Etika Menuntut Ilmu Dalam Islam
Etika Menuntut Ilmu Dalam Islam
Etika Menuntut Ilmu Dalam Islam
Search...
PDFmyURL.com
B. Etika Menuntut Ilmu
a. Ikhlas
Barangsiapa yang mempelajari
ilmu untuk membanggakan diri di
hadapan para ulama,
mempermainkan diri orang-orang
PDFmyURL.com
bodoh dan dengan itu wajah
orang-orang berpaling kepadanya,
maka Allah akan memasukkannya
ke dalam neraka Jahannam.
(HR. Ibn Majjah dari sahabat
Abu Hurairah)[3]
b. Berdo`a
PDFmyURL.com
Abdillah ra)[5]
Ya Allah sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang
baik serta amal yang diterima. (HR. Ibn
Majjah dari shahabiyah Ummu Salamah
ra)[6].
c. Bersungguh-Sungguh
PDFmyURL.com
Seorang penuntut ilmu memerlukan
kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu
bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan
mendapatkan ilmu yang bermanfaat-dengan
izin Allah-apabila kita bersungguh-sungguh
dalam menuntutnya. Sebab jika seorang
penuntut ilmu malas maka ia tidak akan
mendapatkan ilmu yang dicarinya,
sebagaimana pendapat Yahya bin Abi Katsir
rahimahullah bahwa ilmu tidak akan diperoleh
dengan tubuh yang dimanjakan (santai). Karena
itulah dalam ayat di atas Allah menjanjikan
kabar gembira dan kemuliaan bagi orang yang
bersungguh-sungguh. Syaikh Abu Bakar al-
Jazairy menjelaskan: Di dalam ayat ini
terdapat busyra dan janji yang benar lagi mulia,
demikian itu karena orang yang bersungguh-
sungguh berada di jalan Allah, karena mencari
ridha Allah dengan berusaha untuk
meninggikan kalimat-Nya[8].
PDFmyURL.com
dapat mendorongnya untuk senantiasa menuntut
ilmu. Imam Syafii, sebagaimana yang
dikisahkan Humaidi, pernah bercerita:
Aku adalah seorang anak yatim
yang berada dalam pengayoman
ibu, ia selalu mendorongku untuk
hadir ke majelis ilmu. Guru sangat
sayang pada aku, sampai-sampai
aku menempati tempatnya ketika ia
berdiri. Tatkala aku sudah
merapikan Al-Quran, kemudian
aku masuk ke dalam masjid dan
duduk bersama para ulama. Di
sana aku mendengarkan hadits
beserta rinciannya kemudian aku
hafal semuanya. Ibuku tidak dapat
memberikan kepadaku sesuatu
yang dengannya aku dapat belikan
kertas. Aku melihat tulang maka
aku ambil, kemudian aku
menulisnya, tatkala sudah penuh,
maka aku menghafalnya sekuat
tenagaku[9].
d. Menjauhi Kemaksiatan
:
Aku mengadu kepada guruku
bernama Waqi, tentang jeleknya
hafalanku, maka ia memberikan
petunjuk kepadaku agar
meninggalkan kemaksiatan.
Karena sesungguhnya ilmu itu
adalah cahaya, dan cahaya Allah
itu tidak akan diberikan kepada
orang yang berbuat maksiat [11]
PDFmyURL.com
Demikian juga nasihat Imam Malik kepada
Imam Syafii. ia berkata:
Sesungguhnya aku melihat pada
hatimu pancaran cahaya, maka jangan engkau
redupkan cahaya itu dengan gelapnya
kemaksiatan.[12]
Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka
untuk memperdalam ilmu agama[13]. (HR.
Bukhari)
PDFmyURL.com
Artinya sekalipun wanita anshar
merupakan sekelompok perempuan yang
memiliki rasa malu yang tinggi sebagai
cerminan keimanan mereka, namun hal itu tidak
berlaku dalam menuntut ilmu. Sebab rasa malu
dalam menuntut ilmu dapat menyebabkan
kekeliruan atau ketidakjelasan. Seseorang yang
malu bertanya dalam menuntut ilmu akan
menyebabkan ia tidak mendapatkan penjelasan
dari hal-hal yang masih samar atau meragukan
baginya. Karena itu agar seorang penuntut ilmu
mendapatkan penjelasan yang terang dan ilmu
yang pasti maka ia harus memberanikan diri
bertanya mengenai permasalahan yang belum
jelas ataupun belum meyakinkan bagi dirinya.
PDFmyURL.com
Kesombongan dalam menuntut ilmu
dilarang sebab ia akan menyebabkan
tertolaknya kebenaran. Seorang yang sombong
akan cenderung merendahkan manusia lainnya
dan menolak kebenaran, sehingga ia akan
kesulitan untuk mendapatkan guru dan ilmu.
Orang sombong akan merasa dirinya selalu
lebih baik dari orang lain sehingga tidak lagi
memerlukan tambahan ilmu. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam
salah satu sabdanya:
Sombong itu adalah, menolak
kebenaran dan merendahkan manusia.(HR.
Muslim dari sahabat Ibn Masud ra)[16]
PDFmyURL.com
di sisi lain ia juga memerintahkan agar ilmu
yang sudah diketahui harus diamalkan dan
didawahkan kepada orang lain. Banyak ayat
dan hadits yang menjelaskan keutamaan orang
yang mengamalkan ilmu dan
mendawahkannya, dan banyak pula nushsh
yang berbicara tentang ancaman orang yang
tidak mau mengamalkan dan mendawahkan
ilmunya. Mengenai keutamaan mendawahkan
ilmu, misalnya dapat disimak dari sabda Nabi
SAW. berikut ini:
Siapa orang yang menunjukkan
kebaikan, maka baginya pahala seperti orang
yang melakukkannya(HR. Tirmidzi dari
sahabat Abi Masud ra)[17].
Daftar Pustaka:
PDFmyURL.com
dan Terjemahannya, hlm. 1084
PDFmyURL.com
[13] Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-
Bukhari, Shahh al-Bukhari, tahqq Muhammad Zahir
bin Nashir al-Nashir, Saudi Arabia: Dr Thauq al-Najah,
2001, Jilid 1, hlm. 38.
Leave a Reply
Name (required)
published) (required)
PDFmyURL.com
Website
Submit Comment
Recent Post
Membongkar Taf sir Kaum Pluralis
Sains Modern*
PDFmyURL.com
Alamat
Email: [email protected]
Email Address
Berlangganan
PDFmyURL.com