Tumor Payudara
Tumor Payudara
Tumor Payudara
Oleh:
H1A006006
Pembimbing:
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tumor jinak, sel berdiferensiasi baik dengan struktur yang mungkin khas
jaringan asal; pertumbuhan biasanya progresif dan lambat, mungkin berhenti tumbuh atau
menciut, gambaran mitotik jarang dan normal; invasi lokal biasanya kohesif dan ekspansil,
massa berbatas tegas yang tidak menginvasi atau menginfiltrasi jaringan normal di
sekitarnya; serta tidak terjadi metastasis. Sementara itu, pada tumor ganas, sebagian sel
tidak menunjukkan diferensiasi disertai anaplasia dengan struktur yang sering tidak khas;
laju pertumbuhan tidak terduga dan mungkin cepat atau lambat, gambaran mitotik mungkin
banyak dan abnormal; bersifat invasif lokal, menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya,
kadang-kadang mugkin tampak kohesif dan ekspansil tetapi dengan invasi mikroskopik;
serta sering ditemukan metastasis.1
Kelainan payudara perempuan jauh lebih sering dibandingkan dengan kelainan
payudara laki-laki. Mayoritas dari lesi yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir
40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada payudara mempunyai
lesi jinak. Sementara itu, perhatian lebih sering diberikan pada lesi ganas karena kanker
payudara merupakan lesi ganas yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat
walaupun sebenarnya insidens lesi jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan dengan
lesi ganas. Kelainan jinak payudara merupakan kelompok lesi yang bersifat heterogen,
terdiri dari abnormalitas perkembangan, lesi inflamasi, proliferasi sel epitel dan stroma.
Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mammae merupakan kanker solid
yang mempunyai insiden tertinggi no.1 di negara barat/maju. Di Indonesia, Kanker
payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2 setelah kanker rahim dan
diperkirakan dalam waktu singkat akan merupakan kanker dengan insiden tertinggi pada
wanita. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat adalah 27/100.000 dan
diperkirakan lebih dari 200.000 kasus baru per tahun. Di Indonesia, karena tidak
tersedianya registrasi berbasis populasi, angka kejadian kanker payudara dibuat
berdasarkan registrasi berbasis patologi dengan insiden relatif 11,5% (artinya 11-12 kasus
baru per 100.000 penduduk berisiko).2
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik pasien tumor payudara yang dirawat di bangsal rawat
inap bedah RSUP NTB selama periode Agustus 2011 sampai November 2012 ?
1.4 Manfaat
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data sekunder dalam melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya. Selain itu dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
mengenai tumor payudara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payudara
2.1.1 Anatomi payudara
Mamma dextra dan mamma sinistra berisi glandula mammaria, dan terdapat
dalam fascia superfisialis dinding thorax ventral. Pada bagian mamma yang paling
menonjol terdapat sebuah papilla, dikelilingi oleh daerah kulit yang lebih gelap yang
disebut areola. Mamma berisi sampai 20 glandula mammaria yang masing-masing
memiliki saluran dalam bentuk duktus lactiferus. Ductus lactiferus bermuara pada
papilla mammae. Alas mamma wanita berbentuk lebih kurang seperti lingkaran yang
dalam arah kraniokaudal terbentang antara costa II sampai VI dan dalam arah
melintang dari tepi lateral sternum sampai linea medioclavicularis.3
Sebagian kecil glandula mammaria meluas ke arah kraniolateral sepanjang
tepi kaudal musculus pectoralis major ke axilla untuk membentuk ekor aksilar. Dua
pertiga bagian mamma bertumpu pada fascia yang menutupi musculus pectoralis
major, sisanya bertumpu pada fascia yang menutupi musculus serratus anterior. Antara
glandula mammaria dan fascia profunda terdapat jaringan ikat longgar dengan sedikit
lemak, dikenal sebagai ruang retromamer, yang memungkinkan mamma bergerak
sedikit terhadap dasarnya. Glandula mammaria ditambatkan dengan kokoh kepada
dermis kulit di atasnya melalui septa fibrosa (pita) yang disebut ligamentum
suspensorium Cooper. Ligamentum ini terutama terbentuk baik sekali pada bagian
kranial glandula mammaria dan membantu menunjang jaringan glandula mammaria. 3
Gambar 1. Potongan Sagital Payudara Wanita
Penyaluran limfe dari mamma sangat penting karena perannya pada metastasis
(penyebaran) sel kanker. Limfe disalurkan ke plexus lymphaticus subareolaris dan dari
sini:
a. Bagian terbesar (kira-kira 75%) disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama
ke kelompok pektoral tetapi ada juga limfe yang disalurkan ke kelompok apikal,
subskapular, lateral, dan sentral.
b. Bagian terbesar dari sisanya disalurkan ke nodi lymphoidei infraclaviculares,
supraclaviculares, dan parasternales (sepanjang arteri thoracica interna).
c. Sedikit limfe disalurkan melalui pembuluh limfe yang menampung limfe dari
mamma sebelahnya dan pembuluh limfe dinding abdomen veneral.
Saraf mamma berasal dari ramus cutaneus ventralis dan ramus cutaneus lateralis
dari nervi thoracica IV, VI. Saraf-saraf ini membawa serabut sensoris ke kulit mamma
dan serabut simpatis ke otot polos dalam dermis papilla mammae dan areola mammae
serta dalam pembuluh darah.3
Gambar 6. Fibroadenoma
(A) Potongan permukaan fibroadenoma berlobus, padat, dan berwarna abu-abu-
putih, dengan karakteristik bulging appearance. (B): histologi lesi terdiri dari
stroma fibrosis padat compressed cleft-like ducts.
(Sumber : http://theoncologist.alphamedpress.org)
Diagnosa
Mamografi
USG
Spesimen diperiksa untuk menyingkirkan adanya keganasan, diambil dengan cara
biopsi 7,8,9
Terapi
FAM harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.4 Namun
beberapa sumber mengatakan, lesi persisten dapat dieksisi setelah 3 tahun karena lesi dapat
hilang secara spontan dalam 1-3 tahun dan dapat diberikan terapi konservatif. Tidak semua
pasien dapat diberikan terapi konservatif, usia pasien, riwayat keganasan dalam keluarga,
serta perubahan proliferatif hasil biopsi pasien perlu dipertimbangkan.7,8,9
(Sumber : http://theoncologist.alphamedpress.org)
2.3.5.3 Papiloma Intraduktus
Papiloma intraduktus merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan
75% tumbuh di bawah areola mammae.4 Papiloma intraduktus sering ditemukan pada
wanita berusia 30-50 tahun. Insiden papilloma intraduktus yaitu 2-3%.10
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Hampir 90% papilloma intraduktus adalah dari tipe soliter. Papilloma intraduktus
soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan
nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan
keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada
pemeriksaan fisik. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
Pada pasien dengan adanya discharge patologis dari papilla mammae tetapi tak
ditemukan adanya massa ketika dipalpasi, letak papilloma intraduktus sebaiknya
dikonfirmasi dengan letak orifisium pada duktus yang terserang pada permukaan papilla
mammae dan pemberian tekanan dengan jari di sekitar areola mammae. Sekret serous atau
bercampur darah yang keluar dari papilla mammae tidak dapat membedakan papilloma
intraduktus dengan karsinoma. Ketika tumor dinyatakan dengan palpasi yang lembut
sebaiknya dikarakteristikkan dengan jumlah tumor, ukuran, konsistensi, permukaan, dan
tepinya.10
Mammografi
Duktografi merupakan teknik yang aman dan sederhana untuk melihat sistem duktus pada
pasien dengan keluhan adanya cairan yang keluar melalui papilla mammae. Papilloma
intraduktus digambarkan dengan adanya filling defects dan duktus yang mengalami
dilatasi.
Ultrasonografi
Ultrasonografi dengan resolusi tinggi dan 3 dimensi sangat membantu dalam melihat
gangguan intraduktal dan menjadi pemeriksaan penunjang.
Sekret dari papilla mammae diperiksa dengan pengecatan Papanicolaou atau May-Giemsa.
Apusan sitologi dapat menunjukkan apakah masih dalam batas normal, atipik, atau
keganasan serta bentuk papillar. Papilloma intraduktal ditandai dengan adanya kumpulan
sel duktus yang berhubungan kuat. Sel dan inti sel berbentuk uniform dan tidak mengalami
mitosis. Eritosit tampak lebih banyak pada pasien dengan papilloma intraduktus.
Duktoskopi mammae
Merupakan teknik endoskopi terbaru yang telah dipakai sejak 15 tahun yang lalu.
Gambaran histologis:
Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla fibrovaskular yang dilapisi oleh
epitel kuboid hiperplastik dan lapisan mioepitel di bawahnya. Papilla mungkin
memperlihatkan percabangan yang kompleks dan mengisi seluruh lumen duktus. Tumor
bersifat jinak dan tidak menginvasi dinding duktus tempat tumor tersebut berasal.
Penatalaksanaan
Gambaran Klinis
Terdapat fuktuasi ukuran, massa multipel atau bilateral yang mungkin tampak atau
pun tidak di payudara dan keluar cairan serous dari puting susu. Pasien memiliki riwayat
adanya pembengkakan payudara yang bersifat sementara ataupun nyeri di sekitar payudara.
Diagnosis
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama
untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara
tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan
pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari
puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk
pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan
berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita dengan kondisi fibrokistik dengan
komponen epitel yang atipik atau proliferatif. Sebaiknya para wanita tetap melakukan
monitoring dengan baik melalui pemeriksaan fisik dan pencitraan.11
2.3.5.5 TB Payudara
Tuberkulosis payudara adalah penyakit langka dengan kejadian mulai dari 0,1% di
negara maju dan sampai 0,3-5% di daerah endemik. Tuberkulosis payudara jarang terjadi
karena payudara bukan tempat yang cocok untuk kelangsungan hidup basil tuberkel.
Perempuan dalam kelompok usia yang lebih muda lebih sering terkena. Kebanyakan kasus
adalah perempuan berusia 20 sampai 40 tahun dalam kehidupan seksual yang aktif, karena
pada periode ini lebih banyak perubahan fisiologis dan lebih rentan terhadap trauma dan
infeksi. Pada wanita hamil dan menyusui, saluran-saluran payudara saluran melebar dan
vascular sehingga cenderung terjadi trauma yang menyebabkan pasien lebih rentan
terhadap tuberkulosis.18
TBC Payudara dapat primer atau sekunder. Infeksi sekunder dapat terjadi sebagai
akibat dari penyebaran hematogen, penyebaran retrograde dari kelenjar getah bening ketiak
atau penyebaran langsung dari paru-paru, pleura, mediastinum dan lesi artikular.
Manifestasi klinis yang paling umum dari TB payudara adalah benjolan, abses, discharge
sinus tunggal atau multiple. Lokasi yang paling umum adalah kuadran upper outer dari
payudara. Massa dapat berfluktuasi dan biasanya ditutupi dengan jaringan indurasi dan
terfiksir pada kulit. Retraksi puting dan kulit juga dapat terjadi. Tidak jarang disertai
fistulisasi dan nyeri.18
Gambar 7. TB payudara
(Sumber : www.sciencedirect.com)
Lipoma payudara adalah tumor jinak, biasanya soliter terdiri dari sel-sel lemak
matur. Hal ini kadang-kadang sulit untuk membedakan lipoma dari kondisi lain secara
klinis, sehingga menyebabkan tantangan diagnostik dan terapi.
Secara klinis, lipoma menyajikan sebagai massa berbatas tegas, halus atau lobulated
yang lembut dan biasanya nontender. FNAB dari lesi memperlihatkan sel-sel lemak dengan
atau tanpa sel epitel normal. Biasanya baik mamografi dan USG scanning memberikan
hasil negatif, kecuali tumor besar.
Jika diagnosis klinis lipoma dikonfirmasi baik oleh FNAB atau inti biopsi, dan
mammogram, menunjukkan tidak ada yang mencurigakan ultrasonogram untuk keganasan
di lokasi, pasien biasanya diikuti melalui palpasi setelah 6 bulan. Namun, jika diagnosis
tidak tertentu atau lesi tumbuh pesat, tumor harus pembedahan.25
2.3.5.7 Galaktokel
Galaktokel adalah dilatasi kistik suatu duktus laktiferus yang tersumbat oleh air
susu dan terbentuk selama masa laktasi atau sehabis masa menyusui. Penyebab terjadinya
galaktokel adalah air susu yang mengental sehingga menyumbat lumen saluran karena air
susu jarang dikeluarkan, adanya penekanan saluran air susu dari luar, ibu berhenti
menyusui, dan pengunaan alat kontrasepsi oral atau galaktorea. Kista menimbulkan
benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal serta
dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Biasanya galaktokel tampak
rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan. Apabila
diagnosis masih diragukan dapat dilakukan skrining sonografi. Penatalaksanaan galaktokel
sama seperti beberapa kista, yaitu dengan dilakukannya drainase cairan kista tetapi jika
galaktokel terinfeksi, maka diperlukan tindakan dengan pembedahan.26
2.3.5.8 TUMOR PHYLOIDES
Definisi
Gambaran Klinis
Tumor phyloides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama
dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular.
Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran
yang lebih besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua
payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan
dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,
mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.
a. Tumor bisa mencapai penampang 10-15 cm dan tumbuh lebih cepat dalam waktu yang
singkat dibanding FAM. Berkapsul dengan konsistensi padat kenyal. Kulit di atasnya
dapat tertekan oleh tumor sehingga terjadi nekrosis dan ulserasi
b. Pada irisan:
Warna abu-abu keputihan
Permukaan licin karena mengandung jaringan ikat miksomatik
Kadang-kadang tampak tonjolan-tonjolan papilomatik
Gambaran histologis:
Secara histologis, stroma tumor ini sangat selular dan padat serta memperlihatkan aktivitas
mitotik yang tinggi.11)
Penanganan
Tumor phyloides jinak diterapi dengan cara melakukan pengangkatan tumor disertai
2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor
phyloides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi
(pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan.
Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor phyloides ganas, maka re-eksisi
komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.
Dapat dikatakan, penanggulangan terhadap tumor ini adalah eksisi luas. Jika tumor
sudah besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpleks. Bila tumor ternyata ganas,
harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen
seperti sarkoma.4
2.4.2 PATOFISIOLOGI
Faktor resiko utama yang berhubungan dengan perkembangan kanker payudara
adalah faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Kanker payudara juga bisa terjadi
secara sporadis, berkaitan dengan paparan hormonal, kasus herediter, dan riwayat mutasi
germ sel pada keluarga. Dari faktor genetik, berkaitan dengan mutasi gen BRCA 1 pada
kromosom nomor 17q21 dan BRCA 2 pada kromosom nomor 13q12. Adanya mutasi pada
gen BRCA1 akan menyebabkan penurunan atau terhentinya produksi dari protein BRCA1.
Mutasi BRCA1 sangat erat kaitannya dengan kejadian kanker payudara herediter dan
sindrom kanker ovarium. Pada suatu penelitian di Negeri Belanda, mutasi gen BRCA1
terdapat pada 10.000 dari setiap 4 juta wanita Belanda yang berumur 25-55 tahun. Namun
hingga saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker
payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.
Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen.
Malignant ( Carcinoma )
b) Special types
b11. Others
Tipe Histopatologi
Pleomorphic LCIS
Tubular carcinoma
Cribriform carcinoma
Medullary carcinoma
Mucinous carcinoma
Apocrine carcinoma
Micropapillary carcinoma
Metaplastic carcinoma
Secretory carcinoma
Neuroendocrine carcinoma
Inflammatory carcinoma
Pylloides tumor
Sarcoma
Angiosarcoma
Malignant lymphoma
GI : berdiferensiasi baik
G II : berdiferensiasi sedang
G III : berdiferensiasi buruk
Dikatakan gradasi X, apabila karena sesuatu hal gradasi histologis tidak dapat
dinilai. Kanker payudara dengan diferensiasi baik mempunyai prognosis (Manuaba, 2010).
(Sumber: www.cancer.org)
IDC muncul pada duktus payudara dan menyerang jaringan payudara di sekitarnya.
Jika tidak diobati pada tahap awal, IDC dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui
aliran darah atau sistem limfatik.
IDC ditandai dengan benjolan keras dengan batas iregular. Benjolan IDC akan
terasa lebih keras, lebih kencang dari benjolan jinak pada payudara. Kulit di atas daerah
yang terkena atau retraksi putting susu. Pada mammogram, IDC biasanya terlihat seperti
massa dengan paku memancar dari tepi, kadang-kadang muncul sebagai benjolan halus
bermata atau sebagai kalsifikasi di daerah tumor. 20
(Sumber : www.cancer.org )
SCC adalah tumor yang sangat jarang, dengan kejadian yang dilaporkan sekitar
0,1% dari seluruh karsinoma duktal, lebih dari 0,5% dari semua kanker payudara invasif
dan 68% dari semua karsinoma metaplastic. Dalam SCC, semua atau sebagian besar dari
sel-sel, adalah tipe skuamosa dengan keratinisasi, dan adanya beberapa fitur kelenjar.
kanker payudara terjadi pada dua situasi klinis: (1) metaplasia skuamosa jinak pada tumor
jinak payudara tanpa adanya bukti karsinoma intraductal, dan (2 metaplasia skuamosa yang
luas dan menonjol pada karsinoma duktus infiltrasi.19
Makroskopik, SCC sering ditemukan sebagai tumor besar (> 4 cm) saat diagnosis,
ukuran tumor rata-rata adalah 7,3 cm, dengan kisaran 3,5-18 cm. Mikroskopis, SCC
seluruhnya terdiri dari sel-sel skuamosa metaplastik keratinisasi, non-keratinisasi, dan
sedikit sel spindle dan jenis akantolitik, beberapa menunjukkan kombinasi dari pola-pola
ini. SCC dapat dinilai berdasarkan pada gambran nukleus dan, pada tingkat lebih rendah,
diferensiasi sitoplasma. Sistem grading karsinoma duktal biasa (Nottingham modifikasi
dari Bloom-Richardson system) tidak berlaku untuk tumor ini. 19
Gambar 13. . Squamous cell carcinoma
a. Stadium
Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut
saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan
oleh UICC(International Union Against Cancer dari WHO atau World Health
Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons).
b. Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC,
2002)
T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai
paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Pagets) : Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran
tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5
cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau dorange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang
terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : inflammatory carcinoma.
N = kelenjar getah bening regional.
Nx : KGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis KGB.
N1 : Metastasis ke KGB aksila ipsilateral yang mobil.
N2 : Metastasis ke KGB aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau
adanya pembesaran KGB ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa
adanya metastasis ke KGB aksila.
N2a : Metastasis pada KGB aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat
ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada KGB mamaria interna ipsilateral secara klinis
dan tidak terdapat metastasis pada KGB aksila.
N3 : Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis KGB aksila atau klinis terdapat metastasis pada KGB aksila;
atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis pada KGB aksila/mamaria interna.
N3a : Metastasis ke KGB infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGB aksila.
N3c : Metastasis ke KGB supraklavikula.
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging
(di luar scintigrafi).
M = metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC T (semua) N3 M0
Stage IV T (semua) N (semua) M1
Usia penderita
Usia melahirkan anak pertama
Punya anak atau tidak
Riwayat laktasi
Riwayat menstruasi
menstruasi pertama pada usia berapa
keteraturan siklus menstruasi
menopause pada usia berapa
Riwayat pemakaian obat hormonal
Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain.
Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
Riwayat radiasi dinding dada
2. Pemeriksaan fisik
b. Status lokalis :
- Masa tumor :
lokasi
ukuran
konsistensi
permukaan
bentuk dan batas tumor
jumlah tumor
terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit,
m.pektoralis dan dinding dada
- perubahan kulit :
retraksi
erosi
krusta
discharge
- status kelenjar getah bening.
KGB aksila : Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir
satu sama lain atau jaringan sekitar
KGB infra klavikula : Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir
satu sama lain atau jaringan sekitar
KGB supra klavikula : Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir
satu sama lain atau jaringan sekitar
- pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis :
1. Diharuskan (recommended)
Bone scanning (bila sitologi + atau klinis sangat mencurigai pada lesi > 5 cm)
Bone survey (bila sitologi + atau klinis sangat mencurigai pada lesi > 5 cm)
CT scan
Gambaran CT scan tumor payudara ganas :
batas irregular
bentuknya tidak beraturan, dan batas meninggi
Gambaran difus
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas
Core Biopsy.
Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm.
Biopsi Insisional untuk tumor :
o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
o inoperable
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu), cathepsin-D,
p53. (situasional).
E. Laboratorium :
2.4.10 Penatalaksanaan
a. Modalitas Terapi
1. Operasi
Terapi untuk kanker payudara stadium awal. Jenis operasi untuk terapi :
2. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi post mastektomi
(postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor primer T3 atau T4, serta
telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu
makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Radioterapi dapat dilakukan sebagai :
a. Radioterapi neoadjuvant (sebelum pembedahan)
b. Radioterapi adjuvant (sesudah pembedahan)
c. Radioterapi palliative 2
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel
kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi. Kemoterapi yang diberikan setelah dilakukan terapi
operatif dikenal sebagi kemoterapi ajuvan (adjuvant chemotherapy). Kemoterapi ajuvan
berfungsi membunuh atau menghambat mikrometastasis carcinoma mamma setelah operasi
primer. Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa pemberian terapi hormonal telah
diketahui meningkatkan angka harapan hidup pada penderita. Kemoterapi ajuvan dapat
meningkatkan harapan hidup 10 tahun penderita berkisar antara 7%-11% baik pada wanita
premenopausal dengan stadium dini dan sebesar 2%-3% pada wanita lebih dari 50 tahun.
b.Terapi
1. Kanker payudara non invasif
a. Ductal Carcinoma Insitu (DCIS)
Dengan adanya program skrining masal terhadap payudara, maka insiden
DCIS semakin meningkat yaitu mencapai 58.000 kasus akan didiagnosis pada
tahun 2006 dan akan terus meningkat. DCIS adalah suatu keadaan dimana sel -
kanker (yang berasal dari epitelium TDLU) belum menembus membrana basalis,
atau jika telah menembus mikroskopis tidak mencapai 1 mm. Terdapat subtipe
comedo, solid, cibriform, micropapillary, dan papillary. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan terapi DCIS adalah adanya lesi multifokal dan multisentris.
Prognostic score berdasarkan pada van nuys prognostic index (2003, silverstein)
berdasarkan ukuran tumor, margin eksisi, umur penderita, dan klasifikasi patologi.
Beberapa terapi untuk DCIS yaitu:
1) Mastectomy simple (tidak dilakukan eksisi aksila) : adapun rasional
untuk melakukan mastektomi adalah adanya pertimbangan multifokalitas dan
multisentrisitas ataupun kalsifikasi yang difus pada mamografi. Hal ini terlihat
pada mamografi. Mastektomi juga sebaiknya dilakukan pada tumor dengan
diameter > 4 cm, dan grading histologis yang tinggi.
2) Breast corserving therapy/surgery (BCT/BCS): termasuk BCT
adalah segmental mastectomy, lumpectomy, tylectomy, wide local excision dengan
atau tanpa diseksi aksila. Pasien dengan BCT akan menjalani radioterapi adjuvant
baik pada seluruh payudara yang terkena dengan booster pada lapang pembedahan.
Pada non palpable DCIS, untuk melakukan BCS/BCT diperlukan lokalisasi lesi atau
tumor dengan jarum (Kopans wirea) dan identifikasi jaringan yang diangkat
(dengan x ray) apakah sudah tepat.
Syarat untuk BCS/BCT:
a. Informed concent
b. Dapat dilakukan follow up yang teratur
c. Tumor sebaiknya di perifer (tumor letak sentral perlu pembedahan yang
khusus)
d. Besar tumor proporsional dengan besarnya payudara. Jika tidak
harus dilakukan rekonstruksi langsung untuk mencapai kosmetik yang baik.
e. Tumor tidak multifokal atau multisentris (mamografi, MRI)
f. Pasien belum pernah mendapat redioterapi di dada dan tidak
menderita penyakit kolagen.
g. Terdapat sarana dan fasilitas yang baik untuk pemeriksaan
patologi (konvensional dan pengecatan imunohistokimia), dan radioterapi
yang baik.
3) Terapi adjuvant: terapi adjuvant hanya diberikan pada pasien dengan resiko
tinggi terjadi rekurensi, antara lain usia muda (< 35 tahun), reseptor hormon
negatif, HER2 overekspresi, metastasis KGB aksila. Radioterapi diberika pada
pasien dengan BCS/BCT, kecuali dengan petimbangan khusus - diameter <1cm,
margin bedah yang cukup dan grade yang rendah. Terapi hormonal diberikan pada
pasien dengan ER dan atau PR positif, tanpa riwayat gangguan tromboembolism.
b. Lobular Carcinoma Insitu (LCIS)
Diagnosis seringkali insidental, biasanya nonpalpable, lebih sering pada wanita
premenopause. Adanya LCIS ini dianggap sebagai faktor resiko untuk terjadinya invasif
karsinoma. Penemuan dari Alpino (2004) adanya LCIS syncronous dengan invasif
karsinoma sebanyak 0 - 10% dan 0 - 50% synchronous bersama dengan DCIS maka
terapi yang dianjurkan adalah eksisi dari tumor dan follow up yang baik. Terapi adjuvant
pada LCIS adalah pemberian tamoxiven yang menurunkan resiko terjadinya invasif sampai
56%. Pemberian radioterapi masih belum jelas. Surveillance marupakan hal penting
pada LCIS antara lain pemeriksaan fisik setiap 6 bulan sampai 1 tahun dan mamografi.
a. Intervensi pembedahan
b. Radioterapi :
External beam radiotherapy : untuk nyeri metastasis, kompresi venacava superior &
sumsum tulang belakang
Brachytherapy : Strontium-89 untuk metastasis tulang yang menyakitkan pada
karsinoma payudara.
c. Agen farmakologis:
d. Teknik Anestesi : blok Simpatetik dan agen neurolitik seperti etil alkohol, fenol dll
1.Terapi Nutrisi
Indikasi terapi
Cara pemberian :
Nutrisi sebaiknya melalui vena sentral karena dapat diberikan cairan dengan
osmolalitas tinggi dan dalam waktu lama (6bulan -1 tahun ).Hati- hati terhadap bahaya
infeksi dan trobosis
3. Sumber infeksi
b. Infeksi oleh bakteri gram positif. Staphylococcus epidermis sering resisten pada
berbagai macam antibiotoka, diberikan vankomisin dan teikoplanin
c. Infeksi jamur. Pemberian amfoterisin B diajurkan pada pasien neutropenia dengan
demam berkepanjangan setelah pemberian antibiotika spektrum luas untuk beberapa
hari tanpa adanya bakterimia.
d. Infeksi virus dapat terjadi pada pasien neutropenia tanpa imunosupresi, sehingga
beberapa pusat menganjurkan pemberian asiklovir sejak awal pada pasien
diperkirakan akan mengalami neutropenia berat untuk waktu yang lama.
2.4.11 REHABILITASI DAN FOLLOW UP :
A. Rehabilitasi :
- Pra operatif:
1. Persiapan pembedahan:pemeriksaan lab, ko-morbiditas, imaging
2. Evaluasi fungsi respirasi, pada usia lanjut latihan nafas
- Pasca bedah:
Hari 1-2:
1. Latihan lingkup gerak sendi sekitar/ipsilateral daerah operasi (sendi siku, bahu
secara bertahap)
2. Latihan relaksasi otot leher dan thorak
3. Aktif mobilisasi
Hari 3-5
1. Latihan gerak lengan bahu ipsilateral operasi lebih bebas
2. Latihan relaksasi
3. Bebas gerakan
4. Edukasi untuk tetap mempertahankan lingkup gerak sendi dengan berlatih secara
teratur
5.
Edukasi untuk menjaga agar lengan ipsilateral pembedahan untuk tetap sehat, tidak
dipasang infus (mencegah trombophlebitis) dan untuk mencegah terjadinya
lymphedema lengan.2
b. Follow up
Sebagian besar rekurensi (>50%) biasanya terjadi dalam 2 tahun sesudah
pembedahan, tetapi rekurensi bisa terjadi sampai dengan 20 tahun pasca bedah.
Follow up ditunjukan untuk menemukan rekuransi dini. Beberapa senter di
Indonesia menganjurkan interval kontrol sebagai berikut:
- Tahun 1 dan 2 : kontrol setiap 2 bulan.
- Tahun 3 s/d 5 : kontrol setiap 3 bulan
- Tahun > 5 : kontrol setiap 6 bulan
atau
- 6 bulan pertama : kontrol setiap 1 bulan
- 6 bulan s/d 3 tahun : kontrol setiap 3 bulan
- > 3 tahun s/d 5 tahun : kontrol setiap 6 bulan
- > 5 tahun : kontrol setiap tahun
Pemeriksaan meliputi:
- SADARI setiap bulan
- Pemeriksaan fisik oleh dokter
- Pemeriksaan imaging:
Mamografi setiap 6 bulan selama 3 tahun pertama
Thorax foto setiap 6 bulan selama 3 tahun pertama
USG liver setiap 6 bulan selama 3 tahun pertama
Bone scan setiap 2 tahun, kecuali jika ada indikasi2
BAB III
Subjek penelitian adalah semua pasien yang mengalami tumor payudara di bagian
bedah yang rawat inap di bangsal Seruni, Mawar, Kenanga, Flamboyan, Cempaka,
Anggrek dan yang telah menjalani operasi di IBS RSUP NTB selama periode Agustus
2011- November 2012.
Data yang dikumpulkan meliputi gambaran umum tumor payudara dengan seluruh
kasus bedah yang dirawat di RSUP NTB pada periode Agustus 2011 - November 2012
meliputi jumlah penderita tumor jinak dan tumor ganas, karakteristik tumor, tindakan
operatif, tindakan konservatif, hasil pemeriksaan patologi anatomi. Sumber data berasal
dari register pasien di ODC dan bangsal rawat inap Seruni, Mawar, Cempaka, Flamboyan,
dan Anggrek. Data akan diolah secara statistik deskriptif. Data akan ditampilkan dalam
bentuk tabel frekuensi.
BAB IV
Berdasarkan data pasien yang dirawat di bangsal perawatan bagian bedah (bangsal
perawatan Seruni, Mawar, Flamboyan, Cempaka, Kenanga, Bougenvile, dan IBS)
ditemukan 60 kasus (2,4%) tumor payudara dari 2506 kasus bedah (umum, ortopedi,
urologi, dan syaraf). Data ini diperoleh dari buku registrasi pasien bedah periode Agustus
2011- November 2012.
IV.1 Angka Kejadian Tumor Payudara di RSUP NTB Periode 1 Agustus 2011 sampai
30 November 2012.
Jumlah seluruh pasien tumor payudara di bagian bedah di RSUP NTB Periode Agustus
2011 sampai 30 November 2012 adalah 60 pasien.
IV.2 Distribusi tumor payudara di bagian bedah RSUP NTB periode Agustus 2011-
November 2012 berdasarkan usia
60-69 tahun 2 7%
Dari tabel tersebut menunjukkan sebanyak 18 orang (58%) penderita tumor payudara
jinak terbanyak berusia 20-29 tahun, usia 10-19 tahun menempati urutan kedua sebanyak
12 orang (25,8%), usia 30-39 tahun hanya 2 orang (7,5%) dan usia 40-49 tahun sebanyak 3
orang (9,7%). Sedangkan pada tumor payudara ganas penderita terbanyak berusia 40-49
tahun 13 orang (44,8%), 10 orang (34,5%) berusia 30-39 tahun, 4 orang berusia 50-59
tahun (13,7%) dan 2 orang berusia 60-69 tahun (7%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Ageep di Sudan tahun 2005-2010 didapatkan
penderita tumor payudara jinak terbanyak berusia 20-29 tahun yaitu 45% sedangkan
penderita tumor payudara ganas terbanyak berusia 40-49 tahun yaitu 32% .14
IV.3 Distribusi tumor payudara di bagian bedah RSUP NTB periode Agustus 2011-
November 2012 berdasarkan jenisnya
Tabel 1. Distribusi tumor payudara di bagian bedah RSUP NTB periode Agustus 2011-
November 2012 berdasarkan jenis kelainannya
TOTAL 60 100%
Dari tabel tersebut menunjukkan persentase kejadian tumor payudara jinak dan ganas.
Persentase tumor payudara jinak adalah 51,67% sedangkan persentase tumor payudara
ganas sebesar 48,33%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ugiagbe di Nigeria tahun 2009 menunjukkan
bahwa dari 2575 kasus, tumor payudara sebanyak 1864 kasus (72,4%) terdiagnosa tumor
payudara jinak dan tumor payudara ganas sebanyak 711 kasus (27,6%).15 Pada penelitian
Kumar di Nepal tahun 2008 didapatkan 92,6% kasus tumor payudara jinak dan 7,4% kasus
tumor payudara ganas.16 Penelitian Amin dkk di Saudi Arabia tahun 2007 didapatkan
21,4% pasien menderita tumor payudara ganas dan 60,1% pasien menderita tumor
payudara jinak.17
Terdapat penelitian yang dilakukan di RSUP NTB dengan penelitian yang di Nigeria
dan Nepal, pada kedua penelitian tersebut dilakukan lebih dari 5 tahun dan terdata dengan
baik. Sedangkan hasil penelitian di RSUP tidak menggambarkan yang sebenarnya sebab
catatan medik dan buku register tidak lengkap karena terbakarnya RSUP NTB pada tanggal
10 Juli 2011 yang menyebabkan catatan medik dan buku register hilang dan ikut terbakar.
IV.4 Distribusi tumor jinak payudara di bagian bedah RSUP NTB berdasarkan
patologi anatomi periode Agustus 2011-November 2012
Tabel .3 Distribusi tumor jinak payudara di bagian bedah RSUP NTB berdasarkan patologi
anatomi periode Agustus 2011-November 2012
Fibroadenoma 6 85,7%
TOTAL 7 100%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 31 orang yang menderita tumor jinak payudara
hanya 7 orang (22,5%) yang memiliki hasil pemeriksaan patologi anatomi. Sebanyak 6
orang (85,7%) hasil patologi anatominya adalah fibroadenoma dan sebanyak 1 orang
(14,3%) hasil patologi anatominya adalah fibrocystic change, adenosis type. Dari ke 6
orang dengan fibroadenoma terdapat 1 orang dengan fibroadenoma mammae
pericanalicular dan intracanalicular dan 1 orang dengan fibroadenoma tipe hemorrhagic
infarct.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amin et al tahun 2001-2007 di
Saudi Arabia dengan persentase 31,7% kasus FAM diikuti oleh kasus fibrocystic change
dengan persentase 22,1%.17 Namun pada penelitian Kumar di Nepal tahun 2010 ditemukan
sebanyak 41,2% kasus fibrocystic change diikuti FAM dengan persentase sebesar 21,8%.15
IV.5 Distribusi tumor jinak payudara di bagian bedah RSUP NTB berdasarkan
pilihan terapi periode Agustus 2011-November 2012
Tabel .4 Distribusi tumor jinak payudara di bagian bedah RSUP NTB berdasarkan pilihan
terapi periode Agustus 2011-November 2012
Operatif 30 96,7%
Konservatif 1 3,3%
TOTAL 31 100%
Jumlah penderita tumor payudara jinak adalah 31 orang. Sebanyak 30 orang (96,7%)
mendapat terapi operatif dan 1 orang (3,3%) mendapat terapi konservatif. Sebagian besar
sumber merekomendasikan tindakan operatif untuk penatalaksanaan tumor payudara jinak.
Namun menurut beberapa sumber, tumor payudara jinak dapat diberikan terapi konservatif
apabila pasien tersebut berusia muda, berdasarkan karakteristik klinis dan tampakan tumor
serta tidak memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga.7,8,9
Tabel .5 Distribusi Ca mammae di bagian bedah RSUP NTB berdasarkan jenis klinisnya
periode Agustus 2011-November 2012
Ca mammae 19 65,5%
TOTAL 29 100%
TOTAL 10 100%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 29 orang yang menderita Ca mammae hanya 10
orang (34,5%) yang memiliki hasil pemeriksaan patologi anatomi. Jumlah penderita Ca
mammae dengan hasil PA infiltrating ductal carcinoma adalah 7 orang (70%), 1 orang
(10%) dengan hasil PA Malignant phyloides tumor, 1 orang (10%) dengan hasil PA
Squamous cell carcinoma, dan 1 orang (10%) dengan hasil PA Infiltrating lobular
carcinoma.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amin et al tahun 2001-2007 dengan
persentase kasus Ca mammae infiltrating ductal carcinoma sebesar 78,7%, Ca mammae
infiltrating lobular carcinoma menepati urutan kedua dengan persentase 7,7% sedangkan
persentase malignant phyloides tumor 1,4%.17
Pada 10 orang yang secara klinis menderita Ca mammae stadium lanjut, 2 orang
diantaranya memiliki hasil patologi anatomi infiltrating ductal carcinoma. Pada 19 orang
penderita Ca mammae sebanyak 8 orang memiliki hasil patologi anatomi, 5 orang dengan
infiltrating ductal carcinoma, 1 orang dengan infiltrating lobular carcinoma, 1 orang dengan
malignant phyloides tumor dan 1 orang dengan squamous cell carcinoma.
Dari 29 orang yang menderita Ca mammae hanya 10 orang yang memiliki hasil
patologi anatomi, hal ini dapat disebabkan karena pasien tidak mengambil hasil tersebut di
laboratorium, pasien tidak memberikan hasil kepada dokter, atau kemungkinan hasil
tersebut tercecer di rekam medik pasien.
IV.8 Distribusi Ca mammae di bagian bedah RSUP NTB berdasarkan pilihan terapi
periode Agustus 2011-November 2012
Terapi Jumlah
Operatif 8
Konservatif 26
TOTAL 34
V.1 Kesimpulan
1. Ditemukan 60 kasus (2,4%) tumor payudara dari 2506 kasus bedah (umum,
ortopedi, urologi, dan syaraf) di RSUP NTB periode 1 Agustus 2011-31 November
2012.
2. Jumlah tumor payudara jinak adalah 31 orang (51,67%) dan tumor payudara ganas
sebanyak 29 orang (48,33%) di RSUP NTB periode 1 Agustus 2011-31 November
2012.
3. Jumlah penderita tumor payudara jinak terbanyak berusia 20-29 tahun yaitu 18
orang (58%) sedangkan pada tumor payudara ganas penderita terbanyak berusia 40-
49 tahun 13 orang (44,8%).
4. Berdasarkan hasil PA, fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak paling
banyak ditemukan yaitu sebesar 85,7% sedangkan pada tumor payudara ganas kasus
terbanyak adalah Ca mammae infiltrating ductal carcinoma sebesar 70%.
5. Jumlah penderita tumor payudara jinak yang melakukan tindakan operatif adalah 30
orang (96,7%) sedangkan pada tumor payudara ganas penderita sebanyak 26 orang
melakukan terapi konservatif..
6. Data yang didapatkan di atas tidak menggambarkan hal yang sebenarnya sebab
catatan medik dan buku register tahun 2011 tidak lengkap karena terbakarnya RSUP
NTB pada tanggal 10 Juli 2011 yang menyebabkan catatan medik dan buku register
hilang dan ikut terbakar.
V.2 Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi dalam sistem pencatatan buku registrasi pasien RSUP
NTB di semua bangsal.
2. Untuk jangka panjang, penelitian ini sebaiknya terus dilanjutkan dan diperluas
cakupannya sebagai salah satu sumber informasi kejadian tumor payudara wilayah
NTB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar, Vinay. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC
2. Manuaba, Tjakra Wibawa. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi
2010. Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia. Jakarta.
3. Moore, Keith I.N Agur Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:
Hipokrates.
4. Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2004. Payudara. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua.
Jakarta : EGC
5. Norton, J.A. 2003. Essential Practice of Surgery: Basic Science and Clinical
Evidence. New York: Springer.
6. Sabiston, 1995. Payudara. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta.
7. Greenberg, Ron et al. 1998. Management of Breast Fibroadenomas. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1497021/pdf/jgi_188.pdf.
8. Guray, Merih et al. 2006. Benign Breast Diseases: Classification, Diagnosis, and
Management. The Oncologist 2006;11:435449
9. Kuijper, A et al.2001. Histopathology of Fibroadenoma of the Breast. Am J Clin
Pathol 2001;115:736-742
10. Al Sarakbi, W et al. 2006. Review: Breast Papillomas: Current Management with A
Focus on A New Diagnostic and Therapeutic Modality. International Seminars in
Surgical Oncology 2006, 3:1
11. Doherty, Gerard M. 2009. Current Diagnosis & Treatment Surgery 13 Edition.
USA: Mc Graw-Hill Companies.
12. Depkes, 2010. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim. Available from : http://depkes.go.id.
13. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice of
surgery: basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2002. p. 655-68
14. Ageep, 2011. Histological type and grade of breast cancer tumors by parity, age at
birth, and time since birth: a register-based study in Norway. BMC Cancer
15. Ugiagbe, Ezekiel et al. 2011. Benign Breast Lesion in an African population : A 25
year Histopathological Review of 1864 cases. Nigerian Medical Journal. Vol.25
Issue 4 2011 211-216
16. Kumar, Rajendra. 2010. A Clinicopathologic Study of Breast Lumps in Bhairahwa,
Nepal. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 11, 2010 855-858
17. Amin, Tarek Tawfik et al. 2009. Histopathological Patterns and Risk of Female
Breast Lesions at a Secondary Level of Care in Saudi Arabia. Asian Pacific Journal
of Cancer Prevention, Vol 10, 1121-1126
18. Kapan et al. 2010. Tuberculosis of Breast. European Journal of General Medicine. Vol.
7(2):216-219
19. Znati et al. 2010. Pure Primary Squamous Cell Carcinomas of the Breast. Journal of
Medical Cases, Vol. 1, No. 1
20. College of American Pathologists. 2011. Breast Cancer.Invasive Ductal Carcinoma. Available
from : www.cancer.org
21. Vaidyanathan et al. 2002. Benign breast disease : When to treat, when to reassure,
when to refer. Cleveland Clinic Journal of Medicine. Vol 69 No.5
22. Klein, M.D. Susan. 2005. Evaluation of Palpable Breast Masses. American Family
Physician. Vol 71, No 9
23. Harish, Monica et al. 2007. Breast Lesions Incidentally Detected with CT : What
the General Radiologist Needs to Know. RadioGraphics. 27:S37S51
24. Scholl, Cathie. 2009. Sonographic Features of Benign Masses : A Case Review.
Available from : http://www.eradimaging.com/site/article.cfm?ID=644.
25. Anonim. 2012. Benign Breast Diseases: Classification, Diagnosis, and
Management. Available : http://www.health.am/cr/more/benign-breast-diseases-
classification-diagnosis/P4/#ixzz2FEWwaO7Y
26. Dr Yuranga Weerakkody and Radswiki et al. 2012. Galactocele. Available :
http://radiopaedia.org/articles/galactocele
27. Suhag, Virender. 2005. Palliative Therapy in Cancer Patients: An Overview. JK
SCIENCE. Vol. 7 No. 2
ALGORITMA TUMOR PAYUDARA
TUMOR JINAK
Fibroadenoma
Fibrokistik change OPERATIF
Papilloma intraduktal
Tumor Phyloides
Galactocele
Lipoma OPERATIF
JINAK (klinis)
TB payudara
PATOLOGI
ANATOMI RADIOTERAPI
TUMOR
Biopsi
MAMMAE
KEMOTERAPI
FNAB
CMF
TUMOR GANAS
GANAS (klinis) CAF, CEF
Infiltrating ductal
T-A
carcinoma
Gapecetabin
Infiltrating lobular
carcinoma
HORMONAL
Squamous cell
carcinoma Tamoxifen
Aromatase
Inhibitor
GnRH
PALIATIF
SUPORTIF