Rani Silvia-Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa
ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan
sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai
pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health
Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa
peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,
mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan
mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif
mandiri.
Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25
tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umummnya,
yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25
tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya, secara sosial dan psikologis
mampu mandiri. Berdasarkan uraian di atas ada dua hal penting menyangkut,
batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan
psikologi.
Mengakhiri pada abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ditandai oleh
fenomena transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur
penduduk,terutama struktur penduduk menurut umur.Apabila sebelumnya
penduduk yang terbesar adalah anak- anak maka dalam masa transisi ini proporsi
penduduk usia remaja semakin besar.Terdapat 36.600.000 (21% dari total
penduduk) remaja di indonesia dan diperkirakan jumlahnya mencapai
43.650.000.Pada awal abd ke-21.
Jumlah remaja yang tidak sedikit merupakan potensi yang sangat berarti
dalam melanjutkan pembangunan di indonesia.Seperti yang tercantum dalam
garis-garis besar pembangunan indonesia bahwa pembinaan anak dan remaja
dilaksanakan melalui peningkatan gizi,pembinaan perilaku kehidupan beragama
dan budi pekerti luhur,penumbuhan minat belajar,peningkatan daya cipta dan
daya nalar serta kreatifitas,penumbuhan idealisme dan patriotisme.Akan tetapi
adanya ketidakseimbangan upaya pembangunan yang di lakukan terutama
terhadap remaja,akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri.
Salah satu dampak ketidakseimbangan pembangunan itu adalah terjadinya
perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan prilaku seksual pranikah
dikalangan remaja.Di amerika latin anak muda berusia 15-24 tahun melakukan
intercourse (hubungan seksual) rata-rata pada usia 15 tahun bagi laki-laki dan usia
17 tahun bagi perempuan,Sedangkan di indonesia satu dari lima anak pertama
yang dilahirkan pada wanita menikah pada usia 20-24 tahun merupakan anak hasil
hubungan seksual sebelum menikah.Tidak tepat dan tidak benarnya informasi
mengenai seksual dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat runyam
masalah perilaku seksual remaja pranikah.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan remaja dalam konsep kesehatan masyarakat?
b) Apa saja faktor yang mempengarui kesehatan reproduksi pada remaja?
c) Dampak apa yang terjadi pada remaja ketika melakukan hubungan seks
pranikah?
d) Bagaimana solusi yang tepat mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada
remaja?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan pendidikan kesehatan demi tercapianya derajat kesehata
pada semua remaja baik laki-laki maupun perempuan.
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas pembuatan makalah mata ajar epidemiologi kespro.
b. Mengidentifikasi konsep kespro serta faktor yang mempengaruhi kesehatan
anak remaja.
c. Mendiskusikan latar belakang tentang kesehatan reproduksi remaja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja Dalam Konteks Kesehatan Reproduksi Remaja


Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12
sampai 24 tahun.
Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin.Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis,
yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia
tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan alran kontemporer membatasi usia
remaja antara 11 hingga 22 tahun.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem
reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Kesehatan Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan
proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang
membeli kebebasannya secara materi, dsb),
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb).
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
a. Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
b. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman,
pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual
(PMS), termasuk pencegahan kemandulan
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesproa.
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi
yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar
mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
b. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi
kesehatan reproduksi
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
h. Hak-hak reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat
perhatian yang cukup. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi:
1) Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi,
seperti juga masalah kesehatan lainnya, semata-mata menjadi urusan kalangan
medis, sementara pemahaman terhadap kesehatan reproduksi (apalagi kesehatan
reproduksi remaja) di kalangan medis sendiri juga masih minimal. Meskipun
sejak konperensi Kairo definisi mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin
jelas, diseminasi pengertian tersebut di kalangan medis dan mahasiswa kedokteran
agaknya belum memadai.
2) Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi
hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar poses kehamilan dan melahirkan,
sehingga dianggap bukan masalah kaum remaja. Apalagi jika pengertian remaja
adalah sebatas mereka yang belum menikah. Di sini sering terjadi ketidak
konsistensian di antara para pakar sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan
istilah remaja dengan batasan usia, tetapi di sisi lain dalam pembicaraan
selanjutnya mereka hanya membatasi pada mereka yang belum menikah.
3) Banyak yang masih mentabukan untuk membahas masalah kesehatan
reproduksi remaja karena membahas masalah tersebut juga akan juga berarti
membahas masalah hubungan seks dan pendidikan seks.

2.2 Perubahan Fisik, Biologis, Psikososial Remaja


Tumbuh Kembang Remaja.
Masa remaja dibedakan dalam :
Masa remaja awal, 10 13 tahun.
Masa remaja tengah, 14 16 tahun.
Masa remaja akhir, 17 19 tahun.
Pertumbuhan Fisik Pada Remaja Perempuan :
Mulai menstruasi.
Payudara dan panggul membesar.
Indung telur membesar.
Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
Vagina mengeluarkan cairan.
Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
Tubuh bertambah tinggi (Lengan dan Tungkai kaki bertambah panjang )
Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat
seperti anak kecil lagi.
Kaki dan tangan bertambah besar
Keringat bertambah banyak
Indung telur mulai membesar dan berfungsi sebagai organ reproduksi
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
Terjadi perubahan suara mejadi besar dan berat.
Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
Tumbuh kumis.
Mengalami mimpi basah.
Tumbuh jakun.
Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
Penis dan buah zakar membesar.
Tubuh bertambah berat dan tinggi
Keringat bertambah banyak
Kulit dan rambut mulai berminyak
Lengan dan tungkai kaki bertambah besar
Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat
seperti anak kecil lagi
Pada Usia Remaja, Tugas-Tugas Perkembangan yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik
sesama jenis maupun lawan jenis
b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
c. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya
kompetensi sebagai warga negara
i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial
j. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
(Havighurst dalam Hurlock, 1973).
Perubahan Psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja
laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan
dan tanggung jawab, yaitu :
a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada
kelompoknya.
Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh
oleh hal-hal yang negatif dari lingkungan barunya.
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam
memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
a. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan
kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial,
tugas dan nilai-nilai.
b. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas
pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan
lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
2.3 Determinan Perkembangan Remaja
Pada bagian ini juga penting diketahui aspek atau faktor-faktor yang
berhubungan atau yang mempengaruhi kehidupan remaja. Keluarga, sekolah ,dan
tetangga merupakan aspek yang secra langsung mempengaruhi kehidupan
reamaja, sedangan struktur sosial ,ekonomi politik ,dan budaya lingkungan
merupakan aspek yang memberikan pengarauh secara tidak langsung terhadap
kehidupan remaja. Secara garis besarnya ada dua tekanan pokok yang
berhubungan dengan kehidupan remaja ,yaitu internal pressure (tekanan dari
dalam diri remaja) dan external pressure (tekanan dari luar diri remaja)
Tekanan dari dalam (internal pressure) merupakan tekanan psikologis dan
emosional. Sedangkan teman sebaya, orang tua guru, dan masyarakat merupakan
sumber dari luar (external pressure). Teori ini akan membantu kita memahami
masalah yang dihadapi remaja salah satunya adalah masalah kesehatan
reproduksi.
2.4 Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi
Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian
yang sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons
organisme atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang
ada(Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau
dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja
adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang
datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif
secara seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko
yang lebih rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan
perilaku seksual, semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan
seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini di sebut youth
uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja
cenderung melakuakan underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak
remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama)
yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena
pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan
reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja.
(ICPD) dan sai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International
Conference on Population and Development(ICPD) hampir berdekatan dengan
batasan sehat dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan
sehat jasmani, rohani,dan buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit
atau kecacatan semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses
reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi
kesehatan reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan
hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan
bila kehamilan diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan
aman, melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang
dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial
,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan
tidak adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga
mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja
ICPD Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya
hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan
pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk
menentukan secara bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak ,
penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan waktu kelahiran anak-anak
mereka dan mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak
untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam
pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh seks yang sehat di
samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu saja kedua
faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.
2.5 Resiko perilaku seksual berisiko remaja saat ini
Seperti telah dikemukakan di bagian pendahuluan, banyak penelitian dan
berita di media massa yang menggambarkan fenomena perilaku seksual remaja
pranikah di indonesia. Sebenarnya perilaku seksual remaja pranikah sudah ada
sejak manusia ada. Tetapi informasi tentang perilaku tersebut cenderung tidak
terungkap secara luas. Sekarang kondisi masyarakat telah berubah .dengan telah
makin terbukanya arus informasi, makin banyak pula penelitian atau studi yang
mengungkapkan permasalahan perilaku seksual remaja, termasuk hubungan
seksual pranikah. Di indonesia sendiri ada beberapa penelitihan yang
menggambarkan fenomena perilaku seksual remaja pranikah. Berikut ini ada
beberapa penelitian kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan fenomena
tersebut.
Pada tahun 1981, pangkahila melakuakan penelitian di bali terhadap
ABG(anak baru gede) ternyata pengalaman seksual mereka cukup jauh .terdapat
56,0% dari mereka pernah melakukan ciuman bibir,31,0% yang pernah
dirangsang alat kelaminya,dan bahkan pernah melakuakan hubungan seksual
sebanyak 25,0% satu tahun kemudian ,sarlito (1982) melakukan penelitian di
jakarta ternyata hanya 75,0% dari responden remaja putri yang di teliti masih
menjaga ke gadisanya. Artinya 25,0% remaja putri telah melakukan hungan seks
.kemudian penelitian di yogyakarta (1984) terungkap bahwa 13,0% dari 846
pernikahan di dahului oleh kehamilan. Dan pada tahun 1985 hasil penelitian biran
affandi menunjukkan bahwa 80,0% dari remaja yang hamil melakukan hubungan
seksual di rumah mereka sendiri.
Pada tahun 1989 penelitian yang dilakuakan oleh fakultas psikologi UI juga
menunjukkan bahwa ada 61,0% anak usia 16-20 tahun pernah melakuakan
seksual intercourse (sanggama) dengan temanya dan suatu penelitian terhadap
siswa SMTP di bandung ternyata terdapat 10,53% dari mereka pernah
melakuakan ciuman bibir, 5,60%pernah melakukan ciuman dalam, dan 3,86%
pernah melakuakan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh sebuah
majalah mingguan ibu kota dari responden 100 orang pelajar dari 26 SMA di
Jakarta menunjukkan bahwa 41,0% pelajar mengaku pernah melakuakan
hubungan seks dengan lawan njenis (51.7% pada laki-laki dan 25,0%pada
wanita). Di samping responden yang melakuakan hubungan seks dengan lawan
jenis, ada 42,0% yang pernah berciuaman dengan lawan jenis, 4,0% pernah
meraba alat kelamin alat vital lawan jenis ,dan 12,0% pernah menyenggol,
memegang, meraba ,membelai bagian tubuh yang peka milik lawan jenisnya.
Hanya 1,0% saja yang tidak mempunyai pengalaman seks dengan lawan jenis.
Walapun masih di perdebatkan keabsahan hasil penelitian tersebut paling tidak
tata diatas mengingatkan kita betapa besarnya masalah perilaku seks pada remaja
kita.
Hasil yang tidak begitu jauh berbeda juga terjadi pada mahasiswa. Penelitian
yang di lakuakan di yogyakarta (Dasakung1984) mengunggkapkan bahwa 62,0%
dari mahasiswa pernah melakukan kumpul kebo. Survei kecil yang pernah
dilakuakan oleh mahasiswa fakultas psikologi UI (1993) terhadap 200responden
menunjukan bahwa alasan yang di kemukakan oleh sebagian mahasiswa untuk
melakukan hubungan seks adalah sebagai ungakapan kasih sayang(36,20%),
terbawa suasana (15,0%), kebutuhan biologis (14,0%), dan untuk kenikmatan dan
kesenagan 10.1%).
Bila kita lihat kecenderungan perilaku seksual remaja pranikah berdasarkan
tempat tinggal mereka, ternyata baik di desa maupun di kota perilaku tersebut
juga sangat memprihatinkan. Penelitian yang dilakukan oleh Faturochman dan
soetjipto di bali (1989) menunjukkan bahwa persentase remaja laki-laki di desa
dan di kota yang telah melakukan hubungan seks masing-masing adalah 23,6%
dan33,5%. Sedangkan penelitian singarimbun (1994) menemukan 1,8% remaja
wanita di kota pernah melakuakan hubungan seks pranikah. Penelitian di lakuakan
oleh laboratium antropologi FISIP UI Hidayana dan Saefuddin, (1997)
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan perilaku seksual yang cukup mencolok
pada remaja desa dan remaja kota di Sumatra Utara dan Kalimantan selatan. Di
kedua tempat penelitian itu terlihat adanya kecenderungan perilaku seksual yang
permisif baik di desa maupun di desa.
Faktor-faktor yang sangat terkait kondisi saat ini menyebabkan perilaku
serksual remaja semakin menggejala akhir-akhir ini. Namun begitu, banyak
remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku seksual
mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat ataupun
waktu yang lebih panjang. Sebuhungan dengan definisi kesehatan reproduksi yang
telah di bicarakan dahulu, berikut ini akan di bahas mengenai beberapa dampak
perilaku seksual remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi.
o Hamil yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy)
Unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak di kehendaki) merupakan salah
satu akibat dari perilaku seksual remaja. Anggapan-anggapan yang keliru seperti:
melakuakan hubungan seks pertama kali, atau hubungan seks jarang
dilakuakan,atau perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks
dilakuan sebelum atau sesudah menstruasi, atau bila mengunakan teknik coitus
interuptus (sanggama terputus), kehamilan tidak akan terjadi merupakan pencetus
semakin banyaknya kasus unwanted pregnancy. Seperti salah satu kasus pada
penelitian khisbiyah (1995) ada responden mengatakan, untuk menghindari
kehamilan maka hubungan seks dilakuakan di antara dua waktu menstruasi.
Informasi itu tentu saja bertentangan dengan kenyataan bahwa sebenarnya masa
antara dua siklus menstruasi itu merupakan masa subur bagi seorang wanita.
Unwanted pregnancy membawa remaja pada dunia pilihan, melanjutkan
kehamilan atau mengugurkanya. Menurut Khisbiyah (1995) secara umum ada dua
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan itu, yakni faktor intrnal dan
faktor eksternal.
a. Faktor intrnal meliputi, intensitas hubungan dan komit-men pasangan remaja
untuk menjalin hubungan jangka panjang dalam perkawinan, sikap dan persepsi
terhadap janin yang di kandung, seperti persepsi subjektif mengenai kesiapan
psikologis dan ekonomi untuk memasuki kehidupan perkawinan.
b. Faktor eksternal meliputi sikap dan penerimaan orng tua kedua belah pihak,
penilaian masyarakat, nilai-nilai normatif dan etis dari lembaga keagamaan, dan
kemingkinan-kemungkinan perubahan hidup di masa depan yang mengikuti
pelaksanaan keputusa yang akan dipilih.
Terlepas dari alasan di atas, yang pasti melahirkan dalam usia remaja (early
chilbearing) dan melakuakan aborsi merupakan pilihan yang harus mereka jalani.
Banyak remaja putri yang mengalami unwanted pregnancy terus melanjutkan
kehamilanya. Kosenkuensi dari keputusan yang mereka ambil itu adalah
melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda.
o Penyakit menular seksual (PMS) HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi
adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan
hubungan seks yang tidak aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan
melakuakan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular
PMS/HIV, seperti sifilis ,gonore,herpes, klamidia dan AIDS . dari data yang ada
menukjukan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS, 53,0% berusia
antara 15-29 tahun. Tidak terbatasnya cara melakuakan hubungan kelamin pada
genital-genital saja(bisa juga oragenital) menyebabkan penyakit kelamin tidak
saja terbatas pada daerah genital, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ektra
genital.
o Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan
kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi
,pihak perempuan atau tepatnya korban- utama dalam masalah ini. Kodrat untuk
hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok
yang sangat delimatis. Dalam pandangan masyarakat ,remaja putri yang hamil
merupakan aib keluarga,yang secara telak mencoreng nama baik keluarga dan ia
adalah si pendosa yang melangar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman
sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri
tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja
setelah mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis
terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri
sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara
fisik ,sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem ,fungsi,dan proses
reproduksi remaja tidak terpenuhi.
Namun ada hal yang perlu pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi
pada remaja bukan hanya pada saat pranikah,namun dapat pula memberikan
dampak negatif saat menikah dan hamil muda.Hal-hal yang mungkin terjadi saat
menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah 20 tahun).
Tetap perlu diingat bahwa perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun
sedang berada di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena
tubuhnya belum berkembang secara maksimal, maka perlu dipertimbangkan
hambatan/ kerugian antara lain :
1. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehailannya termasuk
control kehamilan. Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko
kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat
pada kematian.
3. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah
20tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya
dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
4. Dari sisi pertimbangan psikologis, remaja masih merupakan kepanjangan dari
masa kanak-kanak. Kebutuhan untuk bermain dengan teman sebaya, kebutuhan
untuk diperhatikan, disayang dan diberi dorongan, masih begitu besar sebelum ia
benar-benar siap untuk mandiri.
5. Wawasan berpikirnya belum luas dan cukup matang untuk bisa menghadapi
kesulitan, pertengkaran yang ditimbulkan oleh pasangan hidup dan lingkungan
rumah tangganya.
2.6 Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja
a. Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks di masa lalu berfokus pada anatomi fisiologi
reproduksi dan penyuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga Amerika kelas
menengah. Baru baru ini pendidikan seks mulai membahas masalah se
ksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya, program program yang
sekarang berfokus pada upaya remaja untuk mengatakan tidak. Pihak oponen
program pendidikan seks di sekolah percaya bahwa diskusi eksplisit tentang
seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan peran
orang tua. Pihak pendukung mengatakan, tidak adanya diskusi semacam itu dari
orang tua dan kegagalan mereka untuk member anak anak mereka informasi
yang diperlukan secara nyata untuk menghambat upaya mencegah kehamilan
pada remaja. Peran keluarga, masjid, gereja, sekolah kompleks dan kontraversial
tentang pendidikan seks. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks
anak anaknya karena beberapa alasan, seperti :
Orang tua tidak memiliki informasi yang tidak adekuat.
Orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks.
Para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
Beberapa orang tua mendapat kesulitan untuk mengakui anaknya adalah
individu seksual yang memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang
tua untuk membahas perilaku seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan
putrinya merahasiakan aktivitas seksnya dan dapat menghambat upaya untuk
mendapat bantuan.
b. Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri
yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan
kesehatan.
Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase
dewasa (lowdermik dan jensen,2004).Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri
dari : menerima citra tubuh,menerima identitas seksual, mengembangkan sistem
nilai personal,membuat persiapan untuk hidup mandiri,menjadi mandiri /bebas
dari orang tua,mengembangkan keterampilan,mengambil keputusan dan
mengembangkan identitas seorang yang dewasa.Identitas status kesehatan anak
remaja terdiri dari :identitas seksual,identitas kelompok,identitas
pekerjaan,identitas moral,dan identitasa kesehatan.Masa remaja ada dua aspek
perubahan yaitu perubahan fisik dan perubahan psikologis. Keluarga, sekolah,
dan tetangga merupakan aspek yang secara langsung mempengaruhi kehidupan
remaja. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada
intercourse (senggama) yang pertama kali atau mereka merasa bahwa dirinya
tidak akan pernah terinfeksi HIV / AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
3.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan
perilaku sehat kepada para remaja.
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan keperawatan komunitas
tentang kesehatan reproduksi remaja.
3. Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan
kesehatan secara lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Soekidjo, Notoatmodjo.(2007).Kesehatan masyarakat,edisi ke 11.Jakarta : Rineka


Cipta.
Bobak,Lowdermik, jensen.(2004).Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi
4.EGC.Jakarta
Potter& perry.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4.EGC.Jakarta
Makalah Penyalahgunaan Obat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena
walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang
Gangguan Mental Akibat Penyalahgunaan Obat-Obat Medis. Dalam karya
tulis ini, kami juga menyediakan pembahasan tentang tinjauan teori dan asuhan
keperawatan leukemia. Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh
yang diharapkan dan isinya masih terdapat kesalahan kesalahan baik dalam
penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu,
kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah
ini menjadi sempurna.

Pekanbaru, Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
E. Metode Penulisan ..................................................................................... 3
F. Sumber Data ............................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A. Defenisi Penyalahgunaan zat / Obat.......................................................... 4
B. Obat Medis yang Sering Disalahgunakan .............................................. 4
C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat .................................... 12
D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis .............................................. 13

BAB
III PENUTUP ................................................................................................... 15
A. Kesimpulan.............................................................................................. 15
B. Saran....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak masa prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat
dengan harapan akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi
kesadaran. Hampir seluruh manusia telahmenemukan semacam zat beracun yang
mempengaruhi sistem saraf pusat, menghilangkan penderitaan fisik dan mental
atau menghasilkan euforia. Terlepas dari konsekuensi mengonsumsi zat-zat
semacam itu yang sering kali sangat merusak, efek awalnya biasanya
menyenangkan, suatu faktor yang mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat.
Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan mengalami kerugian yang
sangat besar karenanya hubungan pribadi yang dekat sering kali hancur, dan
performa kerja sangat menurun. Kerugian karena penyalahgunaan obat termasuk
kematian dini para penyalahguna, penanganan para penyalahguna, kriminalitas,
dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat.
Pada tahun 1999, di Amerika Serikat hampir 15 juta orang rnenuturkan
bahwa mereka menggunakan obat terlarang pada bulan sebelumnya. Selain itu,
105 juta orang Amerika yang berusia di atas 12 tahun menuturkan bahwa mereka
mengkonsumsi alkohol dari berbagai jenis, dan 45 juta orang
Amerika menuturkan bahwa mereka melakukan minimal satu episode minum
berlebihan (minum 5 gelas atau lebih) dalam 30 hari terakhir (SAMHS, 2000).
Bukan hanya itu saja, beberapa obat-obatan medis yang sering kita jumpai pun
saat ini sudah banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk memberikan efek
yang sama seperti halnya saat menggunakan narkoba. Mereka menyalahgunakan
obat-obatan medis tersebut karena obat tersebut dapat dijumpai dengan mudah di
lingkungannya sendiri dan harganya pun lebih murah jika dibandingkan dengan
narkoba itu sendiri. Untuk itu, berdasarkan latar belakang ini, kami akan mencoba
membahas tentang penyalahgunaan obat-obat medis dan dampak dari
penyalahgunaan tersebut.
B. Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui
tentang obat medis apa saja yang terkadang disalahgunakan dan bahaya
penyalahgunaan obat-obatan tersebut.
C. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan zat / obat?
2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
3. Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat?
4. Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari makalah ini, yaitu :
1. Bagi penyusun
a. Khususnya sebagai objek studi.
b. Untuk menambah wawasan tentang penyalahgunaan obat-obat medis.
2. Bagi kampus
a. Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi mahasiswa.
b. Sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan mahasiswa membuat sebuah
makalah.
3. masyarakat
a. Memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat medis.
E. Metode Penulisan
Adapun metode yang kami gunakan dalam karya tulis ini adalah metode studi
pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan
berbagai literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan.
F. Sumber Data
Dalam karya tulis ini, kami memperoleh data dengan cara membaca buku buku
dan dan mencari bahan dari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Penyalahgunaan Zat / obat


Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat
secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah
yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang
lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak
berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah
karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat
digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk
mencari atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari
pemakaian obat tersebut.
B. Obat Medis Yang sering Disalahgunakan
1. Paracetamol
Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini
adalah paracetamol atauacetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic (penurun
panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari jika perlu. Jangan
sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum, dan tentunya sebaiknya
sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari artinya diminum setiap 6-8 jam).
Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan merek yang
berbeda-beda baik pada obat penurun panas, maupun pada obat batuk, atau flu.
Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat lain yang juga bisa
berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang non-steroid
(NSAIDs, Non Steroidal AntiInflammatory Drugs). Contoh obat-obatan golongan
ini adalah dari jenis salicylates (seperti : acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium
salicylate, choline salicylate, dll), ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini
juga berfungsi menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).
Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan
flu. Obat-obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak nyaman
sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada obat yang memang
bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu, Relenza; akan tetapi
digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas resep dokter. Pilek atau flu yang
relatif biasa akan hilang sendiri (melemah) dalam beberapa hari terutama jika
diiringi dengan istirahat yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen
dan vitamin.
Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan remaja
menjadi obat yang memberikan rasa tenang (seperti narkotik). Karena penjualan
obat yang sekarang sangat bebas serta beredar pula di apotik dimana mana dan
tanpa pengawasan yang ketat, bermacam obat pereda demam seperti paracetamol
ini juga sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun dewasa. Apabila
obat ini disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

2. Obat penghilang rasa nyeri


Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa
untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi
ketergantungan terhadap obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis
hingga menyebabkan kematian.
Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang
tidak tepat telah mnyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap
tahun. Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi
jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain. Menurut data yang telah
dipublikasikan pada 1 November 2011, resep obat penghilang rasa sakit yang
sering disalahgunakan adalah oxycodone (Oxycotin), metadon atau xanax
(Vicodin).
Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan, antara lain:
a) Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan
Roxicodone
b) Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek Endocet,
Percocet, Percodan, dan Xolox.
c) Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet
Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril yang fungsinya
untuk mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta rematik, dan telah lama
beredar di sejumlah warung obat, diduga sering disalahgunakan untuk
kepentingan teler atau mabuk para pembelinya. Bila obat ini digunakan dalam
dosis yang tinggi maka akan menyebabkan gangguan koordinasi motorik,
gangguan konsentrasi, hipotensi, dan bahkan dapat menyebabkan koma jika terus-
menerus digunakan dalam jumlah yang banyak.

3. Misoprostol / Cytotec
Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag dan
radang lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan untuk
menggugurkan kandungan. Cytotec sebetulnya untuk mengobati maag dan
dilarang keras digunakan untuk perempuan hamil dan ibu menyusui. Cytotec
sebetulnya mempunyai indikasi untuk mengobati maag kronis. Cara kerjanya
dalam mengobati lambung adalah menetralisir asam lambung yang tinggi (yang
menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag). Selain itu cytotec mampu
melapisi dinding usus yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya asam
lambung. Tetapi efek samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos
di mulut rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita hamil).
Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.
Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan aborsi,
maka Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus. Kalau pendarahan
terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku aborsi meninggal dunia.
4. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan
kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang
tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk kejahatan agar si korban
tertidur.
Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan
sebutan date rape drug karena bisa melumpuhkan perempuan selama
penyerangan seksual seperti pemerkosaan. Flunitrazepam memiliki efek fisiologis
yang mirip dengan valium (diazepam), tapi 10 kali lipat lebih kuat. Ketika
seseorang mengalami intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan gangguan
penilaian dan keterampilan motorik.
Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang
membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya ketika ia
dicampurkan ke dalam makanan atau minuman. Sekitar 10 menit setelah obat
tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan merasa pusing dan bingung, merasa
udara di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin serta mual.
Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan bergerak
hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu 2 jam dan bisa
bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang konsumsi obat ini tidak bisa
mengingat apa yang terjadi selama ia berada dalam pengaruh obat.
Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap
memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan kombinasi
ini bisa menyebabkan seseorang tidak sadar selama 8-12 jam setelah dikonsumsi.
Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan darah,
gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing, merasa bingung,
gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi urine.

5. Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin


Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi
narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat yang
sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai analgetika (penghilang rasa
sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk). Apoteker/pharmacist harus
berhati-hati, karena kodein dapat juga disalahgunakan, jika diminum langsung
ternyata ada sekian persen yang diubah menjadi morfin di saluran pencernaan.
Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja membeli kodein untuk di
ubah menjadi morfin atau heroin. Jika kodein disalahgunakan menjadi morfin,
maka akan menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan adanya
rasa nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika terus
menerus disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan ketergantungan dan
meninggal karena overdosis.

6. Obat anti-cemas
Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai, terapi
perilaku atau psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat
penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas
memiliki efek mengendurkan otot-otot, mengurangi ketegangan, membantu tidur
dan mengurangi kecemasan. Yang paling sering digunakan
adalah benzodiazepin. Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan
cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa
menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat
hati-hati. Contoh benzodiazepin adalah:
Alprazolam
Klordiazepoksid
Diazepam
Flurazepam
Lorazepam
Oksazepam
Temazepam
Triazolam.
Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf
pusat yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan.
Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat merupakan obat pilihan untuk
mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk disalahgunakan, sering
terjadi gejala putus obat dan overdosis serta sering menyebabkan kematian;
sehingga jarang digunakan lagi.
Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit kecemasan.
Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:
Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin,
paroksetin, sertralin)
Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)
Anti-depresi trisiklik (amitriptilin,
amoksapin, klomipramin, imipramin, nortriptilin, rotriptilin).
Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering disalahgunakan
dan paling banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang
cara kerjanya memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang
membuat ketidakseimbangan. Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf
(kecemasan) seseorang pun berkurang, sehingga si pemakai relatif tenang.
Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam pemakaian
jangka panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka akan menyebabkan kesulitan
berkonsentrasi dan dapat terjadi halusinasi.

7. Dextromethorpan
Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu obat
penekan batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai
pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4
kali sehari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral.
Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping yang berarti.
Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narcotic
codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk yang dijual bebas
sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah mendapatkannya untuk
disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat penemuan bahwa mereka dapat
merasa high/mabuk dengan mengkonsumsi obat-obatan bebas yang
mengandung dextromethorpan (juga disebut DXM). Ditemukan pada tablet,
kapsul, dan gel. seperti juga sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan
yang diberi label DM, batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung tuss pada
nama obatnya).
Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah ditemukan, dapat
dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya sangat mudah, yaitu
dengan membeli di toko obat atau mencarinya di kotak kotak obat dirumahnya.
Dan karena ditemukan pada obat-obatan bebas, maka remaja mengasumsikan
bahwa DXM tidaklah berbahaya.
Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health and Human
Services Substance Abuse and Mental Health Services Administration
(SAMHSA) yang memonitor hubungan antara obat-obatan dengan kunjungan
pada Gawat Darurat dan kematian secara luas, tidak ada perubahan secara
signifikan pada kunjungan di Gawat Darurat RS akibat penyalahgunaan DXM
sejak 1994.
Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari tahun-tahun dulu dengan
sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan internet tidak hanya untuk
membeli DXM dalam bentuk bubuk murni, tapi juga belajar untuk
disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi dalam volume besar dari sirup
batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-obatan tersebut diekstrak dari obat
batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet yang kemudian ditelan
atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat kalkulator yang dapat
menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi badannya.
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga 30 miligram
untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari 360
mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang mengandung
DXM dapat menyebabkan halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat
mengemudi), dan sensasi out of body.
Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan DXM yaitu :
bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing, paranoia,
keringat berlebihan, bicara mencerca, mual, muntah-muntah, sakit perut, detak
jantung yang tidak normal, tekanan darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada jari
kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering dan gatal, hilang kesadaran, demam,
kerusakan pada otak dan bahkan kematian.
Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat menyebabkan
hyperthermia, atau demam tinggi.

8. Dexametasone
Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg adalah obat-
obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi Sehingga sering diberikan pada
penyakit alergi menahun seperti asma bronchiale, urticaria dan berbagai penyakit
alergi lainnya. Obat yang mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk
menggemukkan badan karena dampak menahan airnya, atau untuk meningkatkan
kualitas tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah timbulnya penyakit
pencernaan seperti penyakit maag, luka di lambung, kelainan pencernaan lainnya.
Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan penderita meningkat nafsu
makannya dan bertambah berat. Selain itu obat yang mengandung Dexamethasone
merupakan pemicu timbulnya penyakit kencing manis, apalagi kalau pemakai
mempunyai riwayat penyakit kencing manis di keluarga. Obat ini juga
menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila dipakai secara
berkesinambungan. Karena dampaknya imunosupresif, pemakai mudah menderita
penyakit infeksi virus dan jamur pada tubuhnya. Pemakai jangka panjang juga
akan menderita pengeroposan tulang yang disebut sebagai osteoporosis. Bila
penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang berujung dengan
kematian.

C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat


Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-
macam, antara lain:
1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa
tertekan (stres dan ketegangan hidup).
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan
nyaman, menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung
jawab kehidupan.
4. Faktor-faktor Lingkungan. Para remaja dapat menyalahgunakan obat-
obatan dikemudian harinya jikalau kita memanjakan mereka, melindungi mereka
secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah
melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka
sendiri. Sehingga masa kecil yang seperti itu, maka akan menghasilkan :
Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung
jawab. Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-
persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia mau
melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan yang menekan.
Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan
dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka
akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup di mana penggunaan obat-obatan
oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.
Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua
(kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan
pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe
keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai
rumah tangga dan menekan si ayah, kedua orangtua yang memanjakan anak
tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan
orang tua yang patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis


Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama
penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul atau
bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk
apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi keamanan/kepolisian secara
bersama dan berkesinambungan.
Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :
1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan
medis seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam
memberi pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan konsumen
/ masyarakat, sehingga dapat segera mengantisipasi dan mengambil sikap
terhadap hal-hal yang tidak wajar terkait dengan pembelian obat-obatan medis di
apotik.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian / buku,
laci putra-putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpan di dalamnya.
Jika ditemukan obat-obatan medis, perlu segera dipastikan apakah putra-putri
anda memerlukan obat tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-obatan
lain yang bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera melaporkan pada
pihak keamanan, karena pil dekstro atau obat-obatan lain walaupun dapat dibeli
secara bebas tapi sebenarnya obat-obatan tersebut hanya boleh dijual di apotik
atau toko obat berizin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat
secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah
yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang
lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak
berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah
karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan
teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat
digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk
mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Obat-obat medis yang sering disalahgunakan oleh masyarakat saat ini adalah :
Paracetamol
Obat penghilang rasa nyeri
Misoprostol / Cytotec
Flunitrazepam
kodein yang disalahgunakan sebagai morfin
Obat anti-cemas
Dextromethorpan
Dexametasone
Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-
macam, antara lain:
Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan
(stres dan ketegangan hidup).
Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman,
menyenangkan.
Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab
kehidupan.
Faktor-faktor Lingkungan.
Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang
tua yang patologis/kacau.
Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama
penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul atau
bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk
apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi keamanan/kepolisian secara
bersama dan berkesinambungan.

B. Saran
Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi
didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang disalahgunakan
oleh banyak remaja saat ini. Untuk itu, sebagai perawat, kita sebaiknya tahu
tentang obat-obat apa saja yang sering disalahgunakan pada saat ini dan kita
sebaiknya mampu memberikan penyuluhan kedepannya nanti tentang bahaya dari
penyalahgunaan obat-obat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba.
Jakarta: Balai
Pustaka
MAKALAH PENYULUHAN REPRODUKSI REMAJA

KELOMPOK 1
THITIK RETNO SARI
RANI SILVIA
ISMI NOVRIANI
WAHYU APRIADI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI


PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena
walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang kesehatan
Reproduksi Remaja.
Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan
dan isinya masih terdapat kesalahan kesalahan baik dalam penulisan kata
maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan
saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi
sempurna.

Pekanbaru , Oktober 2017

Penyusun
MAKALAH PENYALAHGUNAAN OBAT PADA REMAJA

KEL0MPOK 1
THITIK RETNO SARI
RANI SILVIA
ISMI NOVRIANI
WAHYU APRIADI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PEKANBARU
2017

Anda mungkin juga menyukai