Rasa Ingin Tahu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING ISBN:9789791635363

P 21
Mengasah Kemampuan Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu
Melalui Pembelajaran Matematika dengan Berbasis Masalah
(Suatu Kajian Teoritis)
Fransiskus Gatot Iman Santoso
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

ABSTRAK

Memasuki era globalisasi dan kemajuan teknologi yang maju pesat pada saat ini, banyak sekali
permasalahan yang muncul di sekitar siswa. Permasalahan yang muncul ini berragam, bahkan dalam
menghadapi permasalahan itu membuat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan
yang sedang hadapi. Apalagi sekarang yang dihadapi siswa adalah kemajuan teknologi yang ada pada saat
ini. Kurangnya informasi yang diperoleh siswa tentang kemajuan teknologi pada saat itu, akan membuat
siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap teknologi pada saat itu. Untuk menghadapi
permasalahan ini, maka siswa memerlukan suatu kemampuan yang baik dan mumpuni supaya
permasalahan yang sedang dihadapi siswa dapat terselesaikan dengan baik. Kemampuan yang dimaksud
di antaranya kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan rasa ingin tahu. Kemampuan ini tidak dapat
muncul dengan sendirinya, perlu sarana untuk mengasah kemampuan ini agar dapat tumbuh dengan baik.
Sarana yang digunakan untuk mengasah kemampuan ini melalui pembelajaran matematika dengan
berbasis masalah.

Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kreatif, Rasa Ingin Tahu, Pembelajaran Matematika dengan
Berbasis Masalah

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini tidak lepas dari hasil perkembangan matematika. Untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini. Permbelajaran matematika diharapkan dapat berperan
dalam menyiapkan, meningkatkan dan membekali individu dan masyarakat di era yang
penuh perubahan.
Mengajarkan matematika tidaklah mudah, karena fakta menunjukkan bahwa
para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Perlu kiranya
dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Agar pembelajaran matematika
dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada umumnya, Ebbutt dan Straker
(1995), mendefinisikan matematika sekolah yang selanjutnya disebut matematika,
sebagai berikut : (1) Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan; (2)
MakalahdipresentasikandalamSeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran pada tanggal
dengan tema M
3Desember2011diJurusanPendidikanMatematikaFMIPAUNY
PROSIDING ISBN:9789791635363

Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan; (3)
Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving); dan (4)
Matematika sebagai alat komunikasi.
Pada dasarnya objek pembelajaran matematika adalah abstrak. Walaupun
menurut teori Piaget bahwa anak sampai umur SMP dan SMA sudah berada pada tahap
operasi formal, namun pembelajaran matematika masih perlu diberikan dengan
menggunakan alat peraga karena sebaran umur untuk setiap tahap perkembangan mental
dari Piaget masih sangat bervariasi. Mengingat hal-hal tersebut di atas, pembelajaran
matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan
sifat perkembangan intelektual siswa. Karena itu perlu memperhatikan karakteristik
pembelajaran matematika di sekolah (Suherman, 2003) yaitu (1) pembelajaran
matematika berjenjang (bertahap); (2) pembelajaran matematika mengikuti metoda
spiral; (3) pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif; dan (4)
pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Memasuki era globalisasi dan kemajuan teknologi yang maju pesat pada saat ini,
banyak sekali permasalahan yang muncul di sekitar siswa. Permasalahan yang muncul
ini berragam, bahkan dalam menghadapi permasalahan itu membuat siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang hadapi. Apalagi sekarang
yang dihadapi siswa adalah kemajuan teknologi yang ada pada saat ini. Kurangnya
informasi yang diperoleh siswa tentang kemajuan teknologi pada saat itu, akan
membuat siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap teknologi pada
saat itu. Untuk menghadapi permasalahan ini, maka siswa memerlukan suatu
kemampuan yang baik dan mumpuni supaya permasalahan yang sedang dihadapi siswa
dapat terselesaikan dengan baik. Kemampuan yang dimaksud di antaranya kemampuan
berpikir kreatif dan kemampuan rasa ingin tahu.
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Di dalam berpikir,
seseorang dapat memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi
hasrat keingintahuan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu
masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan
suatu aktivitas berpikir.

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP231
PROSIDING ISBN:9789791635363

Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi


beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir
kreatif merupakan salah satu perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking). Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-
hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi
yang benar atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui
kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosiasi ide-ide
membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang
sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Berpikir kreatif dapat
juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu
mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan
gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Dengan demikian, dapat
diartikan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang digunakan
seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru.
Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpkir kreatif
secara umum. Bishop (dalam Pehkonen, 1997) menjelaskan bahwa seseorang
memerlukan 2 model berpkir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu,
berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pandangan
ini lebih berpikir kreatif sebagai suatu pemikiran yang inuitif daripada yang logis.
Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran
logis tetapi lebih sebagai pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan di luar
kebiasaan.
Guilford dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang menjadi sifat
kemampuan berpikir. Pertama, kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk
memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk
mengajukan bermacam-macam pendekatan dan/atau jalan pemecahan terhadap masalah.
Ketiga, keaslian (originality) yaitu kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli
sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) yaitu
kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali
(redefinition) yaitu kemampuan untuk mengkaji atau menilik kembali suatu persoalan
melalui cara dan perseptif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP232
PROSIDING ISBN:9789791635363

Rasa ingin tahu, ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat
manusia selalu bertanya-tanya ini apa?. Kemudian menyusul pertanyaan-pertanyaan
mengapa begini?, mengapa begitu?, dan selanjutnya pertanyaan kita berkembang
menjadi pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana hal itu bisa terjadi?, bagaimana
memecahkannya?, dan seterusnya. pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa
berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin
banyak pertanyaan yang muncul, makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan
yang sedalam-dalamnya, maka puaslah dia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi,
jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari
lagi jawaban yang dapat memuaskannya.
Manusia harus memiliki hasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu membuat manusia
dapat memecahkan setiap permasalahan dan pemikiran yang ada di dalam fikirannya.
Apabila rasa ingin tahu ini dapat dimanfaatkan dengan baik maka akan membawa
manusia semakin mengerti dirinya sendiri. Lewat rasa ingin tahu membuat manusia
mengetahui kebenaran. Segala sesuatu yang tampak nyata dalam hidup tidak
sepenuhnya selalu benar. Apabila seseorang yang pikirannya dipenuhi dengan rasa ingin
tahu maka dia tidak akan menerima mentah-mentah omongan seseorang, mereka akan
selalu menggunakan pikirannya untuk mencari kebenaran dari omongan tersebut.
Seorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan mencari informasi detail
tentang segala sesuatu yang mereka pertanyakan. Lewat rasa ingin tahu kita, kita akan
berusaha untuk memecahkan setiap pertanyaan dibenak kita. Hal ini akan membuat kita
merasakan pengalaman baru.
Pengalaman baru ini akan menstimulasi pikiran kita dan melepaskan emosi yang
kreatif. Pikiran yang selalu ingin tahu membuat kita dapat menembus batas penalaran
yang biasa kita terima dan akan membongkar setiap detail yang menggerakkan sebuah
proses. Semakin kita mengerti detail, maka semakin kita mengerti prosesnya. Hal inilah
yang akan membuat kita menjadi lebih produktif. Kita sebagai manusia akan terus
belajar lebih banyak saat rasa ingin tahu menyelimuti kita. Kita akan menembus batas-
batas pemikiran kita. Semakin banyak yang kita pelajari, semakin banyak pula yang
akan kita tahu. Dengan rasa ingin tahu yang kita miliki kita akan melihat berbagai hal

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP233
PROSIDING ISBN:9789791635363

dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga kita akan selalu memikirkan dan
menemukan cara alternatif dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Apabila kita tidak mengerti akan suatu hal, atau tidak terbiasa akan suatu hal,
mudah sekali untuk menghilangkan pikiran tersebut dari otak kita. Hanya jika kita
mengerti akan sesuatu, maka kita akan menghargainya, karena manusia akan lebih
positif pada sesuatu yang mereka ketahui. Rasa ingin tahu lah yang membuat pikiran
kita lebih luas dan menambahkan pengertian yang lebih mendalam sehingga kita
sebagai manusia akan menjadi lebih positif menyikapi segala sesuatu.
Ilmu pengetahuan berawal dari kekaguman manusia akan alam yang didiaminya
dan dihadapinya. Karena manusia merupakan makhluk yang dapat berpikir lewat
karunia akal pikiran yang diberikan oleh Tuhan, maka mereka memiliki hasrat ingin
tahu. Rasa ingin tahu yang kemudian ditindak lanjuti dengan penggunaan akal untuk
memecahkan masalah tersebut, adalah perbedaan mendasar kita dengan hewan. Jadi,
setiap orang harus memiliki rasa ingin tahu, karena selama rasa ingin tahu ada dalam
pikiran kita maka manusia akan terus belajar dan memanfaatkan otaknya bukan hanya
sebagai pengisi volume batok kepala. Selama manusia dapat mengembangkan rasa ingin
tahunya itu dengan cara-cara yang positif, maka ilmu akan terus berkembang.
Kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan rasa ingin tahu ini tidak dapat
muncul dengan sendirinya, perlu sarana untuk mengasah kemampuan ini agar dapat
tumbuh dengan baik. Sarana yang digunakan untuk mengasah kemampuan ini melalui
pembelajaran matematika dengan berbasis masalah.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBM didasari
oleh hasil karya John Dewey melalui kelas berorientasi-masalah, didukung aspek
psikologis melalui konsep konstruktivisme oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, serta
dukungan teoretis discovery learning oleh Jerome Bruner. PBM digunakan untuk
merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk
didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah
adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan
dan dialog.

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP234
PROSIDING ISBN:9789791635363

PBM merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan


masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah. Proses pembelajaran ini dimulai dari titik
awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah
ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman baru. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahim dan Nur, 2000) telah
mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :
(1) pengajuan pertanyaan atau masalah; (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (3)
penyelidikan autentik; (4) menghasilkan produk/karya dan memamerkannya; dan (5)
Kerjasama.
Menurut Ibrahim (2005), dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat lima
tahapan utama, yakni: (1) Orientasi siswa terhadap masalah, (2) Mengorganisasi siswa
untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah dirumuskan adalah bagaimana
mengasah kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu melalui pembelajaran
matematika dengan berbasis masalah?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai adalah
untuk mengetahui proses mengasah kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu
melalui pembelajaran matematika dengan berbasis masalah.

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP235
PROSIDING ISBN:9789791635363

D. Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah sebagai salah satu strategi yang
dapat digunakan guru atau pendidik dalam pembelajarannya agar dapat
mengembangkan kemampuan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kreatif siswa

II. PEMBAHASAN
Tahapan pertama pembelajaran matematika dengan berbasis masalah adalah (1)
orientasi siswa terhadap masalah. Pada tahapan awal ini, kegiatan utama guru adalah (1)
guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Melalui penjelasan awal dari ini guru, menjadikan siswa tahu pembelajaran yang akan
dilalui siswa, dan siswa dapat terlibat lebih aktif dalam memecahkan suatu masalah.
Tujuan utama awal pembelajaran ini tidak hanya mengajak siswa untuk mempelajari
sejumlah informasi baru tetapi juga mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan atas
masalah-masalah yang akan diajukan guru dan membuat siswa menjadi belajar mandiri.
Permasalahan yang akan diselidiki ini tidak selalu memiliki jawaban yang mutlak
benar dan sebagian besar permasalahan kompleks yang memiliki banyak solusi yang
kadang-kadang saling bertentangan. Selama penyelidikan, siswa didorong untuk
menyampaikan pertanyaan dan mencari informasi dari berbagai sumber. Hal ini,
menuntut siswa untuk tahu dengan berbagai cara sesuai kemampuan siswa. Di sini,
siswa diasah kemampuan rasa ingin tahunya untuk berkembang dan digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang akan diajukan guru dan untuk penyelidikan dan mencari
informasi. Rasa ingin tahu ini dapat diperoleh melalui bertanya pada guru, pada teman
dan melalui berbagai sumber dari buku yang dimiliki siswa. Diharapkan pada tahapan
awal ini, kemampuan rasa ingin tahu siswa berkembang guna memicu kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Tahapan kedua dan tahapan ketiga pembelajaran matematika dengan berbasis
masalah adalah (2) mengorganisasi siswa untuk belajar atau meneliti masalah
matematika dan (3) membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Kegiatan
utama guru pada tahap kedua dan ketiga ini adalah (2) guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut, serta (3) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP236
PROSIDING ISBN:9789791635363

sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan


masalahnya. Pada tahap ini guru diajak untuk mengembangkan keterampilan
bekerjasama di antara siswa dan membantu siswa untuk menyelidiki masalah secara
bersama-sama. Setelah rasa ingin tahu diasah pada tahap pertama, selanjutnya rasa ingin
tahu ini diasah lagi guna melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah matematika.
Melalui penyelidikan ini dituntut siswa untuk bekerjasama antar siswa dalam satu
kelompok, membuat perencanaan kooperatif, mengumpulkan data dan eksperimental,
mengembangkan hipotesis, menjelaskan dan membuat solusi atas masalah matematika
yang dibahas atau yang diajukan guru. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
berpikir berbeda dengan siswa yang lainnya dalam kelompoknya. Berpikir berbeda
dengan siswa yang lainnya ini mengajak siswa untuk menemukan ide-ide penyelesaian
masalah matematika yang berbeda dengan siswa yang lainnya. Ide-ide yang berbeda ini
memicu siswa untuk berkreativitas melalui imajinasi, intuisi dan penemuannya sendiri.
Sehingga melalui tahapan ini, siswa mulai dituntut dan diasah untuk berpikir kreatif
setelah pada tahap pertama siswa diasah kemampuan rasa ingin tahunya. Diharapkan
pada tahapan ini kemampuan berpikir kreatif siswa berkembang dengan baik untuk
menyelesaikan masalah matematika melalui suatu penyelidikan.
Tahap keempat pembelajaran matematika dengan berbasis masalah adalah (4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dari masalah matematika. Kegiatan utama
guru pada tahap ini adalah (4) guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu siswa berbagi
tugas dengan temannya. Pada tahapan penyelidikan diikuti dengan pembuatan hasil
karya dari masalah matematika. Hasil karya ini dibuat oleh siswa berdasarkan masalah
matematika yang akan diselesaikan. Dalam pembuatan hasil karya ini siswa dituntut
untuk berkreasi agar hasil karya yang akan dipresentasikan atau dipamerkan dapat
dipahami oleh siswa yang lain. Sehingga dalam pembuatan hasil karya ini, siswa diasah
kerjasamanya dengan temannya dalam satu kelompok, serta kreativitas siswa dalam
kelompok tersebut. Selain itu pula, siswa dalam satu kelompok diasah juga keluwesan
(flexibility) antar siswa dalam mengajukan bermacam-macam pendekatan pemecahan
terhadap masalah matematika. Dalam membuat hasil karya, siswa dalam satu kelompok
juga diasah keaslian (originality) dari hasil karyanya. Siswa dalam kelompoknya
dituntut melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran kelompok tersebut,

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP237
PROSIDING ISBN:9789791635363

sehingga hasil karya satu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya. Setelah hasil
karya dibuat siswa dalam kelompoknya, kemudian hasil karya ini dipresentasikan atau
dipamerkan di depan kelas. Di dalam mempresentasikan atau memamerkan hasil karya
kelompoknya di depan kelas, siswa sudah diasah untuk menjelaskan atau menguraikan
hasil karyanya secara terperinci agar siswa dalam kelompok yang lain dapat paham hasil
karya yang dipresentasikan atau dipamerkan. Dengan demikian, pada tahapan keempat
ini siswa diasah kemampuannya untuk bekerjasama, keluwesan, keaslian, dan
penguraian dalam membuat dan mempresentasikan hasil karya. Kemampuan-
kemampuan yang diasah pada siswa ini merupakan kemampuan-kemampuan yang ada
pada berpikir kreatif. Jadi pada tahapan ini, siswa sudah diasah kemampuan berpikir
kreatifnya.
Selanjutnya, pada tahapan kelima pembelajaran matematika dengan berbasis
masalah adalah (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
matematika. Kegiatan utama guru pada tahap ini adalah (5) guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
siswa gunakan. Pada tahapan terakhir pembelajaran ini melibatkan kegiatan-kegiatan
untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri
maupun keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang siswa gunakan.
Selama tahapan ini, guru meminta siswa untuk merekontruksikan pikiran dan kegiatan
siswa selama berbagai tahapan pembelajaran, Kapan siswa mulai mencapai pemahaman
yang jelas tentang situasi masalah itu? Kapan siswa mulai merasa yakin terhadap
penyelesaian tertentu? Mengapa siswa lebih mudah menerima penjelasan tertentu
dibanding yang lainnya? Mengapa siswa menolak penjelasan tertentu? Mengapa siswa
mengadobsi penyelesaian akhirnya? Apakah siswa mengubah pikirannya tentang situasi
masalah itu selama proses penyelidikan? Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan
itu? Apa yang akan siswa lakukan dengan cara yang berbeda di masa yang akan datang?
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru ini ditujukan untuk siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah matematika. Siswa diajak berpikir dan
merefleksikan atau mengevaluasi terhadap hasil yang siswa peroleh selama proses
pembelajaran. Dengan demikian, pada tahapan terakhir ini siswa masih diasah untuk
berpikir kreatif dan masih juga diasah rasa ingin tahunya. Jadi pada tahapan kelima ini,

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP238
PROSIDING ISBN:9789791635363

siswa tetap diasah kemampuan rasa ingin tahu siswa dan kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada pembelajaran matematika
dengan berbasis masalah diharapkan kemampuan rasa ingin tahu siswa dan kemampuan
berpikir kreatif siswa dapat berkembang dengan baik dan semakin meningkat, sehingga
kemampuan ini dapat terasah dengan baik.

III. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada pembelajaran matematika
dengan berbasis masalah bahwa kemampuan rasa ingin tahu siswa dan kemampuan
berpikir kreatif siswa dapat berkembang dengan baik dan semakin meningkat pada diri
siswa, sehingga kedua kemampuan ini dapat terasah dengan baik melalui pembelajaran
ini.
B. Saran
Untuk mengasah kemampuan rasa ingin tahu siswa dan kemampuan berpikir
kreatif siswa pada pembelajaran matematika dengan berbasis, diharapkan diperhatikan
terlebih dahulu kemampuan awal siswa, serta kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning :


Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta:Kencana.

Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar) Buku Dua.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Ebbutt, S and Strakter, A. 1995. Children and Mathematics: Mathematics in Primary


School. Part 1. London:Collins Educational

Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah. Latar Belakang, Konsep


Dasar, dan Contoh Implementasinya. Surabaya:Unesa University Press.

Ibrahim, Muslimin dan Mohamad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.


Surabaya:Unesa University Press.

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP239
PROSIDING ISBN:9789791635363

Mahmudi, Ali. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah


disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni
3 Juli 2010

Pehkonen, Erki. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity.


http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volume 29.June
1997.Number 3.Electronic Edition ISSN 1615-679X

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
Diakses dari http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-
kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ pada tanggal 12 November 2010

-------------------------------. 2011. Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan


Pemecahan Masalah (JUCAMA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa. Makalah Utama pada Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Surabaya tanggal 22 Oktober 2011

Suherman dkk, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia JICA.

Suryadi, Didi. 2010. Penelitian Pembelajaran Matematika Untuk Pembentukan


Karakter Bangsa. Makalah Utama pada Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta tanggal 27 Nopember 2010

Wahidin, Didin. 2009. Berpikir Kreatif. Diakses dari http://didin-


uninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html/ pada tanggal 12
November 2010

Widodo. 2010. Peran Penelitian Matematika Dalam Upaya Pembentukan Karakter


Bangsa. Makalah Utama pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta tanggal 27 Nopember 2010

http://andinurdiansah.blogspot.com/2010/10/karakteristik-pembelajaran-
matematika.html/

http://dindinglestari.blogspot.com/2011/02/rasa-ingin-tahu-manusia-yang
merupakan.html?zx=5c1bbc1b481ca04b/

http://leevanews.com/1417/ciri-ciri-pembelajaran-berbasis-masalah/

http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-problem-based-learning-pbl/

http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-matematika-
sekolah/

http://www.psikologizone.com/menggali-rasa-ingin-tahu-anak/06511984/

SeminarNasionalMatematikadanPendidikanMatematika
Yogyakarta,3Desember2011 MP240

Anda mungkin juga menyukai