Sururin Maudhunah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori
yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik
keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari Roy, teori
komunikasi terapeutik dari Peplau, teori goal atteccment dari Bety Newman dan
sebagainya. Leiningers konsep model yang dikenal dengan sunrise modelnya
merupakan salah satu teori yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk
keperawatan. Leininger mendefinisikan Transkultural nursing sebagai area yang
luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care,
dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan.
Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya
kesadaran dan apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang
professional memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara
konsep perencanaan dan untuk praktik keperawatn. Tujuan penggunaan
keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan
norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok lain. Kultur yang universal adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur
seperti budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui Pengertian transkultural
1.2.2 Mengetahui Konsep transkultural
1.2.3 Mengetahui Peran dan fungsi transkultural
1.2.4 Mengetahui Kuno dan Praktik Pengobatan

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan
culture. Trans berarti aluar perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia trans berarti melintang, melintas, menembus,
melalui.
Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
a) kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.
b) Kepercayaan, nilai-nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural
berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi, hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti :
a) Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
b) Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya
Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai :
a) Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain
b) Pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi
sosial
c) Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai nilai budaya (nilai budaya
yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien). Menurut Leininger
(1991).

2
2.2 Konsep Transkultural
Kazier Barabara (1983) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of
Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah
tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni
merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan,
praktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin
memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target
pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio-psycho-social-spiritual. Oleh
karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang
komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang
nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat
istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola
kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat
manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus-menerus
dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu
akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural
nursing approach)

2.3 Peran dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh
sebab itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang
dirawat (Pasien). Misalnya kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan,
kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan social, praktik kesehatan, pendidikan anak,
ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan masing-masing orang
menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub-kultur. Subkultur adalah kelompok
pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur
yang lebih besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling
berkaitan dengan kebiasaan cultural.

3
Nilai-nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil
mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah
menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal-hal yang dianggap
tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingknya pengaruh
kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang
yang relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik
budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger
(1991) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian
ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya
(nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah
berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan
rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan
yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku
manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik
kesehatan dalam berbagai budaya (kultur), baik di masa lampau maupun zaman
sekarang akan terkumpul persamaan-persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi
pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang
banyak dan berbagai kultur.

2.4 Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan


Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan
masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional,
sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari
dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa
praktek pengobatan asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

4
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat-sakit) menurut budaya-
budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
2.4.1 Budaya Jawa
Menurut orang Jawa, sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik
dan batin. Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika batin karep ragu nututi ,
artinya batin berkehendak, raga / badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga
berarti waras . Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya
sehari-hari, misalnya bekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup,
kondisii inilah yang dikatakan sehat. Dan ukuran sehat untuk anak-anak adalah
apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main .
Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu
konsep personalistik dan konsep naluralistik. Dalam konsep personalistik,
penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk gaib, dewa), makhluk
yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang sihir,
tukang tenung). Penyakit ini disebut ora lumrah atau ora sabaene (tidak
wajar / tidak biasa). Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara
gaib atau supernatural, misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi
personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku, kebendhu, kewalat, kebulisan,
keluban, keguna-guna, atau digawe wong, kampiran bangsa lelembut dan lain
sebagainya. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau wong tuo .
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli
dalam mengobati penyakit melalui Japa Mantera , yakni doa yang diberikan
oleh dukun kepada pasien. Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa
yang mempunyai nama dan fungsi masing-masing :
a) Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan.
b) Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang
sakit terkilir, patah tulang, jatuh atau salah urat.
c) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna-guna atau
digawa uwong .
d) Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena
kemasukan roh halus.

5
e) Dukun hewan : khusus mengobati hewan.Berdasarkan hari dimulainya
sakit juga dapat ditentukan tentang jenis-jenis penyakit sebagaimana
diuraikan dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna, yang dibuat
sebagai berikut :
Nama hari Sebab Penyakit
Senin : Mempunyai nadzar yang belum dilaksanakan
Selasa : Diguna-guna oleh oran lain
Rabu : Diganggu oleh makhluk halus / setan
Kamis : Terkena itulah dari orang lain
Jumat : Diganggu makhluk halus yang ada di kolong rumah
Sabtu : Diganggu oleh setan yang berasal dari hutan
Minggu : Diganggu oleh makhluk halus / setan

Selain hari-hari biasa, Budaya Jawa juga memiliki hari hari yang disebut
hari pasaran dengan urutan : Pon, Wage,kliwon, legi, pahing. Budaya jawa
beranggapan bahwa nama yang berat bisa mendatangkan sial. Pendapat yang
lain mengatakan nama yang buruk akan mempengaruhi aktivitas pribadi dan
sosial pemilik nama itu. Dan juga kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada salah
satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya
biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama-sama
mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa dikenal
prinsip mangan ora mangan, seng penting kumpul

Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak


terlepas dari tumbuhan dan buah buahan yang bersifat alami adalah :
1. Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
2. Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut, diperas
dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan, dapat ditambah
sedikit gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu
makan.
3. Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.

6
4. Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan
dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum
seperlunya.
5. Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam panas,
dan penambah nafsu makan.
6. Jagung muda (yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan
kepercayaan) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara
dioleskan dibagian yang terkena cacar.
7. Daun sirih untuk membersihkan vagina.
8. Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
9. Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal-gatal.
10. Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
11. Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
12. Jahe untuk menurunkan demam / panas, biasanya dengan diseduh lalu
diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.
13. Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning
yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari, daging kelapa muda
dapat dimakan sekaligus, tidak boleh kelapa yang sudah tua.

2.4.2 Budaya Sunda


Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat
sosial budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat (orang
sunda) adalah muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala, yohgoy untuk
batuk dan salesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan,
kecuali batuk juga karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan
menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang
terdapat di warung obat yang ada di desa tersebut, sebagian kecil menggunakan
obat tradisional. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.
Pengertian sehat sakit menurut orang sunda, orang sehat adalah mereka yang
makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak
ada yang dikeluhkan, sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas

7
atau makan terasa pahit, kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis,
dan serba salah / gelisah. Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur,
sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat. Orang disebut sakit
ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja, masih dapat
makan-minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang
dibeli di warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak
dapat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun, harus
berobat ke dokter / puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya
mahal.
Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita
melakukan kegiatan sehari-hari, dan sumber pengobatan yang digunakan. Berikut
beberapa contoh sakit dengan penyebab, pencegahan dan pengobatan sendiri. :

1. Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala (bahasa sunda = rieut atau
nyeri sirah, kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda = Lieur), dan sakit
kepala sebelah / migran (bahasa sunda = rieut jangar). Penyebab sakit kepala
adalah dengan menghindari terkena sinar matahari langsung, dan jangan banyak
pikiran. Pengobatan sendiri, sakit kepala dapat dilakukan dengan obat warung
yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16.

2. Sakit Demam
Keluhan demam (bahasa sunda = muriang atau panas tiris) ditandai dengan badan
terasa pegal-pegal, menggigil, kadang-kadang bibir biru. Penyebab demam adalah
udara kotor, menghisap debu kotor. pergantian cuaca, kondisi badan lemah,
kehujanan, kepanasan cukup lama, dan keletihan. Pencegahan demam adalah
dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap, makan teratur, olahraga cukup,
tidur cukup, minum cukup, kalau badan masih panas / berkeringat jangan
langsung mandi, jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah.
Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional, yaitu
kompres badan dengan tumbukan daun melinjo, daun cabe atau daun singkong,

8
atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh
nomor 16.

3. Keluhan Batuk
Batuk TBC, yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut, batuk biasa
(bahasa sunda = fohgoy), dan batuk yang terus menerus dengan suaranya
melengking (bahasa sunda = batuk bangkong) dengan gejala tenggorokan gatal,
terkadang hidung rapet, dan kepala sakit). Penyebab batuk TBC adalah karena
orang tersebut menderita penyakit TBC paru, sedangkan batuk biasa atau batuk
bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan,
alergi salah satu makanan, makanan basi, masuk angin, makan makanan yang
digoreng dengan minyak yang tidak baik, atau tersedak makanan / keselek.
Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan,
jangan makan makanan basi, tidak kebanyakan minum es, menghindari makanan
yang merangsang tenggorokan, atau menyebabkan alergi. Pengobatan sendiri
batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryl. Bila
batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur
kecap, daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan
jahe dengan gula merah.

4. Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan (bahasa sunda = salesma), yaitu hidung tersumbat atau
berair, dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala, demam, badan terasa
pegal dan tenggorokan kering. Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu
kotor, menghisap asap rokok, menghisap air, pencegahan pilek adalah jangan
kehujanan, kalau badan berkeringat jangan langsung mandi, apabila muka terasa
panas (bahasa sunda = singhareab), jangan mandi langsung minum obat, banyak
minum air dan istirahat. Pengobatan sendiri, pilek dapat dilakukan dengan obat
warung yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang. Dapat juga
digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan, misalnya minyak kelapa
dioleskan di kanan dan kiri hidung.

9
5. Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas
biasanya yang disertai demam (menggigil). Untuk mengobatinya, orang sunda
biasa dengan menggunakan labu (waluh) yang diparut (dihaluskan), kemudian
dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut
hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air
dingin.

Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung. obat


yang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional.
Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat
biaya dan hemat waktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu
penanggulanan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya
masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan
yang tercantum pada setiap kemasan obat.

2.4.3 Budaya Batak


Arti sakit bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring
dan penyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau ada juga yang membawa
orang yang sakit tersebut kepada dukun atau orang pintar. Dalam kehidupan
sehari-hari orang batak, segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman
dahulu, untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta
agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang batak, di samping
penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural, yaitu :
1. Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan
perbuatan yang tidak baik (mis : mengintip). Cara mengatasinya agar
matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
2. Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan nama) sehingga membuat
orang tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut
dengan nama yang lain, yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan
jamuan adat bersama keluarga.
3. Ada juga orang batak sakit karena tarhirim

10
Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya,
tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena janji tersebut tidak ditepati, si
anak bisa menjadi sakit.
4. Jika ada orang batak menderita penyakit kusta, maka orang tersebut
dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam
pergaulan masyarakat. Di samping itu, dalam budaya batak dikenal adanya
kitab pengobatan yang isinya diantaranya adalah, Mulajadi Namolon
Tuhan Yang Maha Esa bersabda : Segala sesuatu yang tumbuh di atas
bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing-masing di dalam
kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapat menyatukan
darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupan
mu
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejak
dalam kandungan sampai melahirkan.

1. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan


a. Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir telur
ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan
b. Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri, jeruk purut dan daun
sirih
c. Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri, biji lada putih dan iris
jorango
d. Perawatan dugu-dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan
yang diresap dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.

2. Dappol Siburuk (obat urut dan tulang)


Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung. Obat
dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di
praktikkan dengan penelitian alami dan hamper seluruh keturunan Siraja Batak
menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.

3. Untuk mengobati sakit mata.

11
Menurut orang batak, mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam
kehidupan manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja
Simosimin, Berdasarkan pesan dari si raja batak, untuk mengeluarkan penyakit
dari mata, maukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit. Setelah itu tutuplah
mata dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan menarik seluruh
penyakit yang ada di dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap
sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti
mencabut (mengeluarkan), nama ramuannya dengan sdama tujuannnya.

4. Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk


Berdasarkan pesan siraja batak untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit
supaya menggunakan tawar mulajadi (sesuatu yang berasal dari asap dapur).
Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat.
Disamping itu, siraja batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat
hidup sehat, maka makanlah atau minumlah : apapaga, airman, anggir, adolorab,
alinggo, abajora, ambaluang, assigning, dan arip-arip. Dalam budaya batak juga
dikenal dengan adanya charisma, wibawa dan kesehatan menurut orang batak
dahulu, supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan
membuat sesajen berupa : ayam merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras
(nitak), jeruk purut, sirih beserta perlengkapannya.
Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang batak
adalah :
a. Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok, maka cara
pengobatannya dengan menggunakan belau.
b. Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas (demam) biasanya
pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang
tebal

2.4.4 Budaya Flores


Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka. Dami
dikenal sebagai penyembuh alternative unik.
Damianus wera bukan dokter, buta huruf, tak makan sekolah, tapi buka praktik
layaknya dokter professional. Dia melakukan operasi hanya menggunakan pisau.

12
Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang dikeluhkan para pasien. Pertama, jenis
penyakit nonmedis atau santet / guna-guna. Biasanya tubuh korban dirusak
dengan paku, silet, lidi, kawat, beling, jarum, benang kusut. Kedua, penyakit
medis seperti jantung koroner, batu ginjal, tumor, kanker, dll.Dami mengangkat
penyakit ini dengan operasi dan juga sedot darah melalui selang. Ketiga, sakit
psikologis misalnya : banyak utang, stress, sulit hamil, dll. Dami mengingatkan
kunci sehat itu sebenarnya ada di pikiran yang sehat. Sebaliknya, pikiran yang
ruwet, penuh beban dan tekanan, justru memicu munculnya penyakit dalam tubuh
manusia. Dami di datangi ayahnya yang sudah meninggal dan dikasih gelang dan
saat dia bermimpi ia akan di karuniai penyembuhan. Pagi-pagi ia menemukan
pisau di bawah bantal. Pisau itu untuk mengoprasi orang sakit.
Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
1. Berdoa : dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan, pasien berdoa
menurut agamanya.
2. Air putih : Pasien diminta membawa air putih dalam botol 1, 5 liter.
Setelah didoakan, pasien minum di rumah masing- masing. Kalau mau
habis, tambahkan dengan air yang baru.
3. Kapsul ajaib : Pasien diminta minum kapsul ajaib seperti obat biasa.
4. Pijat refleksi : Pasian menjerit kesakitan karena disetrum listrik tegangan
tinggi.
5. Suntik : Jarum suntik diperoleh dengan cara muntah. Cairan atau obat
diperoleh lewat doa tertentu.
6. Telur ayam (kampung) dan gelas : Dipegang, diletakkan di atas kepala
pasien. Selain mendeteksi penyakit, telur ayam kampung itu juga untuk
mengobati penyakit dan untuk mengambil benda-benda santet seperti
jarum, benang, silet, beling, paku lewat telur ayam.
7. Operasi / bedah : Operasi atau bedah bisa untuk penyakit medis maupun
non medis.
Di samping itu, orang flores juga percaya adanya sejenis kain yang berwarna
hitam yang dipercaya dapat menyembuhkan orang yang sakit panas / demam
tinggi. yaitu dengan cara di selubungkan atau ditutupkan di seluruh tubuhnya

13
hingga tidak ada yang kelihatan lagi, dan biarkan orang yang sakit panas tersebut
hingga ia merasa nyaman dan pansanya berkurang.
Bawang merah dipercaya untuk mengobati batuk, yakni dengan cara dihancurkan
(dikunyah) lalu dibungkus dengan sepotong kain, kemudian ditempelkan di
tenggorokan.
Cara ini baik diterapkan pada waktu sebelum tidur malam.
Daun sirih untuk mengobati orang yang mimisan, yaitu dengan digulung
kemudian disumbatkan ke lubang hidung yang keluar darah.
Daun papaya yang masih muda digunakan untuk menghentikan keluarnya darah
dari bagian tubuh yang luka, yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian
ditempelkan di bagian yang luka tersebut.

Pengaruh Kepercayaan, Agama dan Aliran Lain, Jinis Kelamin dan Masalah
Analisis :

1. Kepercayaan, agama dan aliran lain


Kepercayaan dan agama adalah pondasi penting untuk kesehatan, agama dan
kepercayaan memberikan kontribusi penuh dalam tindakan keperawatan.
Misalnya perawatan pasien beragama berbeda harus dibedakan dengan pasien lain
yang mempunyai agama berbeda dalam hal kepercayaan.

2. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai peranan (yang dianggap penting) karena perempuan lebih
professional. Terbukti dari awal mula 95-98 % perawat adalah perempuan. Status
sosial wanita dalam dunia medis maupun masyarakat dicirikan sebagai seorang
yang dapat merawat, seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya.

3. Masalah Analisis
Sebuah masalah digambarkan dengan situasi dan keadaan tertentu. Masalah selalu
di luar rencana (tidak direncanakan) dan lebih sering tidak diterima. Masalah bisa
lebih kompleks ataupun malah lebih sederhana, untuk itu seorang perawat harus
mampu menyesuaikan diri dengan mengubah pola pikir terhadap analisa tersebut.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan


yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini
dipelajarai mulai dari kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis,
kehidupan sosial dan spiritualnya.
Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.

3.2 Saran
Walaupun dalam kenyataanya mungkin konsep keperawatan transkultural efektif
digunakan pada klien, namun pengkajian lebih lanjut juga sangat diperlukan untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyembuhan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Efy. KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF
TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN.
http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/ transkulturalnursing.pdf.
Aplication pdf (18 Oktober 2011)
Andrew, M.M. and Boyle, J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2
nd Ed. Philadelphia: J.B. Lippincot Company, hal 1-131.
Elsaerodji, Fahmi. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak: Perspektif Sosial
Budaya Jawa. http://atfahmi.depsos.org/2011/01/27/pertumbuhan-dan-
perkembangan-anak-perspektifsosial-budaya-jawa.html. css (23 Oktober
2011)
Ginger, J. N. dan Davidhizar (1995). Transcultural Nursing: Assessment and
Intervention. St. Louis: Mosby, hal 1-157.
Kozier, B., Erb, G., Berman A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice . 7th Ed. New Jersey: Pearson Education,
Inc. Hal. 205-221.
Novieastari, Enie. Perkembangan Transkultural dalam Keperawatan.
http://staff.ui.
ac.id/internal/132014715/material/PerkembanganTranskulturaldalamKeper
awatan.pdf. Aplication pdf (18 Oktober 2011) Novieastari, Enie.
Transcultural Nursing Care. http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/
material/NursingPerspectiveinTranscultural.pdf. Aplication pdf (18
Oktober 2011)
Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta:
Penerbit Gosyen Publishing.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces,
and Practice. 6 th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby. Hal. 118-136.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7 th Ed. (Terj. dr.
Adrina Ferderika). Jakarta: Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai