Kota Sebagai Proses

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

KOTA SEBAGAI PROSES

STUDIO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

Bethesda Bakara D1031151010 Zarima Mudiatama D1031151035


Wawa Patricia D1031151014 M. Ardi Fathurrahman D1031151039
Sarah Amanda Safira D1031151017 Neri Nuranita D1031151040
Petty Suryani D1031151025 Eko Wibowo Rudianto D1031151047
Aulia Maulana D1031151028 Raka Maulana D1031151049
Friska J.B.T. D1031151031 Saskia Oktrifani Sinaga D1031151050

PRODI ARSITEKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

SEPTEMBER 13, 2017


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
DAFTAR ISI
1. PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
1.1 TIGA DINAMIKA POKOK DI DALAM PROSES PREANCANGAN KOTA ........................... 2
1.2 PENDEKATAKAN POKOK TERHADAP FORMAL/STRUKTURAL DALAM PROSES
PERANCANGAN KOTA................................................................................................................... 2
1.3 KESIMPULAN .............................................................................................................................. 3
2. DINAMIKA EKONOMI DAN EKOLOGI ...................................................................................... 3
2.1. HUBUNGAN EKONOMI KOTA DENGAN EKOLOGI KOTA............................................. 3
Status tanah.................................................................................................................................... 4
Hierarki nilai .................................................................................................................................. 4
Tingkat struktur ............................................................................................................................. 5
2.2 PENGGUNAAN PERANCANGAN KOTA SECARA EFEKTIF................................................ 6
Pendekatan penggunaan perancangan kota secara efektif ...................................................... 6
2.3 KESIMPULAN ............................................................................................................................. 7
3. DINAMIKA POLITIK DAN EKOLOGI ......................................................................................... 8
3.1 HUBUNGAN POLITIK KOTA DENGAN EKOLOGI KOTA .................................................. 8
3.2 PELAKSANAAN PERANCANGAN KOTA SECARA EFEKTIF ................................................ 8
4. DINAMIKA BUDAYA DAN EKOLOGI ...................................................................................... 14
4.1 HUBUNGAN BUDAYA KOTA DENGAN EKOLOGI KOTA .............................................. 14
4.2 PENERAPAN PERANCANGAN KOTA SECARA EFEKTIF ................................................... 15
1. Penelitian.................................................................................................................................. 16
2. Pendidikan............................................................................................................................... 17
3.Pengabdian ............................................................................................................................... 17
4.3 KESIMPULAN ........................................................................................................................... 17
Contoh kajian terkait mengenai Kota Sebagai Proses ............................................................. 18

1
KOTA SEBAGAI PROSES

1. PENGANTAR
1.1 TIGA DINAMIKA POKOK DI DALAM PROSES PREANCANGAN KOTA
Proses sering kurang diperhatikan karena bersifat abstrak, sedangkan produk
buatan bersifat konkret (fisik). Padahal sama pentingnya

Watak utama kehidupan perkotaan adalah kenyataan perubahan. Berubah jika


diberikan waktu : tingkat ambisi, kondisi ekonomi, fungsi-fungsi, serta cara hidup.
Kota adalah tempat perubahan berlangsung terus menerus.

Peranacanaan kota yang dikatakan berhasil karena memberikan konsentrasi secara


bentuk dan struktural. Pada suatu sistem yang berjalalan di dalam ruang dan
waktunya yang bersifat dunamis. Dengan demikian, dua hal berikut menjadi jelas:

- Bentuk sebuah kota tidak akan pernah selesai


Suatu perancangan kota yang berfokus pada bentuk kota yang terakhir sudah
dapat dianggap gagal karena sebuah bentuk kota akan terus menerus
dilanjutkan.
- Bentuk sebuah kota tidak akan pernah sempurna
Perancangan kota yang berfokus pada bentuk kota yang komplet akan
mengalami kegagalan karena sebelum bentuk kota akan terus menerus
dikebangkan.

Para perancang kota tidaklah bersifat abstrak karena kota bersifat kokret dan nyata.
Seorang perancang sangat bergantung pada ilmu-ilmu yang meneliti morfologi.

Kehidupan kota sering disamakan dengan ekologi kota.

Tiga dinamika kota yang memiliki hubungan erat dengan ekologinnya

Ekonomi Kota

Dinamika Politik Kota Ekologi Kota

Budaya Kota

Ketiga hal tersebut tidak bersifat statis

1.2 PENDEKATAKAN POKOK TERHADAP FORMAL/STRUKTURAL DALAM PROSES


PERANCANGAN KOTA
Krisis yang di akibatkan oleh pemahaman tentang nilai-nilai estetika kota,
Taman Kota misalnya yang berfungsi sebagai rekreatif dan tidak dipahami secara
ekologis sebagai tempat holikultura. Ekosistem bersifat tertutup karena hanya

2
memungkinkan perubahan zat yang sudah berada di dalamnya. Hal nya dengan kota
modern, sistem yang di langsungkan dianggap terbuka.

Sistem masyarakat perkotaan tradisional bersifat tertutup dengan hanya


beberapa sub-perhimpunan dan lokasi tempatnya terbatas. Sedangkan masyarakat
perkotaan modern bersifat multi-perhimpunan tanpa banyak perhatian terhadap
pembatasan lokasi secara fisik. Pembentukan struktur-struktur perkotaan dapat dilihat
dari pembentukan wajah kota hanya sebagai faktor yang sekunder karena sifatnya
yang lahiriah dan selalu berubah.Yang perlu di perhatikan hubungan antara bentuk
dan struktur, karena dua hal tersebut tidak boleh dibedakan begitu saja perlu dilihat
sebgai dua sisi dari sebuah logam yang sama. Sebuah struktur hanya boleh dianggap
baik jika terwujud dalam bentuk yang baik. Wajah kota lebih fleksibel dan dinamis
daripada tulang kota (Struktur) yang bersifat agak tetap dan statis. Pendekatan yang
menganggap proses perancangan kota yang baik formal maupun struktural hanya
sebagai sesuatu yang abstrak saja tidak akan berhasil, karena kota bersifat sangat
konkret yang perlu di tangkap indra.

1.3 KESIMPULAN
Pembuatan sebuah produk membutuhkan suatu proses. Didalam proses tersebut,
penting jumlah dan lingkup.

Didalam proses tersebut perlu diperhatikan watak kota sebagai jaringan yang
bersifat struktural, dimana semua parameter saling mempengaruhi arus balik itulah
dinamika yang bersifat ekologis. Di dala dunia alam, proses yang bersifat Ekologis
tersebut terjadi secara alamiah. Namun tidak demikian halnya didalam kota yang
bersifat artefak(buatan).

Berapa jauh perbedaan antara sistem alam dan sistem artefak? Sistem artefak akan
merusak alam dengan akibat bahwa sistem alam yang rusak akan merusak sistem
artefak. Begitu logika ekosistem: jika alam dihancurkan maka alam akan
mengkhancurkan manusia. Penerapan ekologi tidak bersifat suka / tidak suka.

2. DINAMIKA EKONOMI DAN EKOLOGI


2.1. HUBUNGAN EKONOMI KOTA DENGAN EKOLOGI KOTA
Berdasarkan pada sistem hidup yang secara dasar ada di mulai dengan
perhatian pada system dari dalam kea rah luar. Alasannya bukan bukan karena pada
masa kini cara hidup makin lama makin materialistik. Untuk hidup lebih bermakna,
manusia memerlukan arti kehidupan nya yang dengan tepat di dasarkan pada realitas
spiritual. Untuk menjalankan pengelolaan hidup tersebut, dibutuhkan sebuah cara
hidup yang bersifat tradisi atau budaya, kalau istilah tersebut dipakai dalam lingkup
luas. System hidup masyarakat tersebut dijalankan dalam 2 situasi yang berbeda, yaitu
dalam lingkungan pedesaan (rural) serta lingkungan perkotaan (urban).

3
Lingkungan desa berjalan lebih alamiah dimana akibat pengaruh kegiatan
masyarakat lebih sedikit terhadap keseluruhannya. Lain halnya dengan lingkungan
kota yang bersifat lebih sintetis, dimana akibat kegiatan masyarakat yang banyak
bisa mempengaruhi tempatnya sampai ke dimensi global, sehingga makin lama makin
banyak ahli di berbagai macam bidang mengingatkan untuk memperhatikan
pengaruh-pengaruh lingkup perkotaan. Pada zama ini, arsitektur yang disamakan
dengan urbanisme adalah salah satu bidang keahlian yang paling penting bagi setiap
ekonomi nasional, karena dinamika ekonomi perkotaan sudah menjadi masalah yang
paling strategis (bagi bangsa maupun para individu) untuk diusahakan dengan baik.

Pada dasarnya, dalam dinamika ekonomi kota bisa diamati antara lain 3 faktor pokok
yang masing-masing memiliki polarisasi.

Status tanah
Pertama-tama, di dalam perancangan kota perlu diperhatikan bahwa kota
sebagai artefak (buatan) didirikan di atas tanah yang bersifat lahan alam. Status tanah
sangat tergantung pada potensi kemungkinan penggunaannya. Secara umum alam
pada dirinya sendiri tidak dianggap memiliki hak apapun yang perlu dilindungi oleh
system hukum, bahkan alam memiliki status sebagai property yang hanya akan
dilindungi sejau mendukung system kepentingan ekonomi.

Para ahli bertugas memahami dengan baik dinamika ekonomi kota, kemudian
memulai mengharmoniskan dinamika tersebut dengan ekologinya. Untuk itu
dibutuhkan pengetahuan yang Egenter namakan sebagai anthropology of
territoriality.

Istilah teritorium berfokus pada tanah, sedangkan antropologi berfokus


pada manusia. Kedua-duanya perlu diintegrasikan, dimana status tanah bergantung
pada 2 faktor,

- Situasi topografi
Pembentukan tanah secara alami tidak sama disetiap tempatnya. Tanah alam
memiliki potensi ekonomi yang berbeda pula.

- Interfensi manusia
Interfensi manusia terhadap tanah juga perlu diperhatikan. Kebanyakan faktor
yang menentukan status tanah secara ekonomi diciptakan, diurus, serta dikontrol oleh
manusia sediri, misalnya penentuan dimana diletakkan jalur pergerakan/perdagangan
serta penghubungannya, lalu bagaimana tata guna lahan, dimana pusat-pusatnya dan
seterusnya.

Hierarki nilai
Biasanya di bidang ekonomi nilai-nilai dibagi dalam 2 pendekatan dasar, yaitu
nilai pakai (use value) dan nilai tukar (exchange value).

4
Nilai pakai (use value)
Pendekatan ekonomi ini berfokus pada semua kriteria yang berhubungan
dengan nilai penggunaan sebuah tempat secara langsung, misalnya rumah sebagai
tempat huni.

Nilai tukar (exchange value)


Perlu diperhatikan dinamika ekonomi yang mementingkan pendekatan
tersebut, karena keuntungan finansial yang bisa dihasilkan secara langsung biasanya
selalu lebih tinggi, kalau nilai tukar lebih diperhatikan daripada nilai pakai, sehingga
muncul sebuah hierarki nilai-nilai yang sering mengakibatkan ketegangan di dalam
realitas konteks perkotaan.

Tingkat struktur
Setiap dinamika ekonomi kota berjalan di dalam 2 tingkat yaitu tingkat lokal
dan global. Dalam menjalankan proses pembangunan kota dibutuhkan sumber-
sumber (resources), baik dari segi bahan mentah, teknik, maupun energi, maka para
perancang kota juga perlu mengetahui system produksi bangunan (building
production) yang ada di dalam kota modern dan bagaimana pengaruhnya terhadap
lingkungan.

Tingkat lokal
Di setiap daerah dikembangkan cara pembangunan sesuai kondisi iklim dan
lingkungannya, maka dapat diistilahkan dengan kata tradisi pembangunan
(sustainable, vernacular building) di dalam daerah tersebut. Masih ada banyak
manfaatnya jika rumah/kota tradisional diteliti dengan baik tidak hanya dari aspek
sejarah dan antropologi, melainkan juga prinsip-prinsip yang berfungsi di dalamnya
secara arsitektural.

Tingkat global
Dalam pembangunan kota ada naggapan bahwa tingkat global lebih ekonomis
daripada tingkat lokal. Jika semua diperhatikan anggapan tersebut tidaklah benar.

Jaman modern memperkenalkan 3 sistem baru yang semuanya bersifat global,


yaitu :
1. Teknologi sistem produksi baru
2. Transportasi sistem distribusi baru
3. Informasi sistem komunikasi baru

Kelompok sistem tersebut hanya dianggap ekonomis karena dilangsungkan


dalam skala besar dan luas.

Sudah tiba saatnya untuk menerapkan pembangunan kota secara lebih efektif
dan ekonomis dengan memprhatikan sumber serta ekosistemnya. Dalam hal ini sangat

5
dibutuhkan penyesuaian sistem global sesuai kriteria jelas yang disamakan dengan
tingkat lokal secara terpadu.

2.2 PENGGUNAAN PERANCANGAN KOTA SECARA EFEKTIF


Efisien Tepat/sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang
waktu, tenaga, biaya.

Efektif Sebuah akibat/pengaruh.

Dalam proses perancangan kota tidak cukup jika hanya fokus pada proses
efisien malainkan diperlukan juga sebuah keefektifan. Dengan kata lain dalam sebuah
proses prancanga tersebut telah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi dimasa mendatang.

Pendekatan penggunaan perancangan kota secara efektif


Dinamika hubungan antara potensi pengambilan keputusan dan perkembangan
biaya. Hubungan kedua faktor tersebut bersifat resiprok yang dimana pada awal
proyek kemungkinan untuk mengambil keputusan lebih tinggi dari pengeluaran biaya
dan sebaliknya.

Dampak dari proses tersebut memang telah diakui tetapi hasil produk dari
proses ini sering kurang efektif. Biasanya proses tersebut hanya menekankan jangka
waktu dari permulaan perencanaan proyek sampai dengan penyelesaian.

Lingkup proses pada tahap tersebut belum selesai baik dalam segi ekonomi
maupun ekologi. Untuk pembahasan lingkup yang lebih luas ini berfokus pada
keseimbangan (sustainability) sebuah produk.

Kesinambungan memperhatikan implikasi pembuatan produk baik terhadap


diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Dalam dinamika tersebut, tahap
keputusan-keputusan yang diambil sebelum suatu proses perencanaan dan
perancangan dimulai sangatlah strategis karena pengaruhnya terhadap proses
selanjutnya paling besar saat ini, sementara biaya yang dibutuhkan masih sangat kecil.
Oleh karena itu, efeknya untuk masa depan paling besar justru pada saat
memperhatikan kesinambungan proyek. Tahap strategis tersebut diberikan istilah
Tahap 0 (nol).

Bedasarkan dinamika tersebut, ahli tata kota Per Krusche mengembangkan


teori baru mengenai pembangunan kota secara efektif yang sekaligus ekonomis dan
ekologis. Teori tersebut berfokus pada kota sebagai bentuk jaringan berdasarkan
sumbernya (urban sustainable network). Konsep di dalam strategi tersebut menarik
karena kota dipahami secara efektif sebagai sistem jaringan yang diatur/dilangsungkan
secara otomatis (self regulating network system).

6
Subsistem-subsistem membutuhkan sistem perancangan kota yang
memperhatikan banyak pengetahuan dari berbagai bidang secara terpadu. Tetapi
pada kenyataanya, sering terjadi bahwa para ahli menjadi buta terhadap proses
mengoptimalkan sistem-sistem, karena kurang mampu berpikir secara terpadu. Maka,
sangat dibutuhkan prancangan kota secara interdisipliner. Menurut Krusche, usaha
membangun kota dengan cara tersebut tidak bergantung pada potensi keuangan,
melainkan pada inteligensi yang terwujud dalam rasa kebersamaan manusia-manusia
yang terlibat dan disertai dengan kemauannya yang keras.

2.3 KESIMPULAN
Semakin lama, banyak investor/developer mengamati kompleksitas dinamika
pembangunan ekonomi kota, karena efisiensi proses pembamgunan sering terwujud
dengan pola yang belum efektif karena kurangnya diperhatikan dinamika ekologi
kota. Pihak yang hanya berfokus pada spekulasi, mengingkari masalah tersebut
dengan mementingkan keuntungan sendiri. Tingkah laku tersebut sudah terbukti
sering gagal dan berbahaya karena sikap seperti itu sering menghasilkan kualitas yang
rendah.

Karena pengalaman yang pahit ini, pihak invertor/developer siap


memperhatikan efektivitas sebuah proyek dalam jangka waktu yang lebih panjang
dan mulai sadar bahwa dibutuhkan gagasan baru serta pendekatan-pendekatan
nonkonvensional untuk mengatasi masalah di dalam dinamika pembangunan
perkotaan. Semakin lama, semakin banyak perusahaan industry banguna mengakui
adanya keuntungan dari pembuatan desain yang berkualitas tinggi. Mereka lebih siap
mengerjakan para ahli yang bermutu tinggi karena pembangunan kota dalah bisnis
besar yang membutuhkan pengetahuan luas dalam tingkat mikro (bangunan) maupun
makro (kota). Tantangan tantangan itulah yang akan dihadapi oleh ahli perancangan
kota utnuk menyiapkan pengetahuan serta keterampilan yang luas kepada mereka
yang semakin lama semakin banyak membutuhkan.

7
3. DINAMIKA POLITIK DAN EKOLOGI

3.1 HUBUNGAN POLITIK KOTA DENGAN EKOLOGI KOTA


Perbedaan motivasi ekonomi perkotaan memunculkan banyak perbedaan
kriteria yang akan menyebabkan ketegangan antara masing-masing kriteria tersebut.
Jadi, sudah jelas bahwa kemampuan dinamika sangt terbatas untuk ditasi oleh diri
sendiri, karena masing-msing akan tergantung pada setiap peran yg terlibat, dan akan
sering tidak seimbang.

Oleh karena itu, butuh suatu sistem yg lebih luas pandangannya terhadap
masalah tersebut dengan memperhatikan peran yang terlibat. Sistem pengelolaan ini
disebut politik. Istilah politik dapat dirumuskan dengan arti kebijakan; cara
bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Ini sangat dibutuhkan
dalam pembangunan kota karena proses tersebut adalah pelaksanaan keputusan dari
individu atau kelompok .

Pembangunan kota adalah tugaas yg bersifat politis. Pelaksana tugas tersebut


tidak hanya dikerjakan oleh badan eksekutif saja tetapi dengan mendukung berbagai
kecenderungan yang positif.

Ahli kota berpandangan bahwa orientasi yang dibutuhkan didalam


pembangunan kota adalah politik berdasarkan ekologi kota. Pada abad ke-21 dunia
akan menghadapi dua tantangan utama yaitu kemiskinan serta polusi. Jika demikian,
lebih baik dilaksanakan politik yang berorientasi pada ekologi kota, baik dari segi
dinamika sosialnya maupun dinamika alam seluas luasnya.

3.2 PELAKSANAAN PERANCANGAN KOTA SECARA EFEKTIF


Pelaksanaan pembangunan kota yang baik memerlukan sebuah pelaksanaan
perancangan kota yang baik juga. Dalam pelaksanaan perencanaan kota secara baik
dan bersifat sangat abstrak perlu didampingi oleh perancangan yang memperhatikan
kota secara fisik. Agar pelaksanaan pembangunan kota berlangsung secara efektif,
maka memerlukan pendekatan dengan efektif. Ada tiga aspek yang paling pokok di
dalam kota, yaitu :
1. Hardware kota: rupa dan struktur kota yang ersifat fisik
2. Software kota: sistem dan proses kehidupan perkotaan
3. Pelaku kota: keberadaan dan kegiatan manusia perkotaan

Manfred Konukiewitz menegaskan untuk melaksanakan suatu politik yang


efektif di dalam pembangunan kota dibutuhkan perubahan pendekatan terhadap tiga
aspek pokok, yaitu :

1. Hardware nya perlu diubah. Rupa dan struktur perkotaan massanya perlu di
modifikasi dengan lebih efektif dengan memperhatikan dinamika yang berada
didalam kota.

8
2. Software nya perlu diubah. Pelaksanaan cara kehidupan kota perlu diarahkan
pada perancangan dan pengelolaan pembangunan yang lebih efektif dengan
memperkenalkan suatu ekonomi kota sesuai dengan ekologi kota.
3. Sikap para pelakunya perlu diubah. Memerlukan sikap baru terhadap
sumbernya serta memahami dengan jelas impilkasi-implikasi pemakaian sumber
tersebut bagi individu maupun masyrakat.

Oleh sebab itu, pemerintah harus sadar bahwa mereka tak dapat melakukan
hal tersebut sendiri, melainkan harus menerapkan secara tegas suatu strategi
katalisator yang memperhitungkan potensi oihak swasta, baik bagi investor formal
dan informal, dengan mengerjakan sesuatu lingkungan yang menarik bagi mereka
untuk diterapkan. Agar dapat berjalan dengan efektif maka dibutuhkan suatu
pelaksanaan yang progresif dengan memperhatikan tiga kriteria pokok, yaitu :

a. Sikap aktif, yaitu sikap terhadap pelaksanaannya. Artinya tujuan serta strategi
harus jelas sebelum pelaksanaannya dimulai. Dalam realitas pelaksanaan,
diamati dua masalah yaitu :
Tujuan perencanaan kurang jelas mengakibatkan pelaksanaannya
pembangunannya bersifat liar.
Tujuan perencanaan sudah jelas, tetapi strategi pelaksanaannya kurang
jelas sehingga di lampaui oleh dinamika tujuan lain.

Jadi diperlukan sikap aktif yang melaksanakan suatu strategi secara efektif
untuk menghasilkan tujuan-tujuan perencanaan tertentu. Sikap aktif secara
khusus perlu diambil pada lima parameter, yaitu :

- Tata guna tanah (land-use)


- Bentuk bangunan dan sisa lahan (building form and missing)
- Prasarana teknis dan sosial (technical and social infrastructure)
- Lalu lintas, sirkulasi, parkir, pedetrian (traffic, parking)
- Ruang publik (public space)

Ada lima pedoman yang perlu diperhatikan dalam perkembangan


pembangunan kota :

- Persiapan ruang gerak untuk perkembangan kemasyarakatan


- Pemakaian sumber (resources) yang dipertanggungjawabkan
- Penguatan tipologi kegiatan/penggunaan yang bersifat lokal
- Interaksi antara berbagai perbedaan guna tanah
- Perlindungan terhadap tipologi guna tanah yang terancam

b. Tindakan dinamis, Eko Budihardjo mengutip tentang tiga kategori wahana


produksi pokok yang berada didalam pembangunan kota, sebagai berikut:

9
- Industrial: mengacu pada kegiatan pembangunan secara masal dan
padat modal, dengan hubungan antara konsumsi dan produksi yang
ditentukan oleh mekanisme pertukaran komersial dan harga pasar.
- Manufakturing: mengacu pada aktivitas berskala terbatas, yang
merupakan percampuran antara investasi/modal dan pemanfaatan
tenaga secara padat karya.
- Artisanal: merupakan aktivitas padat karya yang berwawasan lokal,
dimana sering kali konsumen sekaligus merangkap juga sebagai
produsen.

Pada dinamika terseut pelaksanaan yang efektif perlu diperhatikan secara


kualitatif misalnya dinegara-negara berkembang 70% unit rumah dibangun
oleh ektor informal. Keterbatasan perhatian sering terjadi dalam perancangan
kota. Karena perkembangan kota diutamakan secara industrial. Dinamika
tersebut diakibatkan oleh jumlah biaya yang bersifat resiprokatif.

Tujuan intervensi politis serta cara pelaksanaan pembangunan kota akan


sangat berbeda sesuai konteks formal atau informal.

Intervensi politis didalam pelaksanaan sekotr formal difokuskan pada


empat penekanan:

1. Persyaratan sistem susunan pembangunan yang memiliki kaitan yang


baik didalam lingkukan makro.
2. Pengawasan sistem dan lingkup prasarana serta implikasi pada
konteknya.
3. Dukungan sistem teknik pembangunan yang tepat guna dan ekologis.
4. Pengurusan sistem keseimbangan dampak keuntungan atau kerugian
perkotaan antara pihak swasta dan negri.

Penekanan dalam sektor informal difokuskan pada empat intervensi:


- Menyusun sistem ruang atau masa secara minimal tetapi jelas
- Persiapan sistem prasarana yang minimal tetapi efektif
- Dukungan sistem teknik pembangunan tepat guna dan lokal
- Bantuan sistem pemberian modal yang tepat
- Motivasi untuk memperbaiki wawasan kota tergantung pada rasa
memiliki masa depan yang baik. Pelaksanaan pembangunan kota
secara efektif memerlukan suatu pelaksanaan perancangan kota yang
bertindak dinamis dan memperhatikan aspek secara terpadu.

c. Pendekatan kontekstual
Berfokus pada suatu control desain dengan memperhtikan batasan-batasan
pembangunan dengan kriteria minimal atau maksimal.

10
Secara umum pelaksanaan diatur dalam empat rencana peraturan-peraturan
antara lain.

- Rencana tata guna lahan (pen-zoning-an)


- Rencana lalu lintas
- Rencana prasarana
- Rencana bentuk bangunan

Tujuan system control perancangan kawasan kota dan bangunan.

- Ketinggian bangunan
- Fungsi bangunan
- Kepadatan massa/ruang
- Akibat lalu lintas
- Pencahayaan dan ventilasi ruang public
- Keamanan
- Gangguan lingkungan

Empat Pendekatan

1. Pengertian terhadap ruang perkotaan


Banyak aparat pelaksana perancangan kota menganggap perhatian dan
tekanan terhadap ruang perkotaan sebagai sesuatu yang tidak penting. Konsep
pemahaman terhadap untuk mengintegrasikan watak regional tertentu didalam
perancangan perkotaan. Ungkapan seperti ini yang menjadi perhatian bagi
para perancang dan pengelola perkotaan di Asia Tenggara untuk memahami
konsep ruang didaerah ini sebagai landasan yang baik dan potensial bagi
perkembangan perkotaan.

2. Pemakaian Ruang Perkotaan


Dibutuhkan pendekatan lain yang memperhatikan secara mendalam
pemakaian ruang perkotaan karena suatu rancangan perlu menjawab secara
fisik dinamika-dinamika dari kebutuhan lingkungan.

3. Pembentukan Ruang Perkotaan


Kehidupan dikota seperti dikehidupan lain dibumi ini berlangsung
didalam dimensi ruang dan waktu, oleh karna itu tidak boleh dianggap statis.
Dibutuhkan pendekatan dinamis yang mampu mengintegrasikan perubahan
yang inovatif bukan sebagai sesuatu yang merusak lingkungan melainkan fungsi
sebagai interaksi dan penambahan arti bagi lingkungan secara baik.

4. Pelaksanaan didalam Ruang Perkotaan


Berfokus pada pelaksanaan perancangan dan pengelolaan tertentu
kedalam realitasnya , hanya bersifat sebagai suatu keinginan saja jikalau
rancangannya tidak dapat diterapkan didalam realitasnya. Oleh karna itu

11
dinegara Indonesia banyak perancang dan pengelola kota dipengaruhi oleh
para investor dan politikus.

Terdapat Empat kriteria yang paling penting dalam perancangan dan


pengelolaan kota sesuai kompleksitasnya :

A. Kriteria 1: Tipologi kawasan kota


Istilah tipologi secara arsitektural biasanya dipakai pada tingkat
makro, yaitu tipologi bangunan, secara tipologis dibedakan bangunan
secara fungsional, misalnya rumah sakit museum, rumah tinggal, dll).
Sedangkan tipologi arsitektural pada tingkat makro yaitu tipologi
perkotaan.

B. Kriteria 2: Morfologi kawasan kota


Morfologi dirumuskan secara luas sebagai penataan/susunan atau
pembentukkan objek atau system. Artinya didalam lingkungan perkotaan,
kawasan kota sebagai objek yang besar perlu dipahami sistemnya, baik dari
luar maupun dari dalam secara arsitektural. Dengan kata lain morfologi
sebagai kriteria yang menekankan tata ruang perkotaan dan massanya serta
aspek-aspek hubungannya.

C. Kriteria 3: Skala kawaan kota

kriteria yang mencangkup hubungan dengan segala aspek


perkotaan, baik mikro maupun makro.

D. Kriteria 4: Identitas kawasan kota


Identitas berfokus pada jati diri kawasan perkotaan.
a. Identitas individu (gedung) sebagai objek yang kecil.
b. Identitas individu (kawasan) sebagai bagian objek yang besar.

Empat tahap dalam pelaksanaan perancangan.

A. Tahap 1. Penelitian terhadap tempat perkotaan.


B. Tahap 2. Analisa lingkup sosio-spasial dari tempat perkotaan.
C. Tahap 3. Intervensi perancangan di dalam tempat perkotaan.
D. tahap 4. Strategi terhadap tempat perkotaan

strategi dasar di dalam proses pelaksanaan perancangan kota antara lain:

1. Planned unit development (PUD) / cluster-zoning sering dipakai di daerah


suburban atau daerah di mana kebanyakan kawasan akan dibongkar atau
belum dibangun.
2. Urban renewal (pembaruan kawasan kota atau peremajaan kota). strategi ini
sering dipakai di pusat kota atau daerah, di mana kebanyakan kawasan sudah

12
dibangun dan tidak dapat dibongkar secara langsung atau secara keseluruhan
sehingga lebih cenderung pada renovasi kawasan (khususnya di pusat).
Cara pendekatan atau metode perencanaan menurut Etikawati
Triyosoputri antara lain :
a. Pembangunan kembali ( redevelopment) atau peremajaan
menyeluruh mulai dari pembongkaran sarana dan prasarana.
b. Gentrifikasi (urban infill) yakni upaya peningkatan kualitas
lingkunganya tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari
struktur fisik kawasan tersebut.
c. Konservasi, upaya untuk memelihara suatu tempat (lahan, kawasan,
gedung, atau kelompok gedung berserta lingkungannya) sehingga
makna tempat tersebut dapat dipertahankan.
d. Rehabilitasi, upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan
atau kawasan yang telah mengalami kerusakan sehingga dapat
berfungsi kembali.
e. Preservasi, upaya untuk memelihara dan melestarikan monument,
bangunan atau lingkungan serta mencegah terjadinya proses
kerusakan.
f. Renovasi, upaya mengubah beberapa bagian dari bangunan agar
berfungsi sesuai dengan kebutuhan.
g. Restorasi, mengembalikan/memasang unsur-unsur yang telah ada ke
unsur asli.
h. Rekontruksi, mengembalikan kondisi yang rusak parah ke wujud
semula.
3. Incentive zoning dalam arti luas yaitu tambahan penghasilan yang diberikan
untuk memperbesar gairah kerja.

13
4. DINAMIKA BUDAYA DAN EKOLOGI
4.1 HUBUNGAN BUDAYA KOTA DENGAN EKOLOGI KOTA
Walaupun bermacam macam budaya akan berlangsung dalam satu kota,
namun secara global dan lokal pada dasarnya kota memiliki tiga arti

Kampung
halaman

Kota
sebagai
tempat

Bengkel /
Panggung
warung

Sebuah kota harus memiliki potensi yang kuat untuk tiga aspek perkotaan, yaitu

Memiliki potensi identitas yang kuat sebagai tempat hidup bagi penghuni yang
banyak,
Sebagai tempat yang memungkinkan kegiatan perkotaan yang banyak dan
bermacam macam
Sebagai tempat yang baik untuk kerja dan jual beli

Untuk mencapai sebuah kota yang memiliki semua potensi tersebut, dibutuhkan
lingkungan yang sehat berdasarkan asas asas ekologis yang memungkinkan kualitas
hidup yang baik secara menyeluruh untuk saat ini dan masa depan.

Dalam proses pembangunan lingkungan yang baik, menurut Shadrach Woods,


pada dasarnya dibutuhkan tiga langkah berikut:

1. Penciptaan lingkungan yang baik dimulai dengan memikirkan kriteria atau cara
pikir terhadap penyusunan tempat tertentu pada waktu tertentu.
2. Kemudian, pelaksanaan penyusunan tersebut dilangsungkan berdasarkan
penemuan sistem hubungan yang berlaku secara baik dan jelas.
3. Akhirnya perwujudan sistem hubungan tersebut akan dibentuk melalui ekspresi
konkret, yaitu melalui massa dan ruang.

14
a. Cara pikir terhadap penyusunan kota
Implikasi masalah lingkup informasi dan parameter kriteria perlu
dipahami secara baik sehingga bisa diambil cara pikir terhadap penyusunan
kota secara benar dan sehat berdasarkan sistem ekologi yang luas.

b. Penemuan sistem hubungan


Memberikan perhatian pada morfologi kota dari segi budaya dan alam
serta bagaimana pemakaian alat bahasa struktural di dalam perancangan kota
merupakan hal yang penting.
Christoper Alexander telah memberikan dua kontribusi ilmiah yang sudah
menjadi sebuah teori klasik didalam bidang perancangan kota, yaitu:

The city is not a tree (kota bukan pohon)


Setiap perancangan kota perlu difokuskan pada struktur yang luas dan
rumit, agar sistem kehidupan yang akan dijalankan di dalamnya lebih
efektif dan tepat.
A pattern language (bahasa berpola)
Alexander tidak menawarkan suatu teori perancangan kota yang baru,
melainkan hanya suatu bahasa beserta polanya yang memungkinkan
mengembangkan teori teori yang tepat sesuai konteks dan tujuan
konkret yang hendak dicapai.

c. Ekspresi yang konkret


Setelah sistem hubungan dibahasakan dengan memakai bahsa struktur
(language of structure) akhirnya sistem hubungan tersebut akan dibentuk
melalui ekspresi yang konkret, yaitu melalui massa dan ruang.

Cara membangun massa perkotaan (dinamika alam).


Kota yang sifatnya ekologis memperhatikan teknologi pembangunannya
yang menggunakan bahan bahan dan energi secara efektif. Pembangunan
perkotaan yang bersifat ekologis akan memperhatikan ekosistem yang
berlangsung baik, baik pada materi maupun energi.
Cara membangun ruang perkotaan (dinamika sosial).
Kota yang bersifat ekologis memperhatikan sosiologi pembangunannya
yang menggunakan ruang secara efektif.

4.2 PENERAPAN PERANCANGAN KOTA SECARA EFEKTIF


Ada yang berfikir bahwa proses Perancangan dimulai pada saat semua Ide dan
pikiran terhadap Masalah tertentu cukup terwujud, sehingga tugas Perancangan hanya
Fokus pada Penerapan Ide dan Pikiran kedalam Desain.

15
Bahwa biasanya para Ahli Perancangan tidak mungkin berada dalam posisi
yang kuat untuk mendiktekan sesuatu karena dia hanya ditugaskan oleh pihak lain.
Akan tetapi agak Naif bahwa pihak Penguasa yang belum mengerti dimensi
Perancangan akan mampu memberikan Landasan yang baik itulah tugas para ahli
perancangan dalam kerja sama dengan pihak penguasa untuk menemukan Landasan
yang benar.

1. Penelitian
Chombart de lauwe menjelaskan untuk saat tidak ada Antropologi dan
Arsitektur yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Perkotaan dimasa
depan.

Dinamika perkembangan hubungan antara manusia dan ruang ternyata


merupakan upaya bersifat interdisipliner.

a. Penelitian
Memahami Masalah
Menemukan Solusinya

b. Pendidikan
Mengkomunikasikan masalah
Mengajarkan Solusinya kepada orang lain

c. Pengabdian
Menangani masalah
Membantu orang lain menerapkan solusinya

Mengamati bahwa sejak tahun 1970 Ilmuwan dari disiplin ilmu social psikologi
dan social antropologi banyak menyumbangkan pikiran yang berguna. Memang
sudah ada Arsitek yang terlibat dalam penelitian ,namun sampai saat ini kebanyakan
penelitian arsitektur dilakukan dalam bidang sejarah Arsitektur dan bidang sejarah
kesenian arsitektural.

Sebagai seorang antropolog dan arsitek, Mold Egenter mengamati bahwa ilmu
arsitektur belum mengembangkan bidang penelitian berdasarkan ilmu arsitektur
sendiri. Para Arsitek harus melihat kota dari dua sisi, harus beranjak modern tapi tetap
mempertahankan akar budaya. Munculnya Modernisasi tidak bisa dihindari, karena
penemuan bangunan dan teknologi baru harus dirangkul. Namun ,akar warisan
budaya harus kuat. Aritektur sebagai warisan budaya tidak sekedar wujud fisik, tapi
punya akar budaya sebagai jenius local.

Menurut Georg banz memberikan alasan ia mengamati bahwa setiap


keputusan yang diambil oleh manusia berkembang dari pengalaman terlebih dahulu.

16
Artinya jumlah artefak perkotaan adalah akibat akumulasi keputusan individu atau
kelompok yang telah disetujui.

Kontribusi tersebut didasarkan pada hubungan yang ada dalam kota karena
semua penelitian ilmiah bermula dari mencari pola. Amos Rapoport mengingatkan
bahwa dalam konteks arsitektur, hubungan yang relavan adalah bersifat lateral dan
bukan linear.

2. Pendidikan
Nold Egenter mengamati bahwa ahli arsitektur tidak dilatih dan menguasai
kapasotas ilmunya. Menurutnya kebanyakan mahasiswa arsitektur hanya diajar untuk
Menggambar,merancang, serta menciptakan .

Masalahnya kecenderungan didalam system pengajaran yang memberikan


solusi atas suatu hal ,sementara para pelajar belum siap untuk menanyakannya. Akibat
,para pelajar hanya akan menerima banyak pengetahuan tanpa pengertian implikasi
didalam konteks pikiran pribadinya.

Jika demikian, tantangan dalam system mengajar/belajar dibidang arsitektur


perkotaan tidak terletak pada suatu system yang memberikan sebanyak mungkin
informasi dan komunikasiterhadap pengetahuan.

3.Pengabdian
Penelitian dan Pendidikan tidak dilakukan untuk diri sendiri saja melainkan
untuk memahami lingkungan dunia lewat sumber masing-masing. Potensi perguruan
tinggi secara umum belum dimanfaatkan secara optimal dalam lingkungan karna
konsep dan strategi yang diterapkan dalam pengabdian sering sempit.

Bagaimana mungkin dapat membantu masyarakat melalui bidang arsitektur kota?

1. Lingkup bantuan
2. Pendekatan bantuan
3. Pelaksanaan bantuan
4. Strategi bantuan

4.3 KESIMPULAN
Budaya tidaklah independen atau berdiri, melainkan bahkan berlangsung
dalam ekosistem. Budaya tidak memiliki sumber dari diri sendiri, melainkan
berdasarkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Dengan demikian, para perancang kota membutuhkan pemahaman yang baik


terhadap implikasi budaya dalam pembangunan perkotaan terkait criteria, system dan
ekspresi perkotaan.

17
Contoh kajian terkait mengenai Kota Sebagai Proses

PROSES TERBENTUK DAN BERKEMBANGNYA KOTA VENESIA

Dinamika Ekonomi dan Ekologi Kota


Hubungan ekonomi kota dengan ekologi kota

Status tanah

- Situasi topografi dan Interfensi manusia pada awal mula terciptanya


venesia:
Venesia terletak di tengah-tengah laguna di ujung barat laut Laut
Adriatik, menghubungkan sebanyak 118 pulau. Sungai-sungai yang mengalir ke
laut di dekatnya membawa banyak endapan lumpur ke perairan yang dangkal
di pesisir. Pasang surutnya gelombang dan arus di tempat ini menyebabkan
terbentuknya serangkaian beting pasir yang melingkungi laguna yang tenang.
Panjang laguna ini kira-kira 51 kilometer dan lebarnya 14 kilometer. Tiga celah
sempit di antara beting-beting pasir ini memberi jalan untuk lewatnya
gelombang pasang setinggi satu meter dan untuk lalu lintas laut. Selama
berabad-abad, kata sebuah sumber, laguna itu menjadi terminal untuk lalu
lintas perdagangan yang ramai bagi kapal-kapal yang berlayar di Laut Adriatik
atau yang turun dari Eropa Tengah atau Utara melalui sungai atau rute
kafilah.

Para pakar berpendapat bahwa kota itu sudah ada antara abad kelima
dan ketujuh M, pada waktu gelombang-gelombang penyerbuan orang barbar
menyapu dari utara, membakar rumah dan menjarah penduduk di daratan
utama. Orang-orang melarikan diri dari para penjarah, banyak yang
bersembunyi di pulau-pulau laguna yang sulit dijangkau tetapi lebih aman.

Dokumen-dokumen kuno menunjukkan bahwa pembangunan pertama


di tempat ini dilakukan di atas fondasi tiang-tiang yang dipancangkan ke dalam
lumpur dan diikat dengan anyaman ranting-ranting atau buluh. Belakangan,
orang-orang Venesia membangun rumah-rumah batu di atas fondasi ribuan
tiang kayu. Sementara itu, Kepulauan Rialto di laguna itu, yang belakangan
menjadi pusat kota, sering terendam air dan tidak cukup kuat ataupun cukup
besar untuk menampung arus pemukim. Air harus dikeluarkan dari kepulauan
itu dan daratan diperluas dengan menggunakan sistem reklamasi tanah yang
primitif. Jadi, penduduknya menggali terusan untuk lintasan perahu mereka
dan memperkuat kepulauan tersebut agar gedung-gedung yang lebih memadai
dapat dibangun. Jembatan-jembatan dibangun di atas kanal-kanal untuk
mempermudah para pejalan kaki melintas dari satu pulau ke pulau lain.

18
Hierarki nilai
Setelah Imperium Romawi di Barat jatuh, kepulauan di laguna tersebut
berada di bawah kendali Imperium Bizantium yang ibu kotanya
Konstantinopel, sekarang Istambul. Akan tetapi, penduduk laguna
memberontak dan memproklamasikan kemerdekaan mereka. Alhasil, Venesia
menjadi apa yang digambarkan sebagai daerah merdeka kecil yang istimewa,
yang terletak di antara dua imperium besar, Imperium Frank dan Imperium
Bizantium. Situasi yang unik tersebut memungkinkan kota ini berkembang dan
menjadi makmur sebagai penyedia jasa perantara jual-beli besar-besaran.

Tingkat struktur
Venesia merupakan salah satu kota yang direncanakan
pembangunannya. Menurut Pierre Lavedan, created city atau ville cree
merupakan kota yang didefinisikan menurut cara pandang penguasa sejak periode
klasik hingga abad 19. Kota tersebut ditujukan untuk kepentingan pertahanan,
hegemoni kekuasaaan, kesenangan, dll, sesuai kebutuhan penguasa.

Semenjak runtuhnya kekaisaran Romawi, seluruh kehidupan perkotaan


punikut hancur dan digantikan dengan kembalinya budaya pedesaan. Maka
dari itu hingga abad 11 perencanaan tidak dibutuhkan lagi.

Di akhir abad 10, keadaan pedesaan mulai tidak aman dan para budak
menuntut para bangsawan untuk melindungi mereka pada benteng-benteng
pertahanan. Semenjak itu kegiatan perekonomian bangkit kembali. Setiap kota
menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi. Para bangsawan dan pimpinan gereja
melihat peluang dengan adanya pusat-pusatkegiatan ekonomi tersebut.
Sehingga di abad pertengahan (11,12,13) semua kota dibangun dan
berhubungan dengan kegiatan perdagangan, pemasaran, danpertahanan.

Mulai dari abad 8 hingga 12, sebagian besar kota-kota berpusat pada
gereja. Di abad 15, terjadilah zaman Renaissance yang merupakan suatu zaman
kebangkitan kembali budaya klasik Yunani dan Romawi kuno. Perhatian akan
seni dan kemanusiaan sangat terlihat di zaman ini, yaitu melalui desain-desain
arsitektu rbangunannya. Namun perencanaan kotanya hanya sebatas bersifat
artistik saja. Bentuk dan pola masih tetap sama, namun keindahan kotanya lah
yang paling ditonjolkan.

Pada masa Renaissance muncul beberapa konsep perencanaan kota.


Salah satu yang paling mrnonjol adalah desain kota dengan konsep gaya
sumbu. Suatu kota harus memiliki garis tengah sebagai pengatur. Maka dari itu
penggunaan lapangan umum dan alun-alun sangat dianjurkan oleh para
perencana. Salah satu contohnya adalah Piazza San Marco di Venesia.

Pertumbuhan kota Venesia dapat dilihat dari bangunan-bangunan


bertingkat yang pembangunannya kearah vertical. Salah satu bangunan di Venesia yang

19
memiliki lantai banyak yaitu Bell tower, gereja dan Istana Doge serta San
Marco square.

Dinamika Politik dan Ekologi


Hubungan politik kota dengan ekologi kota

Periode I: masa dimana Venesia masih berada di dalam Zaman Klasik dan baru
pertama kali ditempati oleh para imigran yang mengungsi ke daerah Rialto,
Venesia. Aspek dominan yang muncul pada saat ini adalah peperangan.
Periode II: Setelah tiga abad kemudian, Venesia mulai dikuasai oleh Bizantium dan
mengalami pekembangan dalam infrastruktur kotanya, yaitu pelabuhan-
pelabuhan. Semenjak itu, Venesia memiliki pusat-pusat perdagangan baru.
Periode III: di abad ke-9, kegiatan perdagangan semakin terfasilitasi oleh
keberadaan jembatan-jembatan yang menghubungkan antar daratan
di Venesia. Oleh karena itu, aspek dominan yang mempengaruhi pada periode
ini adalah transpotasi.
Periode IV: Memasuki Zaman Renaisans, perkembangan kota didominasi
kembali oleh pengaruh politik sehingga membuat bentuk kota manjadi lebih
terstruktur, mengikuti gereja-gereja yang ada. Perkembangan selanjutnya,
gereja-gereja tersebut menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan.

Setelah meninjau dari keempat periode perkembangan Kota Venesia tersebut, dapat
diketahui bahwa secara garis besar aspek dominan yang menentukan perkembangan
kota ini adalah politik. Hal ini dikarenakan, pada setiap periode selalu ada unsur
politik kekuasaan yang memberi efek pada perluasan wilayah serta aktivitas
masyarakat kotanya. Hingga pada akhirnya, bentuk kota beralih berdasarkan pengaruh dari
pemimpin kota pada masa itu. Hal ini pula yang menyebabkan pola jalan di Venesia
yang mulanya memiliki pola jalan yang irregular menjadi grid akibat
semakin terpolanya bentuk kota serta beragamnya transportasi air di kota venesia
setelah memasuki Zaman Renaisans.

Dinamika Budaya dan Ekologi


Sebagian besar, masyarakat yang tinggal di kota Venesia bermata pencaharian
sebagai pedagang. Adanya sungai-sungai tersebut membantu masyarakat kota Venesia
untuk melakukan kegiatan perdagangan. Venesia sendiri merupakan pusat perdagangan paling
makmur dan kaya di peradaban, sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan perdagangan sebagai
sumber penyumbang perekonomian terbesar di kota ini.

Kebudayaan yang ada di Venesia salah satunya mencakup perkembangan di


bidang sastra dan seni yang berdasarkan sumber-sumber klasik. Selain itu, adanya

20
panutan paham yang menganggap segala sesuatunya anggun, perkembangan gaya perspektif
dalam seni lukis, dan kemajuan ilmu pengetahuan semakin memperkuat dari
perkembangan seni dan sastranya.

Banyaknya gereja katedral di kota ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk


Venesia beragama protestan maupun katolik. Banyaknya Bangunan keagamaan dan Gereja-
Gereja membuktikan pentingnya kehadiran dan praktik keagamaan dan tindakan Dari
ordo monastik di Venesia. Secara keseluruhan mayoritas penduduk Venesia adalah
Katolik Roma Ortodoks. Kota Venice adalah ibukota provinsi Veneto, Italia. Hal ini
diberi julukan dari Ratu Adriatik. Sembilan puluh persen dari rakyat Venesia
beragama Katolik Roma. Sisanya terdiri dariorang Yahudi, Muslim, Ortodoks dan
Katolik Ritus Timur. Keyakinan di Venesia merupakan supranatural umum dari Gereja
Katolik sebagai kepercayaan yanglebih tua.

Pada akhir abad ke-19, kehidupan di Venesia sangat menarik, banyak industri-
industri yang berkembang, perluasan perdagangan melalui laut, jembatan kereta api
yang menghubungkan daratan, memperluas kanal-kanal sungai, membangun jalan di
pusat kota serta pertumbuhan pariwisata yang begitu pesat, karena memang Venesia menjadi
rujukan wisatawan setiap tahunnya. Namun hal yang sangat disayangkan oleh
penduduk setempat, adalah kebersihan kota mereka yang semakin memburuk setiap
tahunnya, banyak turis wisatawan asing yang membuang sampah sisa hasil makanan
dan minuman secara sembarangan dan tidak pada tempatnya, sehingga menyebabkan
penduduk setempat turuntangan untuk membersihkan sampah mereka, itu sangat tidak sesuai
denganbanyaknya wisatawan yang masuk setiap tahunnya

Pada abad ke-20, perindustrian lebih banyak difokuskan ke daerah daratan. Setelah
Perang Dunia ke-2, kilang minyak, material logam, plastik dan pabrik kimia yang
dibangun di daerah Marghera menciptakan ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Venesia.
Banyak tenaga kerja yang terserap akibat dari persebaran industri yang menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Venesia meningkat.

21

Anda mungkin juga menyukai