0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan27 halaman

Isi

Dokumen tersebut membahas tentang kimia sebagai ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, dan sifat zat. Selanjutnya membahas tentang metode pemurnian natrium klorida dengan rekristalisasi menggunakan air sebagai pelarut dan zat tambahan seperti CaO, Ba(OH)2, dan (NH4)2CO3 untuk mengikat zat pengotor seperti Ca2+, Mg2+, Al3+.

Diunggah oleh

Wahyu Hidayat
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan27 halaman

Isi

Dokumen tersebut membahas tentang kimia sebagai ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, dan sifat zat. Selanjutnya membahas tentang metode pemurnian natrium klorida dengan rekristalisasi menggunakan air sebagai pelarut dan zat tambahan seperti CaO, Ba(OH)2, dan (NH4)2CO3 untuk mengikat zat pengotor seperti Ca2+, Mg2+, Al3+.

Diunggah oleh

Wahyu Hidayat
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kimia (dari bahasa Arab: , transliterasi: kimiya = perubahan benda/zat


atau bahasa Yunani: , transliterasi: khemeia) adalah ilmu yang mempelajari
mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga
molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk
membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari
pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan
pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat
fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada
gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom dan ikatan kimia.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari ditulisnya laporan akhir ini adalah untuk merangkum seluruh
ilmu yang didapat selama praktikum pada satu semester ini.
Adapun tujuannya adalah untuk
1. Melampirkan seluruh hasil kegiatan praktikum
2. Memberikan ringkasan materi praktikum
3. Memenuhi tugas akhir praktikum Kimia Dasar

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu kegiatan praktikum ini pada hari Sabtu dimulai dari pukul 14.00
sampai 16.00 WITA, Tempat kegiatan pembelajaran praktikum dilakukan dalam
ruang Laboratorium Fakultas Teknik Unikarta Tenggarong

1
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Percobaan Pemisahan Campuran

Dasar Teori

Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5 0C.
Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan
terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras
dengan air, membentuk Natrium Hidroksida dan Hidrogen. Dalam garam-garamnya
natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan
tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air. Kebanyakan klorida larut
dalam air, Merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbale klorida, PbCl2
(yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air
mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismuth oksiklorida, BiOCl, stibium
oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II) oksiklorida, HgOCl2, tak larut dalam air. Di
bidang teknik kimia seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan,
tanpa mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali
juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau harus
dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses kristalisasi
dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang
teratur. Yang dimaksud kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal
dari suatu larutan atau lelehan. Hasil kristalisasi dari lelehan sering harus didinginkan
lagi atau dikecilkan ukurannya. Senyawa organik padat yang dari reaksi organic
diisolasi jarang terbentuk murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan
sedikit senyawa lain (impurities) yang dihasilkan selama reaksi berlangsung.
Pemurnian senyawa tak murni biasanya dikerjakan dengan rekristalisasi dengan
berbagai pelarut atau campuran pelarut. Pemurnian padatan dengan rekristalisasi
didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran
pelarut. Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisasi yaitu :

1. suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh


butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai
butiran asli termasuk didalamnya
2. Perubahan struktur kristal akibat pemanasan pada suhu kritis

2
3. Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan
pemanasan. Impuritis pada garam meliputi senyawa yang bersifat
higroskopis yaitu MgCl2, CaCl2, MgSO4 dan CaSO4, dan beberapa zat
yang bersifat reduktor yaitu Fe, Cu, Zn dan senyawa-senyawa organik.
Impuritis-impuritis tersebut dapat bereaksi dengan ion hidroksil (OH-)
sehingga, terutama, membentuk endapan putih Ca(OH)2 dan Mg(OH)2.
Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal) komponen
tunggal dari fase cair (larutan atau lelehan) yang multi komponen, dan
dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan dan atau kombinasi
pendinginan dan penguapan. Proses pembentukan kristal dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu
(1) pencapaian kondisi super/lewat jenuh (supersaturation),
(2) pembentukan inti kristal (nucleation), dan
(3) pertumbuhan inti kristal menjadi kristal (crystal growth).
Kondisi super jenuh dapat dicapai dengan pendinginan. Penguapan,
penambahan presipitan atau sebagai akibat dari reaksi kimia antara dua
fase yang homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah
kondisi super/lewat jenuh (supersaturated) tercapai.

Pembahasan :

Selain senyawa dengan ikatan kovalen, dikenal pula senyawa dengan jenis
ikatan lain, yaitu ikatan elektrovalen atau ikatan ionik yang didasarkan pada tarikan
elektrostatik antara ion yang berlawanan muatan. Teori ini dapat menerangkan
struktur kristal dari zat padat.
NaCl merupakan salah satu contoh padatan ionik karena tersusun atas ion-ion
berlawanan muatan yang saling tarik menarik. Senyawa penyusun NaCl sendiri
memiliki sifat khasnya msing-masing dan sangat berbeda dengan senyawa yang
disusunnya. Contohnya, unsur Na yang mudah meledak dalam air dan ternyata justru
berlainan sifat dengan NaCl yang cenderung mudah larut dalam air dan terionisasi.
Hal ini diakibatkan adanya pengaruh anion-anion yang diikat oleh Na dalam NaCl
sehingga menyebabkan sifat asli dari Na hilang. Dalam padatan ionik seperti kristal
yang tersusun dari ion-ion akan terjadi tarik-menarik antara kation dan anion yaitu
gaya elektrostatik Coulomb serta tolak menolak ion sejenis. Keseimbangan antara
tarik-menarik dan tolak-menolak ini menghasilkan energi kisi kristal. Atom Na hanya
mempunyai satu elektron valensi. Dengan menyerahkan elektron tersebut tercapai
susunan elektron seperti neon dan Na menjadi bermuatan positif Na+. Atom Cl
memiliki 7 elektron valensi, dengan menerima satu elektron tambahan akan
membentuk anion, Cl-. Natrium klorida (NaCl) senyawa ionik dengan jumlah Na dan
Cl yang sama.
Senyawa alkali halida seperti NaCl menunjukkan bahwa jarak antar ion
adalah jumlah jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif, sehingga jumlah ini
digunakan untuk menerangkan struktur dari kristal ioniknya. Perbandingan jari-jari
ion dapat memberikan gambaran mengenai bilangan koordinasi.

3
Hal ini berarti kristal NaCl memiliki bilangan koordinasi 6, dimana 1 kation
Na+ dikelilingi 6 anion Cl-. Pada jarak antar ion yang sangat besar secara energitika
yang terbentuk adalah atom Na dan Cl. Apabila kedua partikel saling mendekat, maka
kduanya berubah menjadi ion. Adanya gaya elektrostatik yang besar yang
menyebabkan kedua ion mendekat sampai tercapai keadaan setimbang, yaitu pada
titik minimum. Pada jarak yang sangat dekat ini yang berperan adalah gaya tolak-
menolak antara ion yang bermuatan sejenis. Kristal ion yang terbentuk kemudian
terdiri dari susunan teratur dari kation Na+ dan anion Cl- dalam kisi kristal. Kisi
Kristal adalah kumpulan dari satuan-satuan kecil yang disebut sel satuan dan ion-ion
dinyatakan sebagai titik-titik. Satu lagi perbedaan nyata dari senyawa NaCl berbentuk
kristal dengan ion-ion ynag menyusunnya, yaitu jari-jari kristal NaVl<>+ atau Cl-.
Hal ini disebabkan dalam kristalnya, terjadi menarik antara kation dengan anion yang
memperkecil jarak antar ionnya (r kristal). Jadi, struktur oktahedral NaCl ini akan
bertumpuk dengan semakin banyaknya atom Na dan Cl yang bergabung sehingga
menghasilkan kristal NaCl
Metode pemurnian yang akan digunakan kali ini adalah dengan rekristalisasi.
Metode ini didasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan
kotoran dalam suatu pelarut tertentu. Ada beberapa syarat agar suatu pelrut dapat
digunakan dalam proses kristalisasi yaitu: 1. Memberikan perbedaan daya larut yang
cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, 2. Tidak meninggalkan
zat pengotor pada kristal, 3. Mudah dipisahkan dari kristalnya.
Dalam percobaan ini akan dipelajari cara memurnikan natrium klorida yang
berasal dari garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. NaCl
merupakan komponen utama penyusun garam dapur. Komponen lainnya merupakan
pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, SO42-, I- dan Br. Agar
daya larut antar NaCl dengan zat pengotor cukup besar maka perlu dilakukan
penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat tambahan itu kan membentuk senyawa terutama
garam yang sukar larut dalam air, selain itu rekristalisai dapat dilakukan dengan cara
menambahkan ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan dipisahkan.
Garam NaCl dilarutkan ke dalam air panas sehingga pengotor-pengotor
berupa partikel padat bisa terlepas dan menjadi koloid dalam larutan sehingga dapat
terkumpul saat disaring. Pelarutan ini juga mengakibatkan NaCl terionisasi dalam air.
Filtrat pertama kali direkristalisasi dengan pelarut CaO yang berfungsi memutihkan
garam yang dihasilkan nantinya karena dapat mengikat pengotor berupa Ca2+.
Selanjutnya rekristalisasi dengan Ba(OH)2 juga memiliki fungsi yang sama dengan
CaO, tetapi khusus mengikat pengotor berupa ion Mg2+ atau Al3+. Rekristalisasi
terakhir dilakukan dengan penambahan pelarut (NH4)2CO3 yang berguna untuk
mengikat sisa-sisa zat pengotor yang mungkin masih ada dalam larutan garam tetapi
tidak bisa terikat oleh 2 pelarut sebelumnya. Zat-zat pengotor itu mungkin berada
dalam bentuk ion SO42-, I-, Br, dll. Dengan adanya penambahan 3 pelarut tadi, maka
dapat disumsikan bahwa larutan garam sudah murni dan tidak mengandung zat
pengotor lagi. Zat-zat pengotor tersebut terikat dengan pelarut sehingga tersuspensi
dan dapat dipisahkan melalui penyaringan . Penambahan HCl pada filtrat diperlukan
karena larutan garam sudah bersifat basa akibat dari penambahan Ba(OH)2 saat
rekristalisasi kedua. Diusahakan agar larutan garam netral (pH=7). Larutan garam
kemudian dipanaskan sehingga diperoleh NaCl murni dalam bentuk serbuk karena

4
setelah melalui pemanasan serta pelarutan menyebabkan ikatan-ikatan antar ion
dalam kisi kristal sebagian besar putus dan tidak lagi terdapat dalam bentuk
bongkahan.

Alat alat Dan Bahan :

Alat :
1. Gelas kimia 100 ml : 1 buah
2. Gelas Erlenmayer 100 ml : 2 buah
3. Gelas Ukur 100 ml : 1 buah
4. Corong : 1 buah
5. Kertas saring : 1 buah
6. Korek api : 1 buah
7. Batang pengaduk : 2 buah
8. Cawan porselin ( pinggan penguap ) : 1 buah

Bahan :

1. Garam dapur kotor

2. Pasir

3. Air

Cara kerja :

1. Campurkan kira kira 2 gram garam dapur kotor dengan 1 gram pasir dalam
gelas kimia kemudian di tambahkan air 10 ml, aduk hingga garam terlarut .

2. Lipat kertas saring masukkan ke dalam corong.

3. Saringlah campuran pada langkah (1) dan tampung filternya dalam gelas
erlemanyer .

Perhatikan filtrate yang di peroleh, jernih atau keruh (catat). Amatilah residu
yang telah didapat pada kertas saring, zat apakah itu (catat).
4. Tuangkan kira kira 5 ml filtrate yang di dapat pada langkah (3) ke dalam
pinggan penguapan kemudian panaskan dengan menggunakan korek api,
kemudian biarkan dan di angin - anginkan. Apakah yang diperoleh dari
percobaan tadi (catat).

5
Gambar 1.1. percobaan pemisahan campuran

Hasil kerja :

1. Penyaringan dan pengkristalan ;

Percobaan Volume / Berat Warna Kterangan

Garam dapur kotor 2


1 Keruh
gram, Pasir 1 gram, Air Di aduk menghasilkan larutan
Coklat
10 ml

Campuran Garam, Air, Penyaringan


2 Keruh
dan Pasir 13ml menghasilkanlarutan garam

5ml Filtrat Putih Menghasilkan butiran garam


3

Tabel 1.1. Hasil Percobaan Pemisahan Campuran

Pertanyaan :
a. Mengapa garam tidak dapat bisa di pisahkan dengan larutannya dengan
cara penyaringan ?

Jawaban :
- karena garam zat tunggal yang mudah larut.

b. Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan ini ?

6
Jawaban :
- Pasir tidak akan larut dalam air, karena bersifat pekat, sedangkan
larut dalam air dan ikut bersama air meskipun air itu telah disaring
dan setelah dilakukanpembakaran air akan menguap dan hanya
tertinggal garam.

2.2. Percobaan Pelarutan Materi

Dasar Teori

Kelarutan sakarosa atau gula dapat larut dalam air jumlah kelarutannya
bergantung pada suhu dan keberadaan komponen lainnya di dalam larutan gula
tersebut

Dalam larutan cair, antara partikel komponen larutan terdapat interaksi yang
relative kuat. Partikel zat terlarut bergerak bersama pelarut ke segala arah dalam
bejana. Oleh sebab itu, dua jenis zat terlarut dapat bertabrakan dan menimbulkan
reaksi.

Larutan adalah campuran homogen, maksudnya adalah campuran yang


membentuk satu fasa, yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara
satu bagian dengan bagian lain didekatnya, atau singkatnya adalah campuran yang
tidak memiliki bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walau menggunakan
mikroskop ultra. Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang besar
jumlahnya, komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain disebut
zat terlarut (solute).

Menurutnya zat secara spontan dapat dijelaskan dengan hokum termodinamika,


yaitu bila perubahan energi bebas pelarutan bertanda negative. Artinya, energi bebas
zat sebelum larut lebih besar dari pada setelah larut.

Alat Dan Bahan

Alat

- Gelas kimia 100 ml: 1 buah

- Gelas ukur 50 ml : 1 buah

- Gelas ukur 100 ml : 1 buah

- Lumpang dan alu : 1 set

- Thermometer : 1 buah

- Sendok kecil : 1 buah

- Lilin : 1 buah

7
- Tungku : 1 buah

- Kasa : 1 buah

- Stopwatch : 1 buah

Bahan

- Air

- Gula pasir 3 sendok kecil

Cara Kerja

1. Isilah gelas kimia dengan air sampai 50 ml, kemudian tambahkan 1 sendok
kecil gula pasir. Biarkan melarut tanpa diaduk, hitung waktu yang
diperlukan sejak gula pasir ditambahkan hingga semua melarut.

2. Ulangi prosedur 1, akan tetapi pada percobaan ini campuran gula dan air di
aduk.

3. Ulangi prosedur 1, akan tetapi air yang digunakan mula-mula di panaskan


hingga mencapai suhu 50o C.

4. Ulangi prosedur 1, akan tetapi gula yang digunakan lebih dahulu digerus
hingga halus.

Gambar 1.2. Percobaan Pelarutan Materi

8
Hasil Kerja

Percobaan Campuran Waktu Pelarutan

Air 50 ml
1 Satu sendok gula 23,23 menit
(tanpa diaduk)
Air 50 ml
2 Satu sendok gula 1,31 menit
(diaduk)
Air 50 ml bersuhu 50C satu
3 sendok gula 14,25 menit
(tanpa diaduk)

Air 50ml
4 4,10 menit
Satu sendok gula yg sudah di gerus

Tabel 1.2. Hasil Percobaan Pelarutan Materi

Pertanyaan

a. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelarutan!

Jawab :

faktor-faktor nya yaitu :

- Suhu

- Tekanan

- Besaran

b. Kondisi bagaimanakah yang menyebabkan proses pelarutan paling cepat?

Jawab :
Saat air dan gula dicampurkan lalu diaduk memakai sendok
c. Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan diatas?

Jawab :
Campuran air dan gula yg diaduk dan tidak diaduk memiliki waktu yang
berbeda, lebih cepat campuran gula dan air yang diaduk

9
Sedangkan campuran gula dan air yang dipanaskan dan di gerus memiliki
waktu yang berbeda juga lebih cepat gula yang digerus hingga halus daripada
gula yg dularutkan kedalam air yg memiliki suhu 50C

2.3. Percobaan Perubahan Materi

Dasar Teori

Pada definisi materi, dikatakan bahwa materi merupakan suatu obyek yang
memerlukan ruang dan mempunyai massa. Massa hanyalah salah satu sifat dari
materi. Bagaimanapun, massa dapat membedakan materi yang satu dengan materi
lainnya. Sifat-sifat materi dapat digolongkan menjadi sifat fisis dan sifat kimia.
Warna, kilap, dan kekerasan merupakan contoh sifat fisis yang dapat digunakan untuk
menjelaskan keadaan fisik suatu materi. Sedang sifat kimia dapat ditunjukkan oleh
adanya kemampuan suatu materi untuk berubah menjadi materi lain.

Perubahan materi terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Perubahan Fisika

Perhatikan es batu yang dipanaskan. Es yang awalnya berwujud padat akan


berubah wujud menjadi cair. Tahukah kamu, dan bahan apakah es batu dibuat? Es
batu dibuat dan air yang berwujud cair, kemudian didinginkan hingga membeku
menjadi padatan yang disebut es. Perubahan es menjadi air dan air menjadi es
merupakan perubahan fisika.

2. Perubahan Kimia

Kamu sudah mengenal bahwa perubahan fisika tidak mengubah sifat materi.
Contohnya, gula yang dilarutkan. Bagaimana jika gula dipanaskan sehingga menjadi
arang yang berwarna hitam dan berasa pahit.

Bagaimana dengan lilin yang terbakar? Ingat! Pada pembakaran lilin, ada lilin
yang terbakar dan ada lilin yang meleleh. Lilin yang meleleh termasuk perubahan
fisika karena tidak menghasilkan zat baru. Adapun pada lilin yang terbakar, lilin
tersebut berubah menjadi asap dan gas yang tidak terlihat oleh mata. Asap dan gas
yang dihasilkan tidak dapat dikembalikan menjadi lilin. Perubahan-perubahan
tersebut termasuk perubahan kimia. Pada perubahan kimia dihasilkan senyawa baru
yang sifatnya berbeda dengan senyawa asal. Dengan kata lain perubahan kimia
adalah perubahan dari suatu zat atau materi yang menyebabkan terbentuknya zat
baru.

10
Alat dan Bahan

Alat :

- Tabung reaksi : 4 buah

- Rak tabung : 1 buah

- Pembakar spiritus : 1 buah

- Besi/logam : 1 buah

- Penjepit tabung : 1 buah

- Pengaduk kaca : 2 buah

Bahan :

- Kawat nikrom

- Lilin

- Serbuk belerang

- Gula pasir

Cara Kerja

1. Nyalakan lilin dan amatilah lilin yang menyala itu, apakah lilin yang menyala
itu menyerap atau membebaskan kalor. Masukkan spatula baja/besi kedalam
nyala lilin selama 6 detik. Amatilah spatula/besi itu apakah terbentuk zat baru
pada lilin yang menyala.

2. Masukkan kira-kira 2 gram potongan-potongan lilin dalam sebuah tabung


reaksi. Dengan menggunakan penjepit tabung panaskanlah tabung itu hingga
lilin di dalamnya meleleh. Kemudian biarkan tabung beserta isinya menjadi
dingin. Apakah lilin yang meleleh menghasilkan zat baru.

3. Lakukan seperti percobaan ke 2 gelas di atas dengan

a. Serbuk pasir

b. Gula pasir

4. Ambil sedikit serbuk belerang dengan pengaduk kaca, kemudian bakar ( tetap
pada pengaduk ). Perhatikan belerang yang terbakar menghasilkan zat baru.

11
5. Panaskan kawat nikrom pada nyala spiritus hingga berpijar, kemudian
biarkan menjadi dingin. Periksalah apakah kawat nikrom berubah menjadi zat
lain

Gambar 1.3. Percobaan Perubahan Materi

Percobaan Terjadi Reaksi Baru Keterangan


Lilin yang dinyalakan akan
Lilin dinyalakan dan
membebaskan kalor, dan pada
1 spatula dipanaskan ke
spatula baja/besi yang dimasukan
dalam lilin
kedalam lilin tidak terjadi reaksi baru
Lilin yang dipanaskan
Lilin yang dimasukkan ke dalam
menjadi cair dan setelah
2 tabung reaksi tidak terjadi zat baru
dingin menjadi padat lagi
Serbuk belerang yang dibakar akan
Belerang dimasukan di
berubah menjadi cair dan setelah
3a tabung reaksi dan
dingin menjadi padat kembali dan
dipanaskan
berubah warna menjadi coklat

Gula yg dibakar akan berubah Gula dimasukan ke tabung


3b menjadi cair dan warnanya berubah reaksi dan dipanaskan

Belerang yang dibakar pada


Belerang dibakar
pengaduk kaca menghasilkan reaksi
menggunakan pengaduk
4 baru yaitu menjadi gas dan berbau
kaca
menyengat

12
Kawat nikron yang dipanaskan akan
mencair dan berubah padat lagi Kawat nikron dipanaskan
5
setelah didinginkan

Tabel 1.3. Hasil Percobaan Perubahan Materi


2.4. Percobaan Kromatografi Kertas

Dasar Teori

Kromatografi adalah pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan


perembesan atau perbedaan koefisien difusi. Komponen komponen yang dipisahkan
akan didistribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan fase stasioner (tetap)
,dan yang berupa fase mobil (fase bergerak).
Fase mobil dialirkan menembus sepanjang fase stasioner. Fase stasioner
cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase mobil menghanyutkan
campuran. Berdasarkan perbedaan terikatnya suatu komponen pada fase stasioner dan
perbedaan kelarutan pada fase mobil, komponen-komponen suatu campuran dapat
dipisahkan. Komponen yang kurang larut dalam fase mobil, atau yang lebih kuat
terjerap (terabsorpsi) pada fase stasioner akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
lebih larut akan kurang terjerat akan bergerak lebih cepat.

Alat dan Bahan

Alat :
Gelas Pembiak : 3 Buah

Kertas saring : 3 Buah

Air : Secukupnya

Bahan :

Tinta yang larut dalam air (Merah, Hitam, Biru)

Cara Kerja :

1. Siapkan kertas saring(kerta tissue) dengan ukuran 4 x 14 cm2

2. Tarik satu garis dengan pensil kira-kira 1cm, dari salah satu ujungnya

3. Buat noda dengan tinta hitam pada garis itu lalu biarkan mengering.

13
4. Gantungkan kertas itu dengan sebatang lidi pada gelas pembiak. Atur
ketinggian kertas saring, sehingga ujungnya tidak mengenai dasar gelas.

5. Isilah gelas pembiak dengan air, kira-kira setinggi 1cm (permukaan air tidak
boleh mengenai noda tinta). Air akan merambat naik, dan menguraikan zat-
zat warna tinta. Keluarkan kertas saring itu dari gelas pembiak jika air sudah
sampai ke ujung kertas bagian atas (lidi), dan biarkan mengering. Berapa jenis
warna yang terdapat pada tinta hitam itu (catat).

6. Lakukanlah prosedur yang sama dengan tinta berwarna biru dan merah.

Gambar 1.4. Percobaan Kromatografi Kertas

Hasil Kerja

NO Percobaan Waktu Warna


Berubah menjadi 2 warna, abu-abu
1 Hitam 15 menit 17 detik
dan hitam
Berubah menjadi 2 warna merah
2 Merah 14 menit 27 detik
dan orange

Berubah menjadi 2 warna, biru dan


3 Biru 14 menit 7 detik
biru muda
Tabel 1.4. Hasil Percobaan Kromatografi Kertas

Pertanyaan :

a. Jelaskan mengapa zat warna dalam tinta terpisah pada krematografi


kertas?

Jawab :

14
Karena fase stasionerdipengaruhi oleh fase mobile dimana fase
mobile dapat menembus sedangkan fase stasioner cenderung menahan
komponen campuran dan fase mobile dapat menghancurkan campuran

b. Apa yang anda simpulkan dari percobaan di atas?

Jawab :

Tinta akan merambat/merembes setelah air mengenai tinta

2.5. Percobaan Klasifikasi Materi


Dasar Teori

Materi terdiri dari Unsur, Senyawa dan Campuran. Unsur dan senyawa
tergolong zat tunggal dan homogen. Campuran terdiri atas dua jenis zat atau lebih zat
tunggal. Unsur tidak dapat diuraikan secara kimia menjadi zat-zat lainnya, sedangkan
senyawa dapat diuraikan menjadi zat lainnya.

Alat dan Bahan

Alat :
Peralatan Tulis

Bahan :

Bahan dapat dilihat disekitar lingkungan kampus

Cara Kerja

Dalam kegiatan ini, anda akan mencatat minimal 30 jenis materi yang
biasa anda temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian anda
mengelompokan kedalam 3 jenis bagian, yaitu Unsur, senyawa, dan
Campuran. Berikan penjelasan yang cukup mengenai pengelompokan itu

Hasil Kerja

15
Golongan Keterangan
No Jenis Materi
Unsur Senyawa Campuran Rumus Kimia
1 Besi Fe
2 Seng Zn
3 Emas Au
4 Tembaga Cu
5 Air H2O
6 Larutan Garam NaCl+ H2O
7 Calsit (Gamping) CaCo3
8 Carbon C
9 Benzena C6H2
Carbon
10 CO
Monoksida
11 Timah putih Sn
Timah hitam
12 Pb
(Timbal)
13 Nikel Ni
14 Gula Pasir C12H22O11
15 Urea CO(NH2)2
16 Calsium Ca
17 Asam sulfat H2SO4
18 Plumbun Oksida PbO2
19 Kalium Karbonat CaCO3
20 Neon Ne
21 Barium Sulfat BaSO4
22 Ferum Dioksida FeO2
23 Perak Ag
24 Yodium I
26 Susu Koloid (Emulsi)

Tabel 1.5. data Pengamatan hasil percobaan klasifikasi materi

16
Pertanyaan :

Apa dasar anda mengelompokan benda-benda tersebut kedalam Unsur,


Senyawa dan Campuran ?

Jawaban :

Karena benda-benda tersebut mempunyai symbol dan no.atom

Kesimpulan apa yang dapat anda kemukakan dalam percobaan kali ini ?

Jawaban :

Kita bisa mengetahui perbedaan, unsure, dan senyawa

17
2.6. Percobaan Mengukur pH Tanah dan Air

Dasar Teori

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sngat penting. Dalam
kehidupan sehari-hari kita mengenai bebagai jenis zat yang digologkan sebagai
asam,misalnya, asam cuka, asam sitrum, asam jawa, dan asam belimbing. Demikian
juga, kita mengenal berbagai jenis zat yang digolongkan sebagai basa, misalnya kapur
sirih, kaustik soda, air sabun, dan air abu. Salah satu sifat basa adalah dapat
melarutkan lemak itulah sebabnya abu(abu gosok) digunakan untuk mencuci piring.
Asam adalah zat-zat yang mempunyai rasa asam, sedangkan basa adalah zat-
zat yang mempunyai rasa agak pahit. Asam dan basa dapat dikenal dengan
menggunakan bebagai jenis indikator. Indikator asam-basa adalah zat-zat warna yang
memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa. Indikator
asam-basa pada awalnya diperoleh dari tumbuhan tetapi kini sudah dapat dibuat
dipabrik. Lakmus, sebagai contoh diperoleh dari liken, suatau simbiosis jamur dengan
alga. Liken biasanya tumbuh dibebatuan atau pepohonan.
pH didefinisikan sebagai Logaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisie aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental., sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukalah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Pengukuran pH baik tanah maupun air bisa
dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan kertas lakmus, pH indikator, dan pH
meter. Pengukuran yang paling akurat adalah menggunakan pH meter. Larutan asam
mempunyai tingkat keasaman yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat keasaman dapat
terjadi karena perbedaan kepekatannya. Ketika kita makan bakmi atau bakso, kita
menambahkan cuka atau jeruk lebih banyak untuk menambah keasamanny, bukan?
Selain karena kepekatan, tingkat keasaman juga bergantung pada jenis asaamnya.

18
Asam sulfat 5% jauh lebih asam daripada asam cuka 5%; jus lemon jauh lebih asam
daripada jus tomat.

Tingkat keasaman lazim dinyatakn dengan skala pH. Niasanya skala berkisar
dari 0 hingga 14 dengan ketentuan sebagai berikut:
Larutan asam mempunyai pH <7.
Larutan basa mempunyai pH >7.
Laruutan netral mempuyai pH = 7.
Jadi, semakin asam suatu larutan semaki kecil pH-nya. Lazrutan dengan pH=1
memiliki sifat 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH=2; larutan dengan
pH=1 memilikisifat 100 kali lebih asam daripada larutan dengan pH=3, dan
seterusnya.

ALAT dan BAHAN

1. Kertas lakmus atau pH indicator

2. Gelas elenmeyer

3. Gelas kimia

4. Sendok teh

5. Air mineral ( AQUA)

6. Sampel tanah (cara mengambil sampel tanah : ambil tanah kering dari empat
ujung dan tengah-tengah lahan kita, campurkan secara merata, jemur beberapa
jam supaya kering. Ini bertujuan agar tanah yang akan diukur pH-nya
merupakan bagian yang rata dari lahan kita).

7. Sampel air (air PDAM, air sungai, air asam tambang).

CARA KERJA

a. Cara kerja mengukur pH tanah


1. Ambil sedikt sampel tanah dan air mineral (aqua) secukupnya (perbandingan
1:1)

19
2. Masukkan kedalam gelas kimia atau gelas elenmeyer

3. Aduk-aduk biar benar-benar homogen (merata)

4. Biarkan beberapa menit agar campuran air dan tanah tadi memisah
(tanahnya mengendap)

5. Setelah airnya terlihat agak jernih masukan ujung kertas lakmus atau pH
indicator kedalam campuran tadi (sekitar 1 menit) tetapi jangan sampai
mengenai ujung tanahnya.

6. Tunggu saat sampai kertas lakmus atau pH indicator berubah warnanya.

7. Setelah warnanya stabil, cocokkan warna yang diperoleh oleh kertas lakmus
atau pH indicator tadi dengan warna petunjuknya dan catat berapa nilainya.

b. Cara kerja mengukur pH air


1. Masukkan air PDAM kedalam gelas kimia 50 ml

2. Masukan ujung kertas lakmus kedalam air tersebut (sekitar 1 menit)

3. Tunggu beberapa saat sampai kertas lakmus berubah warnanya.

4. Setelah warnanya stabil, cocokkan warna yang diperoleh oleh kertas lakmus
tadi dengan warna petunjuknya dan catat berapa nilainya.

5. Lakukan percobaan diatas (1-4) dengan sampel berupa air sungai dan air
asam tambang.

Gambar 1.5. Percobaan Mengukur pH Tanah dan Air

Hasil Percobaan:

Percobaan Sampel pH Warna Keterangan


1 Air Tanah 7,7 Gelap Basa

20
2 Air Aqua 7,1 Terang Netral
3 7,6 Gelap Basa
Air PDAM

4 4,6 Cerah Asam


Air Asam Tambang

Tabel 1.6. Hasil Percobaan Mengukur pH Tanah dan Air

Pertanyaan :
a. Sebutkanfungsi atau kegunaan pengukura pH tanah dan air pada bidang
pertambangan!
Jawab :
Fungsi atau kegunaan pegukuran pH tanah dan air pada bidang
pertambangan yaitu untuk menunjukkan atau menentukan tingkat
kesamaan sesuatu larutan. Selain itu, kegunaan atau fungsi pengukuran
pH tanah dan air pada bidang pertambangan yaitu untuk mengetahui
drajat keasaman dan kebasaan pada tanah dan air tersebut, sehingga
membantu untuk reklamasi apakah tanah dan air layak ditanami
tanaman ataukah tidak (uji kesuburan tanah).

b. Apa yang anda simpulkan dari percobaan diatas !


Jawab:
Kesimpulan dari percobaan pengukuran pH Tanah dan Air, yaitu bahwa
pH yang berkisar 0-6 berarti Asam, 8-14 berarti basa dan pH 7 berarti
Netral, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengetahui pH
tanah dan air bagi keberlangsungan hidup.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan Pemisahan Campuran

Jadi yang dapat saya simpulkan dari percobaan penyaringan dan pengkristalan ini
yaitu :

1. Apabila air, garam dan pasir dicampur saat dilakukan penyaringan, pasir akan
tertinggal pada kertas penyaring karena pasir merupakan suspensi.

2. Apabila air dan garam dilarutkan, maka garam dan air tersebut sulit dibedakan
karena ini disebut sebagai larutan solid.

3. Proses pemurnian yang akan menjadi sebuah Kristal disebut Kristalisasi.

4. Mengetahui perubahan warna awal setelah dicampurkan dengan air .

Kesimpulan Pelarutan Materi

Dari percobaan yang sudah dilakukan, dapat penulis simpulkan bahwa jika
gula di larutkan dalam air, maka akan berbentuk larutan yang homogen . Jika larutan
gula tersebut di panaskan sampai suhu air 50C maka akan cepat terlarut di
bandingkan dengan gula yang di larutkan dengan air murni,jika gula yang sudah di
gerus dilarutkan dengan air mka akan mudah dan cepat terlarutnya.

Jika gula kasar (zat padat) bila di larutkan dengan air biasa dan di aduk akan
lebih cepat proses pelarutannya Dibandingkan dengan cara pelarutan yang
menggunakan air biasa dan tanpa proses pengadukan.

Dalam percobaan ini di ketahui bahwa semakin tinggi suhu dan kecepatan saat
mengaduknya maka gula tersebut akan semakin cepet terlarut.

22
Kesimpulan Perubahan Materi
Perubahan fisika tidak mengubah sifat zat tersebut. Dengan kata lain,
perubahan fisika tidak menghasilkan senyawa baru. Contoh perubahan tersebut ada
pada waktu pembakaran lilin terjadi. Lilin meleleh menjadi cair disebut perubahan
fisika karena tidak ada perubahan unsur-unsur dari materi lilin. Sementara
pembakaran sumbu lilin menjadi abu adalah perubahan kimia. Karena terjadi
perubahan unsur-unsur materi abu dari bahan benang menjadi abu. Dimana abu ini
tidak dapat lagi diubah ke kondisi awal lagi menjadi sumbu. Sedangkan kalau
perubahan fisika dapat diubah lagi menjadi kondisi awal.

Karena ciri-ciri dari pada perubahan fisika itu adalah Wujud (fasa),
bentuk, rasa, warna, bau, daya hantar panas, daya hantar listrik, kelarutan dan
beberapa tetapan fisika (massa jenis, indeks bias, titik beku, titik didih, titik leleh,
titik bakar , dll).

Perubahan kimia akan mengubah sifat zat tersebut dan membentuk


materi baru yang tidak dapat dikembalikan ke bentuk sebelumnya. Contoh ketika gula
dipanaskan maka gula akan menjadi caramel, sedangkan caramel tidak dapat
dikembalikan lagi menjadi gula. Karena cirri-ciri dari perubahan kimia adalah Sifat
kimia mencakup : Kereaktifan (misalnya mudah/sukar bereaksi, dapat terbakar,
melapuk, atau membusuk), rumus kimia, bentuk molekul, susunan ikatan dll.

Bagaimana membedakan perubahan kimia dari perubahan fisika selain


dengan jalan membuktikan terjadinya zat yang jenisnya baru? Reaksi kimia
(perubahan kimia) sering disertai gejala atau tanda-tanda terbentuknya zat baru. Ada
empat macam petunjuk yang menandai berlangsungnya suatu reaksi kimia yaitu :

1)Pembentukan gas

2)Pembentukan endapan

3)Perubahan warna

4)Perubahan suhu

Kesimpulan Kromatografi Kertas

Setelah melakukan percobaan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Fase mobile adalah fase yang bergerak, sedangkan fase stasioner adalah fase
diam. Perubahan warna pada fase stationer disebabkan adanya rambatan dari fase
mobile yang menyebabkan terpisahnya zat-zat penyusun fase tersebut dan
kemudian menyebabkan perubahan warna.

2. Semakin gelap warna fase stationer, maka semakin jauh jarak rambatannya.

3. Warna pada fase stationer ternyata tersusun oleh warna-warna lain yang
berwarna lebih cerah.(merah tersusun oleh warna merah muda, dan hitam
tersusun oleh warna abu-abu).

23
4. Arah rambatan cenderung laminer menjauhi sumber dari fase mobile, semakin
jauh jaraknya dari sumber, maka warna akan semakin cerah.

Kesimpulan Klasifikasi Materi

Setelah melakukan percobaan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Unsur dan Senyawa tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana
melalui proses kimia.
2. Campuran dapat kita uraikan menjadi zat yang lebih sederhana melalui proses
kimia.
3. Penggabungan beberapa unsur menjadi senyawa atau campuran, dapat digunakan
untuk kepentingan hidup sehari-hari, contohnya: Benzena (C6H2) biasa
digunakan untuk memberikan aroma pada gas LPG, sehingga kita dapat
mangetahui jika terjadi kebocoran, Garam dapur (NaCl) biasa digunakan untuk
memberikan rasa pada makanan, Urea (CO(NH2)2) biasa digunakan untuk
penyubur tanah pada lahan pertanian.
4. Penggabungan unsur-unsur menjadi senyawa baru atau campuran tersebut
dilakukan agar unsur tersebut dapat lebih bermanfaat dari pada saat ia menjadi
zat tunggal.

Kesimpulan Mengukur pH Tanah Dan Air

Larutan dengan pH 7 disebut netral

Larutan dengan pH lebih dari 7 (8-14) disebut larutan basa

Larutan dengan pH kurang dari 7 (0-6) disebut larutan asam

Larutan asam dan basa adalah larutan yang tidak layak dikonsumsi, sedangkan
larutan netral adalah larutan yang layak dikonsumsi.

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sngat penting. Dalam
kehidupan sehar-hari kita mengenai bebagai jenis zat yang digologkan sebagai
asam,misalnya, asam cuka, asam sitrum, asam jawa, dan asam belimbing. Demikian
juga, kita mengenal berbagai jenis zat yang digolongkan sebagai basa, misalnya kapur
sirih, kaustik soda, air sabun, dan air abu. Salah satu sifat basa adalah dapat
melarutkan lemak itulah sebabnya abu(abu gosok) digunakan untuk mencuci piring.

Asam adalah zat-zat yang mempunyai rasa asam, sedangkan basa adalah zat-zat
yang mempunyai rasa agak pahit. Asam dan basa dapat dikenal dengan menggunakan
bebagai jenis indikator. Indikator asam-basa adalah zat-zat warna yang memberi
warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa. Indikator asam-basa
pada awalnya diperoleh dari tumbuhan tetapi kini sudah dapat dibuat dipabrik.
Lakmus, sebagai contoh diperoleh dari liken, suatau simbiosis jamur dengan alga.
Liken biasanya tumbuh dibebatuan atau pepohonan.

24
pH didefinisikan sebagai Logaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisie aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental., sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukalah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Pengukuran pH baik tanah maupun air bisa
dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan kertas lakmus, pH indikator, dan pH
meter. Pengukuran yang paling akurat adalah menggunakan pH meter

3.2.Saran

Untuk mengikuti berikutnya sebaiknya para asisten mendampingi praktikan


agar praktikan tidak kebingunan. Untuk selanjutnya praktikan harus lebih teliti
dalam pengguanaan alat-alat agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Selama mengikuti PRAKTIKUM KIMIA DASAR ini, kami telah banyak


memperoleh banyak pengetahuan yang sangat berguna.

a. Disiplin adalah kunci keberhasilan dalam melaksanakan tugas


b. Ketelitian yang merupakan bagian dari etos kerja agar mendapatkan hasil
yang lebih sempurna.

Sebagai penutup penulis ucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dengan baik,

25
DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/rekristalisasi

2. Purba,Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta:Erlangga

3. Syukri,S. 1999. Kimia Dasar Jilid2. Bandung : ITB.

4. Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip

5. Kimia Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta:
Erlangga.

6. http://www.bimbingankimia.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=9&Itemid=78

7. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/perubahan-fisika-
dan-kimia/

8. http://organisasi.org/perubahan_materi_atau_zat_secara_fisis_fisika_dan_kimia_il
mu_kimia

9. http://www.bimbingankimia.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=9&Itemid=78

10. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/perubahan-fisika-
dan-kimia/

26
27

Anda mungkin juga menyukai