Deskripsi JTM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

BAB I. DESKRIPSI UMUM JTM


Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan
sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan
rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi
oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU
ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.

Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan
di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan
ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan
lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran
Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau
Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau
pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini
dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.

Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga wajib
memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV.

Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari
terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu
Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala
kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20
kV - 231/400V

Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi 3
macam konstruksi sebagai berikut :

I.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah
sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga
listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak
digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan
Menengah yang digunakan di Indonesia.
Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar
telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang
besi/beton.
Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya
harus diperhatikan faktor yang terkait dengan
Gambar 1.1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau
dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.
Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar yang
digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).
Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang

PT. PLN (PERSERO) 3


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat
sentuhan tanaman.

I.2 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)


Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran
tenaga listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar
berisolasi setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara
Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi
penghantar berisolasi penuh yang dipilin.
Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung
mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap
pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya.
Gambar 1.2 Kabel Udara Tegangan Menengah (KUTM)

I.3 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)


Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan
andal untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan
Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran
daya yang sama.
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi
penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang
dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan,
konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila
dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan
tunneling (terowongan beton).

Gambar 1.3 Kabel Tanah Tegangan Rendah (KTM)

Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM) sebagai jaringan
utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas
pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko
kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan keamanan ketenagalistrikan.
Secara garis besar, termasuk dalam kelompok SKTM adalah :
1. SKTM bawah tanah underground MV Cable.
2. SKTM laut Submarine MV Cable

Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk penyaluran daya yang
sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh penghantar per Fase dan pelindung mekanis
yang dipersyaratkan sesuai keamanan ketenagalistrikan.

Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara Tegangan
Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi konstruksi
diantaranya tetap harus dijadikan perhatian.

PT. PLN (PERSERO) 4


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

BAB II. KOMPONEN UTAMA KONSTRUKSI SUTM

II.1 Penghantar
II.1.1 Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin bulat
padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987
Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC
atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.

II.1.2 Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)


Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE (croslink
polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN No 43-5-6
tahun 1995

II.1.3 Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)

XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja


dengan tegangan Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini
khusus digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-5-
2:1995-Kabel

Gambar 2.1. Penghantar Berisolasi Penuh (Three Single Core)


II.2. Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang penopang/
travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
II.2.1 Isolator Tumpu
Pin- Insulator Pin-Post insulator Line-Post insulator

Gambar 2.2. Jenis - jenis Isolator Tumpu


II.2.2 Isolator Tarik
Piringan Long-Rod Keterangan
Material dasar isolator
Long-Rod dapat berupa
keramik atau gelas atau
polimer

Gambar 2.3. Jenis - jenis Isolator Tarik

PT. PLN (PERSERO) 5


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

II.3. Peralatan Hubung (Switching)


Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud
kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain
LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
Fused Cut-Out Load Break Switch

Gambar 2.4. Contoh Letak Pemasangan Gambar 2.5. Contoh Letak Pemasangan
Fused Cut Out (FCO) Load Break Switch (LBS)

II.4. Tiang
II.4.1. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi, kekuatan,
ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah pengusahaan PT
PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang
penghantar penghantar SUTM.

II.4.2. Tiang Besi


Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan
beban tertentu sesuai kebutuhan.
Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan
karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga
dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan
dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.

II.4.3. Tiang Beton


Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena
lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap
kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil.

PT. PLN (PERSERO) 6


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

BAB III. SPESIFIKASI TEKNIS MATERIAL

III.1. Spesifikasi Penghantar


Konstruksi menggunakan penghantar telanjang AAC dan AAAC. Untuk kawat petir
(shield/earth wire) dipakai penghantar dengan luas penampang 16 mm2.

Kawat ACSR digunakan untuk kondisi geografis tertentu (antara lain memerlukan
bentangan melebihi jarak standar untuk memperkecil andongan dan memperkuat gaya
mekanis).

III.2. Spesifikasi Konstruksi Tiang

Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi harus memenuhi
SPLN 115:1995 tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi. Spesifikasi Tiang besi yang
dapat dipergunakan pada Saluran Udara Tegangan Menengah , sesuai SPLN 54 : 1983
tentang Standar Tiang Besi Baja dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk SUTM


Beban kerja (daN) 100 200 350 500 800 1200
C - 114,3 165,2 190,7 216,3 267,4
Diameter bagian-bagian tiang [mm] B - 165,2 190,7 267,4 318,5 355,6
A - 190,7 267,4 318,5 355,6 406,4
C - 5.6 4,5 4,5 6 6
Tebal pipa [mm] B - 6 7 8 8 8
A - 7 7 9 8 12
C - 2500 2500 2500 2500 2500
Panjang bagian-bagian tiang [mm]
B - 2500 2500 2500 2500 2500
TT
A - 6000 6000 6000 6000 6000
Lenturan pada beban kerja [mm] - 196 144 142 108 106
Tebal selongsong [mm] - 7 7 9 8 12
Panjang selongsong [mm] - 600 600 600 600 600
Berat tiang [kg] - 306 446 564 700 973

Sedang untuk tiang beton, tipe tubular sesuai SPLN 93 : 1991 tentang Tiang Beton
Pratekan untuk jaringan distribusi, spesifikasi konstruksi tiang beton penampang bulat
dapat dilihat pada tabel 3.2

PT. PLN (PERSERO) 7


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

Tabel 3.2. Spesifikasi Tiang Beton Bulat untuk SUTM


Panjang Tinggi titik Diameter Beban Panjang Tinggi titik Diameter Beban
(m) Tumpu/batas (cm) Kerja (m) Tumpu/batas (cm) Kerja
tanam (m) (daN) tanam (m) (daN)
9 1,5 15,7 100 13 2,2 19 200
15,7 200 19 350
19 350 19 500
19 500 22 800
22 800 22 1200
22 1200
11 1,9 19 200 14 2,4 19 200
19 350 19 350
19 500 19 500
22 800 22 800
22 1200 22 1200
12 2,0 19 200
19 350
19 500
22 800
22 1200

III.3. Jenis Isolator


Isolator tumpu dan isolator tarik yang digunakan dapat dengan material dasar keramik
atau gelas ataupun polimer. Dimensi dan kekuatan jenis-jenis isolator tumpu dan tarik
dapat dilihat pada gambar konstruksi

III.4. Jenis Konektor


Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat penghantar.
Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :
a. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus)
b. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan)
c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka pasang)
Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk
sambungan penghantar pada posisi lurus. Tap connector
adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan
penghantar pada titik pencabangan.
Live Line connector adalah jenis konektor yang digunakan
untuk pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB).
Gambar 3.1. Life Line Connector (LLC)
III.5. Peralatan Hubung (Switching)
Pada jaringan SUTM digunakan juga peralatan switching untuk optimasi operasi
distribusi. Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :
1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)
2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)

III.6. Peralatan Proteksi Jaringan SUTM


1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )
2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)
4. Penghantar tanah (Shield Wire)

PT. PLN (PERSERO) 8


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

BAB IV. KONSTRUKSI SUTM

IV.1. Ruang Bebas (Right Of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-benda
disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak memberikan
pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain
dapat dilihat pada tabel 4.1

Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m baik vertikal
atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal antara JTM dengan kabel
JTR dibawahnya minimal 120 cm

Tabel 4.1 Jarak aman SUTM


No. Uraian Jarak Aman
1. Terhadap permukaan jalan raya 6 meter
2. Balkon rumah 2,5 meter
3. Atap rumah 2 meter
4. Dinding Bangunan 2,5 meter
5. Antena TV/ radio, menara 2,5 meter
6. Pohon 2,5 meter
7. Lintasan kereta api 2 meter dari atap kereta
8. Underbuilt TM TM 1 meter
9. Underbuilt TM TR 1 meter

IV.2. Spesifikasi Konstruksi SUTM


Secara rinci standar konstruksi Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai berikut :
IV.2.1. Konstruksi SUTM sistem 3 Kawat
IV.2.1.1. Konstruksi SUTM Sirkit Tunggal
a). Konstruksi tiang Penumpu (Line Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi ini dipasang untuk lintasan jaringan SUTM 0 - 15 dengan 3
buah isolator tumpu dan 1 buah cross arm UNP 10 x 2000.

b). Konstruksi tiang Sudut Kecil dengan sudut 15 s/d 30 dan


kelengkapannya
Konstruksi ini dipasang untuk jaringan SUTM dengan sudut 15- 30 dengan
6 buah isolator tumpu, 2 buah cross arm UNP 10 x 2200.

c). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 30- 60 dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah
cross arm UNP 10 x 2200.

d). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 60- 90 dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 1 buah isolator tumpu dan 4
buah cross arm UNP 10 x 2000.

PT. PLN (PERSERO) 9


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

e). Konstruksi tiang awal (Riser Pole) dan kelengkapannya


Konstruksi tiang awal ini dipasang pada awal jaringan dimana terdapat kabel
naik dari gardu induk/pusat listrik. Pada tiang ini terpasang 3 set isolator
tarik, 2 buah cross arm UNP 10 x 2000, lightning arrester, pipa galvanis
pelindung kabel diameter 4 inci, dan instalasi pembumian. Kekuatan tiang
disesuaikan dengan besarnya penampang penghantar yang digunakan.

f). Konstruksi tiang Peregang (Tension Pole) dan kelengkapannya


Konstruksi tiang peregang ini di pasang pada tiap-tiap 10 gawang jaringan.
Kekuatan tiang (Working Load) sama dengan kekuatan tiang awal atau tiang
dengan kekuatan tiang lebih kecil namun harus di tambah 2 set konstruksi
Topang tarik dengan arah berlawanan. Pada konstruksi ini terpasang 6 set
isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah cross arm UNP 10 x 2000.

g). Konstruksi tiang pencabangan ( Tee- Off Pole)


Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan tiang
awal tanpa lightning arrester, kabel naik, namun di tambah dengan 1 buah
isolator tumpu dan 1 set Topang tarik, jika tidak memungkinkan penggantian
tiang dengan kekuatan tarik yang lebih besar.

h). Konstruksi saklar tiang (Pole Switch)


Konstruksi ini di pasang untuk maksud - maksud manuver jaringan atau
pemeliharaan . Terdapat 2 jenis saklar tiang
Pole Top Switch yang hanya berfungsi sebagai pemisah.
Pole Top Load Break Switch yang berfungsi sebagai pemutus beban.
Konstruksi ini memakai tiang dengan kekuatan tarik sekurang-kurangnya
350 daN. Semua BKT harus di bumikan.

i). Konstruksi Pembumian.


Bagian-bagian yang harus dibumikan adalah Bagian Konduktif Terbuka
konstruksi tiang untuk setiap 3 gawang dan instalasi lightning arrester.
Konstruksi ini memakai penghantar pembumian jenis tembaga, bimetal
joint, penghantar alumunium dan elektroda pembumian.

j). Konstruksi tiang akhir (End Pole).


Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal dengan
atau tanpa kabel naik. Tiang yang di pakai dengan kekuatan tarik sesuai
penampang penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih kecil di tambah
konstruksi topang tarik.

k). Konstruksi penopang tiang


Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai :
- Topang tarik ( Down Guy Wire / Trekskur)
- Topang tekan (Strut Pole / Drukskur)
- Kontramast (Span Guy Wire)

PT. PLN (PERSERO) 10


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

IV.2.1.2. Konstruksi SUTM Sirkit Ganda


Konstruksi SUTM sirkit ganda pada dasarnya sama dengan konstruksi SUTM
sirkit tunggal, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Panjang tiang sekurang-kurangnya 12 meter.
2) Posisi tiang sudut, tiang akhir harus diperkuat dengan konstruksi
penopang.
3) Tidak menggunakan satu tiang awal untuk atau arus kabel naik TM.
4) Kebutuhan material konstruksi menjadi dua kali lebih banyak pada satu
tiang konstruksi.
5) Tidak memasang saklar tiang pada tiang yang sama.
6) SUTM dioperasikan dari Transformator yang sama.
7) Instalasi Load Break Switch pada jaringan SUTM Lurus

IV.2.1.3. Konstruksi Penopang Tiang


a). Instalasi guywire/treckschoor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat
memikul beban mekanisnya. Jenis konstruksi penopang tiang adalah :
Konstruksi guy wire/treckschoor.
Konstruksi down Guy wire/treckschoor ( topang tarik ).
Konstruksi over head guy wire/treckschoor ( kontramast).
Konstruksi drukschoor / Strut Pole.
Instalasi patok guywire/treckschoor.

b). Konstruksi penghantar pengikat (bending wire) SUTM pada isolator tumpu
dengan menggunakan bending wire atau Preformed Tie

c). Konstruksi transisi SUTM horizontal ke SUTM Vertikal


SUTM vertikal digunakan bilamana jarak aman penghantar dengan bangunan
sekitarnya sangat terbatas sehingga tidak dimungkinkan pemasangan cross
arm horizontal. Konstruksi isolator yang berjajar vertikal menggunaan
tiang beton dengan panjang tinggi 12 m.
Konstruksi SUTM Underbuild pada SUTM eksisting tiang 11 m, sebaiknya
dihindari mengingat kemungkinan dipakai bersama Jaringan Tegangan
Rendah.

d). Konstruksi Khusus


Konstruksi SUTM crossing sungai/tebing dengan menggunakan 3 tiang
beton 500 daN untuk bentang maksimum 70 m.
Konstruksi SUTM crossing sungai / tebing dengan menggunakan 4 tiang
500 daN beton untuk bentang maksimum 70 m.
Konstruksi ini tidak distandarkan mengingat sifatnya dalah konstruksi
khusus.

IV.2.2. Konstruksi SUTM sistem 4 Kawat ( Jaringan SUTM dengan Penghantar Netral )
Konstruksi SUTM sistem 4 kawat merupakan konstruksi SUTM dengan ciri-
ciri pemakaian panghantar Netral pada sistem Tegangan Menengah yang di
bumikan pada tiap-tiap tiang. Penghantar Netral sisi Tegangan Menengah ini
juga merupakan penghantar Netral sisi Tegangan Rendah, sehingga dinamakan

PT. PLN (PERSERO) 11


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

sistem distribusi dengan Penghantar Netral Bersama ( Multi Grounded Common


Netral ).

Pada sistem ini konstruksi satuan udara menggunakan banyak model konstruksi ,
vertikal, delta, horizontal simetris, baik untuk konstruksi Fasa-3 maupun Fasa-1.

IV.2.2.1. Konstruksi SUTM Tunggal


a). Konstruksi Tiang Penumpu dan Kelengkapannya
Konstruksi dipasang vertikal, Delta, Horizontal. Untuk konstruksi Vertikal dan
Delta memakai Cross Arm Pole Mounted Bracket dengan Post Insulator, Line
Post dan String Insulator. Sementara Penghantar Netral memakai konstruksi
Insulator Shakle ANSI 53-4 dan Pin 52-2, dan di bumikan pada tiap tiang.

b). Konstruksi tiang Sudut kecil


Pada konstruksi Fasa-1 dengan Pole Mounting Bracket dan Horizontal Bracket
memakai isolator jenis Post type dan Penghantar Netral memakai insulator
Rusi 52-2 (0 - 10) dan Ansi 53-4 (10 - 25).
Untuk sudut lintasan sampai dengan 30, memakai 2 buah Horizontal
Bracket.
Untuk Fasa-3 sama dengan konstruksi Fasa-3 sistem 3 kawat pada butir
IV.2.1.

c). Konstruksi tiang Awal


Konstruksi tiang awal Fasa-3 pada sistem 4 kawat sama dengan uraian pada
butir IV.2.1 hanya terdapat batasan isolator Ansi 53-4 untuk Penghantar
Netral.

d). Konstruksi tiang Peregang


Konstruksi tiang peregang hanya dipakai pada sistem Fasa-3 dengan uraian
sama dengan butir IV.2.1.
( Di dalam aplikasi sistem Fasa-3 4 kawat ini di Jawa Tengah tidak mengenal
konstruksi Tiang Peregang ).

e). Konstruksi tiang Pencabangan


Pada konstruksi tiang pencabangan Fasa-1 dari Fasa-3 ( saluran utama )
memakai konstruksi Fused Cut-Out sebagai pengaman jaringan dan konstruksi
Isolator supension.
Untuk konstruksi pencabangan pada Fasa-3 konstruksi pencabangan yang
dipakai sama dengan uaraian pada butir IV.2.1.

f). Konstruksi tiang Akhir


Pada konstruksi Fasa-1, tiang akhir pada umumnya juga adalah konstruksi
gardu Trafo Fasa-1 yang dilengkapi dengan Lightning Arrester dengan isolator
suspension TM dan isolator Ansi 33-4 Penghantar netral. Sementara pada
konstruksi Fasa-3 nya sama dengan uraian pada butir IV.2.1.
Pada konstruksi Vertikal tetap memakai konstruksi Dead End Isolator
suspension.

PT. PLN (PERSERO) 12


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

g). Konstruksi Penopang Tiang


Pada sistem Fasa-3 4 kawat ini, Penopang tiang / Guy wire tidak dilengkapi
dengan isolator Guy ( TOEI Insulator ).
Pada bagian atas langsung di bumikan menjadi satu dengan pembumian
Penghantar netral.

i). Konstruksi Pembumian


Penghantar Netral di bumikan pada tiap tiang. Pembumian dengan elektroda
bumi pada konstruksi Lightning Arrester, gardu distribusi dan pada tiap-tiap
3 gawang / jarak tiang.
Nilai satuan Pembumian tidak melebihi 10 ohm. Pada jaringan dan 1 ohm
pada Lightning Arrester dan gardu.

j). Konstruksi saklar Tiang


Saklar tiang baik merupakan pemisah atau pemutus beban di bumikan seluruh
bagian konduktif terbukanya. Instalasi pembumian juga dijadikan satu dengan
pembumian Penghantar netral.
Saklar tiang dari jenis pemutus beban dilindungi terhadap akibat petir dengan
Lightning Arrester 5 KA pada sisi kiri kananya.

IV.2.2.2. Konstruksi SUTM Dua Sirkit (Ganda)


Konstruksi sirkit ganda pada saluran udara TM di bagi atas 2 proses :
a) Tambahan saluaran pada tiang saluran yang sudah ada
b) Konstruksi saluran ganda yang sama sekali baru
Pada tiang dengan saluran yang lama, jarak antara cross-arm lama dan baru
sekurang-kurangnya 80 cm; dengan tinggi andongan / lendutan yang sama.
Kebutuhan material sama dengan kebutuhan material untuk sirkit tunggal,
dengan tambahan topang tarik/tekan pada tiang sudut, tiang pencabangan dan
tiang akhir.
Untuk jaringan dari pusat listrik/gardu induk yang sama, kebutuhan konstruksi
pembumian dapat di paralelkan saja pada konstruksi pembumian yang sudah
ada. Untuk konstruksi saluran udara TM ganda yang baru, kebutuhan material
jaringan sebanyak 2 kali konstruksi sirkit ganda. Instalasi pembumian dapat
dijadikan satu, sementara kekuatan tarik (Working Load) tiang sama dengan
saluran dengan sirkit ganda di tambah topang tarik. Kekuatan tarik tiang awal
sekurang-kurangnya sebesar 2 x 500 daN dengan panjang sekurang-kurangnya
12 meter.

IV.2.2.3. Konstruksi SUTM Tiga Sirkit


Konstruksi SUTM 3 sirkit pada 1 tiang sebaiknya dihindari, mengingat masalah
operasi pemeliharaan dan kontinuitas pelayanan.

PT. PLN (PERSERO) 13


Edisi 1 Tahun 2010
Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik

PT. PLN (PERSERO) 14


Edisi 1 Tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai