Laporan Akhir PKL
Laporan Akhir PKL
Laporan Akhir PKL
Oleh:
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Oleh:
Ir. Dyah Erni Widyastuti, MM Muhammad Azhar, S.Pi Ir. Gumoyo Mumpuni Ningsih, MP
NIP. 105 9010 0200 NIP. 196804403 199203 1 011 NIDN. 132048160
Mengetahui:
Dekan Fakultas Pertanian Peternakan,
Universitas Muhammadiyah Malang
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan
judul Aplikasi Manajemen Agribisnis di Instalasi Balai Benih Ikan Batu
Kumbung Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat dapat diselesaikan
dengan baik. Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yth :
1. Dr. Ir. Damat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang
2. Ir. Dyah Erni Widyastuti,MM selaku Ketua Jurusan Fakultas Pertanian
Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
3. Ir. Gumoyo Mumpuni Ningsih, MP selaku dosen pembimbing.
4. Sabara Putra, S.Pi, M.Si selaku Kepala Balai Benih Ikan Batu Kumbung-Lingsar
5. Muhammad Azhar, S.Pi selaku pembimbing PKL.
6. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapang
(PKL).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL)
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sipatnya
membangun demi penyempurnaan sangat penulis harapkan.
Penulis
ii
RINGKASAN
Ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) merupakan salah satu jenis
komoditas ikan air tawar yang cukup potensial untuk dikembangkan karena
pertumbuhannya cepat, relatif lebih tahan penyakit dan toleran terhadap kualitas
air kurang baik. Secara genetik ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) telah
terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila gift sama seperti
ikan nila lainnya mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam kegiatan usaha
budidaya akan sangat efisien, dalam hal ini dapat menurunkan biaya pakan
(Rukmana, 2004).
Tujuan pelaksanaan PKL di BBI BATU KUMBUNG LINGSAR
KABUPATEN LOMBOK BARAT adalah: 1). Untuk mengetahui bagaimana
sistim sapih larva pada pembenihan ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker),
2). Untuk mengetahui apa saja permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
usaha pembenihan dengan sistim sapih larva, dan 3). Untuk mengetahui
bagaimana syirkah atau kerjasama BBI Batu Kumbung terhadap masyarakat
dalam pembenihan ikan air tawar.
Hasil praktek kerja lapang di BBI Batu Kumbung, adalah: 1). Pembenihan
ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) meliputi: persiapan kolam
pemijahan, pemijahan ikan nila gift, persiapan kolam pendederan ikan nila gift,
pemanenan dengan sistem sapih larva, perawatan larva ikan nila gift, dan
pengukuran kualitas air, 2). Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
usaha pembenihan dengan sistim sapih larva, yaitu: hama dan penyakit yang bisa
menyebabkan larva ikan bisa mati. Serta perlakuan larva ikan nila yang tidak hati-
hati saat pemanenan bisa menyebabkan kematian dari ikan nila tersebut, 3).
Kerjasama usaha atau syirkah yang dilakukan oleh BBI Batu Kumbung dengan
masyarakat sekitar yaitu instalasi BBI Batu Kumbung sebagai pihak pemberi
input yaitu benih ikan. Para petani bertugas sebagai pembesaran benih ikan
disawah mereka masing-masing. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran benih
ikan dari bibit sampai sebesar 10 cm kira-kira 3 bulan. Setelah itu petani akan
mengembalikan ikan yang dibesarkan, untuk pembagian keuntungan sudah ada
MoU dari keduabelah pihak dengan ketentuan yang disepakati bersama.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.3. Struktur Organisasi BBI Batu Kumbung................................................ 15
4.4. Tugas dan Wewenang ............................................................................ 15
4.5. Jenis Usaha atau Kegiatan BBI Batu Kumbung ..................................... 16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 17
5.1. Sistim Sapih Larva Pada Pembenihan Ikan Nila Gift (Oreochromis
niloticus bleeker) ............................................................................................... 17
5.2. Permasalahan-Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Usaha Pembenihan
dengan Sistim Sapih Larva................................................................................ 22
5.3. Kerjasama BBI Batu Kumbung Terhadap Masyarakat Dalam
Pembenihan Ikan Air Tawar ............................................................................. 25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 26
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 26
5.2. Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 28
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manajemen yaitu ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan dari manusia untuk menentukan capaian tujuan (Oe
liang, 2005). Sementara itu definisi agribisnis menurut Soemarno (2003),
Agribisnis merupakan kegiatan pertanian yang kompleks sebagai akibat dari
pertanian yang semakin modern meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan,
peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis dapat memfokuskan kegiatannya
pada satu segmen dari keseluruhan industri atau keseluruhan kegiatan secara
terintegrasi, maka manajemen agribisnis perikanan adalah upaya pengelolaan
agribisnis yang berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan.
Ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) merupakan salah satu jenis
komoditas ikan air tawar yang cukup potensial untuk dikembangkan karena
pertumbuhannya cepat, relatif lebih tahan penyakit dan toleran terhadap kualitas
air kurang baik. Secara genetik ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) telah
terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila gift sama seperti
ikan nila lainnya mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam kegiatan usaha
budidaya akan sangat efisien, dalam hal ini dapat menurunkan biaya pakan
(Rukmana, 2004).
Salah satu masalah yang dihadapi pembudidaya ikan dalam pengembangan
ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) adalah terbatasnya stok benih ikan.
Permasalahannya terletak pada kualitas benih yang dihasilkan, ketepatan waktu
dan ketepatan ukuran, serta pasokan benih yang berkesinambungan. Penyebabnya
adalah pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih yang
pengelolaan benihnya masih secara tradisional atau sederhana dan tidak terpola
secara baik. Melihat kecendrungan kebutuhan konsumen yang tinggi terhadap
ikan nila gift (benih dan konsumsi), pola produksi yang seharusnya dikembangkan
adalah pola produksi intensif agar mendapatkan hasil yang maksimal, pola
1
produksi ikan nila gift secara intensif ini disesuaikan dengan konsep agribisnis,
yakni mengandalkan kegiatan pada beberapa subsistem yang ada (Andrianto,
2005).
Menurut (Suyanto, 2004) Intensifikasi budidaya ikan nila gift (Oreochromis
niloticus blekeer) dikenal beberapa subsistem, yakni subsistem pembenihan,
subsistem pendederan, subsistem pembesaran, dan subsistem pemasaran. Namun
dalam Praktik Kerja Lapang ini hanya dilakukan subsistem pembenihan meliputi
kegiatan sistim sapih larva, permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
usaha pembenihan, teknik penetasan telur, dan bagaimana kerjasama BBI Batu
Kumbung terhadap masyarakat dalam pembenihan ikan
Dari uraian tersebut diatas, dan mengingat cara petani lebih banyak yang
menggunakan cara sederhana maka perlu dilakukan Praktik Kerja Lapang yang
berjudul Aplikasi Manajemen Agribisnis di Instalasi Balai Benih Ikan Batu
Kumbung Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan maasalah dalam laporan hasil PKL di BBI BATU
KUMBUNG LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT dalam penulisan
ini adalah:
1. Bagaimana sistim sapih larva pada pembenihan ikan nila gift
(Oreochromis niloticus bleeker) ?
2. Apa saja permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam usaha
pembenihan dengan sistim sapih larva ?
3. Bagaimana syirkah atau kerjasama BBI Batu Kumbung terhadap
masyarakat dalam pembenihan ikan air tawar?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan PKL di BBI BATU KUMBUNG LINGSAR
KABUPATEN LOMBOK BARAT dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistim sapih larva pada pembenihan ikan
nila gift (Oreochromis niloticus bleeker).
2. Untuk mengetahui apa saja permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam usaha pembenihan dengan sistim sapih larva.
2
3. Untuk mengetahui bagaimana syirkah atau kerjasama BBI Batu Kumbung
terhadap masyarakat dalam pembenihan ikan air tawar.
1.4.Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari laporan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Bagi instalasi, perusahaan atau tempat PKL, laporan ini bisa digunakan
sebagai bahan evaluasi kerja dan referensi agar bisa digunakan oleh
masyarakat.
2. Bagi mahasiswa, laporan PKL sebagai sarana memperoleh tambahan
ilmu, wawasan, dan pengalaman tentang tugas dan fungsi BBI Batu
Kumbung. Serta sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan
wawasan mengenai pembudidayaan ikan air tawar dan lebih khususnya
pembudayaan ikan nila gift.
3. Bagi masyarakat atau pihak lain, laporan pelaksanaan PKL ini
diharapkan dapat menjadi bahan wacana untuk menambah wawasan
ilmu pengetahuan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) sebagai salah satu
anggota International Network for Genetic in Aquaculture (INGA). Nila
GIFT yang pertama kali didatangkan ke Indonesia tersebut merupakan
generasi ke empat. Kemudian pada tahun 1997 didatangkan lagi ikan Nila
GIFT berikutnya yang berasal dari generasi keenam.
Sepintas, Nila GIFT dan Nila lokal agak sulit dibedakan baik
warna ataupun bentuk tubuh, terutama ketika masih dalam stadium benih.
Namun, perbedaannya bisa dilihat dari proposi tubuh. Tubuh Nila GIFT
lebih pendek dengan perbandingan panjang dan tinggi 2 :1 sementara itu
perbandingan panjang dan tinggi tubuh Nila lokal adalah 2,5 : 1 (lebih
panjang). Dalam tinggi dan lebar tubuh, Nila GIFT tampak lebih tebal
dengan perbandingan 4:1 dan Nila lokal tampak lebih tipis dengan
perbandingan 3:1. Tanda lainnya warna tubuh Nila GIFT hitam agak putih
bagian bawah tutup insangnya berwarna putih. Nila lokal berwarna putih,
tetapi nampak sedikit hitam bahkan ada yang agak kuning. Ukuran kepala
Nila GIFT relatif lebih kecil daripada Nila lokal dan ukuran matanya
cukup besar (Amri & Khairuman, 2002).
2.2. Pengertian Agribisnis
Meunurut Gunawan (2013), Agribisnis dalam arti sempit diartikan sebagai
perdagangan atau pemasaran hasil pertanian yang berusaha memaksimalkan
keuntungan, sedangkan agribisnis dalam arti luas adalah suatu kesatuan kegiatan
usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mulai mata rantai produksi,
pengolahan dan pemasaran hasil yang ada hubungannya dengan komoditi
pertanian dalam arti luas (usahatani, perkebunanan, kehutanan, perikanan,
perternakan) yang bertujuan untuk memperoleh keutungan (profit Oriented).
2.3. Pengertian Sistim Sapih Larva
Menurut Toni Kuswoyo (2011), sistem sapih benih adalah sistem yang biasa
digunakan oleh kebanyakan petani ikan. Sistem ini juga mengunakan
perbandingan 3:1, mengunakan induk ikan secara massal yaitu induk betina 300
ekor dan induk jantan 100 ekor. Dipijahkan dalam satu kolam dan dalam kondisi
5
air yang tenang. Pemanenan pada sistem Sapih Benih dilakukan setiap hari
dengan cara menyeser larva setiap pagi hari yang muncul di permukaan air.
2.4. Pengertian Syirkah (Kerjasama Usaha)
Menurut Muhammad Nijatullah Siddiq, Syirkah yaitu keikutsertaan dua atau
lebih orang dalam urusan tertentu dengan menetapkan sejumlah modal
berdasarkan kerjasama untuk sebuah urusan yang disepakati bersama-sama dan
berbagi hasil dan kerugian dalam menetapkan ukuran.
1. Al-Quran
)12( .... ....
Artinya:
.... tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu.....
....
)24( ....
Artinya:
6
Subhanahu Wa Taala telah berkata saya menyertai dua pihak yang
sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati
yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan
tersebut. (HR. Abu Daud menurut Hakim).
3. Ijma
Ibnu Qudamah menjelaskan bahwasanya dasar yang dijadikan
fundamen dalam ijma yaitu: Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap
legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dalam beberapa elemen darinya.
7
BAB III
METODE DAN KONDISI UMUM TEMPAT
PRAKTEK KERJA LAPANG
8
3.4.Metode Pelaksanaan dan Teknis Pelaksanaan PKL
Pelaksanaa praktek kerja lapang ini menggunakan beberapa metode sebagai
usaha untuk menghasilkan data dan analisa yang tepat, yaitu :
1. Pengamatan di Lapang
Dilakukan dengan mengamati secara lansung untuk mengetahui
perkembangan industri yang bersangkutan.
2. Wawancara
Dilakukan untuk mengklasifikasinya permasalahan-permasalahan yang
terjadi di lapangan dengan menanyakan lansung kepada pihak yang terkait.
3. Kerja Mandiri / Kerja Terbimbing
Dilakukan untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja dan mempelajari
kesesuaian antara teori dengan praktek dilapangan mengenai hal yang
berkenaan dengan proses produksi serta hal-hal yang terkait
4. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data terlulis mengenai proses produksi serta hal-hal
yang diperlukan untuk mengetahui perkembangan industri yang
bersangkuta dan juga hal-hal yang terkait dengannya yang
diperoleh dari hasil wawancara, diskusi, praktek kerja, dan
pengamatan di lapangan.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka dari
referensi / literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan.
9
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL
10
Tabel 1.Jenis dan Luas Bangunan di BBI Batu Kumbung
11
14 A3.5 Pendederan 89,040
15 A3.6 Pendederan 89,040
16 A3.7 Pendederan 89,040
17 A4.1 Pendederan 53,000
18 A4.2 Pendederan 53,000
19 A4.3 Pendederan 53,000
20 A4.4 Pendederan 53,000
21 A4.5 Pendederan 53,000
22 A4.6 Pendederan 53,000
23 A4.7 Pendederan 53,000
24 A5 Pendederan 583,200
25 A6 Pendederan 583,200
26 A7 Pendederan 583,200
27 B1 Penampungan 45,000
28 B2 Kolam Induk 106,000
29 B3 Pendederan 303,160
30 B4 Pendederan 303,160
31 B5 Kolam Induk 303,160
32 B6 Kolam Induk 303,160
33 C1 Pendederan 333,720
34 C2 Kolam Induk 333,720
35 C3 Kolam Induk 333,720
36 C4 Kolam Induk 333,720
37 C5 Kolam Induk 333,720
38 D1 Pembesaran 577,446
39 D2 Pendederan 577,446
40 D3 Pendederan 577,446
41 D4 Pendederan 577,446
42 D5 Pendederan 577,446
43 D6 Pendederan 577,446
44 D7 Pendederan 577,446
45 E1 Pendederan 408,200
46 E2 Pendederan 408,200
47 E3 Pendederan 408,200
48 E4 Pendederan 408,200
49 E5 Pendederan 408,200
50 E6 Pendederan 408,200
51 E7 Pendederan 408,200
52 F1 Kolam Induk 480,000
53 F2 Pendederan 480,000
54 F3 Kolam Induk 1.008,000
55 F4 Pendederan 480,000
56 F5 Pendederan 480,000
57 G1 Pendederan 404,700
12
58 G2 Pendederan 404,700
59 G3 Pendederan 404,700
60 G4 Kolam Induk 404,700
Total 18.187,092
Sumber : Balai Benih Ikan (BBI) Batu Kumbung Tahun 2016
Dari Tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kolam keseluruhan adalah
60 unit, yang terdiri dari kolam induk 10 petak, kolam pendederan sebanyak 46
petak, kolam pembesaran 1 petak, kolam penampungan 1 petak dan kolam
pemijahan 2 petak.
Stock induk maupun calon induk ikan di BBI Batu Kumbung pada tahun
2016 terdiri dari 6 jenis ikan yang dibudidayakan yaitu : Karper (Cyprinus
carpio L), Nila (Oreochromis niloticus), Gurami (Osphronemus gouramy), Lele
(Clarias sp), Patin (Pangasius pangasius), dan Bawal (Colossoma
macropomum).
Adapun data stock induk maupun calon indukan ikan di BBI Batu Kumbung
pada tahun 2016 menurut jenis ikan, kelamin dan jumlahnya disajikan dalam
Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3.Jumlah induk, calon induk dan Jenis Induk yang terdapat di BBI
Batu Kumbung
Berat Berat
Jumlah Jumlah
Jumlah Rata Rata
Jenis Ikan Betina Jantan Ket.
Total Betina Jantan
(ekor) (ekor)
(grm) (grm)
A. LELE
1. Induk
a. L. Sangkuriang 500 500 1000 1250 1000 PS
40 40 80 2500 2000 GPS
b. L. Masamo 500 250 750 1250 1000 PS
20 20 40 2500 2000 GPS
2. Calon Induk
a. L. Sangkuriang 3000 3000 6000 250 250 PS
b. L. Masamo - - 10.000 5 5 PS
Belum
seleksi
B. NILA
1. Induk
a. N. Anjani 2000 - 2000 400 - PS
b. N. Nirwana - 750 750 - 300 PS
c. N. Anjani 600 600 1200 500 600 GPS
2. Calon Induk
a. N. Anjani 2000 1000 3000 200 250 PS
13
b. N. Nirwana - 2000 2000 200 - PS
C. KARPER
1. Induk
a. K. Rajadanu 20 15 35 3000 1500 PS
b. K. Majalaya 100 100 200 3000 1250 PS
2. Calon Induk
a. K. Rajadanu 50 50 100 200 200 -
b. K. Majalaya 50 50 100 200 200 -
D. GURAME
1. Induk
a. Gurame Soang 179 58 237 2500 3000 PS
2. Calon Induk
a. Gurame Lokal 110 39 149 1000 1200 -
E. PATIN
1. Induk
a. Patin Siam 20 20 40 4000 2500 PS
2. Calon Induk
a. Patin Siam 20 20 40 1500 1500 -
14
4.3.Struktur Organisasi BBI Batu Kumbung
Jumlah personalia di BBI Batu Kumbung sebanyak 12 orang, yang terdiri dari
seorang Kepala BBI, seorang Koordinator Administrasi, seorang Koordinator
Produksi, Koordinator Sarana, Koordinator Distribusi dan 7 orang staff.
Untuk lebih jelasnya, data mengenai personalia BBI Batu Kumbung disajikan
dalam Tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4.Data Personalia di BBI Batu Kumbung
15
Memproduksi benih ikan dengan kualitas unggul yang belum mampu
dihasilkan oleh petani pembenih ikan setempat atau oleh Unit Pembenihan
Rakyat (UPR).
Mendistribusikan benih ikan sesuai dengan keperluannya, yaitu penjualan
kepada petani pembudidaya ikan, untuk memenuhi kebutuhan benih ikan
dalam rangka kegiatan penyuluhan, dan untuk memenuhi kebutuhan
penebaran benih ikan di perairan umum.
Melaksanakan kegiatan uji coba, uji lapang atau uji petik dan kaji terap
teknologi pembenihan ikan.
Sebagai sarana pendidikan atau praktik dan penelitian yang bekerjasama
dengan Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan.
4.5.Jenis Usaha atau Kegiatan BBI Batu Kumbung
Balai Benih Ikan (BBI) Batu Kumbung merupakan instalasi yang dimiliki dan
bernaung dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang didirikan sejak Tahun 1959 yang terletak di Desa Batu Kumbung,
Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Balai Benih Ikan (BBI) Batu
Kumbung menyediakan berbagai ikan air tawar, dari yang masih kecil sampai
besar tersedia untuk dikonsumsi. Balai Benih Ikan (BBI) Batu Kumbung juga
melayani pembibitan sampai penjualan produksi.
16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
6. Pengapuran
Tujuan utama pengapuran kolam adalah untuk menaikkan pH tanah
(jika kondisi tanah terlalu asam), serta membunuh hama dan penyakit ikan
yang kemungkinan ada pada dasar kolam. Dosis kapur CaCO3 yang
digunakan sebanyak 25 kg/100 m2.
b. Pemijahan Ikan Nila Gift
1. Seleksi Induk
Secara genetis, kualifikasi benih nila gift sangat ditentukan oleh
kualitas induknya. Secara genetika, induk yang baik akan menghasilkan
keturunan yang sebagian besar sama atau identik dengannya. Induk yang
digunakan adalah induk yang siap memijah (matang kelamin). Tanda-
tanda induk yang berkualitas baik sebagai berikut: kondisi sehat, bentuk
badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil
dibandingkan dengan badan, badan tebal dan berwarna mengkilat (tidak
kusam), gerakan lincah serta memiliki respon yang baik terhadap pakan
tambahan.
Ciri-ciri induk nila gift jantan dan betina dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 5.Ciri-Ciri Induk Nila Gift Jantan dan Betina
Ciri-Ciri Induk Jantan Induk Betina
Bentuk tubuh Lebih tinggi dan Lebih rendah dan
membulat memanjang
2. Pemeliharaan Induk
Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina dipelihara terpisah untuk
menghindari terjadinya pemijahan liar. Keuntungan dari pemisahan induk
18
jantan dan betina antara lain: kualitas telur yang dihasilkan lebih baik,
mudah melakukan seleksi induk serta bisa dengan mudah membedakan
induk yang sudah dan yang belum dipijahkan. Induk jantan dan betina
yang dipijahkan ditebarkan secara bersamaan dengan padat tebar 1
ekor/m2 dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:3. Supaya
mendukung kondisi induk, diusahakan kondisi lingkungan tempat
pemijahan induk dalam keadaan baik. Pemberian pakan tambahan harus
mencukupi agar perkembangan gonad (telur dan sperma) optimal. Air
kolam pemijahan harus mengalir dan makanan tambahan yang diberikan
harus mencukupi, yakni sekitar 3 % dari bobot total induk yang dipijahkan
dengan kandungan protein cukup sesuai SNI minimal 26 %.
3. Pemijahan
Tehnik pemijahan yang dilakukan adalah pembenihan secara massal
dimana dalam satu kolam dipijahkan beberapa pasang induk sekaligus.
Pembenihan secara massal bisa menghasilkan benih yang ukurannya
seragam. Proses pemijahan biasanya berlangsung selama 45 50 hari.
Selama jangka waktu tersebut panen larva/sapih larva bisa dilakukan tiga
kali. Pemijahan terjadi setelah hari ketujuh sejak penebaran induk.
Pemijahan terjadi di lubang-lubang (lekukan berbentuk bulat) berdiameter
30-50 cm di dasar kolam yang merupakan sarang pemijahan. Saat
pemijahan berlangsung, telur yang dikeluarkan induk betina dibuahi
sperma induk jantan. Telur yang sudah dibuahi tersebut dierami induk
betina di dalam mulutnya.
c. Sapih Larva
Larva bisa disapih setelah induk melepaskan larva dalam mulutnya
menggunakan seser. Penyapihan ini harus dilakukan pada saat yang tepat
(paling lambat dua hari setelah dikeluarkan dari mulut induk). Waktu sapih
yang ideal dilakukan pada pagi hari ketika kondisi oksigen (O2) dalam jumlah
banyak. Banyaknya larva yang muncul ke permukaan air kolam, terutama di
bagian pinggir kolam. Larva yang tertangkap segera di tampung dalam happa
19
yang telah dipersiapkan sebelumnya, setelah larva terkumpul banyak
dipindahkan ke dalam kolam pendederan yang telah siap.
d. Perawatan Larva Ikan Nila Gift
Larva ikan nila gift yang telah kehabisan kuning telur sebagai makanan
cadangan akan berkembang menjadi benih. Benih ikan yang cepat
memperoleh makanan biasanya selamat dan tumbuh lebih sehat. Makanan
yang pertama kali ditelan oleh benih ikan tidak dapat dicerna dengan baik.
Akan tetapi, makanan yang masuk perut tersebut akan memberikan
rangsangan pada organ pencernaan untuk memulai melakukan aktivitasnya.
Pemeliharaan larva dan benih ikan dalam kolam harus di beri pakan sesuai
dengan kebutuhan. Makanan untuk benih nila gift adalah pakan alami atau
pakan buatan. Pakan alami didapatkan dari hasil pemupukan, sedangkan
pakan buatan dapat diberikan berupa campuran tepung ikan dan dedak.
Bentuk pakan buatan dapat disesuaikan dengan umur dan ukuran benih. Benih
ukuran kecil diberi pakan berbentuk tepung sedangkan yang ukuran sedang
dapat diberi pakan berbentuk crumble (butiran). Pakan diberikan secara
adlibitum, yaitu ditebarkan sedikit demi sedikit dan terus menerus.
e. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air merupakan kriteria keberhasilan dalam usaha
budidaya ikan yang meliputi sifat kimia dan sifat fisika air sebagai pendukung
budidaya yang meliputi :
1. Suhu
Pengukuran terhadap suhu perairan dilakukan dengan cara
pengukuran menggunakan thermometer air raksa yang bagian ujungnya
dicelupkan kedalam air selama beberapa menit, sehingga posisi air raksa
di dalam thermometer stabil. Apabila kedudukan air raksa telah stabil pada
salah satu garis thermometer tersebut, berarti suhu air telah dapat diketahui
secara pasti dengan membaca angka yang ditunjukkan oleh garis pada
posisi air raksa tersebut berada. (Heryadi dan Sutarmanto, 1995).
Hasil pengukuran suhu rata-rata yang dilakukan di Balai Benih Ikan
Batu Kumbung 280C. Secara umum hasil pengukuran terhadap suhu air
20
media pembenihan ikan nila gift berada dalam kisaran normal untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan secara optimal. Abbas, (2002)
menyatakan bahwa, suhu air untuk media pembenihan maupun
pendederan ikan nila gift berkisar antara 250C 300C.
2. Kecerahan air
Pengukuran terhadap kecerahan perairan dilakukan menggunakan
sechidisk, yaitu keping alumenium atau bahan lainnya berbentuk bulat
atau lingkaran bergaris tengah sekitar 30 cm, keping tersebut berwarna
hitam dan putih secara bersilangan dan dibagian pusat lingkaran diikat tali
atau bahan lainnya. Sechidisk tersebut dimasukkan atau ditenggelamkan
kedalam perairan sehingga cat yang berwarna putih tidak nampak jelas.
Pada kedalaman tersebut menunjukkan angka kecerahan pada saat
pengukuran yang dinyatakan dalam satuan cm atau meter (Heryadi dan
Sutarmanto, 1995).
Hasil pengukuran kecerahan air rata-rata yang dilakukan di Balai
Benih Ikan Batu Kumbung 30 cm. Secara umum hasil pengukuran
terhadap kecerahan air media pembenihan ikan nila gift berada dalam
kisaran normal untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan secara optimal.
Abbas (2002) menyatakan bahwa, kecerahan air untuk media pembenihan
maupun pendederan ikan nila gift berkisar antara 25 50 cm.
3. Keasaman air kolam (pH)
Keasaman diukur menggunakan pH meter microcomputer elektronik
dengan cara : pengoperasiannya mencelupkan tester atau sensor yang
dihubungkan oleh kabel kedalam air sampel secara otomatis alat tersebut
akan menunjukkan kisaran keasaman air (pH) media pada monitor setelah
angka-angka yang muncul konstan. Kusuma, (1985).
Hasil pengukuran keasaman rata-rata yang dilakukan di Balai Benih
Ikan Batu Kumbung 7,5. Secara umum hasil pengukuran terhadap pH air
media pembenihan ikan nila gift berada dalam kisaran normal untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan secara optimal. Abbas, (2002)
21
menyatakan bahwa, pH air untuk media pembenihan maupun pendederan
ikan nila gift berkisar antara 7 - 8.
5.2.Permasalahan-Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Usaha Pembenihan
dengan Sistim Sapih Larva
Permasalahan yang dihadapi oleh BBI Batu Kumbung dalam pemebenihan
ikan nila dengan sistem sapih larva/benih yaitu banyaknya ikan yang mati secara
mendadak dikarenakan hama dan penyakit pada ikan. Hama dan penyakit pada
ikan, yaitu:
1. Hama
Hama, menurut Prihatman, Kemal. (2000), hama dan penyakit yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan Ikan Nila, yaitu :
a) Bebeasan (Notonecta), berbahaya bagi benih karena sengatannya.
Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500
cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister), dapat menjepit badan ikan dengan taringnya
hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik
menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok, dapat memakan telur telur ikan. Pengendalian: sering
membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang
hidup-hidup.
d) Ular, dapat menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan
penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang, dapat memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f) Burung, dapat memakan benih yang berwarna menyala seperti
merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar
supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
2. Penyakit
1. Streptococcosis Bakteri ini merupakan penyebab penyakit paling
signifikan pada budidaya nila terutama dengan sistem pemeliharaan
indoor. Strain yang sering terdeteksi sebagai pathogen adalah
22
Streptococcus iniae (air laut) dan Streptococcus agalactiae (air tawar).
Penyakit ini dapat menyebabkan angka kematian antara 30-100%
selama masa pemeliharaan. Faktor predisposisi kejadian
streptococcosis adalah kualitas air yang kurang baik, pedat tebar
tinggi, fluktuasi suhu dan penanganan (handling) yang kasar. Gejala
klinis yang terlihat merupakan akibat dari infeksi yang bersifat sepsis
dari streptococcus. Gejala streptococosis yang dapat diamati antara
lain ikan terlihat lemah, tidak nafsu makan,warna kemerahan pada
bagian anus dan pangkal sirip, perdarahan pada mata, insang, organ
dalam dan otot, dropsi (cairan pada rongga perut), pembengkakan
ginjal, limpa dan hati. Selain itu, sebagian ikan menunjukkan gejala
berenang berputar, kornea mata buram, exopthalmia (mata
membengkak) dan pembesaran bagian perut. Pada beberapa kasus
tidak terlihat gejala klinis yang signifikan, hanya terjadi kematian
secara gradual. Penggunaan vaksin menjadi salah satu cara yang
efektif untuk pencegahan streptococcosis. Saat ini sediaan vaksin yang
dapat digunakan untuk induk maupun benih adalah Strep-sa dan
Strep-si. Selain vaksin, penggunaan immunostimulan, aplikasi
biosekuriti dan implementasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik
(CPIB) merupakan usaha pencegahan yang cukup baik. Antibiotik di
beberapa negara masih digunakan sebagai usaha pengobatan. Namun
pengaturan penggunaan obat ini harus digunakan secara ketat
sehubungan dengan isu keamanan pangan dan resistensi antibiotik.
2. Motile Aeromonas Septicemia (MAS) Kejadian Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) sering disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Bakteri ini dapat diisolasi dari saluran cerna dan kulit ikan sehat, lumpur
tambak, air pemeliharaan, beberapa jenis protozoa dan tanaman air. Oleh
karena itu, usaha mengeliminasi total pada suatu sistem pemeliharaan ikan
hampir sulit dilakukan. Infeksi Aeromonas bersifat oportunis, terjadi
ketika kondisi ikan dalam keadaan stress, daya tahan menurun dan atau
bertindak sebagai agen infeksi sekunder. Beberapa faktor pemicu MAS
23
antara lain peningkatan suhu, ammonia dan nitrit tinggi, fluktuasi pH,
oksigen rendah, padat tebar tinggi, air dengan kandungan bahan organik
tinggi, penanganan kasar, transportasi serta aktifitas memijah. Kematian
akibat infeksi MAS dapat lebih dari 50%, bahkan mencapai 100% pada
pemeliharaan benih. Gejala klinis yang dapat diamati pada infeksi MAS
hamper sama dengan kejadian infeksi bakteri pada umumnya. Kelainan
dapat diamati pada organ internal maupun eksternal seperti perdarahan dan
lepas sisik, insang pucat, pembengkakan perut, exopthamia,
pembengkakan kantong empedu, lesi pada limpa, hati serta ginjal.
3. Trichodiniasis Infestasi Trichodina sp banyak terjadi pada insang
meskipun dapat juga ditemukan pada kulit, terutama ketika ikan dalam
kondisi lemah. Secara umum, parasit (protozoa) ini akan menyebabkan
hiperplasia pada sel epitel insang sehingga akan terjadi gangguan
pernafasan. Warna tubuh Ikan dapat terlihat pucat, bergerak lambat,
frekuensi pernapasan meningkat, terjadi penurunan berat badan, insang
rusak dan produksi lender yang berlebihan. Infeksi bakteri dapat
meningkatkan angka kematian secara signifikan. Padat tebar yang tinggi,
pemberian pakan berlebihan dan tingginya ammonia menjadi kondisi ideal
untuk reproduksi parasit ini. Diagnosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kerokan kulit dan potongan insang menggunakan mikroskop.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan penggantian air
secara rutin untuk mengurangi kandungan bahan organik, pengaturan
padat tebar serta pemberian pakan secara tepat. Sedangkan tindakan
pengobatan dapat menggunakan larutan garam tanpa iodine sebanyak 1-2
ppt atau 10-30 ppt untuk perendaman singkat (waktu perendaman
tergantung kondisi ketahanan ikan), air tawar (nila air payau/air laut), 2,5-
10 pmm KMnO4 selama lebih 20 menit (lakukan pengenceran jika ikan
terlihat stres), CuSO4 (dosis dalam ppm, ditentukan dengan cara membagi
alkalinitas dengan angka 100) dan 125-250 ppm formalin selama 1 jam
(tergantung kondisi ketahanan ikan).
24
4. Columnaris Penyakit ini disebabkan oleh jenis myxobacteria seperti
Flavobacterium collumnare atau Flexibacter collumnare. Gejala klinis
yang dapat diamati biasanya berupa luka berwarna coklat kekuningan pada
bagian insang, kulit dan sirip. Jarang terlihat kelaianan pada organ dalam,
namun pada beberapa kasus terlihat pembengkakan ginjal posterior.
Infeksi columnaris dapat terjadi pada ikan yang dipelihara pada kondisi
lingkungan normal. Meskipun demikian faktor stres akibat buruknya
kondisi lingkungan pemeliharaan, padat tebar tinggi dan penanganan yang
kasar, dapat meningkatkan resiko kejadian infeksi columnaris. Diagnosis
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada kerokan kulit dan
filamen insang menggunakan mikroskop. Manajemen pakan, manajemen
kualitas air, pengaturan padat tebar dan handling merupakan beberapa
faktor penting yang harus diperhatikan untuk mengurangi stres pada ikan
sehingga dapat menurunkan resiko serangan penyakit akibat columnaris.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian 2-5 ppm KMnO4
(tergantung kondisi ketahanan ikan dan total bahan organik) dan garam
0,5%. Meskipun pada beberapa kasus pemberian antibiotik terlihat cukup
efektif, namun disarankan tidak digunakan.
5.3.Kerjasama BBI Batu Kumbung Terhadap Masyarakat Dalam
Pembenihan Ikan Air Tawar
Kerjasama usaha atau syirkah yang dilakukan oleh BBI Batu Kumbung
dengan masyarakat sekitar yaitu instalasi BBI Batu Kumbung sebagai pihak
pemberi input yaitu benih ikan. Para petani bertugas sebagai pembesaran benih
ikan disawah mereka masing-masing. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran
benih ikan dari bibit sampai sebesar 10 cm kira-kira 3 bulan. Setelah itu petani
akan mengembalikan ikan yang dibesarkan, untuk pembagian keuntungan sudah
ada MoU dari keduabelah pihak dengan ketentuan yang disepakati bersama.
25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil praktek kerja lapang di BBI Batu Kumbung,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembenihan ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) meliputi:
persiapan kolam pemijahan, pemijahan ikan nila gift, persiapan kolam
pendederan ikan nila gift, pemanenan dengan sistem sapih larva,
perawatan larva ikan nila gift, dan pengukuran kualitas air
2. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam usaha pembenihan
dengan sistim sapih larva, yaitu: hama dan penyakit yang bisa
menyebabkan larva ikan bisa mati. Serta perlakuan larva ikan nila yang
tidak hati-hati saat pemanenan bisa menyebabkan kematian dari ikan nila
tersebut.
3. Kerjasama usaha atau syirkah yang dilakukan oleh BBI Batu Kumbung
dengan masyarakat sekitar yaitu instalasi BBI Batu Kumbung sebagai
pihak pemberi input yaitu benih ikan. Para petani bertugas sebagai
pembesaran benih ikan disawah mereka masing-masing. Waktu yang
dibutuhkan untuk pembesaran benih ikan dari bibit sampai sebesar 10
cm kira-kira 3 bulan. Setelah itu petani akan mengembalikan ikan yang
dibesarkan, untuk pembagian keuntungan sudah ada MoU dari
keduabelah pihak dengan ketentuan yang disepakati bersama.
5.2.Saran
Saran kami bagi instalasi Balai Benih Ikan Batu Kumbung-Lingsar ialah agar
diadakan kegiatan pertemuan khusus bagi para karyawan agar karyawan antar
komoditas bisa saling menghargai dan meminimalkan terjadinya kesetidak
pemahaman antar karyawan. Serta bangunan-bangunan yang ada di instalasi agar
direnovasi sehingga menambah fungsi dan estetika instalasi Balai Benih Ikan Batu
Kmbung-Lingsar.
26
DAFTAR PUSTAKA
Al Quranul Karim
Arie. 1999. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Penebar Swadaya.
Jakarta
Amri Khairul dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta
27
LAMPIRAN
Lampiran 1.Peta Wilayah Lingsar
28
Lampiran 2.Denah BBI Batu Kumbung
29
Lampiran 3.Foto Dokumentasi Peralatan BBI
30
Lampiran 4.Foto Dokumentasi Kegiatan di BBI
31