Spo Jurnal Mukoadesif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sistem penghantaran obat pada dekade belakangan ini telah


sampai pada penggunaan teknologi mukoadhesif. Beberapa keunggulan
mukoadhesif ketika diaplikasikan kepada sistem penghantaran obat antara lain,
dapat meningkatkan kepatuhan pasien mengkonsumsi obat karena bentuk
sediaannya dapat diterima dengan baik oleh pasien, meningkatkan efikasi obat,
mengurangi efek samping, jarak pemberian dosis lebih panjang, maka kebutuhan
tidur penderita tidak terganggu dan tentu saja berimbas pada pencapian kualitas
hidup pasien yang lebih baik.
Berbagai macam polimer mukoadhesif dapat ditemukan di alam, dibuat
semi sintetik, maupun sintetik. Uji daya lekat mukoadhesif dari beberapa polimer
eksipien sangat penting dalam pengembangan sediaan lepas lambat oral dengan
sistem mukoadhesif untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan mukoadesif?
2. Bagaimana manfaat sistem penghantaran obat mukoadesif dalam
bidang farmasi?
3. Bagaimana metode pembuatan sistem penghantaran obat mukoadesif?
4. Bagaimana profil pelepasan obat mukoadesif?
5. Apa saja kelebihan sistem penghantaran mukoadesif?
6. Bagaimana aplikasi yang dapat diterapkan dari sistem penghantaran
obat mukoadesif?

1.3 Tujuan Pembelajaran


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain :
1. Mengetahui sistem penghantaran obat mukoadesif

1
2. Mengetahui manfaat sistem penghantaran obat mukoadesif dalam
bidang farmasi
3. Mengetahui metode pembuatan sistem penghantaran obat mukoadesif
4. Mengetahui profil pelepasan obat mukoadesif
5. Mengetahui kelebihan sistem penghantaran obat mukoadesif
6. Mengetahui aplikasi yang dapat diterapkan dari sistem penghantaran
obat mukoadesif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mukoadesif

Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan


lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul
musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal


sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi
kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat. Dalam beberapa tahun
terakhir banyak sistem penghantaran obat mukoadhesif telah dikembangkan untuk
penggunaan oral, buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan
lokal.

Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak


antara adhesif sensitif-tekanan dan permukaan. The American Society of testing
and materials mendefinisikan sebagai keadaan di mana dua permukaan yang
diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi,
aksi atau keduanya saling terkait.

Dalam sistem biologis, bioadhesi dapat dibedakan menjadi empat jenis:

1. Adhesi sel yang normal pada sel normal lain


2. Adhesi sel dengan zat asing
3. Adhesi sel yang normal terhadap sel patologis.
4. Adhesi suatu adhesif/perekat terhadap zat biologis

Untuk tujuan penghantaran obat, istilah bioadhesi menyiratkan pelengkap


sistem pembawa obat menuju lokasi biologis yang spesifik. Permukaan biologis
dapat menjadi jaringan epitel. Jika tambahan perekat adalah sebuah lapisan

3
mukus, fenomena ini disebut sebagai mukoadhesi. Bioadhesi dapat dimodelkan
setelah tambahan bakteri menuju permukaan jaringan, dan mukoadhesi dapat
dimodelkan setelah pelekatan mukus pada jaringan epitel.

2.1.1 Kategori aplikasi Mukoadesif

Tiga kategori utama aplikasi sediaan mukoadhesif dalam sistem penghantaran


obat adalah:

1. Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan ini telah diteliti secara


intensif untuk system penghantaran/pelepasan obat terkendali yang
diberikan secara oral dan rute pemberian okuler.
2. Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi. Tablet mukoadhesif atau
laminat menunjukkan sifat pelepasan obat yang menguntungkan jika
digunakan melalui rute bukal.Sediaan dalam bentuk partikel mikro (micro
particles) sudah berhasil digunakan pada aplikasi obat melalui nasal.
Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara rectal dan
vaginal.
3. Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam beberapa kasus, obat secara
preferensial diabsorpsi pada daerah tertentu (spesifik) dari saluran cerna
yang juga dinamakan jendela absorpsi (absorption window).

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Mukoadesif

Beberapa keuntungan dalam penghantaran obat secara mukoadhesif adalah


sebagai berikut :
a. Mudah dalam pemberian dan penghentian
b. Memungkinkan terjadi lokalisasi obat pada rongga mulut untuk periode waktu
yang panjang
c. Dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar
d. Dosis obat dapat diturunkan sehingga memperkecil terjadinya efek samping
e. Alternatif pemberian untuk obat obat hormon, antiinflamasi, analgesik
narkotik, enzim, dan steroid

4
Sedangkan beberapa kekurangan pada sistem penghantaran mukoadhesif
adalah sebagai berikut :

a. Obat yang dapat mengiritasi mukosa mulut, berasa pahit dan berbau tidak
enak tidak dapat dihantar sistem bukal
b. Makan dan minum dapat membatasi penghantaran obat
c. Obat yang tidak stabil pada pH bukal tidak dapat dihantarkan dengan sistem
ini
d. Obat yang mengembang oleh saliva dapat kehilangan efeknya dengan rute
bukal
e. Dapat membentuk struktur permukaan yang licin dan integritas struktur
formulasi dapat tergantung akibat pengembangan dan hidrasi polimer
bioadhesif.

2.1.3 Mekanisme Mukoadesif

Secara umum mekanisme mukoadhesif dapat dibagi menjadi dua langkah,


yaitu tahap kontak dan tahap konsolidasi. Tahap kontak biasanya antara polimer
mukoadhesif dan membrane mukosa. Dengan menyebar dan mengembangnya
sediaan maka akan terjadi kontak yang lebih kuat terhadap lapisan mukus. Pada tahap
konsolidasi, polimer mukoadhesif diaktifkan dengan adanya kelembaban.
Kelembaban melenturkan sistem sehingga memudahkan molekul terbebas dan dapat
berikatan secara Van der Waals dan ikatan hidrogen (Carvalho et al., 2010).
Ada dua teori yang menjelaskan tahap konsolidasi, yaitu teori difusi dan teori
dehidrasi. Berdasarkan teori difusi, molekul mukoadhesif dan glikoprotein mukus
saling berinteraksi dengan adanya interpretasi ikatan dan membentuk ikatan sekunder.
Dengan kata lain, sediaan mukoadhesif akan mengalami interaksi kimia dan makanis.
Berdasarkan teori dehidrasi, bahan mukoadhesif akan mengalami dehidrasi ketika
kontak dengan mukus sebagai akibat dari perbedaan tekanan osmotik. Perbedaan
gradien konsentrasi ini menyebabkan air berpindah dari mukus ke sediaan sampai
keseimbangan osmotik tercapai. Proses ini menyebabkan terjadinya pencampuran
sediaan dan mukus yang meningkatkan waktu kontak dengan membran mukosa.

5
Tahap pada proses mukoadhesif dapat dilihat pada gambar 2.5. (Carvalho et al.,
2010).

2.2 Latar Belakang Penelitian

Penghantaran obat secara bukal menawarkan alternatif yang menarik


untuk rute pemberian obat secara oral. Masalah seperti metabolism lintas pertama
dan degradasi obat di lingkungan GIT bisa dihindari dengan pemberian obat
melalui rute bukal. Selain itu, untuk pengobatan sendiri, rongga mulut termasuk
akses yang mudah dilakukan. Itu juga mungkin untuk mengelola obat untuk
pasien yang tidak dapat tertutup lisan melalui rute ini. Sistem penghantaran obat
secara bukal ini membutuhkan setidaknya tiga hal berikut :

a. Bioadesif untuk mempertahankan sistem dalam rongga mulut dan


memaksimalkan kontak dengan mukosa
b. Jalur pelepasan obat pada tingkat yang sesuai
c. Strategi untuk mengatasi permeabilitas rendah dari mukosa mulut

Obat bukal adesif obat dapat memperlama waktu tinggalnya dan


bertindak sebagai bentuk pelepasan dosis terkontrol. Sistem penghantaran obat ini
adalah pilihan yang tepat untuk pemberian obat jangka panjang yang diinginkan.

6
Hal ini bermanfaat dalam mengatasi kasus Timolol maleat karena obat ini
memiliki waktu paruh yang pendek paruh (2,5 - 5 jam). Pelepasan obat yang
diperlama dan peningkatan bioavailabilitas mengarah ke penurunan yang
signifikan dalam dosis dan dapat menghindari efek samping yang mungkin
muncul. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan upaya yang dilakukan untuk
memformulasi tablet bukal mukoadhesif untuk Timolol maleat menggunakan
campuran yang berbeda dari polimer untuk menghindari metabolisme lintas
pertama, degradasi saluran GI dan efek pemakaian berkepanjangan.

2.3 Metode Penelitian


a. Bahan yang digunakan
Timolol Maleat
Polyethylene oksida
Hydroxy Propyl Methyl Cellulose
Carbopol 934
HPMC K4M
Mannitol
Magnesium Stearate
Talc

b. Kompatibilitas

Studi kompatibilitas obat-eksipien dilakukan dengan menggunakan


Fourier Transform Infrared Spektrofotometer (FTIR). Infra merah spektrum obat
murni dan campuran obat dan eksipien dicatat.

2.4 Prosedur Kerja Penelitian

Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini yaitu :

Obat, polimer dan bahan pengisi dicampur secara homogen dalam mortar
kaca selama 15 menit.

7
Campuran (150 mg) kemudian dikompresi menggunakan 8 mm, pukulan
cekung ganda dalam-stroke tunggal dengan menggunakan 8-stasiun mesin
rotary (The Rimek Mini Press-1).

2.5 Hasil dan Pembahasan Penelitian


a. Evaluasi

Adapun evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

Keseragaman bobot
Kekerasan
Friabilitas
Ketebalan
Keseragaman kandungan
pH permukaan
Uji bioadesi
Pengujian mukoadesif
Uji pengembangan
Uji disolusi in vitro
Uji kinetika rilis

8
b. Kompatibilitas

9
10
Keterangan tabel 2 :

Uji keseragaman bobot untuk semua formulasi sesuai dengan batas IP (


10%).
Kekerasan berkisar antara 3,0-7,0 Kg / cm
Data menunjukkan bahwa kerapuhan kurang dari 1% pada semua
formulasi memastikan bahwa tablet stabil secara mekanis.
Ketebalan ditemukan pada kisaran 2,5-3,0 mm. Tak satu pun dari
formulasi (F1 ke F8) menunjukkan penyimpangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kandungan obat yaitu
antara 95,00% s/d 101.00%. Semua formulasi mengikuti batas yang dapat
diterima sesuai India Pharmacopoeia yaitu 5%.
PH permukaan dari semua formulasi berkisar 5,8-6,38, yang baik dalam
batas yang dapat diterima berbagai pH saliva dari 5,69-6,34.
Dapat disimpulkan semua formulasi tidak bisa menghasilkan iritasi lokal
pada permukaan mukosa.
Peningkatan konsentrasi polimer meningkatkan kekuatan bioadhesive
formulasi.
Formulasi (F1, F2, F3 dan F4) dengan Carbopol 934P dan Polyethylene
oksida menunjukkan kekuatan bioadhesive dari 34,5, 31,4, 29,5 dan 27,6 g
masing-masing.

11
Formulasi (F5, F6, F7 dan F8) dengan Carbopol 934P dan HPMC K4M
menunjukkan bioadhesive yang lebih kuat yaitu 36,5, 34,1, 33,5 dan 31,5
g.

Keterangan tabel 3 :

Semua formulasi terhidrasi secara umum dengan menjaga tablet


kontak dengan air selama 1 jam sampai 8 jam
Hidrasi tertinggi (pembengkakan) yaitu 80,3% diamati dengan F5
formulasi
Hal ini mungkin disebabkan oleh hidrasi cepat polimer (Carbopol
934P dan HPMC K4M).
Pembengkakan tablet meningkat dalam kasus formulasi F5
mengandung Carbopol 934P dan HPMC K4M dalam rasio 1: 2.5: 10.

12
Keterangan grafik :

Profil in vitro kumulatif pelepasan obat dari formulasi F1, F2, F3 dan F4
menunjukkan 85,94%, 80,65%, 75,30% dan 73,14%, masing-masing
Di antara empat formulasi, F1 ditemukan pelepasan obat persentase
tertinggi.

13
Profil in vitro kumulatif obat rilis formulasi F5, F6, F7 dan F8
menunjukkan 98,18%, 88,25%, 82,75% dan 76,35%, masing-masing.
Di antara empat formulasi, F5 ditemukan pelepasan obat persentase
tertinggi.
Disimpulkan bahwa dengan meningkatkan konsentrasi Carbopol 934P
dalam formulasi, laju pelepasan obat dari tablet ditemukan berkurang
Tetapi ketika konsentrasi polimer sekunder (Polyethylene Oxide dan
HPMC K4M) meningkat, tingkat pelepasan obat ditemukan meningkat.
Dari data keseluruhan ditemukan bahwa formulasi F5 menunjukkan
persentase maksimum pelepasan obat yaitu 98,18% pada akhir 7 jam.

Keterangan tabel 4 :
Nilai R2 tertinggi ditemukan pada orde nol diikuti oleh Korsmeyer-
Peppas, orde pertama dan kemudian Higuchi, yang menunjukkan semua
formulasi mengikuti pola rilis orde nol. Menurut persamaan
Korsmeyer-Peppas, rilis eksponen "n" nilainya> 0,5, yang
menunjukkan mekanisme pelepasan obat untuk semua formulasi non
Fickian jenis difusi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Tablet bukal


mukoadhesif maleat timolol dapat dirumuskan dengan menggunakan obat,
Carbopol 934P dan HPMC K4M dengan rasio 1: 2,5: 10 (F5).

Hal ini dapat dilihat bahwa dengan meningkatkan konsentrasi Carbopol


934P dalam formulasi, laju pelepasan obat dari tablet ditemukan berkurang. Tapi
ketika konsentrasi HPMC K4M meningkat, tingkat pelepasan obat juga meningkat

Pada uji in vitro kinetika rilis mengungkapkan bahwa semua formulasi


cocok dengan orde nol dan mekanisme pelepasan obat adalah difusi non-Fickian.

3.2 Saran

Penulis mengharapkan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat


menambah wawasan bagi pembaca dan menjadi tambahan referensi untuk ilmu
pengetahuan khususnya tentang sistem penghantaran obat mukoadesif. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bhanja, Satyabrata. 2010. Formulation and in vitro evaluation of mucoadhesive

buccal tablets of Timolol maleate. International Journal of

Pharmaceutical and Biomedical Research. 1-6.

G.S. Asane, Kiran B.Aher, Deyendra K. Jain, Sanjay G. Bidkar, 2007,

Mucoadhesive Gastro Intestinal Drug Delivery System: An Overview,

Pharmaceutical Review, 01/01/2007

Goeswin Agoes, 2008, Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Penerbit

ITB, Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai