Eko Arsitektur
Eko Arsitektur
Eko Arsitektur
EKO ARSITEKTUR
(STARS14202 / 2 SKS)
OLEH :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN............................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................... v
TINJAUAN MATA KULIAH..................................................................... vi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat rahmat dan karunia Nya, sehingga penyususan Bahan ajar EKO
Materi yang tersaji diramu dari berbagai sumber, baik buku, majalah, brosur,
Tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan bahan ajar EKO
saran dan kritik konstrukstif akan diterima dengan tangan terbuka demi menuju
Semoga bahan ajar ini dapat dijadikan salah satu solusi terhadap informasi
Penyusun
iv
TINJAUAN MATA KULIAH
c. Semester : IV (Empat)
d. Status : Wajib
Eko Arsitektur adalah salah satu mata kuliah Penguasaan Ilmu dan
Council Indonesia.
(interior-bangunan-kawasan)..
v
Seorang perancang akan selalu berhadapan pada keharusan untuk memilih
sejumlah konsep dan prinsip desain yang sesuai dengan karakteristik karya
4. Kompetensi Umum
Eko Arsitektur. Agar tujuan ini dapat dicapai, maka mahasiswa hendaknya
Bacalah bahan ajar ini dengan baik dimulai dari bagian awal.
Bacalah secara teliti materi yang terdapat dalam tiap bab bahan ajar ini.
rekanmu, baca referensi pendukung, jika belum jelas juga tanyakan pada
vi
Bila belum mampu menjawab pertanyaan latihan dengan baik, bacalah
baik.
vii
DAFTAR PUSTAKA
Tom Wooley, cs. 2005. Green Building Handbook Volume I . Taylor & Francis
http://www.gbcindonesia.org/
viii
Bahan Ajar EKO ARSITEKTUR
A. PENDAHULUAN
sumberdaya alam dan penggunaan teknologi yang tidak ramah terhadap alam.
dan berakibat pada turunnya kualitas hidup manusia. Dan dengan demikian maka
pemahaman tentang kaitan ekologi dan arsitektur menjadi dasar penting bagi
calon arsitek/perancang, agar tidak terjadi kerusakan alam yang lebih parah.
B. PENYAJIAN MATERI
Ekologi berasal dari kata Yunani oikos yang berarti rumah, dan mulai
disiplin ilmu pengetahuan pada tahun 1866 ketika Ernst Haeckel mendefinisikan
dimulai oleh Henry David Thoreau (1854) dan Frederick Law Olmsted (Olmsted
dan Kimball,1972 dalam Johnson dan Hill, 2002) ke George Perkins Marsh
(1865) (dalam Johnson dan Hill, 2002) yang memiliki pemikiran ekologis dalam
membawa masyarakat dari pemikiran ekologis kearah suatu yang berbeda yaitu
pengaruh cerita yang dibuat oleh orang America tentang the inexhaustibility of
resources (Nash, 1989 dalam Johnson dan Hill, 2002), yang merupakan
dibutuhkan ilmu pengetahuan dan seni baru dari pemeliharaan rumah untuk
ekonomi industri modern yang didukung oleh perancangan serta natural ekonomi
yang unik dan estetik dari alam yang memuaskan didalam solusi pemecahan
tentang ekologis yang menjadi batasan dan inspirasi. Walaupun hubungan penting
tersebut sedikit berubah-ubah dalam berbagai rancangan tetapi tiga hal menjadi
penting dalam perencanaan dan design yaitu estetika, ekonomi, dan ekologi.
Pada saat ini banyak buku yang mendefinisikan ekologi sebagai studi
tentang interaksi organisme yang satu dengan yang lainnya dan hubungannya
pembangkit dan pemeliharaan dalam ruang maupun waktu. Walapun definisi ini
suksesi dan fisiologis ekologi, hakikat dasar dari pertambahan dan regulasi
dan daya dukung, keselarasan dan keseimbangan alam yang mempunyai struktur
pertama : basic ecology : dimana berusaha untuk memahami dunia alam misalnya
persoalan model sistem-sistem alam yang relatif sedikit berpengaruh dari aktifitas-
Johnson dan Hill, 2002). Yang kedua : applied ecology : memusatkan sebagian
landscape (Wackernagel dan Rees, 1996 dalam Johnson dan Hill, 2002). Yang
ketiga adalah akibat dikotomi antara basic ecology dan applied ecology maka
dibutuhkan suatu dasar new ecology yang berusaha untuk melindungi sistim-
sistim kehidupan lokal, regional, dan global. Misalnya perhatian secara bersama
hutan dan spesies yang baik, sambil mencoba memahami konsekuensi biologis
arsitektur ekologis sebagai karya arsitektur yang dihasilkan dengan melihat faktor
ekologi maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan kepada
bentuk masa (bangunan) dengan alam atau lingkungan sekitarnya, mulai dari
Atmosfer, biosfer, lithosfer serta komunitas.yang mana semua unsur serta nilai
nilai yang ada dapat berjalan harmoni sehingga dapat di rasakan kenyaman,
Eko arsitektur sendiri telah lama di terapkan di Eropa, Amerika dan Asia
tentunya, di mulai dengan merencanakan suatu resort, villa, lodge, taman, dan
area berkemah , atau lainnya. Sementara nilai nilai ekologi adalah suatu
kewajiban yang di bawa ke dalamnya, tetapi sekarang ini setelah semakin banyak
prioritas, jadi mungkin dapat dimengerti bahwa kita dapat memulainya dari
lingkungan kita sendiri, baik itu tempat kita tinggal, dan tempat kita bekerja,
sehingga ada suatu kenyamanan serta kepuasan dengan apa yang telah
batasan batasan iklim dan material bangunan. Sepanjang sejarah , iklim, energi
dan kebutuhan kebutuhan sumber daya merupakan ha-hal fundamental dalam seni
dan tatanan arsitektur. Bahkan dalam kondisi kondisi iklim yang ekstrim
dikemukakan oleh Jencks and Kropf (1997) dalam bukunya Theories and
dalam suatu pendapat Huxley mengatakan strive combine the law of nature and
the way of men (Mcharg dan Steiner, 1998 dalam Johnson dan Hill, 2002) . Hal
perancangan yang lain menyumbang sebuah kritik untuk tujuan perancangan dan
kultural pada tahun 1960 s/d 1970. Mereka diilhami oleh suatu situasi
international dimana sebuah kelompok kritik kultural yang dipimpin Guy Debord
menyebarkan gambar dan poster dalam demonstrasi di Paris pada mei 1968.
kehidupan sehari-hari dan disetujui para profesional kreatif pada pemberian ini,
bukan hanya janji tetapi langsung berhadapan dan melibatkan dalam perancangan
mengadakan konferensi di London dengan tema Design, Society and the Future
menimbulkan polemik dengan judul Design for the Real World, striking deep into
the design profession. Dia menjeleskan secara terus terang bahwa perancang perlu
membangkitkan solusi untuk kebutuhan yang riil dari kerugian 80 persen populasi
Beberapa tahun sesudah itu, pada tahuan 1973-1974 krisis kenaikan harga
minyak timur tengah menyebabkan pukulan bagi kolektif design. Kejadian itu
menyebabkan pengenalan akan life cycle thinking (LCT) dan life cycle analysis
Pada tahun 1976 the Royal College of Art menyelenggarakan eksibisi dan
simposium dengan tema Design for Need dimana Papanek sebagai pembicara.
Universal Design, Inclusive design dan User-centred design sebuah tatanan yang
bertahan lama dalam kultur perancangan. Akan tetapi sebutan ini menjadi senjata
yang lebih luas mencari cara untuk menciptakan eco-efficient dalam bangunan-
bangunan, produk dan jasa. Faktor terdepan dari filosofi perancangan mereka
mengurangi jejak fisik dari lingkungan dan dampak dari kreasi mereka. Respon
pembaharuan dari tradisi vernacular dan teknik yang sensitif secara kultural yang
sebuah konsep green consumer. Pada tahun 1986, John Elkington (dalam Fuad-
Luke, Alastair, 2009) menulis 10 aturan dasar untuk green designer pada Design
Council di Inggris. Golongan ini tentu merupakan bagian dari komunitas produk
menjadi gambaran dari design for the environment (DfE) dan munculnya
Seperti yang dilakukan Van Hinte dan Bakker (dalam Fuad-Luke, Alastair, 2009)
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Ekologi berasal dari kata Yunani oikos yang berarti rumah, dan mulai
disiplin ilmu pengetahuan pada tahun 1866 ketika Ernst Haeckel mendefinisikan
Beberapa pendekatan dalam ilmu ecology yaitu 1) basic ecology : dimana berusaha
untuk memahami dunia alam , 2) applied ecology : memusatkan sebagian besar pada
penyaringan komoditas dari dunia alam untuk konsumsi manusia, dan 3) new ecology :
yang berusaha untuk melindungi sistim-sistim kehidupan lokal, regional, dan global.
melihat faktor ekologi sebagai salah satu parameter, dan berdasarkan pengetahuan
dasar-dasar ekologi maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik dialihkan
2. Latihan/Tugas
Bacalah referensi yang disyaratkan dan buatlah kajian tentang kaitan antara
A. PENDAHULUAN
bertahan lebih lama. Dan dalam bidang arsitektur dikenal dengan istilah eko
desain.
Konsep Berkelanjutan
B. PENYAJIAN MATERI
Berkelanjutan adalah hal yang mendasar dalam praksis ekologis dan sistim
berpikir. Hal ini yang merubah sistim kapitalis dalam produksi dan konsumsi yang
development that meets the needs of the present without compromising the
ability of future generations to meet their own needs.
(Our Common Future , London: Oxford University Press, 1987 dalam Fuad-
Luke, Alastair, 2009 ).
kebutuhan masa kini dan masa depan, ditentukan oleh keadaan teknologi
setiap bagian dari dunia harus memiliki kesempatan untuk mencoba dan
pengertian, terdiri dari keterbatasan alam seperti sumber daya yang terbatas, tetapi
masa depan bersama kita, karena itu akan lebih baik jika kebutuhan yang
menurun. Hal ini akan mengarah pada kesimpulan cukup sederhana bahwa semua
perkembangan politik, teknis dan sosial dengan mudah dapat dievaluasi dalam
meningkatkan keterbatasan
yang bersifat umum maupun khusus . Berikut ini akan diilustrasikan berbagai
2010) :
". . . requires meeting the basic needs of all people and extending
opportunities for economic and social advancement. Finally, the term also
implies the capacity of development projects to endure organizationally
and financially. A development initiative is considered sustainable if, in
addition to protecting the environment and creating opportunity, it is able
to carry out activities and generate its own financial resources after donor
contributions have run out." Bread for the World, Background Paper No.
129, Washington, DC, March 1993.
"[improves] . . . the quality of human life while living within the carrying
capacity of supporting ecosystems." International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), World
Conservation Union, United Nation Environment Programme (UNEP),
and World Wide Fund for Nature (WWF),Caring for the Earth, pp. 10,
IUCN/UNEP/WWF, Gland, Switzerland, 1991.
"[uses] . . . natural renewable resources in a manner that does not
eliminate or degrade them or otherwise dimish their renewable usefulness
for future generations while maintaining effectively constant or non-
declining stocks of natural resources such as soil, groundwater, and
biomass." World Resources Institute, Dimensions of sustainable
development, World Resources 1992-93: A Guide to the Global
Environment, pp. 2, Oxford University Press, New York, 1992.
"[maximizes] . . . the net benefits of economic development, subject to
maintaining the services and quality of natural resources." R. Goodland
and G. Ledec, Neoclassical economics and principles of sustainable
development, Ecological Modeling 38 (1987): 36.
"[is based on the premise that] . . . current decisions should not impair the
prospects for maintaining or improving future living standards . . . This
implies that our economic systems should be managed so that we live off
the dividend of our resources, maintaining and improving the asset base."
R. Repetto, World Enough and Time, pp. 15-16, Yale University Press,
New Haven, CT, 1986.
" . . . is taken to mean a positive rate of change in the quality of life of
people, based on a system that permits this positive rate of change to be
maintained indefinitely." L. M. Eisgruber, Sustainable development,
ethics, and the Endangered Species Act, Choices, Third Quarter 1993, pp.
4-8.
" . . . is development without growth --- a physically steady-state economy
that may continue to develop greater capacity to satisfy human wants by
increasing the efficiency of resource use, but not by increasing resource
throughput." H. E. Daly, Steady state economics: concepts, questions, and
politics, Ecological Economics 6 (1992): 333-338.
" . . . is the search and the carrying out of rational strategies that allow
society to manage, in equilibrium and perpetuity, its interaction with the
natural system (biotic/abiotic) such that society, as a whole, benefits and
the natural system keeps a level that permits its recuperation." E.
Gutierrez-Espeleta, Indicadores de sostenibilidad: instrumentos para la
evaluacion de las politicas nacionales", unpublished paper presented
at 50th Anniversity Conference of the Economic Sciences
Faculty sponsored by the University of Costa Rica, San Jose, Costa Rica,
Nov. 19, 1993.
dan area dari studi yang dilakukan. Sumber yang mendasar dari konsep
tidak menghabiskan natural capital dari bumi misalnya sistem lingkungan biotik
dan abiotik yang menyediakan sistim buatan manusia. Hal ini masih mengabaikan
dimensi sosial dan institusi dari berkelanjutan yang berusaha secara bersama
amount in common with socialism. Orientasi para sosialis adalah agar banyak
Ada berbagai macam definisi dari berkelanjutan tetapi yang sangat tepat dari
sudut pandang desain adalah yang dipakai oleh Dominski (dalam Fuad-Luke,
Alastair, 2009 ) untuk referensi sustainable city yang mana adalah sebuah desain
yang kompleks:
tersebut. Definisi ini telah mengakui jasa penyediaan alam dan tugas manusia
dan kesehatan. Dalam keadaan ini tiga dimensi : ecological, economic ,social
dan sustainable design dengan eco-efficiency dan agenda triple bottom line
dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti iklim,
mempertahankan karakter dari keadaan sosial setempat. Tetapi akan lebih baik
lagi apabila pembangunan tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah
mendapatkan perlakuan yang adil, sehingga tercipta suatu stabilitas sosial budaya
yang kondusif.
pemerataan.
pendekatan yang ideal sulit dicapai. Pendekatan ekologi dirumuskan sebagai eko-
sebagai ekono-desain.
mengadakan diskusi secara bersama sama dengan 200 negara tentang hal-hal
dalam abad ke-21 meskipun sebuah angan-angan dan konsep yang menimbulkan
Alastair, 2009) yang lebih melihat sisi positif dari pembangunan sustainable
C. PENUTUP
1. Rangkuman
depan.
pendekatan yang ideal sulit dicapai. Pendekatan ekologi dirumuskan sebagai eko-
sebagai ekono-desain.
timbal balik. Oleh karena itu dalam pendekatan ekologis memerlukan pemecahan
2. Latihan/ Tugas
Bacalah referensi yang disyaratkan dan buatlah kajian tentang kaitan antara
A. PENDAHULUAN
dalam kehidupan dimuka bumi, tetapi juga mencakup nilai-nilai pokok yang
tersebut.
dan mampu menerapkan tentang PRINSIP dan APLIKASI Desain Ekologis dalam
rancangan arsitektur
B. PENYAJIAN MATERI
dirumuskan secara pasti dan terukur, tetapi dalam arsitektur ada beberapa
konsep berkelanjutan. Paradigma desain itu antara lain dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Watson dan Milne (1999) dalam Watson dan Crosbie (1999) mengatakan
dominated yang memberikan bagian yang besar tidak hanya kebutuhan energi
Sumber desain bioklimatik adalah aliran alami energi di dalam dan sekitar
bangunan, yang diciptakan oleh interaksi dari matahari, angin, curah hujan, suhu
vegetasi, dan kelembaban di udara dan di dalam tanah. Dalam beberapa kasus,
digunakan kemudian, dan dalam kasus lain, yang terbaik adalah ditolak atau
diminimalkan. Ada sejumlah "jalur" yang mana panas diperoleh atau hilang
Menurut Watson dan Milne (1999) dalam Watson dan Crosbie (1999)
Strategi ini dicapai melalui insulasi dan sangat efektif ketika temperatur
ruang luar sangat signifikan berbeda rendah atau tinggi dari cakupan
Sementara nilai insulasi material bangunan diketahui baik, hal itu tidak
secara luas dapat dinilai bahwa material selubung bangunan juga dapat
dampak termal hingga sore dan merupakan yang sangat bermanfaat pada
iklim panas kering dengan variasi suhu siang-malam luas. Bumi secara
Minimize infiltration
putaran suhu udara dan menyimpan panas di musim dingin dan "coolth" di
jendela dan rumah kaca, dan teknik surya pasif yang memanfaatkan ruang
penurunan infiltrasi (atau lebih tepat, exfiltration). Tapak dan bentuk sebuah
Promote ventilation.
Pendingin oleh aliran udara melalui interior mungkin akan didorong oleh
dua proses alamiah , ventilasi silang (digerakkan oleh angin) dan ventilasi
stack-effect (digerakkan oleh daya apung panas udara, bahkan tanpa adanya
matahari pada musim panas, dengan menggunakan hambatan seri, dan oleh
insulasi.
terinsulasi baik.
kelembaban yang terdapat dalam aliran udara (atau, jika atap yang ada
dan teknik tradisional dan paling berguna di tempat iklim panas-kering jika
yang mendasar dan menjadi pertimbangan dalam suatu desain. Priatman, Jimmy
Priatman (2002) mengatakan bahwa credo form follows function bergeser menjadi
form follows energy yang berdasarkan pada prinsip konservasi energi (non-
renewable resources)
cahaya dan termal), maupun secara tidak langsung (energi angin) kedalam
secara integratif berfungsi sebagai sistim surya aktif ataupun sistim surya pasif.
Diawali dengan arsitektur surya pasif yang memanfaatkan atap dan dinding
sebagai kolektor panas dan dikembangkan dengan sistim surya aktif yang
menghasilkan prototipe arsitektur baru yang spesifik. Arsitektur surya ini bertitik
tolak dari prinsip diversifikasi energi yang mengeksplorasi sumber daya yang
Arsitektur hijau bukanlah merupakan hal yang baru. Hal itu dikenal
Inti dari arsitektur hijau terletak pada usaha untuk mencapai dua tujuan
mungkin hanya terbatas pada kenyamanan fisik) juga dicapai. Ini merupakan
peran arsitek hijau untuk dapat memenuhi dua tujuan dengan sesedikit kompromi
arsitektur hijau adalah bukti bahwa manusia dan lingkungan alam dapat hidup
prinsip dan strategi green design yang dijelaskan melalui tabel berikut :
No Prinsip Strategi
1 Reducing Energy Use maximum possible low embodied energy insulation,
in Use but with good ventilation
Use low energy lighting and electrical appliances
Use efficient, low pollution heating
Make use of passive and active solar energy wherever
feasible
Use passive and natural ventilation systems rather than
mechanical
2 Minimising Design in harmonious relationship with the
External surroundings
Pollution and Avoid destruction of natural habitats
Environmental Re-use rainwater on site
Damage Treat and recycle waste water on site if possible
Try to minimise extraction of materials unless good
environmental controls exist and avoid materials which
produce damaging chemicals as a by product
Do not dump waste materials off site but re-use on site
3 Reducing Use locally sourced materials
Embodied Energy Use materials found on site
and Resource Minimise use of imported materials
Depletion Use materials from sustainably managed sources
Keep use of materials from non renewable sources to a
minimum
Use low energy materials, keeping high embodied
energy materials to a
minimum
Use second hand/recycled materials where appropriate
Re-use existing buildings and structures instead of
always assuming that new buildings are required
4 Minimising Use non toxic material, or low emission materials
Internal Pollution Avoid fibres from insulation materials getting into the
and Damage to atmosphere
Health Ensure good natural ventilation
Reduce dust and allergens
Reduce impact of electromagnetic fields (EMFs)
Create positive character in the building and
relationship with site
Involve users in design and management of building
and evaluating environmental choices
Sumber: Woolley, Tom Cs, 2005
tersebut.
2. Indigenous: Desain bersama dan untuk apa yang tetap dan berkelanjutan
3. Long life, loose fit: Desain untuk generasi mendatang sementara merefleksi
diperhatikan adalah :
Understanding Place
kita peka terhadap nuansa tempat, kita dapat tinggal tanpa merusaknya.
matahari dari suatu bangunan di lokasi, pelestarian lingkungan alam, dan akses ke
transportasi umum
Apakah lokasi desain sebuah bangunan di pusat kota atau dalam lingkungan
kembali. Desain yang efektif membantu kita informasi tempat kita di alam.
Di alam tidak ada limbah. Produk sampingan dari satu organisme menjadi
makanan bagi orang lain. Dengan kata lain, sistem alami terbuat dari sistim
menjadi lebih hidup. Membuat siklus alam dan proses yang terlihat pada
lingkungan dengan mengevaluasi desain tapak, wujud energi dan toksisitas bahan,
dan desain efisiensi energi, bahan dan teknik konstruksi. Dampak lingkungan
dengan toksisitas rendah di bidang manufaktur dan instalasi, dan bahan bangunan
Kolaborasi dengan sistim konsultan, insinyur dan ahli lainnya terjadi pada awal
Understanding People
binaan. Hal ini memerlukan kepekaan dan empati pada kebutuhan rakyat dan
masyarakat.
desain adalah sebuah jalan untuk memperkuat jalinan alam dan budaya.
Sim Van der Ryn dan Stuart Cowan (1996) mengatakan bahwa eco design
integrating itself with living processes. Integrasi ini menyatakan bahwa desain
preservasi sumber makanan dan siklus air, memelihara kualitas habitat, dan
faktor ekologi dan dapat diterapkan dalam bidang desain termasuk desain
arsitektur.
terbatas oleh hukum-hukum alam. Tetapi disaat struktur dan fungsi sebuah
bangunan terbatas oleh hukum-hukum alam, kreatifitas daya cipta sebagai respon
hal tesebut adalah tidak terbatas. Bangunan ekologis oleh karena itu harus
recycling pada setiap fase daur hidup bangunan. Adapun strategi yang dapat
diambil pada setiap fase dijelaskan dalam tabel 2.3 berikut ini :
No Fase Strategi
1 Feasibility phase o whole of life costing;
o environmental impact assessment;
o environmental costbenefi t analysis.
2 Development planning Development planning
and design o Bioregional planning
o Eco-city planning
o Habitat and species surveys
o Refurbish rather than build new
Building design
o Bio-climatic design
o Eco-design
o Long-life loose fi t design
o Design for deconstruction
No Fase Strategi
3 Construction, o minimise material transportation to site and
refurbishment and on-site;
demolition o purchasing timber from certifi ed sustainable
sources;
o implementing environmental management
systems on site;
o implement construction waste minimisation
systems.
4 Operation phase Instructions
o Operating and maintenance instructions for
the building as a system
o Deconstruction instructions
o Information on material properties including
maintenance, reuse and recycling
Management
o Building environmental management planning
o Ecologically sustainable material purchasing
policies
o Waste minimisation planning
Feedback
o Make environmental performance indicators
like energy and water
consumption, material life cycle impact data,
and waste reduction visible
o Set environmental targets, monitor
performance and share results
o Use building environmental performance
rating schemes to promote good practice
o Expose resource supply and disposal pathways
Sumber: Graham, Peter, 2003
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Dari berbagai paradigma diatas apabila dilihat dari konsep berkelanjutan dapat
dikatakan bahwa definisi berkelanjutan ini tidak hanya menetapkan secara etika peran
manusia dalam kehidupan dimuka bumi, tetapi juga mencakup nilai-nilai pokok yang
yang menjamin kelangsungan hidup manusia menjadi lebih baik menuntut suatu
terminologi yang tepat untuk menjelaskan kebutuhan manusia tersebut. Untuk hal ini
sudut pandang dan penekanan, tetapi semua mempunyai arah dan tujuan yang
prilaku alam.
lingkungan sekitarnya.
menggunakan energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada
maupun kegiatan.
2. Latihan/Tugas
konsep desain dengan paradigma desain ekologis dalam sebuah karya arsitektur
4. Tom Wooley, cs. 2005. Green Building Handbook Volume I . Taylor &
A. PENDAHULUAN
(WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 102
GBC Indonesia didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi
- Pemerintah,
B. PENYAJIAN MATERI
Sistem rating atau perangkat tolok ukur adalah suatu alat berisi butir-butir
dari aspek penilaian yang disebut rating. Setiap rating mempunyai kategori yang
dengan melibatkan para pelaku sektor bangunan yang ahli di bidangnya seperti
LEED, Singapura memiliki Green Mark, dan Australia memiliki Green Star.
tinggal
kawasan
(EEC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health
(BEM)
dari perangkat penilaian GREENSHIP NB versi 1.0 dan Ringkasan tolok ukur
nilai 77 poin
101 poin
Pada tahap ini, proyek dinilai secara menyeluruh baik dari aspek desain
Penjabaran nilai pada setiap kategori sesuai tahapan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus
dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak
dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria
lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus
mendapat nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak
Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang
karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai memiliki
prestasi tersendiri.
Kelayakan (Eligibility)
sertifikasi
setempat
Building Versi 1.0 telah melalui proses uji coba berupa implementasi sertifikasi
atau dengan kata lain merupakan perubahan pada kriteria dan/atau tolok ukur
dengan tujuan agar lebih adaptif dan implementatif terhadap kondisi dan
GREENSHIP itu sendiri. GREENSHIP EB Versi 1.1 merupakan hasil revisi dari
GREENSHIP EB 1.0.
minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik gedung untuk mengikuti proses
4. Telah memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau sesuai peraturan laik
Daerah setempat.
Kategori merupakan isu utama yang relevan dengan kondisi Indonesia dalam
GREENSHIP, terdapat enam kategori terkait masalah lahan, energi, air, material,
ramah lingkungan.
a. Kriteria prasyarat
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi
ramah lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria
kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori tidak dapat dinilai. Kriteria
b. Kriteria kredit
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus
gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat
nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat
nilai.
c. Kriteria bonus
Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi
di lapangan.
diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh karena itu, gedung yang dapat
implementasi praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria terdiri dari beberapa tolok
ukur dan setiap tolok ukur memiliki poin yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kesulitannya.
Setiap kategori memiliki kriteria prasayarat dan kriteria kredit. Kriteria bonus
hanya terdapat pada beberapa kategori. Jumlah kriteria setiap kategori dapat
mendapatkan proses sertifikasi berangkat dari pihak pemilik gedung. Hal ini
dianjurkan karena dalam proses sertifikasi dibutuhkan komitmen yang kuat untuk
inisiasi awal dari pihak pemilik gedung sebagai pihak pemegang keputusan yang
Secara garis besar, proses sertifikasi dapat dibagi menjadi tujuh tahap
berikut ini :
1. Tahap Penentuan
Target Pada tahap ini, pihak pemilik gedung beserta tim ahli yang ditunjuk
dicapai.
Pada tahap ini, tim gedung melakukan pendaftaran kepada GBC Indonesia
di bawah naungan Departemen Sertifikasi. Pada proses ini, tim gedung sebaiknya
c. Administratif lainnya.
IV. Telah memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau sesuai peraturan laik
Daerah setempat.
Pada tahap ini, dokumen yang diserahkan tim gedung dianggap telah
berhak mendapat fasilitas workshop dan konsultasi dari pihak GBC Indonesia.
Pada tahap ini, tim gedung mendapat kesempatan untuk mendapatkan workshop
kepada tim teknis dari pihak GBC Indonesia baik secara langsung maupun melalui
media komunikasi lain yang dianggap sesuai. Lingkup workshop dan konsultasi
antara lain:
GREENSHIP;
perhitungan/rumus);
Catatan: Dalam tahap ini, tim proyek mendapat fasilitas berupa workshop satu
kali; konsultasi via email tiga kali; dan rapat koordinasi lima kali.
Pada tahap ini, gedung dinilai secara menyeluruh baik dan merupakan tahap
diberikan kepada tim gedung. Apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang
c. Hasil verifikasi diproses dalam sidang yang akan dihadiri oleh dewan
dewan penilai dan tidak dapat diganggu gugat. Pihak tim gedung dapat
sesuai dengan target yang diinginkan. Kesempatan ini juga hanya berlaku
satu kali.
dilakukan appeal pada saat sidang merupakan kriteria yang diajukan sejak
total keseluruhan nilai kredit, tidak termasuk nilai bonus. Tingkat predikat yang
ada dalam GREENSHIP untuk Gedung Terbangun versi 1.0 tahun 2011 adalah
sebagai berikut.
ruangan didalam gedung dengan diikuti oleh proses kegiatan fit out yang
GREENSHIP Ruang Interior tidak hanya sebatas aktivitas fit out semata, tetapi
juga meliputi kebijakan pihak manajemen dalam melakukan pemilihan lokasi atau
Studi Kelayakan atau Eligibility adalah pemenuhan kaidah dan ketentuan yang
berlaku yang harus dipenuhi ruang interior yang ingin mendapatkan GREENSHIP
Ruang Interior.
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada pada setiap kategori dan harus
dan kriteria bonus. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria
kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori GREENSHIP tidak dapat dinilai.
Kriteria Kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan dapat dipilih.
tersebut. Jika kriteria kredit dipenuhi, ruang interior yang bersangkutan mendapat
nilai dan apabila tidak dipenuhi, ruang yang bersangkutan tidak akan mendapat
nilai.
Kriteria Bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan dan akan menjadi nilai bonus karena pencapaiannya dinilai cukup
sulit dan jarang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, gedung yang dapat memenuhi
kriteria bonus dinilai memiliki prestasi tersendiri. Nilai pada kriteria bonus tidak
ikut dijumlahkan pada nilai total yang digunakan sebagai angka pembagi dalam
kredit dapat menjadi Tidak Berlaku adalah kriteria dimana tidak semua ruang
interior dapat memenuhi tolok ukur yang diberikan. Hal ini dikarenakan adanya
sehingga tolok ukur tidak dapat dicapai. Untuk pihak manajemen yang memiliki
perhitungan total.
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Konsep rumah ramah lingkungan sudah
menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun dalam
sehat dan aman bagi penghuni rumah. Perawatan rumah yang ramah lingkungan
dan aman juga merupakan faktor penting, karena keberlanjutan dari rumah ramah
Pemahaman konsep akan rumah ramah lingkungan merupakan faktor utama yang
rumah ramah lingkungan atau green home merupakan rumah yang memerlukan
biaya perawatan tinggi ataupun merupakan rumah yang hanya memiliki banyak
lahan hijau.
Jenis Rumah
Jenis rumah yang dapat dilakukan penilaian adalah rumah tinggal single
landed, yaitu rumah hunian tunggal yang terbangun melekat di atas tanah, baik itu
berbentuk desain rumah baru maupun rumah terbangun. GREENSHIP ini disusun
untuk menilai rumah baru, rumah terbangun (existing), dan rumah terbangun yang
Kelayakan merupakan standar minimum yang harus dipenuhi oleh pemilik rumah
Kategori merupakan isu utama yang relevan dengan kondisi Indonesia dalam
kriteria, yaitu:
a. Kriteria prasyarat
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi
salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dalam semua kategori
tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria kredit.
b. Kriteria kredit
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi.
Jika kriteria ini dipenuhi, rumah yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila
implementasi praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria terdiri atas beberapa tolok
ukur dan setiap tolok ukur memiliki nilai yang berbedabeda sesuai dengan tingkat
Proses penilaian dilakukan individual secara on-line yang hasilnya dapat diunduh
secara gratis dan tidak harus diisi langsung oleh penghuni rumah yang
bersangkutan, namun juga dapat diisi oleh arsitek terkait maupun pihak lain yang
terlibat di dalam pembangunan rumah tersebut (yang dalam hal ini, pihak pengisi
www.greenshiphomes.org .
berkelanjutan.
Kawasan:
masa mendatang
1. Plan
2. Built Project
Untukk proyek yang telah terbangun dan/atau telah beroperasi. Proyek dinilai
secara menyeluruh baik dari aspek desain, konstruksi maupun operasional; untuk
Kelayakan (Eligibility)
berikut:
BUILT
KELAYAKAN (ELIGIBILITY) PLAN
PROJECT
maksimum 60 Ha*
Untuk kawasan industri:
(1) Luas lahan Kawasan Industri paling rendah
50 Ha.**
(2) Luas lahan Kawasan Industri Tertentu untuk
Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah paling rendah 5 Ha.**
Maksimal 400 Ha. ***
2 Minimum terdiri atas 2 (dua) bangunan.
3 Satu pengelola.
4 Kesediaan data kawasan untuk diakses GBC
Indonesia terkait proses
sertifikasi.
*) Penentuan luas dan batasan kawasan dapat didiskusikan lebih lanjut dengan
GBC Indonesia
**) PP No.24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri
***) PerMen Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin Lokasi
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Sistem rating atau perangkat tolok ukur adalah suatu alat berisi butir-butir
dari aspek penilaian yang disebut rating. Setiap rating mempunyai kategori yang
rumah tinggal
untuk kawasan
(EEC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health
(BEM)
2. Latihan/Tugas
4. Tom Wooley, cs. 2005. Green Building Handbook Volume I . Taylor &
6. http://www.gbcindonesia.org/