smk10 TeknikPemesinan Widarto PDF
smk10 TeknikPemesinan Widarto PDF
smk10 TeknikPemesinan Widarto PDF
TEKNIK
PEMESINAN
JILID 1
SMK
TEKNIK
PEMESINAN
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Widarto
WID WIDARTO
t Teknik Pemesinan Jilid 1 untuk SMK /oleh Widarto ----
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xii, 256 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Lampiran : Lampiran. B
Index : Lampiran. C
ISBN : 978-979-060-115-4
ISBN : 978-979-060-116-1
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Teknik Pemesinan i
P
roses pemotongan logam merupakan suatu proses yang
digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk (komponen
mesin) dari logam dengan cara memotong. Berdasarkan pada
cara pemotongannya, proses pemotongan logam dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok dasar, yaitu:
1. Proses pemotongan dengan mesin las
2. Proses pemotongan dengan mesin pres
3. Proses pemotongan dengan mesin perkakas
4. Proses pemotongan non-konvensional (Electrical Discharge
Machining, Laser Beam Machining, Chemical Milling, dsb.).
Dari keempat proses pemotongan tersebut, buku ini hanya akan
membahas kelompok ke-3 yaitu proses pemotongan dengan
menggunakan pahat potong yang dipasang pada mesin perkakas dan
kelompok ke-4, khususnya mesin EDM (Electrical Discharge Machining).
Dalam istilah teknik, proses ini sering disebut dengan nama Proses
Pemotongan Logam (Metal Cutting Process) atau Proses Pemesinan
(Machining Process). Oleh karena itu, untuk menghindari
kesalahpahaman tentang istilah maka selanjutnya dipilih nama yang
terakhir yaitu proses pemesinan.
Buku Teknik Pemesinan ini terdiri dari 15 Bab, yang memuat
secara rinci hampir semua proses pemesinan yang biasa dipakai dalam
proses produksi dan hal-hal yang terkait dengan proses pemesinan.
Dimulai dari Bab 1 tentang Memahami dasar-dasar Kejuruan, Bab 2
Memahami Proses-proses dasar Kejuruan, Bab 3 Merealisasi Kerja yang
Aman, Bab 4 Memahami Kaidah Pengukuran, Bab 5 Memahami Gambar
Teknik, Bab 6 Mengenal Proses Bubut (Turning), Bab 7 Mengenal
Proses Frais (Milling), Bab 8 Mengenal Proses Gurdi (Drilling), Bab 9
Mengenal Proses Sekrap (Shaping), Bab 10 Mengenal Proses Gerinda
(Grinding), Bab 11 Mengenal Cairan Pendingin yang Dipakai dalam
Proses Pemesinan, Bab 12 Memahami Mesin CNC Dasar, Bab 13
Memahami Mesin CNC Lanjut, Bab 14 Mengenal EDM, dan Bab 15
Memahami Toleransi Ukuran dan Geometrik. Untuk mempermudah
pemahaman, materi buku ini dibuat dengan menganut sistematika
pembahasan sebagaimana yang akan dibahas pada beberapa alinea
berikut.
Sebagai permulaan, Bab 1 Memahami Dasar-dasar Kejuruan
menjelaskan tentang Statika dan Tegangan, Mengenal Komponen Mesin,
dan Mengenal Material dan Mineral.
Dilanjutkan Bab 2 Memahami Proses-proses Dasar Kejuruan
yang menjelaskan Proses Pengecoran Logam, Mengenal Proses
Pemesinan, Mengenal Proses Pengerjaan Panas, dan Mesin Konversi
Energi.
Teknik Pemesinan ii
Berikutnya Bab 3 Merealisasi Kerja yang Aman, membahas
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, menguraikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), Manajemen Bahaya, Contoh Pengendalian
Bahaya Kebisingan (noise), Pencahayaan, Pengendalian Bahaya
Pencemaran Udara/Polusi, Alat Perlindungan Diri, Pencegahan dan
Pemadaman Kebakaran, Pedoman Singkat Antisipasi dan Tindakan
Pemadaman Kebakaran, Fasilitas Penunjang, serta Pemeliharaan dan
Penggunaan Alat-alat Perkakas. Bahasan terakhir ini sangat penting
untuk diperhatikan dalam setiap pekerjaan pemesinan, agar pekerja
selalu menjaga keamanan dan keselamatan baik bagi operatornya,
mesin, maupun alat-alat perkakasnya.
Bab 4 Memahami Kaidah Pengukuran, membahas alat ukur yang
umum digunakan dalam pekerjaan pemesinan yaitu jangka sorong,
mikrometer, dan jam ukur (dial indicator), yang dilanjutkan dengan
membahas sistem satuan yang digunakan dalam proses pemesinan,
yaitu sistem Metris (Metric system) dan sistem Imperial (Imperial
system/British system).
Bab 5 Memahami Gambar Teknik yang memberikan penjelasan
Mengenal Alat Menggambar Teknik, Lembar Kerja, dan Membaca
Gambar Teknik.
Bab 6 membahas Proses Bubut (Turning) yang merupakan Bab
yang paling banyak isinya. Maklum, proses bubut adalah proses
pemesinan yang sering digunakan dalam proses produksi. Bab ini
menguraikan parameter yang diatur pada Mesin Bubut. Tiga parameter
utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel (speed),
gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Selanjutnya
dibahas geometri pahat yang menguraikan besaran sudut pada pahat
bubut, yang terdiri dari sudut beram (rake angle), sudut bebas (clearance
angle), dan sudut sisi potong (cutting edge angle). Kemudian dipaparkan
mengenai alat bantu produksi, dan jenis-jenis Mesin Bubut. Pada
bahasan mengenai proses bubut ini diakhiri dengan uraian tentang
perencanaan dan perhitungan dalam proses bubut yang diawali dengan
penjelasan tentang elemen dasar proses bubut yang dapat dihitung yaitu
kecepatan potong, kecepatan makan, dan kecepatan terjadinya beram.
Pada sub-Bab terakhir, lebih detail dijelaskan mulai dari material pahat
(yaitu baja karbon sampai dengan keramik dan intan, pemilihan mesin
(dengan pertimbangan yang mendasar adalah dimensi benda kerja yang
yang akan dikerjakan), penentuan langkah kerja (meliputi persiapan
bahan benda kerja, setting mesin, pemasangan pahat, penentuan jenis
pemotongan, penentuan kondisi pemotongan, perhitungan waktu
pemotongan, dan pemeriksaan hasil berdasarkan gambar kerja),
perencanaan proses membubut, mulai dari membubut lurus, tirus, ulir,
alur, mengkartel, membuat profil, eksentris, dan proses pembubutan
cembung maupun cekung.
Teknik Pemesinan iv
jenisnya, kemudian apa saja elemen dasar Mesin Sekrap. Jenis Mesin
Sekrap yang ada meliputi Mesin Sekrap datar atau horizontal (shaper),
Mesin Sekrap vertical (slotter), dan Mesin Sekrap eretan (planner). Untuk
elemen proses sekrap pada dasarnya sama dengan proses pemesinan
lainnya, yaitu kecepatan potong, kecepatan pemakanan, waktu
pemotongan, dan kecepatan pembentukan beram.
Bab 10 yang menjelaskan Proses Gerinda (Grinding), menuliskan
jenis-jenis Mesin Gerinda dan menjelaskan batu asah gerinda. Jenis
Mesin Gerinda terdiri dari Mesin Gerinda datar, dan Mesin Gerinda
silindris. Untuk batu asah dipaparkan mengenai jenis-jenis butir asahan,
ukuran butiran asahan, tingkat kekerasan (grade), macam-macam
perekat, susunan butiran asah, bentuk-bentuk batu gerinda, klasifikasi
batu gerinda, spesifikasi batu gerinda dan pemasangan batu gerinda.
Bab 11 berisi uraian tentang Cairan Pendingin yang biasa dipakai
pada proses pemesinan. Dimulai dari jenis-jenis Cairan Pendingin yang
biasa dipakai, terdiri dari minyak murni (straight oils), cairan semi sintetis
(soluble oils semisynthetic fluids), dan cairan sintetis (synthetic fluids).
Kemudian dipaparkan cara pemberian Cairan Pendingin yaitu dengan
cara manual disiramkan ke benda kerja, disemprotkan (jet application of
fluid), dan dikabutkan (mist application of fuid). Dibahas juga pengaruh
Cairan Pendingin pada proses pemesinan sebagai fungsi utama dan
dapat juga sebagai fungsi kedua. Selanjutnya dibahas mengenai kriteria
pemilihan Cairan Pendingin dilihat dari unjuk kerja proses, harga,
keamanan terhadap lingkungan dan keamanan terhadap kesehatan. Dan
di akhir Bab ini diuraikan tentang perawatan serta pembuangan Cairan
Pendingin yang benar dan aman.
Bab 12 menguraikan tentang Mesin CNC Dasar. Ada dua Mesin
CNC dasar yang dijelaskan yakni Mesin Bubut TU 2A dan Mesin Frais TU
3A, karena kedua mesin ini merupakan dasar bagi Mesin CNC generasi
di atasnya. Pada keduanya dijelaskan hal yang mirip, yakni data
teknologisnya, bagaimana pemrogramannya, serta bagaimana
pengoperasiannya. Data teknologis pada Mesin CNC sama dengan pada
proses pemesinan lainnya, yaitu terdiri dari kecepatan potong, jumlah
putaran, dan kecepatan asutan.
Bab 13 sedikit mengulang Bab 12 dan dilanjutkan membahas
Mesin CNC secara lebih detail. Bab ini membahas lebih jelas dan dalam
Mesin CNC, khususnya bagaimana suatu Mesin CNC bekerja. Diawali
dengan sistem mekanik yang digunakan Mesin CNC, Mesin Perkakas
CNC, pengontrolan sumbu Mesin CNC, sistem koordinat Mesin CNC, dan
pemrograman Mesin CNC.
Bab 14 buku ini memberi penjelasan sedikit tentang Mesin EDM
(Electrical Discharge Machining). Informasi yang penting dari mesin ini
adalah jenis-jenis Mesin EDM dan cara mengoperasikan mesin tersebut.
Teknik Pemesinan v
Dan pada Bab 15 memuat penyimpangan ukuran yang terjadi
selama proses pemesinan, toleransi, suaian, cara penulisan toleransi
ukuran/dimensi, toleransi standar dan penyimpangan fundamental.
Keterangan-keterangan di atas disusun sebagai gambaran
menyeluruh isi buku ini, dengan harapan akan mempermudah bagi para
pembaca untuk memahami materi-materi yang telah dituliskan dalam
buku ini. Penulis terus berusaha untuk dapat menyempurnakan isi buku
ini, sehingga dapat memberikan informasi tentang keilmuan teknik
pemesinan kepada para pembaca, khususnya siswa Sekolah Menengah
Kejuruan.
Teknik Pemesinan vi
___________________________________________________Daftar Isi
Daftar Isi
Halaman
Halaman Sampul
Pengantar Umum i
Daftar Isi vii
JILID 1
BAB 1. MEMAHAMI DASAR-DASAR KEJURUAN 1
A. Statika dan Tegangan 2
1. Statika 2
2. Tegangan 9
B. Mengenal Elemen Mesin 14
1. Poros 14
2. Bantalan 18
C. Mengenal Material dan Mineral 19
1. Berbagai Macam sifat Logam 19
2. Mineral 21
3. Berbagai Jenis sumber Daya Mineral 21
4. Pemurnian Mineral 22
Teknik Pemesinan ix
___________________________________________________Daftar Isi
Teknik Pemesinan x
___________________________________________________Daftar Isi
Teknik Pemesinan xi
___________________________________________________Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA A
LAMPIRAN B
INDEKS
C
Teknik Pemesinan 1
A. Statika dan Tegangan
1. Statika
S
tatika adalah ilmu yang mempelajari tentang kesetimbangan benda,
termasuk gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda agar benda
tersebut dalam keadaan setimbang.
a. Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi
bergerak atau sebaliknya dari bergerak menjadi diam. Gaya dapat
digambarkan sebagai sebuah vektor, yaitu besaran yang mempunyai
besar dan arah. Gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F.
Gaya yang bekerja pada benda di atas antara lain: Gaya berat (W)
yang selalu berpusat pada titik beratnya dan arahnya selalu ke pusat
grafitasi bumi. Gaya (F) dapat sejajar dengan permukaan benda atau
membentuk sudut dengan permukanan tumpuan. Gaya F dapat
menyebabkan masa (m) dari diam menjadi bergerak hingga memiliki
percepatan sebesar a (m/s2), dapat dituliskan :
Teknik Pemesinan 2
di mana: N = gaya normal yang selalu tegak lurus permukaan benda
(Newton)
= koefisien gesek permukaan benda (tanpa satuan)
Aplikasi dari gaya gesek dapat diilustrasikan pada contoh: roda yang
masih baru akan memiliki cengkeraman yang lebih kuat dibanding
dengan roda yang aus/halus. Pengereman di permukaan aspal lebih baik
bila dibandingkan dengan di permukaan lantai keramik, karena aspal
lebih besar dari u permukaan keramik.
Teknik Pemesinan 3
2) Menyusun dua buah gaya
Arah gerak dan besar gaya pada benda A dipengaruhi oleh dua
komponen gaya masing-masing gaya F1 dan F2. Pengaruh gaya F1 dan F2
terhadap benda/titik A dapat diwakili oleh Resultane gaya (F) yang
besarnya dapat ditentukan sebagai berikut:
Teknik Pemesinan 4
yang terakhir, dan arahnya adalah dari A menuju titik ujung gaya terakhir
itu.
Teknik Pemesinan 5
6) Menguraikan Gaya
Menguraikan gaya dapat dilakukan dengan menguraikan pada arah
vertikal dan horizontal yang saling tegak lurus, atau masing-masing
komponen sebagai sisi-sisi dari jajaran genjang dengan sudut lancip
tertentu yang mudah dihitung. Pada gambar dibawah ini diberikan contoh
sebuah gaya F yang diuraikan menjadi F1 dan F2 yang membentuk sudut
lancip . Jika dua buah gaya dapat digantikan dengan sebuah gaya
pengganti atau resultan, maka sebaliknya, sebuah gaya dapat diuraikan
menjadi dua buah gaya yang masing-masing disebut dengan komponen
gaya menurut garis kerja yang sudah ditentukan.
1) Momen Gaya
Momen gaya F terhadap titik pusat O adalah hasil kali antara
besarnya gaya F dengan jarak garis gaya, ke titik pusat O. Besarnya
momen tergantung dari besarnya gaya F dan jarak garis gaya terhadap
titik putarnya (L). Dalam bidang teknik mesin momen sering terjadi pada
saat mengencangkan mur atau baut, pengguntingan pelat, sistem pegas,
dan sebagainya.
Gambar 1 9. Jarak (L) garis gaya (F) terhadap titik perputaran (o)
Dimana F = gaya
L = jarak gaya terhadap titik pusat
M = Momen gaya
Teknik Pemesinan 6
Dalam satuan SI (standar international), momen memiliki satuan
Newton meter (N.m). Suatu momen adalah positif (+) jika momen itu
berputar searah jarum jam, dan berharga negatif (-) jika berputar
berlawanan arah putaran jarum jam. Jika terdapat beberapa gaya yang
tidak satu garis kerja seperti gambar di bawah maka momen gayanya
adalah jumlah dari momen gaya-momen gaya itu terhadap titik tersebut.
Gambar 1 10. Menyusun lebih dari dua buah gaya secara poligon
2) Kopel
Sebuah kopel terjadi jika dua gaya dengan ukuran yang sama dan
garis kerjanya sejajar tetapi arahnya berlawanan, yang keduanya
cenderung menimbulkan perputaran. (lihat gambar di bawah ini)
Gambar 1 11. Dua gaya sama sejajar berlawanan arah dan berjarak L
Teknik Pemesinan 7
c. Kesetimbangan
1) Pengertian kesetimbangan
Syarat kesetimbangan adalah jumlah momen-momen gaya terhadap
titik kesetimbangan (o) sama dengan nol.
Persamaan kesetimbangannya:
Mo = 0
F 2. b - F 1 . a = 0
F1 .a
F 2 .= .
F2
Teknik Pemesinan 8
Gambar 1 13. Kesetimbagan benda pada bidang miring
F
Diagram vektor berbentuk segitiga siku di mana : sin T
mg
Jika gesekan diabaikan, agar tetap setimbang maka gaya F sebesar:
F = W sin o dan
N = W Cos
2. Tegangan
a. Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi. Jika sebuah balok
terletak di atas lantai, balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian
pula sebaliknya lantai akan memberikan reaksi yang sama, sehingga
benda dalam keadaan setimbang. Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi
(F) dari bawah akan bekerja pada setiap penampang balok tersebut. Jika
kita ambil penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke
bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F) yang
arahnya ke atas.
Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di
bawah bidang penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap
satuan luas penampang menerima beban sebesar: F .
A
Teknik Pemesinan 9
Beban yang diterima oleh molekul-molekul benda setiap satuan luas
penampang disebut tegangan. Tegangan biasanya dinyatakan dengan
huruf Yunani (thau).
F
V
A
1) Macam-macam tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan
reaksi. Pada pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan
tekan terjadi tegangan tekan, begitu pula pada pembebanan yang lain.
a) Tegangan Normal
Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada
benda. Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang
N dyne
dalam m2, maka satuan tegangan adalah 2
atau .
m cm 2
Teknik Pemesinan 10
Persamaan tegangan tarik dapat dituliskan:
F Fa
Vt Di mana : F = gaya tarik, A = luas penampang
A A
c) Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada
tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan
Fa F
batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis: V D
A A
d) Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya
yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, gaya tidak segaris
namun pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak
terjadi pada konstruksi seperti sambungan keling, gunting, dan
sambungan baut.
Teknik Pemesinan 11
Pada gambar di atas, dua gaya F sama besar berlawanan arah. Gaya
F bekerja merata pada penampang A. Pada material akan timbul
tegangan gesernya, sebesar:
gayadalam F
Wg Wg (N / m2 )
luaspenampang A
S
Untuk konstruksi pada paku keling, maka F maksimum = .D 2
4
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja
pada penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka
pelengkungan benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang terjadi
adalah
F
Wg
S
.D 2
4
Apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku keling, maka sesuai
dengan persamaan dibawah ini tegangan gesernya adalah
F
Wg , Dimana D = diameter paku keling
S 2
n. .D
4
e) Tegangan Lengkung
Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang dalam
keadaan ditumpu. Jadi, merupakan tegangan tangensial.
Teknik Pemesinan 12
f) Tegangan Puntir
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang
torsi pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan
tegangan trangensial.
Teknik Pemesinan 13
B. Mengenal Elemen Mesin
1. Poros
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga
melalui putaran mesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra
tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda
gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang
tetap pada poros dukung yang berputar. Contoh sebuah poros dukung
yang berputar, yaitu poros roda kereta api, As gardan, dan lain-lain.
F1 F2
a. Macam-macam poros
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berkut :
1) Gandar
Gandar merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir,
fungsinya hanya sebagai penahan beban, biasanya tidak berputar.
Teknik Pemesinan 14
Contohnya seperti yang dipasang pada roda-roda kereta barang, atau
pada as truk bagian depan.
2) Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, di mana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil,
dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
3) Poros transmisi
Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah
satu elemen mesin ke elemen mesin yang lain. Poros transmisi mendapat
beban puntir murni atau puntir dan lentur yang akan meneruskan daya ke
poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantau, dan lain-
lain.
Teknik Pemesinan 15
Gambar 1 24. Poros transmisi dengan beban puntir
Teknik Pemesinan 16
Jika momen lentur M1, di mana beban pada suatu gandar diperoleh
dari 1 berat kendaraan dengan muatan maksimum dikurangi berat
2
gandar dan roda, tegangan lentur yang diijinkan adalah a, maka
diameter dari poros adalah
1
10,2 1 3
ds .M
V a
3) Poros dengan beban puntir dan lentur
Poros dengan beban puntir dan lentur dapat terjadi pada puli atau
roda gigi pada mesin untuk meneruskan daya melalui sabuk, atau rantai.
Dengan demikian poros tersebut mendapat beban puntir dan llentur
akibat adanya beban. Beban yang bekerja pada poros pada umumnya
adalah beban berulang. Jika poros tersebut mempunyai roda gigi untuk
meneruskan daya besar, maka kejutan berat akan terjadi pada saat mulai
atau sedang berputar. Selain itu beban puntir dan lentur juga terjadi pada
lengan arbor mesin frais, terutama pada saat pemakanan.
Gambar 1 26. Beban puntir dan lentur pada arbor saat pemakanan
Agar mampu menahan beban puntir dan lentur, maka bahan poros
harus bersifat liat dan ulet agar mampu menahan tegangan geser
maksimum sebesar:
V 2 4W 2
W max
2
32M
Pada poros yang pejal dengan penampang bulat, s dan
Sd s 3
16T 5,1
W W max
d 3 M T
2 2
, sehingga
Sd s 3 s
Teknik Pemesinan 17
2. Bantalan
Bantalan diperlukan untuk menumpu poros berbeban, agar dapat
berputar atau bergerak bolak-balik secara kontinnyu serta tidak berisik
akibat adaya gesekan. Posisi bantalan harus kuat, hal ini agar elemen
mesin dan poros dapat bekerja dengan baik.
Bantalan poros dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
a. Bantalan luncur, di mana terjadi gerakan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan lapisan pelumas.
Teknik Pemesinan 18
Gambar 1 29. Bantalan aksial
Material dapat berupa bahan logam dan non logam. Bahan logam ini
terdiri dari logam ferro dan nonferro. Bahan logam ferro diantaranya besi,
baja, dan besi cor, sedangkan logam nonferro (bukan besi) antara lain
emas, perak, dan timah putih. Bahan non logam dapat dibagi menjadi
bahan organik (bahan yang berasal dari alam) dan bahan anorganik.
Selain pengelompokan di atas, material juga dapat dikelompokkan
berdasarkan unsur-unsur kimia, yaitu unsur logam, nonlogam dan
metalloid. Dengan mengetahui unsur-unsur kimia ini, kita dapat
menghasilkan logam yang kuat dan keras sesuai kebutuhan.
Teknik Pemesinan 19
tempa, alumunium, dan tembaga mempunyai kekuatan tarik dan tekan
yang hampir sama. Sementara itu, kekuatan gesermya kira-kira dua
pertiga kekuatan tariknya. Ukuran kekuatan bahan adalah tegangan
maksimumnya, atau gaya terbesar persatuan luas yang dapat ditahan
bahan tanpa patah. Untuk mengetahui kekuatan suatu material dapat
dilakukan dengan pengujian tarik, tekan, atau geser.
Kekerasan (hardness) adalah ketahanan suatu bahan untuk
menahan pembebanan yang dapat berupa goresan atau penekanan.
Kekerasan merupakan kemampuan suatu material untuk menahan takik
atau kikisan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material digunakan uji
Brinell.
Kekakuan adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menahan
perubahan bentuk atau deformasi setelah diberi beban.
Kelelahan bahan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima
beban yang berganti-ganti dengan tegangan maksimum diberikan pada
setiap pembebanan.
Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk
semula setelah menerima beban yang mengakibatkan perubahan bentuk.
Elastisitas merupakan kemampuan suatu material untuk kembali ke
ukuran semula setelah gaya dari luar dilepas. Elastisitas ini penting pada
semua struktur yang mengalami beban yang berubah-ubah terlebih pada
alat-alat dan mesin-mesin presisi.
Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan padat untuk mengalami
perubahan bentuk tetap tanpa ada kerusakan.
Sifat fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami
peristiwa fisika seperti adanya pengaruh panas atau listrik. Yang
termasuk sifat-sifat fisika adalah sebagai berikut: Titik lebur, Kepadatan,
Daya hantar panas, dan daya hantar listrik
Sifat kimia adalah kemampuan suatu logam dalam mengalami
peristiwa korosi. Korosi adalah terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan
dengan lingkungannya. Secara garis besar ada dua macam korosi, yaitu
korosi karena efek galvanis dan reaksi kimia langsung.
Sifat pengerjaan adalah suatu sifat yang timbul setelah diadakannya
proses pengolahan tertentu. Sifat pengerjaan ini harus diketahui terlebih
dahulu sebelum pengolahan logam dilakukan. Ada dua macam
pengerjaan yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut :
Teknik Pemesinan 20
2. Mineral
Mineral merupakan suatu bahan yang banyak terdapat di dalam bumi,
yang mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus serta mempunyai susunan
kimia yang tetap. Moneral memliki ciri-ciri khas antara lain:
a. Warna, mineral mempunyai warna tertantu, misalnya malagit
berwarna hijau, lazurit berwarna biru, dan ada pula mineral yang
memiliki bermacam-macam warna misalnya kuarsa.
b. Cerat, merupakan warna yang timbul bila mineral tersebut digoreskan
pada porselen yang tidak dilicinkan.
c. Kilatan merupakan sinar suatu mineral apabila memantulkan cahaya
yang dikenakan kepadanya. Misalnya emas, timah, dan tembaga
yang mempunyai kilat logam.
Kristal atau belahan merupakan mineral yang mempunyai bidang
datar halus. Misalnya, seng, bentuk kristalnya dapat dipecah-pecah
menjadi beberapa kubus dan patahannya akan terlihatk dengan jelas.
Setiap mineral memiliki bentuk kristal yang berbeda-beda. Contohnya
bentuk kubus pada galmer (bilih seng), bentuk heksagonal (enam
bidang) pada kuarsa. dan lain-lain.
d. Berat jenis, mineral mempunyai berat jenis antara 2 4 ton/m2. Berat
jenis ini akan berubah setelah diolah menjadi bahan.
a. Unsur-unsur Logam
Unsur-unsur logam dibagi lagi dalam dua kelompok menurut
banyaknya, yaitu yang berlimpah di kerak bumi seperti besi, alumunium,
mangan, dan titanium, dan yang sedikit terdapat di alam seperti tenbaga,
timah hitam.
b. Unsur-unsur Nonlogam
Unsur-unsur nonlogam (nonmetallic) dapat dibagi menjadi empat
kelompok berdasarkan kegunaannya, antara lain :
x Natrium klorida, kalsium fosfat, dan belerang merupakan bahan-
bahan utama industri-industri kimia dan pupuk buatan.
x Pasir, batu kerikil, batu hancur, gips, dan semen terutama dipakai
sebagai bahan-bahan bangunan dan konstruksi lainnya.
x Bahan bakar fosil, yaitu yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan
binatang seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Persediaan
energi kita sekarang sangat bergantung pada bahan-bahan ini.
x Air merupakan sumber mineral terpenting dari semuanya yang
terdapat melimpah di permukaan bumi. Tanpa air tidak mungkin kita
dapat menanam dan menghasilkan bahan makanan.
Teknik Pemesinan 21
4. Pemurnian Mineral
Sejak abad ke-14 besi mulai diproduksi dalam jumlah besar dan
dasar-dasar eksploitasi industri besi secara modern sudah dimulai.
Setelah itu diperoleh berbagai penemuan dalam produksi besi, antara
lain: (a) metode untuk memproduksi baja yang berkualitas tinggi dari besi
kasar, (b) prosedur-prosedur tanur yang lebih efisien, termasuk juga
pemakaian kokas yang dibuat dari batu bara sebagai pengganti arang
kayu, akibat semakin berkurangnya persediaan kayu. (c) metode-metode
untuk mereduksi bijih besi. (d) metode-metode untuk memamfaatkan
bijih-bijih besi yang mengandung kotoran-kotoran perusak seperti fosfor
dan belerang.dan (d) metode-metode untuk memproses bijih besi
berkadar rendah.
Teknik Pemesinan 22
b. Proses pemurnian alumunium
Proses pemurian alumunium dengan cara memanaskan alumunium
hidroksida sampai lebih kurang 1300C (diendapkan), akan didapatkan
alumina. Karena titik lelehnya tinggi, alumina dilarukan ke dalam cairan
klorit (garam Na3AlF6) yang berfungsi sebagai elektrolit sehingga titik
lelehnya menjadi rendah (1000C). Lima belas persen alumina (Al2O3)
dapat diuraikan ke dalam kriolit, sedang proses elektrolisis di sini sebagai
reduksi Al2O3.
Bijih bauksit mula-mula dimurnikan terlebih dahulu dengan proses
kimia dan alumunium oksida murni diuraikan dengan elektrolisis. Bauksit
dimasukkan ke dalam kauksit soda, alumina di dalamnya membentuk
natrium aluminat, bagian lain tidak bereaksi dan dapat dipisahkan.
Teknik Pemesinan 23
f. Proses pemurnian seng (Zn)
Proses pemurnian seng diawali dengan memisahkan bijih seng
kemudian dipanggang dalam dapur untuk mengeluarkan belerang dan
asam arang. Setelah itu terjadilah oksida seng, karbonatnya terurai dan
sulfidanya dioksidasi. Bijih seng didapat dari senyawa belerang
diantaranya karbonat seng (ZnCO3), silikat seng (ZnSiO4H2O), dan sulfida
seng (ZnS).
Teknik Pemesinan 24
BAB 2
MEMAHAMI PROSES-PROSES
DASAR KEJURUAN
Teknik Pemesinan 25
A. Mengenal Proses Pengecoran Logam
1. Pengertian
P
engecoran (casting) adalah suatu proses penuangan materi cair
seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan,
kemudian dibiarkan membeku di dalam cetakan tersebut, dan
kemudian dikeluarkan atau dipecah-pecah untuk dijadikan komponen
mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat bagian mesin dengan
bentuk yang kompleks.
Teknik Pemesinan 26
Pengecoran biasanya diawali dengan pembuatan cetakan dengan
bahan pasir. Cetakan pasir bisa dibuat secara manual maupun dengan
mesin. Pembuatan cetakan secara manual dilakukan bila jumlah
komponen yang akan dibuat jumlahnya terbatas, dan banyak variasinya.
Pembuatan cetakan tangan dengan dimensi yang besar dapat
menggunakan campuran tanah liat sebagai pengikat. Dewasa ini cetakan
banyak dibuat secara mekanik dengan mesin agar lebih presisi serta
dapat diproduk dalam jumlah banyak dengan kualitas yang sama
baiknya.
Teknik Pemesinan 27
Gambar 2 3. Dimensi benda kerja yang akan dibuat (a), menutupi
permukaan pola dalam rangka cetak dengan pasir, (b) cetakan siap
(c), proses penuangan (d), dan produk pengecoran (e).
a. Penggiling pasir
Penggiling pasir digunakan apabila pasir tersebut menggunakan
lempung sebagai pengikat, sedangkan untuk pengaduk pasir digunakan
Teknik Pemesinan 28
jika pasir menggunakan bahan pengikat seperti minyak pengering atau
natrium silikat.
b. Pencampur pasir
Pencampur pasir digunakan untuk memecah bungkah-bungkah pasir
setelah pencampuran. Jadi, pasir dari penggiling pasir kadang-kadang
diisikan ke pencampur pasir atau biasanya pasir bekas diisikan langsung
ke dalamnya.
c. Pengayakan
Untuk mendapatkan pasir cetak, ayakan dipakai untuk menyisihkan
kotoran dan butir-butir pasir yang sangat kasar. Jenis ayakan ada dua
macam, yaitu ayakan berputar dan ayakan bergetar.
d. Pemisahan magnetis
Pemisahan magnetis digunakan untuk menyisihkan potongan-
potongan besi yang berada dalam pasir cetak tersebut.
e. Pendingin pasir
Dalam mendinginkan pasir, udara pendingin perlu bersentuhan
dengan butir-butir pasir sebanyak mungkin. Pada pendingin pasir
pengagitasi, udara lewat melalui pasir yang diagitasi. Adapun pada
pendingin pasir tegak, pasir dijatuhkan ke dalam tangki dan disebar oleh
sebuah sudu selama jatuh, yang kemudian didinginkan oleh udara dari
bawah. Pendingin pasir bergetar menunjukkan alat di mana pasir
diletakkan pada pelat dan pengembangan pasir efektif.
Teknik Pemesinan 29
bahan perekat kimia/minyak polimer. Pasir hampir pada setiap prosesnya
dapat diulang beberapa kali dan membutuhkan bahan input tambahan
yang sangat sedikit.
Pada dasarnya, pengecoran dengan pasir ini digunakan untuk
mengolah logam bertemperatur rendah, seperti besi, tembaga,
aluminium, magnesium, dan nikel. Pengecoran dengan pasir ini juga
dapat digunakan pada logam bertemperatur tinggi, namun untuk bahan
logam selain itu tidak akan bisa diproses. Pengecoran ini adalah teknik
tertua dan paling dipahami hingga sekarang. Bentuk-bentuk ini harus
mampu memuaskan standar tertentu sebab bentuk-bentuk tersebut
merupakan inti dari proses pergecoran dengan pasir .
Teknik Pemesinan 30
diperbarui, dilukis, dan dihaluskan agar menyerupai pencetak dari
perunggu.
Pengecoran dengan gips hampir sama dengan pengecoran dengan
pasir kecuali pada bagian gips diubah dengan pasir. Campuran gips pada
dasarnya terdiri dari 70-80 % gipsum dan 20-30 % penguat gipsum dan
air. Pada umumnya, pembentukan pengecoran gips ini membutuhkan
waktu persiapan kurang dari 1 minggu, setelah itu akan menghasilkan
produksi rata-rata sebanyak 1-10 unit/jam pengecorannya dengan berat
untuk hasil produksinya maksimal mencapai 45 kg dan minimal 30 kg,
dan permukaan hasilnyapun memiliki resolusi yang tinggi dan halus.
Jika gips digunakan dan pecah, maka gips tersebut tidak dapat
diperbaiki dengan mudah. Pengecoran dengan gips ini normalnya
digunakan untuk logam non belerang seperti aluminium, seng, tembaga.
Gips ini tidak dapat digunakan untuk melapisi bahan-bahan dari belerang
karena sulfur dalam gipsum secara perlahan bereaksi dengan besi.
Persiapan utama dalam pencetakan adalah pola yang ada disemprot
dengan film yang tebal untuk membuat gips campuran. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah cetakan merusak pola. Unit cetakan
tersebut dikocok sehingga gips dapt mengisi lubang-lubang kecil di
sekitar pola. Pembentuk pola dipindahkan setelah gips diatur.
Pengecoran gips ini menunjukkan kemajuan, karena penggunaan
peralatan otomatis dapat segera digunakan dengan mudah ke sistem
robot, karena ketepatan desain permintaan semakin meningkat yang
bahkan lebih besar dari kemampuan manusia.
Teknik Pemesinan 31
Gambar 2 5. Turbin air produk hasil pengecoran logam
Proses pengecoran seperti die casting dan sand casting menjadi
suatu proses yang mahal, bagaimanapun juga komponen-komponen
yang dapat diproduksi menggunakan pengecoran investment dapat
menciptakan garis-garis yang tak beraturan dan sebagian komponen ada
yang dicetak near net shape sehingga membutuhkan sedikit atau bahkan
tanpa pengecoran ulang.
9. Die Casting
Die casting adalah proses pencetakan logam dengan menggunakan
penekanan yang sangat tinggi pada suhu rendah. Cetakan tersebut
disebut die. Rentang kompleksitas die untuk memproduksi bagian-bagian
logam non belerang (yang tidak perlu sekuat, sekeras, atau setahan
panas seperti baja) dari keran cucian sampai cetakan mesin (termasuk
hardware, bagian-bagian komponen mesin, mobil mainan, dsb).
Teknik Pemesinan 32
Gambar 2 7. Die casting
Teknik Pemesinan 33
dipengaruhi oleh suhu pelelehan dari logam yang digunakan. Aluminium
biasanya memperpendek usia die karena tingginya temperatur dari logam
cair yang mengakibatkan kikisan cetakan baja pada rongga. Cetakan
untuk die casting seng bertahan sangat lama karena rendahnya
temperatur seng. Sedang untuk tembaga, cetakan memiliki usia paling
pendek dibanding yang lainnya. Hal ini terjadi karena tembaga adalah
logam terpanas.
Seringkali dilakukan operasi sekunder untuk memisahkan
pengecoran dari sisa-sisanya, yang dilakukan dengan menggunakan trim
die dengan power press atau hidrolik press. Metode yang lama adalah
memisahkan dengan menggunakan tangan atau gergaji. Dalam hal ini
dibutuhkan pengikiran untuk menghaluskan bekas gergajian saat logam
dimasukkan atau dikeluarkan dari rongga. Pada akhirnya, metode
intensif, yang membutuhkan banyak tenaga digunakan untuk
menggulingkan shot jika bentuknya tipis dan mudah rusak. Pemisahan
juga harus dilakukan dengan hati-hati.
Kebanyakan die caster melakukan proses lain untuk memproduksi
bahan yang tidak siap digunakan. Yang biasa dilakukan adalah membuat
lubang untuk menempatkan sekrup.
Teknik Pemesinan 34
berakhir dengan pengerasan di mana logam cair berubah menjadi logam
padat.
Pada tahap dasar ini, pengecoran logam menuangkan logam ke
dalam cetakan tanpa mengontrol bagaimana pencetakan mendingin dan
logam membeku dalam cetakan. Ketika panas harus dipindahkan dengan
cepat, para ahli akan merencanakan cetakan yang digunakan untuk
mencakup penyusutan panas pada cetakan, disebut dengan chills. Fins
bisa juga didesain pada pengecoran untuk panas inti, yang kemudian
dipindahkan pada proses cleaning (juga disebut fetting). Kedua metode
bisa digunakan pada titik-titik lokal pada cetakan dimana panas akan
disarikan secara cepat.
Ketika panas harus dipindahkan secara pelan, pemicu atau
beberapa alas bisa ditambahkan pada pengecoran. Pemicu adalah
sebuah cetakan tambahan yang lebih luas yang akan mendingin lebih
lamban dibanding tempat dimana pemicu ditempelkan pada pengecoran.
Akhirnya, area pengecoran yang didinginkan secara cepat akan memiliki
struktur serat yang bagur dan area yang mendingin dengan lamban akan
memilki struktur serat yang kasar.
Teknik Pemesinan 35
tool), sehingga terbentuk permukaan benda kerja menjadi komponen
yang dikehendaki. Pahat yang digunakan pada satu jenis mesin perkakas
akan bergerak dengan gerakan yang relatif tertentu (berputar atau
bergeser) disesuaikan dengan bentuk benda kerja yang akan dibuat.
Pahat, dapat diklasifikasikan sebagai pahat bermata potong
tunggal (single point cutting tool) dan pahat bermata potong jamak
(multiple point cutting tool). Pahat dapat melakukan gerak potong (cutting)
dan gerak makan (feeding). Proses pemesinan dapat diklasifikasikan
dalam dua klasifikasi besar yaitu proses pemesinan untuk membentuk
benda kerja silindris atau konis dengan benda kerja/pahat berputar, dan
proses pemesinan untuk membentuk benda kerja permukaan datar tanpa
memutar benda kerja. Klasifikasi yang pertama meliputi proses bubut dan
variasi proses yang dilakukan dengan menggunakan mesin bubut, mesin
gurdi (drilling machine), mesin frais (milling machine), mesin gerinda
(grinding machine). Klasifikasi kedua meliputi proses sekrap (shaping,
planing), proses slot (sloting), proses menggergaji (sawing), dan proses
pemotongan roda gigi (gear cutting). Beberapa proses pemesinan
tersebut ditampilkan pada Gambar 2.9.
Teknik Pemesinan 36
2. Pembentukan Beram (Chips Formation) pada Proses
Pemesinan
Karena pentingnya proses pemesinan pada semua industri, maka
teori pemesinan dipelajari secara luas dan mendalam sejak lama,
terutama terjadinya proses penyayatan sehingga terbentuk beram.
Proses terbentuknya beram adalah sama untuk hampir semua proses
pemesinan, dan telah diteliti untuk menemukan bentuk yang mendekati
ideal, berapa kecepatan (speed), gerak makan (feed), dan parameter
yang lain, yang di masa yang lalu diperoleh dengan perkiraan oleh para
ahli dan operator proses pemesinan.
Dengan diterapkannya CNC (Computer Numerically Controlled)
pada mesin perkakas, maka produksi elemen mesin menjadi sangat
cepat, sehingga menjadi sangat penting untuk menemukan perhitungan
otomatis guna menentukan kecepatan dan gerak makan. Informasi
singkat berikut akan menjelaskan tentang beberapa aspek penting proses
pembentukan beram dalam proses pemesinan. Alasan-alasan bahwa
proses pembentukan beram adalah sulit untuk dianalisa dan diketahui
karakteristiknya diringkas sebagai berikut :
x Laju regangan (strain rate) yang terjadi saat pembentukan sangat
tinggi dibandingkan dengan proses pembentukan yang lain.
x Proses pembentukan beram tergantung pada bahan benda kerja,
temperatur benda kerja, cairan pendingin, dan sebagainya.
x Proses pembentukan beram juga tergantung pada material pahat,
temperatur pahat, dan getaran pahat.
x Proses pembentukan beram sangat dipengaruhi oleh bentuk pahat
(cutting tool).
Untuk semua jenis proses pemesinan termasuk gerinda, honing,
lapping, planing, bubut, atau frais, fenomena pembentukan beram pada
satu titik bertemunya pahat dengan benda kerja adalah mirip. Pada
Gambar 2.10. dan Gambar 2.11. dijelaskan tentang kategori dari jenis-
jenis beram :
Teknik Pemesinan 37
Gambar 2 10. Jenis-jenis dan bentuk beram proses pemesinan pada
saat mulai terbentuk.
Teknik Pemesinan 38
Gambar 2 12. dua dimensi terbentuknya beram (chips).
bidang
Teknik Pemesinan 39
Gambar 2 13. Gambar skematis terbentuknya beram yang
dianalogikan dengan pergeseran setumpuk kartu.
Teknik Pemesinan 40
sifat fisik meningkat, (e) Jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah
bentuk logam dalam keadaan plastik lebih rendah.
Namun demikian, pada proses pengerjaan ini juga ada kerugiannya,
yaitu pada suhu yang tinggi terjadi oksidasi dan pembentukan kerak pada
permukaan logam sehingga penyelesaian permukaan tidak bagus. Hal itu
akan berakibat pada toleransi dari benda tersebut menjadi tidak ketat.
Proses pengerjaan panas logam ini ada bermacam-macam, antara
lain:
1. Pengerolan (Rolling)
Batangan baja yang membara, diubah bentuknya menjadi produk
berguna melalui pengerolan.
2. Penempaan (Forging)
Proses penempaan ini ada berbagai jenis, di antaranya penempaan
palu, penempaan timpa, penempaan upset, penempaan tekan, dan
penempaan rol. Salah satu akibat dari proses pengolahan adalah
penghalusan butir yang disebabkan rekristalisasi. Struktur yang kasar,
kembali menjadi struktur memanjang akibat pengaruh penggilingan.
Teknik Pemesinan 41
D. Mengenal Proses Mesin Konversi Energi
3. Pengertian Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Energi bersifat
abstrak yang sukar dibuktikan tetapi dapat dirasakan adanya. Menurut
hukum Termodinamika Pertama, energi bersifat kekal. Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnakan, tetapi dapat berubah bentuk
(konversi) dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain.
Sebagai contoh pada proses pembakaran pada mesin mobil/motor
(sistem motor pembakaran dalam), bensin satu liter dikonversi menjadi
kerja yang berhasil guna tinggi, yakni menjadi energi gerak/mekanik pada
mobil/motor, sehingga dapat memindahkan manusia/barang dari suatu
tempat ke tempat lain. Dalam hal ini bensin satu liter memiliki energi
dalam yang siap dirubah menjadi kerja yang berguna (availabilitas). enga
kata lain availabilitas adalah kemampuan sistem untuk menghasilkan
kerja yang berguna.
4. Macam-Macam Energi
a. Energi Mekanik
Energi meknik merupakan energi gerak, misal turbin air akan
mengubah energi potensial menjadi energi mekanik untuk memutar
generator listrik.
b. Energi Potensial
Merupakan energi karena posisinya di tempat yang tinggi. Contohnya
air waduk di pegunungan dapat dikonversi menjadi energi mekanik untuk
memutar turbin selanjutnya dikonversi lagi menjadi energi listrik.
c. Energi Listrik
Energi Listrik adalah energi yang berkaitan dengan arus elektron,
dinyatakan dalam Watt-jam atau kilo Watt-jam. Arus listrik akan mengalir
bila penghantar listrik dilewatkan pada medan magnet. Bentuk transisinya
adalah aliran elektron melalui konduktor jenis tertentu. Energi listrik dapat
disimpan sebagai energi medan elektrostatis yang merupakan energi
yang berkaitan dengan medan listrik yang dihasilkan oleh
terakumulasinya muatan elektron pada pelat-pelat kapasitor.
Teknik Pemesinan 42
Gambar 2 16. PLTA, konversi energi dari energi potensial, energi
mekanik, dan energi listrik
d. Energi Elektromagnetik
Energi elektromagnetik merupakan bentuk energi yang berkaitan
dengan radiasi elektromagnetik. Energi radiasi dinyatakan dalam satuan
energi yang sangat kecil, yakni elektron volt (eV) atau mega elektro volt
(MeV), yang juga digunakan dalam evaluasi energi nuklir.
e. Energi Kimia
Energi kimia merupakan energi yang keluar sebagai hasil interaksi
elektron di mana dua atau lebih atom/molekul berkombinasi sehingga
menghasilkan senyawa kimia yang stabil. Energi kimia hanya dapat
terjadi dalam bentuk energi tersimpan. Bila energi dilepas dalam suatu
reaksi maka reaksinya disebut reaksi eksotermis yang dinyatakan dalam
kJ, Btu, atau kKal. Bila dalam reaksi kimia energinya terserap maka
disebut dengan reaksi endodermis. Sumber energi bahan bakar yang
sangat penting bagi manusia adalah reaksi kimia eksotermis yang pada
umumnya disebut reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran melibatkan
oksidasi dari bahan bakar fosil.
Teknik Pemesinan 43
Gambar 2 17. Accu sebagai bentuk energi kimia
f. Energi Nuklir
Energi Nuklir adalah energi dalam bentuk energi tersimpan yang
dapat dilepas akibat interaksi partikel dengan atau di dalam inti atom.
Energi ini dilepas sebagai hasil usaha partikel-partikel untuk memperoleh
kondisi yang lebih stabil. Satuan yang digunakan adalah juta elektron
reaksi. Pada reaksi nuklir dapat terjadi peluluhan radioaktif, fisi, dan fusi.
g. Energi Termal
Energi termal merupakan bentuk energi dasar di mana dalam kata
lain adalah semua energi yang dapat dikonversikan secara penuh
menjadi energi panas. Sebaliknya, pengonversian dari energi termal ke
energi lain dibatasi oleh hukum Termodinamika II. Bentuk energi transisi
dan energi termal adalah energi panas, dapat pula dalam bentuk energi
tersimpan sebagai kalor laten atau kalor sensible yang berupa entalpi.
Teknik Pemesinan 44
Gambar 2 19. Mesin konversi dari panas ke uap
h. Energi Angin
Energi angin merupakan energi yang tidak akan habis, material
utama berupa angin dengan kecepatan tertentu yang mengenai turbin
angin sehingga menjadi gerak mekanik dan listrik.
Teknik Pemesinan 45
a. Motor pembakaran dalam
Motor pembakaran dalam dikembangkan oleh Motos Otto, atau Beau
de Roches merupakan mesin pengonvesi energi tak langsung, yaitu dari
energi bahan bakar menjadi energi panas dan kemudian baru menjadi
energi mekanis. Energi kimia bahan bakar tidak dikonversikan langsung
menjadi energi mekanis. Bahan bakar standar motor bensin adalah
isooktan (C8H18). Efisiensi pengonversian energinya berkisar 30% (t
30%). Hal ini karena kerugian 50% (panas, gesek/mekanis, dan
pembakaran tak-sempurna).
Sistem siklus kerja motor bensin dibedakan atas motor bensin dua
langkah (two stroke), dan empat langkah (four stroke).
Teknik Pemesinan 46
Gambar 2 21. Siklus motor bensin 4 langkah
SD 2
S .L.Pe.n
Daya efektif: Ne 4
60.75.a
SD 2
S .L.Pi.n
Daya indikatif: Ni 4
60.75.a
Teknik Pemesinan 47
di mana D : diameter silinder (cm2)
L : panjang langkah torak (m)
i : jumlah silinder
Pe : tekanan efek rata-rata (kgf/cm2)
Pi : tekanan indikatif rata-rata (kgf/cm2)
n : putaran mesin (rpm)
a : - dua langkah a=1
- empat langkah a=2
b. Turbin
Teknik Pemesinan 48
antara sudu. Jadi, sudu turbin haruslah dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat terjadi perubahan momentum pada fluida kerja tersebut.
Teknik Pemesinan 49
BAB 3
MEREALISASI KERJA
YANG AMAN
Teknik Pemesinan 50
A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
elalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap
Tujuan
nyaman, sehat, & selamat
Output,produk
Input Proses Produksi
Teknik Pemesinan 51
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak
aman (unsafe working condition)
3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri
5. Hubungan antara karakteristik pekerjaan dan kecelakaan kerja
menjadi fokus bahasan yang cukup menarik dan membutuhkan
perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced work), pekerjaan yang
dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work), pekerjaan-
pekerjaan yang harus diawali dengan "pemanasan prosedural",
beban kerja (workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan
(workhours) adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang dimaksud.
Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan,
maupun dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences
chain). Jika kecelakaan terjadi maka akan sangat mempengauhi
produktivitas kerja.
1. Manajemen Bahaya
Aktivitas, situasi, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan
segala sesuatu yang ada di tempat kerja/berhubungan dengan pekerjaan
yang menjadi/berpotensi menjadi sumber kecelakaan/cedera/penyakit
dan kematian disebut dengan Bahaya/Resiko.
Secara garis besar, bahaya/resiko dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu :
1. Bahaya/resiko lingkungan
Termasuk di dalamnya adalah bahaya-bahaya biologi, kimia, ruang
kerja, suhu, kualitas udara, kebisingan, panas/termal, cahaya dan
pencahayaan. dll.
2. Bahaya/resiko pekerjaan/tugas
Misalnya : pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara manual,
peralatan dan perlengkapan dalam pekerjaan, getaran, faktor
ergonomi, bahan/material, Peraturan Pemerintah RI No.: 74 Tahun
2001, tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dll.
3. Bahaya/resiko manusia
Kejahatan di tempat kerja, termasuk kekerasan, sifat pekerjaan itu
sendiri yang berbahaya, umur pekerja, Personal Protective
Equipment, kelelahan dan stress dalam pekerjaan, pelatihan, dsb.
Berdasarkan "derajad keparahannya", bahaya-bahaya di atas dibagi
ke dalam empat kelas, yaitu :
Teknik Pemesinan 52
a. Extreme risk
b. High risk
c. Moderate risk
d. Low risk
Teknik Pemesinan 53
Beberapa kata kunci yang saling berkaitan dalam penanganan
masalah keselamatan kerja, termasuk bagaimana prinsip pengendalian
kecelakaan kerja dilakukan, digambarkan melalui bagan berikut :
Eliminate,
Desain reduction,
Environt Sanitati
develop
analysis condition
on
SMK3
Combine HERSMIS
Ergonomic lightin
Coordintion
job hazard
analysis
Simplific Education
ation- promotion
SOP
Teknik Pemesinan 54
Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber
suara yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan
kerja :
1. Percakapan biasa (45-60 dB)
2. Bor listrik (88-98 dB)
3. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)
4. Gergaji mesin (110-115 dB)
5. Musik rock (metal) (115 dB)
6. Sirene ambulans (120 dB)
7. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 dB)
8. Pesawat terbang jet (140 dB).
Sedangkan jenis industri, tempat kebisingan bisa menjadi sumber
bahaya yang potensial bagi pekerja antara lain :
1. Industri perkayuan (wood working & wood processing)
2. Pekerjaan pemipaan (plumbing)
3. Pertambangan batu bara dan berbagai jenis pertambangan logam.
Catatan :
Lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB
atau kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus
menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dB selama lebih dari 8
jam tergolong sebagai high level of noise related risks.
Formula NIOSH (National Institute of Occupational Safety &
Health) untuk menghitung waktu maksimum yang diperkenankan bagi
seorang pekerja untuk berada dalam tempat kerja dengan tingkat
kebisingan tidak aman adalah sebagai berikut :
480
T
2 (L85)/3
Di mana :
T = waktu maksimum pekerja boleh berhadapan dengan tingkat
kebisingan (dalam menit)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = exchange rate
8
T
2(L 90)/5
Teknik Pemesinan 55
Di mana :
T = waktu maksimum pekerja boleh berhadapan dengan tingkat
kebisingan (dalam jam)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
5 = exchange rate
Teknik Pemesinan 56
Gambar 3 3. Contoh penggantian pada teknik penyambungan logam.
2. Pemisahan (separation)
1) Pemisahan fisik (physical separation)
Memindahkan mesin (sumber kebisingan) ke tempat yang
lebih jauh dari pekerja
2) Pemisahan waktu (time separation)
Mengurangi lamanya waktu yang harus dialami oleh seorang
pekerja untuk berhadapan dengan kebisingan. Rotasi
pekerjaan dan pengaturan jam kerja termasuk dua cara yang
biasa digunakan.
3. Perlengkapan perlindungan personnel (personnel protective
equipment/PPE)
Penggunaan earplug dan earmuffs
Teknik Pemesinan 57
Gambar 3 5. Perlengkapan perlindungan personel.
1. Pencahayaan
Pencahayaan yang baik pada tempat kerja memungkinkan para
pekerja melihat objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Selain
itu pencahayaan yang memadai akan memberikan kesan yang lebih baik
dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Sebaliknya, pencahayaan
yang buruk dapat menimbulkan berbagai akibat, antara lain :
1. Kelelahan mata sehingga berkurang daya dan efisiensi kerja
2. Kelelahan mental
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata
4. Kerusakan penglihatan
5. Meningkatnya kecelakaan kerja.
Pencegahan kelelahan akibat pencahayaan yang kurang
memadai dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :
1. Perbaikan kontras : dengan memilih latar penglihatan yang tepat
2. Meninggikan penerangan : menambah jumlah dan meletakkan
penerangan pada daerah kerja
3. Pemindahan tenaga kerja : pekerja muda pada shift malam.
Beberapa kata kunci dalam upaya perbaikan pencahayaan di
tempat kerja secara detil dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Optimalkan pencahayaan alami
1) Mengapa ?
Teknik Pemesinan 58
a) Cahaya alami adalah yang terbaik dan merupakan sumber
cahaya yang murah, sehingga akan menghemat biaya.
b) Pemerataan cahaya dalam tempat kerja dapat ditingkatkan
melalui cahaya alami, hal ini terbukti dapat meningkatkan
efisisiensi dan kenyamanan pekerja.
c) Penggunaan cahaya alamiah merupakan gerakan ramah
lingkungan.
2) Bagaimana caranya ?
a) Bersihkan jendela dan pindahkan sekat yang menghalangi
cahaya alamiah.
b) Ubah tempat kerja atau lokasi mesin agar dapat lebih banyak
terkena cahaya alamiah.
c) Perluas atau pertinggi jendela agar makin banyak cahaya
alamiah yang masuk.
d) Sendirikan saklar lampu pada tempat dekat jendela agar dapat
dimatikan bila cahaya alamiahnya terang.
e) Pasang genting transparan untuk menambah cahaya alamiah.
3) Petunjuk penting :
a) Gabungkan cahaya alamiah dengan cahaya buatan untuk
meningkatkan pencahayaan tempat kerja.
b) Cermatilah : jendela dan genting kaca akan menyebabkan
cuaca panas di musim panas, atau cuaca dingin di musim
dingin.
c) Di musim panas cegah bukaan jendela dari sinar matahari
langsung.
Gunakan warna cerah pada dinding dan langit-langit
1) Mengapa ?
a) Perbedaan warna akan memberikan perbedaan pantulan.
Pantulan terbesar pada warna putih (90%), terendah pada
warna hitam.
b) Dinding dan langit-langit yang cerah akan menghemat energi
karena dengan sedikit cahaya dapat meningkatkan
penerangan kamar.
c) Dinding dan langit-langit yang cerah akan membuat ruangan
menjadi nyaman, sehingga kondusif untuk bekerja efisien.
d) Permukaan warna cerah penting dalam pekerjaan teliti dan
pemeriksaan
2) Bagaimana caranya ?
a) Untuk mendapatkan pantulan sempurna gunakan warna
paling cerah (mis. putih = 80-90% pantulan) untuk langit-langit
dan warna muda (50-85% pantulan) untuk dinding.
b) Hindari perbedaan kecerahan antara dinding dan langit-langit.
c) Jangan gunakan bahan/cat mengkilap agar tidak menyilaukan.
d) Atur agar langit-langit dan tata lampu dapat saling memantul
sehingga pencahayaan makin merata.
Teknik Pemesinan 59
3) Petunjuk penting :
a) Bersihkan dinding dan langit-langit secara teratur, karena
debu akan menyerap banyak cahaya.
b) Bagian atas lampu yang terbuka bukan hanya memberikan
pantulan dari langit-langit, tetapi juga memberikan
pencahayaan yang merata serta mencegah bertumpuknya
kotoran.
c) Warna cerah dinding dan langit-langit membuat lingkungan
kerja menjadi nyaman dan efektif.
Terangi lorong, tangga, turunan, dll.
1) Mengapa ?
a) Tempat gelap menyebabkan kecelakaan, apalagi pada
pemindahan barang-barang.
b) Tangga, balik pintu dan gudang cenderung terlindung dan
gelap karena tidak terjangkau sinar matahari, sehingga perlu
perhatian pada daerah ini.
c) Penerangan yang memadai pada tempat-tempat ini akan
mencegah kerusakan bahan dan produk.
2) Bagaimana caranya ?
a) Bersihkan jendela dan pasang lampu.
b) Pindahkan sekat yang menghalangi sinar masuk.
c) Pindahkan lampu agar makin terang.
d) Usahakan cahaya alamiah dengan membuka pintu atau
memasang jendela dan genting kaca.
e) Tempatkan saklar dekat pintu masuk/keluar lorong dan
tangga.
f) Gunakan warna cerah pada tangga agar nampak jelas.
3) Petunjuk penting :
a) Tata lampu adalah bagian penting dalam pemeriksaan berkala
dan program pemeliharaan.
b) Penerangan pada lorong, tangga dan gudang boleh jadi
kurang daripada di ruang produksi, tetapi hal ini penting bagi
keselamatan transportasi dan perpindahan orang/barang.
c) Pasang saklar otomatis bila tangga, lorong dan gudang
digunakan secara teratur, atau jika tiba-tiba mati dapat
menimbulkan kecelakaan.
d) Penerangan yang baik pada lorong dan tangga mencegah
kecelakaan pekerja dan tamu, mengurangi kerusakan produk
dan meningkatkan citra perusahaan.
Pencahayaan merata mengurangi perubahan cahaya
1) Mengapa ?
a) Perubahan pandangan dari terang ke gelap memerlukan
adaptasi mata dan membutuhkan waktu serta menimbulkan
kelelahan.
Teknik Pemesinan 60
b) Bekerja menjadi lebih nyaman dan efisien pada ruangan
dengan variasi penerangan kecil.
c) Penting untuk mencegah kelap-kelip, karena melelahkan
mata.
d) Bayangan pada permukaan benda kerja menyebabkan hasil
kerja buruk, produktifitas rendah, gangguan & kelelahan mata,
dan kecelakaan.
2) Bagaimana caranya ?
a) Hilangkan kap, karena tidak ekonomis dan mengurangi
terangnya ruang kerja.
b) Pertimbangkan untuk mengubah ketinggian lampu dan
menambah penerangan utama agar ruang makin terang.
c) Gunakan cahaya alamiah.
d) Kurangi zone bayangan dengan pemasangan lampu, pantulan
dinding serta perbaikan layout ruang kerja.
e) Hindari cahaya bergetar dengan menukar neon dengan lampu
pijar.
Penerangan yang memadai menjadikan pekerjaan efisien dan aman
sepanjang waktu
1) Mengapa ?
a) Penerangan memadai meningkatkan kenyamanan pekerja
dan ruang kerja.
b) Penerangan memadai mengurangi kesalahan dan kecelakaan.
c) Penerangan yang memadai dan pas akan membantu pekerja
mengawasi benda kerja secara cepat dan rinci sesuai tuntutan
tugas.
2) Bagaimana caranya ?
a) Kombinasikan cahaya alamiah dan cahaya buatan.
b) Pemasangan lampu mempertimbangkan kebutuhan
pekerjaan.
c) Ubah posisi lampu dan arah cahaya agar jatuh pada objek
kerja.
d) Pertimbangkan umur pekerja, yang tua perlu penerangan lebih
besar.
e) Penerangan diatur agar lebih mudah mengamati objek.
3) Petunjuk lain :
a) Rawatlah tata lampu secara rutin, bersihkan lampu, reflektor,
jendela, dinding, sekat, dsb.
b) Warna dinding yang cerah memantulkan lebih banyak cahaya
dan memperbaiki atmosfer ruang kerja.
c) Periksalah kesehatan mata pekerja > 40 tahun, karena
biasanya mereka berkaca mata.
d) Usahakan penerangan yang baik dan memadai secara murah,
banyak cara untuk mencapai hal itu.
Teknik Pemesinan 61
Pasang penerangan lokal untuk pekerjaan peliti dan pemeriksaan
1) Mengapa ?
a) Dibanding dengan pekerjaan produksi dan kantor, pekerjaan
presisi dan pemeriksaan memerlukan lebih banyak
penerangan.
b) Penerangan lokal yang memadai akan meningkatkan
keselamatan dan efisiensi.
c) Kombinasi penerangan utama dan lokal akan diperoreh
penerangan memadai dan mengurangi gangguan akibat
adanya bayangan.
2) Bagaimana caranya?
a) Pasang penerangan lokal dekat dan di atas pekerjaan teliti
dan pemeriksaan.
b) Usahakan penerangan lokal mudah dipindah-pindahkan
sesuai kebutuhan, mudah dibersihkan dan dirawat.
c) Gunakan neon untuk pekerjaan warna yang cermat.
d) Pastikan kombinasi cahaya alamiah dan buatan memberikan
kontras antara benda kerja dan bidang latar.
3) Petunjuk penting :
a) Pastikan penerangan lokal tidak mengganggu pandangan
pekerja.
b) Pada mesin yang bergetar, pasang lampu pada batang yang
tegar.
c) Gunakan kap agar tidak menyilaukan.
d) Lampu pijar timbulkan panas, hindari ini dengan memasang
lampu TL.
e) Pemasangan lampu lokal yang tepat menghemat energi dan
sangat efektif.
Teknik Pemesinan 62
Pindahkan benda mengkilap agar tidak menyilaukan
1) Mengapa ?
a) Silau tidak langsung sama dengan silau langsung dapat
mengurangi daya lihat tenaga kerja.
b) Membuat kurang nyaman dan kelelahan mata.
2) Bagaimana caranya ?
a) Kurangi pantulan dari permukaan mengkilap atau pindahkan
letaknya.
b) Gunakan penutup pada benda mengkilap.
c) Kurangi nyala lampu.
d) Buat latar yang terang di belakang benda kerja.
3) Petunjuk lain :
a) Pekerja tua lebih sensitif thd silau, sehingga perlu penerangan
yang baik.
b) Coba berbagai posisi agar diperoleh pencahayaan yang baik.
c) Pantulan menyilaukan membuat mata lelah dan menurunkan
kinerja, hindarilah hal tsb.
Bersihkan jendela dan pelihara sumber penerangan
1) Mengapa ?
a) Penerangan yang kotor dan tidak terpelihara akan mengurangi
pencahayaan.
b) Pemeliharaan dan kebersihan akan menghemat energi.
c) Pemeliharaan akan menambah umur bola lampu.
2) Bagaimana caranya?
a) Bersihkan secara teratur.
b) Petugas memadai dalam hal alat dan keterampilan.
c) Rencanakan program pemeliharaan sebagai program terpadu.
d) Sedapat mungkin gunakan lampu yang kapnya terbuka agar
debu tidak menumpuk.
3. Pengendalian Bahaya Pencemaran Udara/Polusi
Pengendalian bahaya akibat pencemarann udara atau kondisi
udara yang kurang nyaman dapat dilakukan antara lain dengan
pembuatan ventilasi yang memadai. Ventilasi dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis :
1. Ventilasi umum : pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang
kerja melalui suatu bukaan pada dinding bangunan dan pemasukan
udara segar melalui bukaan lain atau kebalikannya. Disebut juga
sebagai ventilasi pengenceran.
2. Ventilasi pengeluaran setempat : pengisapan dan pengeluaran
kontaminan secara serentak dari sumber pancaran sebelum
kontaminan tersebar ke seluruh ruangan.
3. Ventilasi penurunan panas : perlakuan udara dengan pengendalian
suhu, kelembaban, kecepatan aliran dan distribusi untuk mengurangi
beban panas yang diderita pekerja.
Teknik Pemesinan 63
Maksud dibuatnya sistem ventilasi adalah :
1. Menurunkan kadar kontaminan dalam lingkungan kerja sampai pada
tingkat yang tidak membahayakan kesehatan pekerja yaitu di bawah
Nilai Ambang Batas (NAB) sehingga terhindar dari keracunan.
2. Menurunkan kadar yang tidak menimbulkan kebakaran atau
peledakan yaitu di bawah Batas Ledak Terendah (BLT) atau Lower
Explosive Limit (LEL).
3. Memberikan penyegaran udara agar diperoleh kenyamanan dengan
menurunkan tekanan panas.
4. Meningkatkan ketahanan fisik dan daya kerja pekerja.
5. Mencegah kerugian ekonomi karena kerusakan mesin oleh korosi,
peledakan, kebakaran, hilang waktu kerja karena sakit dan
kecelakaan, dsb.
Adapun cara membuat sistem ventilasi terdiri dari :
1. Secara alamiah di mana aliran atau pergantian udara terjadi karena
kekuatan alami. Terjadi karena perbedaan tekanan udara sehingga
timbul angin, atau perbedaan suhu yang mengakibatkan beda
kerapatan udara antara bangunan dengan sekelilingnya.
Teknik Pemesinan 64
Gambar 3 6. Aliran udara pada ventilasi (1).
Overshot Roof
Blowing Precipitation from this side is deflected
Blowing Precipitation
from this side enters
building
Teknik Pemesinan 65
Gambar 3 7. Aliran udara pada ventilasi (2).
Untuk mendapatkan ventilasi udara ruang kerja yang baik perlu dicermati
beberapa kata kunci sebagai berikut :
1. Pasang sistem pengeluaran udara kotor yang efisien dan aman.
Udara kotor menjadi penyebab gangguan kesehatan sehingga
mengarah pada kecelakaan kerja. Selain itu juga menyebabkan
kelelahan, sakit kepala, pusing, iritasi mata dan tenggorokan,
sehingga terjadi inefisiensi.
2. Optimalkan penggunaan ventilasi alamiah agar udara ruang kerja
nyaman. Udara segar dapat menghilangkan udara panas dan polusi.
Teknik Pemesinan 66
3. Optimalkan sistem ventilasi untuk menjamin kualitas udara ruang
kerja. Aliran udara yang baik pada tempat kerja sangat penting untuk
mencapai kerja produktif dan sehat. Ventilasi yang baik dapat
membantu mengendalikan dan mencegah akumulasi panas.
Teknik Pemesinan 67
Kata kunci untuk pengaturan APD (Alat Perlindungan Diri)
1. Upayakan perawatan/kebersihan tempat ganti, cuci dan kakus agar
terjamin kesehatan.
2. Sediakan tempat makan dan istirahat yang layak agar unjuk kerja
baik.
3. Perbaiki fasilitas kesejahteraan bersama pekerja.
4. Sediakan ruang pertemuan dan pelatihan.
5. Buat petunjuk dan peringatan yang jelas.
Teknik Pemesinan 68
7. Pilihlah APD terbaik jika risiko bahaya tidak dieliminasi dengan alat
lain.
Teknik Pemesinan 69
Gambar 3 15. Peminjaman alat.
13. Pantau tanggung jawab atas kebersihan dan pengelolaan ruang kerja
Teknik Pemesinan 70
2. Pintu dan gang harus cukup lebar untuk arus dua arah.
Teknik Pemesinan 71
6. Gunakan kereta beroda untuk pindahkan barang.
7. Gunakan rak penyimpanan yang dapat bergerak/mobil.
Teknik Pemesinan 72
Gambar 3 24. Pegangan serta perbedaan ketinggian
Teknik Pemesinan 73
21. Tandai dengan jelas dan bebaskan jalan keluar darurat.
Teknik Pemesinan 74
kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-bahan yang mudah
meledak pada bentuk serbuk atau debu.
Teknik Pemesinan 75
3. Klasifikasi kebakaran
Berdasar Permennaker No.: 04/MEN/1980 penggolongan atau
pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar,
dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai.
Pengelompokan itu adalah :
a. Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam,
seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa, dll. yang sejenis
dengan itu.
b. Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang
mudah terbakar, seperti : bensin, aspal, gemuk, minyak, alkohol, LPG
dll. yang sejenis dengan itu.
c. Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
d. Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti :
aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu.
4. Sebab-sebab kebakaran
a. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya
pengertian pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran, kurang
hati-hati menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api,
kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
b. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan
cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir,
angin dan topan.
c. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang
bahan kimia di mana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga
dengan bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar.
d. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya
sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan
jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.
5. Peralatan pemadaman kebakaran
Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan
peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang
mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.
a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat
ikutan (side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk
memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan
cadangan bak-bak air dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan
berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara
tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan
pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember.
Teknik Pemesinan 76
3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di
rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.
4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat
bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan berupa tabung, mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.
Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan
konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam),
serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi
untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan
terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung
karena dorongan gas bertekanan lebih besar dari tekanan diluar.
Teknik Pemesinan 77
Gambar 3 31. Alat pemadam kebakaran besar.
Teknik Pemesinan 78
7. Karakteristik APAR :
a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala
jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR
perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar.
b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat,
APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar.
c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum
terus menerus 8 detik.
d. Bila telah dipakai harus diisi ulang.
e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.
5. Fasilitas Penunjang
Keberhasilan pemadaman kebakaran juga ditentukan oleh
keberadaan fasilitas penunjang yang memadai, antara lain :
1. Fire alarm secara otomatis akan mempercepat diketahuinya
peristiwa kebakaran. Beberapa kebakaran terlambat diketahui
karena tidak ada fire alarm, bila api terlanjur besar maka makin
sulit memadamkannya.
2. Jalan bagi petugas, diperlukan untuk petugas yang datang
menggunakan kendaraan pemadam kebakaran, kadang harus
mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu jalan
yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi.
Untuk itu diperlukan fasilitas :
a) Daun pintu dapat dibuka keluar
b) Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci
c) Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit
d) Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7
jam.
Teknik Pemesinan 79
6. Pemeliharaan dan Penggunaan Alat-alat Perkakas
Pada dasarnya terdapat dua jenis pemeliharaan, yaitu :
1. Preventif (pencegahan kerusakan dan keausan)
2. Korektif (tindakan setelah timbulnya kerusakan)
Untuk pemeliharaan preventif, yang biasanya diutamakan, terdapat
beberapa pedoman, yaitu :
1. Jagalah supaya perkakas-perkakas tangan dan mesin-mesin tetap
dalam keadaan bersih.
2. Serahkanlah semua perkakas setelah dipakai, dalam keadaan
bersih atau simpanlah dalam keadaan bersih, kalau itu merupakan
kelengkapan mesin yang bersangkutan.
3. Periksalah alat-alat perkakas secara teratur akan kemungkinan
terjadinya kerusakan-kerusakan.
4. Jangan membiarkan alat-alat bantu atau alat-alat ukur (kunci-
kunci, mistar-mistar ingsut, mikometer, dan sebagainya) berada di
atas mesin yang sedang berjalan. Akibat yang mungkin terjadi :
a) Kecelakaan
b) Kerusakan perkakasnya
c) Kehancuran alat perkakasnya.
5. Lumasilah alat-alat perkakas secara teratur. Pelat-pelat kode
dapat berguna sekali, ia menunjukkan setelah beberapa waktu
minyak pelumasnya harus diperbaharui dan pelumasannya harus
dilakukan, warnanya menunjukkan jenis pelumas apa yang harus
digunakan (perhatikan petunjuk-petunjuk dari pegusaha
pabriknya). Bak-bak minyak harus diisi sampai garis tandanya.
Bersihkanlah ayakan-ayakan minyaknya pada waktu-waktu
tertentu dan tukarlah saringan-saringannya.
6. Perbaiki atau gantilah perkakas yang rusak.
7. Jangan sekali-sekali menggunakan perkakas yang tumpul pada
gesekan yang besar. Hal ini dapat berakibat terjadinya
kehancuran bor, pahat, tap atau frais karena pembebanan yang
besar pada poros-poros, bantalan-bantalan, batang-batang ulir
dan mur-mur dari mesin-mesinnya.
Jangan lupa peraturan-peraturan keamanan. Ingatlah akan
perlindungan dari bagian-bagian yang berputar, sambungan-sambungan
listrik, bila perlu pakailah kacamata pengaman. Usahakanlah supaya
jalan-jalan terusan tidak terhalang oleh bahan, peti-peti, dan lainnya. Dan
yang tidak kalah pentingnya adalah periksalah kotak penyimpanan obat-
obatan secara teratur pula.
Teknik Pemesinan 80
BAB 4
MEMAHAMI KAIDAH
PENGUKURAN
Teknik Pemesinan 81
A. Alat Ukur
M
engukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang
tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang
baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat
ukur, elemen mesin tidak dapat dibuat cukup akurat untuk menjadi
mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit, komponen yang
dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur merupakan
alat penting dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai
dengan kontrol kualitas di akhir produksi.
1. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel
mesin. Jangka sorong berfungsi sebagai alat ukur yang biasa dipakai
operator mesin yang dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm,
ketelitian 0,05 mm. Gambar 4.1. berikut adalah gambar jangka sorong
yang dapat mengukur panjang dengan rahangnya, kedalaman dengan
ekornya, lebar celah dengan sensor bagian atas. Jangka sorong tersebut
memiliki skala ukur (vernier scale) dengan cara pembacaan tertentu. Ada
juga jangka sorong yang dilengkapi jam ukur, atau dilengkapi penunjuk
ukuran digital. Pengukuran menggunakan jangka sorong dilakukan
dengan cara menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan
diukur, (lihat Gambar 4.1.). Beberapa macam jangka sorong dengan
skala penunjuk pembacaan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Teknik Pemesinan 82
Gambar 4 2. Jangka sorong dengan penunjuk pembacaan nonius, jam
ukur, dan digital.
Teknik Pemesinan 83
Gambar 4 3. Cara membaca skala jangka sorong ketelitian 0,05 mm.
2. Mikrometer
Teknik Pemesinan 84
x Jumlahkan ukuran yang diperoleh (pada Gambar 1.6. adalah 8,69
mm).
30
25
20
0 5 10 15
15 20
10
Teknik Pemesinan 85
3. Jam Ukur (Dial Indicator)
Jam ukur (dial indicator) adalah alat ukur pembanding
(komparator). Alat ukur pembanding ini (Gambar 4.7.), digunakan oleh
operator mesin perkakas untuk melakukan penyetelan mesin perkakas
yaitu : pengecekan posisi ragum, posisi benda kerja, posisi senter/sumbu
mesin perkakas (Gambar 4.8.), dan pengujian kualitas geometris mesin
perkakas. Ketelitian ukur jam ukur yang biasa digunakan di bengkel
adalah 0,01 mm.
4. Sistem Satuan
Sistem satuan yang digunakan pada mesin perkakas adalah
sistem metris (Metric system) dan sistem imperial (Imperial
system/British system). Buku terbitan USA dan England selalu
Teknik Pemesinan 86
menggunakan satuan imperial, dan beberapa data pada buku ini juga
menggunakan satuan imperial, maka untuk memudahkan perhitungan,
berikut ditampilkan konversi satuan Imperial menjadi Metris (Tabel 4.1).
Massa/Berat
ounces to grams 28,349523 grams to ounces 0,035274
pounds to kilograms 0,453592 kilograms to pounds 2,20462
stone (14 lb) to kilograms 6,350293 kilograms to stone (14 lb) 0,157473
tons (U.S.) to kilograms 907,18474 kilograms to tons (U.S.) 0,001102
tons (imperial) to kilograms 1016,046909 kilograms to tons (imperial) 0,000984
tons (U.S.) to metric tons 0,907185 metric tons to tons (U.S.) 1,10231
Teknik Pemesinan 87
tons (imperial) to metric tons 1,016047 metric tons to tons (imperial) 0,984207
Kecepatan
miles per hour to kilometers per 1,609344 kilometers per hour to miles per 0,621371
hour hour
feet per second to meters per 0,3048 meters per second to feet per 3,28084
second second
Gaya
pound-force to newton 4,44822 newton to pound-force 0,224809
kilogram-force to newton 9,80665 newton to kilogram-force 0,101972
Tekanan
pound-force per square inch to 6,89476 kilopascals to pound-force per 0,145038
kilopascals square inch
tons-force per square inch 15,4443 megapascals to tons-force per 0,064779
(imperial) to megapascals square inch (imperial)
atmospheres to newtons per 10,1325 newtons per square centimeter to 0,098692
square centimeter atmospheres
atmospheres to pound-force per 14,695942 pound-force per square inch to 0,068948
square inch atmospheres
Energi
calorie to joule 4,1868 joule to calorie 0,238846
watt-hour to joule 3.600 joule to watt-hour 0,000278
Usaha
horsepower to kilowatts 0,7457 kilowatts to horsepower 1,34102
Konsumsi bahan bakar
miles per gallon (U.S.) to 0,4251 kilometers per liter to miles per 2,3521
kilometers per liter gallon (U.S.)
miles per gallon (imperial) to 0,3540 kilometers per liter to miles per 2,824859
kilometers per liter gallon (imperial)
gallons per mile (U.S.) to liters per 2,3521 liters per kilometer to gallons per 0,4251
kilometer mile (U.S.)
gallons per mile (imperial) to liters 2,824859 liters per kilometer to gallons per 0,3540
per kilometer mile (imperial)
Microsoft Encarta Encyclopedia 2005. 1993-2004 Microsoft
Corporation. All rights reserved.
Teknik Pemesinan 88
BAB 5
MEMAHAMI GAMBAR TEKNIK
Teknik Pemesinan 89
A. Mengenal alat Menggambar Teknik
1. Kertas Gambar
a) Jenis Kertas
b) Ukuran Kertas
Ukuran gambar teknik sudah ditentukan berdasarkan standar.
Ukuran pokok kertas gambar adalah A0. Ukuran A0 adalah 1 m2 dengan
perbandingan 2 : 1 untuk panjang : lebar. Ukuran A1 diperoleh dengan
membagi dua ukuran panjang A0. Ukuran A2 diperoleh dengan membagi
dua ukuran panjang A1. Demikian seterusnya. Ukuran kertas gambar
dapat dilihat pada tabel 5.1. Sedangkan perbandingan ukuran kertas
gambar dapat dilihat dari gambar 5.1.
Kiri Kanan
A0 1.189 x 841 20 10
A1 841 x 594 20 10
A2 594 x 420 20 10
A3 420 x 297 20 20
A4 297 x 210 15 5
A5 210 x 148 15 5
Tabel 5 1 Kertas gambar berdasarkan ukuran
Teknik Pemesinan 90
Gambar 5 1. Cara penempelan kertas di atas meja gambar
non magnetik
2. Pensil Gambar
Pensil adalah alat gambar yang paling banyak dipakai untuk
latihan mengambar atau menggambar gambar teknik dasar. Pensil
gambar terdiri dari batang pensil dan isi pensil.
Pensil Batang
Pada pensil ini, antara isi dan batangnya menyatu. Untuk
menggunakan pensil ini harus diraut terlebih dahulu. Habisnya isi pensil
bersamaan dengan habisnya batang pensil. Gambar pensil batang dapat
dilihat pada Gambar 5.2.
2 Pensil5.2.
Gambar 5Gambar batang
Pensil mekanik
Pensil mekanik, antara batang dan isi pensil terpisah. Jika Isi
pensil habis dapat diisi ulang. Batang pensil tetap tidak bisa habis. Pensil
mekanik memiliki ukuran berdasarkan diameter mata pensil, misalnya 0.3
mm, 0.5 mm dan 1.0 mm. Gambar pensil mekanik dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
Teknik Pemesinan 91
Gambar 5 3. Pensil mekanik
Teknik Pemesinan 92
3. Rapido
Penggunaan rapido untuk menggambar dengan teknik tinta
dianggap lebih praktis dari pada dengan trekpen. Gambar rapido dapat
dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5 5. Rapido
4. Penggaris
Penggaris yang sering digunakan untuk menggambar teknik
adalah penggaris T dan penggaris segitiga.
a) Penggaris -T
Penggaris T terdiri dari dua bagian, bagian mistar panjang dan bagian
kepala berupa mistar pendek tanpa ukuran yang bertemu membentuk
sudut 90o.
b) Penggaris Segitiga
Penggaris segitiga terdiri dari satu penggaris segitiga bersudut 45o,
90o, 45o dan satu buah penggaris bersudut 30o, 90o dan 60o.
Sepasang penggaris segitiga ini digunakan untuk membuat garis-garis
sejajar, sudut-sudut istimewa dan garis yang saling tegak lurus.
Teknik Pemesinan 93
Gambar 5 7. Cara menggunakan penggaris-T
5. Jangka
Jangka adalah alat gambar yang digunakan untuk membuat
lingkaran dengan cara menancapkan salah satu ujung batang pada
kertas gambar sebagai pusat lingkaran dan yang lain berfungsi sebagai
pensil untuk menggambar garis lingkarannya. Gambar 9 memperlihatkan
beberapa jenis jangka.
Teknik Pemesinan 94
Kedukukan pena tarik sewaktu menarik garis sebaiknya miring 60o
terhadap meja gambar, seperti Gambar 5.10. cara menggunakan jangka
ditunjukkan pada Gambar 5.11.
Gambar 5 10. Kedudukan pena tarik saat menarik garis serta Cara
menggunakan jangka
Teknik Pemesinan 95
Gambar 5 12. Membuat lingkaran besar dengan alat penyambung
e) Busur derajat
Busur derajat digunakan untuk mengukur dan membagi sudut. Lihat
Gambar 5.14.
g) Mal lengkung
Mal lengkung digunakan untuk membuat garis lengkung yang tidak
dapat dibuat dengan jangka. Dalam satu set mal lengkung ada 3 jenis
mal, lihat Gambar 5.15
Teknik Pemesinan 96
Gambar 5 14. Mal lengkung
h) Mal bentuk
Untuk membuat gambar geometri dan simbol-simbol tertentu dengan
cepat, maka digunakan mal bentuk.
8. Meja Gambar
Teknik Pemesinan 97
Gambar 5 17. Meja gambar
9. Mesin Gambar
Mesin gambar adalah mesin manual yang digunakan untuk
memudahkan menggambar. Mesin gambar dapat menggantikan
beberapa fungsi alat gambar lainnya seperti busur derajat, sepasang
penggaris segitiga dan mistar T. Berdasarkan bentuknya ada dua jenis
mesin gambar, yaitu: mesin gambar rol dan mesin gambar lengan.
Teknik Pemesinan 98
B. Lembar Kerja
1. Alat
a. Meja gambar
b. Pensil gambar
c. Sepasang penggaris segitiga
d. Penggaris panjang 50 cm atau 60 cm
e. Jangka
f. Mal huruf dan angka
g. Mal bentuk
h. Mal lengkung
i. Penghapus
j. Selotip
k. Cutter
2. Bahan
Kertas manila A3
4. Langkah Kerja
a. Tempelkan kertas manila A3 di atas meja gambar dengan selotip.
b. Gunakan sepasang penggaris segitiga untuk membuat garis-garis
sejajar horisontal dan vertikal. Panjang dan jarak antar garis
sembarang. Perhatikan arah penarikan garis.
c. Buatlah sudut-sudut 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 dengan
sepasang penggaris segitiga. Perhatikan cara memegang
penggarisnya.
d. Gunakan jangka dengan benar untuk membuat lingkaran.
Diameter lingkaran sembarang. Perhatikan dari mana mulai
menarik garis dan mengakhirinya.
e. Gunakan mal huruf-angka. Huruf dan angka yang di-mal
sembarang. Perhatikan cara memegang mal dan cara
menggesernya.
f. Gunakan mal bentuk dan symbol. Cara menggunakan mal ini
sama dengan cara menggunakan mal huruf-angka.
g. Gunakan mal lengkung sesuai contoh pada lembar informasi.
Tentukan dahulu titik-titik yang akan dihubungkan. Buat garis
lengkungnya dengan mal lengkung. Geser-geser mal lengkung
untuk mendapatkan bentuk yang paling tepat antara dua garis.
Teknik Pemesinan 99
C. Membaca Gambar Teknik
1. Proyeksi Piktorial
Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah
bidang dua dimensi, dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara
proyeksi sesuai dengan aturan rnenggarnbar. Ada beberapa macam cara
proyeksi, antara lain:
1. Proyeksi piktorial dimensi
2. Proyeksi piktorial isometri
3. Proyeksi piktorial miring
4. Perspektif
2. Proyeksi Isometris
c) Ciri Proyeksi Isometris
Untuk mengetahui apakah suatu gambar disajikan dalam bentuk
proyeksi isometris, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu ciri dan
syarat-syarat untuk membuat gambar dengan proyeksi tersebut. Adapun
ciri-ciri gambar dengan proyeksi isometris tersebut adalah:
1) Ciri pada sumbu
Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30 terhadap garis
mendatar.
Sudut antara sumbu satu terhadap sumbu lainya 1200.
Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 5.22.
2) Ciri pada ukuran
4. Gambar Perspektif
Dalam garnbar teknik mesin, gambar perspektif jarang dipakai.
Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. perspektif dengan satu titik hilang.
h. Perspektif dengan dua titik hilang.
c. Perspektif dengan tiga titik hilang.
5. Macam-Macam Pandangan
Untuk memberikan informasi lengkap suatu benda tiga dimensi
dengan gambar proyeksi ortogonal, biasanya memerlukan lebih dari satu
bidang proyeksi.
a. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di depan benda disebut
pandangan depan.
b. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di atas benda disebut
pandangan atas.
c. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di sebelah kanan benda
disebut pandangan samping kanan.
Demikian seterusnya.
6. Bidang-Bidang Proyeksi
Keterangan:
A = titik kuadran-I
AD = proyeksi titik A di bidang D (depan)
Av = proyeksi titik A di bidang V (vertikal)
AH = proyeksi titik A di bidang H (horizontal)
Bila ketiga bidang saling tegak lurus tersebut dibuka, maka sumbu
x dan y sebagai sumbu putarnya dan sumbu z merupakan sumbu yang
dibuka/dipisah, seperti gambar berikut:
Penampilan Gambar
Untuk penampilan gambar berikutnya, garis sumbu dan garis
bantu tidak diperlukan lagi (dihilangkan). Jadi yang nampak hanya
a) Simbol Proyeksi
Untuk membedakan gambar/proyeksi di kuadran I dan
gambar/proyeksi di kuadran III, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam
standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditetapkan bahwa cara kedua proyeksi
boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar
sebaiknya digambar menurut proyeksi sudut pertama (kuadran I atau kita
kenal sebagai proyeksi Eropa).
Dalam satu buah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar
dengan menggunakan kedua gambar proyeksi secara bersamaan.
Simbol proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas gambar.
Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung
(lihat gambar).
8. Penentuan Pandangan
Untuk menempatkan pandangan atas atau pandangan samping
dan pandangan depannya, terlebih dahulu kita harus menempatkan
sistem proyeksi apa yang kita pakai, apakah proyeksi di kuadran I (Eropa)
ataukah proyeksi di kuadran III (Amerika)?. Setelah kita menempatkan
sistem proyeksi yang kita pakai, barulah kita menenempatkan pandangan
dan objek yang kita gambar tersebut.
b) Bentuk Potongan/Irisan
Gambar potongan atau irisan dapat dijelaskan dengan
menggunakan pemisalan benda yang dipotong dengan gergaji (lihat
Gambar 5.58).
Keterangan:
c) Tanda Pemotongan
Untuk menjelaskan gambar yang dipotong, perlu adanya tanda
pemotongan yang sudah ditetapkan sesuai dengan aturan-aturan
menggambar teknik.Tanda pemotongan ini terdiri atas:
a) Macam-macam Arsiran
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada gambar yang diarsir antara
lain:
1. sudut dan ketebaln garis arsiran
2. bidang atau pengarsiran pada bidang yang luas
3. pengarsiran bidang yang berdampingan
4. pengarsiran benda-benda tipis
5. peletakan angka ukuran pada gambar yang diarsir
6. macam-macam garis arsiran yang disesuaikan dengan bendanya.
e) Macam-macam Arsiran
f)
Perhatikan Gambar 5.74 berikut ini.
a b
c d
g h
Keterangan:
a = Besi tuang
b = Aluminium dan panduannya
c = Baja dan baja istimewa
d = Besi tuang yang dapat ditempa
e = Baja cair
f = Logam putih
g = Paduan tembaga tuang
h = Seng, air raksa
Contoh:
Perhatikan Gambar 5.75 berikut.
Keterangan:
1. Garis ukur yang sejajar
2. Garis bantu yang berpotongan (tidak dapat dihindarkan)
3. Garis sumbu yang digunakan secara tidak langsung sebagai garis
bantu
4. Garis ukur yang terkecil (ditempatkan di dalam)
5. Garis ukur tambahan (pelengkap)
6. Perpanjangan garis bantu dilebihkan 1 mm dan garis ukurnya/ujung
anak panahnya
7. Penempatan ganis ukur yang sempit
8. Garis bantu yang paralel (jika diperlukan)
2. Pengukuran Ketirusan
Untuk mencatumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk
miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen
sudutnya.
Keterangan:
50 = Diameter bola dengan ukuran 32 mm
SR 16 = Jari-jari bola dengan ukuran 16 mm
C3 = Chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 x 45
023 = Simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm
34 = Simbol ukuran bujur sangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm
120 = Simbol ukuran tidak menurut skala yang sehenarnya
M12 = Simbol ukuran ulir dengan jenis ulir metris dan diameter luarnya
12 mm
2 = (Silang/cros clengan garis tipis) ; simbol bidang rata
I = (Strip titik tebal) ; simbol bagian yang dikerjakan khusus
1. Ukuran berantai
Percantuman ukuran secara berantai ini ada kelebihan dari
kekurangannya. Kelebihannya adalah mempercepat pembuatan gambar
kerja, sedangkan kekurangannya adalah dapat mengumpulkan toleransi
yang semakin besar, sehingga pekerjaan tidak teliti. Oleh karena itu
pencantuman ukuran secara berantai ini pada umumnya dilakukan pada
pekerjaan-pckerjaan yang tidak mernerlukan ketelitian yang tinggi. Lihat
Gambar 5.87.
3. Ukuran kombinasi
Gambar 5.98.
Gambar 5.99.
Pembuatan gambar mur
Pengukuran mur
Gambar 6 1. (1) Proses bubut rata, (2) bubut permukaan, dan (3) bubut
tirus.
Gambar 6 9. Pemegang pahat HSS : (a) pahat alur, (b) pahat dalam,
(c) pahat rata kanan, (d) pahat rata kiri, dan (e) pahat ulir.
lt
do dm
f, r
put/men a
Keterangan :
Benda Kerja :
do = diameter mula (mm)
dm = diameter akhir (mm)
lt = panjang pemotongan (mm)
Pahat :
1) Kecepatan potong :
Sdn
v ; m/ menit.........................(6.2)
1000
d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 ) (mm)
n = putaran poros utama (put/menit)
= 3,14
2) Kecepatan makan
vf f .n; mm / menit..........................................................(6.3)
3) Waktu pemotongan
lt
tc ; menit.....................................................................(6.4)
vf
Z A.v; cm 3 / menit...........................................................(6.5)
Pahat bubut bisa dipasang pada tempat pahat tunggal, atau pada
tempat pahat yang berisi empat buah pahat (quick change indexing
square turret). Apabila pengerjaan pembubutan hanya memerlukan satu
macam pahat lebih baik digunakan tempat pahat tunggal. Apabila pahat
yang digunakan dalam proses pemesinan lebih dari satu, misalnya pahat
rata, pahat alur, pahat ulir, maka sebaiknya digunakan tempat pahat yang
bisa dipasang sampai empat pahat. Pengaturannya sekaligus sebelum
proses pembubutan, sehingga proses penggantian pahat bisa dilakukan
dengan cepat (quick change).
34
26
30
35
75
II I
a2
a1
50 5
Keterangan :
1) Benda kerja dicekam pada Bagian II, sehingga bagian yang menonjol
sekitar 50 mm.
2) Penyayatan dilakukan 2 kali dengan kedalaman potong a1 = 2 mm
dan a2 = 2 mm. Pemotongan pertama sebagai pemotongan
pengasaran (roughing) dan pemotongan kedua sebagai pemotongan
finishing.
3) Panjang pemotongan total adalah panjang benda kerja yang dipotong
ditambah panjang awalan (sekitar 5 mm) dan panjang lintasan keluar
pahat (sama dengan kedalaman potong) . Gerakan pahat dijelaskan
seperti Gambar 6. 21 :
Bagian II :
Benda kerja dibalik, sehingga bagian I menjadi bagian yang
dicekam seperti terlihat pada Gambar 6.22. Lintasan pahat sama dengan
lintasan pahat pada Gambar 6.21. hanya panjang penyayatannya
berbeda, yaitu (50+5+2) mm.
I II
a3
60 5
Catatan :
1) Pada prakteknya parameter pemotongan terutama putaran spindel (n)
dipilih dari putaran spindel yang tersedia di Mesin Bubut tidak seperti
hasil perhitungan dengan rumus di atas. Kalau putaran spindel hasil
perhitungan tidak ada yang sama (hampir sama) dengan tabel
putaran spindel di mesin sebaiknya dipilih putaran spindel di bawah
putaran spindel hasil perhitungan.
2) Apabila parameter pemotongan n diubah, maka elemen dasar
pemesinan yang lain berubah juga.
3) Waktu yang diperlukan untuk membuat benda kerja jadi bukanlah
jumlah waktu pemotongan (tc) keseluruhan dari tabel perhitungan di
Gambar 6 23. Proses membubut tirus luar dan tirus dalam dengan
memiringkan eretan atas, gerakan penyayatan ditunjukkan oleh anak
panah.
Gambar 6 24. Proses membubut tirus luar dengan bantuan alat bantu
tirus (taper attachment).
Gambar 6 25. Bagian kepala lepas yang bisa digeser, dan pembubutan
tirus dengan kepala lepas yang digeser.
Pergeseran kepala lepas (x) pada Gambar 6.26 di atas dapat dihitung
dengan rumus :
Ulir segi tiga tersebut bisa berupa ulir tunggal atau ulir ganda.
Pahat yang digunakan untuk membuat ulir segi tiga ini adalah pahat ulir
yang sudut ujung pahatnya sama dengan sudut ulir atau setengah sudut
ulir. Untuk ulir Metris sudut ulir adalah 60o, sedangkan ulir Whitwoth sudut
Selain ulir segi tiga, pada Mesin Bubut bisa juga dibuat ulir segi
empat (Gambar 6.28). Ulir segi empat ini biasanya digunakan untuk ulir
daya. Dimensi utama dari ulir segi empat pada dasarnya sama dengan
ulir segi tiga yaitu : diameter mayor, diameter minor, kisar (pitch), dan
sudut helix. Pahat yang digunakan untuk membuat ulir segi empat adalah
pahat yang dibentuk (diasah) menyesuaikan bentuk alur ulir segi empat
dengan pertimbangan sudut helix ulir. Pahat ini biasanya dibuat dari HSS
atau pahat sisipan dari bahan karbida.
Gambar 6 29. Pahat ulir metris dan mal ulir untuk ulir luar dan ulir
dalam.
Gambar 6 31. Setting pahat bubut untuk proses pembuatan ulir luar.
Gambar 6 38. Alur untuk : (a) pasangan poros dan lubang, (b)
pergerakan baut agar penuh, (c) jarak bebas proses penggerindaan
poros.
Gambar 6 41. Proses pembuatan kartel bentuk lurus, berlian, dan alat
pahat kartel.
Gambar 7 4. (a)Frais naik (up milling) dan (b) frais turun (down
milling).
Gambar 7 6. Berbagai jenis bentuk pisau frais untuk Mesin Frais horizontal dan vertical.
S .d .n
v .........................(3.1)
1000
Di mana :
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter pisau (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)
Gambar 7 13.
menahan gaya potong yang relatif besar dan tidak kontinyu ketika gigi-
gigi pisau melakukan penyayatan benda kerja. Pemegang pisau untuk
Mesin Frais vertical yaitu kolet (collet, lihat Gambar 7.17. Kolet ini
berfungsi mencekam bagian pemegang (shank) pisau. Bentuk kolet
adalah silinder lurus di bagian dalam dan tirus di bagian luarnya. Pada
sisi kolet dibuat alur tipis beberapa buah, sehingga ketika kolet dimasuki
pisau bisa dengan mudah memegang pisau.
Gambar 7 18.(a)
Pemegang pisau frais
ujung (end mill) (b) Gambar 7 19. Kepala bor
pemegang pisau shell (offset boring head).
end mill.
(a) (b)
lv
a vf
w
lw
ln
a
vf lv
lw
w
ln
Keterangan :
Benda Kerja :
w = lebar pemotongan (mm)
lw = panjang pemotongan (mm)
lt = lv+lw+ln (mm)
a = kedalaman potong (mm)
Mesin Frais :
n = putaran poros utama (rpm)
vf = kecepatan makan (mm/putaran)
5) Kecepatan potong :
S .d .n
V ; m / menit .......... .......... .....( 3 . 2 )
1000
6) Gerak makan per gigi :
7) Waktu pemotongan :
lt
tc ;menit.....................................................................(3.4)
vf
8) Kecepatan penghasilan beram :
Z vf .a.w/1000.;cm3 / menit..........
..........
..........
..........
..........
.........(
3.5)
Rumus-rumus (3.2 sampai 3.5) tersebut di atas digunakan
untuk perencanaan proses frais. Proses frais bisa dilakukan dengan
banyak cara menurut jenis pisau yang digunakan dan bentuk benda
kerjanya. Selain itu jenis Mesin Frais yang bervariasi menyebabkan
analisa proses frais menjadi rumit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan bukan hanya kecepatan potong dan gerak makan saja,
tetapi juga cara pencekaman, gaya potong, kehalusan produk, getaran
mesin dan getaran benda kerja. Dengan demikian hasil
analisa/perencaaan merupakan pendekatan bukan merupakan hasil yang
optimal.
Tabel 7 2. Tebal beram per gigi untuk beberapa tipe pisau frais dan
benda kerja yang dikerjakan (satuan dalam inchi).
Mandrel
dicekam
pada kepala
pembagi
Roda gigi
Gambar 7 29. Gambar 7.29. Proses frais roda gigi dengan Mesin Frais
horizontal.
(a)
spindel
Engkol (b)
Piringan pembagi
6 lubang
Sekrup pengatur arah radial 5 bagian
Bilah
gunting Bilah
gunting
Sekrup
pengatur Lubang no.
bilah 1
DAFTAR PUSTAKA
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
LAMPIRAN
Teknik Pemesinan
LAMPIRAN. B
__________________________________________________ Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Fundamental Deviatons a to j
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Fundamental Deviatons k to zc
Fundamental Deviation ( ei )
Up to k4-
Over
(Incl.) k7 other m n p r s t u v x y z za zb zc
k
(inc)
3 0 0 2 4 6 10 14 18 20 26 32 40 60
3 6 1 0 4 8 12 15 19 23 28 35 42 50 80
6 10 1 0 6 10 15 19 23 28 34 42 52 67 97
10 14 1 0 7 12 18 23 28 33 40 50 64 90 130
14 18 1 0 7 12 18 23 28 33 39 45 60 77 108 150
18 24 2 0 8 15 22 28 35 41 47 54 63 73 98 136 188
24 30 2 0 8 15 22 28 35 41 48 55 64 75 88 118 160 218
30 40 2 0 9 17 26 34 43 48 60 68 80 94 112 148 200 274
40 50 2 0 9 17 26 34 43 54 70 81 97 114 136 180 242 325
50 65 2 0 11 20 32 41 53 66 87 102 122 144 172 226 300 405
65 80 2 0 11 20 32 43 59 75 102 120 146 174 210 274 360 480
80 100 3 0 13 23 37 51 71 91 124 146 178 214 258 335 445 585
100 120 3 0 13 23 37 54 79 104 144 172 210 254 310 400 525 690
120 140 3 0 15 27 43 63 92 122 170 202 248 300 365 470 620 800
140 160 3 0 15 27 43 65 100 134 190 228 280 340 415 535 700 900
160 180 3 0 15 27 43 68 108 146 210 252 310 380 465 600 780 1000
180 200 4 0 17 31 50 77 122 166 236 284 350 425 520 670 880 1150
200 225 4 0 17 31 50 80 130 180 258 310 385 470 575 740 960 1250
225 250 4 0 17 31 50 84 140 196 284 340 425 520 640 820 1050 1350
250 280 4 0 20 34 56 94 158 218 315 385 475 580 710 920 1200 1550
280 315 4 0 20 34 56 98 170 240 350 425 525 650 790 1000 1300 1700
315 355 4 0 21 37 62 108 190 268 390 475 590 730 900 1150 1500 1900
355 400 4 0 21 37 62 114 208 294 435 530 660 820 1000 1300 1650 2100
400 450 5 0 23 40 68 126 232 330 490 595 740 920 1100 1450 1850 2400
450 500 5 0 23 40 68 132 252 360 540 660 820 1000 1250 1600 2100 2600
Fundamental Deviation ( ei )
Up to k4-
Over
(Incl.) k7 other m n p r s t u v x y z za zb zc
k
(inc)
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Lampiran 7.
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Lampiran 7. (Lanjutan).
Fundamental Deviatons d to u
Up -to Fundamental Deviation (es) Fundamental Deviation (ei)
Over
(Incl.) d e ef f fg g h js k m n p r s t u
500 560 -260 -145 -76 -22 0 ITn/2 0 26 44 78 150 280 400 600
560 630 -260 -145 -76 -22 0 ITn/2 0 26 44 78 155 310 450 660
630 710 -290 -160 -80 -24 0 ITn/2 0 30 50 88 175 340 500 740
710 800 -290 -160 -80 -24 0 ITn/2 0 30 50 88 185 380 560 840
800 900 -320 -170 -86 -26 0 ITn/2 0 34 56 100 210 430 620 940
900 1000 -320 -170 -86 -26 0 ITn/2 0 34 56 100 220 470 680 1050
1000 1120 -350 -195 -98 -28 0 ITn/2 0 40 66 120 250 520 780 1150
1120 1250 -350 -195 -98 -28 0 ITn/2 0 40 66 120 260 580 840 1300
1250 1400 -390 -220 -110 -30 0 ITn/2 0 48 78 140 300 640 960 1450
1400 1600 -390 -220 -110 -30 0 ITn/2 0 48 78 140 330 720 1050 1600
1600 1800 -430 -240 -120 -32 0 ITn/2 0 58 92 170 370 820 1200 1850
1800 2000 -430 -240 -120 -32 0 ITn/2 0 58 92 170 400 920 1350 2000
2000 2240 -480 -260 -130 -34 0 ITn/2 0 68 110 195 440 1000 1500 2300
2240 2500 -480 -260 -130 -34 0 ITn/2 0 68 110 195 460 1100 1650 2500
2500 2800 -520 -290 -145 -38 0 ITn/2 0 76 135 240 550 1250 1900 2900
2800 3150 -520 -290 -145 -38 0 ITn/2 0 76 135 240 580 1400 2100 3200
Up -to Fundamental Deviation (es) Fundamental Deviation (ei)
Over (Incl.)
d e ef f fg g h js k m n p r s t u
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Lampiran 8.
ISO Hole Nearest Dim to Zero (Fundamental Deviation). Holes sizes
0-400mm.
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Important Note: For Fundamental deviations P-ZC ITn's > 7 only applies
. For ITs 6 & 7 refer to table below..
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Lampiran 9.
ISO Hole Nearest Dim to Zero (Fundamental Deviation). Holes sizes
400-3150mm.
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Deviations in metres = (m -6)
Fundamental Deviation
Up to Fundamental Deviation (Es )
over (El )
( Incl.)
D E F G H JS K M N P R S T U
500 560 260 145 76 22 0 IT/2 0 -26 -44 -78 -150 -280 -400 -600
560 630 260 145 76 22 0 IT/2 0 -26 -44 -78 -155 -310 -450 -660
630 710 290 160 80 24 0 IT/2 0 -30 -50 -88 -175 -340 -500 -740
710 800 290 160 80 24 0 IT/2 0 -30 -50 -88 -185 -380 -560 -840
800 900 320 170 86 26 0 IT/2 0 -34 -56 -100 -210 -430 -620 -940
900 1000 320 170 86 26 0 IT/2 0 -34 -56 -100 -220 -470 -680 -1050
1000 1120 350 195 98 28 0 IT/2 0 -40 -66 -120 -250 -520 -780 -1150
1120 1250 350 195 98 28 0 IT/2 0 -40 -66 -120 -260 -580 -840 -1300
1250 1400 390 220 110 30 0 IT/2 0 -48 -78 -140 -300 -640 -960 -1450
1400 1600 390 220 110 30 0 IT/2 0 -48 -78 -140 -330 -720 -1050 -1600
1600 1800 430 240 120 32 0 IT/2 0 -58 -92 -170 -370 -820 -1200 -1850
1800 2000 430 240 120 32 0 IT/2 0 -58 -92 -170 -400 -920 -1350 -2000
2000 2240 480 260 130 34 0 IT/2 0 -68 -110 -195 -440 -1000 -1500 -2300
2240 2500 480 260 130 34 0 IT/2 0 -68 -110 -195 -460 -1100 -1650 -2500
2500 2800 520 290 145 38 0 IT/2 0 -76 -135 -240 -550 -1250 -1900 -2900
2800 3150 520 290 145 38 0 IT/2 0 -76 -135 -240 -580 -1400 -2100 -3200
D E F G H JS K M N P R S T U
Up to
over Fundamental Deviation
( Incl.) Fundamental Deviation (Es )
(El )
Teknik Pemesinan
__________________________________________________Lampiran
Lampiran 10. Penyimpangan fundamental dari ukuran 250 sampai
dengan 3150 mm.
Teknik Pemesinan
___________________________________________Daftar Pustaka
Teknik Pemesinan
___________________________________________Daftar Pustaka
Teknik Pemesinan
LAMPIRAN. C
_____________________________________________________Indeks
A D
absolut, 359, 365, 370, 371, 379, 406, 458, dial indicator, 93, 310, 311
472, 473, 502 diameter, 14, 19, 53, 92, 99, 146, 153, 160,
alarm, 86, 359, 406 161, 165, 170, 171, 175, 182, 185, 186,
alur, 20, 153, 161, 171, 172, 174, 188, 198, 188, 192, 193, 194, 200, 212, 213, 220,
199, 200, 208, 217, 219, 229, 234, 242, 224, 237, 238, 244, 247, 252, 265, 266,
280, 282, 283, 286, 295, 298, 309, 310, 267, 268, 269, 295, 300, 302, 304, 311,
317, 359, 371, 379, 406, 472, 489 315, 316, 317, 352, 353, 359, 365, 370,
asutan, 354, 358, 359, 406 371, 379, 402, 406, 465, 466, 467, 487,
attachment, 183 488, 503, 504
axis, 402, 458, 464, 467 diamond, 200
dielectric, 482
dimetris, 112, 113
B disket, 358, 359, 367, 368, 406, 467
bantalan, 20, 21, 87, 351, 402 down milling, 207
baut, 6, 8, 12, 155, 171, 194, 198, 219, 221, dresser, 295, 306
254, 256, 259, 269, 273, 280, 281, 310, drilling, 39, 161, 234, 263, 337, 338, 341,
317 472
bor, 87, 218, 234, 243, 244, 245, 246, 247,
249, 250, 251, 252, 253, 256, 257, 258, E
259, 260, 261, 265, 266, 286, 317, 352,
353, 406 EDM, 38, 481, 482, 483, 486, 487, 488, 489,
boring, 161, 218, 234, 242, 244 490, 491, 492, 493, 494, 507
bubut, 17, 38, 39, 41, 44, 94, 158, 159, 160, eksentris, 168, 259
161, 162, 163, 165, 166, 170, 171, 172, elektrode, 482, 483, 484, 485, 487, 489, 490,
174, 175, 178, 179, 181, 182, 183, 185, 491, 492, 493, 494
190, 191, 192, 198, 200, 208, 212, 213, end mill, 206, 214, 218, 286, 406
214, 223, 270, 317, 341, 379 end milling, 206
energi, 23, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 65,
68, 69
C
casting, 28, 31, 33, 34, 35, 36, 37 F
cekam, 171, 172, 209, 218, 220, 244, 252,
306, 307, 309, 310, 348, 350, 368, 370, face milling, 206
379, 402 feed, 41, 159, 160, 263, 358, 359, 406, 455
cetakan, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, ferro, 21, 26, 168, 292
37, 38, 486, 489, 491, 492
clamp, 220, 221
clearance, 162, 245
G
CNC, 41, 170, 185, 205, 208, 210, 212, 290, ganda, 186, 194, 202, 203, 211, 247
347, 348, 350, 351, 352, 354, 355, 356, gaya, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16,
357, 358, 359, 364, 367, 368, 379, 401, 18, 22, 54, 172, 217, 218, 224, 256, 262,
402, 406, 445, 446, 447, 448, 449, 450, 334, 451, 466, 467, 468, 497
451, 453, 454, 456, 457, 458, 459, 462, geometri, 43, 106, 162, 175, 213, 446, 447,
464, 465, 467, 468, 469, 470, 474, 475, 448, 456, 458, 465, 468, 469, 470, 472,
476, 507, 508, 515, 519, 522 473, 477, 498
collet, 171, 217, 308, 309, 317, 402 gerak makan, 39, 41, 159, 165, 191, 200,
column, 205, 209, 210, 460 201, 202, 207, 208, 212, 213, 224, 227,
counterboring, 269 229, 232, 262, 263, 264, 277
current, 493 gerinda, 39, 41, 162, 198, 287, 289, 290,
cutting, 38, 39, 41, 158, 159, 161, 162, 168, 292, 295, 297, 298, 299, 300, 302, 303,
227, 506 306, 311, 315, 316, 317, 334, 336, 495
Teknik Pemesinan
_____________________________________________________Indeks
Teknik Pemesinan
_____________________________________________________Indeks
179, 180, 181, 182, 183, 185, 186, 188, 230, 231, 232, 270, 297, 306, 311, 317,
190, 191, 192, 193, 198, 200, 201, 202, 350, 351, 353, 356, 357, 359, 365, 368,
203, 208, 234, 235, 246, 247, 252, 253, 370, 379, 402, 406, 446, 454, 456, 457,
265, 266, 270, 272, 273, 275, 276, 277, 459, 461, 472, 475, 476, 487, 502
281, 282, 283, 286, 317, 334, 336, 337,
338, 340, 352, 359, 365, 369, 370, 371,
379, 401, 406, 446, 447, 448, 449, 450,
R
452, 454, 455, 458, 459, 460, 462, 464, ragum, 93, 219, 220, 221, 222, 225, 226,
465, 466, 467, 468, 469, 473, 476, 489, 242, 243, 244, 253, 254, 259, 260, 270,
492, 496, 511, 512 279, 280, 283, 293, 294, 304, 406
parameter, 41, 159, 181, 182, 212, 262, 359, rake, 162
371, 379, 406, 451, 476 Ram EDM, 482, 487, 489, 493, 495
parting-off, 161 reaming, 268, 269, 341
pemesinan, 38, 39, 40, 41, 42, 89, 158, 161, resin, 34
167, 168, 170, 174, 178, 181, 182, 185, resultan, 4, 5, 6
191, 205, 208, 209, 211, 227, 234, 235,
241, 262, 277, 298, 300, 311, 334, 335,
336, 340, 341, 344, 448, 451, 458, 468, S
469, 470, 471, 472, 476, 482, 486, 489, satuan, 3, 7, 10, 11, 47, 94, 95, 160, 212,
494, 496, 503, 505 213, 227, 354, 357, 359, 406, 454, 503,
pemrograman, 348, 359, 365, 379, 401, 406, 504
454, 466, 468, 469, 472, 473, 487 screw, 193, 447, 456
pendingin, 31, 36, 37, 41, 51, 200, 234, 235, sekrap, 38, 39, 270, 275, 276, 277, 279, 281,
247, 248, 249, 295, 303, 317, 334, 335, 283, 317, 460
336, 337, 338, 339, 340, 341, 342, 343, senter, 93, 171, 172, 182, 184, 249, 257,
344, 345, 346, 446, 449, 466, 472, 476 303, 304, 307, 308, 311, 315, 353, 368,
perencanaan, 81, 185, 224, 501 370, 379, 406
perkakas, 17, 38, 41, 86, 87, 93, 94, 239, setting, 158, 172, 173, 182, 190, 211, 298,
249, 258, 261, 270, 287, 317, 334, 337, 368, 370, 371, 379, 406
338, 340, 341, 345, 346, 348, 359, 446, shaping, 38, 39, 270
447, 448, 449, 451, 453, 454, 455, 456, simetris, 144, 145, 191, 265, 503
457, 458, 459, 462, 464, 465, 466, 467, simulasi, 371, 376, 378, 379, 406, 454
468, 469, 470, 471, 472, 473, 474, 476, Sinker EDM, 482
477, 486, 489, 496, 497 sinus, 220, 294
perspektif, 113 sisipan, 162, 163, 164, 175, 188, 190, 214,
pitch, 185, 186, 188, 191, 193, 194, 200 216, 217, 247, 293, 359, 379, 406, 511,
planner, 270, 272, 273 512
plastik, 28, 34, 36, 45, 81, 82, 83, 244, 467 skala, 3, 32, 89, 90, 91, 92, 112, 113, 146,
plotter, 371, 406 259, 447, 456
poligon, 4, 5, 7 sleeve, 243, 252, 253
poros, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 51, 53, slotter, 270, 272
87, 131, 132, 165, 166, 193, 198, 217, sparks, 493
224, 240, 246, 273, 289, 290, 307, 308, spindel, 159, 173, 181, 191, 193, 201, 202,
309, 311, 317, 446, 447, 454, 457, 459, 207, 211, 212, 225, 229, 230, 232, 237,
497, 498, 499, 501, 502 238, 240, 241, 242, 243, 258, 260, 303,
portable, 236, 237, 238 304, 306, 307, 308, 309, 311, 317, 348,
profil, 46, 137, 154, 172, 194, 211, 229, 231, 352, 406, 449, 454, 459, 460, 461, 462,
276, 317 465, 466, 472, 475, 476
profil ulir, 194 spindle, 17, 352, 357, 359, 365, 379, 406
proyeksi, 6, 108, 109, 110, 111, 112, 113, stamping, 488
115, 116, 119, 120, 121, 129, 130, 131, step motor, 351, 359, 402, 406
135, 139 sudut, 2, 4, 6, 16, 18, 102, 105, 108, 109,
pulley, 353 110, 112, 113, 120, 136, 158, 162, 165,
putaran, 7, 8, 16, 51, 52, 53, 159, 160, 165, 176, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 190,
166, 173, 177, 178, 179, 181, 191, 194, 191, 192, 194, 213, 214, 219, 220, 224,
201, 206, 207, 208, 212, 213, 224, 229, 229, 239, 245, 246, 247, 249, 250, 251,
Teknik Pemesinan
_____________________________________________________Indeks
252, 253, 254, 265, 266, 273, 277, 283, vertikal, 6, 108, 116, 270, 401, 402, 406
294, 295, 317, 371, 406, 489, 495 vise, 221, 222, 253, 254
sudut ulir, 186, 187, 191, 194
sumbu, 4, 5, 6, 12, 20, 21, 93, 94, 109, 110,
111, 112, 113, 117, 118, 119, 128, 136,
W
137, 140, 141, 144, 151, 158, 159, 171, Wire EDM, 482, 487, 489, 492, 494, 495
173, 174, 183, 184, 190, 191, 194, 200, workshop, 170, 234
201, 207, 218, 225, 250, 257, 265, 266,
279, 289, 317, 348, 351, 353, 354, 356,
357, 358, 359, 364, 368, 369, 370, 371,
379, 402, 406, 448, 449, 450, 452, 455,
458, 459, 460, 461, 462, 464, 466, 467,
468, 473, 475, 489, 494, 495
swivel, 253, 254, 459
T
tap, 8, 87, 270, 273, 337
taper, 158, 183, 218
tapping, 269
tegangan, 11, 12, 14, 15, 16, 19, 22, 43, 246,
277, 295, 311, 317, 336, 483, 484, 485,
489
temperatur, 36, 41, 166, 167, 334, 335, 490,
491, 492, 497
thread, 161
threading, 191, 342, 472
tirus, 158, 173, 183, 184, 185, 217, 218,
252, 253, 302, 316, 317, 365, 495
tool, 38, 39, 41, 158, 163, 173, 176, 218,
277, 298, 359, 365, 369, 370, 371, 379,
402, 406, 451, 467, 508, 511, 518, 521
tool post, 173, 176
training unit, 402
transmisi, 17, 18, 241, 242, 352, 446, 454,
456
tunggal, 39, 57, 158, 162, 174, 176, 182,
186, 194, 237, 238, 242, 306, 359
tungsten, 486, 491, 492
turbin, 46, 49, 51, 53, 54
turning, 38, 158, 161, 191, 341, 506, 509
U
ulir, 87, 146, 161, 172, 174, 183, 185, 186,
187, 188, 190, 191, 192, 193, 194, 208,
230, 240, 259, 266, 267, 268, 269, 304,
305, 306, 317, 342, 352, 359, 379, 447,
459, 461, 523
ulir metris, 146, 186, 190, 192, 267
universal, 219, 239, 240, 294, 302, 304
up milling, 207
V
vektor, 2, 10
Teknik Pemesinan