Laporan Praktikum Fix
Laporan Praktikum Fix
Laporan Praktikum Fix
MIKROBIOLOGI PANGAN
Dosen Pembimbing :
Cucuk Suprihartini, STP, M.Kes
Arya Ulilalbab , STP, M.Kes
Kelompok 4 :
1. Dewi Sulastri (201505006)
2. Efransiana Menge (201505011)
3. Emika Maurice Diaz (201505014)
4. Fakhriya muvida (201505017)
5. Friska Widiastuti (201505020)
6. Ririn Septiani (201505035)
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang sangat terkenal di Indonesia.
Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe yang menggunakan
bahan baku kedelai. Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe menyebabkan
perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna
oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena tempe tahan hanya selama 2
x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau
mikroba perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk ( Sarwono, 2005)
Selain meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah
aroma kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Jamur yang berperanan
dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting
dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan
menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin vitamin B, kebutuhannya akan senyawa
sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke
dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990).
Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungidengan cirikhas
memiliki filamen(miselium).Kapang termasuk mikrobayang penting dalam mikrobiologi
pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak
menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai
filamendan pertumbuhannya padamakanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika
spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.
Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari
mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari
kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam
kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek
yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh
keadaan sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan
1. Jamur pada Tempe
Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku
kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada
pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus oligosporus. Fermentasi pada
tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh aktivitas dari
enzim lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi tempe akan meningkatkan kandungan
fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja enzim fitase yang dihasilkan kapang Rhizopus
oligosporus yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan fhosfat yang
bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam fermentasi tempe tidak memproduksi toksin,
bahkan mampu melindungi tempe dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa
antibakteri yang diproduksi oleh kapang tempe selama proses fermentasi (Koswara,
1995).
Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah biji
kedelai yang telah direbus dan mikroorganisme yang digunakan berupa kapang antara
lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (dapat terdiri atas
kombinasi dua spesies atau ketiganya) dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu
30C, pH awal 6.8, kelembaban nisbi 70-80% (Ferlina, 2009).
2. Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan yang dikonsumsi secara masal dalam
jumlah yang besar. Umumnya kacang tanah disimpan terlebih dahulu sebelum dipasarkan dan
dikonsumsi. Selama penyimpanan kacang tanah dapat terserang oleh tikus, serangga, tungau
dan mikroorganisme. Kapang merupakan mikroorganisme utama yang menyerang kacang
tanah. Kapang yang menyerang kacang tanah selama penyimpanan merupakan kapang
pascapanen yang berasal dari genus Aspergillus, Eurotium dan Penicillium. Serangan kapang
pada kacang tanah dapat menyebabkan penurunan kualitas fisik biji, perubahan warna,
penurunan kandungan nutrisi, dan kontaminasi mikotoksin (Sauer et al., 1992). Sartini (2008)
menyatakan bahwa, terdapat tujuh jenis kapang yang merusak kacang tanah, yaitu Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Aspergillus parasiticus, Cladosporium sp., Fusarium sp.,
Penicillium sp., dan Mucor sp. Kontaminasi kapang dapat menyebabkan zat karsiogenik yang
merupakan salah satu zat yang dihasilkan dari kacang tanah yang sudah terkontaminasi, jika
kacang tanah yang tekontaminasi kapang dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan
gangguan kesehatan (Bahri, 2001).
3. Kecap Asin
Kecap asin adalah sejenis kecap yang rasanya asin. Kecap asin merupakan hasil
fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein tinggi di dalam larutan garam. Kecap
berwarna coklat tua, berbau khas, rasa asin dan dapat mempersedap rasa masakan.
Kecap asin terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau
bahkan ikan laut.
4. Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang
diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri
pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu adalah pati, sekitar 70% yang
terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya kandungan amilosa dalam pati ialah
sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi
Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan memerlukan air lebih
banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya.
Umumnya, dalam pembuatan roti digunakan tepung terigu protein tinggi untuk
mendapatkan volume yang besar, tetapi ada kemungkinan roti menjadi alot. Oleh
karena itu, dalam pembuatan roti perlu penambaha bahan - bahan lain yang berfungsi
untuk mengempukkan roti seperti gula, margarine atau mentega, dan kuning telur
dengan kompo sisi tertentu. Pencampuran tepung terigu protein tinggi dengan tepung
terigu protein sedang juga dapat dilakukan, tujuannya agar kadar protein terigu turun
sehingga roti yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, seperti tekstur lebih lembut
(Mudjajanto & Yuliati, 2004).
5. PCA
Medium plate count agar (PCA) dapat berfungsi sebagai medium untuk
menumbuhkan mikrobia (Partic, 2008). Untuk penggunaannya, PCA instant sebanyak
22,5 gram untuk 1 Liter aquades. Berdasakan komposisinya, PCA termasuk ke dalam
medium semisintetik, yaitu medium yang komponen dan takarannya sebagian
diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti (Partic, 2008). PCA berwarna
putih keabuan, berbentuk granula. Sebelum dipanaskan tidak larut sepenuhnya dalam
air, tetapi masih terlihat serbuk-serbuknya, berwarna kuning dan terlihat keruh. Setelah
dipanaskan serbuk media larut seluruhnya dalam air, berwarna kuning (Partic, 2008).
6. Tahu Putih
Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan
menggunakan bahan penggumpal protein seperti asam, garamkalsium, atau bahan
penggumpal lainnya. Tahu merupakan makanan sehari - hari yang sering dikonsumsi
dalam bentuk makanan ringan seperti gorengan. Pada skala industri pembuatan tahu
membutuhkan alat khusus, seperti alat penggilingan kedelai menjadi bubur.Namun
tahu juga dapat dibuat dalam skala rumah tangga atau industri kecil, dimana tahu
dibuat dengan menggunakan blender untuk proses penggilingan kedelai,namun mutu
tahu yang dihasilkan kurang baik (Wikipedia, 2011).
Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air
dipengaruhi oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan
penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam
kalsium. Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak
terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan-
makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein 6agak rendah. Selain
air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet rendah (Hamid, 2012).
7. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan prosedur untuk mematikan semua organisme yang terdapat
pada atau di dalam suatu benda. Prosedur sterilisasi dalam laboratorium mikrobiologi
pada garis besarnya terbagi atas tiga cara :
1. Penggunaan panas
2. Penggunaan bahan kimia
3. Penyaringan / filtrasi
Bila panas digunakan bersama-sama uap air maka cara demikian dikenal dengan
sterilisasi panas lembab ( sterilisasi basah ), jika penggunaan panas tanpa uap air maka
disebut sterilisasi panas kering ( sterilisasi kering ). Sterilisasi kimiawi dapat dilakukan
dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode yang tepat didasarkan atas sifat
bahan yang akan disterilisasikan.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
1. Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi, dll.
Uap air panas bertekanan: menggunalkan autoklaf
2. Radiasi
Sinar Ultra Violet (UV) juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya
untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Biological
Safety Cabinet (BSC) atau Laminar Air Flow (LAF) dengan disinari lampu UV.
Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs
Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan.
8. Pengamatan mikroskopis
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium
sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita
dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini
membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop, macam
mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya.
Mikroskop sebagai alat utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian
dalam bidang biologi, untuk mempelajari struktur benda-benda yang kecil. Ada dua
prinsip dasar yang berbeda pada miroskop, yang pertama mikroskop optik dan yang
kedua mikroskop elektron. Mikroskop optik, lebih sering digunakan dan sudah
dimiliki oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia. Dari mikroskop optik ini
perlu dibedakan antara mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi
digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis dan transparan. Jika yang diamati
tebal misalnya jaringan, harus dibuat sayatan yang tipis. Benda yang diamati
biasanya diletakan diatas kaca objek, dalam medium air, dan ditutup dengan kaca
penutup yang tipis (cover glass).
9. Isolasi Mikroorganisme
Untuk mempelajari jenis dan sifat mikroorganisme, maka mikroorganisme
tersebut harus diisolasi dari lingkungannya dan dipelihara pada medium yang sesuai
untuk pertumbuhannya. Teknik untuk memisahkan mikroorganisme dari lingkungannya
dikenal dengan isolasi. Isolasi akan menghasilkan biakan yang tidak bercampur dengan
yang lain. Biakan yang sudah tidak bercampur dengan jenis lain disebut biakan murni.
10. Pengecatan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteriKlebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram
negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding
sel mereka.
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna
ungugelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak.
Bakteri gram positif bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru
atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel bakteri (Aditya, 2010).
BAB III
METODOLOGI
a) Sterilisasi Alat
Sterilisasi kering pada oven
1) Membungkus dengan kertas bekas alat-alat yang akan disterilisasi yaitu gelas
ukur, gelas kimia dan labu erlenmeyer dengan suhu
2) Memasukkan alat-alat yang akan disterilisasi ke dalam oven.
Sterilisasi basah pada autoclaf elektrik
1) Mengisi wadah autoklaf dengan alat-alat yang akan disterilkan.
2) Menutup rapat autoklaf.
3) Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 2 jam pada suhu 121C.
Prosedur Kerja :
1. Panaskan jarum ose diatas api. Lalu jarum ose diangin-anginkan di atas api
2. Ambil sampel dengan jarum ose, kemudian diletakkan di kaca obyektif yang
sudah ditetesi aquades sebelumnya
3. Panaskan jarum ose seperti langkah pertama untuk mensterilisasi agar bakteri
tidak menempel dijarum ose sehingga mikroorganisme yang tidak diinginkan
hilang
4. Letakkan kaca obyektif diatas pentas mikroskop lalu dijept agar kaca obyektif
tidak bergeser
5. Lalu sesuaikan agar sampel dapat diamati dengan jelas
Cara kerja
Cara kerja
4) Cara suspensi
Bahan dan alat :
Cawan petri steril
Tabung berisi media sesuai dengan sampel
Pipet steril
Ose/ jarum inokulasi
Alcohol 70%
Penangas air
Pembakar spiritus
Bahan padat sebagai sampel
Cara kerja :
Cara kerja :
1. Biji-bijian yang akan diperiksa diperlukan sebagai berikut
a. Tidak dicuci dengan aquadest steril
b. Dicuci dengan aquadest
c. Dicuci dengan KMnO4
d. Dicuci dengan KMnO4 kemudian dibilas dengan aquadest steril
2. Pinset dibersihkan dengan alcohol 70% dan sterilkan dengan membakarnya diatas
nyala api
3. Dengan pinset yang sudah steril letakkan biji-bijian di atas permukaan medium
dalam cawan petri pada jarak yang tidak dekat satu dengan lain
4. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang dalam kondisi
normal ( tidak dibalik ) dan amati pertumbuhan yang terjadi
Sel bakteri tidak berwarna sehingga sukar untuk diamati secara langsung. Oleh karena itu
pengamatan sel bakteri dilakukan dengan cara pengecatan / pewarnaan sel
Tujuan untuk mencirikan bakteri menjadi salah satu diantara 2 ( dua ) kelompok, yaitu :
a. BAKTERI GRAM POSITIF ( WARNA UNGU GELAP )
b. BAKTERI GRAM NEGATIF ( WARNA MERAH )
Larutan pewarna, ada 4 Jenis Zat Warna , yaitu :
1. UNGU KRISTAL / KRISTAL VIOLET ( GRAM A )
2. YODIUM ( GRAM B)
3. ALKOHOL ASETON ( GRAM C )
4. SAFRANIN (GRAM D )
1) Bahan :
- Sampel agar dengan bakteri di Lab Diit
- Garam A,B,C,D
- Aquadest
2) Alat :
- Bunsen
- Ose
- Mikroskop
- Kaca objek
3) Metode :
- Bersihkan kaca objek dengan alcohol
- Teteskan 2-3 aquadest steril pada kaca objek
- Sterilkan ose, masukkan pada alcohol setelah itu panaskan di atas api
- Ambil biakan dengan ose, letakkan di atas tetesan aquadest steril dan ratakan seluar
1cm
- Keringkan olesan dengan dipanaskan di atas api / fiksasi olesan dengan cara
melewatkan gelas objek diatas nyala api hingga kering
- Teteskan larutan gram A sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 1 menit
- Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest
- Teteskan larutan gram B sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 1 menit
- Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest
- Teteskan larutan gram C sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 30 detik
- Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest
- Teteskan larutan gram D sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 30 detik
- Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest, lalu keringkan sisa aquadest dengan
tisu secara hati hati
- Amati morfologi bakteri menggunaka mikroskop
f) TPC
Bahan :
Cara kerja
Pembuatan Media :
Pengenceran :
1. Siapkan tabung reaksi steril yang sudah berisi aquadest sebanyak 10 tabung berisi 9 ml
dan 2 tabung reaksi berisi 5 ml untuk metode swab
2. Thowing sampel padatan yang disimpan dalam refrigerator pada air yang mengalir
3. Setelah itu ukur sampel 2 x 2 cm
4. Masukkan swab pada tabung reaksi yang berisi aquadest 5 ml
5. Setelah itu ambil sampel swab, oleskan swab pada sampel sebanyak 4x pada sampel yang
sudah diukur
6. Masukkan kembali swab yang berisi aquadest 5 ml dan kocok sebanyak 25 kali
7. Lalu ambil larutan 1 ml sampel swab dan masukkan pada tabung reaksi yang berisi 9 ml
aquadest, setelah itu masukkan kapas sebagai P-1
8. Ambil sampel P-1 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 2 sebagai P-2
9. Ambil sampel P-2 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 3 sebagai P-3
10. Ambil sampel P-3 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 4 sebagai P-4
11. Ambil sampel P-4 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 5 sebagai P-5
Metode Penanaman Bakteri
1. Ambil sampel P-3, P-4, P-5 lalu masing-masing 1 ml dituangakan kedalam cawan petri
2. Lalu tuangkan media pada cawan petri
3. Setelah itu letakkan pada tempat yang datar kemudian dinginkan dengan cara
menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan diatas meja.
4. Lalu inkubasi pada suhu ruang selama 48 jam atau 2 hari, setelah itu lakukan hal yang
sama pada sampel refrigerator dan freezer
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Kapang Tempe
( Menggunakan perbesaran
100X )
Aspergillus
1. Jagung kering flavus
Aspergillus
2. Kacang tanah flavus
Rhizopus
4. Tempe oryzae
5. Jenang
6. Bakpia
7. Roti
8. Strawberry
2 Cair sebar (
kecap asin)
3 Cair tuang
(kecap asin )
4 Tabur padat
5 suspensi
Lampiran
No Perlakuan Gambar pertumbuhan Indicator
Sesudah Pertumbuhan Pertumbuhan
cambah bakteri
1 Aquadest +++ +
2 Aqua +++++ +
3 Biasa ++++ -
4 Alcohol +++ -
C. Pengecatan gram
Perbesaran 1000x
KETERANGAN :
BAB V
PEMBAHASAN
1) Sterilisasi
Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme,
atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak
keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam
agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan
nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya,
pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air,
makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah
nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris
bawahi pada umumnya digunakan cara untuk memusnahkan dan mengontrol kehidupan mikroba.
Fungsi Sterilisasi
Tujuan utama yaitu mematikan, menyingkirkan atau mengahambat pertumbuhan mikroorganisme
adalah :
1. Untuk mencegah inflasi pada manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Untuk mencegah makanan dan lain-lain menjadi rusak.
3. Untuk mencegah gangguan kontaminasi terhadap mikroorganisme.
4. Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai.
Nutrient Agar (NA)
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang merupakan
perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient Agar (NA) merupakan
suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan
untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan
bahan lainnya. Komposisi Nutrient Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5
gram dan agar 15 gram. Formula ini tergolong relatif simpel untuk menyediakan nutrisi-nutrisi
yang dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme.
Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan sebagai bahan
dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat yang sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Ekstrak daging sapi
mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen
organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang sebagian
merupakan asam amino dan peptide rantai panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan
pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak
mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media
berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri.
Di Indonesia sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya
industri produk susu dan juga di pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua bakteri dapat
dibiakkan pada media ini karena media ini hanya mengisolasi bakteriantraks dan stafilokokus.
Prosedur pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient agar ke dalam 1 L air
kemudian dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan ke dalam tabung dan disterilkan selama
15 menit pada suhu 1210C. Kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 80C dan
terlindung dari sinar secara langsung.
2) Morfologi kapang
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada
makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya
mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa (tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari
hifa disebut miselium (tunggal = mycelium, Jamak = mycelia) (Pelczar,2005).
Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau
regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal,struktur tubuh, sifat hidup, habitat, pertumbuhan, dan
reproduksinya. Fungi terdiridari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentus, sedangkan
khamir bersifat uniselular. Istilah cendawan, kapang, khamir maupun ragi seringkali dicampur-
baurkan, padahal masing-masing istilah tersebut memiliki pengertian yangberbeda-beda. Untuk
memudahkan istilah-istilah tersebut, para pakar biologi kemudian menyatukannya ke dalam satu
golongan yaitu jamur atau fungi. Kita mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun
tidak sebaik tumbuhanlainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu
tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai
atau jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
oryzae. Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan merupakan sumber protein nabati.
Cara tuang dimana hal ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan bakteri
mesofil aerob, yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya, sehingga akan
teramati bahwa pertumbuhan bakteri mesofil aerob tersebut akan berada dipermukaan
lempeng agar, karena pertumbuhannya yang mencari oksigen. Oleh karena itu, pada
pengamatan tepung terigu ini, dicari hanya koloni bakteri yang tumbuh di permukaan
lempeng agar. Masa inkubasi dilakukan dengan membalik cawan petri yang berisi biakan
pada tepung.
c. PENGECATAN GRAM
Pewarnaan gram ini bertujuan untuk mlihat bakteri bersifat gram positif atau
negatif dan bentuknya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938)
yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna
merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe
bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Dalam pewarnaan gram di perlukan empat reagen yaitu :
Zat warna utama (violet kristal)
Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk
mengintensifkan warna utama.
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zatwarna utama.
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga
alcohol.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu
dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak
ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Macam-macam pewarnaan:
Cat Gram A
Berwarna ungu karena mngandung kristal violet. Cat gram A merupakan cat primer yang
akan memberikan warna mikroorganisme target.Semua mikroorganisme akan berwarna
ungu sesuai cat warna cat gram A.
Cat Gram B
Cat gram B berwarna coklat. Cat ini merupakan cat mordan, yaitu cat/ bahan kimia yang
berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Pengikatan warna
oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat)
Cat gram C
Cat gram ini tidak berwarna / bening. Berfungsi untk melunturkan warna cat sebelumnya
akibat pemberian warna tersebut :
a. Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol,
ikatan antar cat dengan bakteri tidak dilunturkan dengan alkohol.bakteri yang demikian
dinamakan bakteri gram positif
b. Mikroorganisme akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan
antara cat dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian
dinamakan bakteri gram negatif
Cat Gram D
Merupakan cat skunder atau kontras. Cat ini berwarna merah berfungsi sebagai pemberi
warna mikroorganisme non target.Cat Skunder mempunyai spektrum warna yang berbeda
dari cat primer. Akibat pemberian cat gram D :
a. Bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu karena tidak jenuh mengikuti cat gram
A sehingga tidak mampu lagi mengikat cat gram D.
b. Bakteri gram negatif berwarna merah karena cat sebelumnya telah dilunturkan oleh
cat gram C, maka akan mampu mengikat cat gram D.
Kisaran suhu yang digunakan dalam proses pendinginan biasanya antara 1oC
sampai + 4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan
terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pangan selama
beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya.
Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga adalah dalam lemari es
yang mempunyai suhu 2oC sampai + 16oC.
Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira 17oC atau lebih
rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan
yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara 12oC sampai 24oC. Dengan
pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang
beberapa tahun.
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas
mikroba.
o Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10oC
o Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada suhu kira-
kira 3,3oC.
o Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4oC sampai 9,4oC
Jumlah mikroba yang terdapat pada produk yang didinginkan atau yang
dibekukan sangat tergantung kepada penanganan atau perlakuan-perlakuan yang
diberikan sebelum produk itu didinginkan atau dibekukan, karena pada
kenyataannya mikroba banyak berasal dari bahan mentah/ bahan baku. Setiap
bahan pangan yang akan didinginkan atau dibekukan perlu mendapat perlakuan-
perlakuan pendahuluan seperti pembersihan, blansing, atau sterilisasi, sehingga
mikroba yang terdapat dalam bahan dapat sedikit berkurang atau terganggu
keseimbangan metabolismenya.
Misalnya :
Mentega dan susu akan menyerap bau ikan dan bau buah-buahan
Telur akan menyerap bau bawang
Suhu
Kualitas bahan mentah
Sebaiknya bahan yang akan disimpan mempunyai kualitas yang
baik
Perlakuan pendahuluan yang tepat, Misalnya pembersihan/
pencucian atau blansing
Kelembaban
Umumnya RH dalam pendinginan sekitar 80 95 %. Sayur-
sayuran disimpan dalam pendinginan dengan RH 90 95 %
Aliran udara yang optimum
Distribusi udara yang baik menghasilkan suhu yang merata di
seluruh tempat pendinginan, sehingga dapat mencegah
pengumpulan uap air setempat (lokal).
d. Keuntungan penyimpanan dingin :
Dapat menahan kecepatan reaksi kimia dan enzimatis, juga
pertumbuhan dan metabolisme mikroba yang diinginkan. Misalnya
pada pematangan keju..
PENGENCERAN
Tujuan dari pengencera bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi Jumlah mikroba
yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran
tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk
sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.
METODE SWAB
Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud atau kapas steril pada sampel yang
memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut.
Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud atau
kapas memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton budatau kapas kontak dengan
permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud atau kapas dicelupkan terlebih dahulu
ke dalam larutan atraktan semisal pepton water.
1. Perbedaan refri dan freezer
Pada hasil pengamatan perhitungan mikroorganisme metode swab pada tahu yang
disimpan pada refrigerator dan frezzer dapat diketahui bahwa jumlah mikroorganisme
lebih banyak pada hati yang disimpan pada freezer. Hal ini disebabkan karena suhu
frezzer lebih rendah dibandingkan suhu pada refrigerator.
Pengaruh pengenceran Pengenceran yang terlalu encer, maka koloni yang terbentuk
hanya sedikit saja bahkan menghasilkan TFTC (Too Few To Count). Dan apabila sampel terlalu
pekat, jumlah koloni yang dihasilkan bisa menjadi sangat banyak bahkan sampai tidak bisa
dihitung atau menghasilkan TNTC/TBUD (Waluyo, 2005)..
Namun dari hasil pengamatan, pengenceran dengan refregerator dan freezer dapat
diketahui bahwa semakin tinggi pengenceran, tidak semakin sedikit dan hasilnya tidak konstan.
Hal ini disebabkan kemungkinan kesalahan pada saat perhitungan koloni, metode thawing
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37884/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.unila.ac.id/12595/3/Bab%20II.pdf
Basak B, Md. Ahsan HP, Muhammad SR, Sharif UT, Bimol CR. 2002. Azolla (Azolla
pinnata) as a feed ingredient in broiler ration. Poultry Science 1(1): 29-34.
URL: http://www.pjbs.org/ijps
http://hestcassie.wordpress.com/2013/03/12/laporan-praktikum-mikrobiologi-pengenalan-alat-
alat/ di akses pada hari jumat 4 Oktober 2013
http://imakssterilisasimikrobiologi.blogspot.com/ di akses pada hari jumat 4 Oktober 2013
http://lapaktip.blogspot.com/2013/03/laporan-praktikum-mikrobiologi.html di akses pada hari
jumat 4 Oktober 2013
http://lapaktip.blogspot.com/2013/03/laporan-praktikum-mikrobiologi.html di akses pada hari
jumat 4 Oktober 2013
http://mainkanakbugis.blogspot.com/2012/12/pengenalan-alat-alat-mikrobiologi.html di akses
pada hari jumat 4 Oktober 2013
http://natureisalam.blogspot.com/2013/02/sterilisasi.html di akses pada hari jumat 4 Oktober
2013
http://noberanagbio.blogspot.com/2011/11/bab-i-pendahuluan.html di akses pada hari jumat 4
Oktober 2013
http://teckhnologyproductagricultural.blogspot.com/2012/12/pengenalan-alat-alat.html di akses
pada hari jumat 4 Oktober 2013
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/07/definisi-sterilisasi.html di akses pada hari jumat 4
Oktober 2013
http://widiindrakesuma.blogspot.com/2013/03/praktikum-mikrobiologi-sterilisasi-alat.html di
akses pada hari jumat 4 Oktober 2013
Sumberhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci/article/download/994/1020