Laporan Fisiologi Hewan
Laporan Fisiologi Hewan
Laporan Fisiologi Hewan
Acara III
Waktu Perdarahan dan Pembekuan Darah
Oleh :
Kelas :A
Kelompok :V
Anggota Kel. :
1. Angela Maria R. Poe (1506050027)
2. Eustakius Meo Sugu (1506050022)
3. Hermina Rosana Dhane (1506050025)
4. Mario F. S. Feka (1506050018)
5. Melodi E. Koelima (1506050023)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Dalam tubuh kita terdapat banyak aliran darah yang sering kita sebut dengan pembuluh
darah. Bila pembuluh darah dipotong atau dirobek, sangat penting untuk menghentikan
keluarnya darah dari sistem sebelum berakhir dengan kematian. Dari sudut mekanisme
pendarahan dapat berhenti jika (1) bila tekanan darah dalam pembuluh darah lebih kecil dari
pada tekanan diluar pembulu darah, keadaan tersebut dapat terjadi jika banyak darah yang
tergenang disekitar pembulu darah yang robek terjadi penurunan tekanan darah secara
menyeluruh (2) bila ada sumbat yang dapat menyumbat lubang pembuluh darah yang robek.
Pembentukan sumbat hemostatis dari komponen-komponen darah merupakan mekanisme
yang penting dalam hemostasis alamiah. Adanya gangguan terhadap homeostasis alamiah
mengakibatkan pendarahan agak sukar dikendalikan seperti halnya pada hemofilia. Sumbat
hemostatis mula-mula terbentuk dari agresi trombosit tetapi kemudian fibrin akan terbentuk.
Fibrin yang merupakan serat-serat panjang akan membentuk jendolan lewat penjeratan sel
darah merah dan sel darah putih, jendolan tadi disebut koagulum.
Pemadatan atau lebih dikenal dengan pembekuan darah mampu menghentikan semua
pendarahan kecuali pada pembuluh darah yang rusak, keping darah melekat pada permukaan
dalam dinding pembuluh darah tersebut. Dinding rombosit bersifat sangat rapuh dan
cenderung untuk melekat pada permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang robek.
Pembuluh darah dan sel-sel rusak di daerah ini melepaskan bahan bersifat lemak yang
diaktifkan oleh protein-protein tertentu (faktor pembekuan) di dalam darah membentuk
tromboplastin. Dengan adanya ion kalsium (Ca++.) dan faktor pembeku tambahan dalam
plasma, tromboplastin mengkatalisis perubahan protombin (suatu globulin serum yang dibuat
terus menerus oleh hati) menjadi trombin. Trombin adalah suatu enzim yang mengkatalisis
perubahan fibrinogen protein plasma yagn dapat larut menjadi fibrin, protein yang tak dapat
larut. Fibrin secara berangsur membentuk suatu lubang tempat sel-sel darah tertanam.
Dengan segera dibangun suatu bendungan (pembekuan) yang menghentikan keluarnya darah
dari pembuluh darah yang pecah.
Pada waktu darah membeku, sebetulnya fibrin pada saat itu adalah anyaman fibrin yang
menjerat sel-sel darah. Fibrin yang baru dibentuk bersifat sangat lekat, sehingga fibrin saling
melekat. Selain itu, sel-sel darah, jaringan-jaringan dan benda-benda asing tertentu akan
melekat pada fibrin. Sifat lekat ini sangat efektif bagi darah yang membeku. Pada darah yang
baru membeku, koagulum yang baru terbentuk itu masih merupakan masa yang lunak seperti
selei. Tetapi lamam kelamaan koagulum akan mengkerut sampai 40% dari volume semula
dan cairan akan dibebaskan. Cairan yang dibebaskan dari koagulum tersebut disebut serum.
Serum merupakan plasma tanpa fibrinogen dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam proses
pembekuan darah. Koagulum akhirnya akan bersifat agak keras, lebih padat. Kenyal dan
lebih efesien sebagai sumbat. Pengerutan koagulum terjadi kurang sempurna kalau trombosit
secara percobaaan diambil atau pada keadaan dimana jumlah trombosit menurun. Koagulum
yang terbentuk akan segera lenyap bila pemyembuhan luka telah terjadi. Pross pemecahan
atau penguraian koagoulum disebut fibrinolisis ( Wulangi, 1993).
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan
dioIah. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan (Anonim a 2009).
Penggumpalan darah atau pembekuan darah, atau disebut juga dengan koagulasi darah
terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Menurut Anonim b (2009), waktu
koagulasi adalah waktu mulai darah mulai keluar sampai keluarnya benang fibrin. Sedangkan
menurut Guyton (1983), waktu koagulasi adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk
menggumpal dimana bervariasi untuk berbagai spesies.
Antikoagulan adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan
meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar tubuh pada
pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Anonim c, 2009).
3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor
pembekuan darah. Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi
kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk tranfusi,
karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah
sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa
oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu
toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium adetat mengikat kalsium
menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan..
1. Pembentukan trombolpastin
2. Pembentukan trombin
3. Pembentukan fibrin
Dalam proses pembekuan darah, saat ini dikenal 13 faktor yang berperan, (faktor 1
sampai XIII). Faktor pembekuan darah tersebut yang sangat berperan, diantaranya yaitu
faktor XIII : fibrinase.
Suatu proses penghancuran fibrin yang gunanya supaya pembekuan darah tidak
berlebihan. Secara alamiah dan dalam keadaan normal sebenarnya selalu terjadi pembekuan
darah dan fibrinolisis dalam perbandingan tertentu. Disatu pihat suapaya jangan terjadi
trombosis yang dapat merugikan, dipihak lain supaya jangan terjadi perdarahan, proses ini
dinamakan / disebut Fibrinolisis.
Suatu keadaan dimana terjadi kelainan pembekuan darah karena difisiensi fibrinogen
disebut a-hipfibrinogenemia. (Anonim d, 2009).
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Faktor yang diperlukan dalam
penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase,
trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah,
maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca
tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn, 1989).
Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang
berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994).
Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan
berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40%
dari volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 1992). Koagulasi dapat dicegah dengan
penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt,
1997).
c. Pembekuan darah
Bekuan mulai terbentuk dalam 15-30 detik bila trauma pembuluh sangat hebat dan
dalam 1-2 menit bila traumanya kecil. Banyak sekali zat yang mempengaruhi proses
pembekuan darah salah satunya disebut dengan zat prokoagulan yang mempermudah
terjadinya pembekuan dan sebaliknya zat yang menghambat proses pembekuan disebut
dengan zat antikoagulan. Dalam keadaan normal zat antikoagulan lebih dominan
sehingga darah tidak membeku. Tetapi bila pembuluh darah rusak aktivitas
prokoagulan di daerah yang rusak meningkat dan bekuan akan terbentuk. Pada
dasarnya secara umum proses pembekuan darah melalui tiga langkah utama yaitu (1)
pembentukan aktivator protombin sebagai reaksi terhadap pecahnya pembuluh darah,
(2) perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisa oleh aktivator protombin,
dan (3) perubahan fibrinogen menjadi benang fibrin oleh trombin yang akan menyaring
trombosit, sel darah, dan plasma sehingga terjadi bekuan darah (Guyton, 1997).
1) Pembentukan aktivator protombin
Aktivator protombin dapat dibentuk melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan
jalur intrinsik. Pada jalur ekstrinsik pembentukan dimulai dengan adanya peristiwa
trauma pada dinding pembuluh darah sedangkan pada jalur intrinsik, pembentukan
aktivator protombin berawal pada darah itu sendiri.
2) Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan sebagai berikut :
Pelepasan tromboplastin jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang luka.
Yaitu fosfolipid dan satu glikoprotein yang berfungsi sebagai enzim proteolitik.
Pengaktifan faktor X yang dimulai dengan adanya penggabungan glikoprotein
jaringan dengan faktor VII dan bersama fosfolipid bekerja sebagai enzim
membentuk faktor X yang teraktivasi.
Terjadinya ikatan dengan fosfolipid sebagai efek dari faktor X yang teraktivasi
yang dilepaskan dari tromboplastin jaringan . Kemudian berikatan dengan faktor
V untuk membentuk suatu senyawa yang disebut aktivator protombin.
3) Mekanisme intrinsik sebagai awal pembekuan sebagai berikut :
Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma. Bila faktor XII terganggu misalnya karena berkontak dengan
kolagen, maka ia akan berubah menjadi bentuk baru sebagai enzim proteolitik
yang disebut dengan faktor XII yang teraktivasi.
Pengaktifan faktor XI yang disebabkan oleh karena faktor XII yang teraktivasi
bekerja secara enzimatik terhadap faktor XI. Pada reaksi ini diperlukan HMW
kinogen dan dipercepat oleh prekalikrein.
Pengaktifan faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi
bekerja secara enzimatik terhadap faktor IX dan mengaktifkannya.
Pengaktifan faktor X oleh faktor IX yang teraktivasi yang bekerja sama dengan
faktor VIII dan fosfolipid trombosit dari trombosit yang rusak untuk
mengaktifkan faktor X.
Kerja dari faktor X yang teraktivasi dalam pembentikan aktivator protombin.
Langkah dalam jalur intrinsik ini pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir
dalam jalur ekstrinsik. Faktor X yang teraktivasi bergabung dengan faktor V dan
fosfolipid trombosit untuk membentuk suatu kompleks yang disebut dengan
activator protombin. Perbedaannya hanya terletak pada fosfolipid yang dalam
hal ini berasal dari trombosit yang rusak dan bukan dari jaringan yang rusak.
Aktivator protombin dalam beberapa detik mengawali pemecahan protombin
menjadi trombin dan dilanjutkan dengan proses pembekuan selanjutnya.
a. Kelainan vaskuler
1) Telangi ektasia hemoragik herediter ( penyakit Osler-Weber-Rendu) terda[at pada
epistaksis dan perdarahan saluran cerna yang intermiten dan hebat. Telangiektasia
difus umumnya terdapat pada masa dewasa, ditemukan pada mukosa bukal, lidah,
hidung dan bibir, dan tampaknya meluas pada seluruh saluran cerna.
2) Sindrom Ehlers- Danlos, suatu penyakit herediter lain meliputi penurunan daya
pengembangan ( compliance ) jaringan perivaskuler yang menyebabkan perdarahan
hebat.
3) Purpura alergik atau purpura anafilaktoid, kerusakan imunologik pada pembuluh
darah, ditandai dengan perdarahan petekie pada bagian tubuh yang tergantung dan
juga mengenai bokong. Purpura Henoch-Schonlein, suatu trias purpura dan
perdarahan mukosa, gejala- gejala saluran cerna dan atritis merupakan bentuk
purpura alergik yang terutama mengenai anak-anak.
4. Waktu Pendarahan
Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi penyempitan bagian yang
terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot polos sebagai suatu plasma lokal dan
karena refleks simpatik yang merangsang serabut adrogenik yang menginversi otot polos
dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan
berkurang (Frandson, 1992).
Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan
yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami
dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa
kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian
anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa
kontraksi (Schmid, 1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15
hingga 120 detik (Guyton, 1983). Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh
yang rusak. Hal ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit.
Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,1989).
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah
penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis
(Sonjaya, 2008). Sedankan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu
mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir
keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya
agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan
setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.
Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu mulai keluarnya tetesan
darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status
kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar
globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu
besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar
hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2008).
Pendarahan yang hebat dapat diarkibatkan oleh slaah satu defisiensi salah satu dari factor
pembekuan. Tiga jenis kecenderungan pendarahan tertentu adalah defisiensi vitamin K,
hemofilia, tromboplasitoplatopenia. Defisiensi vitamin K yakni berupa penurunan factor
VII,IX dan X yang dikarenakan defisiensi vitamin K, hepatitis, sirosis dan penyakit hati
lainnya dapat menekan pembentukan protrombin dan factor VII,IX dan X. Dengan demikian
hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat.
Hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat.
Hemofilia yaitu defisiensi herediter yang semuanyan menyebabkan kecenderungan
pendarhan yang sukar dibedakan satu yang lainnya (Syaifuddin, 2002).
Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai
pembuluh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah.
Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi
calah pembuluh darah yang rusak (Anonim b 2009).
B. Tujuan
Menentukan waktu perdarahan menurut metoda Duke.
Menentukan waktu pembekuan darah hewan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
B. Cara Kerja
1. Waktu Perdarahan
a. Dibersihkan daun telinga atau daerah pengambilan darah dari bulu dan diolesi
dengan alkohol 70%, kemudian ditusuk daerah tersebut dengan lancet, dicatat
waktunya saat darah keluar pertama (jangan ditekan).
b. Disetiap 30 detik ditempelkan kertas filter pada darah yang keluar (jangan
mengenai lukanya), bila perdarahan berhenti, kertas tidak menyerap darah lagi
(dicatat waktunya).
c. Waktu perdarahan adalah selisili antara waktu pencatatan pertama dan kedua .
2. Pembekuan Darah
a. Dibersihkan bulu di tempat pengambilan darah, dibasahi dengan alkohol dan
dikeringkan, kemudian tusuk dengan lanset yang steril dan dicatat waktu pada saat
darah keluar dari pembuluh darah
b. Diambil 1 2 tetes darah dan dipindahkan dalam gelas arloji yang dilapisi
parafin.
c. Digunakan kepala jarum pentul, ditusukan ke dalam darah dan diangkat setiap 30
detik sampai terlihat benang fibrin (catat waktunya).
d. Waktu beku darah adalah selisih waktu antara darah mulai keluar dan terbentuknya
benang fibrin.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Waktu Perdarahan
Lama waktu saat darah keluar pertama : 40.12 detik
Lama waktu saat darah keluar kedua : 26.00 detik
Selisih waktu pencatatan pertama dan kedua : 14.12 detik
2. Pembekuan Darah
Lama waktu mulai keluarnya darah : 127 detik
Lama waktu terbentuknya benang fibrin : 609 detik
Waktu beku darah : 482 detik
B. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan waktu perdarahan menurut metoda
Duke dan menentukan waktu pembekuan darah hewan.. Waktu pendarahan diamati sebagai
interval waktu dari saat pertama timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai
darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
pendarahan yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan
aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Kisaran waktu pendarahan yang normal adalah 15
hingga 120 detik.
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Faktor yang diperlukan dalam
penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase,
trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah,
maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca
tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin adalah enzim yang
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah
merah menjadi gel atau menggumpal. Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15
detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah
normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam.
Waktu koagulasi adalah waktu darah mulai keluar sampai keluarnya benang fibrin.
Berdasarkan hasil pengamatan waktu pendarahan yang diamati pada manusia adalah
14,12 detik, hal ini menunjukan bahwa waktu pendarahannya masih berada pada batas
normal. Sedangkan waktu pembekuan darah pada darah ayam adalah 482 detik, ini
menunjukan bahwa waktu beku darah pada ayam tersebut bejalan lebih lambat dari yang
seharusnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dlakukan, maka dapat disimpulkan bahwa waktu
pendarahan pada manusia menurut metode duke adalah selama 14.12 detik. Dan waktu
pembekuan darah pada ayam adalah 482 detik.
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka kami menyarankan agar dalam
membandingkan warna larutan hemoglobin dengan larutan standar harus dilakukan dengan
teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan kadar hemoglobin dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Heru. 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. UNY Press. Yogyakarta.