumbuhan Underweight dengan kehilangan lemak tubuh dan atau otot. Hilang lemak subkutan misalnya. Orbitall, trisep, lemak diatas tulang rusuk. Kehilangan otot seperti Pengecilan otot teporalis, klavikula (pectoralis dan punggung), bahu (punggung), otot interoseus, tulang belikat (latissimus dorsi, trapezious, deltoids), paha (paha depan) dan betis (gastrocnemius). akumulasi cairan general atau terlokalisir ( ekstremitas, vulvar/scrotal, asites) Perubahan indikator fungsional misalnya kekuatan menggenggam Hasil pengamatan dari: Perkiraan asupan energi< 50%-75% dari perkiraan RMR atau RMR yang terukur Tidak dapat atau tidak mau mangonsumsi energi / protein yang cukup untuk mempertahankan berat badan yang ideal Menghindari makanan dan atau tidak tertarik untuk makan Konsumsi alkohol yang berlebihan atau obat obatan lain yang mengurangi nafsu makan Perubahan indikator fungsional, misalnya kekuatan menggenggamatau ukuran lain dari aktivitas fisik dan atau kekuatan Infeksi mayor seperti, sepsis, pneumonia, peritonitis, dan infeksi akibat luka, luka bakar berat, trauma, cedera kepala tertutup, cedera paru akut, sindrom gangguan pernapasan pada orang dewasa, dan operasi mayor yang berhubungan dengan malnutrisi pada penyakit atau cedera akut Diagnosis medis dari malnutrisi termasuk malnutrisi pada penyakit atau cedera akut, malnutrisi pada penyakit atau kondisi kronis dan malnutrisi akibat kondisi sosial dan lingkungan Tanda-tanda fisik terkait gizi Riwayat makan/nutrisi Riwayat personal Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 51 3. Peningkatan Kebutuhan (Spesifik) (NI-5.1) Definisi Peningkatan kebutuhan untuk zat gizi spesifik dibandingkan dengan referensi standar atau rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis. Etiologi Kumpulan faktor-faktor selama proses penilaian gizi yang berkontribusi pada keadaan atau penatalaksanaan masalah-masalah patofisiologi, situasional, psikososial, perkembangan lingkungan, budaya, dan/atau lingkungan a. Gangguan absorpsi atau metabolisme zat gizi misalnya akibat dari pengobatan b. Perubahan fungsi organ terkait fungsi GI, seperti pakreas dan hati c. Penurunan fungsi usus misalnya short bowel syndrome d. Penurunan atau perubahan fungsi usus seperti celiac disease, chrons disease e. Peningkatan kebutuhan zat gizi seperti percepatan pertumbuhan, penyembuhan luka, dan infeksi kronis. Tanda/gejala Kategori Asesmen gizi Indikator potensial ( harus ada satu atau lebih ) Data biokimia, tes dan prosedur medis - Menurunnya kolesterol total< 17,5, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, gagalnya peningkatan berat selama masa pertumbuhan yang diharapkan, berat badan kurang dari 85 % dari yang diharapkan (AN) - BMI > 29 (gangguan makan yang tidak spesifik (EDNOS)) - Fluktuasi berat badan yang signifikan (BN) - Penurunan tingkat berat cadangan adiposa dan protein somatik (AN) - Pembentukan rambut halus pada muka dan leher, brittle listless hair, sianosis pada tangan dan kaki, dan kulit kering (AN) - Adiposa normal atau berlebihan, dan simpanan protein otot normal (BN,EDNOS) - Kerusakan enamel gigi (BN) - Pembesaran kelenjar parotis (BN) - Odema perifer (BN) - Kehilangan otot rangka (AN) - Suhu tubuh rendah Data Biokimia, Fisik-Klinis dan Persyaratannya Pengkuran Antropometri Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi Riwayat Gizi Asesmen Zat Gizi Indikator Potensial dari Diagnosis Zat Gizi (satu atau lebih harus ditampilkan) Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 63 Riwayat Gizi - Ketidakmampuan berkonsentrasi (AN) - Russells signpositif (BN) mencoba memuntahkan makanan yang sudah dimakan - Bradycardia (denyut jantung < 60 kali/menit), hipotensi (systolic 37C 5. Sepsis 1,2-1,4 6. Infeksi berat 1,2-1,6 7. Closed head injury 1,3 8 Infeksi dengan trauma 1,3-1,55 Estimasi kebutuhan protein pada orang sakit No Umur Kebutuhan 1. Bayi dibawah 1 tahun 1,5 g/KgBB/hari 2. 1 3 tahun 1,1 g/KgBB/hari 3. 4 13 tahun 0,95 g/KgBB/hari 4. 14 18 tahun 0,85 g/KgBB/hari 5. Dewasa 0,8 g/KgBB/hari Estimasi kebutuhan air Umur (tahun) Kebutuhan cairan, (ml/kg BB) 16-30, aktive 40 31 - 55 35 56-75 30 76 25 Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 77 Lampiran 06. Formulir Skrining Gizi FORMULIR SKRINING GIZI PASIEN RAWAT INAP Nama : ...... Tanggal: ............ Umur : tahun Jenis L/P: ...... No. MR: . Ruang Perawatan: .. Diagnosis Penyakit: Apakah pasien menderita salah satu penyakit dibawah ini? Diabetes, Penyakit Ginjal Kronik, Sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar, pasien kebidanan, pasien anak. Status Gizi: Tinggi Badan: . cm Berat Badan: ... kg Risiko Malnutrisi a. Apakah pasien mengalami penurunan Berat Badan yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir? Jawaban: : - Tidak ada 0 - Tidak yakin 2 - Ya ada penurunan Berat Badan sebanyak: 1-5 kg 1 6-10 kg 2 11-15 kg 3 > 15 kg 4 Tidak yakin 2 b. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan? - Tidak 0 - Ya 1 ----------- Total Skor: 78 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar c. Pasien dengan diagnosa khusus Ya Tidak (kondisi khusus: pasien dengan penurunan imunitas, penyakit (kondisi khusus: pasien dengan penurunan imunitas, penyakit pasien dengan penurunan imunitas, penyakit ginjal kronik hemodialisis, geriatri, kanker kemoterapi, , luka bakar, Diabetes Mellitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, transplantasi, cidera kepala berat, , pneumonia berat, stroke, bedah digestif, patah tulang pinggul, dll) Bila skor 2 dan atau pasien dengan kondisi khusus dilakukan pengkajian lanjut oleh tenaga gizi. Sudah dibaca dan diketahui oleh tenaga gizi Ya Tidak Catatan: Jumlahkan nilai skore dua pertanyaan diatas - Skore 0 1 Risiko malnutrisi rendah - Skore 2 3 Risiko malnutrisi sedang - Skore 4 5 Risiko malnutrisi tinggi Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 79 Lampiran 07. Formulir Asuhan Gizi FORMULIR ASUHAN GIZI Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No. Rekam Medik Diagnosis Medis : ASESMEN/PENGKAJIAN GIZI Antropometri BB : kg TB : cm IMT : kg/m Tinggi Lutut : cm LLA : cm Biokimia Klinik/Fisik Riwayat Gizi Pola Makan : Asupan gizi : Riwayat Personal DIAGNOSIS/MASALAH GIZI INTERVENSI GIZI 80 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar RENCANA MONITORING DAN EVALUASI Tanda tangan (tenaga gizi) Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 81 Lampiran 08. Formulir Evaluasi Asuhan Gizi FORMULIR EVALUASI ASUHAN GIZI Nama Pasien : Jenis Kelamin: Umur : No. Rekam Medik : Diagnosis medis : Hari/Tanggal Evaluasi Nama/paraf 82 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Lampiran 09. Standar Prosedur Operasional Standar Prosedur Operasional Pengisian Skrining Gizi Pasien Dewasa Standar Prosedur Operasional SKRINING GIZI PASIEN PENGERTIAN : Skrining gizi adalah proses identifikasi adanya risiko malnutrisi akibat penyakit pada pasien baru secara cepat dan tepat. TUJUAN : Mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien baru sedini mungkin, sehingga pasien yang berisiko malnutrisi dapat segera dikaji masalah gizinya dan mendapat intervensi gizi yang tepat, sehingga status gizi pasien selama dirawat dapat diperbaiki dan tidak semakin memburuk. KEBIJAKAN : Mengacu kebijakan setempat PROSEDUR : 1. Semua pasien baru diukur tinggi badan dan berat badan dilakukan oleh perawat dalam 24 jam sejak pasien masuk RS 2. Data BB, TB pasien ditulis di Form Pengkajian Keperawatan Awal. 3. Selanjutnya perawat melakukan skrining gizi dengan menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) untuk menentukan risiko malnutrisi yang terdiri dari 2 pertanyaan yaitu riwayat penurunan BB dan nafsu makan/ kesulitan makan pasien. Pertanyaan ini bisa diajukan kepada pasien atau keluarga. 4. Perawat akan menentukan tingkat risiko malnutrisi pasien berdasarkan nilai skor dari 2 pertanyaan tersebut. Kategori tingkat risiko malnutrisi: nilai 0-1 = Kategori tingkat risiko malnutrisi: nilai 0-1 = risiko rendah, nilai 2-3 = risiko sedang, nilai 4-5 = risiko tinggi 5. Dietisien yang melakukan kunjungan pada pasien baru akan melihat hasil skrining gizi dan status gizi yang telah dilakukan oleh perawat. 6. Bila pasien tidak dapat ditimbang, untuk menentukan status gizi Dietisien akan mengukur Lingkar Lengan Atas untuk memperkirakan berat badan dan mengukur tinggi lutut untuk memperkirakan tinggi badan pasien. 7. Selanjutnya Dietisien akan melakukan asesmen/pengkajian gizi pada pasien dengan kriteria risiko malnutrisi sedang dan tinggi (berdasarkan MST) dan pasien dengan diagnosis penyakit Diabetes Mellitus, Ginjal Kronik, sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar dalam waktu 1x24 jam setelah hasil skrining. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 83 Standar Prosedur Operasional Asesmen Gizi Pada Pasien Dewasa Berisiko Standar Prosedur Operasional SKRINING GIZI PASIEN UNIT TERKAIT: a. Instalasi Gizi b. Bidang Keperawatan c. Departemen terkait d. Unit rawat inap DOKUMENTERKAIT: 1. Form Pengkajian Keperawatan Awal (Form-No......) Standar Prosedur Operasional ASESMEN GIZI AWAL PADA PASIEN DEWASA BERISIKO MALNUTRISI PENGERTIAN : Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji data terkait gizi yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien dan penyebabnya. Data yang dikumpulkan meliputi : - Data antropometri untuk menentukan status gizi: BB, TB, bila pasien tidak dapat ditimbang diukur LiLA dan Tinggi Lutut. Kemudian penentuan status gizi berdasarkan IMT atau LiLA; - Data riwayat gizi : pola makan, asupan zat gizi sehari, kecukupan gizi dibanding kebutuhan; - Data laboratorium yang terkait gizi : albumin, Hb, gula darah, ureum, kreatinin, dll; - Data klinis / fisik yang berhubungan dengan defisiensi gizi : kondisi kulit, mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak, dll; - Riwayat personal: diagnosis medis, tingkat sosial-ekonomi, aktivitas fisik, kebiasaan minum obat/ jamu, suplemen gizi, dll. TUJUAN : Mengetahui masalah gizi pasien dan penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya Dietisien / Ahli Gizi membuat perencanaan intervensi / pemberian suplemen makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi Dokter. 84 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Standar Prosedur Operasional ASESMEN GIZI AWAL PADA PASIEN DEWASA BERISIKO MALNUTRISI KEBIJAKAN : mengacu kebijakan setempat PROSEDUR : 1. Dietisien/ Ahli Gizi mendapat informasi mengenai adanya pasien baru dengan risiko malnutrisi; 2. Dietisien/ Ahli Gizi mengunjungi semua pasien baru dan melakukan anamnesa terkait gizi pada pasien berisiko malnutrisi, data yang dikumpulkan meliputi : antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal dan mengkaji data-data tersebut untuk menentukan diagnosa gizi/ masalah gizi; 3. Selanjutnya Dietisien/ Ahli Gizi membuat rencana intervensi gizi/ pemberian suplemen makanan sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet Dokter; 4. Hasil asesmen gizi ditulis dalam form Pemantauan Asuhan Gizi dengan format ADIME; 5. Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Dietisien / Ahli Gizi akan melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas intervensi gizi. 6. Asesmen ulang dilakukan pada : - Pasien dengan risiko malnutrisi berat : asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap hari; - Pasien dengan risiko malnutrisi sedang : asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap 3 hari, apabila asupan cukup, asesmen dilakukan selang 7 hari; - Pasien dengan risiko malnutrisi ringan : asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap 7 hari. UNIT TERKAIT : a. Instalasi Gizi b. Bidang Keperawatan c. Departemen terkait d. Unit rawat inap DOKUMENTERKAIT: 1. Form Asuhan orm Asuhan Gizi 2. Form Pemantauan Asuhan Gizi 3. Form Riwayat Gizi 4. Form Terintegrasi (Form-RWT-.....) orm Terintegrasi (Form-RWT-.....) Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 85 Lampiran 10. INSTRUKSI KERJA Instruksi Kerja Skrining Gizi Pasien Dewasa Rawat Inap TUJUAN : Mendapat data status gizi berdasarkan IMT dari hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, mendapatkan informasi risiko malnutrisi pasien baru dengan perangkat skrining MST (Malnutrition Screening Tools) dan mendapatkan data diagnosis penyakit pasien yang berhubungan erat dengan gizi. RUANG LINGKUP Pengkajian hasil pengukuran antropometri, skrining gizi untuk menentukan risiko malnutrisi dan Diagnosis penyakit terkait gizi PROSEDUR /TEKNIS PELAKSANAAN: 1. Perawat mengukur tinggi badan pasien baru dengan pengukur tinggi badan yang terdapat pada timbangan. Posisi pasien berdiri tegak. 2. Perawat menimbang berat badan pasien dengan timbangan yang terdapat di ruangan. Pasien ditimbang tanpa alas kaki, baju minimal, Pasien ditimbang tanpa alas kaki, baju minimal, tidak mengantongi apapun 3. Risiko malnutrisi pasien baru ditentukan dengan perangkat MST yaitu memberikan 2 pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat perubahan berat badan dan asupan makanan. a. Apakah ada penurunan berat badan yang tidak direncanakan, nilai skor jawaban pasien: Tidak 0 Tidak Yakin 2 Tidak Ya ada penurunan BB sebanyak: 1-5 kg 1 >15 kg 4 6- 10 kg 2 Tidak Yakin 2 11-15 kg 3 Catatan: Bila pasien tidak tahu atau tidak yakin apakah berat badannya turun, tetapi baju menjadi lebih longgar/tampak lebih kurus, maka skor= 2. Bila pasien tidak tahu /tidak yakin berat dan turun dan tidak ada perubahan pada tubuhnya maka skor = 0 b. Apakah ada penurunan nafsu makan, nilai skor jawaban pasien: Tidak 0 Ya 1 Tidak c. Jumlahkan nilai skor dua pertanyaan diatas, dan menentukan tingkat risiko malnutrisi Nilai 0 1 Risiko malnutrisi rendah Nilai 0 1 Nilai 2 3 Risiko malnutrisi sedang Nilai 4 5 Risiko malnutrisi tinggi 86 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 4. Hasil IMT dan skrining gizi ditulis oleh perawat pada Form Pengkajian Form Pengkajian Keperawatan Awal 5. Apakah pasien menderita penyakit yang meningkatkan kebutuhan gizi karena stress metabolik seperti salah satu diagnosis penyakit dibawah ini: Penyakit kronik dengan komplikasi Diabetes, Penyakit Ginjal Kronik, sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar, Bedah digestif, Patah tulang , Bedah digestif, Patah tulang pinggul, dll Ya Tidak Ya Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 87 Lampiran 11. Kebijakan KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS X NOMOR :____________________ T E N T A N G ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP DI RS X ------------------------- ------------------------------------------------------------------- DIREKTUR UTAMA RS X Menimbang : a. bahwa dalam pelayanan gizi di rumah sakit dibutuhkan beberapa kebijakan yang dapat memfasilitasi tercapainya pelayanan yang bermutu sesuai kemajuan IPTEK, mengacu pada falsafah dan tujuan pelayanan gizi; b. bahwa kebijakan asuhan gizi dipandang perlu dituangkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama RS X. Mengingat : 1. Dasar dasar hukum M E M UT U S K A N Menetapkan : Kesatu : PEMBERLAKUAN ASUHAN GIZI DI RUANG RAWAT INAP Kedua : Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko malnutrisi serta kondisi khusus (pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisis kronis, geriatri, kemoterapi, Intensive Care, perinatologi, luka bakar, Diabetes Mellitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, transplantasi sumsum tulang, cidera kepala berat, penyakit keganasan, pneumonia berat, stroke, bedah digestif) mendapatkan asuhan gizi meliputi kegiatan : 88 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 1. Asesmen gizi pasien yang terdiri dari pengkajian; - Data antropometri - Data Biokimia - Data klinis / fisik - Riwayat makan/gizi - Riwayat personal 2. Menentukan diagnosis gizi yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada asesmen gizi. 3. Memberikan intervensi gizi yang sesuai 4. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi Ketiga : Asuhan gizi dilakukan oleh Ahli Gizi/ Dietisien dengan pendidikan D4/ S1/ S2 GizI Keempat : Hasil asuhan gizi ditulis pada formulir asuhan gizi di dokumen medik dengan format ADIME (Asesmen, Diagnosis Gizi, Intervensi, dan Monitoring & Evaluasi). Kelima : Asuhan gizi dilaksanakan dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam sejak kedatangan pasien di rumah sakit. Keenam : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Pada tanggal : -------------------------------------- --------- ----------------------------- Direktur Utama, ______________________ Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 89 Lampiran 12. Form Pengawasan dan Pengendalian FORM PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Standar Pengawasan Dokumen Medik Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 Pasien 4 Pasien dengan risiko malnutrisi mendapat intervensi gizi Pasien dengan kondisi khusus dan nilai MST 2 dan kondisi khusus dilakukan: Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Asuhan gizi awal (2 x 24 jam) Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Diagnosis gizi sesuai kondisi pasien Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ada tujuan intervensi Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Intervensi gizi sesuai Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Follow up/monev/re asesmen tertulis dalam form terintegrasi (1-3- 7 hari sesuai tingkat risiko) Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Pasien mendapat diet sesuai preskripsi dokter Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Buku makanan ditulis/ cek setiap hari oleh tenaga gizi (ada tanda tangan) Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak 90 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar Kebutuhan edukasi setiap pasien dikaji dan dicatat pada dokumen medik Lembar terintegrasi edukasi, di ceklist dan ditandatangani Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Ya/ Tidak Edukasi pasien dan keluarga terkait terapi pasien: potensi interaks obat dan makanan petunjuk gizi/ diet Lembar terintegrasi edukasi, di cek list dan ditandatangani Y a / Tidak Y a / Tidak Y a / Tidak Y a / Tidak Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 91 DAFTAR PUSTAKA 1. American Dietetic Association, 2011, International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 3rd Edition. Chicago, IL. 2. American Dietetic Association, 2012, International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 1rd Edition. Chicago, IL. 3. Academy of Nutrition and Dietetics, 2013, International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 4rd Edition. Chicago, IL. 4. Charney, P., Malone, A.M., Nutrition Assessment, 2009, American Dietetic Association, Chicago 5. Departemen Kesehatan RI, 2008, Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI 6. Depkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi RumahSakit, 2006 7. Journal of Academy of Nutrition and Dietetics, June 2013 Supplement 2. 8. Joint Commission International, 2011, Accreditation Standars For Hospital 4th Edition. USA 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi . 11. Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI 12. PERSAGI dan ASDI, 2009, Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). 13. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). 2013. Jakarta 14. Nelsm, M dkk. Nutrition Therapy and Pathofisiology, edisi ke 2, 2009. 15. Mahan, L.K., Stump, S.E., Raymond, J.L., 2012, Krauses Food and the Nutrition Care Process, edisi ke 13, St. Louis Missouri, United States of America 92 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 16. Leonberg, B.L., Pediatric Nutrition Assessment, 2008, American Dietetic Association, Chicago 17. Scope of practice: The range of roles, functions, responsibilities, and activities that food and Nutrition professionals are educated and authorized to perform (JADA, 2008) 18. Terminologi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Asosiasi Dietisien Indonesia. DPC Jawa Barat. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | 93 SUSUNANTIM PENGARAH Ir. Doddy Izwardy, MA PENANGGUNGJAWAB dr. Marina Damajanti, MKM PENYUSUN 1. dr. Julistio Triyoga Budiawan Djais, Sp. A (K), M.Kes. 2. Miranti Gutawa Sumapradja, S., DCN., M.Sc. 3. Triyani Kresnawan, DCN., M.Kes. 4. Iip Syaiful, SKM,.M.Kes. 5. Sugeng Eko Irianto, Ph. D 6. Sri Iwaningsih, SKM., MARS. 7. Triyani Kresnawan, DCN., M.Kes. 8. Syarief Darmawan, M.Kes. 9. Yufrida Leni Fayakun, M.Kes., DMN. 10. Siti Utami, M.Kes 11. Fitri Hudayani, S.Gz. 12. Ir. Andry Harmany, M.Kes. 13. dr. Yeti Silitonga 14. Dewi Astuti, S.Gz. 15. Retnaningsih, S.iT 16. Hera Nurlita, S.SiT, M.Kes. 17. Dedeh, S.Gz. 94 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar 18. Dela Rosa, SKM., MKM. 19. Elisa, SKM. 20. Kusindrati, M.Kes. 21. Minarni, S.Gz. 22. Sri Amelia, SKM. 23. Sri Nurhayati, SKM. 24. Witrianti, SKM. 25. dr. Julina, MM. 26. Judiono, MPS. 27. Maryati Dewi, S.Gz. 28. Ichwanuddin, M.Kes. 29. Hadi Mulyono, S.Kom. 30. Rusriyanto 96 | Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar PEDOMAN Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 ISBN 978-602-235-676-9 9 7 8 6 0 2 2 3 5 6 7 6 9 612.3 Ind p