BAB 8 SK Penunjang Pelayanan Klinis Puskesmas (SK PAYUNG) .1
BAB 8 SK Penunjang Pelayanan Klinis Puskesmas (SK PAYUNG) .1
BAB 8 SK Penunjang Pelayanan Klinis Puskesmas (SK PAYUNG) .1
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS LEBAKSIU
Jl. Bukit Sitanjung No. 44 Telp (0283) 3466776
Kode Pos 52461
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lebaksiu
Pada Tanggal :
BAMBANG SUNGKONO
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
LEBAKSIU
NOMOR : / / /2018
A. PELAYANAN LABORATORIUM:
1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan di Puskesmas
meliputi;
a. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin
Hitung Eritrosit (AE)
Hitung Leukosit (AL)
Hitung Trombosit (AT)
Hematokrit
Golongan Darah A / B / O
b. Kimia Darah
Glukosa Puasa
Glukosa 2 Jam PP
Glukosa Sewaktu
Cholesterol
Asam Urat
c. Serologi
HbsAg
HIV
d. Preparat Mikrobiologi
Preparat BTA (SPS)
2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompetens,
yaitu: analis kesehatan dan petugas dengan minimal lulusan SMAK,
D1 Analis, D2 Analis, D3 Analis dan telah mendapat pelatihan Diklat
Pranata Laboratorium Kesehatan, Diklat Pengelolaan Air dan Limbah,
Diklat Pembiakan Jaringan.
3. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh petugas yang terlatih
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus
dipandu dengan prosedur mulai dari permintaan pemeriksaan,
penerimaan spesimen, pengambilan dan penyimapanan spesimen,
pemeriksaan sampai penyerahan hasil
5. Untuk pemeriksaan kasus-kasus berisiko tinggi diatur sebagai berikut:
a. Untuk pemeriksaan pasien dengan riwayat penyakit hepatitis B,
maka ditetapkan petunjuk teknis pemeriksaan laboratorium yang
beresiko tinggi .
b. Untuk pemeriksaan pasien dengan riwayat HIV/AIDS, maka
ditetapkan petunjuk teknis pemeriksaan laboratorium yang
beresiko tinggi .
c. Untuk pemeriksaan pasien dengan riwayat penyakit Tuberkulosis,
maka ditetapkan petunjuk teknis pemeriksaan laboratorium yang
beresiko tinggi .
6. Petugas pemeriksa laboratorium wajib menggunakan APD
7. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman
menurut ketentuan yang berlaku
8. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus
dikelola sebagai limbah infeksius
9. Reagensia harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
disediakan
10. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada
tempat dan suhu sesuai dengan ketentuan yang berlaku
11. Ketersediaan reagen wajib dievaluasi paling lambat setiap bulan sekali
12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan sebagai berikut:
B. PELAYANAN OBAT:
1. Obat harus tersedia di puskesmas sesuai dengan formularium
puskesmas dalam hal ada kekosongan dokter berhak memberikan
resep luar kepada pasien
2. Yang berhak menulis resep adalah Dokter Umum yang telah memiliki
izin praktek di Uptd Puskesmas Lebaksiu, Dokter Gigi yang telah
memiliki izin praktek di Uptd Puskesmas Lebaksiu, Perawat umum
yang telah memiliki izin praktek di Uptd Puskesmas Lebaksiu dan
telah memiliki Surat Pendelegasian wewenang, Perawat Gigi yang telah
memiliki izin praktek di Uptd Puskesmas Lebaksiu dan telah memiliki
Surat Pendelegasian wewenang, Bidan yang telah memiliki Izin Praktek
di Uptd Puskesmas Lebaksiu dan telah memiliki Surat Pendelegasian
Wewenang.
3. Yang berhak menyiapkan obat adalah Apoteker di Uptd Puskesmas
Lebaksiu, Tenaga Teknis Kefarmasian Dan Tenaga Non Teknis
Kefarmasian yang telah mengikuti On The Job Training (OJT)
4. Obat harus tersedia dalam seminggu dan 24 jam
5. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat satu bulan sekali, ada
metode untuk menilai, mengendalikan penyediaan obat menggunakan
metode yang sudah dengan membandingkan sisa obat dengan stok
optimum sehingga ketersediaan obat dapat terjamin.
6. Obat kadaluwarsa dan rusak tidak boleh diberikan pada pasien dan
meminimalkan adanya obat kadaluwarsa dengan penataan
penyimpanan obat menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Melakukan
penanganan dan pengelolaan obat rusak dan kadaluwarsa sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan.
7. Pemberian Obat narkotika dan psikotropika , diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropikan hanya bolah dilakukan
oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah memiliki Surat Izin
Praktek (SIP) untuk melakukan praktek kedokteran di Uptd
Puskesmas Lebaksiu
b. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika harus dilakukan
sebagai berikut:
Di Gudang Farmasi, di lemari khusus dengan dua (2) kunci yang
berbeda yang selalu disimpan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Di IGD, di lemari khusus dengan dua (2) kunci yang dipegang oleh
petugas jaga yang berbeda. Dengan ketentuan ruang IGD hanya
menyediakan obat psikotropik khusus untuk menangani
kegawatdaruratan
c. Persyaratan petugas yang boleh memberikan atau menyuntikkan
obat psikotropik kepada pasien dalam rangka kegawatdaruratan
adalah dokter umum atau dokter gigi yang telah mempunyai Surat
izin Praktek (SIP) di Uptd Puskesmas Lebaksiu atau Paramedis yang
sudah memilik Surat Izin Kerja (SIK) dan telah mendapat
pendelegasian wewenang dari dokter umum/dokter gigi.
d. Petugas farmasi harus melakukan pengendalian dan pelaporan
penggunaan psikotropika.
8. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi
dan ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter
9. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga tehnis
kefarmasian dengan memperhatikan higiene dan kebersihan
10. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan
tiap-tiap obat.
11. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi
minimal: tanggal, nama pasien, aturan pakai, cara pemakaian dst.
12. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat
alergi dan efek samping obat
13. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat
dalam rekam medis
14. Petugas farmasi dan semua petugas pemberi layanan klinis untuk bisa
bekerja sama dalam hal identifikasi dan pelaporan adanya Kejadian
Tidak Diinginkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC) sehubungan
dengan pelayanan kefarmasian di Puskesmas agar dapat dilakukan
tindak lanjut dan perbaikan pelayanan. Pelaporan dilakukan oleh
penanggungjawab farmasi kepada Tim Mutu
15. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk
mengatasi jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan
16. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera
diganti jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi
17. Petugas penulis resep dan penanggungjawab farmasi harus mengikuti
prosedur peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat yang ditetapkan
18. Petugas penulis resep dan penanggungjawab farmasi harus mengikuti
prosedur peresepan, pemesanan dan pengelolaan yang ditetapkan
No Singkatan Kepanjangan
1 As.Folat Asam Folat
2 As.Met Asam Mefenamat
3 B1 Vitamin B1
4 B12 Vitamin B12
5 B6 Vitamin B6
6 BC Vitamin B Komplek
7 CPZ Klorpromazine
8 CTM Klorpromazine
9 Diaz Diazepam
10 Amox Amoxisillina
11 Dexa Dexamethasone
12 ISDN Isosorbid Dinitrat
13 Kalk Kalsium Laktas
14 MP Methilprednisolone
15 Na.Dik Natrium Diklofenak
16 OMZ Omeprazole
17 PCT Paracetamol
18 Ranit Ranitidin
19 Salbu Salbutamol
20 GG Gliseril Guaiacolat
21 Vit.C Vitamin C
1 Dominan Intake ( NI )
NI.1. Keseimbangan Energi
a. NI.1.1 Peningkatan energy ekspenditur
b. NI.1.2 Asupan Energi tidak adekuat
c. NI.1.3 Kelebihan Asupan Energi
d. NI.1.4 Perkiraan asupan energi sub optimal
e. NI.1.5 Perkiraan kelebihan asupan energi
NI.2. Asupan Melalui Oral atau Dukungan
a. NI.2.1 Gizi
b. NI.2.2 Asupan Oral tidak adekuat
c. NI.2.3 Kelebihan asupan oral
d. NI.2.4 Enternal nutrisi tidak adekuat
e. NI.2.5 Kelebihan infuse enternalnutrisi
f. NI.2.6 Komposisi atau modalitas makanan
enteral nutrisi kurang optimal
g. NI.2.7 Parenteral nutrisi tidak adekuat
h. NI.2.8 Kelebihan infuse parental nutrisi
i. NI.2.9 Komposisi atau modalitas nutrisi
parental kurang optimal
Daya terima makanan terbatas
NI.3 AsupanCairan
a. NI.3.1 Asupan cairan tidak adekuat
b. NI.3.2 Kelebihan asupan cairan
NI.4 SubstansiBioaktif
a. NI.4.1 Asupan substansibioaktif tidak
adekuat
b. NI.4.2 Kelebihan asupan subtansibioaktif
c. NI.4.3 Kelebihan asupan alcohol
NI.5 ZatGizi
a. NI.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi
b. NI.5.2 Malnutrisi
c. NI.5.3 Asupan protein tidak adekuat
d. NI.5.4 Penurunan kebutuhan gizi
e. NI.5.5 Ketidak seimbangan zat gizi
f. NI.5.6 Lemak dan Kolesterol
NI.5.6.1 Asupan lemak tidak adekuat
NI.5.6.2 Kelebihan asupan lemak
NI.5.6.3 Kelebihan asupan lemak yang kurang
optimal (sebutkan)
g. NI.5.7 Protein
NI.5.7.1 Asupan protein tidakadekuat
NI.5.7.2 Kelebihan asupan protein
NI.5.7.3 Asupan protein danasam amino kurang
dari optimal (sebutkan)
h. NI.5.8 Karbohidratdanserat
NI.5.8.1 Asupan karbohidrat tidak adekuat
Kelebihan asupan karbohidrat
NI.5.8.2
Asupan jenis karbohidrat kurang dari
NI.5.8.3
optimal (sebutkan)
Asupan karbohidrat tidak konsisten
NI.5.8.4
Asupan serat tidak adekuat
NI.5.8.5 Kelebihan asupan serat
NI.5.8.6 Vitamin
i. NI.5.9 Asupan vitamin tidak adekuat
NI.5.9.1 (sebutkan)
1. A
2. C
3. D
4. E
5. K
6. Thiamin
7. Riboflavin
8. Niacin
9. Asamfolat
10. Vitamin B6
11. Vitamin B12
12. AsamPantotenat
13. Biotin
NI.5.9.2 Kelebihan asupan vitamin (sebutkan)
1. A
2. C
3. D
4. E
5. K
6. Thiamin
7. Riboflavin
8. Niacin
9. Asamfolat
10. Vitamin B6
11. Vitamin B12
12. AsamPantotenat
13. Biotin
j. NI.5.10 Mineral
NI.5.10.1 Asupan mineral tidak adekuat
(sebutkan)
1. Kalsium
2. Khlorida
3. Zatbesi
4. Magnesim
5. Kalium
6. Fosfor
7. Natrium
8. Seng
9. Sulfat
10. Fluor
11. Tembaga
12. Iodium
13. Selenium
14. Mangan
15. Khrom
16. Molibdenum
17. Boron
18. Kobalt
NI.5.10.2 Kelebihan asupan mineral (sebutkan)
1. Kalsium
2. Khlorida
3. Zatbesi
4. Magnesim
5. Kalium
6. Fosfor
7. Natrium
8. Seng
9. Sulfat
10. Fluor
11. Tembaga
12. Iodium
13. Selenium
14. Mangan
15. Khrom
16. Molibdenum
17. Boron
18. Kobalt
LAIN LAIN
NO.1.1 Tidakada diagnosis gizi saat ini.
F. ICD X KIA-KB
Hamil Normal : O00.0 : Abdominal pregnancy
Pemeriksaan kehamilan normal Trimester I : Z34.0 Supervision of
normal first pregnancy
Abortus imminens : O20.0 : Threatened abortion
Pemasangan IUD : Z30.1 Insertion of (intrauterine) contraceptive
device
Hiperemesis gravidarum tingkat I: O21.0 : Mild hyperemesis
gravidarum
Pre eklamsia ringan : O14.0 : Moderate pre - eclampsia
Menorarghia : N92.0 : Excessive and frequent menstruation with
regular cycle
Menometrorarghia : N92.1 : Excessive and frequent menstruation
with irregular cycle
Partus spontan normal :O80.0 : Spontaneous vertex delivery
Asfiksia ringan : P21.1 : Mild and moderate birth asphyxia
Ikhterus neonatorum : P59.9 : Neonatal jaundice, unspecified
Oral Trush : B37.0 : Candidal stomatitis
Cephalhematom : P12.0 : Cephalhaematoma due to birth injury
Perlu imunisasi terhadap diphteri, pertussis, tetanus dan polio :
Z27.3 : Need for immunization against diphtheria-tetanus-pertussis
with poliomyelitis [DTP + polio]
Perlu imunisasi polio : Z24.0 : Need for immunization against
poliomyelitis
Perlu imunisasi BCG : Z23.2 : Need for immunization against
tuberculosis [BCG]
Perlu imunisasi tetanuss : Z23.5 : Need for immunization against
tetanus alone
Perlu imunisasi campak : Z24.4 : Need for immunization against
measles alone
Perlu imunisasiterhadap hepatitis virus : Z24.6 : Need for
immunization against viral hepatitis
Keterlambatan perkembangan : R62.0 : Delayed milestone
Hemangioma : D18 : Hemangioma
Pneumonia : J18.9 : Pneumonia, unspecified
Common cold : J00 : Acutenasopharyngitis [common cold]
Diare : P78.3 : Noninfective neonatal diarrhea
Pemeriksaan nifas : Z39.2 : Routine postpartum follow-up
Komplikasi postpartum : O90.9 : Complication of the puerperium,
unspecified
Baby Blues : F53.0 : Mild mental and behavioural disorders
associated with the puerperium, not elsewhere classified
Depresi Postpartum : F53.1 : Severe mental and behavioural
disorders associated with the puerperium, not elsewhere classified
Down Syndrome : Q90 : Down Syndrome
Mastitis : N61 : Inflammatory disorders of breast
Kista ovarium, tidak spesifik :N83.2 : Other and unspecified
ovarian cysts
Abortus Spontan : O03.9 : Spontaneous abortion, complete or
unspecified, without complication
Hipertensi kronis : O10.0 : Pre-existing essential hypertension
complicating pregnancy, childbirth and the puerperium
Hipertensi gestasional : O13 : Gest [pregnancy-induced] hypertens
without sig proteinuria
Oedema pada masa kehamilan : O12.0 : Gestational oedema
Kehamilan dengan proteinuria : O12.1 : Gestational proteinuria
Kehamilan dengan oedema dan proteinuria : O12.2 : Gestational
oedema with proteinuria
Kelainan Plasenta : O43.9 : Placental disorder, unspecified
Partus Lama : O63 : Long Labor
Robekan Perineum : O70 : Perineal laceration during delivery
Perdarahan Postpartum : O72 : Postpartum hemorrhage
Retensio Plasenta : O73 : Retained placenta and membranes,
without hemorrhage
Fetal distress : O76 : Depressed fetal heart tones
Hiperemesis Gravidarum : O21 : Hyperemesis gravidarum
Varises di area Vagina : O22.1 : Genital varices in pregnancy
Hemoroid saat hamil : O22.4 : Haemorrhoids in pregnancy
Siphilis : A53.9 : Syphilis, unspecified
Gonorrhea : A54.9 : Gonococcal infection, unspecified
Vaginitis Akut : N76.0 : Acute vaginitis
Hamil Kembar : O30.0 : Twin pregnancy
Presentasi bokong : O32.1 : Maternal care for breech presentation
Presentasi muka :O32.3 : Maternal care for face, brow and chin
presentation
C. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau
secara rutin
2. Prasarana puskesmas, yang meliputi air, linstrik dst harus dipantau
secara periodik, dipelihara, dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi
3. Hasil pemantauan, pemeliharaan, dan perbaikan harus
didokumentasikan
4. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan dengan
benar, dimonitor penyimpanan dan penggunaannya, dan ditindak
lanjuti
5. Harus disusun program menjamin lingkungan puskesmas yang aman
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan,
pemantauan dan evaluasi
6. Harus disusun program pemeliharaan peralatan, meliputi
perencanaan, pelaksanaaan, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu
8. Peraltan steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar
Ditetapkan di : Bantul
Pada Tanggal : 27 November 2015
Kepala Puskesmas