Rancangan Penelitian Etnografi Menurut Creswell
Rancangan Penelitian Etnografi Menurut Creswell
Rancangan Penelitian Etnografi Menurut Creswell
Masalah penelitan merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitan tersebut. Masalah bisa timbul dari berbagai sumber. Bisa dari
perasaan peneliti, dari perdebatan, literatur-literatur, atau dari kebijakan pemerintahan.
Masalah bisa sangat beragam. Peneliti harus jelas melakukan identifkasi masalah penelitian.
Pendahuluan pada umumnya selalu mengikuti pola yang sama, yaitu: menyatakan rumusan
masalah, lalu menjustifikasi mengapa masalah tersebut perlu diteliti. Pada proyek kualitatif,
peneliti mendeskripsikan masalah penelitian yang benar-benar mudah dipahami dengan cara
mengeksplorasi suatu konsep atau fenomena tertentu. Penelitian kualitatif bersifat
eksploratoris, dan peneliti memanfaatkan pendahuluan untuk mengeksplorasi suatu topik
yang tidak bisa diidentifikasi variable-variabel ataupun teorinya.
Penelitian kualitatif juga fokus pada perspektif partisipan. Pendahuluan kualitatif bisa dimulai
dengan pernyataan-pernyataan personal dari peneliti tentang pengalama pribadi memandang
suatu fenomena secara subtansial seperti pada penelitian fenomenologis (Moustakas, 1994).
Metode campuran dapat memilih untuk lebih mengutamakan pendekatan kualitatif atau
kuantitatif (atau dikombinasikan keduanya dalam pendahuluan). Namun dari ketiga jenis
penelitan tersebut komponen utama yang perlu dimasukan ke dalam pendahuluan pada
umumnya berhubungan dengan jenis-jenis masalah yang dibahas. Untuk itu diperlukan suatu
model ilustratif tentang bagaimana pendahuluan yang baik tanpa perlu memandang
pendekatan-pendekatan dan komponen-komponen yang harus disertakan.
Peneliti harus memandang literatur dengan pola segitiga terbalik. Pada ujung segitiga itu
terdapat penelitian yang diajukan. Penelitian ini haruslah sempit dan terfokus. Setelah
menjabarkan masalah penelitian dan mereview sejumlah penelitian lain yang relevan, peneliti
kemudian mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penelitian tersebut.
Identifikasi semacam ini sering dikenal dengan istilah model difisiensi. Peneliti hendaknya
menulis alasan atau rasionalisasi tentang pentingnya penelitian yang diajukan.
Menurut Locke (2007:9), tujuan penelitian berarti menunjukan mengapa ingin melakukan
penelitian dan apa yang ingin dicapai. Dikenal dengan tujuan-tujuan penelitian karena ia
menggambarkan tujuan-tujuan dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat.
Dalam proposal peneliti haruslah membedakan secara jelas antara tujuan penelitian, masalah
penelitian, dan rumusan masalah. Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian, dan
bukan masalah atau isu yang dapat menuntun pada keharusan diadakannya penelitian. Tujuan
penelitian bukanlah rumusan masalah penelitian yang didalamnya mengandung sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang akan terjawab dalam penelitian. Tujuan penelitian adalah
kumpula pernyataan yang menjelaskan sasaran, maksud-maksud, atau gagasan-gagasan
umum diadakanya suatu penelitian.
Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama
yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipasi penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan
penelitan kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan penelitian
kuantitatif meliputi variable-variabel dalam penelitian dan hubungannya antar variabel
tersebut, para partisipan dan lokasi penelitan. Tinjauan ini ditulis dengan bahasa-bahasa yang
berhubungan dengan penelitian kualitatif. Pada uraian tujuan penelitian harus menunjukan
variable bebas dan variable terikat, serta variable lain (antara) seperti mediate, moderate, atau
control, yang digunakan dalam penelitian. Sebutkan juga jenis strategi penelitian seperti
survei atau eksperimen. Jangan lupa juga untuk mendefinisikan variable-variabel kunci.
Tujuan metode campuran berisi tujuan penelitian secara keseluruhan, informasi mengenai
unsur-unsur penelitan kuantitatif dan kualitatif, dan alasan rasionalisasi mencampur dua
unsur tersebut untuk masalah penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyatakan rumusan masalah, bukan sasaran penelitian
(seperti hasil-hasil akhir yang ingin diperoleh dalam penelitian) ataupun hipotesis-hipotesis.
Rumusan masalah untuk penelitian kualitatif mengandaikan dua bentuk: satu rumusan
masalah utama dan beberapa subrumusan masalah spesifik. Rumusan masalah utama
merupakan pertanyaan-pertanyaan umum tentang konsep atau fenomena yang diteliti.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor kompleks yang berada di
sekitar fenomena utama dan menyajikan perspektif-perspektif atau makna-makna yang
beragam dari para partisipan.
Teori dalam penelitian kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan
yang berbeda. Pertama dalam penelitian kualitatif teori sering kali digunakan sebagai
penjelasan atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Kedua peneliti kualitatif seringkali
menggunakan perspektif teoritis sebagai panduan umum untuk meneliti misalnya gender atau
kelas. Ketiga teori seringkali digunakan sebagai poin akhir penelitian pada penelitian
kualitatif. Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu
eksplisit. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas Indonesia)
a. Tahapan Pertama
Tahap pertama penelitian etnografi adalah memilih masyarakat sebagai objek penelitian.
Pada tahapan ini seorang penelitian harus pandai-pandai menentukan masyarakat mana yang
memliki kebudayaan yang mengakar dan masih memiliki tujuh unsur kebudayaan yang masih
eksis. Penelitian etnografi menjelaskan ketujuh unsur kebudayaan tersebut.
Tahap pertama ini desebut sebagai finding the field. Hal-hal yang dilakukan adalah cara-cara
untuk masuk ke lapangan dengan baik dan lancar. Peneliti harus dapat masuk dalam struktur
aktivitas dari masyarakat. Oleh karena itu, untuk melakasakan tahapan ini penelitian terlebih
dahulu mempelajari adat-istiadat maupun kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.
b. Tahapan Kedua
Kegitan yang dilakukan peneliti pada tahapan kedua adalah melakukan investigasi untuk
menemukan (Discovery ) dan mengumpulkan (Getting) data. Pada kegiatan tahap kedua
peneliti sudah memulai bekerja dilapangan (field work ). Sebelum melaksankan kegiatan ini
peneliti harus melakukan penyusunan rencana peneliti yang rapi dan matang. Peneliti
membuat skala prioritas dan juga scedule penelitian. Peneliti juga harus pandai menentukan
dimana tempat dan siapa yang nantinya di jadikan sampel data. Sehingga penggalian data
penelitian tidak menyimpang dari arah masalah yang dikaji.
Selama melaksanakan pengumpulan data, peneliti harus tetap waspada dengan data-data yang
diperoleh. Kadang data yang di dapat masih belum tentu kebenarannya. Hal ini terjadi karena
faktor non teknis, misalnya kebohongan dari nara sumber dan juga kurangnya pemahaman
nara sumber. Untuk mengantisipasi kejadian-kejadian demikian maka peneliti harus
melakukan pengecekan ulang (cross chek) dengan nara sumber lain untuk menguatkan
kebenaran data yang didapat sebelumnya. Pengecekan ini dilaksanakan dengan menanyakan
kembali apa yang ditanyakan dari nara sumber satu. Dengan demikian didapat data yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Pada tahapan ini penelitian harus bekeja hati-hati. Jangan sampai ada data yang dibutuhkan
belum masuk dan ketinggalan. Data yang menjadi data primer harus diutamakan karena data
ini merupakan data yang menjadi argumen dalam penelitian. Data primer ini juga dijadikan
data dalam melakukan penyusunan laporan penelitian. Kesempurnaan penelitian juga
ditunjang dari ke validan dari data-data primer. Kegiatan pada tahapan ini adalah inti pokok
dari penelitian karena peneliti benar-benar masuk kelapangan untuk menggali data.
c. Tahap Ketiga
Dalam tahap in peneliti sudah mulai membawa dan menafsirkan dari data-data yan
didapatkan ( reading, interpertation, and get-ting straight ).
Pada tahapan ini data-data penelitian sudah mulai dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan
mulai disusun secara sistematis. Kegiatan yang dilakukan agar tahapan ini berjalan lancar
adalah pengecekan validitas data yaitu melakukan pengujian data yang didapat melalui
evaluasi pengambilan data. Hal yang diperhatikan adalah waktu, tempat, sumber atau
informan, dan alat-alat yang dipakai dalam penggalian data dilapangan. Evaluasi ini harus
sangat teliti mengingat data-data ini yang nantinya menjadi sumber penulisan laporan
penelitian.
Disamping kegiatan diatas, selanjutnya peneliti juga melakukan reliabilitas data, yaitu
pengujian terhadap data yang sudah menjadi fokus masalah penelitian. Tujuan kegiatan ini
untuk menganalisis apakah data yang didapat dapat diandalkan dalam mempertahankan
kebenaran penelitian. Agar berjalan lancar dalam melaksanakan kegiatan ini maka peneliti
harus melakukan eksperimen data dengan membandingkan data dari tempat lain sehingga
jika didapat hasil yang sama data ini bisa dipertahankan.
Tahap ini adalah juga tahap pra penyusunan laporan hasil penelitian. Yang pertama dilakukan
adalah membuat kerangka matrik data penelitian secara sederhana untuk dasar penulisan
laporan penelitian. Mungkin hal yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah memberikan
gambaran analisa teori yan relevan terhadap data-data penelitian yang didapat. Dengan
demikian tahapan adalah tahapan untuk memulai penulisan laporan walapun hanya pada
tahap penyusunan latar belakang masalah.
d. Tahap Keempat
Tahap ini adalah tahap terakhir dari penelitian etnografi yaitu . Pada tahapan ini peneliti
melakukan penjelasan untuk pamit kelapangan ( leaving, explanation, getting out, and getting
oven ). Kegiatan ini dilakukan karena penelitian sudah sampai batas waktu yang ditentukan
dan juga sudah mendapatkan data-data primer yang diperlukan secara mendalam.
Kemudian peneliti pamit dengan masyarakat yang diteliti secara baik-baik. Misalnya peneliti
berpamitan terhadap tokoh masyarakatnya, kepala birokrasi, dan dengan masyarakat pada
umumnya. Hal yang harus dilakukan adalah peneliti harus meninggalkan kesan yang baik
dengan masyarakat yang diteliti. Dengan demikian tidak ada rasa kecewa maupun komplain
terhadap penelitian yang dilaksanakannya. Sehingga jika terjadi permasalahan terhadap
penyusunan laporan penelitian yang mengharuskan kembali ke lapangan masyarakat masih
menerima dengan baik. Hubungan ini harus dijaga dengan baik-baik. Setelah melakukan
kegiatan diatas peneliti melakukan pengolahan data, yaitu proses menganalisis dari data-data
yang didapat dengan menggunakan pendekatan pengetahuan antropologi secara teoritis dan
praktis.
Pengolahan ini dilaksanakan secara sistematis dan benar-benar mengacu pada teori-teori yang
sudah ditentukan. Pada akhir pengolahan data peneliti melakukan klasifikasi agar tidak
kesulitan dalam melakukan penyusunan laporan.dan laporan yang dimaksud adalah laporan-
laporan ilmiah tentang suatu bangsa atau laporan etnografi suku bangsa tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dengan empat tahapan ini maka penelitian etnografi dapat terlaksana secara sempurna.
Tahapan ini merupakan metode penelitian yang sederhana dalam melakukan penelitian
etnografi.
Ke-empat tahapan ini harus dilakukan semuanya mengingat penelitian etnografi adalah
penelitian yang menekankan gagasan kebudayaan dengan terikat pada persoalan-persoalan
etnis dan lokasi geografis. Tetapi sekarang hal itu telah diperluas dengan memasukan
kelompok dalam suatu organisasi. Oleh karena, tahapan-tahapan diatas sudah menjadi
kegiatan yang saling melengkapi dan tidak bisa ditinggalkan satu-sama lainnya. Jika salah
satu tahapan tidak dilakukan maka penelitian etnografi akan mengalami kendala yang bisa
membatalkan penelitian. Dan juga penelitian akan mengalami kegagalan serta terhenti pada
proses penelitiannya.
PENELITIAN ETNOGRAFI
etnografi berasal dari kata-kata Yunani ethos yang artinya suku bangsa dan graphos
yang artinya sesuatu yang ditulis. Menurut Emzir (2012:18) etnografi adalah ilmu
Etnografi dapat diartikan sebagai penulisan tentang kelompok budaya. Menurut Ary,
dkk (2010:459) etnografi adalah studi mendalam tentang perilaku alami dalam
shared patterns of behavior, beliefs, and language that develop over time. Metode
dan menafsirkan unsur-unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku,
kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu. Fokus dari
penelitian ini adalah budaya. Budaya sendiri menurut LeCompte dkk (dalam
Creswell, 2012:462) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku manusia
dan keyakinan. Termasuk di dalamnya adalah bahasa, ritual, ekonomi, dan struktur
kelompok tersebut dalam hal perilaku, kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang
dianut bersama.
2. Penggunaan penelitian etnografi
kelompok untuk belajar berbagi budaya dan telah bersama-sama selama beberapa
Orang tersebut akan menangkap aturan perilaku seperti ketika guru melakukan
hubungan informal berkumpul di tempat favorit untuk bersosialisasi (Pajak & Blase
misalnya seperti pemikiran dan aktivitas komite untuk mencari kepala sekolah baru
memiliki akses jangka panjang untuk berbagi budaya dalam kelompok sehingga
dapat membuat catatan rinci tentang perilaku dan keyakinan anggota kelompok dari
waktu ke waktu.
budaya, dan bagaimana laporan-laporan etnografis perlu dibaca dan dipahami saat
dalam etnografi (Bogdan & Biklen, 1998: Denzin, 1997: LeCompte et al., 1993:
penghujung abad 19 dan awal abad 20, para antropolog mengkaji budaya-budaya
menjadi natif (penduduk asli) dan mengidentifikasikan diri mereka secara dekat
sekali dengan orang-orang yang mereka teliti sehingga mereka bisa menulis
sebuah kisah yang objektif tentang apa yang mereka lihat dan dengar. Pada
jauh di benua lain, terutama dengan cara-cara hidup orang Amerika. Contoh,
Creswell, 2012:463).
Bidang kajian antropologi pendidikan interdisiplin yang masih awal ini mulai
mengkristal selama tahun 1950-an dan berlanjut sampai tahun 1980-an (LeCompte
pendidikan yang mendekati unit-unit ini sebagai sebuah masyarakat yang diskrit
tahun 1980-an sampai dewasa ini, para antropolog dan antropolog pendidikan telah
2012:463), adalah publikasi buku yang berjudul Writing Culture (Clifford & Marcus,
1986). Para etnografer telah menulis dengan cara mereka sendiri (Denzin, 1997,
halaman xvii) semenjak itu sesuai dengan isi buku tersebut. Clifford an Marcus
mengangkat dua buah isu yang sangat menggugah minat banyak orang terhadap
etnografi pada umumnya dan dalam bidang penelitian pendidikan. Pertama terkait
dengan krisis representasi. Krisis ini terdiri dari penilaian kembali tentang bagaimana
teliti. Denzin berargumetasi bahwa kita tidak bisa lagi melihat si peneliti sebagai
Sebaliknya, si peneliti hanyalah merupakan satu suara dari banyak suara individu-
individu seperti si pembaca, para partisipan, dan gate-keeper (para penjaga) yang
perlu didengar. Ini memicu krisis kedua: legitimasi. Dalih-dalih validitas, reliabilitas
dan objektivitas dari normal science tidak lagi bisa mewakili standar. Para peneliti
dan kelas.
Ditilik dari sisi ini, etnografi perlu memasukkan perspektif yang diramu dari
dan teori kritis, dan sensitif terhadap ras, kelas, dan gender. Etnografi dewasa ini
menjadi messy (carut marut) dan akhirnya menampilkan diri dalam berbagai
bentuk seperti (seni) pertunjukan, puisi, drama, novel, atau narasi pribadi (Denzin
Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian
1. Etnografi Realis
antropolog budaya. Dijelaskan oleh Van Maanen dalam Creswell (2012: 464)
etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti terhadap individu
yang sedang dipelajari. Etnografi realis adalah pandangan obyektif terhadap situasi,
biasanya ditulis dalam sudut pandang orang ketiga, melaporkan secara obyektif
mengenai informasi yang dipelajari dari para obyek penelitian di lokasi (Creswell,
b. Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi yang terukur, tidak
terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan penilaian pribadi. Peneliti dapat
(misalnya kehidupan keluarga, kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem status).
merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa interpretasi dan penyajian budaya
2. Studi Kasus
Studi kasus merupakan salah satu bagian penting dari etnografi, meskipun berbeda
dari etnografi dalam beberapa hal tertentu. Peneliti studi kasus terfokus pada
program, kejadian, atau kegiatan yang melibatkan individu dan bukan merupakan
kelompok (Stake dalam Creswell, 2012: 465). Saat peneliti melakukan penelitian
antropologi, namun mereka hanya terfokus pada eksplorasi mendalam dari "kasus"
mendalam tentang sistem terbatas (misalnya, kegiatan, acara, proses, atau individu)
berdasarkan pengumpulan data luas (Creswell, 2007). Bounded berarti bahwa kasus
tersebut terpisah dari hal-hal lain dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik.
Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlaku bagi obyek yang
diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada obyek yang lain meskipun masih sejenis.
a. Apakah kasus tersebut dialami oleh satu individu, beberapa individu secara terpisah
atau dalam kelompok, program, kegiatan, atau kegiatan (misalnya, guru, beberapa
kegiatan.
c. Sebuah kasus dipilih untuk diteliti karena itu sesuatu yang tidak biasa dan memberi
1) Kasus intrinsik (intrinsic case), apabila kasus yang dipelajari secara mendalam
mengandung hal-hal menarik untuk dipelajari berasal dari kasus itu sendiri, atau
menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk menyusun teori baru. Hal ini dapat
dengan mengumpulkan berbagai bentuk data (misal, gambar, kliping, video, dan e-
beberapa syarat kasus yang baik untuk dipelajari, hal tersebut karena peneliti
5) Peneliti juga memandang kasus dalam konteks lebih luas, seperti geografi, politik,
sosial, atau ekonomi (misal, konstelasi keluarga yang terdiri dari kakek-nenek,
3. Etnografi Kritis
(Thomas dalam Creswell, 2012: 467). Peneliti kritis biasanya berfikir dan mencari
(Carspecken & Apple dalam Creswell, 2012: 467). Sebagai contoh, ahli etnografi
kritis meneliti sekolah yang menyediakan fasilitas untuk siswa tertentu, menciptakan
situasi yang tidak adil di antara anggota kelas sosial yang berbeda, dan membiarkan
diskriminasi gender.
lebih, menantang status quo, dan kekhawatiran tentang kekuasaan dan kontrol
b. Para peneliti melakukan etnografi kritis sehingga penelitian mereka tidak semakin
Para peneliti etnografi kritis diharapkan untuk berhati-hati dalam memasuki dan
interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita sendiri. Interpretasi dapat hanya
d. Peneliti kritis memposisikan diri dan sadar akan peran mereka dalam penulisan
laporan penelitian.
e. Posisi ini tidak netral bagi peneliti kritis, hal ini berarti bahwa etnografi kritis akan
penelititan etnografi, diantaranya yaitu tema budaya, kelompok berbagi budaya, pola
1. Tema budaya
budaya. Etnografer tidak berani meneliti sembarangan apa yang mereka lihat.
menjadi lensa yang memperluas pandangan peneliti pada saat awal memasuki
lapangan untuk mempelajari kelompok, dan mereka mencari manifestasi dari hal
tersebut.
budaya (Wolcott dalam Creswell, 2012: 468), menemukan melalui kamus konsep
antropologi budaya dan pendekatan lain adalah untuk menemukan tema budaya
suatu kelompok, etnografer mengidentifikasi satu situs (misalnya, ruang kelas SD),
penelitian narasi) yang berfokus pada individu, bukan kelompok. Sebuah kelompok
budaya dalam etnografi adalah dua atau lebih individu yang telah berbagi perilaku,
kelompok perlu bertemu secara teratur dan berinteraksi selama periode waktu
berpikir, atau berbicara. .Kelompok ini sering mewakili kelompok yang lebih besar,
Seringkali, ahli etnografi mempelajari kelompok yang asing bagi mereka untuk
bisa melihat mereka dalam cara yang segar dan berbeda, seolah-olah mereka
sangat luar biasa dan unik" (LeCompte dkk, dalam Creswell, 2012:469).
Etnografer mencari pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa dari suatu
kelompok yang telah mengadopsi suatu budaya dari waktu ke waktu. Tujuan untuk
menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki bersama ini
setiap anggota kelompok yang diteliti sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku,
keyakinan, dan bahasa maupun kombinasi ketiga unsur itu. Pola tersebut dalam
etnografi terdiri atas interaksi sosial yang cenderung tetap sebagai aturan yang
dipahami dan merupakan tujuan bersama, dan salah satu dari kombinasi dari
ingkah laku : tindakan yang dilakukan oleh seorang individu dalam sebuah kelompok/latar
kultural.
eyakinan : bagaimana individu berfikir tentang atau memahami sesuatu dalam sebuah latar
kultural
ahasa : bahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana individu berbicara dengan
mana mereka tinggal, bekerja, atau bermain. Untuk memahami pola terbaik dari
suatu kelompok budaya, etnografer menghabiskan waktu yang cukup lama dengan
kelompok tersebut. Pola-pola tersebut tidak dapat dengan mudah dilihat melalui
berperilaku atau berpikir. Lapangan (field) dalam etnografi berarti bahwa peneliti
mengumpulkan data dalam lingkungan di mana partisipan berada dan di mana pola-
ic
Informasi yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini sering disebut
Informasi berbentuk interpretasi peneliti yang dibuat sesuai dengan perspektif para
partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat kedua, yaitu
fenomena yang sama dengan yang diungkapkan para partisipan (Schwandt dalam
Creswell, 2012:471).
goisasi
informasi yang disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk
digunakan dalam penelitian. Negoisasi dapat terjadi dalam tahapan yang berbeda-
berbagai teknik untuk mengumpulkan data. Tabel 14.3, yang merupakan daftar
komposit dari LeCompte dan Schensul (1999) dan Wolcott (2008), menampilkan
bentuk pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Teknik observasi dan wawancara
membuat interpretasi tentang pola dari segala yang dilihat dan didengar. Selama
yang terjadi pada kelompok yang diteliti. Deskripsi tersebut harus terperinci dan
para partisipan..
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat
dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi
atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat
informasi atau fakta bermakna. Dalam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu
mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara
yang telah dipelajari. Fase analisis adalah yang paling subjektif. Peneliti terkait
dengan diskripsi dan tema dari apa yang telah dipelajari, yang sering merefleksikan
berdasarkan data . Hal ini juga mungkin termasuk dalam hal menangani masalah
dan saling terkait, yang terdiri dari faktor-faktor seperti sejarah, agama, budaya,
politik, ekonomi, dan lingkungan (Fetterman dalam Creswell, 2012: 473). Konteks
juga bisa berupa lokasi fisik (seperti sebuah sekolah, keadaan gedung, warna
dinding kelas, atau suara yang ada), sejarah seperti pengalaman yang berkesan,
7. Refleksi Peneliti
peneliti untuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap
etnografi menuntut peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan,
peneliti harus memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah
lapangan ketika akan memasuki lapangan itu. Dalam penulisan laporan, peneliti juga
sehingga tetap terbuka untuk didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan
itu peneliti perlu menunjukkan posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam
kerja lapangan yaitu saat peneliti mengumpulkan data. Madison (dalam Creswell,
2012: 474) mengingatkan peneliti dengan sebuah pertanyaan apa implikasi moral
dan etika saat melakukan penelitian lapangan?. Etika dalam etnografi terkait
mendapatkan akses ke orang-orang dan tempat yang akan dipelajari, berapa lama
sumber-sumber pendanaan.
mereka terjaga.
3. Peneliti dan peserta perlu menegosiasikan batas yang berkaitan dengan faktor-faktor
ini.
seperti tidak menipu salah satu peserta atau pembaca (misalnya memanipulasi data,
5. Penelitian harus dilakukan dengan rasa hormat agar peneliti lain tidak dilarang
memasuki lingkungan kelompok tersebut di masa yang akan datang.
6. Peneliti harus memberikan umpan balik dan memberikan imbalan kepada mereka
yang diteliti yang adil dan mungkin memberikan sesuatu yang sedang dibutuhkan
7. Peneliti juga harus menyadari potensi dampak negatif dari presentasi dan publikasi
banyaknya dengan jumlah para etnografer itu sendiri. Semenjak masa-masa awal
panduan untuk melakukan penelitian etnografis, sampai saat ini kita telah memiliki
prosedur, sekalipun telah memiliki prosedur umum, untuk memandu sebuah kajian
menurut Spradley
1. Menetapkan informan
Ada lima syarat minimal untuk memilih informan, yaitu: (a) enkulturasi penuh,
artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (b) keterlibatan langsung, (c)
suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak
budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi, (d) memiliki waktu yang
khusus. Tiga unsur yang penting dalam wawancara etnografis adalah tujuan yang
Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam gambar, artefak
menafsirkan setting. Etnografer perlu untuk mengetahui paling tidak satu setting
Analisis ini dilakukan untuk mencari domain awal yang memfokuskan pada domain-
mengidentifikasi domain.
Ada lima langkah penting membuat taksonomi, yaitu: (a) pilih sebuah domain
analisis taksonomi, (b) identifikasi kerangka substitusi yang tepat untuk analisis, (c)
cari subset di antara beberapa istilah tercakup, (d) cari domain yang lebih besar, (f)
dan perbedaan diantara ketiga bentuk etnografi: realis, studi kasus, dan kritis..
Masalah Penelitian
bentuk apa yang anda akan gunakan, dan bagaimana tujuan anda terkait dengan
masalah penelitian anda. Faktor-faktor ini perlu diidentifikasi dalam ketiga bentuk
etnografi dan studi kasus. Tujuan penelitian anda dan tipe masalah yang anda ingin
teliti akan secara signifikan berbeda, tergantung pada apakah anda akan melakukan
kognisi, dan perkembangan anak dan orang dewasa (LeCompte dkk, dalam
Creswell, 2012:477).
mendalam tentang suatu kasus, seperti peristiwa, aktivitas, atau proses. Dalam
dunia pendidikan, ini sering mencakup kajian tentang seorang individu atau
beberapa orang individu, seperti para siswa atau para guru. Pertimbangan penting
yang tak boleh dilupakan adalah bagaimana anda mengunakan kasus tersebut,
seperti menilai secara instrinsik manfaat memahami sebuah isu, atau memberikan
yang digunakan di dalam etnografis realis atau proyek studi kasus. Seorang
Dalam langkah ini, ketiga jenis rancangan mengikuti prosedur yang sama.
Peneliti perlu mendapatkan persetujuan dari badan pemberi izin. Peneliti juga perlu
mengidentifikasi jenis sampling bertujuan yang ada dan yang paling relevan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Dalam proses ini, identifikasi situs penelitian dan
kemudian identifikasi pula penjaga (gate keeper) yang bisa memberikan akses pada
anda ke situs dan para partisipan. Dalam semua penelitian, harus menghormati dan
melakukan kerja sama timbal balik dengan para indvidu di lokasi penelitian. Ini
bermakna bahwa anda menjamin dan menjaga agar situs tidak terganggu secara
berlebihan dan mengikuti praktek-praktek etika yang baik seperti menjamin privasi
dan anonimitas, tidak menipu para individu, dan memberitahukan kepada semua
Pada Tabel 15.4 dapat dilihat bahwa ketiga rancangan ini memiliki ciri yang
dengan para individu di lapangan, (misalnya sampai 4 bulan atau lebih), anda perlu
memasuki situs secara berangsur-angsur dan sedapat mungkin secara tidak kentara
partisipan kunci penting sekali untuk kontak yang berjangka panjang. Dalam
budaya). Wawancara dan artifak seperti gambar, reliks, dan simbol-simbol juga
merupakan bentuk-bentuk data yang penting. Data apa saja yang bisa membantu
pemahaman yang mendalam tentang sebuah kasus atau sebah isu, dan para
pemahaman ini.
lapangan atau pada jangkauan data dan lebih pada kolaborasi aktif antara para
peneliliti dan partisipan selama penelitian. Karena tujuan dari etnografi kritis adalah
partisipan, para partisipan perlu terlibat dalam memahami diri mereka sendiri dan
yang mereka alami. Kolaborasi tersebut boleh jadi melibatkan para partisipan dalam
merancang penelitian, merumuskan masalah penelitan, mengumpulkan data, atau
menganalisis data yang sudah terkumpul. Ia boleh jadi juga mencakup pelibatan
partisipan secara aktif menulis laporan akhir penelitian bersama-sama dengan anda.
yang biasa dilalui dalam analisis dan interpretasi pada semua penelitian kualitatif.
kontribusi terhadap pemahaman tema kulural dimaksud. Dalam studi kasus, sekali
lagi analisis mengikuti deskripsi, analisis, dan interpretasi, akan tetapi prosedur
analisis bervarasi tergantung pada apakah anda meneliti kasus tunggal atau kasus
jamak. Prosedur studi kasus untuk kasus jamak adalah menganalisis masing-masing
kasus secara terpisah dan kemudian melakukan analisis antar studi kasus (Stake
Etnografi realis ditulis sebagai sebuah laporan informasi yang objektif tentang
kelompok berbudaya sama. Pandangan pribadi dan bias anda akan tetap berada di
kultural yang didasarkan pada pemahaman terhadap pola-pola yang sama dalam
bertingkah laku, berpikir dan berbahasa dari kelompok berbudaya sama itu.
Walaupun demikian, studi kasus boleh jadi memberi penekanan pada deskripsi yang
rinci tentang suatu kasus. Anda menuliskan sebuah studi kasus secara keseluruhan
tema, seperti studi kasus deskriptif yang dilakukan oleh Stake (1995) tentang
Harper School. Studi kasus yang lain menyeimbangkan antara deskripsi dan tema,
seperi studi kasus gunman incident oleh Asmussen dan Crewell (1995). Salah satu
faktor tambahan yang membedakan antara studi kasus dari rancangan etnografi
yang lain adalah penulis boleh berdiskusi dalam rangka membuat generalisasi
mengkaji stud-studi kasus jamak. Walaupun para peneliti kualitatif merasa enggan
membuat generalisasi terhadap temuan-temuan penelitian mereka, penggunaan
analisis antar kasus. Apabila ini terjadi, para peneliti sudi kasus bisa menyarankan
dengan isu kritis yang tadinya telah mengawali penelitian tersebut, dan kemudian
manfaat dari penelitian tersebut. Termasuk ke dalam call for action (ajakan untuk
berbuat) oleh para etnografer kritis boleh jadi merupakan refleksi tentang
diragukan lagi, dalam semua bentuk penelitian, para peneliti berubah, akan tetapi
para etnografer kritis , sebagai para peneliti yang mawas diri, memberi penekanan
etnografi mencakup enam langkah yaitu (1) pemilihan suatu proyek etnografi, (2)
suatu rekaman etnografi, (5) analisis data etnografi, dan (6) penulisan sebuah
etnografi.
Ary, Donald., Jacobs, Lucy Cheser., Razavieh, Asghar. (2010). Introduction to Research
in Education 8th edition. Wardswoth Cengage Learning. Canada: Nelson Education
ltd
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person Education, Inc.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers