Bismilllah Produksi Kerupuk Rumput Laut B
Bismilllah Produksi Kerupuk Rumput Laut B
Bismilllah Produksi Kerupuk Rumput Laut B
INDAH
Oleh :
ANDDHIEKA SULISSETIAWAN
NIM. 145080301111051
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PRODUKSI KERUPUK RUMPUT LAUT Eucheuma cottoni DI UD. INDAH
Sebagai Salah Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di
Fakultas dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ANDDHIEKA SULISSETIAWAN
NIM. 145080301111051
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
i
PRAKTIK KERJA MAGANG
PRODUKSI KERUPUK E. Cottonii DI UD. INDAH PRATAMA, DESA
KILENSARI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO
Oleh :
ANDDHIEKA SULISSETIAWAN
145080301111051
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS) (Dr. Ir. Muhamad Firdaus, MP)
NIP .19620805 198603 2 001 NIP. 1968919 200501 1 001
ii
KATA PENGANTAR
ilmu tentang Produksi kerupuk rumput laut dimulai dari tata letak produksi,
Semoga dengan laporan ini dapat memberikan manfaat yang lebih dan
kekurangan dari laporan ini maka dari itu saya meminta masukannya dari dosen
pembimbing saya untuk perbaikan dimasa yang akan datang,dan saya sangat
Penulis
3
RINGKASAN
Anddhieka Sulissetiawan Praktik Kerja Magang (PKM) Proses Pembuatan
Kerupuk Rumput Laut E. cottonii di UD Indah Pratama Desa Kilensari Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. (dibawah bimbingan
Dr.Ir.Muhamad Firdaus.MP).
Praktik Kerja Magang ini dilaksanakan di UKM Hj. Badjuri Desa Kedung
Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Maksud dari
pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) adalah untuk mengetahui dan
mempelajari secara langsung proses pembuatan kerupuk ikan gabus (Channa
striata) di UKM Hj. Badjuri. Sedangkan tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja
Magang ini adalah untuk menerapkan teori yang didapat pada saat kuliah pada
kondisi lapang, memperoleh keterampilan yang bersifat teknis tentang proses
pembuatan kerupuk ikan gabus mulai dari bahan baku hingga produk yang
dihasilkan, mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan selama proses
produksi serta untuk mengetahui sanitasi dan pengendalian mutu yang dilakukan
oleh UKM Hj. Badjuri..
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Magang ini
adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data primer dan sekunder yang
ada dilapang. Data-data tersebut didapat dengan cara observasi, wawancara,
partisipasi aktif dan dokumentasi dalam proses pengalengan ikan tuna.
Pengambilan data dimulai dari proses pengadaan bahan baku sampai pada
produk akhir yang dihasilkan serta penerapan sanitasi dan hygiene selama
proses pembuatan kerupuk ikan gabus.
UKM Hj. Badjuri merupakan kelompok usaha yang membuat produk
olahan dari ikan Kecamatan Candi dan dibawah binaan STIE Perbanas
Surabaya dan Dinas Perikanan dan Kelautan. UKM Hj. Badjuri didirikan pada
tahun 2013. Berawal dari diadakannya pertemuan secara formal antar pengolah
produk hasil perikanan di desa Kedung Peluk.
Proses pembuatan kerupuk ikan gabus di UKM Hj. Badjuri meliputi
penggilingan fillet daging ikan gabus, pencampuran bahan, pencetakan adonan
kerupuk, pengukusan adonan, pendinginan adonan, pemotongan kerupuk,
penjemuran kerupuk dan pengemasan kerupuk ikan gabus.
Analisa proksimat kerupuk ikan gabus dilaksanakan di Laboratorium Pengujian
Mutu dan Keamanan Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Hasil analisa proksimat
kerupuk ikan gabus adalah kadar protein 5,65%, kadar lemak 11,53%, kadar air
6,84%, kadar abu 2,68% dan kadar karbohidrat 73,36%.
4
1. PENDAHULUAN
maju akhirnya diketahui kandungan zat-zat yang terdapat didalam rumput laut
Saat ini, konsumsi serat pangan di Indonesia masih didominasi bahan asal
tanaman darat karena relatif murah dan mudah diperoleh. Sedangkan buah-
buahan, glukan pada sereal, dan gum pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan
rumput laut (Fennema, 1976). Maka dari itu diperlukan inovasi dalam pemanfaatan
kandungan gizi dalam suatu produk seperti mineral dan serat pangan yang penting
bagi tubuh, selain itu rumput laut juga menyimpan manfaat sebagai antioksidan
yang tinggi. Pemanfaatan rumput laut sebagai fortifikasi bahan pangan juga
Salah satu jenis makanan yang cukup banyak digemari masyarakat adalah
kerupuk. Selama ini kerupuk yang kita makan sebagai camilan atau teman
menyantap nasi biasanya terbuat dari ikan, udang, terasi, atau tanpa campuran
apapun. Oleh karena itu, perlu dicoba variasi rasa yang lain, salah satunya
kerupuk yang dibuat dari campuran tepung tapioka dan rumput laut
1
dan mudah dimengerti mulai dari pengadonan bahan, pencetakan, pengukusan,
tangga dan dalam bentuk UKM (Usaha Kecil Menengah) yang berada di desa
dan UKM ini termasuk dalam kelompok IKM mandiri binaan bapak Juhari S.sos.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktik Kerja Magang (PKM) adalah untuk mengetahui secara
1. Mengetahui dan mengenal keadaan umum dan tata letak dan produksi
3
1.3 Kegunaan
Hasil dari PKM ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca serta
bagi:
dengan skala industri kecil menengah (IKM), agar potensi yangada dapat
kerupuk E. cottonii
4
2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG
Metode deskriptif adalah metode yang digunakan dalam mencari unsur, ciri, dan
melalui teknik survey, studi kasus (berbeda dengan suatu kasus), studi
komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis
dokumenter (Suryana,2010).
dibutuhkan juga data primer dan sekunder. Dalam kegiatan PKM ini, hal yang
awal sampai pemasaran prosuk, sanitasi hygiene lokasi usaha dan lingkungan
sekitar. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan survey lapang dan
wawancara.
peneliti aktif berperan dalam kegiatan yang ada, sehingga peneliti dapat dengan
mudah mengamati. Peneliti membuat catatan lapang yang terdiri dari catatan
dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin dan seldalam mungkin
5
sehingga pemahaman peneliti terhadap fenomena yang ada sesuai dengan
pemahaman para perilaku itu sendiri, jika perlu dapat dibantu dengan alat
Data yang diambil pada PKM yang berjudul Proses Pembuatan Kerupuk
a. Observasi
perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti.
dalam proses pembuatan kerupuk E. cottonii dimulai dari awal sampai akhir.
b. Interview/Wawancara
Proses iwawancara perlu dilakukan karena dengan cara ini dapat bedialg
6
masyarakat yang terlibat dalam usaha pembuatan kerupuk rumput laut E.
cottonii. Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan dlaam wawancara adalah yang
berkaitan dengan proses produksi, fasilitas serta sistem sanitasi dan hygiene
c. Partisipasi Aktif
produksi. Dimana tahapan tersebut dimulai dari penerimaan bahan baku sampai
c. Dokumentasi
Data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dengan usaha peneliti
contohnya dari surat kabar, data statistik, majalah, atau publikasi. Data internal
adalah data yang diperoleh dari dalam lokasi usaha yaitu UD.Indah Pratama
tersebut meliputi letak geografis perusahaan, struktur organisasi, lokasi dan tata
7
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA MAGANG
sekitar 20m. Kecamatan Panarukan memiliki luas 54,48 km2 yang memiliki suhu
maksimum 330 C dan suhu minimum 230C yang sangat cocok untuk kegiatan
sebanyak 55.829 jiwa yang terdiri dari 27.403 jiwa penduduk laki-laki dan 28.426
8
3.1.3 Kondisi Umum Mata Pencaharian dan Usaha Perikanan
pertanian. Hal itu disebabkan letak yang berada di garis pantai dan masih terdapat
areal persawahan di Kecamatan Panarukan. Selain itu juga ada yang bermata
UD. Indah Pratama adalah salah satu UKM mandiri yang bergerak dalam
bidang pengolahan produk berbahan dasar hasil perikanan yang di dirikan oleh
Ibu Iin pada tahun 2015. Letak UD.Indah Pratama di Desa Kilensari Kecamatan
Sejarah awal terbentuknya UD Indah Pratama adalah inisiatif Ibu Iin yang
Berkembangnya usaha UD. Indah Pratama diawali oleh keikut sertaan Ibu Iin dan
keluarga megikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas kelautan dan perikanan
mengikuti pelatihan dari dinas terkait, Ibu Iin melakukan inovasi dengan membuat
produk kerupuk ikan dan ladrang sebagai produk unggulan dan dilanjutkan
dengan kerupuk kaldu ikan, kerupuk cumi, kerupuk rumput laut. Berkat mengikuti
pelatihan pelatihan, Ibu Iin dapat mengelola produk dengan bagus dan dapat
9
Modal awal yang digunakan Ibu Iin untuk mendirikan usaha berasal dari
nelayan. Pada tahun 2017, Ibu Iin memfokuskan diri pada produksi aneka
kerupuk dan pada tahun yang sama Ibu Iin mendapat dukungan dari pihak
(SIUP). Untuk semua produk kerupuk telah memiliki sertifikat PIRT No.
menggunakan batu batako yang sudah di plester, beratapkan genteng, dan lantai
Ruang produksi berada diteras dan halaman rumah pemilik usaha yang
Tata letak pada UD.Indah Pratama dinilai masih kurang kondusif dan
tertata rapi hal itu dikarenakan ruang produksi yang masi mengandalkan teras dan
10
penjemuran masih dalam halaman UD.Indah Pratama. Tata letak produksi
Tenaga kerja pada UD. Indah Pratama milik Ibu Iin masih dalah skala
rumah tangga yang masih dibantu oleh sanak keluarga sebagai tenaga kerja tetap
dan tetangga sebagai tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Tenaga kerja tetap yaitu tenaga kerja yang bekerja setiap hari atau setiap
para pekerja bekerja. Tenaga kerja tetap yang ada pada UD. Indah
b. Tenaga kerja tidak tetap yaitu tenaga kerja yang hanya bekerja bila ada
panggilan seperti saat ada borongan dalam jumlah banyak yang tidak
sanggup dikerjakan dengan hanya pekerja tetap maka langkah itu harus
usaha,karena pelaku usaha tidak bisa menjalankan suatu bisnis jika dilakukan
hanya satu kepala. Dengan adanya organisasi suatu bisnis dapat merencanakan
usaha yang dijalani akan dibawa ke arah mana dan memecahkan permasalahan
11
yang terjadi sehingga akan semakin banyak pemikiran dan ide yang akan
tertinggi adalah pemiliknya sendiri yaitu Ibu Iin yang dibantu oleh keluarganya.
Pembagian tugas juga sudah terbagi yang akan menjadi tanggung jawab dari
produksi, Ibu Iin bertanggung jawab dalam proses produksi yang dibantu oleh
keluarganya. Untuk proses pemasaran seluruh pekerja memiliki hak dalam proses
pemasaran.
a. Kukusan
Kukusan salah satu alat penting yang digunakan dalam proses pembuatan
atau tidak, dicek bagian bawah kukusan bocor atau tidak. Hal itu dilakukan karena
serta air dalam kukusan akan cepat habis yang akan berpengaruh terhadap
b. Wajan penggorengan
12
pengeringan.Wajan yang digunakan sebanya satu buah yang berukuran besar.
Perlu diperhatian kondisi wajan karena merupakan salah satu alat proses akhir
dapur untuk menghilangkan bekas dari minyak goreng,serta kondisi wajan yang
tidak bocor.
c. Kompor Gas
Kompor gas merupakan alat yang berfungsi sebagai sumber panas dari
tabung gas yang dilakukan untuk proses penggorengan dan pengukusan kerupuk
dari kompor gas ialah membersihkan noda minyak yang menempel setelah proses
produksi sehingga kebersihan akan tetap terjaga, dan secara berkala komponen-
komponen yang ada pada kompor. Hal tersebut ditujukan untuk menghindari
peralatan.
d. Baskom
tercampur rata setiap bahannya untuk membuat semua bahan menjadi kalis.
e. Blender
bawang putih agar hancur, halus dan menjadi bubur supaya memudahkan saat
dinamo dan pisau blender tidak menghambat proses produksi di hari selanjutnya.
13
Setelah selesai blender dicuci dengan sabun khusus dapur, dibilas hingga bersih,
dan dikeringkan.
f. Pisau
dengan pisau ini dilakukan apabila mesing pemotong sedang bermasalah atau
mati listrik. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu dengan mencuci setelah produksi
g. Mesin Pemotong
cottonii yang sudah mengalami proses pengukusan. Adonan dipotong bulat seperti
produksi selesai, dan mengecek kondisi pisau apabila sudah tidak tajam atau
h. Sealer
pemanasan setelah proses pengemasan selesai. Hal itu perlu dilakukan supaya
i. Timbangan
14
kalibrasi timbangan ke pihak yang bertugas. Hal tersebut dilakukan agar
j. Para-para
k. Gelas takar
Gelas takar digunakan untuk mengukur jumlah air yang akan diguanakan
dengan cara dicuci dan dibilas setelah pemakaian, serta disimpan ditempat kering
dan tertutup.
l. Solet
cottonii dan bawang putih halus dalam blender dan membantu proses
pencampuran bumbu halus seperti garam dan gula. Pemeliharaan solet dilakukan
setiap selesai produksi yaitu dengan dicuci engan sabun khusus dapur, dibilas
m. Peniris minyak
15
4. HASIL PRAKTIK KERJA MAGANG
a. E. cottonii
Bahan baku merupakan bahan yang akan diolah dalam proses produksi
dengan tujuan mengubah bahan menjadi produk jadi/siap dipasarkan. Rumput laut
kerupuk E. cottonii yang didapat dari Bapak Malik sebagai pengepul rumput laut di
desa Klatakan Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Rumput laut
keadaan basah yang dikemas dalam karung. Harga satu kg rumput laut jenis E.
cottonii adalah Rp. 8.000,00. Rumput laut yang dibeli masih dalam keadaaan kotor
cottonii.
Rumput laut yang baru didapat dari petani perlu dilakukan penanganan
laut direndam menggunakan air tawar selama 9 jam untuk menghilangkan kotoran
yang menempel kemudian dibilas dengan air mengalir untuk menghilangkan pasir
16
yang menempel serta. Kemudian rumput laut di rendam menggunakan air kapur
tohor CaOH selama 2-3 hari untuk menghilangkan pigmen dan bau amis yang
masih terdapat di rumput laut. Selanjutnya rumput laut dibilas dengan air mengalir
agar sisa kapur dapat hilang. Lalu di tiriskan dan dijemur dibawah sinar matahari.
dari banyaknya stok dan pesanan. Dalam satu resep produksi kerupuk E. cottonii
membutuhkan rumput laut sebanyak 1000 gram rumput laut yang sudah diblender.
No Komposisi Nilai
1 Air 13,90%
2 Protein 2,69%
3 Lemak 0,37%
4 Serat Kasar 0,95%
5 Mineral Ca 22,39 ppm
6 Mineral Fe 0,121 ppm
7 Mineral Cu 2,763 ppm
8 Tiamin 0,14 (mg/100 g)
9 Riboflavin 2,7 (mg/100 g)
10 Vitamin C 12 (mg/100 g)
11 Karagenan 61,52%
12 Abu 17,09%
13 Kadar Pb 0,004 ppm
Sumber : Istini et al., 1986
tambahan .Bahan tambahan adalah bahan yang memberi pengaruh terhadap hasil
b. Tepung Terigu
tepung terigu serbaguna (all purpose flour) atau tepung terigu dengan protein
kerupuk yang agak kental sehingga akan memudahkan saat proses pengadonan
dan pemotongan, serta berfungsi sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung
terigu membentuk suatu jaringan yang saling berikatan (continuos) pada adonan
17
dan bertanggung jawab sebagai komponen yang membentuk viskoelastik
Tepung terigu yang digunakan dalam satu resep kerupuk E. cottonii adalah
sebanyak 1000 g. Tepung terigu ini diperoleh dari Pasar Panarukan dengan
Komponen Kadar
Kadar air (%) 12,00
Karbohidrat (%) 74,5
Protein (%) 11,80
Lemak (%) 1,20
Abu (%) 0,46
Kalori (%) 340
Sumber : Kent, 1983
c. Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah tepung yang bersal dan hasil olahan ubi kayu.Tabel
Komposisi Jumlah
Kalori (per 100 gr) 363
Karbohidrat (%) 88,2
Kadar air (%) 9,0
Lemak (%) 0,5
Protein (%) 1,1
Ca 84
P 125
Fe 1,0
Vitamin B1 (mg/100gr) 0,4
Vitamin C (mg/100gr) 0
Sumber : Soemarno, 2007
18
Tepung tapioka adalah granula pati yang terdapat di dalam umbi ketela
pohon yang dipisahkan dengan air panas yaitu fraksi terlarut disebut amilosa dan
gelatinisasi yaitu granula pati yang dapat membengkak tetapi tidak dapat kembali
lagi pada kondisi semula. Tapioka mempunyai kandungan amilosa 17% dan
adonan kerupuk, tepung ini didapat dari pasar panarukan dengan harga 4500/kg.
Tepung tapioka yang digunakan dalam satu resep yaitu sebanyak 2500 g.
a. Gula Pasir
Penambahan gula pasir digunakan untuk menambah cita rasa gurih karena
bentuk glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa adalah bahan yang umum
digunakan sebagai pemanis. Gula pasir termasuk dalam golongan sukrosa yang
memiliki rumus kimia C12H12O11. Apabila sukrosa dihidrolisi akan dihasilkan dua
molekul gula sederhana yaitu satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Gula pasir adalah butiran kecil seperti kristal yang terbuat dari proses penggilingan
tebu, berwarna putih dan tidak kotor (Qinah,2009). Banyaknya gula yang
b. Garam
19
serta senyawa lainnya, seperti Magnesium sulfat, dan Calsium
untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari
c. Bawang Putih
berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Komponen kimia tersebut
pertumbuhan jamur dan bakteri. Kandungan allicin yang terdapat pada bawang
putih bergabung dengan enzim amilase akan bereaksi sebagai antibakteri (Lingga,
2005).
rasa gurih terhadap kerupuk E. cottonii, dan juga sebagai pengawet alami.
Bawang putih diperoleh dari pasar panarukan dengan harga Rp. 30.000,00/kg.
Dalam satu kali produksi digunakan bawang putih sebanyak 500 gram.
e. Air
komponen disamping bahan pereaksi. Fungsi air dalam adonan kerupuk adalah
untuk mengkaliskan adonan,pada satu kali produksi kerupuk E. cottonii air yang
20
Tabel 4 menunjukan bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan
dan agak tembus cahaya sehingga dengan Plastik PP sebagai bahan pengemas
akan mudah terlihat oleh konsumen dan mutu kerupuk E. cottonii akan terjaga dan
21
4.1.4 Produksi Kerupuk E. cottonii
E.cottonii kering
Pencucian
Perebusan 1 jam
E.cottonii 500 g
Penjemuran
Penggorengan
Kerupuk E.cottonii
22
4.1.4.1 Persiapan
a. Persiapan E. cottonii
Rumput laut yang didapatkan dari penjual dalam keadaan kering perlu
rumput laut dan dilanjutkan perendaman. Rumput laut yang sudah dicuci
kemudian direndam dengan air tawar dengan tujuan agar rumput laut bersih dari
kotoran dan pasir yang masih menempel serta menjadikan rumput laut
mengembang karena menyerap air seperti kondisi awal. Rumput laut direndam
laut yang sudah tiris dijemur dibawah sinar matahari menggunakan terpal dengan
ukuran 100 x 200 cm. Penjemuran rumput laut dilakukan selama 12 jam dengan
23
Gambar 2. Penjemuran Pertama E. cottonii
pigmen sehingga akan didapat rumput laut yang berwarna putih dan juga
24
Pencucian yang terakhir dilakukan menggunakan air mengalir. Perlakuan
ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa kapur yang ditambahkan saat
perendaman. Rumput laut yang sudah tidak berwarna keruh dan pekat dapat
dikatakan bersih.
air yang tersisa saat proses pencucian. Kemudian dijemur selama 12 jam dibawah
b. Penghalusan E. cottonii
500g. Kemudian rumput laut dituang kedalam blender dan ditambahkan air 500
Selanjutnya rumput laut tersebut diblender hingga menjadi bubur selama 2 menit.
Sehingga didapat hasil dari pemblenderan ini menjadi bubur rumput laut seberat
1000 g.
25
Gambar 13. Penghalusan Rumput Laut E. cottonii
a. Pencampuran
mempersiapkan alat dan bahan seperti baskom, tepung terigu,t epung tapioka,
rumput laut, dan bumbu. Pertama tepung terigu, tepung tapioka dituangkan ke
dalam baskom, lalu tambahkan garam, gula, dan bawang putih halus. Kemudian
adonan diaduk hingga merata yang bertujuan untuk meratakan rasa. Gambar 14
26
Saat proses pencampuran berlangsung, kemudian dilakukan
penambahan bubur rumput laut kedalam adonan sedikit demi sedikit yang
bertujuan agar adonan dapat tercamput rata. Setelah itu adonan diuleni hingga
kalis dengan menambahkan air sedikit demi sedikit. Adonan yang sudah kalis
sudah kalis juga sebagai tanda bahwa seluruh bahan yang ditambahkan dalam
27
b. Pengukusan Adonan
selesai. Diawali dengan dimasukannya adonan yang sudah kalis kedalam plastik
yang dibentuk lonjong seperti lontong yang bertujuan membentuk adonan agar
didapatkan hasil kerupuk yang pipih. Adonan yang sudah dimasukan dalam plastik
Adonan yang sudah selesai dikukus kemudian di diamkan beberapa saat hingga
dingin. Setelah itu adonan kerupuk E. cottonii diletakan dalam kulkas hal ini
bertujuan untuk mendapatkan tekstur yang lebih keras yang akan mempermudah
28
Gambar 9. Proses pendinginan
d. Pemotongan
e. Penjemuran
jam dengan intensitas matahari terik atau saat cuaca tidak mendung. Penjemuran
29
dilakukan dengan cara meletakan kerupuk yang sudah dipotong diatas para-para
atau wadah kardus yang diberi alas plastik secara merata dengan tujuan
menghilangkan kadar air yang masih terkandung dalam kerupuk E. cottonii yang
f. Penggorengan
dari kerupuk E. cottonii. Pertama disiapkan minyak goreng sebanyak 2 liter yang
Setelah minyak panas kecilkan api dan langsung dimasukan adonan kerupuk E.
langsung diangkat dan ditiriskan dalam wadah peniris. Kerupuk E. cottonii yang
sudah matang ditandai dengan mengembangnya adonan dan sudah tidak ada
30
Setelah penggorengan selesai kerupuk E. cottonii ditiriskan untuk
g. Pengemasan
Setelah adonan digoreng dan ditiriskan, kerupuk yang sudah agak dingin
dilakukan dengan tujuan produk dapat memiliki daya simpan lama, mencegah
ukuran 20 x 28 cm yang dibeli dari Pasar Panarukan. Plastik jenis ini memiliki sifat
nugget karena memiliki permeabilitas uap air yang rendah dari pada PE. Menurut
Mareta dan sofia (2011), bahwa permeabilitas plastik polipropilen lebih kecil
dibandingkan plastik polietilen sehingga uap air akan lebih sulit menembus plastik
31
direkatkan menggunakan hard sealer untuk menghindari masuknya air, udara
menurunnya masa simpan produk. kerupuk E. cottonii yang telah dikemas dapat
e. Penyimpanan
rapi untuk mencegah hancur jika tidak ditata dengan rapi karena kerupuk memiliki
f. Pemasaran
32
4.2 Analisa Kandungan Gizi
peternakan dan olahannya yang layak untuk dikonsumsi manusia. Bahan pangan
memiliki sifat fisik, kimiawi, dan biologis. Komponen utama bahan pangan yaitu air,
gizi dalam suatu produk pangan. Analisa proksimat biasanya meliputi beberapa
analisa diantaranya kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu dan kadar
karbohidrat. Hasil analisa proksimat skerupuk E. cottonii dapat dilihat pada tabel
6.
Parameter Proksimat
Protein (%)
Air (%)
Lemak (%)
Abu (%)
Karbohoidrat (%)
a
a
a. Kadar Protein
Protein adalah zat makanan yang penting bagi tubuh karena mempunyai
fungsi antara lain zat pembangun dan zat pengatur, serta sebagai sumber tenaga.
33
b. Kadar Air
berupa komponen intrasel dan/atau ekstrasel dalam sayuran dan produk hewani,
sebagai medium pendispersi atau pelarut dalam produk, sebagai fase terdispersi
c. Kadar Lemak
Senyawa ini sebagian besar ester asam lemak dan gliserol. Sampai 99 %
dari lipid bahan tumbuhan dan hewan terdiri atas ester seperti itu, dikenal sebagai
lemak dan minyak. Pada suhu kamar lemak berbentuk padat dan minyak
berbentuk cair (John M, 1997). Metode ekstraksi soxhlet atau ekstraksi lemak
kering merupakan cara pemisahan dua atau lebih komponen pada suatu bahan.
Metode ini menggunakan pelarut organik dan dilakukan ekstraksi terus menerus
d. Kadar Abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik dan
96 % dari bahan makanan kita terdiri dari bahan organik dan air, sisanya unsur-
unsur mineral. Dalam proses pembakaran bahan-bahan organik terbakar tetapi zat
e. Kadar Karbohidrat
gula utama ialah glukosa dan karbohidrat simpanan glikogen: dalam susu, gula
34
4.3 Analisa Kadaluwarsa
Menurut Institute of Food Science and Technology (1974), umur simpan
produk pangan adalah selang waktu antara saat produksi hingga konsumsi di
penampakan, rasa, aroma, tekstur, dan nilai gizi. Sementara itu, Floros dan
diperlukan oleh produk pangan dalam kondisi penyimpanan tertentu untuk dapat
0 5
7 5
14 5
21 5
28 4
Keterangan :
penyimpanan (sumbu x) dengan skor ketengikan (sumbu y), grafik dapat dilihat
35
pada gambar 24 yang menunjukan pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap
5
y = -0.0286x + 5.2
4 R = 0.5
Skor
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu Penyimpanan (hari)
dengan nilai ambang batas 2 dari 5 skor tingkat kerenyahan. Perhitungan dapat
kerupuk E. cottonii selama 30 hari pada suhu ruang sekitar 270C 300C
menunjukan terjadi penurunan kualitas pada hari ke-20 dengan ditandai kerupuk
36
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya (Sutrisno,
2008).
dihasilkan. Untuk mendapatkan produk akhir yang baik, maka bahan baku dijaga
agar tidak mengalami kerusakan dan pencemaran. Setiap tindakan yang diambil
mikrobiologis yang lebih baik dan bahaya terhadap kesehatan juga berkurang
cottonii di UD. Indah Pratama sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari
penanganan bahan baku dari bahan baku datang hingga di tempat produksi.
Keadaan rumput laut E. cottonii yang di simpan dalam karung bersih dan
mengalir untuk menghilangkan kotoran, sisa pasir yang masih menempel pada
rumput laut.
Rumput laut yang didapat merupakan rumput laut yang masih segar langsung
dari daerah klatakan yang merupakan kawasan petani rumput laut di Kabupaten
Situbondo. Rumput laut langsung dicuci dan direndam dalam air tawar yang
kemudian direndam air kapur.
37
4.4.2 Sanitasi dan Hygiene Bahan Tambahan
putih, garam dapur, gula pasir, dan disimpan di dalam wadah pada tempat yang
untuk diperhatikan. Apabila peralatan yang digunakan kurang bersih maka akan
menggunakan peralatan tersebut. Pada UD. Indah Pratama kondisi sanitasi dan
hygiene peralatan cukup baik. Peralatan yang sudah selesai digunakan segera
dicuci menggunakan sabun dan dibilas dengan air bersih hingga hilang busanya.
Setelah itu dikeringkan dengan diletakan dirak selanjutnya alat siap digunakan
kembali.
terdiri dari bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencucian yaitu
mencuci peralatan, apabila sudah terlihat kotor harus segera diganti dengan air
yang baru karena jika airnya tidak diganti, dapat menyebabkan peralatan
terkontaminasi bakteri colifrom dari air pencucian yang kotor dan pembersihan
perlatan yang kurang baik., yaitu diletakan di rak khusus dan penyimpanannya
juga dapat terkontaminasi oleh bakteri E. colli jika dicuci dengan air yang
38
seharusnya didesain dan diletakan sedimikian rupa untuk menjamin mutu dan
Kondisi sanitasi air di UD. Indah Pratama sudah cukup baik karena
walaupun terletak di pesisir air yang digunakan tidak asin karena berasal dari
sumur yang cukup dalam, air sumur yang bersih, tidak berwarna, jernih dan tidak
berbau. Menurut Rahayu (2013), mengingat pentingnya air maka itu perlu syarat
air yang harus dipenuhi. Air yang dapat digunakan dalam pengolahan makanan
salah satu faktor penunjang tersebut tidak sesuai syarat kesehatan yang
39
4.4.5 Sanitasi dan Hygiene Pekerja
Sanitasi dan Hygiene pekerja di UD. Indah Pratama para pekerja tidak
yang digunakan pekerja di UD. Indah Pratama hanya celemek sedangkan untuk
serangga atau debu, karena tempat produksi yang berada di halaman rumah
yang terbuka, namun bebas dari kontaminasi seperti pembuangan limbah rumah
sehingga pada saat proses pemotongan dan pengemasan dapat terhindar dari
kontaminasi tersebut karena tempat yang tertutup. Tempat pengolahan ini dapat
pengaturan lokasi yang terpisah antara ruang produksi dan ruang pengemas.
40
Lokasi dapur memang terbuka namun para pekerja langsung membersihkan alat-
Sanitasi dan hygiene produk akhir merupakan hal yang sangat penting
E. cottonii ini cukup baik untuk mencegah kerusakan produk dari segi tekstur.
Kemasan yang kedap udara juga dapat mempengaruhi umur simpan produk.
Menurut Syarief dan Hild (1993), pengemasan vakum pada prinsipnya adalah
pengeluaran gas dan uap air dari produk yang dikemas, sedangkan pengemasan
non vakum dilakukan tanpa mengeluarkan gas dan uap air yang terdapat dalam
produk. Oleh karena itu pengemasan vakum cenderung menekan jumlah bajteri,
perubahan bau, rasa, serta penampakan selama penyimpanan, karena pada
kondisi vakum, bakteri aerob yang tumbuh jumlahnya relatif lebih kecil dibanding
dlam kondisi tidak vakum.
41
4.4.8 Penanganan Limbah
baku, bahan tambahan dan alat-alat yang digunakan hingga menjadi kerupuk E.
cottonii, hampir tidak ada limbah yang dihasilkan karena seluruh bahan
digunakan dan tidak ada yang terbuang. Sedangkan limbah cair berupa hasil
rumput laut. Air langsung dibuang dal dialirkan ke selokan yang kemudian
Limbah produksi harus ditangani dengan baik, jika limbah produksi tidak
ditangani dengan baik dapat mencemari produk dan merupakan sumber penyakit
dengan perantara serangga, misalnya, lalat, nyamuk dan kecoa, atau oleh
Dalam hal ini, ssop menjadi program sanitasi wajib suatu industri untuk
42
ssop dikelompokan menjadi 8 aspek kuci sebagai persyaratan utama sanitasi
seluruh fasilitas produksi atau area perusahaan dan tidak terbatas pada tahapan
tertentu. Menurut Winarno dan Surono (2004), ssop terdiri dari delapan kunci
1. Keamanan air
pangan
kontaminasi
43
proses pengujian produksi harus aman
mutu
perlengkapan harus
dibersihkan dengan
44
masker dan penutup menggunakan
dan pencampuran
adonan saja
dijangkau. tangan
kebersihannya
Proteksi dari bahan- 1. Bahan pangan dan non 1. Bahan pangan dan
bahan kontaminan
pangan disimpan di non pangan masing-
45
sampah cukup jauh cemaran fisik, kima
produksi
terpisah kontaminan
46
pengecekan ulang masuk sampai
kondisinya normal
pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi sesuai denga tuntutan konsumen.
GMP wajib diterapkan oleh indusri yang menghasilkan produk pangan sebagai
upaya preventif agar pangan yang siap dikonsumsi tersebut bersifat aman, layak.
(Good Manufacturing Practice, GMP) atau praktik higiene yang baik (Good
hygiene Pratice, GHP) yang akan dipatuhi oleh semua pelaku bisnis makanan,
yang memiliki reputasi baik untuk memastikan bahwa makanan yang diberikan
pada konsumen adalah makanan yang sehat dan aman (Prasetyo, 2000).
oleh UKM, untuk menilai praktik pembuatan yang telah dilakukan dengan
47
Tabel 9. Identifikasi aspek GMP pada produksi kerupuk ikan gabus
langsung
terbuka Mayor
produksi
penutup
dalam
48
7 Penyimpanan Penyimpanan produk dengan Minor
menggunakan
dan dikarenakan
pencatatan pencatatan
inspeksi,
lain yang
terfokus
terhadap GMP
Keterangan
ditindaklanjuti.
49
Dari tabel 6, terlihat masih ada beberapa aspek GMP yang dinilai memiliki
dan label atau keterangan produk. Perbaikan terhadap kondisi ketiga aspek
titik kritis yang harus dilaksanakan pengawasan secara ketat. Tujuan utama
50
7. Menyusun dokumentasi yang berhubungan dengan semua
beserta aplikasinya.
Practice) dan SSOP ( Sanitation Operating Procedure). GMP berisi tentang tata
cara berproduksi yang baik dan benar. Sedangkan SSOP yang berkaitan dengan
adalah usulan pembentukan tim HACCP, deskripsi produk dan proses, tujuan
penysunan CCP (Critical Control Point), Lembar kerja CCP (Critical Control
lain adalah (1) Pembentukan tim HACCP, (2) Pendeskripsian produk dan cara
alir, (5) konfirmasi diagram alir dilapangan, (6) identifikasi bahaya dan cara
pencegahannya, (7) penetapan Critical Control Point (CCP), (8) penetapan batas
kritis atau Critical Limit untuk setiap CCP, (9) pemantauan atau monitoring CCP,
verifikasi terhadap produk pangan tersebut. Deskirpsi dari produk dapat dilihat
51
Tabel 10. Deskripsi Produk Kerupuk E. cottonii
2. Tupung tapioka
3. Tepung terigu
4. Bumbu
2713-1999, meliputi
1. Rasa : gurih
3. Kadar abu
4. Kapang
6. Cemaran arsen
menit
2. Penjemuran
(PP)
52
3. Digoreng dengan minyak yang panasnya
sedang
53
4.5.5 Identifikasi Bahaya
Segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan harus dianalisa.
biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup
selama proses produksi, dan terjadinya kontaminasi silang pada produk antara,
mungkin terdapat pada tiap tahapan dari produksi kerupuk E. cottonii di UD.
Indah Pratama. Hasil identifikasi potensi bahaya pada setiap tahapan proses
Setiap potensi bahaya tersebut diidentifikasikan bahaya fisik, kimia dan bilogi
Tahapan Tindakan
Bahaya potensial Penyebab bahaya
proses pencegahan
54
kering : mengalami
tepung kerusakan pada
tapioka kemasan
Tahapan Tindakan
Bahaya potensial Penyebab bahaya
proses pencegahan
55
4.5.6 Penentuan Titik Kendali Kritis CCP (Critical Control Point)
CCP (Critical Control Point) atau Titik Pengendalian Kritis adalah suatu
titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan
dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima
(diperbolehkan atau titik aman). Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu Titik
Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan Titik
Ya Tidak
Tidak Ya CCP
Ya Tidak bukan
CCP
56
Penentuan titik kendali kritis (critical control point) pada setiap tahapan proses
identifikasi CCP oleh UD. Indah Pratama terdapat lima tahapan proses yang
Baku Tepung
jamur
yang bisa diterima dan tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis,
harus dibuat batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum
digunakan dalam menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH,
waktu, tingkat kelembaban, Aw, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan
yang memisahkan kondisi yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima.
57
Parameter untuk penyusunan batas kritis dipilih sedemikian rupa sehingga
terlampaui. Btas kritis pada proses pembuatan kerupuk E. cottonii terdapat pada
tabel 13.
1 Penerimaan Bahan Baku Rumput Bahan baku segar berbau khas rumput
2 Penerimaan Bahan Baku Tepung Kondisi tepung tidak bocor dan berjamur
pendingin
15%.
selama terjadi aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan
(Handoyo, 2013).
58
memberikan informasi yang tepat dan sistem pemantauan yang dilakukan pada
2013). UKM milik Ibu Iin belum melakukan sistem dokumentasi yang praktis
atau produk di UD. Indah Pratama, dapat terjamin mutunya, karena disetiap
dilanjutkan dengan menentukan kriteria batas kritis (CCP) untuk setiap proses,
memberikan usulan tindakan perbaikan dan menetapkan anggota tim yang harus
metode HACCP, sehingga dapat dijadikan acuan/ standar baku untuk proses
pemerintah setempat.
59
4.6 Analisa Usaha
4.6.1 Permodalan
membayar gaji pegawai, membayar pajak dan untuk kegiatan lainnya yang
merupakan suatu kegiatan rutin uni usaha mandiri, modal pada CV. Ditambahkan
oleh Sitorus dan Irsutami (2014), modal kerja dibutuhkan oleh setiap usaha
industry atau perusahaan untuk membiayai investasi jangka panjang. Modal kerja
jangka waktu pendek melalui kegiatan penjualan produk atau jasa ditambah
Di UKM milik Ibu Iin modal usaha pembuatan kerupuk E. cottonii ini
berasal dari modal sendiri, modal meliputi modal tetap dan modal kerja. Modal
tetap diartikan sebagai modal yang tidak akan habis dalam satu masa produksi.
Modal tetap adalah modal bias diakatakan investasi yang digunakan pada
penyusutan yang sama untuk setiap tahun berdasarkan jangka waktu pemakaian
atau umur teknis dari barang investasi tersebut. Besarnya nilai penyusutan atas
barang investasi pada proses pembuatan kerupuk ikan gabus adalah sebesar
Rp. 481.000,00
60
anggaran lain yang relevan dengan produksi : (1) anggaran bahan langsung dan
suku cadang yang dibeli, (2) anggaran tenaga kerja langsung yang menunjukan
kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja langsung dan (3)
anggaran biaya produksi atau biaya over head pabrik, yang meliputi rencana
semua biaya pabrik selain biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung
proses awal produksi hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Biaya
produksi ini meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
Biaya tetapadalah biaya yang tidak habis penggunaannya dalam satu masa
produksi meliputi modal tetap, upah karyawan, biaya penyusutan dan biaya
penyusutan dan pemeliharaan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah,
besar kecilnya tergantung biaya skala produksi yang meliputi biaya bahan baku,
biaya bahan tambahan dan lain sebagainya (Hernanto, 1991). Biaya produksi
meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Pada proses pembuatan kerupuk E.
4.6.3 Keuntungan
setelah dikurangi biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variable
= TR TC
diamana :
= Keuntungan
61
TC = Total Cost (total biaya produksi)
Sedangkan jumlah total penerimaan dalam per tahun adalah Rp. 75.000.00,00.
Sehingga keuntunga bersih pada produksi kerupuk E. cottonii per tahun sebesar
2. R/C ratio =1, maka usaha ini pada kondisi titik impas
Produk tersebut R/C rationya menguntungkan karena mempunyai nilai lebih dari
Analisa Break Even Point atau titik impas adalah cara mengetahui volume
memperoleh keuntungan (dengan kata lain untung=0). Oleh sebab itu pihak
62
memperoleh laba yang maksimum dengan melihat volume penjualannya. Analisa
mengalami kerugian
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
Break Event atau titik impas merupakan keadaan dimana suatu usaha
biaya tetap, biaya variabel, volume kegiatan dan keuntungan (Marhaeni, 2011).
63
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Kondisi sanitasi dan hygiene di UD. Indah Pratama dalam proses kerupuk
E. cottonii cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sanitasi pekerja,
karbohidrat %.
Besar biaya investasi untuk produksi kerupuk E. cottonii adalah sebesar Rp.
Analisa R/C ratio pada pembuatan kerupuk E. cottonii sebesar 1,74. Dari produk
tersebut R/C ratio menguntungkan karena mempunyai nilai lebih dari 1. Nilai BEP
64
-
5.2 Saran
Saran yang bisa saya berikan untuk UD. Indah Pratama adalah untuk
higiene dari pemerintah daerah setempat. Serta lebih kreatif dalam proses
yang diperluas. Untuk segi bangunan sebaiknya diberi atap asbes atau fiber agar
tlebih tertutup.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwanto, H. dan Istini, S., 2006. Rumput Laut.
Penebar Swadaya, Jakarta
Buckle, K. A., E. A., F. G. H., dan W. M. 2009. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.
Hal 314
Gaman Dan Sherington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi
dan Mikrobiologi. Penerjemah: Murdjiati. Penerbit Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Hermansyah, M., Pratikto., Rudy S dan Nasir W. 2013. Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) Produksi Maltose Dengan Pendekatan Good
Manufacturing Practice (GMP). Jurnal Jemis. Fakultas Teknik.
Universitas Brawijaya: Malang.
Lingga, M. E. dan Rustama, M. M. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Air
Dan Etanol Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Bakteri Gram
Negatif Dan Gram Positif Yang Diisolasi Dari Udang Dogol (Metapenaeus
Monoceros), Udang Lobster (Panulirus Sp), Dan Udang Rebon (Mysis
Dan Acetes). Laporan. Universitas Padjadjaran.
66
Marhaeni, A. P. 2011. Analisis Break Even Point sebagai Alat Perencanaan
Laba pada Industri Kecil Tegel di Kecamatan Pedurungan Periode
2004-2008. Skripsi. Unpublished. Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro. Semarang
Mayes J. 2001. HACCP : Principles and Applications. New York : Van
Nostrand Reinhold
Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Winarno, F.G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Penenrbit PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
67
LAMPIRAN
JawaTimur
68
(a)
(b)
Keterangan gambar:
(a) Peta Lokasi UD.Indah Pratama
(b) Peta Kecamatan Panarukan
69
Lampiran 2. Layout RuangProduksidi UD. Indah Pratama
70
Keterangan:
U
1. Rumah Pemilik
2. Ruang Pengukusan
B T
3. Ruang Dapur Produksi
4. Area Penjemuran
S
5. Ruang Pemotongan
6. Ruang Pengemasan
7. Ruang Pencucian
71
Lampiran 3. AnalisaPerhitunganKadaluwarsa
x (waktu penyimpanan) =?
y = ax + b
3 = - 0.0286x + 5.2
- 0.0286x = 5.2 3
- 0.0286x = 2.2
2.2
x = 0.0286
x = 76,92 hari
77 hari
72
Lampiran 4. Perincian Modal Investasi dan Biaya Penyusutan Kerupuk
73
Lampiran 5. Rincian Biaya Tetap (Fixed Cost) Usaha Kerupuk Rumput Laut
Penyusutan - 481.000
Total 4.681.000
74
Lampiran 6. Rincian BiayaTidakTetap (Variable Cost) Usaha Kerupuk
Dalam satu bulan dilakukan 25 kali produksi dimana tiap harinya menghasilkan
75
Lampiran 7. Perhitungan Analisa Usaha Usaha Kerupuk Rumput Laut E.
= 7.500 x Rp 10.000
= Rp 75.000.000
TC = (FC) + (VC)
= Rp 4.681.000+ Rp 38.415.000
= Rp 43.096.000
c. PenetuanKeuntungan ()
= TR TC
= Rp 75.000.000- Rp 43.096.000
= Rp 31.904.000
76
d. Penentuan Efisiensi Usaha (R/C Ratio)
R TR
=
C TC
Rp 75.000.000
= Rp 43.096.000
= 1,74
TC
BEP unit (q) =
Harga Jual
Rp 43.096.000
= Rp 10.000,00
TC
BEP biaya(s) =
Jumlah Produksi
Rp 43.096.000
=
7.500 bungkus
= Rp 5746,1 Rp 5.700
77