Final Paper Strategic Management EM 17
Final Paper Strategic Management EM 17
Final Paper Strategic Management EM 17
Kelompok :
Program Studi S2
Magister Manajemen Eksekutif Muda
Angkatan 17
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) adalah produsen produk-produk nutrisi berbasis susu
untuk anak-anak di Indonesia dengan merek Frisian Flag, yang juga dikenal sebagai Susu
Bendera. Frisian Flag telah menjadi bagian dari pertumbuhan keluarga Indonesia selama
lebih dari 90 tahun. Selama itu pula, Frisian Flag selalu memberikan komitmennya untuk
terus berkontribusi membantu anak-anak Indonesia meraih potensinya yang tertinggi,
melalui produk-produk bernutrisi tepat.
FFI banyak memproduksi minuman berbasis susu dengan berbagai jenis varian. Salah
satu produk ternama milik PT FFI adalah susu kental manis. Sudah sejak lama susu kental
manis milik PT FFI ini banyak dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga hingga untuk
kepentingan bisnis, mulai dari pedagang kaki 5 hingga kafe-kafe ternama di Indonesia
banyak yang menggunakan susu kental manis milik FFI sebagai bahan pelengkap.
Ketatnya persaingan dalam dunia industry memacu perusahaan manufaktur untuk
memiliki keunggulan kompetitif yaitu kualitas (quality), harga (cost), ketepatan waktu
pengiriman (delivery time), dan fleksibilitas (flexibility). Permasalahan yang terjadi di
perusahaan adalah masih dijumpai banyaknya pemborosan (waste) dalam hal waktu
produksi akibat adanya aktivitas yang tidak efisien atau tidak mempunyai nilai tambah (non
value added). Aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah antara lain terdapat pada proses
penyediaan bahan baku dari supplier, aliran bahan dari proses awal sampai proses akhir,
pergerakan alat dan mesin yang tidak sesuai kapasitas, proses menunggu, dan proses
pengerjaan ulang (rework). Metode yang terbukti sangat bagus dalam mengurangi waste
adalah lean manufacturing. Lean manufacturing merupakan suatu pendekatan sistematis
untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan (waste) melalui serangkaian
aktivitas penyempurnaan (improvement) (Gaspersz, 2007).
Banyaknya demand akan susu kental manis milik FFI ini, membuat FFI harus memiliki
banyak persediaan pada produk tersebut untuk didistribusikan tiap harinya. FFI dituntut
untuk membuat produk secara tepat waktu, tiap harinya dikarenakan jika terjadi
1
keterlambatan produksi sedangkan stock di market sudah habis, konsumen bisa saja pindah
ke produk lain karena banyaknya barang pengganti dan juga kompetitor. Karena itulah
sistem produksi yang digunakan oleh PT FFI adalah make to stock berdasarkan sales
forecast. Selain memproduksi produk secara on time, FFI juga dituntut untuk memproduksi
susu kental manis dengan jumlah yang tepat atau tidak terlalu berlebihan karena kapasitas
gudang yang dimiliki FFI terbatas dan cost inventory tinggi.
Dari penjelasan yang telah di, kelompok kami tertarik untuk mengambil studi kasus
tentang analisis penerapan lean manufacturing untuk efisiensi dan menghilangkan
pemborosan (Studi kasus : Produksi susu kental manis PT Frisian Flag Indonesia).
2
Gambar 1. The Toyota Production System
manufacture
Ada beberapa tahapan pada proses produksi di FFI yaitu packing, pasteurizing dan
mixing. Setiap hubungan antar proses menggunakan pull system. Sehingga tidak adanya idle
time disetiap tahapan proses. Pada makalah ini, ruang lingkup penulisan yaitu membahas
lean manufacturing pada proses produksi susu kental FFI, yaitu pada bagian proses mixing,
pasteurizing, dan packing.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3. Lean Supply Chain Design Principles
Terdapat tiga prinsip mengenai lean supply chain design principles yaitu lean layouts,
lean production schedule dan lean supply chain. Salah satu pembahasan penulisan ini adalah
lean layout, yang terdiri dari :
1. Group Technology
Group Technology adalah sebuah filosofi manufaktur yang mengidentifikasi
komponen-komponen yang mirip dan mengelompokannya secara bersama agar
mendapatkan keuntungan dari kemiripan dalam desain dan produksi. Group
technology diyakini dapat meningkatkan efisiensi produksi dengan cara
mengelompokkan bermacam-macam komponen dan produk berdasarkan kemiripan
desain atau proses. Pada tipe produksi batch dengan multi product serta ukuran lot
produksi yang kecil, secara konvensional setiap komponen dikerjakan tersendiri atau
unik mulai desain hingga manufaktur. Oleh karena itu, pengelompokkan komponen-
komponen yang mirip menjadi part families, baik berdasarkan desain, proses, maupun
terhadap keduanya, memungkinkan peningkatan efisiensi.
Group Technology pun dipandang sebagai sebuah strategi manajemen untuk
membantu mengeliminasi pemborosan yang disebabkan oleh duplikasi kerja. Group
technology mempengaruhi semua bidang di perusahaan, termasuk teknik
(engineering), perencanaan proses, pengendalian produksi, pengendalian kualitas,
desain tool, pembelian, dan jasa
3. JIT Production
JIT (Just in Time) maksudnya adalah memproduksi apa yang dibutuhkan saat sedang
dibutuhkan, dan hanya sekedar itu. Segala hal yang melebihi dari jumlah kebutuhan
5
minimum dilihat sebagai keborosan karena usaha dan material yang telah dikerahkan
tidak dibutuhkan dan tidak bisa dimanfaatkan untuk saat ini. JIT ini sesuai untuk
diaplikasikan untuk repetitive manufacturing.
6
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Studi Literatur
Pengumpulan data
Pengolahan data Analisa
Observasi lapangan, KPI
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemborosan (waste) adalah segala sesuatu yang mutlak tidak penting untuk produksi. Ada
tujuh tipe pemborosan pada proses produksi, yaitu pemborosan dari overproduksi, pemborosan
waktu tunggu, pemborosan trasnportasi, pemborosan persediaan, pemborosan pemrosesan,
pemborosan terkait pemindahan, dan pemborosan akibat produk cacat. Implementasi lean
production di dalam produksi susu kental manis ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi
waste tersebut. Sesuai dengan ruang lingkup penulisan paper ini akan dibahas mengenai lean
layout yang mencakup penerapan group technology, quality at the source, dan JIT production.
Raw material input masuk ke area mixing dan pasteurizing, layout mesin di area ini
dikelompokkan berdasarkan urutan proses, yaitu mulai dari mixer kemudian produk dialirkan ke
dalam pasteurizer, selanjutnya masuk se standarisasi. Penempatan mesin dengan prinsip group
8
technology manufacturing cell ini lebih efisien karena proses produksi di area ini sedikit
melibatkan tenaga kerja. Proses produksi menggunakan automation system programmable logic
controller, yaitu mesin di control dari control room dengan menggunakan computer. Dari sisi
standar quality, area mixing dan pasteurizing ini termasuk ke dalam zona yang sama, yaitu area
medium care sehingga mesin-mesin tidak perlu dikelompokkan secara terpisah.
Sedangkan untuk area packing terdapat 3 proses utama yaitu filling, packing, dan palletizing.
Filling adalah proses pengisian produk pada kemasan primer, packing adalah proses packing pada
kemasan sekunder, sedangkan palletizing adalah proses penumpukkan produk pada palet. Di area
packing ini menggunakan prinsip instead of specialized work center. Workcenter pertama adalah
workcenter filling yang berisi mesin-mesin filling yang ditempatkan di ruangan khusus dengan
standar hygiene yang tinggi, karena ada kemungkinan kontak dengan produk. Workcenter kedua
adalah workcenter case packer, dimana mesin-mesin packing ditempatkan di satu tempat.
Workcenter ketiga adalah workcenter palletizing dimana mesin-mesin palletizing ditempatkan
dalam satu area.
Penerapan group technology ini memudahkan flow proses produksi, mengurangi movement,
dan mengurangi inventori. Selain itu juga dapat mengurangi jumlah pekerja karena menggunakan
mesi-mesin yang sudah automation. Transfer produk dari satu workcenter ke workcenter lain juga
sudah menggunakan konveyor sehingga lebih efisien.
9
karyawan mendapatkan pelatihan secara berkala, baik mengenai standar mesin maupun standar
kualitas produk.
Monitoring kualitas produk diukur dengan first time right, yaitu produk yang langsung bisa
release pada proses pertama, artinya tidak ada upaya untuk melakukan proses ulang.
Performance first time right pada semester 1 tahun 2017 menunjukkan pencapaian 98.08% di
atas target sebesar 98%.
10
Grafik 1. First Time Right
11
Untuk dapat memproduksi sesuai dengan target, performa mesin juga menjadi bagian yang
sangat penting. Performa mesin dapat dilihat dari OEE (overall equipment effectiveness) dan
technical stopages. Data OEE dan technical stopages menunjukkan masih membutuhkan
peningkatan pada mesin-mesin karena nilai OEE belum mencapai target dan technical stopages.
Jika dilihat dari technical stopages hasilnya cukup tinggi dan selalu di atas target. Hal ini
yang berkontribusi besar terhadap nilai OEE. Target technical stopages sebesar 3.8% tidak
tercapai karena pencapaian hanya 4.73%.
12
Jika melihat pencapaian production plant conformance yang sesuai dengan target
meskipun terjadi technical stopages yang cukup tinggi dan nilai OEE yang tidak mencapai target,
maka hal ini mengindikasikan adanya kelebihan kapasitas produksi. Kelebihan kapasitas
produksi ini dapat digolongkan sebagai waste, karena meskipun mesin tidak running namun
masih ada biaya maintenance yang harus dikeluarkan. Untuk mengetahuinya bisa menggunakan
indicator line utilization. Dari line utilization terlihat performance pada semester 1 tahun 2017
hanya mencapai 65%, kemungkinan ada mesin-mesin yang masih idle dan tidak digunakan
dalam proses produksi. Hal ini harus dikaji lebih mendalam, tentunya dengan memperhitungkan
sales forecast di masa yang akan datang.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Lean production sudah dijalankan pada proses produksi susu kental manis di PT
Frisian Flag Indonesia
2. Lean layout yang diterapkan merupakan kombinasi dari group technology
manufacturing cell di area mixing/pasteurization dan instead of specialized work
center di area packing
3. Lean layout memudahkan flow produk dan mengurangi movement.
4. Karyawan sudah mengetahui way of working terkait dengan kualitas produk yang
dihasilkan.
5. Masih ada point to improve terkait dengan performance mesin, yaitu untuk OEE yang
rendah karena technical stoppages tinggi
5.2 SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Jakfar1, Wahyu Eko Setiawan2 dan Ilyas Masudin3. (2014). Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
Vol. 13, No. 1, Juni 2014 ISSN: 1412-6869: Pengurangan Waste Menggunakan Pendekatan
Lean Manufacturing, Surabaya: Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Chase, Richard B., F. Robert Jacobs. : Operations and Supply Chain Management, 15th edition,
MCGraw-Hill International edition, 2017
Farah Widyan Hazmi, Putu Dana Karningsih dan Hari Supriyanto. (2012). Jurnal Teknik ITS Vol.
1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271: Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mereduksi
waste di PT ARISU, Surabaya: Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Gasperz, V., & Fontana, A. (2011): Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries.
Bogor: Vinchristo Publication,
Liker, J.K., 2004. The Toyota Way : 14 Management Principles from the Worlds Greatest
Manufacturer, McGraw-Hill.
Muhammad Shodiq Abdul Khannan, Haryono. (2015). Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 4,
No. 1, 2015: Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Menghilangkan Pemborosan di
Lini Produksi PT Adi Satria Abadi, Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri, Program Studi
Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Palito Tasuka, Yuniar, Arie Desrianty. (2014). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni
2014 ISSN: 1412-6869: Pengurangan Waste Menggunakan Pendekatan Lean
Manufacturing, Surabaya: Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS)
15