Eprisos I PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

STATUS KESEHATAN MASYARAKAT


DAN FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DINANGGROE ACER DARUSSALAM
Health status of the community and its related factors in NanggroeAceh Darussalam

Puti Sari H,* Dwi Hapsari T,* Julianty Pradono*

Abstract
This study describes community health status in NAD Province after tsunami disaster and its related
factors. Health status was obtained from data of "Surkesda NAD 2006" which included questions of
physical and mental health of respondents aged 15 years in the past month. Set of questions used was
adapted from general framework of International Classification of Functioning, Disability and Health
(ICF) which include 8 domains, i.e., mobility, personal healthcare, pain and discomfort, cognitive,
public relation, vision, sleep disorder and, affection. Statistical method used to analyse relation and
contribution of various study variables was logistic regression. The result showed that 74 percent of
respondents reported generally in good health status at the time of interview. The percentages by
district varied, from the lowest for Gayo Lues (44 percent) to the highest for Banda Aceh (89 percent).
When respondents referred to their health status in the past month, based on question for each domain,
only 62 percent of them reported in good health status. Poor health status was mostly found for
respondents aged 45 years (64 percent), female (42 percent), low education (48 percent), low income
(41 percent), living in rural area (40 percent), living in medium conflict-experienced area (42 percent),
had medium impact of tsunami (41 percent), low physical activity (38 percent), low fiber consumption
(39 percent), had used to be a smoker (62 percent), low BMI (48 percent), had hypertension (51
percent) and rheumatic disease (67 percent). From logistic regression model had shown that female had
probability 1,4 times to have poor health status compared to male while low education had probability
1.3 times, used to be a smoker had 1.8 times, low BMI had 1,7 times, hypertension suffer had 1,3 times
and rheumatic suffer had 4,5 times. Respondents aged 45 years and above with low physical activity
had probability 3.3 times to have poor health status compared to those with adequate physical activity.
While those aged below 45 years with insufficient physical activity had probability 1.6 times to have
poor health status compared to those with sufficient physical activity. To improve health status of the
population, particularly for districts below the average, government should promote on health risks of
smoking, insufficient physical activity, and inadequate fiber consumption. The government should also
pay attention on hypertension and rheumatism which were prevalent among elderly.

Keywords: health status, economic status, education level, smoking behaviour, physical activity, body
mass index, hypertension, rheumatic disease

Pendahuluan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


ujuan pembangunan bidang kesehatan hereditas, sosial ekonomi dan budaya, lingkungan,

T adalah tercapamya status kesehatan


masyarakat yang optimal dengan ter-
wujudnya masyarakat maju, mandiri dan sejahtera
lahir dan batm. Menurut H.L. Blum, status
pelayanan kesehatan dan penlaku kesehatan. Oleh
^arena ltu Pentm untuk mengetahui seberapa
besar pera an faktor tersebut dalam men
"
status kesehatan masyarakat.
entukan

Peneliti Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan

838
Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I
Pada akhir Desember 2004 telah terjadi sehat dan penyakit kronis terhadap status
gempa tektonik yang disertai gelombang dahsyat kesehatan masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh
tsunami memporakporandakan sebagian besar Darussalam setelah bencana tsunami. Diharapkan
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan kajian ini dapat diketahui seberapa besar
(NAD). Setelah bencana tersebut ditemukan peranan tiap faktor tersebut dalam menentukan
peningkatan penyakit, baik yang menular seperti status kesehatan masyarakat di Provinsi NAD.
ISP A (41%), diare (19%) dan kulit (77%) dan
yang tidak menular. Ditemukan pula 28 persen
kasus balita gizi kurang dan 7 persen kasus gizi Metode Penelitian
buruk. Dari 12 kasus gizi buruk, 1 meninggal di Rancangan penelitian: cross sectional
lokasi pengungsian di Kabupaten Simeulue.1
Sumber data: Data hasil Survei Kesehatan
Dalam upaya penanggulangan masalah Daerah (Surkesda) Pasca Tsunami NAD tahun
kesehatan akibat bencana tersebut, Badan 2006 setelah digabungkan dengan data Susenas
Litbangkes telah melakukan survei kesehatan KOR 2006 dan Suplemen Kesehatan. Variabel
untuk mengetahui kondisi dan status kesehatan dependen yaitu status kesehatan masyarakat yang
masyarakat di Provinsi NAD pasca bencana diukur melalui 8 domain kesehatan sesuai
tsunami. Dari survei tersebut diperoleh informasi rekomendasi ICF berdasarkan keluhan kesehatan
mengenai status kesehatan masyarakat yang dalam satu bulan terakhir. Variabel independen
secara subyektif dapat diukur melalui keluhan terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan,
kesehatan yang dialami anggota rumah tangga daerah tempat tinggal, status daerah dan dampak
satu bulan terakhir sebelum wawancara survei. tsunami, status ekonomi, aktivitas fisik, konsumsi
Status kesehatan dalam studi ini terdiri dari serat, perilaku merokok, status indeks massa
8 domain yang merupakan pengembangan tubuh, penyakit hipertensi dan sendi.
International Classification of Functioning, Unit analisis: Unit analisis dalam studi ini
Disability and Health (ICF) dianggap dapat
adalah responden yang berusia 15 tahun ke atas,
menggambarkan status kesehatan seseorang. hasil penggabungan data Suplemen Kesehatan
Delapan domain itu meliputi mobilitas, perawatan Susenas Kor 2006 dan Survei Kesehatan Daerah
diri, nyeri dan rasa tidak nyaman, kognitif/
Nanggroe Aceh Darussalam 2006. Total jumlah
mengingat sesuatu, hubungan dengan masyarakat, sampel yaitu 10.948 responden berusia > 15
penglihatan, gangguan tidur, afeksi/perasaan tahun.
cemas.
Analisis data: Analisis dilakukan dengan
Kajian ini mempelajari pengaruh faktor-
regresi logistik untuk melihat hubungan dan
faktor sosial ekonomi, perilaku dan gaya hidup peranan antar variabel.

Batasan Operasional:

Variabel dependen:
Status kesehatan : 0. Kondisi kesehatan dianggap baik jika tidak ada keluhan atau hanya
masyarakat keluhan ringan untuk status kesehatan selama 1 bulan terakhir sebelum
wawancara.
1. dianggap buruk jika menilai kondisi diri sebagai sedang, buruk dan
sangat buruk.

Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi:


Umur : 0. Muda: 15-44 tahun
l.Tua : 45+tahun
Jenis kelamin 0. Laki-laki
1. Perempuan

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I S39


Lanjutan.
Sosekbud & kondisi lingkungan:
Pendidikan : 0. Tinggi (Lulus SMP +)
1. Rendah (Tidak sekolah s.d tidak/ belum lulus SMP)
Wilayah : 0. Perkotaan
1. Perdesaan
Daerah darurat sipil 0. Putih (Bukan daerah / Tidak ada konflik)
1. Abu-abu (Sebagian daerah merupakan daerah konflik)
2. Hitam (Keseluruhan daerah adalah daerah konflik)
Dampak tsunami 0. Ringan (Mengalami sedikit kerusakan akibat tsunami)
1. Sedang (Mengalami kerusakan cukup parah akibat tsunami)
2. Berat (Mengalami kerusakan sangat parah akibat tsunami)
Sosial ekonomi 0. Pengeluaran RT pada kelompok Kuintil 4 - 5
1. Pengeluaran RT pada kelompok Kuintil 1-3
Faktor risiko perilaku:
Aktivitas fisik 0. Cukup, aktivitas fisik sedang dan/ atau berat > 5 hari per minggu dan 30
menit per hari
1. Tidak cukup, aktivitas fisik sedang dan/ atau berat < 5 hari per minggu
dan kurang dari 30 menit per hari

Konsumsi serat 0. Cukup, makan sayur dan buah > 5 hari per minggu dan minimal 5 porsi
perhari (2 porsi buah-3 porsi sayur atau 3 porsi buah-2 porsi sayur)
1. Tidak cukup, makan sayur dan buah < 5 hari per minggu dan bukan
kombinasi porsi perhari seperti di atas.
Kebiasaan merokok 0. Tidak pernah merokok
1. Mantan perokok
2. Perokok (tiap hari dan kadang-kadang)
Faktor risiko penyakit:
IMT Indeks massa tubuh berdasarkan WHO (1998):
0. IMT normal: 18,5 - 24,9 kg/m2
1. IMTkurang/kurus: < 18,5 kg/m2
2. IMT lebih/gemuk: > 25 kg/m2
Penyakit hipertensi 0. Tidak hipertensi (Sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg)
1. Hipertensi (Sistolik > 140 mmHg atau diastolik > 90 mmHg)

Gangguan/Penyakit sendi 0. Tidak


1. Ya, pernah didiagnosis menderita penyakit sendi atau pernah merasakan
nveri/ kaku sendi

Hasil berdasarkan kondisi kesehatan responden menurut


persepsinya sendiri dalam satu bulan terakhir
Dalam studi ini, status kesehatan dilihat
sebelum wawancara yang telah digabungkan
dari dua aspek. Pertama, status kesehatan ditinjau
(composite) dari 8 domain.
dari kondisi kesehatan responden secara umum
pada saat wawancara menurut persepsi responden Hasil analisis menunjukkan, pada saat
sendiri. Kedua, status kesehatan ditentukan wawancara sebanyak 74 persen responden

S40 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I


melaporkan memiliki status kesehatan baik, Untuk domain perawatan diri, diketahui
sedang setelah 8 domain digabungkan, 62 persen Bireuen sebagai kabupaten dengan status
responden berstatus kesehatan baik dan 38 persen kesehatan perawatan diri yang terendah (91%).
berstatus kesehatan buruk. Status kesehatan tertinggi ditemukan di
Kabupaten Simeulue (100%).
1. Status kesehatan masyarakat berdasarkan
delapan domain menurut kabupaten/kota Sedang domain nyeri dan rasa tidak
nyaman, Kabupaten Gayo Lues merupakan
Dilihat dari status kesehatan responden
kabupaten dengan status kesehatan yang paling
menurut wilayah, sebagian besar kabupaten di
rendah (56%), sedang Kota Banda Aceh merupa-
Nanggroe Aceh Darussalam memiliki status
kan kabupaten berstatus kesehatan tertinggi untuk
kesehatan baik di atas rata-rata. Gambar 1
domain ini (91%).
menunjukkan status kesehatan masyarakat yang
diukur pada saat mereka diwawancara. Enam Domain daya ingat, memberikan gambaran
kabupaten dengan status di bawah rata-rata, hanya sebagian kecil daerah yang berstatus
Kabupaten Gayo Lues mempunyai status kesehat- kesehatan rendah. Aceh Singkil merupakan
an terendah (44%), dan Kota Banda Aceh wilayah yang paling rendah status kesehatan
memiliki status kesehatan tertinggi (89%). untuk domain ini (64%), sedang Simeulue yang
paling baik status kesehatannya (94%). (Gambar2)
Sedangkan jika dilihat dari masing-masing
domain per kabupaten/kota berdasarkan persepsi Status kesehatan dilihat dari domain
responden dalam 1 bulan terakhir, untuk domain hubungan masyarakat menunjukkan Aceh Utara
mobilitas diri, kabupaten dengan mobilitas diri memiliki status kesehatan terendah dengan 88
paling baik yaitu Kota Langsa (97%), yang persen, sedang Simeulue merupakan daerah
terendah Aceh Utara (84%). dengan status kesehatan tertinggi (99%) (Gb. 3).

100

80

60

40

20

ro
~

Kab/Kota rata-rata NAD

Gambar 1. Persentase Status Kesehatan Baik Berdasarkan Kondisi Kesehatan Responden Pada Saat
Wawancara Menurut Wilayah, Surkesda NAD 2006

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I S41


Status kesehatan berdasarkan domain domain perasaan cemas diwakili oleh Kabupaten
penglihatan menggambarkan pola yang hampir Gayo Lues (57%), sedangkan untuk yang tertinggi
mirip dengan domain lain, di mana Aceh Utara status kesehatannya adalah Sabang (99%).
merupakan daerah dengan status kesehatan
2. Status kesehatan masyarakat menurut
terendah (83%) dan Simeulue yang terbaik dengan
karakteristik penduduk, perilaku hidup
95 persen.
sehat, status gizi dan penyakit kronis.
Gangguan tidur banyak dikeluhkan oleh
Status kesehatan di sini sesuai International
sebagian besar penduduk yang tinggal di Gayo
Classification of Functioning, Disability and
Lues sebagai daerah yang memiliki status
Health (ICF) merupakan composite/gabungan
kesehatan terendah (58%). Sementara Sabang
hasil penilaian dari 8 domain kesehatan yaitu
merupakan daerah yang tertinggi status
mobilitas, perawatan diri, nyeri, daya ingat,
kesehatannya (93%).
hubungan masyarakat, penglihatan, gangguan
Persentase status kesehatan terendah untuk tidur dan perasaan. Berdasarkan tabel 1 dapat di-

^////// "////////'//
ra.'wat diri - ff nyeri X kognit if

Gambar 2. Persentase status kesehatan baik berdasarkan domain mobilitas diri, perawatan
diri, nyeri dan rasa tidak nyaman, dan kognitif/ingatan, Surkesda NAD 2006

100

penglihatan tidur - >< - - sedih

Gambar 3. Persentase status kesehatan baik berdasarkan domain hubungan masyarakat,


penglihatan, kualitas tidur, dan afeksi/perasaan, Surkesda NAD 2006

S42 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I


lihat persentase status kesehatan yang buruk sedang yaitu 42 persen, daerah yang terkena
paling banyak ditemui pada responden usia tua dampak tsunami sedang yaitu 41 persen,
(45 tahun ke atas) yaitu 64 persen. Pola yang sama responden yang kurang melakukan aktivitas fisik
ditemui pada responden wanita (42%), tingkat (38%), kurang konsumsi serat (39%), mantan
pendidikan rendah (48%), status ekonomi rumah perokok (62%), orang yang kurus (48%),
tangga rendah (41%), bermukim di pedesaan menderita hipertensi (51%) dan riwayat sakit
(40%), wilayah dengan pengalaman konflik sendi (67%).

Tabel 1. Hubungan Karakteristik Penduduk, Perilaku Hidup Sehat, Status Gizi dan Penyakit Kronis
dengan Status Kesehatan, Surkesda NAD 2006

Status Kesehatan
Faktor Baik Buruk N p Value OR CI 95%
% %
Umur 0.00
0. 15-44 tahun 72.6 27.4 7833 1
1. >= 45 tahun 36.4 63.6 3125 4.63 4.07-5.27
Jenis Kelamin 0.00
0. Laki-laki 66.6 33.5 5277 1
1. Perempuan 58.4 41.6 5681 1.419 1.305-1.543
Pendidikan 0.00
0. Tinggi 72.6 27.4 5541 1
1. Rendah 51.8 48.2 5417 2.47 2.19-2.78
Status Ekonomi 0.00
0. Quintile 4 dan 5 67.8 32.2 4317 1
1. Quintile 1-3 58.7 41.3 6641 1.48 1.29-1.70
Wilayah 0.00
0. Perkotaan 69.0 31.0 2623 1
1. Perdesaan 60.2 39.8 8335 1.473 1.213-1.787
Pengalaman konflik 0.00
0. Tidak ada 63.8 36.3 3117 1
1. Sedang 58.1 41.9 3911 1.27 1.04-1.55
2. Herat 65.3 34.7 3929 0.93 0.78-1.12
Dampak Tsunami 0.00
0. Ringan 60.5 39.5 2792 1
1. Sedang 59.5 40.5 5729 1.04 0.87-1.25
2. Herat 71.0 29.0 2438 0.62 0.49-0.79
Aktivitas Fisik 0.61
0. Cukup/ Baik 62.7 37.3 5292 1
1. Kurang 62.0 38.0 5665 1.03 0.92-1.16

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I S43


Lanjutan Tabel 1.

Status Kesehatan
Faktor Baik Buruk N p Value OR CI 95%
% %
Konsumsi Serat 0.00
0. Cukup/ Baik 69.7 30.3 1115 1
1. Tidak Cukup 61.5 38.5 9842 1.44 1.18-1.76
Perokok 0.00
0. Tidak pemah 61.9 38.2 7295 1
1 . Mantan perokok 38.1 61.9 175 2.638 1.884-3.694
2. Perokok aktif 64.5 35.5 3488 0.893 0.811-0.985
Index Massa Tubuh 0.00
0. Normal 65.7 34.3 7476 1
1. Kurus 51.7 48.4 1534 1.795 1.572-2.051
2. Gemuk 57.5 42.5 1949 1.416 1.244-1.611
Hipertensi 0.00
0. Tidak 67.2 32.8 8042 1
1. Ya 48.8 51.2 2917 2.148 1.917-2.407
Sakit Sendi 0.00
0. Tidak 76.6 23.4 7332 1
1. Ya 33.4 66.6 3626 6.537 5.724 - 7.466

Total 62.3 37.7 10958

3. Status kesehatan masyarakat dan faktor- 1,50). Untuk mantan perokok berpeluang 1,8 kali
faktor yang berhubungan memiliki status kesehatan yang buruk dibanding-
kan dengan kelompok yang tidak pernah merokok
Tabel 2 menggambarkan hubungan faktor-
(OR =1,81; 95% CI = 1,20-2,75). Pada kelompok
faktor demografi seperti usia, jenis kelamin,
yang kurus berpeluang 1,7 kali memiliki status
tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal,
kesehatan yang buruk dibandingkan mereka pada
konflik dan dampak tsunami, faktor perilaku dan
kelompok IMT normal (OR = 1,72; 95% CI =
gaya hidup seperti aktivitas fisik, konsumsi serat,
1,48-2,00). Pada kelompok yang menderita
kebiasaan merokok, serta faktor prevalensi
penyakit hipertensi berpeluang 1,3 kali memiliki
penyakit seperti hipertensi dan penyakit sendi
status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan
dengan status kesehatan responden.
kelompok yang tidak menderita penyakit tersebut
Dari tabel 2 juga dapat dilihat bahwa (OR = 1,26; 95% CI = 1,11-1,43). Sedangkan
kelompok usia tua berisiko 2 kali memiliki status kelompok yang menderita gangguan sendi
kesehatan buruk dibandingkan kelompok usia berpeluang 4,5 kali memiliki status kesehatan
muda (OR = 2,01; 95% CI = 1,65 - 2,46) dan yang buruk dibandingkan dengan mereka yang
perempuan berpeluang 1,4 kali memiliki status tidak menderita penyakit tersebut (OR = 4,46;
kesehatan yang buruk dibandingkan dengan laki- 95% CI = 3,89-5,12). Selanjutnya kelompok usia
laki (OR "= 1,43; 95% CI = 1,24 - 1,66). muda yang kurang melakukan aktivitas fisik
Sedangkan kelompok yang berpendidikan rendah berpeluang 1,6 kali memiliki status kesehatan
berpeluang 1,3 kali memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan mereka yang
yang buruk dibandingkan dengan mereka yang cukup melakukan aktivitas fisik (OR = 1,64; 95%
berpendidikan tmggi (OR = 1,30; 95% CI = 1,13 - CI = 1,29-2,09). Pada kelompok usia tua yang

S44 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I


kurang melakukan aktivitas fisik berpeluang 3,3 memiliki status kesehatan yang baik dibandingkan
kali memiliki status kesehatan yang buruk dengan orang yang tinggal di daerah tanpa
dibandingkan dengan mereka yang cukup pengalaman konflik (OR = 0,55; 95% CI = 0,44 -
melakukan aktivitas fisik (OR = 3,31; 95% CI = 0,68). Demikian juga pada daerah yang terkena
2,72-4,03). tsunami berat berpeluang 1,7 kali memiliki status
kesehatan yang baik dibandingkan dengan
Yang menarik untuk dicermati, khusus pada
kelompok yang tinggal di daerah berdampak
kelompok yang tinggal di daerah dengan
ringan (OR - 0,59; 95% CI - 0,45 - 0,76).
pengalaman konflik berat berpeluang 1,8 kali

Tabel 2. Multivariat Karakteristik Responden, Perilaku Hidup Sehat, Status Gizi dan
Penyakit Kronis dengan Status Kesehatan, Surkesda NAD 2006

%
a p p Value OR CI 95% klaslflkasi
benar
74.59
Konstanta -1.67
Umur 0.70 0.00 2.01 1.65 2.46
Jenis Kelamin 0.36 0.00 1.43 1.24 1.66
Pendidikan 0.27 0.00 1.30 1.13 1.50
Wilayah 0.22 0.07 1.25 0.98 1.58
Pengalaman konflik
Sedang 0.07 0.55 1.07 0.86 1.32
Berat -0.60 0.00 0.55 0.44 0.68
Dampak Tsunami
Sedang 0.06 0.54 1.06 0.88 1.29
Berat -0.54 0.00 0.59 0.45 0.76
Aktivitas Fisik -0.18 0.01 0.83 0.72 0.96
Perokok
Mantan 0.59 0.01 1.81 1.20 2.75
Perokok aktif 0.10 0.24 1.11 0.93 1.31
Index Massa Tubuh
Kurus 0.54 0.00 1.72 1.48 2.00
Gemuk 0.06 0.39 1.07 0.92 1.23
Hipertensi 0.23 0.00 1.26 1.11 1.43
Sakit sendi 1.50 0.00 4.46 3.89 5.12
Aktivitas Fisik x Umur 0.50
AFxU = 0 0.00 1.64 1.29 2.09
AFxU=l 0.00 3.31 2.72 4.03

Media Litbang Kesehatan Volume X\'ll Tahun 2007, Suplemen I S45


Pembahasan sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
penduduk di wilayah tersebut menjadi sangat
Status kesehatan yang baik merupakan
baik.
salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh SKN.
Responden diminta mendeskripsikan keadaan Jika ditinjau dari tiap domain, empat
kesehatan menurut penilaiannya sendiri dalam kota/kabupaten yang terkena dampak tsunami
satu bulan terakhir sampai saat wawancara. Dalam berat status kesehatannya selalu berada di atas
mendeskripsikan status kesehatannya, mereka rata-rata, yaitu Kota Banda Aceh, Aceh Jaya,
diminta menilai status kesehatannya dalam 5 Aceh Besar dan Aceh Barat. Sedangkan misalnya
kategon yaitu tidak ada kesulitan. ringan. sedang, Kabupaten Gayo Lues yang tidak terkena bencana
sulit dan sangat sulit. Hasil analisis menunjukkan, tsunami seringkali berada di bawah rata-rata status
secara umum status kesehatan masyarakat di kesehatan. Jika dilihat persentasenya, sesungguh-
Provinsi NAD setelah tsunami mempunyai nya sebagian besar penduduk Kabupaten Gayo
persentase cukup tinggi berstatus baik pada saat Lues status kesehatannya baik walaupun berada di
wawancara dan dalam satu bulan terakhir sebelum bawah rata-rata persentase kota/kabupaten lain.
wawancara. Walaupun lebih banyak responden Pola yang serupa juga ditemukan pada daerah
mengaku kondisi kesehatannya baik pada saat dengan pengalaman konflik berat, dengan status
wawancara (74%) dibandingkan dengan hasil kesehatan di atas rata-rata kabupaten lain. Contoh,
composite 8 domain yang lebih rinci (62%). Hal Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan wilayah
ini dimungkinkan karena langkah-langkah hitam memiliki status kesehatan di atas rata-rata
tanggap darurat yang komprehensif dan segera untuk semua domain.
dilaksanakan instansi pemerintah terkait dan
Hal ini mungkin terjadi dikarenakan:
dukungan masyarakat internasional yang sangat
besar dalam upaya pemulihan kondisi baik fisik 1. Kondisi sesungguhnya masyarakat memang
maupun material di daerah tersebut. Ada ke- tidak berubah, baik sebelum dan sesudah
cenderungan masyarakat selalu menganggap lebih bencana Tsunami atau pengalaman konflik.
tinggi kondisi kesehatannya jika ditanyakan 2. Masyarakat di kabupaten yang tidak terkena
sepintas, dibandingkan jika dirinci satu persatu bencana atau di daerah tidak terkena konflik
berdasarkan domain. memang memiliki ketanggapan yang rendah
Secara umum. status kesehatan yang dalam menilai kondisi kesehatan dirinya.
terendah pada saat wawancara di Kabupaten Gayo Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat
Lues, yang tertinggi di Kota Banda Aceh. Gayo disimpulkan:
Lues tidak termasuk daerah yang terkena musibah
tsunami, sedang Banda Aceh merupakan daerah Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di
terkena dampak tsunami berat. beberapa wilayah di Provinsi NAD yang terkena
bencana tsunami dan wilayah konflik memang
Dalam satu bulan terakhir sebelum
membawa hasil yang positif dengan
wawancara dan setelah menggabungkan 8
meningkatnya status kesehatan masyarakat
domain, status kesehatan di tiap kota/kabupaten
dibandingkan wilayah lain di Provinsi NAD yang
bervariasi, yang terendah diduduki oleh
tidak terkena bencana atau bukan merupakan
Kabupaten Aceh Singkil dan tertinggi oleh
wilayah konflik.
Kabupaten Aceh Jaya. Jika ditelusuri lebih lanjut.
Aceh Singkil termasuk wilayah tanpa konflik Di samping itu hasil analisis terhadap status
(wilayah putih) dan terkena dampak tsunami kesehatan ditinjau dari hubungannya dengan
sedang. Sebaliknya Aceh Jaya adalah kabupaten faktor-faktor risiko menunjukkan, pada kelompok
yang termasuk daerah konflik berat (wilayah usia di atas 45 tahun memiliki 2 kali kemungkinan
hitam) dan terkena dampak tsunami berat. Hal berstatus kesehatan buruk dibandingkan dengan
tersebut menunjukkan besarnya perhatian kelompok usia muda. Hal ini dimungkinkan
pemerintah Indonesia terhadap daerah-daerah karena pada usia tua, fungsi organ tubuh manusia
yang terkenal merupakan wilayah konflik. Selain mengalami penurunan dibandingkan saat berusia
itu dukungan masyarakat internasional pun sangat muda.
besar terhadap daerah yang terkena dampak Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan
tsunami berat dalam memberikan bantuan, bahwa perempuan lebih berpeluang berstatus

S46 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I


kesehatan buruk dibanding laki-laki. Hal ini status kesehatannya lebih buruk daripada mereka
senada dengan beberapa studi, misal studi yang tinggal di daerah tanpa konflik. Jika dilihat
mengenai penyakit hipertensi, perempuan menurut tiap domain, status kesehatan mereka
memang memiliki risiko lebih besar terkena yang tinggal di wilayah abu-abu ini lebih rendah
penyakit hipertensi daripada laki-laki.2 Contoh dibandingkan dengan mereka yang tinggal di
lain pada kejadian penyakit jantung. Laki-laki daerah konflik berat (wilayah hitam) namun lebih
berisiko tinggi mengalami sakit jantung, namun baik daripada mereka di daerah putih. Hal ini
perempuan memperoleh perawatan yang kurang dimungkinkan karena mereka yang hidup di
dalam hal ini, dan mengidap angka kematian daerah tanpa konflik masyarakatnya statis, tidak
akibat penyakit jantung yang tinggi. Kondisi ini mengalami perubahan dalam menilai kondisi
menunjukkan risiko ketidakadilan perawatan bagi kesehatannya dari dahulu hingga sekarang.
perempuan. Sementara mereka yang hidup dalam wilayah
dengan konflik berat mendapatkan perhatian yang
Hal tersebut dapat terjadi karena posisi
lebih banyak baik dari pemerintah maupun
perempuan yang kurang menguntungkan di-
internasional, sehingga status kesehatannya lebih
bandmgkan dengan laki-laki, misalnya dalam
baik. Namun kondisi tersebut tidak berlaku pada
mengakses sumber daya pembangunan, di
mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat
samping tingkat pendidikan yang rendah,
konflik sedang.
sehingga pada akhirnya tingkat kesehatan yang
dicapai menjadi rendah. Selain itu diketahui tata Demikian juga kelompok yang hidup di
nilai sosial budaya masyarakat di Indonesia daerah yang terkena dampak tsunami berat
umumnya lebih mengutamakan laki-laki daripada berpeluang berstatus kesehatan baik lebih banyak
perempuan (ideologi patriarkhi). Antara lain dapat daripada mereka yang tinggal di daerah
dilihat dari peraturan perundang-undangan masih berdampak nngan (OR = 0,59; 95% CI = 0,45 -
berpihak pada salah satu jenis kelamin dengan 0,76). Pada umumnya kelompok yang tinggal di
kata lain belum mencerminkan kesetaraan gender daerah yang berdampak tsunami pastinya
dan penafsiran ajaran agama yang kurang berstatus kesehatan lebih buruk daripada mereka
komprehensif menyebabkan perempuan belum di daerah berdampak tsunami ringan karena
memperoleh hak-haknya secara optimal. Padahal kondisi lingkungan mereka lebih buruk. Namun
rendahnya kualitas perempuan turut mem- hal tersebut tidak terjadi dalam kasus ini. Terdapat
pengaruhi kualitas generasi penerusnya, kecenderungan mereka yang tinggal di daerah
mengingat mereka mempunyai peran reproduksi dengan dampak tsunami berat justru berstatus
yang sangat berperan dalam mengembangkan kesehatan lebih baik. Hal ini dimungkinkan
sumber daya manusia masa depan.4 karena mereka lebih diutamakan dalam pemberian
bantuan atau rehabilitasi, revitalisasi dan
Kelompok berpendidikan rendah lebih
rekonstruksi, sehingga status kesehatan mereka
berpeluang memiliki status kesehatan yang buruk
lebih baik daripada yang tinggal di daerah
dibandingkan kelompok berpendidikan tinggi.
berdampak ringan dan sedang. Sebaliknya,
Masyarakat dengan pendidikan tinggi pada
mereka yang tinggal di daerah dengan dampak
umumnya lebih mengerti bagaimana mencapai
tsunami sedang memiliki status kesehatan lebih
status kesehatan yang optimal. Misalnya mereka
buruk daripada daerah dampak tsunami ringan.
tahu bagaimana mencegah terjadinya penyakit dan
Jika diamati per domain, mereka yang tinggal di
penularannya, bagaimana menu makanan bergizi
daerah dengan dampak tsunami berat selalu
dan pola konsumsinya, di mana kesemuanya itu
memiliki status kesehatan lebih baik daripada
pada akhirnya menuju tercapainya status
kesehatan yang baik. mereka yang hidup di daerah tsunami ringan dan
sedang. Ini mungkin karena bantuan yang mereka
Di samping itu diperoleh informasi, mereka dapatkan sangat banyak. Namun, status kesehatan
yang tinggal di daerah dengan pengalaman konflik paling buruk untuk domain kognitif, gangguan
berat ternyata berstatus kesehatan lebih baik tidur dan perasaan cemas terjadi di daerah tsunami
dibanding mereka yang tinggal di daerah tanpa ringan. Hal ini dapat disebabkan karena ada
pernah konflik (OR = 0,50; 95% CI = 0,44 - ketakutan/kecemasan dalam perkiraan mereka
0,68). Namun, mereka yang tinggal di daerah akan adanya bencana susulan yang mungkin bisa
dengan tingkat konflik sedang (wilayah abu-abu), berdampak serius. Sedangkan untuk sisa domain

Media Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I S47


yang lain, status kesehatan paling buruk ditemu- Pada kelompok kurus lebih berisiko
kan di daerah tsunami sedang. Dimungkin-kan memiliki status kesehatan buruk daripada
karena bantuan yang mereka dapatkan baik dari kelompok dengan IMT normal dan gemuk. Hal ini
pemerintah lokal maupun internasional tidak sejalan dengan dengan pengertian bahwa kurus
sebanyak yang didapat mereka di daerah tsunami mempunyai risiko terhadap status kesehatan.
berat. Kurus dianggap lebih berisiko terhadap IMT
normal dimungkinkan karena kurus dianggap
Mantan perokok berpeluang lebih besar
lebih rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi
berisiko untuk berstatus kesehatan buruk daripada
yang muaranya mempengaruhi kepada status
yang tidak pernah merokok (OR = 1,81; 95% CI =
kesehatan. Temuan dalam studi ini berbeda
1,20 - 2,75). Begitu juga dengan perokok aktif
dengan literatur yang mempelajari hubungan
lebih berisiko memiliki status kesehatan buruk
hipertensi dan berat badan, dimana menurut
daripada kelompok yang tidak pernah merokok
literatur, gemuk lebih berisiko menjadi hipertensi
(OR = 1.11: 95% CI = 0,93 - 1,31). Hal ini sesuai
daripada kurus.2
dengan beberapa penelitian yang menyatakan
bahwa merokok sebagai faktor risiko untuk Hasil analisis juga menunjukkan kelompok
penyakit-penyakit seperti gangguan pernafasan, berpenyakit hipertensi cenderung berstatus
batuk menahun, penyakit paru, infertility, kesehatan buruk dibandingkan dengan mereka
gangguan kehamilan pada wanita, penyakit yang tidak berpenyakit tersebut. Hal ini sejalan
jantung koroner, dan kanker.2 Namun, terdapat dengan asumsi bahwa hipertensi adalah awal
kecenderungan mantan perokok memiliki risiko untuk proses lanjut mencapai target organ
lebih besar dari perokok aktif atau yang masih mengalami kerusakan yang lebih berat.2 Kecilnya
merokok saat ini. Hal ini dimungkinkan karena risiko yang dihasilkan dalam analisis ini dapat
pada umumnya rokok memiliki dose-response diakibatkan karena penderita hipertensi pada
effect. Artinya makin muda usia mulai merokok umumnya tidak merasakan adanya gejala.8
makin besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Hipertensi jika berkembang menjadi penyakit
Makin awal seseorang mulai merokok makin sulit jantung dapat mengakibatkan kematian jika tidak
untuk berhenti merokok. Sementara hasil dari ditangani dengan benar.
survei kesehatan sebelumnva seperti Susenas dan
Kelompok penderita gangguan sendi
SKRT menyatakan, usia mulai merokok pada
berpeluang 4,5 kali berstatus kesehatan buruk
kelompok usia muda makin menmgkat dari tahun
daripada yang tidak memiliki penyakit tersebut.
ke tahun. Berdasarkan data Susenas, persentase
Hal ini sangat beralasan mengingat orang yang
penduduk umur 10 tahun ke atas meningkat dari
menderita penyakit sendi atau rematik tidak dapat
8,5 persen (1995) menjadi 9,4 persen (2001). Dan
menggerakkan anggota tubuhnya karena kaku dan
pada kelompok usia 15-19 tahun, terjadi
nyeri serta mengalami pembengkakan di sekitar
peningkatan yang cukup tinggi dari 54 persen
persendian baik lengan, tangan, tungkai dan kaki.
(1995)5) menjadi 59 persen (2001).6 Sedangkan
Jika terus dibiarkan maka penyakit ini akan
tahun 2004, tercatat sekitar 14 persen perokok
mengarah kepada disabilitas anggota gerak.
mulai merokok pada usia di bawah 15 tahun
Namun nampaknya penyakit ini masih dianggap
(SKRT 2004).7 Jadi, jika dihubungkan dengan
tidak begitu penting bagi penderitanya mengingat
umur, faktor mulai merokok di usia muda
kurang dari separuh (44%) dari penderita penyakit
menyebabkan makin banyaknya zat-zat berbahaya
ini yang mencari pengobatan untuk penyakitnya
yang terakumulasi di dalam tubuh yang
(SKRT 2004) dan dari proporsi itu pun hanya
mempengaruhi status kesehatan menjadi lebih
tinggal separuhnya (22%) yang masih menjalani
buruk. Orang yang sudah berhenti merokok
pengobatan dalam 2 minggu sebelum wawancara.
dengan orang yang masih merokok saat ini
dianggap memiliki faktor risiko yang berbeda, Untuk melihat kekuatan hubungan antara
dimana zat berbahaya lebih banyak terakumulasi aktivitas fisik dengan status kesehatan, dicoba
pada mantan perokok dibandingkan mereka yang untuk menginteraksikan antara variabel aktivitas
masih perokok aktif karena mereka diasumsikan fisik dan umur. Dalam pengujian bivariat
masih baru mulai merokok. Para mantan perokok sebelumnya diperoleh hasil bahwa tidak ada
berhenti merokok setelah merasakan pengaruh hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
kesehatan yang memburuk akibat merokok. dan status kesehatan. Setelah dilakukan uji

S48 Media Litbang Kesehatan Volume X\'Il Tahun 2007, Suplemen I


interaksi antara aktivitas fisik dan usia dengan hubungan antara variabel dependen dan
status kesehatan dalam model regresi logistik independen. bukan hubungan sebab akibat,
diperoleh hasil bahwa kelompok usia tua yang karena desain studi cross sectional menjadikan
kurang melakukan aktivitas fisik berpeluang 3,3 data yang dikumpulkan hanya pada saat survei
kali memiliki status kesehatan buruk daripada dilaksanakan (on point in time). Diperlukan
kelompok usia muda (1.6 kali). Hal ini sesuai studi lanjutan yang lebih mendalam untuk
dengan beberapa penelitian sebelumnya yang mengetahui besarnya pengaruh usia dan
menyatakan bahwa status kesehatan bertambah penyakit sendi terhadap status kesehatan.
buruk seiring dengan bertambahnya umur, 7
terlebih lagi jika tidak melakukan olahraga atau
aktivitas fisik secara rutin.9 Saran
Berdasarkan hasil studi ini dapat 1. Penting untuk meningkatkan edukasi dan
disimpulkan bahwa status kesehatan di- promosi kesehatan mengenai faktor-faktor
klasifikasikan menjadi baik dan buruk berdasar- risiko di NAD untuk peningkatan status
kan 8 domain ICF menurut persepsi responden kesehatan masyarakat, khususnya pada
terhadap kondisi kesehatannya sendiri dalam satu daerah di bawah rata-rata.
bulan terakhir sebelum wawancara. Setelah 2. Pemerintah daerah memberikan perhatian
mengetahui status kesehatan, kemudian dicari
lebih pada program pencegahan dan
faktor yang paling berpengaruh melalui 13
penanggulangan penyakit hipertensi dan
variabel independen. Dengan model regresi
sendi yang sudah menjadi prevalen di
logistik diketahui faktor yang paling dominan
kalangan lanjut usia.
terhadap status kesehatan (OR > 2) adalah usia
dan riwayat penyakit sendi.
Daftar Pustaka
Kesimpulan 1. Departemen Kesehatan, 2005, Kajian
Asesmen Kesehatan Akibat Bencana Gempa
1. Status kesehatan secara umum per kabupaten
Dan Tsunami Provinsi Nanggroe Aceh
setelah menggabungkan 8 domain rata-rata
Darussalam, Perpustakaan Nasional RI,
cukup baik (persentase rata-rata 62%), kecuali
Depkes RI
beberapa kabupaten berada di bawah rata-rata
yaitu: Aceh Singkil (36%), Aceh Tamiang 2. Bustan, M.N., 2000, Epidemiologi Penyakit
(38%), Gayo Lues (40%) Aceh Selatan (46%), Tidak Menular: Epidemiologi Penyakit
Aceh Utara (56%) dan Bireuen (56%). Jantung; Epidemiologi Merokok, Rineka
Cipta, Juli 2000
2. Status kesehatan dipengaruhi oleh faktor-
faktor: umur, jenis kelamin. tingkat 3. http://kalyanamitra.or.id/web (diakses 13 Mei
pendidikan, pengalaman konflik, dampak 2008, jam 16.45 WIB)
tsunami, perilaku merokok, BMI, menderita
4. http://www.duniaesai.com/gender/gender2.ht
penyakit hipertensi dan sendi.
ml (diakses 13 Mei 2008, jam 16.20 WIB)
3. Status kesehatan yang buruk lebih berisiko
5. Badan Litbangkes, 2002, Laporan Data
terjadi pada golongan umur 45 tahun ke atas
Susenas 2001: Status Kesehatan. Pelayanan
yang kurang melakukan aktivitas fisik, mantan
Kesehatan. Perilaku Hidup Sehat Dan
perokok. kurus dan menderita penyakit
Kesehatan Lingkungan, Surkesnas, Depkes
hipertensi dan sendi. RI
4. Faktor yang paling dominan terhadap status
6. Badan Litbangkes, 2005, Susenas 2004 -
kesehatan adalah umur dan riwayat penyakit
Substansi Kesehatan: Status Kesehatan,
sendi. Delapan domain dapat memberikan
Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat
gambaran tentang status kesehatan, di mana
dan Kesehatan Lingkungan, Surkesnas,
status kesehatan tersebut juga dipengaruhi oleh
Depkes RI
variabel usia dan riwayat penyakit sendi. Hasil
ini hanya memberikan gambaran tentang 7. Badan Litbangkes, 2005, Survei Kesehatan

Media Litbang Kesehatan Volume XIII Tahun 2007, Suplemen I S49


Rumah Tangga (SKRT) 2004, Volume 3, 2002
Sudut Pandang Masyarakat mengenai Status, ? Rn Ch
Lakupan, Ketanggapan. dan bis tern ^ , ^ T n ,
n , , 0 1 TA i r> Kurang Gerak D a n Instrumen Pengukuran,
Pelavanan Kesehatan, Surkesnas, Depkes RIT x* j-
Media T-*u ^ u - 1 ^ 1
Litbang Kesehatan, Volume XII, VTT
Riyadina, Woro, 2002, Faktor-faktor Risiko Nomor 1, Tahun 2002
Hipertensi Pada Operator Pompa Benin Q ^ pand Dr MpH ^ fi^ ^
(SPBU) di Jakarta Media Lrtbang ^^ Keseha^ M ^
Kesehatan, Volume XII, Nomor 2, Tahun Universitas Indonesia, 1992

S5
Me/;a Litbang Kesehatan Volume XVII Tahun 2007, Suplemen I

Anda mungkin juga menyukai