Tugas Pemeriksaan Fisik Lansia
Tugas Pemeriksaan Fisik Lansia
Tugas Pemeriksaan Fisik Lansia
A. Latar belakang
Penentuan metode pillihan pada pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia. Misalkan pada usa
remaja (12-19 tahun) senaiknya menjalani pemeriksaan fisik setiap 2 tahun. Individu dewasa
(20-59 tahun) sebaiknya menjalani pemeriksaan fisik setiap 5-6 tahun, dan orang lanjut usia (>60
tahun) sebaiknya melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh tiap 2 tahun
Metode tersebut juga dipengaruhi oleh gejala, data fisik, dan laboratorium lainnya, serta tujuan
pemerikaan itu sendiri (misalnya screening fsik umum, pemeriksaan fisik spesifik, atau analisi
gejala-gejala). Pemeriksaan penapisan/screening misalnya mammografi (foto payudara untuk
mengetahui kanker), pap smear (menilai kelainan pada alat vital wanita), uji darah pada feses
sebaiknya dilakukan lebih teratur. Kunjungan berikutnya atau tindak lanjut merupakan
kunjungan yang terjadwal untuk mengkaji progresivitas atau kesembuhan dari suatu masalah
atau kelainan tertentu.
B. Rumusan masalah
Tindakan demonstrasi seperti bantuan hidup dasar dan pemeriksaan fisik terhadap lansia guna
untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada lansia sehingga dapat mengantisipasi
secara dini agar tidak timbulnya komplikasi pada lansia.
C. Tujuan
- Melakukan pengkajian pada lansia
- Melakukan pemeriksaan fisik pada lansia
- Menganalisis data hasil pengkajian keperawatan lansia
- Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada lansia
- Memprioritaskan masalah keperawatan pada lansia
D. Manfaat :
1. Memberikan pengetahuan kepada lansia agar dapat mengetahui secara dini terkait
masalah yang terjadi pada lansia
2. Membantu seluruh lansia
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan fisik dilakukan dalam posisi tertentu, tergantung sistem maupun organ mana yang
hendak dinilai. Misalkan pada pemeriksaan fisik jantung, pasien diposisikan dengan posisi
kepala lebih tinggi, pada pasien pemeriksaan fisik genitalia, pentingnya dilakukan
posisi lithotomy. Akan tetapi banyak pemeriksaan dilakukan dalam posisi duduk maupun tidur
terlentang (supinasi).
KASUS :
Ibu S ( 82 tahun ) merupakan pasien yang mendapatkan penanganan atau recovering dari fraktur
collum femur dextra tertutup karena terjatuh sewaktu dikamar mandi. Kondisi pasien saat ini
bahwa pasien menyatakan kesulitan dalam menggunakan cruck atau walker untuk berjalan.
Khususnya ketika mau kekamar mandi. Pasien tidak bahagia karena pasien merasa tidak dapat
lagi beraktivitas seperti biasanya dan pasien menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan
menetertawakannya saat berjalan. Ibu sari dirawat dipanti X selama 2 tahun. Keadaan ibu S saat
ini adalah dapat melakukan mandiri semua aktivitas hidup, kecuali mandi, berpakaian. Hasil
APGAR didapatkan 7.
Pengkajian :
1. data demografi
Nama : Ny. S
Umur : 82 tahun
Suku :-
TTL :-
Pendidikan terakhir :-
Agama :-
Pekerjaan lalu :-
Pekerjaan sekarang :-
Alamat :-
2. riwayat kesehatan
b. status kesehatan setahun lalu : klien mengalami fraktur collum femur dextra tertutup
3. status kesehatan
a. keluhan / masalah kesehatan saat ini : klien kesulitan dalam menggunakan crutch atau walker
untuk berjalan khususnya ketika kekamar mandi, orang-orang memandangnya aneh dan
menetertawakannya berjalan dan ibu sari tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
b. pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan cara penanganannya : ibu sari mengalami
keterbatasan pengetahuan terkait dengan penyakit yang dideritanya.
4. riwayat keluarga
a. Genogram :
5. kebiasaan sehari-hari :
a. istirahat tidur : akibat fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien. Selain itu, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit.c dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi pasien bias membantu menentukan penyebab masalah
muskuluskletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama pada
kalsium dan protein
c. kebersihan diri
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan
pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola
ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
6. kebiasaan sehari-hari
a. kegiatan
kegiatan ibu sari dipanti mengalami hambatan karena mengalami kesulitan dalam berjalan, hal
ini disebabkan oleh fraktur collum femur tertutup. Sehingga bentuk kegiatan pasien menjadi
berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh oranglain.
7. psikososial
Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Pasien tidak bahagia
karena pasien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan pasien menyatakan orang-
orang memandangnya aneh dan menetertawakannya saat berjalan
8. spiritual
Pasien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam
jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.
9. pemeriksaan fisik
c. GCS : 14
d. Tanda-tanda vital : -
kepala : tidak terdapat gangguan, simetris, tidak ada tonjolan dan tidak ada nyeri
dikepala
mata, telinga dan hidung :
- penglihatan : tidak ada gangguan seperti : konjungtiva tidak anemis ( karena tidak terjadi
perdarahan )
- pendengaran : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri tekan
leher : tidak ada gangguan seperti simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada
dada dan punggung
- paru paru
1. inspeksi : pernafasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
pasien yang berhubungan dengan paru
3. auskultasi : suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara tamabahan lainnya
jantung
System pencernaan
- abdomen :
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lymphe dan tidak ada kesulitan BAB
Gangguan ekstremitas bawah, kaki tetap terasa sakit dan ibu sari mengalami kesulitan dalam
menggunakan crutch atau walker
PELAKSANAAN KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan pelaksanaan tindakan pemeriksaan fisik terhadap lansia maka di perlukan
redemonstrasi agar dapat mengetahui apakah lansia mengerti dan mampu melakukan secara
sedrehana terhadap sesama lansia.
II. Sasaran
III. Metode
Dalam kegiatan penyuluhan ini, metode yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi dan
redemonstrasi.
Kegiatan pengabdian ini akan dilakukan dilapangan rumah warga di Medan, Sunggal.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
a. IDENTIFIKASI MASALAH
Tindakan demonstrasi seperti bantuan hidup dasar dan melakukan pemeriksaan fisik terhadap
lansia agar dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada lansia agar tidak timbulnya
komplikasi lebih lanjut.
b. PENGANTAR
Waktu : 60 menit
Tempat : Lapangan
Setelah disampaikan pendidikan kesehatan ini diharapkan sasaran dapat memahami pemeriksaan
fisik terhadap lansia dan dapat mencegah secara dini agar tidak adanya komplikasi
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 menit, lansia diharapkan mampu memahami :
Terlampir
f. METODE
- Ceramah
- Diskusi / Tanya jawab
- Demonsttasi redemonstrasi
g. MEDIA
- Gambar cara menyikat gigi
- Laptop
- Lcd
- Speaker
- Peralatan cara pemeliharaan gigi dan mulut
- Meja dan kursi
h. KEGIATAN PENYULUHAN
2. Jerson, E, & Mc Farlane, J. 2004. Community As Partner : Theory and Practice in Nursing.
Philadelpia : Lippincott William & Wilcins.
3. Annete .G. Luecknotte. 1996. Gerontologic Nursing. St. Louis : Mosby Book, Inc.