Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Basalioma
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Basalioma
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Basalioma
BASALIOMA
Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Surgikal Ruang 20 RSSA Malang
Oleh :
Nindia Setyaningrum
NIM. 170070301111087
2017
HALAMAN PENGESAHAN
BASALIOMA
DI RUANG 20 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Surgikal Ruang 20 RSSA Malang
Oleh :
NINDIA SETYANINGRUM
NIM. 170070301111087
( ) ( )
1. KONSEP ANATOMI KULIT
1.1. ANATOMI KULIT
Kulit terdiri atas dua lapisan dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan bagian terluar yang mengandung empat tipe sel utama: keratinosit,
melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Epidermis ini terbagi menjadi lima
lapisan: stratum korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum,
dan stratum basale. Dermis lebih tebal daripada epidermis dan kaya akan elemen
nonseluler jaringan konektif berupa kolagen, elastin, dan substansi dasar lainnya.
Saraf, pembuluh darah, limfatik, serat otot, pilosebaseus, dan unit apokrin dan ekrin
terdapat pada dermis (Culliford & Hazen, 2007).
2. KONSEP BASALIOMA
2.1. DEFINISI
Basalioma adalah karsinoma sel basal merupakan kangker kulit yang timbul
dari sel basal epidermis atau folikel rambut( Brunner & Suddarth,2001). Basalioma
merupakan keganasan kulit yang paling sering ditemukan umumnya di daerah
wajah dan paling banyak timbul pada orang yang kulitnya miskin pelindung terhadap
sinar ultraviolet dari cahaya matahari tumor ini berasal dari sel lapisan basal atau
dari luar sel folikel rambut ( R Sjamsuhidayat, 2004)
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari
pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan appendiks kulit (Graham,R, 2005).
Pertumbuhan tumor ini lambat ,dengan beberapa macam pola pertumbuhan
sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi,bersifat invasif,serta jarang
mengadakan metastasis (Nila, 2005)
2.2. EPIDEMIOLOGI
Insidens basalioma bebanding lurus dengan umur dan berbanding terbalik
dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Sekitar 80 % dari basalioma terjadi
pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala,
dan leher. Basalioma biasanya lambat berkembang dan jarang bermetastasis, tetapi
dapat menyebabkan destruksi lokal yang signifikan secara klinis jika diabaikan atau
diterapi secara tidak adekuat (Culliford & Hazen, 2007).
Insiden basalioma diseluruh dunia sampai saat ini meningkat hingga 10%
pertahun. Di Amerika Serikat, insidens tahunan adalah 900.000 kasus (550.000
pada laki-laki dan 350.000 pada perempuan). Insidens per 100.000 individu berkulit
putih adalah 475 kasus pada laki-laki dan 250 kasus pada perempuan. Resiko
terkena basalioma sepanjang hidup pada populasi kulit putih adalah 33-39 % pada
laki-laki dan 23-28 % pada perempuan. Basalioma dapat terjadi pada umur berapa
pun tetapi umumnya terjadi setelah umur 40 tahun. Insidens tertinggi terjadi pada
orang dengan kulit cerah, jarang terjadi pada orang berkulit gelap. Rasio laki-laki
dan perempuan untuk basalioma adalah 3 : 2 (Culliford & Hazen, 2007).
2.3. KLASIFIKASI
Klasifikasi TNM digunakan sebagai sistem klasifikasi pada tumor ganas kulit
non melanoma. Klasifikasi TNM Tumor Ganas Kulit ( kecuali Melanoma Maligna ) :
T : tumor primer
Tx : tumor primer tidak dapat dievaluasi
T0 : tidak ditemukan tumor primer
Tis : karsinoma insitu
T1 : tumor dengan ukuran terbesar tidak melebihi 2 cm.
T2 : tumor dengan ukuran terbesar antara 2-5 cm.
T3 : tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm.
T4 : tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam misalnya kartilago, otot
skelet atau tulang.
N : kelenjar getah bening
Nx : kelenjar getah bening tidak dapat diperiksa
N0 : tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
N1 : ada metastasis kelenjar limfe regional
M : metastasis jauh
Mx : tidak dapat diperiksa
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh
Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut American Joint Committee
on Cancer tahun 2006 :
Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
T2 N0 M0
II
T3 N0 M0
T4 N0 M0
III
Tiap T N1 M0
IV Tiap T Tiap N M1
Stadium tumor ganas kulit non melanoma menurut AJCC tahun 2006.
b. Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodular. Bedanya, pada jenis ini
berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen, yang secara klinis
dapat menyerupai melanoma (Wong & Strange, 2009).
(a) (b)
Gambaran histopatologi kulit normal(a). Basalioma (b).
(Berman, 2008)
Untuk basalioma yang metastasis atau yang berpenetrasi ke tulang dapat
dilakukan pemeriksaan radiologi. Salah satunya adalah dengan MRI (Magnetic
Resonance Imaging). Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang tinggi untuk
mendeteksi terjadinya destruksi tulang pada basalioma.
a b
(Berman, 2008)
(a) Ulserasi supefisial dari tumor yang berpenetrasi ke lapisan superfisial
pada regio temporalis. (potongan axial)
(b) MRI potongan coronal. Gambaran destruksi tulang zygoma (panah),
tetapi tidak dapat dipastikan berasal dari tumor yang mengalami
penetrasi, sehingga dibutuhkan konfirmasi dengan pemeriksaan
hystopatologi.
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan basalioma tergantung dari jenis, lokasi, ukuran, dan
pilihan atau keahlian operator yang akan melakukan pengobatan. Terapi yang
dapat dilakukan adalah dengan nonbedah maupun pembedahan.
A. Penatalaksanaan non-bedah
Penatalaksanaan nonbedah meliputi radioterapi, terapi fotodinamik,
dan immunomodulator topikal. Kemoterapi topikal dengan bahan
immunomodulasi berguna pada beberapa kasus basalioma. Basalioma
kecil dan superfisial mungkin berespon baik dengan terapi topikal. Sebagai
tambahan, terapi topikal dapat digunakan sebagai profilaksis atau
pemeliharaan pada pasien dengan multipel basalioma seperti sindroma
basal sel nevus(Wong & Strange, 2009).
1. Radioterapi
Prosedur ini perlu untuk kasus inoperabel atau post operasi mikro atau
makroskopis, lebih penting lagi pada kasus rekuren dan residif. Teknik
radiasi yang digunakan yaitu pengobatan standar terdiri dari sinar-x.
Area radiasi adalah tumor yang kelihatan dan safety margin dengan
range 0,5-1,5 cm, tergantung dari ukuran tumor. Jaringan di sekitarnya
seperti mata termasuk palpebra dan glandula lakrimalis harus
dilindungi. Dosis ditentukan oleh ukuran, lokasi, jaringan sekitar, dan
tingkat radiosensitivitasnya. Dosis tunggal antara 1,8-5 Gy. Total
maksimum dosis 50-74 Gy (Culliford & Hazen, 2007).
2. Terapi fotodinamik untuk basalioma telah digunakan lebih dari 20
tahun. Terapi ini efektif untuk basalioma superfisial. Tehnik ini
menggunakan asam aminolaevulinic yang dibuat dalam emulsi 20 %,
dan diberikan topikal pada lesi. Jaringan tumor menyerap metabolit
porfirin ini dan menjadi fotosensitif terhadap konversinya yaitu
protoporfirin IX yang menjadi fotodestruktif ketika dipaparkan pada
sinar dengan panjang gelombang 620-670 nm. 85% basalioma
superfisial yang diberikan terapi fotodinamik sembuh dengan hasil
kosmetik yang sangat baik (Wong & Strange, 2009).
3. Immunomodulator topikal berupa Imiquimod 5% krim. Imiquimod
bekerja dengan menginduksi respon imun seluler sehingga
menyebabkan sekresi interferon gamma (IFN-g), interleukin 12, dan
sitokin lainnya. Masuknya IFN ke dalam tumor akan menyebabkan
perlekatan limfosit dengan CD 4+ serta membunuh sel tumor dengan
regresi tumor. Basalioma superfisial yang diterapi dengan imiquimod
sembuh hingga 85%. 5-Fluorourasil, sitostatik, diberikan secara topikal
setiap hari selama 4-6 minggu (1-5% dalam bentuk krim atau salep).
Sitostatik ini bekerja selektif terhadap tumor epidermal yang
hiperproliferasi. Namun juga dapat mengiritasi kulit yang sehat
sehingga harus diawasi penggunaannya (Wong & Strange, 2009).
B. Penatalaksanaan Bedah
Tujuan penatalaksanaan bedah pada basalioma adalah untuk
mengangkat tumor sehingga tidak ada jaringan tumor yang dapat
berkembang lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih terapi adalah jenis subtipe basalioma, lokasi dan ukuran tumor,
umur pasien, kemampuan pasien untuk menoleransi pembedahan, serta
biaya. Metode bedah yang banyak digunakan adalah kuretase dan
elektrodesikasi, eksisi dengan pemeriksaan tepi tumor atau bedah
mikrografik Mohs. Krioterapi kadang digunakan. Namun dari penelitian
ditemukan bahwa pengobatan basalioma pada wajah adalah pembedahan
metode mikrografik Mohs lebih baik dibanding metode pengobatan lain,
dimana angka kekambuhan sangat minimal, tetapi kekurangannya biaya
operasi lebih mahal dan waktu operasinya lebih lama (Wong & Strange,
2009).
1. Kuretase dan elektrodesikasi
Merupakan pilihan terapi yang umumnya digunakan pada lesi dengan
batas tidak tegas. Dapat digunakan sebagai penatalaksanaan basalioma
nodular dengan ukuran kurang dari 2 cm dan basalioma superfisial dengan
berbagai ukuran. Walaupun dilaporkan tingkat kesembuhan dengan
metode ini lebih dari 90 %, tetapi rekurensi dilaporkan pada 30 % lesi
dengan diameter lebih dari 3 cm. Karena tingkat rekurensi yang tinggi,
luaran kosmetik yang kurang baik, dan kurangnya kontrol histologis,
metode ini tidak diterima sebagai terapi utama pada basalioma (Culliford &
Hazen, 2007).
2. Biopsi eksisi
Metode ini menghasilkan tingkat kesembuhan lebih dari 90 %. Pada
metode ini tumor diangkat seluruhnya hingga jaringan lemak subkutan
dengan dikelilingi oleh jaringan normal. Literatur merekomendasikan batas
3 mm untuk basalioma kecil (<10 mm) dan 5 mm untuk basalioma yang
lebih besar (10-20 mm) pada wajah. Untuk lesi yang ditemukan pada
lokasi lain, direkomendasikan batas 5 mm. Tepi tumor harus dikonfirmasi
negatif dengan pemeriksaan histologis. Teknik ini memerlukan
penutupan lesi bekas eksisi berupa flap atau graft. Metode ini baik
digunakan untuk basalioma tipe noduler, morfea dan basalioma yang telah
berinfiltrasi (Culliford & Hazen, 2007).
3. Bedah mikrografik Mohs
Merupakan teknik bedah yang mengkombinasikan ekstirpasi tumor dan
pemeriksaan mikroskopik tepi jaringan. Eksisi miring dan pemetaan yang
teliti dari tepi perifer dan batas dalam dari horizontal frozen section
memungkinkan pemeriksaan yang komprehensif dari semua tepi jaringan
yang dieksisi dan menjamin tingkat kesembuhan yang sangat baik
melebihi 98% untuk sebagian besar kanker kulit. Indikasi bedah
mikrografik Mohs : basalioma yang terletak pada daerah H (telinga,
periaurikuler, daerah temporal, periokular, hidung, bibir), basalioma yang
rekuren, basalioma yang besar (>2 cm), basalioma dengan batas yang
tidak jelas, basalioma subtipe agresif, pasien dengan imunosupresi,
sindroma basal sel nevus, dan xeroderma pigmentosum. Teknik
operasinya adalah dengan menginsisi daerah tumor, dan langsung
diperiksa histopatologi dibawah mikroskop dengan pewarnaan hematoxilin
dan Eosin atau pewarnaan lainnya. Insisi lapis demi lapis, dan masing-
masing diperiksa secara mikroskopik. Insisi sejauh 5-8 sentimeter dari
batas jaringan yang histopatologinya masih tampak basalioma. Jika benar-
benar jaringan basalioma sudah hilang dengan pemeriksaan mikroskopik,
maka dilakukan bedah rekonstruksi untuk menutupi defek akibat insisi
yang dilakukan. Operasi ini membutuhkan keahlian tersendiri dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding eksisi biasa dan biaya
yang dibutuhkan lebih mahal (Culliford & Hazen, 2007).
4. Krioterapi
Merupakan teknik yang dapat digunakan pada lesi primer dengan ukuran <
2 cm dan subtipe nonagresif. Tingkat kesembuhan >95 % tetapi
berhubungan dengan hipopigmentasi dan jaringan parut. Tidak ada kontrol
histologis dengan metode ini, dan jaringan biasanya awalnya menjadi
sangat edema. Tingkat rekurensi dilaporkan 3,7 7,5%.
Lesi yang sangat besar mungkin membutuhkan flap atau skin graft untuk
memperbaiki defek pada kulit setelah eksisi. Luas defek harus diperkirakan
sebaik-baiknya, terutama jika defek berada di area yang sulit, agar hasil
operasi sesuai dengan yang diinginkan (Berman, 2008)
2.10 KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan dari penyakit kanker kulit ini yaitu:
1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi:
i. Jaringan yang di buat tergores/ terluka.
ii. Perubahan warna kulit.
iii. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik.
iv. Luka kulit yang kronis.
v. Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.
2. Akibat kemoterapi dan bioterapi:
i. mual dan muntah.
ii. syndrome flulike.
iii. mielosupresi.
iv. paresthesia
v. fibrosis pulmonary.
vi. hipersensivitas.
vii. alopesia.
viii. reaksi alergi
3. Umum:
i. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra tubuh.
ii. Kehilangan fungsi pada ekstremitas.
iii. Perlukaan dan perubahan warna kulit.
iv. Proses hasil metastase penyakit pada paengobatan invasif dan potensial
kematian terakhir.
2.11 PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah basalioma adalah dengan mengurangi paparan
sinar ultraviolet, dengan memakai topi, payung, atau menggunakan tabir surya
(Sun-block), sinar UVA dan UVB dengan SPF (faktor perlindungan matahari)
ukuran maksimum 15. Mencegah kemungkinan radiasi sinar x atau paparan arsen
dengan memakai pelindung, untuk pekerja yang harus kontak langsung dengan
bahan tersebut. Berkonsultasi secara dini kepada dokter ahli jika terjadi
perubahan pada kulit (Berman, 2008).
4. Melaporkan
kecemasan 1 kali
5. Tidak ada
kecemasan
Culliford, A. and Alexes Hazen. 2007. Dermatology for plastic surgeons. In: Grabb and
Smiths plastic surgery. 6th edition. p.111-2 Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC
Sjamsudidayat ,R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 1999. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 3. Jakarta: FK
UI
Wong CS, Strange RC, Lear JT. Basal cell carcinoma [Online]. 2009. Available from:
URL:http://bmj.bmjjournals.com/cgi/contaent/full/327/7418/794. Diakses tanggal
18 September 2017 20:45
Berman, K. MD, PhD, Associate. 2008. Basal cell carcinoma [Online] Available from:URL:
/das/journal/view/0/N/15119303?issn=&source=MI. Diakses tanggal 18
September 2017 20:45