KDRT Makalah
KDRT Makalah
KDRT Makalah
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengenal Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga
3. Untuk mengetahui Aspek-aspek fisik/medis serta peran pusat krisis dan trauma
dalam penanganan korban tindak kekerasan
I.4 Manfaat
1. Mengenal Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
2. Mengetahui Aspek-aspek fisik/medis serta peran pusat krisis dan trauma dalam
penanganan korban tindak kekerasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum kekerasan adalah suatu serangan fisik maupun integritas mental
psikologi sosial. Kata kekerasan tidak hanya menyangkut fisik saja seperti halnya
perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan tapi juga yang bersifat nonfisik, seperti pelecehan
seksual, ancaman dan paksaan, sehingga secara emosional seseorang yang mengalami
terusik hatinya. Sedangkan menurut WHO (WHO, 1999), kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan
atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan
atau perampasan hak. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah gejala yang
telah menjangkiti masyarakat dunia. Perempuan menempati posisi yang rentan terhadap
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan. fisik dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
2. Ketentuan pidana yang mengatur tentang kekerasan psikis:
Pasal 45
II.7 Aspek-Aspek Fisik / Medis Serta Peran Pusat Krisis dan Trauma Dalam
Penanganan Korban Tindak Kekerasan
Kekerasan terhadap perempuan (KTP)
Segala bentuk kekerasan berbasis jenis kelamin yang berakibat atau mungkin
berakibat menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap
perempuan; termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan
semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi. (Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perepuan pasal 1,
1983)
Kekerasan terhadap anak (KTA)
Perlakuan dari orang dewasa atau anak yang usianya lebih tua dengan menggunakan
kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya
berada dibawah tanggung jawab atau pengasuhnya, yang dapat menimbulkan
penderitaan, kesengsaraan, bahkan cacat. Penganiayaan bisa fisik, seksual maupun
emosional.
Kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT) :
Kekerasan fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah-tangga, baik antara suami-
istri maupun orang-tua-anak. Pada umumnya korban adalah istri atau anak.
Sedangkan pelaku tindak kekerasan terhadap anak biasa ayah atau ibu.
Perkosaan :
Hubungan suksual yang dilakukan seseorang atau lebih tanpa persetujuan korbannya,
dan merupakan tindak kekerasan sebagai ekspresi rasa marah, keinginan / dorongan
untuk menguasai orang lain dan untuk atau bukan untuk pemuasan seksual. Seks
hanya merupakan suatu senjata baginya untuk menjatuhkan martabat suatu kaum /
keluarga, dapat dijadikan alat untuk teror dsb. Perkosaan tidak semata-mata sebuah
serangan seksual, tetapi juga merupakan sebuah tindakan yang direncanakan dan
bertujuan.
IGD :
Non IGD :
5. Keterlambatan berobat.
IGD :
3. Pemeriksaan radiologis.
4. Pemeriksaan hematologis.
Non IGD :
3. Skrining perilaku.
Unsur :
3. LBH.
Tujuan :
Pusat krisis terpadu (PKT) bertujuan untuk memberikan pelayanan menyeluruh bagi
parakorban kekerasan terhadap perempuan (KTP) dan anak (KTA), baik dibidang
klinik, medikolegal dan psikososial ; dengan tujuan akhir adalah pemberdayaan
perempuan, dalam mencapai derajat kesehatan secara optimal.
Sasaran :
1. Bangunan :
a. IGD.
b. Ruangan PKT.
2. Perangkat lunak :
a. Uraian tugas.
f. Sistem informasi-komunikasi.
3. SDM.
a. Terlatih.
b. Tim dan kerjasama SMF dan instalasi lain.
a. APBD.
b. Pemerintah / swasta.
5. Bentuk layanan : One stop.
6. Pembelajaran :
Pedoman pelayanan terpadu antar sektor terkait, kesehatan dan non kesehatan.
Struktur organisasi :
3. Sekretraris.
4. Kaur medis.
5. Kaur perawatan.
6. Kaur adminstrasi.
7. Kaur visum.
8. Dokter.
9. Dokter konsulen.
10. Paramedik.
12. Kepolisian.
15. LSM.
SOP :
Ketentuan umum :
Sindroma pasca cedera yang bukan kerena aksiden. Biasa sebagai penyebab
kematian karena cedera pada tahun pertama kehidupan. Bila ada dugaan kearah
kekerasan pada anak, maka riwayat serta penilaian yang teliti menjadi sangat penting.
PEMERIKSAAN :
a. Umur.
b. Urutan kejadiaan.
c. Jenis penderaan.
d. Oleh siapa, kapan, dimana, dengan apa, berapa kali.
h. Kesehatan sebelumnya.
3. Pemeriksaan fisik :
d. Daftar dan plot pada diagram topografi jenis luka yang ada.
4. Pemeriksaan penunjang.
c. selaput dara.
Curigai telah terjadi kekerasan pada anak serta pikirkan pemeriksaan lebih intensif
bila dijumpai :
Karena peluang yang meningkat akan risiko cedera yang mematikan, laporkan kasus
atau dugaan kasus tindak kekerasan pada anak kepada pihak berwajib sesuai
peraturan yang ada.
KEKERASAN SEKSUAL :
PEMERIKSAAN :
a. Umur.
b. Status perkawinan.
g. Waktu kejadian.
h. Tempat kejadian.
i. Apakah korban melawan ?
3. Periksa pakaian :
b. Kancing putus.
4. Pemeriksaan badan :
Umum :
e. Selaput dara.
VISUM ET REPERTUM :
1. Visum et repertum :
Dibuat bila korban setelah diperiksa diperbolehkan pulang dan dapat bekerja
seperti biasa serta tidak ada halangan untuk melakukan pekerjaan.
2. Visum sementara:
Setelah pemeriksaan ternyata korban membutuhkan perawatan dan mendapat
gangguan untuk melakukan pekerjaan. Tidak dibuat kualifikasi luka. Kegunaan
bagi penyidik untuk menahan tersangka.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Masalah kekerasan dalam rumah tangga perlu diatur secara khusus dalam
sebuah Undang-Undang, mengingat konteks pemasalahannya yang juga spesifik.
Kekerasan dalam rumah tangga sudah merupakan perbuatan yang perlu
dikriminalisasikan. Berkaitan dengan hal itu maka dirumuskanlah Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga yang telah di sahkan oleh DPR RI (Dewan Perwakilan Republik
Indonesia). Undang-undang tersebut pada dasarnya merupakan wujud kepedulian
politik negara dalam mencermati perkembangan kekerasan fisik, psikis dan seksual
dalam rumah tangga yang semakin signifikan dari hari ke hari.
III.2 Saran
Dalam menangani permasalahan tindak kekerasan dalam rumah tangga,
dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain sebagai berikut :
1. Terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga diharapkan tidak merasa takut
atau malu dalam melaporkan tindak kekerasan yang telah menimpanya, karena
hal ini dapat membantu pemerintah dalam memaksimalkan perlindungan
terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga dan penindakan terhadap
pelaku tindak kekerasan tersebut.
2. Sosialisasi terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 harus ditingkatkan
lagi pada masyarakat, mengingat sekarang ini banyak sekali kekerasan dalam
rumah tangga dan para pelaku (masyarakat) banyak yang belum begitu
mengetahui keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
3. Dengan telah disahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terdiri dari 10 Bab dan 56
pasal, diharapkan adanya perlindungan hukum bagi anggota keluarga khususnya
perempuan, dari segala tindak kekerasan dalam rumah tangga.
4. Seorang dokter diharapkan menerapkan pendekatan kedokteran pencegahan dan
kesehatan masyarakat pada praktek yang dilakukannya terhadap pasien dan
keluarganya, untuk ini perilaku dokter sebagai dokter praktek yang bertanggung
jawab mendampingi keluarga agar menjadi keluarga yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www1.bpkpenabur.or.id/charles/orasi6a.htm
http://www.kowani.or.id/main/index.asp?lang=id&p=101&f=apr012005001
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0407/12/103203.htm
http://www.lbh-apik.or.id/kdrt%2098-02%20data.htm
http://www.mirifica.net/wmview.php?ArtID=1418
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/09/20/Editor/edit03.htm
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/referensi2.htm
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kekerasan.htm
http://www.freewebs.com/fks2forensik/index.htm