Acara Iii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

ACARA III

ANALISIS ION KOMPLEKS [Fe(SCN)n]3-n

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan rumus kimia ion kompleks yang tersusun dari ion Fe3+ dan SCN-
secara spektrofotometri.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 15 November 2017
3. Tempat Praktikum
Lantai II,Laboratorium Kimia Dasar,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Senyawa kompleks dapat digunakan dalam analisis kualitatif sebagai
pengembangan prosedur analisis logam berat. Senyawa kompleks merupakan senyawa
yang tersusun dari atom pusat dan ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali
atau alkali tanah. Ion atau molekul netral yang memiliki atom - atom donor yang dikoordi
nasikan dengan atom pusat disebut dengan ligan. Senyawa kompleks terbentuk akibat
terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu ligan.
Salah satu metode penentuan komposisi kompleks adalah dengan variasi kontinu atau
sering disebut metode Job. Karakterisasi kompleks dianalisis dengan instrument analisis
spektrofotometer inframerah dan didapatkan hasil data analisis pita serapan pada panjang
gelombang timbulnya puncak tertinggi. Ini bertujuan untuk menguji keberhasilan secara
kualitatif. (Lestari et al.,2014).
Spektroskopi adalah alat analisis yang menggunakan radiasi (sinar) sebagai
sumber energi. Sinar atau radiasi adalah merupakan gelombang yang mempunyai energi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang () yang mengikuti persamaan :
E=hc/
Materi yang mempunyai massa yang sangat kecil sehingga dapat dianggap nol seperti
elektron juga bersifat gelombang (foton) sehingga pada spektroskopi massa yang
digunakan sebagai sumber energi adalah elektron. Spektroskopi adalah alat untuk
menganalisis senyawa organik secara kualilatif, kuantitatif dan yang paling penting
adalah pelacakan atau elusidasi struktur (Sitorus, 2009 : 1).
Teknik spektrofotometri ultraviolet tampak digunakan secara umum di
laboratorium analisis kimia, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun untuk analisis
kuantitatif. Popularitas teknik spektrofotometri ultraviolet tampak (UV-Vis) disebabkan
oleh cara penggunaannya yang mudah dan cara analisisnya yang cepat. Hampir semua
laboratorium yang terlibat dengan pengujian kimia mempunyai alat atau instrument
ini.Konsentrasi sampel dapat dihitung dari data absorbansi spektra UV-Vis menggunakan
hukum Lambert-Beer.Percobaan-percobaan secara spektrofotmetri UV-Vis sangat mudah
untuk dilakukan.Meskipun demikian, seorang analisis harus paham pentingnya kinerja
spektrofotometri UV-Vis sehingga dihasilkan data yang dapat dipercaya.Persyaratan-
persyaratan kinerja spektrofotometri bervariasi tergantung pada sifat uji dan desain
instrument. Karakteristik suatu kinerja tertentu akan memengaruhi kinerja instrument
secara keseluruhan. Suatu instrumen dengan desain berkas sinar ganda pada umumnya
akan memberikan resolusi dan stabilitas yang lebih baik dibanding instrument dengan
desain berkas sinar tunggal (Rohman, 2014 : 159).
Prinsip kerja oleh spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan cahaya oleh
molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis
(tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri yang
dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila mana
absorpsi itu terjadi, tergantung pada kekuatan elektron tersebut terikat dalam molekul.
Elektron dalam ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi
berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah untuk eksitasinya (Underwood, 2002 :
365).
Panjang gelombang maksimum larutan standar besi berada pada daerah 500-
520 nm karena pada daerah tersebut terdapat absorbansi maksimum yang ditandai
dengan adanya puncak tertinggi. Dengan begitu belum dapat diketahui dengan pasti
panjang gelombang maksimum dari larutan standar besi. Untuk mengetahui lebih jelas,
maka dilakukan pengukuran kembali pada rentang 500-520 nm. Kurva kalibrasi
merupakan suatu garis yang diperoleh dari titik titik yang menyatakan suatu konsentrasi
terhadap absorbansi yang diserap setelah dilakukan analisa regresi linier. Konsentrasi
besi secara spektrofotometri UV Vis ditentukan berdasarkan kurva kalibrasi yang dibuat
dengan mengukur absorbansi larutan standar besi dengan variasi 0-5 ppm. Pada
penelitian ini didapatkan persamaan regresi sederhana y = 0,061x-0,004 dan koefisien
regresi (R2) sebesar 0,998 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,999. Koefisien regresi
(R2) sebesar 0,998 menyatakan bahwa terdapat korelasi yang erat dan linearitas yang
baik antara konsentrasi larutan besi dengan absorbansinya. Hal ini dikarenakan nilai
kisaran R2 berada pada rentang 0,9 < R2 < 1. Nilai r sebesar 0,999 menyatakan semua
titik terletak pada garis lurus yang lerengnya positif karena nilai berada pada -1 r 1.
Dengan persamaan regresi ini, konsentrasi besi didalam sampel dapat diketahui dengan
memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam nilai y. Akan tetapi, nilai konsentrasi
yang dihasilkan tidak boleh melebihi konsentrasi maksimum yang terdapat dalam kurva
kalibrasi karena diluar kurva kalibrasi linearitas antara sumbu-x dan sumbu-y belum
teruji. Jika ternyata konsentrasi sampel melebihi konsentrasi maksimum, maka perlu
dilakukan pengenceran lebih lanjut (Harisman, 2014).
Sebuah metode sederhana yang cepat dan reproducible adalah spektrofotometri
UV untuk penentuan kuantitatif kafein dalam formulasi tablet yang dikembangkan dan
divalidasi dalam penelitian ini. Larutan standar kafein dibuat dengan melarutkan 100mg
kafein dalam 100 mL air suling yang menjadikan konsentrasi sebesar 1.000 g/mL. Dari
larutan standar 10mL dipindahkan ke labu ukur 100mL dan volume dibuat sampai tanda
batas dengan air suling untuk membuat 100g/mL. Kemudian sampel dianalisis dengan
UV-Vis Spektrofotometer pada kisaran 200-400nm terhadap air suling sebagai blanko
dan panjang gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum tercatat -max yaitu
270nm. Obat dianalisis pada 270 nm dalam air suling menggunakan spektrofotometer
UV-Visible. Karakteristik optik seperti batas hukum Beer, intercept dan slope telah
dihitung menggunakan persamaan regresi, yang telah disajikan. Presisi ditentukan
dengan menganalisis obat pada konsentrasi tertentu selama lima kali pada hari yang
sama. Diluar hari tersebut presisi ditentukan secara sama, menganalisis sampel harian,
selama tiga hari berturut-turut. Untuk memastikan metode akurasi, studi pemulihan
dilakukan dengan metode penambahan standar pada 80%, 100% dan 120% tingkat dari
konsentrasi obat, dengan sampel pra-analisis dan nilai pemulihan persen dihitung.
Percobaan pemulihan menunjukkan tidak adanya gangguan dari aditif farmasi yang
sering ditemui dan eksipien. Studi linearitas dilakukan dengan memplot konsentrasi
yang berbeda dari larutan standar terhadap absorbansi masing-masing. Kafein yang
ditemukan linear pada rentang konsentrasi 10- 50g / mL. Nilai koefisien korelasi yang
ditemukan 0.999, kurva kalibrasi menunjukkan bahwa mematuhi batas hukum Beer
dalam rentang konsentrasi. Metode yang diusulkan ditemukan dapat menjadi metode
yang sederhana, akurat, tepat, sederhana, sensitif, kuat dan hemat biaya. Hasil tes
validasi yang ditemukan memuaskan dan oleh karena itu metode ini dapat diterapkan
dengan sukses untuk estimasi Kafein dalam bentuk tablet (Sethuraman, 2013).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-Alat Praktikum
a. Gelas kimia 600 mL
b. Instrumen spektrofotometer UV-Vis
c. Kuvet
d. Labu ukur 10 mL
e. Pipet gondok 5 mL
f. Pipet tetes
g. Pipet volume 2 mL
h. Pipet volume 1 mL
i. Rubber bulb
j. Tissue
2. Bahan-Bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Kertas label
c. Larutan asam nitrat (HNO3) 4M
d. Larutan Fe3+ 0,0025M
e. Larutan kalium tiosianat (KSCN) 0,0025 M
f. Larutan kalium tiosianat (KSCN) 0,01M

D. SKEMA KERJA
1. Metode Perbandingan Mol
Tabel 1: Perbandingan volume pembentuk ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dan
absorbansinya.
4 mL larutan Fe3+ 0,0025 M
Disiapkan sebanyak 6 larutan.
Dimasukkan dalam labu takar 10 mL.
+ 1 mL larutan HNO3 4 M
Larutan 1: tidak ditambahkan KSCN 0,01 M
Larutan 2: + 0,5 mL KSCN 0,01 M
Larutan 3: + 1,0 mL KSCN 0,01 M
Larutan 4: + 1,5 mL KSCN 0,01 M
Larutan 5: + 2,0 mL KSCN 0,01 M
Larutan 1, 2, 3, 4 dan 5
Diencerkan dengan aquades
hingga tanda batas.
Dikocok hingga homogen
Diberi label labu 1,2,3,4 dan 5
Hasil
Diambil masing-masing 1 mL larutan dari tiap-
tiap labu ukur dan diencerkan kembali pada labu
ukur lain hingga volume 10 mL dan diberi label
yang sama dengan labu ukur sebelum
pengenceran.
Dimasukkan dalam kuvet
Diukur absorbansinya pada = 480 nm
Hasil

2. Metode Variasi Kontinu


Tabel 2: Seri larutan-larutan ion Fe3+ dan absorbansinya.
0 mL, 1 mL, 2 mL, 3 mL, dan 4 mL larutan Fe3+ 0,0025 M
Dimasukkan dalam labu takar 10 mL.
+ 1 mL larutan HNO3 4 M
Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.
Dikocok hingga homogen.
Diberi label labu 1,2,3,4, dan 5.

Hasil
Dimasukkan dalam kuvet.
Diukur absorbansinya pada = 480 nm.
Hasil

Tabel 3: Seri larutan-larutan ion KSCN dan absorbansinya.


0 mL, 1 mL, 2 mL, 3 mL dan 4 mL larutan KSCN 0,0025 M

Dimasukkan dalam labu takar 10 mL.


+ 1 mL larutan HNO3 4 M
Diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas.
Dikocok hingga homogen.
Diberi label labu 1,2,3,4 dan 5.
Hasil
Dimasukkan dalam kuvet.
Diukur absorbansinya pada = 480 nm.

Hasil

Tabel 4: Seri larutan-larutan ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n.


6 mL, 5 mL, 4 mL, 3 mL dan 2 mL larutan Fe3+ 0,0025 M

Dimasukkan dalam labu takar 10 mL.


+ 1 mL larutan HNO3 4 M

Larutan 1: tidak ditambahkan KSCN 0,01 M

Larutan 2: + 1 mL KSCN 0,01 M

Larutan 3: + 2 mL KSCN 0,01 M

Larutan 4: + 3 mL KSCN 0,01 M

Larutan 5: + 4 mL KSCN 0,01 M

Diencerkan dengan aquades hingga


tanda batas.
Dikocok hingga homogen.
Diberi label labu 1,2,3,4, 5 dan 6.
Hasil
Dimasukkan dalam kuvet.
Diukur absorbansinya pada = 480 nm
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Metode Perbandingan Mol
Tabel 1. Perbandingan volume pembentuk ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dan
absorbansinya

Volume larutan ion Volume Volume Larutan KSCN Serapan


No.
Fe3+ 0,0025 M HNO3 4M Aquadest 0,01 M (A)

1. 4 mL 1 mL 5,0 mL 0,0 mL 0,06


2. 4 mL 1 mL 4,5 mL 0,5 mL 0,06
3. 4 mL 1 mL 4,0 mL 1,0 mL 0,05
4. 4 mL 1 mL 3,5 mL 1,5 mL 0,05
5. 4 mL 1 mL 3,0 mL 2,0 mL 0,04

2. Metode Variasi Kontinu


Tabel 2. Seri larutan-larutan ion Fe3+ dan absorbansinya

Volume larutan ion Volume Volume Konsentrasi Serapan


No.
Fe3+ 0,0025 M HNO3 4M Aquadest Fe3+(M) (A)

1. 0 mL 1 mL 9 mL 0 0,01
-4
2. 1 mL 1 mL 8 mL 2,5 x 10 0,11
-4
3. 2 mL 1 mL 7 mL 5,0 x 10 0,27
4. 3 mL 1 mL 6 mL 7,5 x 10-4 0,41
5. 4 mL 1 mL 5 mL 10,0 x 10-4 0,56

Tabel 3. Seri larutan-larutan ion SCN- dan absorbansinya

Volume larutan ion Volume Volume Konsentrasi Serapan


No.
SCN- 0,0025 M HNO3 4M Aquadest SCN-(M) (A)
1. 0 mL 1 mL 9 mL 0 0,25
2. 1 mL 1 mL 8 mL 2,5 x 10-4 0,30
3. 2 mL 1 mL 7 mL 5,0 x 10-4 0,35
4. 3 mL 1 mL 6 mL 7,5 x 10-4 0,40
5. 4 mL 1 mL 5 mL 10,0 x 10-4 0,52

Tabel 4. Seri larutan-larutan ion kompleks [Fe(SCN)n]-dan absorbansinya


Volume
Volume larutan ion Volume Konsentrasi Serapan
No. larutan ion
Fe3+ 0,0025 M HNO3 4M SCN-(M) (A)
SCN- (M)
1. 6 mL 1 mL 3 mL 0 0,42
2. 5 mL 1 mL 4 mL 2,5 x 10-4 1,16
3. 4 mL 1 mL 5 mL 5,0 x 10-4 0,38
4. 3 mL 1 mL 6 mL 7,5 x 10-4 0,30
5. 2 mL 1 mL 7 mL 10,0 x 10-4 0,27

F. ANALISIS DATA
1. Metode Perbandingan Mol
a. Perhitungan Mol Fe3+
Sebelum Pengenceran
Diketahui: [Fe3+] = 0,0025 M
V Fe3+ = 0,004 L
Maka,
mol
M = V

mol = M x V
= 0,0025 M x 0,004 L
= 0,00001 mol
Catatan: mol Fe3+sama untuk semua data percobaan karena konsentrasi dan
volume yang digunakan tetap.

Setelah Pengenceran
mol
Diketahui: M1 = V
0,00001 mol
= 0,01 L

= 0,001 M
V1 = 0,001 L
V2 = 0,01 L
Maka:
M1V1 = M2 x V2
0,001 M x 0,001 L = M2 x 0,01L
M2 = 0,0001 M
mol = M2 x V2
= 0,0001 M x 0,01 L
= 0,000001 mol
Catatan: mol Fe3+ setelah pengenceran sama untuk semua data percobaan karena
konsentrasi dan volume yang digunakan tetap.

b. Perhitungan Mol KSCN (SCN-)


Sebelum Pengenceran
Data 1
Diketahui: [KSCN] = 0,01 M
V KSCN =0L

Maka, M =

mol =MxV
= 0,01 M x 0 L
= 0 mol
Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini
Data [KSCN] (M) V KSCN (L) Mol KSCN (mol)
1 0,01 0 0
2 0,01 0,0005 0,000005
3 0,01 0,0010 0,000010
4 0,01 0,0015 0,000015
5 0,01 0,0020 0,000020

Setelah Pengenceran
Data 1
Diketahui:
M1V1 = M2V2
0 M x 0,001 L = M2 x 0,01 L
M2 =0M
Mol = M2 x V2
= 0 M x 0,01 L
= 0 mol

Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini

Mol Setelah Pengenceran


Data M2 (M) V2 (L)
(mol)
1 0 0,01 0
2 0,00005 0,01 0,0000005
3 0.00010 0,01 0,0000010
4 0,00015 0,01 0,0000015
5 0,00020 0,01 0,0000020

c. Perbandingan Mol Ligan/Mol Kation


Untuk sumbu x :
Data 1

Diketahui: mol SCN- = 0 mol


mol Fe3+ = 0,000001 mol
Maka,
mol SCN
x = mol Fe3+
0 mol
= 0,000001 mol

=0

Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini

Mol Fe3+
Data Mol SCN- (mol) X
(mol)
1 0 0,000001 0
2 0,0000005 0,000001 0,5
3 0,0000010 0,000001 1,0
4 0,0000015 0,000001 1,5
5 0,0000020 0,000001 2,0

d. Tabel Analog

mol SCN
Data Mol SCN- (mol) Mol Fe3+ (mol) Absorbansi
mol Fe3+
1 0 0,000001 0 0,06
2 0,0000005 0,000001 0,5 0,06
3 0,0000010 0,000001 1,0 0,05
4 0,0000015 0,000001 1,5 0,05
5 0,0000020 0,000001 2,0 0,04
mol SCN
e. Grafik Hubungan Perbandingan dengan Absorbansi
mol Fe3+

Chart Title
0.07
y = -0.01x + 0.062
0.06 R = 0.8929
0.05
Axis Title

0.04
0.03 Series1
0.02 Linear (Series1)
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Axis Title

mol SCN
0,1 = mol Fe3+
mol SCN
0,1 = 0,000001 mol

mol SCN- = 0,0000001 mol

f. Rumus Kompleks
mmol Fe3+ : mmol SCN-
0,000001 : 0,0000003
1 : 0,3
1 : 1/3
Jadi rumus kompleksnya adalah [Fe3(SCN)]8/3+
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Fe3+ + 1/3 SCN- [Fe(SCN)1/3]3-1
Fe3+ + 1/3 SCN- [Fe(SCN)1/3]3-1/3
Fe3+ + 1/3 SCN-[Fe(SCN)1/3]8/3+

2. Metode Variasi Kontinu


a. Seri Larutan-Larutan Ion Fe3+ dan Absorbansinya
Fraksi Vkation
Data 1:
V Fe3+
Fraksi Vkation = V total
0
= 0,010

=0
Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini
Data Fraksi Vkation
1 0
2 0,1
3 0,2
4 0,3
5 0,4

Tabel Analog
No. V Fe3+ 0,0025 M (L) Vtotal (L) Fraksi Vkation Absorbansi (A)
1. 0 0,010 0 0,04
2. 0,001 0,010 0,1 0,27
3. 0,002 0,010 0,2 0,44
4. 0,003 0,010 0,3 0,68
5. 0,004 0,010 0,4 0,80

Grafik Hubungan Fraksi V Fe3+ dengan Absorbansi

y = 1.93x + 0.06
R = 0.9909
0.9
0.8
0.7
0.6
Absorban

0.5 Series1
0.4 Linear (Series1)
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

X
b. Seri Larutan-Larutan Ion SCN- dan Absorbansinya
Fraksi Vligan
Data 1:
VSCN
Fraksi Vligan = Vtotal
0
= 0,010

=0

Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini

Data Fraksi Vligan


1 0
2 0,1
3 0,2
4 0,3
5 0,4

Tabel Analog
No. V SCN- 0,0025 M (L) Vtotal (L) Fraksi Vligan Absorbansi (A)
1. 0 0,010 0 0,007
2. 0,001 0,010 0,1 0,019
3. 0,002 0,010 0,2 0,017
4. 0,003 0,010 0,3 0,005
5. 0,004 0,010 0,4 0,004

Grafik Hubungan Fraksi V SCN- dengan Absorbansi


0.025
y = -0,02x + 0,0144
0.02
R = 0,2008
0.015
Absorbansi
Absorbansi
0.01
Linear
0.005 (Absorbansi)

0
0 0.2 0.4 0.6
Fraksi V SCN-

c. Seri Larutan-Larutan Ion Kompleks [Fe(SCN)n]3-n


Fraksi Volume Kation
Data 1:
V Fe3+
Fraksi Vkation = Vtotal
0,006
= 0,010

= 0,6
Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini

Data Fraksi Vkation


1 0,6
2 0,5
3 0,4
4 0,3
5 0,2

Fraksi Volume Anion


Data 1:
V SCN
Fraksi Vanion = Vtotal
0,003
= 0,010

= 0,3

Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada table di bawah ini
Data Fraksi Vanion
1 0,3
2 0,4
3 0,5
4 0,6
5 0,7

Tabel Analog
V Fe3+ V SCN- Fraksi V Fraksi V Absorba
No. V total (L)
(L) (L) Fe3+ SCN- nsi (A)
1. 0,006 0,003 0,010 0,6 0,3 0,852
2. 0,005 0,004 0,010 0,5 0,4 0,758
3. 0,004 0,005 0,010 0,4 0,5 0,820
4. 0,003 0,006 0,010 0,3 0,6 0,625
5. 0,002 0,007 0,010 0,2 0,7 0,440

Grafik Hubungan Antara Fraksi Volume Kation dan Anion dengan Absorbansi

1
0.9 y = 0,957x + 0,3162
0.8
R = 0,8028

0.7
Absorbansi

0.6
0.5
Absorbansi
0.4
Linear (Absorbansi)
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Fraksi V kation
0 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Fraksi V ligan

Catatan : volume ligan menyesuaikan dengan volume kation


Fraksi volum Fe3+ : Fraksi volum SCN-
0,48 : 0,42
1 : 1
Jadi, rumus kompleksnya adalah [Fe(SCN)]2+
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)]3-N
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)]3-1
Fe3+ + SCN-[Fe(SCN)]2+

G. PEMBAHASAN
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua
atau lebihsenyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Ion
kompleks adalah senyawa ionik, dimana kation dari logam transisi berikatan dengan dua
atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation logam unsur transisi
dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom pusat dinamakan
ligan (Latin: ligare, artinya mengikat).Pada pembentukan komplekssalah satu fenomena
yang paling umum yang muncul adalah terbentuknya perubahan warna padalarutan. Sifat
dari ion ini dapat digunakan untuk menentukan baik susunan (komposisi) maupun
stabilitasnya. Menurut teori asam-basa Lewis, ion logam transisi menyediakan orbital d
yang kosong sehingga berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron bebas)
dan ion atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan
berperan sebagai basa Lewis. Contoh ion kompleks adalah [Fe(H2O)6]3+. Pada praktikum
ini yaitu analisis ion kompleks bertujuan untukmenentukan rumus ion kompleks yang
tersusun dari ion Fe3+ dan SCN- secara spektrofotometri. Senyawa kompleks
organometalik pada umumnya menunjukkan serapan selektif dalamspektrofotometri pada
daerah sinar tampak dan ultra ungu (ultraviolet). Oleh sebab itu, maka sifat ion inidapat
digunakan untuk menentukan baik susunan maupun stabilitasnya.
Pada pembentukan ion kompleks, ligan dikatakan mengkoordinasi logam sebagai
atom pusat. Ikatan yang terbentuk antara atom pusat dan ligan adalah ikatan kovalen
koordinasi. Penulisan rumus kimia untuk ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks
digunakan tanda kurung siku ( [ ] ). Penentuan rumus senyawa kompleks dapat dilakukan
melalui 3 metode, yaitu metodevariasi kontinu, metode perbandingan mol dan metode
rasio slope atau angka banding lereng. Dalam metode variasikontinu, larutan kation dan
ligan dicampur sesuai dengan komposisi yang diinginkan denganvolume total yang sama.
Kemudian absorbansi dari tiap komposisi larutan diukur pada panjanggelombang
maksimum. Absorbans dialurkan terhadap fraksi volume dengan fraksi Volume kation
adalah volume kation dibagi dengan Volume total (Volume kation + volume ligan) dan
untuk fraksi volume Ligan adalah volume ligan dibagi dengan volume total.Konstanta
pembentukan kompleks dapat diketahui dari perpotongangaris yang berpusat pada
absorbansi maksimum pada sumbu X, yaitu pada fraksi Volume ligan dan kation dengan
perbandingan yang bulat dan sederhana.
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh
suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm.Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif.Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif.Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu: (1) Sinar yang digunakan
dianggap monokromatis. (2) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang yang sama. (3) Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak
tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut. (4) Tidak terjadi fluorensensi atau
fosforisensi (5) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Hukum Lambert-
Beer dinyatakan dalam rumus
A=exbxc
Dimana: A = absorban, e = absorptivitas molar, b = tebal kuvet (cm) dan c = konsentrasi.
Dalam praktikum ini dilakukan 2 macam metode dalam penentuan rumus
senyawa kompleks, yaitu menggunakan metode perbandingan mol dan juga metode
variasi kontinu.Metode perbandingan mol biasanya dilakukan dengan cara
memvariasikan konsentrasisalah satu larutan sementara konsentrasi larutan yang lain
tetap. Plot rasio mol menyatakan pembentukan dua atau lebih kompleks yang memiliki
absorbtivitas molar yang berbeda. Metode rasio slope digunakan untuk mementukan
rumus satu kompleks. Dengan asumsi bahwa reaksipembentukan kompleks dapat di
bentuk oleh (1) berlebihnya reaktan yang lain, (2) mengikuti hukum Beer. Pada metode
perbandingan mol dalam praktikum ini digunakan 5 buah labu takar, dimasukkan ion Fe3+
0,0025 M dengan volume masing-masing tetap yaitu 4 mL, yang kemudian ditambahkan
HNO3 4 M masing-masing 1 mL. Penggunaan HNO3 bertujuan membuat suasana asam,
karena reaksi pengkompleksan erat kaitanya dengan pH,jika pH yang digunakan terlalu
tinggi,dikhawatirkan akan terjadi pengendapan,selain itu suasana asam akan membuat
senyawa kompleks yang telah terbentuk akan lebih stabil. Ion ferri (Fe3+) dalam suasana
asam HNO3 dapat bereaksi dengan larutan garam KSCN membentuk ion kompleks
berwarna merahdan mempunyai serapan pada panjang gelombang 480 nm, sesuai dengan
persamaan reaksi ion:
Fe3+ + n SCN [Fe(SCN)n]3-n.
Setelah itu ditambahkan dengan larutan KSCN 0,01 M dengan volume bervariasi sebagai
berikut 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 mL. Kemudian setelah pencampuran larutan tersebut
kembali dilakukan pengenceran dengan mengencerkan 1 mL larutan induk sampai 10
mL.Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi konsentrasi larutan agar
dapat dianalsis menggunakan spektrometri Uv-Vis. Karena jika larutannya terlalu pekat
maka nilai absorbansinya terlalu tinggi. Yang akan mempengaruhi pembacaan
absorbansinya dimana tingkat kesalahan minimum berada pada kisaran transmitan atau
absorbansi 0,2-0,8.
Sebelum melakukan pengukuran absorbans sampel, untuk Analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum
(max). Hal ini sangat penting dilakukan dalam analisis secara spektrofotometri UV-Vis
karena pada panjang gelombang maksimum dihasilkan absorbansi tertinggi yang
menunjukkan kepekaan suatu pengukuran sehingga dapat digunakan untuk analisis suatu
larutan dengan konsentrasi rendah.Selain itu, pada panjang gelombang maximum bentuk
kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Absorban yang terbaca pada
spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca
sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam
pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik). Panjang gelombang
maksimum pada praktikum ini dilakukan pada panjang gelombang 480 nm. Hal ini
dikarenakan warna komplementer yang dihasilkan oleh senyawa kompleks berwarna
merah yang menyerap sinar pada daerah tampak (visibel). Panjang gelombang itulah
yang kemudian digunakan sebagai dasar pengukuran selanjutnya, karena pada panjang
gelombang 480 nm memberikan kepekaan analisis yang maksimumsehingga dihasilkan
kesalahan yang kecil Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data absorbansi dari labu
1 sampe 5 berturut-turut adalah 0,035; 0,41; 0,036; 0,028; 0,022.Dari hasil ini terlihat
nilai absorbansinya mengalami penurunan dari pengukuran kedua dan seterusnya.
Kemudian setelah dibuat grafik hubungan perbandingan mol kation/mol ligan dengan
absorbansi terlihat bentuk kurva yang tidak sesuai dengan teori, karena seharusnya nilai
absorbansinya semakin mengalami peningkatan baru kemudian cenderung konstan.
Sebab semakin pekat larutan maka semakin banyak atau besar nilai absorbansinya yang
menandakan semakin banyaknya sinar yang diserap oleh larutan tersebut pada panjang
gelombang tertentu. Hasil yang sangat berbeda ini memiliki banyak kemungkinan
penyebabnya, bisa berupa karena adanya pengaruh sinar sesatan yaitu berkas sinar yang
keluar dari celah monokromator yang panjang gelombangnya jauh berbeda dengan
panjang gelombang yang terpasang pada skala. Hal ini terjadi bisa karena pemantulan
sinar pada alat optik/ kotak monokromator dan hamburan sinar oleh debu. Sehingga
kesalahan yang bisa ditimbulkan adalah jika sinar sesatan diserap oleh larutan yang
diukur, maka nilai P < nilai Psebenar atau T< T sebenar atau A > A sebenar tetapi jika
tidak diserap oleh larutan, maka nilai P atau Po bertambah besar maka P/Po> P/Po
sebenar, sehingga T > T sebenar atau A < A sebenar. Kemudian selain itu kesalahan bisa
juga disebabkan karena kuvet digunakan beberapa kali, seharusnya kuvet hanya
digunakan satu kali saja. Serta kelayakan kuvet harus sesuai yaitu sebagai berikut yaitu
bahan yang dapat meneruskan atau tidak menyerap sinar di daerah spektrum yang dipakai
dan kuvet untuk blanko dan sample harus matched artinya mempunyai sifat-sifat optik
yang sama: panjang sinardan sifat pemantulan atau penerusan sinar. Dan kemungkinan
terakhir yaitu saat menstandarkan instrumen karena proses penstadaran sangat penting,
proses penstandaran yang sesuai yaitu 1. Tidak ada kuvet (tidak ada sinar masuk) tombol
di putar sampai 0% T (absorbansi tidak terhingga), 2.Putar tombol pada panjang
gelombang yang dikehendaki, 3. Masukkan larutan blanko, tutup kuvet, artinya ada sinar
masuk dengan panjang gelombang tertentu atur 100%T artinya ada sinar yang masuk
dengan panjang gelombang tertentu atur 100% T atau A= nol , 4. Ukur Absorbansi
sampel , 5. Kalibrasi dilakukan setiap panjang gelombang di ubah. Itulah beberapa
kemungkinan yang dapat menyebabkan kesalahan dalam penelitian ini. Kesalahan relatif
dalam pengukuran diukur dengan menggunakan persamaan
dC 0,4343 dT

C C b T
Dari grafik hubungannyadiperoleh titik ekstrapolasinya berada pada 0,3, sehingga rumus
kompleksnya menjadi [Fe(SCN)1/3]8/3+. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Fe3+ + 1/3 SCN- [Fe(SCN)1/3]3-N
Fe3+ + 1/3 SCN- [Fe(SCN)1/3]3-1/3
Fe3+ + 1/3 SCN-[Fe(SCN)1/3]8/3+
Pada percobaan kedua yaitu menggunakan metode variasi kontinu. Pada percobaan
dengan metode variasi kontinu, secara teori larutan kation (Fe3+) dan larutan ligan (SCN-)
pembentuk kompleks dengan kation tersebut dibuat dengan konsentrasi yang sama serta
campuran dari kedua larutan tersebut dibuat dengan perbandingan volume masing-masing
dan volume campuran tetap. Di mana, dalam menentukan rumus ion kompleks dengan
metode variasi kontinu ini, perlu ditentukan fraksi volume dari kation dan ligan.
Perhitungan fraksi volume ini digunakan karena pada perbandingan volume Vkation/Vtotal
sesuai dengan perbandingan mol antara ligan dan kation dalam kompleks. Dalam hal ini,
karena konsentrasi maupun perbandingan volume masing-masing serta volume
campurannya tetap, maka dengan menghitung fraksi volume dari salah satu larutan
(misalnya kation), maka dapat ditentukan fraksi volume dari larutan lainnya (ligan).
Pada metode ini ditentukan fraksi volume dari kation dan ligan, percobaan
pertama yaitu pada seri larutan ion Fe3+ dengan variasi volumenya yaitu 0; 1; 2; 3; 4 mL
kemudian diencerkan kembali seperti pada percobaan dengan menggunakan metode
perbandingan mol diatas. Didapat nilai absorbansi nya 0,005; 0,110; 0,207; 0,262; 0,359.
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai absorbansi meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi ion Fe3+. Kemudian pada seri larutan SCN- 0,0025 M, sama seperti seri
larutan Fe3+ digunakan variasi volume 0; 1; 2; 3; 4 mL kemudian diencerkan kembali
seperti pada percobaan dengan menggunakan metode perbandingan mol diatas. Didapat
absorbansinya yaitu 0,007; 0,019; 0,017; 0,005;0,004. Dan terakhir pada seri larutan ion
kompleks [Fe(SCN)n]3-n didapat absorbansinya 0,852; 0,758; 0,820; 0,625; 0,440. Dari
hasil absorbansi yang diperoleh ini kemudian dibuat grafik hubungan antara absorbansi
dengan fraksi volume kation, diperoleh titik ekstrapolasi pada titik dengan perbandingan
0,48 : 0.42 atau sama dengan 1 : 1 sehingga rumus kompleksnya menjadi [Fe(SCN)n]3-n ,
di mana n=1 sehingga menjadi [Fe(SCN)n]2+ dengan persamaan reaksi:
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)1]3-N
Fe3+ + SCN- [Fe(SCN)1]3-1
Fe3+ + SCN-[Fe(SCN)]2+

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penentuan
rumus kimia ion kompleks yang tersusun dari ion Fe3+ dan ion SCN- dapat dilakukan
secara spektrofotometri UV-Vis. Penentuan rumus senyawa kompleks melalui metode
variasi kontinu dan perbandingan mol. Dan rumus kompleks yang didapatkan
berdasarkan hasil analisis data yaitu untuk metode perbandingan mol adalah
[Fe(SCN)1/3]8/3+sedangkan untuk metode variasi kontinu adalah[Fe(SCN)]2+. Adapun
rumus senyawa kompleks berdasarkan teori dan yang biasa digunakan yaitu [Fe(SCN)]2+.
Dengan perbandingan antara Fe3+ dan SCN- yaitu 1:1 baik dari fraksi volum maupun
perbandingan mol.
DAFTAR PUSTAKA

Harisman, F.R., D. Sugiarso. 2014. Pengaruh Waktu Penggilingan Terhadap Kadar Zat Besi
dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Surabaya :
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Lestari I., Afrida dan Aulia S. 2014. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Logam
Kadmium(II) dengan Ligan Kufperon . Jambi : Jurnal Penelitian Universitas Jambi
Seri Sains.
Rohman, A. 2014.Validasi dan Penjamin Mutu Metode Analisis Kimia.Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Sethuraman, S., K.Radhakrishnan, dan T.A. Solomon. 2013. Analytical Method Development
and Validation of Caffeinein Tablet Dosage Form By Using UV-
Spectroscopy.Kanchipuram : SCSVMV University.

Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Underwood, A. L. dan Day, R. A. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai