Kompetensi Absolut Peradilan Agama
Kompetensi Absolut Peradilan Agama
Kompetensi Absolut Peradilan Agama
5|Page
Qishash/diat yang meliputi:
pembunuhan;
penganiayaan;
Tazir yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang melakukan pelanggaran
syariat selain hudud dan qishash/diat seperti:
judi;
khalwat;
meninggalkan shalat fardhu dan puasa Ramadhan.
Pilihan Hukum dalam Penyelesaian Perkara Warisan Dicabut
Kewenangan Peradilan Agama dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
warisan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama dibatasi dengan adanya hak opsi. Hak opsi adalah hak memilih hukum
warisan apa yang akan dipergunakan dalam menyelesaikan pembagian warisan.
Jadi hak opsi adalah pilihan hukum bagi pada pihak yang bersengketa khusus dalam
perkara warisan untuk menempuh penyelesaian melalui jalur Hukum Perdata
(Burgerlijk Wetboek) atau Hukum Adat atau hukum Islam.
Hal ini ditegaskan dalam Penjelasan Umum angka 2 alinea ke-5 yang menyatakan:
Para Pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum
apa yang dipergunakan dalam pembagian warisan.
Mengenai hak opsi ini Mahkamah Agung memberikan petunjuk bagi hakim-hakim
dalam menyelesaikan perkara warisan dengan mengeluarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1990 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang menyatakan bahwa
ketentuan pilihan hukum warisan merupakan permasalahan yang terletak di luar
badan peradilan dan berlaku bagi golongan rakyat yang hukum kewarisannya
tunduk pada Hukum Adat dan atau Hukum Perdata Barat (BW) dan atau Hukum
Islam. Para pihak boleh memilih Hukum Adat atau Hukum Perdata Barat (BW) yang
menjadi wewenang Pengadilan Negeri Hukum atau memilih Hukum Islam yang
menjadi wewenang Pengadilan Agama. Pilihan hukum ini berlaku sebelum perkara
diajukan ke pengadilan apabila suatu perkara warisan dimasukkan ke Pengadilan
Agama maka pihak lawan telah gugur haknya untuk menentukan pilihan hukum
dalam menyelesaikan perkara warisan. Apabila dalam perkara warisan diajukan ke
Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri secara bersamaan oleh para pihak yang
bersengketa maka hal ini telah terjadi sengketa kewenangan mengadili antara
6|Page
pengadilan pada badan peradilan yang satu dengan pengadilan pada badan
peradilan yang lain sehingga harus diselesaikan dahulu melalui Mahkamah Agung
sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir. Perkara ditunda sampai ada
putusan Mahkamah Agung pengadilan mana yag berhak mengadili perkara tersebut.
Dengan adanya perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, kalimat yang
terdapat dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama yang menyatakan: Para Pihak sebelum berperkara dapat
mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian
warisan, dinyatakan dihapus.
Kewenangan Mengadili Tidak Meliputi Sengketa Hak Milik Atau Sengketa Lain
Antar Orang Islam dengan Non Islam
Apabila terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara yang menjadi
kewenangan Peradilan Agama cara penyelesaiannya adalah sebagai berikut.
1. Apabila objek sengketa terdapat sengketa hak milik atau sengketa lain antara
orang Islam dengan selain orang Islam maka menjadi kewenangan Peradilan Umum
untuk memutuskan perkara tersebut. Proses pemeriksaan perkara di Peradilan
Agama terhadap objek sengketa yang masih terdapat sengketa milik atau sengketa
lain antara orang Islam dan selain orang Islam ditunda terlebih dahulu sebelum
mendapatkan putusan dari Peradilan Umum. Sebagaimana diatur dalam pasal
berikut. Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 49, khusus mengenai objek sengketa tersebut
harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
2. Apabila objek sengketa terdapat sengketa hak milik atau sengketa lain antara
orang Islam maka Peradilan Agama dapat memutus bersama-sama perkara yang
menjadi kewenangan Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam pasal berikut.
Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut
diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 49.
7|Page