Perdes Penertiban Ternak Ru Kopi Edit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN SABU RAIJUA

KECAMATAN SABU LIAE


DESA LOBORUI

PERATURAN DESA LOBORUI


NOMOR : 01 TAHUN 2014
TENTANG
PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH DESA LOBORUI
KECAMATAN SABU LIAE KABUPATEN SABU RAIJUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA LOBORUI

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga ketertiban, keamanan, keindahan serta


terpeliharanya lingkungan hidup yang sehat serta pemanfaatan potensi
desa di bidang pertanian dan peternakan demi peningkatan kesejahteraan
dan kualitas kehidupan masyarakat dalam wilayah Desa maka perlu
dilakukan penertiban dalam memelihara ternak/hewan;
b. bahwa untuk menindak lanjuti Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua
Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penertiban Ternak Dalam Wilayah
Kabupaten Sabu Raijua Perlu di tetapkan Peraturan Desa Tentang
pelaksanaannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b maka perlu membentuk Peraturan Desa tentang Penertiban
Ternak dalam wilayah Desa Loborui di Kabupaten Sabu Raijua;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 152,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437),
sebagaimana telah dirubah dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Sabu Raijua di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 189, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4936);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5015);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Sabu Raijua
(Lembaran Daerah Nomor 1 Tahun 2010, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 1);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penertiban Ternak Dalam Wilayah Kabupaten Sabu Raijua (Lembaran
Daerah Nomor 13 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
13);

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LOBORUI


Dan
KEPALA DESA LOBORUI

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH


DESA LOBORUI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Kabupaten Sabu Raijua;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sabu Raijua;
c. Bupati Adalah Bupati Sabu Raijua;
d. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
f. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa;
g. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai
unsur Penyelenggara Pemerintah Desa;
h. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya;
i. Dusun adalah suatu wilayah Desa yang merupakan Lingkungan Kerja Pelaksanaan
Pemerintahan Desa;
j. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan
Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa;
k. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang
bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa maupun Peraturan
Kepala Desa.
l. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit
dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pasca
panen, pengolahan, pemasaran dan pengusahaannya;
m. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan
usaha peternakan;
n. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai penghasil
pangan, bahan baku industri, jasa dan/atau hasil ikutanmya yang terkait dengan pertanian;
o. Ternak besar adalah Kerbau, Sapi, Kuda;
p. Ternak kecil adalah Babi, Kambing, Domba dan hewan peliharaan lainnya (Kelinci).
q. Unggas adalah Ayam, Itik, Angsa dan Burung
r. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan
berkembang biak.
s. Penertiban ternak adalah tindakan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dan masyarakat untuk menjaga keamanan sumber daya alam dan lingkungan hidup dari
kerusakan yang ditimbulkan oleh usaha dan kegiatan peternakan.
t. Denda adalah Hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang karena
melanggar aturan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan penertiban ternak diselenggarakan diseluruh wilayah Desa berasaskan


keamanan dan ketertiban, kemanfaatan dan keberlanjutan, kerakyatan dan keadilan,
keterbukaan dan keterpaduan, kemandirian, kemitraan serta kearifan lokal.

Pasal 3

Penertiban ternak bertujuan menjamin terselenggaranya ketertiban masyarakat dari gangguan


hewan/ternak, mencukupkan kebutuhan pangan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan peternak serta melindungi, mengamakan dan menjamin kelangsungan kehidupan
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN PETERNAK

Pasal 4

(1) Setiap warga Desa berhak untuk melakukan kegiatan usaha peternakan.
(2) Setiap Peternak wajib mengikat ternaknya pada tempat yang tersedia pakan ternak dan
tidak mengganggu pihak manapun juga serta mengganggu ketertiban umum;

(3) Setiap Peternak wajib memelihara ternaknya pada kandang yang layak, dan kandang
harus ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu ataupun menimbulkan keresahan
bagi masyarakat sekitar;
(4) Setiap Peternak wajib menggembalakan ternaknya pada tempat yang dapat dijadikan
padang penggembalaan, dan dilarang melepas, menelantarkan serta membiarkan
hewan/ternaknya berkeliaran hidup bebas yang dapat mengganggu ketertiban umum dan
merusak tanaman milik masyarakat.
BAB IV
PERAN SERTA WARGA DESA DAN PEMERINTAHAN DESA

Pasal 5

Warga Desa dan pemerintahan Desa berperan aktif dalam mendukung upaya penertiban
ternak dengan cara melaporkan kepada pemerintahan Desa tentang adanya ternak
berkeliaran yang mengganggu ketertiban dan tanaman warga Desa, selanjutnya aparatur
Desa wajib melakukan tindakan persuasif dan peringatan baik lisan maupun tertulis kepada
pemilik ternak, bila peringatan tersebut tidak diindahkan, maka permasalahan dapat dilaporkan
kepada pihak penegak hukum.

BAB V
BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 6

(1) Penyelesaiaan sengketa yang timbul akibat penertiban ternak dapat melibatkan
komponen lembaga adat, aparat Desa dan/atau Lurah.
(2) Jika perdamaian dicapai maka dibuat kesepakatan-kesepakatan tertulis yang
ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi serta komponen lembaga adat dan
pemerintahan setempat.
(3) Sengketa yang telah didamaikan bersifat mengikat bagai para pihak.

BAB VI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 7

(1) Setiap ternak yang masih dibiarkan bebas berkeliaran tanpa di jaga/digembalakan yang
mengganggu ketertiban umum dan yang merusak tanaman warga Desa dapat ditangkap
dan kepada pemiliknya dikenakan denda.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Denda kepada pemilik Ternak karena ternaknya berkeliaran bebas tanpa di jaga/
digembalakan yang mengganggu ketertiban umum;
b. Denda kepada pemilik Ternak yang merusak tanaman warga Desa;
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dikenakan paling tinggi sebesar Rp.
100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) per ekor dengan rincian :
a. Biaya penangkapan sebesar Rp. 50.000,- (Lima Puluh Ribu Rupiah) per ekor.
b. Biaya penyelesaian masalah sebesar Rp. 50.000,- (Lima Puluh Ribu Rupiah) per ekor;
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, ditetapkan berdasarkan kerusakan
tanaman yang ditimbulkan dengan rincian :
a. Untuk tanaman umur pendek dikenakan denda paling tinggi sebesar Rp. 25.000,- (Dua
Puluh Lima Ribu Rupiah) per pohon atau per rumpun;
b. Untuk tanaman umur panjang dikenakan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000,-
(Lima Puluh Ribu Rupiah) per pohon atau per rumpun;
c. Untuk tanaman yang berada didalam lokasi Hutan Rakyat Mandiri atau Kebun Rakyat
Mandiri dikenakan denda paling tinggi sebesar Rp. 75.000,- (Tujuh Puluh Lima Ribu
Rupiah) per pohon atau per rumpun;

Pasal 8
(1) Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf a, dan huruf b, dimasukan
ke kas desa sebagai penerimaan desa;
(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) huruf a, dan huruf b, menjadi hak
dari pemilik tanaman;
(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) huruf c, diserahkan kepada
pemerintah desa atau kepada kelompok pengelola untuk kepentingan rehabilitasi lokasi
dan atau tanaman yang rusak.

Pasal 9
Ketentuan mengenai tanaman umur panjang dan tanaman umur pendek dan jenis-jenis
kerusakan tanaman yang dapat dikenakan denda ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 10
Ketentuan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan Desa ini ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Desa.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Desa ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa.

Ditetapkan di : Loborui
Pada Tanggal : 11 juni 2014

KEPALA DESA OBORUI

LUKAS LODO HALE

Diundangkan di : Loborui
Pada tanggal : 11 juni 2014

SEKRETARIS DESA

PETRUS ALEXANDER MBURA


NIP. 19820924 201101 1 015

LEMBARAN DESA LOBORUI TAHUN 2014 NOMOR 1

Anda mungkin juga menyukai