Profesi Guru Dan Kepemimpinan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam
penyusunan makalah ini sebagai tugas di mata kuliah Profesi Keguruan.

Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami
sajikan dengan topik Pendidikan Profesi Guru dan Konsep Kepemimpinan. Dimana
didalam topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya
pengetahuan tentang Pendidikan Profesi Guru dan kepemimpinan dalam pendidikan.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami, menjadikan


keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang
masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang hal yang mengenai Pendidikan
Profesi Guru.

Bandar lampung, November 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 3


1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Profesi Guru 5


2.2. pengertian kepemimpinan................................................................ 6
2.3. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru ......................................... 8
2.4. Tipe kepemimpinan.......................................................................... 9
2.5. . Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)........................ 13
2.6. Pembentukan professional 14
2.7. Kualifikasi Akademik Calon Pesera Didik Pendidikan Profesi Guru 15
2.8. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru 16
2.9. Uji Kompetensi Program Pendidikan Profesi Guru 17
2.10. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) 17
2.11. Funsi Kepemimpinan pendidikan ..................................................... 19
2.12. syarat dan cirri-ciri kepemimpinan pendidikan 21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23
DAFTAR PUSTAKA 26

ii 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetenasi
(pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai
oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Profesi merupakan pekerjaan, yang dapat terwujud sebagai jabatan
seseorang yang ia tekuni berdasarkan keahliannya melaui proses pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa tujuan program pendidikan profesi guru ?
b. Apa saja sistem pembelajaran program pendidikan profesi guru ?
c. Apa kualifikasi akademik calon pesera didik pendidikan profesi guru ?
d. Apa landasan pelaksanaan pendidikan profesi guru ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui tujuan pendidikan profesi guru serta konsep kepemimpinan dalam
pendidikan
b. Mengetahui system pembelajaran program pendidikan profesi guru
c. Kualitas akademik calon peserta didik pendidik profesi guru
d. Mengetahui landasan pelaksanaan pendidikan profesi guru.
e. Sertamemahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan
kearifan lokal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Profesi Guru

Pendidikan profesi guru (PPG) merupakan suatu program pendidikan yang diberikan
untuk para sarjana pendidikan atau diploma 4 yang berminat untuk menjadi guru.
Agar dapat menjadi guru yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan serta standar
nasional dalam masalah pendidikan dan untuk memperoleh sertifikat sebagai
pendidik, maka diwajibkan bagi para calon guru untuk melanjutkan studinya untuk
mendapatkan pelatihan dan pembimbingan lagi agar dapat menjadi guru yang
profesional.

Terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek kehidupan


akibat dari gelombang globalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memunculkan serangkaian tantangan baru yang perlu disikapi dengan
cermat dan sistematis. Perubahan tersebut secara khusus berdampak terhadap
tuntutan akan kualitas pendidikan secara umum, dan kualitas pendidikan guru secara
khusus untuk menghasilkan guru yang profesional melalui Pendidikan Profesi
Guru(PPG).

Guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnya mampu


menunjukkan kemampuannya yang ditandai dengan penguasaan kompetensi
akademik kependidikan dan kompetensi substansi dan/atau bidang studi sesuai
bidang ilmunya. Calon guru harus disiapkan menjadi guru profesional
melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurut Undang-Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan profesi adalah pendidikan
tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan mahasiswa didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

4
2.2. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit,


karena sifat dasar kepemipinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,
perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman
tentan kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif. Kepemimpian
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi di antara orang-orang
yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya
(bawahan).

Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara


etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
dasar pimpin yang jika mendapat awalan me menjadi memimpin yang berarti
menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang sama
pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti
mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri. Adapun pemimpin berarti
orang yang memimpin atau mengetuai atau mengepalai. Sedang kepemimpinan
menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk kegiatannya.

kepemimpinan merupakan cabang dari ilmu administrasi, khususnya ilmu


administrasi negara. Ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial,
dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Sedang inti dari administrasi
adalah manajemen. Keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai
uytujuan yang ingin diraih, bergantung pada kepemimpinan seorang pemimpin. Jadi
kepemimpian menduduki fungsi kardinal dan sentral dalam organisasi, manajemen
maupun administrasi. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai depenisi
kepemimpinan. Antara lain :

1. Menurut Seokarto Indrafachrudi kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan


yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,

5
menunutun, menggerakan dan jika perlu memaksa orang lain agar ia menerima
pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian
tujuan-tujuan tertentu.

2. Menurut Nanang Fattah Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang


mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya
dengan menggunakan kekuasaan.

3. Menurut Kartini Kartono Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki


kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang,
sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

4. Menurut Soetopo Hendyat kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing


suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu
tujuan bersama.

5. Menurut Mochammad Teguh kepemimpinan mempunyai menjadi 3 kata kunci, yaitu

a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation consept), artinya


kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tidak ada
pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin;

b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih


dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena
dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin,
artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu;

c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil


tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya
dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi,
menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan

6
hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi.
Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat
membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka
demi keberhasilan organisasi.

beberapa pendapat diatas, dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan


adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam lingkup
penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Dalam kegiatannya pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan
dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan
mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.3. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru

1. Tujuan umum

Tujuan umum PPG tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dilaksanakannya pendidikan profesi guru tercantum dalam


Permendiknas No 8 Tahun 2009 Pasal 2 yaitu untuk menghasilkan calon guru yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran,
menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, pelatihan peserta didik,

7
dan melakukan penelitian, serta mampu mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan.

Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima dalam arti


efektif dan efesien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi.Sehubungan
dengan itu Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu
jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting.Ketiga faktor tersebut dapat disajikan
sebagai berikut :

1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian


atau spesialisasi.
2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian
khusus yang dikuasai).
3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang
dimilikinya

2.4. Tipe Kepemimpinan

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung aktivitas


kepemimpinan. Hal ini apabila dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan
dengan pola masing-masing. Menurut Isjoni, dalam bukunya Manajemen
Kepemimpinan dalam Pendidikan, tipe-tipe kepemimpinan antara lain :

1. Partisifatif

Kepemimipinan yang partisivatif adalah suatu cara memimpin yang


memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan,
bila ternyata proses tadi mempengaruhi kelompok, atau bila memang kelompok
(bawahan) ini mampu turut berperan dalam pengambilan keputusan dalam hal ini
atasan tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka yang berinisiatip akan
tetapi akan membantu mereka menyelesaikan tugas mereka sendiri, misal dengan
memberikan fasilitas. Pemimpin di sini bermaksud untuk mengembangkan rasa

8
tanggung jawab bawahan dalam mencapai tujuan kelompok, organisasi atau
lembaga, dengan menggunakan cara memberi pujian, atau juga memberikan kritik
yang membangun walau pada akhirnya tanggung jawab untuk membuat keputusan
itu ada ada tangan pemimpin namun dalam prosesnya, pengambilan keputusan itu
dikerjakan besama-sama dalam anggota kelompok.

2. Laisser faire (bebas)

Dengan cara ini seorang pemimpin akan meletakan tanggung jawab pengambilan
keputusan sepenuhnya kepada para bawahan. Disini pemimpin hanya sedikit saja
atau hampir sama sekali tidak memberikan pengarahan. Sudah barang tentu
dengan cara ini maksud pemimpin adalah menggangap bawahanya sudah dewasa,
dan tau apa kewajibannya. Dalam cara ini komunikasi antar bawahan, maupun
antara bawahan dengan pemimpinanya kurang sekali.

Dan setiap pemimpin memiliki karakteristik atau tipe kepemimpinan yang


berbeda-beda antar satu pemimpin dengan pemimpin yang lain. Konsep seorang
pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan
mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan
tersebut.

Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat


sehari-hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini.
Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara
bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk
turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan sifat
dan konsep kepemimpinan maka Seokarto mengutarakan ada tiga tipe pokok
kepemimpinan yaitu : tipe otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.

9
1. Tipe Otoriter
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan dasar ditetapkan oleh
pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.
Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi
sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi
bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya.

2. Tipe Laissez Faire


Pada tipe laissez faire ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan
dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil
keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi
hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan
menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan
(Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi
anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.

3. Tipe demokratis

Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh
anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat
demikian akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada
dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya. dalam hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus:

a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif;


b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan
pemimpin-pemimpin yang potensial.

10
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota
kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan
tanggungjawab. Pemimpin yang demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia
bersifat bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat
dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya,
termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia menolong
bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan.

Menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa tipe-tipe kepemimpinan ada
6, yaitu :

1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan


ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi.
Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh
pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-
sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya
tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh
anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang
berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan

11
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut
bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.

Secara garis besarnya penyusun dapat menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan


dibagi menjadi tiga pola dasar, yakni :

a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas;


b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama;
c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang akan dicapai.

2.5. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Dalam pelaksanaan pendidikan profesi guru tentunya memiliki landasan yang


digunakan sebagai acuan yang mengatur keseluruhan bagian program
tersebut.Landasan tersebut adalah :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Dalam Undang-undang tersebut terdapat beberapa pasal yang terkait dengan
penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan profesi guru, yaitu:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan


jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk meujudkan tujuan pendidikan nasional.

12
b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh
perguruan tinggi yang terakreditasi.
c. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen mengenai pendidikan
profesi guru dinyatakan bahwa:

a. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat


jasamani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
b. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tunggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
c. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.
d. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat.

2.6. Pembentukan professional

Guru harus mencapai kemampuan pofesional tingkat tinggi. Kemampuan itu dapat
tercapai melalui pendidikan persiapan, praktik kerja lapangan, pendidikan profesi,
atau pengembangan profesional berkelanjutan. Secara teoritis dan simultan, simultan
kegiatan ini dimaksudkan untuk membentuk guru profesinal sungguhan, yang mampu
melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan bermutu. Menurut Vigotsky
dimensi yang terkait dalam pembentukan guru profesional disajikan berikut ini

13
1. Pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh.Kemampuan ini diperlukan
agar guru mampu membimbing dan mengarahkan paserta didik dalam setiap
aspek pengembangan kepribadian dan dimensi sosialnya.
2. Pembentukan karakter sistemik yang diperlukan untuk memberdayakan siswa,
dimulai ketika siswa teregistrasi untuk keperluan studinya dan hingga mereka
dinyatakan lulus.
3. Pembentukan karakter pribadi (personalized character) dengan dua jalur
referensi, yaitu individualisasi (orientasi pada orang-orang tertentu secara
indifidual) dan integrasi (orientasi pada orang secara keseluruhan) dengan
mempertimbangkan berbagai sisi pengembangan, termasuk yang terkait
dengan tujuan edukatif.
4. Pembentukan karakter preventif, tidak hanya dalam kaitannya dengan
pemecahan masalah melainkan juga dalam rangka mengantisipasi kesulitan
dan dalam situasi defisit yang dapat menghambat pemenuhan tujuan.

2.6.Kualifikasi Akademik Calon Peserta Didik Pendidikan Profesi Guru

1. S1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan


di tempuh.
2. S1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang
akan di tempuh dengan menempuh materikulasi.
3. S1/DIV Non kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi
yang akan di tempuh dengan menempuh materikulasi mata kuliah akademik
kependidikan.
4. S1/DIV Non kependidikan serumpun dengan program pendidikan profesi
yang akan di tempuh dengan menempuh materikulasi.
5. S1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD SD, dengan menempuh
materikulasi

14
2.8 Kurikulum Pendidikan Profesi Guru

Sebagaimana dikemukakan pada landasan konseptual di depan dan yang tertuang


dalam Pasal 1 (13) PP No. 19/2005 tentang SNP, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Pasal 9 PP No. 19/2005 tentang SNP mengemukakan
bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan
sendiri untuk setiap program studi. Dengan demikian masing-masing LPTK yang
akan menyelenggarakan PPG dapat menyusun sendiri kurikulumnya , baik kurikulum
PPG pasca S1/D-IV Non Kependidikan. Walaupun demikian LPTK penyelenggara
melakukan kerjasama dalam pengembangan kurikulum dengan difasilitasi Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Dengan kerjasama ini deharapkan terwujudnya kurikulum
PPG yang setara dalam menjaga mutu LPTK penyelenggara dan akan memudahkan
mahasiswa pindah dari satu PPG ke PPG lainnya serta memudahkan dalam penilain
jika terjadi mobilitas guru dari satu daerah ke daerah lain.

Dalam menyusun kurikulum PPG perlu diperhatikan kompetensi guru sebagaiman di


maksud dalam pasal 10 UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, yakni kompetensi
kepribadian, kompeten sisosial dan kompetensi profesionalyang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Namun demikian pengelompokkan kompetensi ini tidak dapat
dijadikan sebagai pengelompokkan mata kuliah, oleh karena itu merupakan hasil
akhir dari proses pendidikan, dan kompetensi-kompetensi itu dapat tertampung dalam
beberapa mata kuliah, misalnya mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Bahasa Ingris dapat menampung
kompetensi kepribadian dan sosial. Dengan demikian dalam penyusun kurikulum
PPG kompetensi yang ingin di capai dapat disederhanakan menjadi kompetensi
akademik dan kompetensi professional.

15
Kompetensi akademik adalah seluruh bekal yang bersifat basis keilmuan dari
kegiatan mendidik yang akan di aplikasikan secara otentik dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan di lapangan.

Kompetensi profesional adalah seluruh kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip


keilmuan dalam praktik nyata di sekolah yang memiliki stuktur, yang terdiri atas
orientasi, latiahan terbimbing, latihan mandiri, mengatasi masalah-masalah belajar
siswa dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan non mengajar yang terjadi di
sekolah.

Sebelum menetapkan kurikulum yang akan di berlakuakan untuk PPG, perlu


dianalisa terlebih dahulu apa saja kompetensi yang telah diperoleh mahasiswa lulusan
S-1 kependidikan dan S-1/D-IV non kependidikan. Analisis ini akan menentukan apa
saja kegiatan perkuliahan yang perlu ditambahnkan untuk kedua program tersebut.
Sebagai mana diketahui pada program PPG pasca S1 pendidikan diperuntukkan bagi
peserta didik yang sebelumnya berasal dari S1 kependidikan.

2.9. Uji Kompetensi Program Pendidikan Profesi Guru

1. Uji kompetensi sebagai ujian akhir terdiri dari ujian tulis ujian kinerja, ditempuh
setelah peserta lulus semua program PPG
2. Ujian tulis di laksanakan oleh program studi/jurusan penyelenggara, xedangkan ujian
kinerja dilaksanakan oleh program studi/jurusan dengan melibatkan organisasi profesi
atau pihak eksternal yang professional dan relevan.
3. Peserta yang lulus uji kompetensi yang memperoleh sertifikat pendidik bernomor
registrasi yang di keluarkan oleh PPG.

16
2.10. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Kegiatan Pendidikan Profesi guru (PPG) dapat memberikan manfaat sebagai berikut
yaitu:
1. Bagi guru dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses
pendidikan dan proses pembelajaran disekolah
2. Dapat menciptakan guru profesional dibidangnya
3. Dapat meningkatkan kesejahteraan bagi guru
4. Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner
sehingga dapat memahami keterkaitan ilmu dalam mengatasi permasalahan
pendidikan yang ada disekolah. Mempertajam daya nalar dalam penelaahan
perumusan dan pemecahan masalah pendidikan yang ada disekolah
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berperan sabagai
motivator, dinamisator dalam pembelajaran.
6. Bagi sekolah menemukan penyegaran serta ide baru dalam proses pembelajaran
baik sistem pengajarannya maupun tugas kependidikan, sehingga diharapkan
model pembelajaran akan menjadi lebih baik.
7. Bagi masyarakat tersedianya calon tenaga pendidik (guru) yang memiliki kualitas
yang baik dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk percaya bahwa dunia
pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup memuaskan.

Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan,
disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, serta lingkungannya.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru.Kebutuhan ini


meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk
menghasilkan guru yang profesional.Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan
penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru,
pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga

17
pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui
Akta Mengajar.

Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan
untuk meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Hal ini sesuai dengan PP No.
19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang
professional tidaklah mudah, mereka harus benar-benar teruji dan memenuhi
persyaratan. Setelah diberlakukannya uji sertifikasi yang diikuti dengan mendapatkan
tunjangan profesi bagi guru, diharapkan ada peningkatan kesejahteraan yang diikuti
dengan peningkatan kinerja.

2.11. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan

Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan pendidkan adalah bagian dari


tugas utama yang harus dilaksanakan. Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat
beroperasi secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu:

1. Task Related/ Problem Solving Function, dalam fungsi ini pemimpin


memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan
informasi dan pendapat;
2. Group Maintenance funcion/Social Funcion, dalam fungsi ini pemimpin
membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan
atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya melerai kelompok yang
sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi kelompok. Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mampu menampilkan
kedua fungsi tersebut dengan jelas.

Menurut Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH, tugas pokok kepemimpinan yang berupa
mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan
sebagainya agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi,

18
hanya dapat dilaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya
sebagaimana mestinya. Diantara fungsi kepemimpinan antara lain :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan
bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat-
manfaat tersebut antara lain :
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan
untuk memutuskan apa yang akan dilakukan;
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan
yang berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui;
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang
akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi
dua hal, yaitu :
Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek,
pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus;
Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan
menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.

2. Fungsi memandang ke depan


Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini
memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat
berlangsung terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang
merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi
baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-
hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.

19
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan
ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-
kata, maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya
pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala
sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-
hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.

5. Fungsi mengambil keputusan


Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,
kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan
lain sebagainya.

6. Fungsi memberi motivasi


Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak
buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi
yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau
ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa
hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak,
seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak

20
buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga
merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya.

2.12. Syarat dan Ciri-ciri kepemimpinan Pendidikan

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:


a. Kekuasaan, Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat
sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu;
b. Kewibawaan, Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya;
c. Kemampuan, Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan
kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara
itu Stodgill yang dikutip oleh Isjoni menyatakan pemimpin itu harus mempunyai
kelebihan sebagai persyaratan, antara lain :
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan
menilai
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggi dan tenar.

M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus


memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-
gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari
b. Kecakapan Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak
yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat

21
menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya,
sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi
c. Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan
emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang
demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin harus mampu membuat
suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus mempunyai
keseimbangan emosi.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu Profesi guru merupakan suatu bidang
pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian, kemampuan, ketelatenan, dan
pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan tugas pokok seperti mendidik,
mengajar, membimbing melatih, serta mengevaluasi peserta didik, agar memiliki
sikap dan prilaku yang diharapkan. Profesi harus memiliki tiga pilar pokok, penting
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik guru yang memenuhi standar mutu (memenuhi
kualifikasi) yang dipersyaratkan.

Secara teoritis kegiatan pendidikan profesi guru dimaksudkan untuk membentuk guru
profesinal yang mampu melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan bermutu.
Manfaat tersebut dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses
pendidikan serta proses pembelajaran di sekolah.

Dengan adanya pelatihan profesi guru sangat menguntungkan bagi guru, sekolah,
dan masyarakat. Dengan tersedianya calon tenaga pendidik (guru), yang memiliki
kualitas yang bermutu dapat menumbuhkan motivasi masyarakat untuk semakin
percaya bahwa dunia pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup

23
memuaskan. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif
menggalakkan program wajib belajar yang dicanangkan oleh pemerintah.

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk


memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dan sukses tau tidaknya suatu kepemimpinan dipengaruhi oleh pribadi
pemimpin, bawahan dan situasi.

Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau


kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan juga diartikan
sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual


(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki
power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap
dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki
oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.

24
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, Transformasi Sosial Dalam Organisasi,Jakarta, Pustka Ilmu Nusantara,


2010
Husien, Latifah Profesi Keguruan.Cet. Yogyakarta. Pustaka Baru Press, 2017.

Danim, Sudarwan dan H. Khairil, Profesi Kependidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta,

2010

Darajat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam. Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Getteng, Abd. Rahman. Menuju guru Profesional dan Beretika. Cet. I; yogyakarta:

Graha Guru, 2009

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

http:/ppg-pgsd.blogspot.com/2011/12/manfaat-pendidikan-profesi-guru-ppg.html

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009, Tentang Guru.

Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003. Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Republik Indonesia, Undang-undang Guru Dan Dosen. Cet. III; Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012.

Udin, Syaefuddin Saud. Pengembangan Profesi Guru. Cet. IV; Bandung: Alfabeta,

2011.

Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XXVII; Bandung: Remaja

Rosdakarya, 20013.

25
Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usana

Offset Printing, 1983.

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

1998.

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 1996.

Soetopo hendyat,dkk, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan. Malang : Bina


Aksara, 1984

Mochammad Teguh, dkk.Latihan Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar, Yogyakarta :


UII Press, 2001.
Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2007.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

M. Asrori Ardiansyah, Fungsi dan Tugas Kepemimpinan Pendidikan, pada tanggal


20.10.2017. dalam situs http://kabar-pendidikan.blogspot.com

26

Anda mungkin juga menyukai