SOP HD 67 Halaman

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

RUMAH SAKIT UMUM

PENJADWALAN HEMODIALISA
TEUNGKU PEUKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


002/ HD /11/2017 00 1/1

Ditetapkan
Direktur RSU TEUNGKU PEUKAN
KAB. ACEH BARAT DAYA
STANDAR
PROSEDUR Tanggal terbit:
OPERASIONAL 11 Desember 2017

dr. ADI ARULAN MUNDA


Pembina/NIP. 19750808 200804 1 001
PENGERTIAN Suatu sistem yang mengatur penjadwalan hemodialisa

1. Mengatur jadwal hemodialisa dengan baik.


TUJUAN 2. Memberikan jadwal yang optimal.
3. Memanfaatkan sarana dan tenaga secara optimal.
1. Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa harus
dijadwalkan.
2. Penjadwalan hemodialisa cito dapat dilakukan dengan
KEBIJAKAN seijin dokter penanggungjawab HD dan Kepala Unit
Hemodialisa sehingga dapat dijadwalkan.
3. Pada keadaan darurat maka jadwal Hemodialisa dapat
disesuaikan sesuai kemampuan mesin yang ada
1. Menerima rencana hemodialisa
2. Menulis di buku jadawalhemodialisa; nama, umur,
kamar, nama dokter penanggung jawab, tanggal serta
jam hemodialisa
3. menuliskan jadwal Hemodialisa harian di ‘white board;
nama, umur,
4. Melakukan pengecekan kembali ke ruangan.
PROSEDUR 5. Menerima penjadwalan hemodialisa cito.
6. Menulis di kertas rencana hemodialisa
7. Menerima laporan pembatalan hemodialisa
8. Menanykan alasan pembatalan.
9. Melaporkan kepada dokter penanggung jawab
hemodialisa
10. Menuliskan pembatalan hemodialisa di kertas
rencana operasi dan di jadwal harian ‘white board’.
- Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Jalan
- UGD
- ICU/ICCU
RUMAH SAKIT UMUM
PENUNDAAN HEMODIALISA
TEUNGKU PEUKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


002/ HD /11/2017 00 1/1

Ditetapkan
Direktur RSU TEUNGKU PEUKAN
STANDAR KAB. ACEH BARAT DAYA
PROSEDUR Tanggal terbit
OPERASIONAL 11 Desember
2017
dr. ADI ARULAN MUNDA
Pembina/NIP. 19750808 200804 1 001

PENGERTIAN Suatu prosedur yang diambil pada saat terjadi


penundaan atau perubahan jadwal Hemodialisa
Agar semua pihak yang terlibat dalam jadwal
TUJUAN hemodialisa yang mengalami penundaan atau
perubahan tersebut dapat mengetahuinya.

Jadwal hemodialisa yang ada bila terjadi penundaan


atau perubahan maka semua pihak yang terlibat
KEBIJAKAN
untuk diberitahu dan membuat rencana untuk
penjadwalan baru.

11. Menerima laporan penundaan hemodialisa.


12. Konfirmasi untuk penjadwalan baru dari ruangan
perawatan atau dari dokter penangggung jawab
PROSEDUR HD
13. Menghubungi semua Unit yang terkait
14. Melakukan pencatatan, pemberitahuan pada
dokter penanggung jawab HD dan perawat
Hemodialisa
- Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Jalan
- Dokter Penyakit Dalam
RUMAH SAKIT UMUM
PENERIMAAN PASIEN DI UNIT HEMODIALISA
TEUNGKU PEUKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


003/ HD /11/2017 00 1/1

Ditetapkan
Direktur RSU TEUNGKU PEUKAN
KAB. ACEH BARAT DAYA
STANDAR
PROSEDUR Tanggal terbit:
OPERASIONAL 11 Desember
2017
dr. ADI ARULAN MUNDA
Pembina/NIP. 19750808 200804 1 001
Penerimaan pasien yang akan dilakukan tindakan
PENGERTIAN Hemodialisa dari ruang rawat inap, rawat jalan atau
dari luar Rumah Sakit

Persiapan pasien dilakukan Hemodialisa mencakup


bio-psiko-sosial-spiritual dan kelengkapan
administrasi termasuk inform concent dan persiapan
lainnya agar proses tindakan Hemodialisa dapat
berjalan dengan baik dan lancar.

Pasien yang akan dilakukan tindakan Hemodialisa


KEBIJAKAN perlu dilakukan serah terima dari perawat ruangan
dan perawat Hemodialisa.

15. Periksa identitas pasien dengan menggunakan


daftar cek pre Hemodialisa
16. Pastikan diagnosa pasien.
PROSEDUR 17. Memastikan lokasi dan teknik inisiasi Fistula
18. Serah terima antar perawat ruangan dan
perawat Hemodialisa
19. Pindahkan pasien ke Bed Hemodialisa
- Unit Hemodialisa
UNIT TERKAIT - Emergency.
- Ruang perawatan.
RSU TEUNGKU
PEUKAN
KAB ACEH BARAT PEMELIHARAAN RUANGAN,MESIN RO
DAYA DAN MESIN HEMODIALISA

No.
No. Revisi Halaman
Dokumen

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONAL
NIP. 197508082008041001

Agar semua fasilitas diruang HD dapat berfungsi


dengan baik terutama fasilitas air RO dan mesin HD
TUJUAN
selalu siap pakai dan efektif dan adekuasi HD tercapai

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Kegiatan dalam pemeliharaan mesin RO dan mesin HD


secara rutin dan berkala

Prosedur

1. Sterilisasi ruangan ( setiap bulan ) , dengan


larutan Presept
2. Kebersihan ruangan dialysis ( setiap hari setelah
dipakai pasien ) ; tempat tidur, kursi tunggu,
nakhas ( meja samping ), meja tindakan ( overbed
table ), trolley, mesin dialysis, TV dll.
3. Perawatan alat medis :

4. Kalibrasi mesin setelah 1500 jam tindakan

 Kalibrasi timbangan berat badan dan


tensi meter ( sebulan sekali ).
 Trolley emergency ( dicek setiap hari )
 Battery back up untuk alat defibrilator
( charge setiap hari )
 Pengecekan tabung oksigen dan
selangnya ( setiap hari )
 Pengecekan alat sterilisasi ( sebulan
sekali )

5. Perawatan air RO secara berkala

 Melakukan back wash multi media.


 Melakukan back wash karbon filter.
 Melakukan back wash softener (
pemberian garam 1 kg / hari ).
 Pembersihan cartridge pada pre treatment
dan sebelum membran RO.
 Pengecekan kestabilan tegangan listrik dan
bebas kejutan.
 Pencatatan pump RO dan tekanan
parameter.
 Pengecekan bebas clorin sesudah back
wash karbon filter dengan : test trip total
klorin ( chloramines + free chlorine ).
 Pengecekan kandungan Ca dan Mg
sesudah back wash Softener dengan : test
trip water hardness.
 Setiap bulan :
– Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri
dan Endotoxin.
– Pemeriksaan air dialisat : terhadap
bakteri, endotoxin, elektrolit.
– Pembersihan tanki produk dengan (
larutan bayclin 1 : 100 ) .
 Setiap 6 bulan :
– Pemeriksaan air RO : sesuai parameter
standard AAMI.
 Penggantian peralatan sistem reverse
osmosis :
- Catridge filter setiap bulan (terutama bila
terjadi perubahan warna pada filter).
- Membran reverse osmosis 3 tahun sekali (
tergantung hasil parameter air RO ) , jika
hasilnya melebihi angka normal dari
parameter maka secepatnya harus diganti.
RSU TEUNGKU
PEUKAN
KAB ACEH
BARAT DAYA

PERSIAPAN MESIN HEMODIALISIS

Jln. Nasional
Padang
Meurantee
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

Dr Adi Arulan Munda


NIP.
STANDAR Standar
197508082008041001
PROSEDUR Operasional
OPERASIONAL Prosedur

Mesin dan peralatan siap digunakan saat HD

TUJUAN Mengoptimalkan pasien dan peralatan selama proses


hemodialisa, mengurangi kemungkinan terjadinya
problem selama dialisis

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Menyiapkan mesin dan peralatan yang akan digunakan


saat dialysis sehingga pasien akan menerima tindakan
dialysis yang aman dan efektif sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan.

Prosedur

.
1. Persiapan mesin dan alat

1. Air yang telah melalui proses pembersihan


dengan menggunakan Reverse Osmosis
2. Listrik 220 V (sebaiknya dilengkapi
stabilizer atau yang lebih baik)
3. Alat-alat Hemodialisis :
Dialiser
AVBL
Cairan Dialisat (Acetat/Bicarbonat)
Heparin
Infus Set / Transfusi Set
NaCl 0,9%
Alat Suntik 1 cc (20 cc jika
menggunakan fungsi heparin pada
mesin).
Maatkan
2. Prosedur

1. Buka kran air.


2. Hubungkan steker dari mesin
ke stop kontak
3. Tekan Main Switch pada
bagian belakang mesin
4. Tekan tombol ON/OFF pada
panel mesin selama ± 5 detik untuk
menyalakan mesin.
5. Tekan dan tahan tombol
Rinse/Drain selama ± 5 detik, time
akan menunjuk angka 0:10, biarkan
hingga rinse/drain selesai.
6. Setelah rinse selesai (tombol
Rinse/Drain akan berkedip), tekan
tombol Rinse/Drain sekali untuk
melakukan test fungsi.
7. Mesin akan melakukan Test
Fungsi (Fch), biarkan hingga selesai.
8. Test fungsi selesai ditandai
dengan menyalanya tombol Temp
dan Cond.
9. a. Pindahkan suction tube
Merah ke Acid dan suction tube Biru
ke Bicarbonat, jika menggunakan
bicarbonat
10. b. Pindahkan suction tube
Biru ke Acetat, jika hanya
menggunakan Acetat (tube suction
Merah tetap pada tempatnya).

11. Mesin siap digunakan setelah


Fluid Path menyala hijau (Temp dan
Cond tercapai)
12. Lakukan Priming :
Pasang AVBL set dan dialiser pada
mesin.
Sambung Dialiser Tube dengan Dialiser
secara berlawanan Dialiser tube Merah
ke Biru dialiser dan sebaliknya.
Hubungkan infus set dengan NaCl 0,9%
lalu sambungkan dengan infusion tube
pada AVBL set.
Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan blood pump sampai
dengan ± 100 ml/min hingga bagian
ekstrakorporeal terisi baik.
Setelah Vena Drip chamber terisi
aktifkan detektor udara dengan
menekan tombol Air Detektor.
Matikan blood pump, klem kedua ujung
AVBL dan hubungkan dengan konektor
untuk melakukan sirkulasi
Buka kedua klem AVBL, hidupkan
blood pump, kecepatan akan sama
dengan sebelumnya (± 100 ml/min)
tampak pada layar.
Masukkan heparin dosis awal 1500 U
(atau sesuai kebutuhan).
Periksa kembali dialiser, bila ada
gelembung udara keluarkan dengan
cara menjepit intermitet dengan tajam
menggunakan tangan.
Matikan blood pump, klem kedua ujung
AVBL, dan infus set.
Mesin Siap untuk tindakan
hemodialisis.

RSU TEUNGKU
PEUKAN
KAB ACEH
BARAT DAYA

PROTAP INISIASI HD

Jln. Nasional
Padang
Meurantee
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen

03 04 03

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONAL NIP. 197508082008041001

Mengoptimalkan pasien dan peralatan untuk kelanjutan


proses dialysis, agar proses hemodialisis berjalan dengan
TUJUAN
baik dan aman,pasien akan terbebas dari komplikasi akibat
posedur inisiasi.

RUANG Unit Hemodialisa


LINGKUP

URAIAN Adalah tindakan awal yang dilakukan mulai dari persiapan


UMUM sampai saat proses hemodialisis mulai berlangsung

Prosedur

A. Prosedur
1. Pengkajian
 Cek kembali program medic seperti surat
permintaan untuk tindakan HD
 Pastikan surat persetujuan tindakan sudah ada
 Kaji Hasil pemeriksaan lab yang ada seperti
kreatinin,ureum, DPL, Elektrolit, Anti Hbs-
Ag,HCV, HIV, AGD, MP3,PTT
 Kaji Kondisi pasien secara umum kesadaran dan
keluhan
 Kaji TTV, status cairan, ( BB, Auskultasi paru,
edema , turgor, membrane mukosa, intake
output)
 Nilai Akses Vaskuler yang akan digunakan
2. Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan rasa nyaman bd prosedur
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit:
lebih/kurang
 Kecemasan berhubungan dengan tindakan yang
akan dilaksanakan
3. Perencanaan
 Persiapan Alat
 Mesin HD sudah siap pakai dalam posisi
dialyzer prime
 Sirkuit darah sudah dipriming dan sudah
ditempatkan pada mesin HD
 Alat penunjang lain seperti suction dan
oksigen
 Peralatan sesuai akses vaskuler yang
tersedia :
o AV fistula/abocath
o Infuse set
o Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
o Heparin inj
o Xylocain (anestesi local)
o NaCl 0,90 %
o Kain kasa/ Gaas steril
o Duk steril
o Sarung tangan steril
o Bak kecil steril
o Mangkuk kecil steril
o Klem
o Plester / hepafik
o Desinfektan (alcohol + bethadine
o Karet plastic
o Gelas ukur
 Persiapan Pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
4. Pelaksanaan
a. Insersi / punksi fistula / cimino
 Membawa peralatan kedekat pasien
 Letakan pengalas karet/plastic pada
daerah yang akan dilakukan insersi
 Pakai masker dan maskort/apron, cuci
tangan,pakai sarung tangan
 Desinfeksi daerah fistula/cimino dengan
bethadine sol dimulai dari titik tempat
insersi/punksi kearah luar dengan radius
3-5 cm biarkan selama 3 menit lalu
bersihkan dengan alcohol.
 Letakan duk steril secara melebar sebagai
pengalas dan penutup
 Lakukan insersi/punksi outlet (pilih vena
yang besar untukmemasukan darah
kembali ke tubuh pasien )usahakan lengan
yang sama dengan cimino, fiksasi dan
tutup engan kain kasa ( Bila ada
permintaan darah ambil untuk lab ) lalu
bolus dengan heparin yang telah diaplus
dengan NaCl 0,9 % 5 cc
 Lakukan insersi/punksi inlet ( minimal 3
cm dari anastomosis) fiksasi dan tutup
dengan kasa, bila inlet dan outlet satu
aliran minimal berjarak 5 cm, bagi pasien
yang tidak tahan sakit dapat anastesi
sebelun di insersi, seperti topical,spray,
krim, salep.
b. Insersi vena femoralis
 Bawa pralatan kedekat pasien
 Letakan pengalas karet/plastic pada
daerah outlet atur posisi femoral yang akan
di punksi jika perlu femoral diganjal
dengan bantalkecil, tentukan area yang
akan di insersi
 Pakai maskort, masker, cuci tangan
kemudian pakai sarung tangan
 Disinfeksi daerah vena( outlet) dan lipatan
femoral (inlet) caranya sama insersi fistula
/cimino
 Letakan duk steril sebagai pengalas dan
penutup pada daerah inlet dan oulet
 Lakukan insersi outlet dan fiksasi tutup
dengan kasa, berikan heparin dosis awal
yang telah diaplus dengan NaCl 5 cc
 Berikan anestesi lokal pada insersi femoral
 Lakukan punksi femoral secara
percutanneus sambil di aspirasi( usahakan
dapat vena ) fiksasi dan tutupdengan kassa

c. Cath vena sub clavia ( double lumen )


 Bawa peralatan kedekat pasien
 Letakan pengalas karet/plastik dibawah
kateter kemudian buka balutan kateter
 Pakai masker
 Cuci tangan kemudian pakai sarung
tangan
 Disinfeksi kedua kanula dengan betadine,
biarkan selama 3 menit lalu bersihkan
dengan alcohol
 Letakan duk steril sebagai pengalas
 Keluarkan heparin darikedua kanula 3 cc
untuk mengeluarkan bekuan darah
 Periksa kelancaran aliran kateter, bila
diperluhan ambil darah untuk sampel lab,
lalu berikan heparin dosis awal yang telah
diaplus Nacl 5 cc melalui outlet
 Bersihkan tutupkanula kateter dan
rendam dalam kom steril berisi betadin
dan simpan dalam bak steril
 Setiap HD lakukan perawatan exit site
kateter, kecuali pada pemakaian pertama
HD kateter baru dipasang
 Spuit 1 cc disimpan dalam bak steril
karena masih digunakan pada proses
pengakhiran HD.
d. Mengalirkan darah kedalam sirkuit darah
ektrakorporeal.
 Matikan blood pump, klem selang NaCl
dan AVBL lalu sambungkan ABL dengan
kanula inlet akses vaskuler
 Tempatkan ujung VBL ( masih pakai
konektor) kedalam wadah pembuangan
cairan /matkan pastikan tidak
terkontaminasi
 Buka klem AVBL dan kanula inlet,
hidupkan blood pump
 Alikan darah kedalam sirkuit darah denga
kecepatan aliran Qb 100 ml/mnt, biarkan
cairan priming terdorong keluar dan
ditampung di dalam matkan
 Biarkan Aliran darah mengalir sampai di
buble trap out berwarna merah muda ,lalu
matikan blood pump, klem VBL
 Lepaskan konektor VBL lalu sambung
ujung VBL dengan kanula outlet, buka
klem VBL dan kanula outlet
 Hidupkan blood pump denga kecepatan
aliran Qb antara 100 – 150 ml/mnt
 Atur dan fiksasi kanula inlet dan outlet
dan VBL agar tidak mengganggu
pergerakan pasien
 Bula klem selang monitor tekanan arteri
dan vena, akifkan semua detector ( udara
dan kebocoran )
 Siapkan heparin dosis selanjutnya,
program dan hidupkan pompa heparin
 Cek kembali system alarm limit pada
mesin seperti: arteri,vena temperature,
TMP,
 Kencangkan semua sambungan, buble trap
terisi 2/3 sampai ¾ bagian, dialiser dalam
posisi tegak dengan inlet diatas ( pastikan
bebas udara )
 Naikan Qb sampai 200 ml/mnt atau lebih
 Program HD sesuai kebutuhan , lamanya
HD, UFR
 Ukur vital sign lakukan pendokumentasian
 Rapikan pasien, dan peralatan
 Beritahu pasien bahwa inisiasi telah
selesai
 Jelaskan kepada pasien apa yang boleh
dilakukan selama HD brlangsung
 Pasien boleh di tunggu satu orang
keluarga.
PROTAP MONITORING INTRADIALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

Dr Adi Arulan Munda


STANDAR
NIP. 197508082008041001
PROSEDUR
OPERASIONA
L

Proses dialysis berjalan lancer, masalah pasien segera


teratasi, mencegah komplikasi berlanjut, pasienmerasa
TUJUAN
aman dan nyaman.
RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Pengamatan yang dilakukan selama proses dialiasis

Prosedur

B. Prosedur
5. Pasien
 Observasi TTV ( TD, Nadi, RR,Suhu) setiap
jam atau sesuai kondisi pasien
 Nilai tingkat kesadaran
 Observasi vaskuler akses, dan pembuluh
darah vena( rembesan darah,
pembengkakan dan hematom )
 Kaji keluhan pasien
 Observasi obat obatan yang diberiekan
misalnya cairan parenteral, tranfusi darah
sesuai dengan program medik

6. Mesin
 Sambungan AV fistula denga blood line dan
sambungan blood line denga dialiser
 Sambungan tekanan arteri dan vena dengan
mesin
 Jenis Konsentrasi yang digunakan
 Selama HD berlangsung semua klem
terbuka, kecuali klem infuse harus tertutup
 Buble trap terisi ¾ bagian jangan sampai
kosong.
 Jangan ada udara sepanjang sirkulasi darah
dan dialiser
 Observasi Qb cocokan dengan efektifitas
blood flow
 Observasi tekanan vena dan arteri ( apakah
ada hambatan )
 Observasi TMP
 Observasi UFR
 Observasi time
 Observasi temperature mesin
 Standar konsentrat
 Pemakaian bikarbonat
 Dokementasikan dalam lembar observasi
PROTAP TERMINASI HEMODIALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001

Mengembalikan darah dari sirkuit ekstrakorporeal ke


dalam tubuh pasien, mencegah komplikasi lebih lanjut
TUJUAN
akibat gangguan teknik.

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa


URAIAN UMUM Tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri/ men waktu
mengghentikan proses dialysis sesuai dengan waktu
yang telah diprogramkan atau pada keadaan kegawatan
maupun gangguan teknik yang serius.

Prosedur

C. Mengakhiri HD
7. Persiapan Alat
o Piala ginjal
o Sarung tangan tidak steril
o Kain kassa
o Konektor steril
o Verban gulung
o Betadine sol
o Nebacitin powder
o Wadah specimen
o Obat obatan jika ada
o Gunting
o Plester
o Bantal pasir
o Elastic verban
o Tensimeter
o Termometer
o Stetoskop
o Kom berisi Na Cl dan spuit 10 cc (
pada double lumen )
o Heparin injn spuit 3 cc d ( pada double
lumen )
o Sarung tangan steril ( pada double
lumen )
o Ember
o Tempat sampah medis

8. Pelaksanaan
 5 menit sebelum dialysis diakhiri, turunkan
Qb menjadi 100 ml/mnt, UFR di kembalikan
 Beritahukan pada pasien bahwa HD akan
berakhir, pengunjung/ penunggu pasien
dipersilakan keluar.
 Mencuci tangan
 Memakai apron, masker
 Mengukur TTV
 Mengkaji keluhan pasien
 Matikan pompa darah, klem kanula inlet
sebelum mencabutnya,selanjutnya lepas
kanula dari selang inletdan sambungkan
dengan infuse NaCl 0,9 % dengan
menggunakan konektor
 Jalankan pompa 100 ml/mnt dengan
memberikan sedikit tekanan pada AVBL
 Bila darah sudah masuk semua pompa
darah dimatikan dan klem ujung kanula
outlet
 Mencabut kanula outlet,selanjutnya beka
tusukan ditekan dengan menggunakan kain
kasa beberapa menit
 Untuk akses vaskuler denga femoral setelah
perdarahan berhenti, luka ditutup dengan
band aid atau kasa yang diberi betadin
ditekan dengan bantal pasir 15 menit
setelah itu di beri plester.hepafix
 Pada akses vaskuler double lumen kateter si
spol denga NaCl masing masing 30 cc dan
setelah dispoel diberi heparin 15000 unit,
selanjutnya kateter ditutup dengan kain
kasa dan dibalut dengan verban kemudian
diplester
 Bila perdarahan sudah berbenti,luka ditutup
dengan kasa yang diberi betadin, lokasi
penusukan dibalut dengan verban
secukupnya
 Semua perlengkapan HD dari mesin HD
dilepas dan dimasukan dalam ember
 Kemudian mesin didesinfektan
 Mengobservasi TTV dan mengkaji keluhan
pasien
 Mengukur intake dan output
 Menimbang berat badan
 Dokumentasi

PROTAP REUSE DIALIZER


No. Dokumen No. Revisi Halaman

03 04 03

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001

Agar dialyzer dapt dipergunakan kembali beberapa kali


oleh pasien yang sama
TUJUAN

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Melakukan proses ulang ( pembilasan sampai sterilisasi)


pada dialyzer untuk dipakai ulang kembali

Prosedur

9. Persiapan Alat
o Dializer
o Selang untuk menyambung
o Tutup dialyzer
o Sarung tangan
o Masker
o Apron Gunting
o Klem
o Gelas Ukur
o Label nama
o Latutan formaln 2 – 8 %
o H2 O2 4 %
o Pompa formalin
o Air RO
o Spuit 50 cc
o Tempat sampah
o Kain lap
10. Pelaksanaan
a. Pembilasan sederhana
 Darah dalam kompartemen darah dialyzer di
dorong dengan NaCl
 Dializer di isi NaCl dibiarkan selama 5 menit
 Tempat dialyzer dengan Bi Kebawah
 Air RO disambungkan ke kompartemen
darah bilas beberapa menit dengan tekanan
1,7 atm dengan kcepatan 3-4 l/mnt
 Bilas kompartemen dialisat dengan air Ro
dengan kecepatan dan tekanan yang sama
 Setelah bersih kedua kompartemen diisi
formalin 2-8 %, tutup dialyzer dengan rapat
dan kencang
b. Pembilasan kompleks
 Darah didorong dengan NaCl
 Dializer diisi dengan NaCl
 Tempatkan dialyzer dengan Bi ke bawah
 Cairan dialisat disambung dengan
kompartemen darah, bilas selama 5 menit
dengan kecepatan 500 ml/mnt sambil udara
dikeluarkan
 Air Ro dusambungkan dengan kompartemen
dialisat bilas selama 5 menit kecepatan 500
ml/menit, tekanan 5 psi dengan mengklem
slang air, dialisat kembali dialirkan ke
kompartemen darah
 Setelah itu kedua slang dialisat di klem,
kemudian lepaskan klem slang dialisat
sehingga tekanan dikompartemen dialisat
meningkat sampai 25 PSI, stop aliran ke
kompartemen darah dengan cara mengklem
 Setelah 5 menit tekanan kompartemen
darah dilepas dilepas bilas kompartemen
darah dengan dialisat
 Setelah itu kompartemen darah dibilas
dengan cairan dialisat dan kompartemen
dialsat dengan RO
 Kedua kompartemen diisidengan formali 2 –
8%
 Tutup dializer dengan rapat dan kencang
 Cuci tangan
 Dokumentasi

c. Pembersihan
Proses ini dilakukan apabila dalam dialiser
masih terdapat bekuan darah.
 Masukan H2O2 4% dengan spuit 25
cc atau 50 cc kedalam kedua
kompartemen dializer
 Biarkan selama 3 – 5 menit kemudian
bilas dengan air RO
 Apabila belum bersih ulangi lagi
dengan memasukan H2O2 dan bilas
dengan air RO.
 Apabila sudah bersih kedua
kompartemen di isi dengan dengan
formalin
 Tutup dializer dengan rapat dan
kencang

d. Sterilisasi
 Setelah dialiszer dibersihkan segera di
sterilkan, pada tahap ini digunakan
formalin 2 – 8 %, formalin di isi di
kedua kompartemen tidak boleh ada
udara, kemudian ditutup dengan
rapat dan kencang
 Beri label nama, kode, tangal reuse,
catat dibuku reuse
e. Cara mengukur priming volume dializer
 Klem sisa blood line pada ujung inlet
dan outlet
 Pegang dialiser dengan posisi vertical
diatas gelas ukur
 Lepaskan sisa blood line dari dialiser,
air/formalin akan keluar dengan
gravitasi kedalam gelas ukur
 Setelah formalin abis, dorong
kompartemen darah dengan udara
menggunakan spuit 50 cc
 Hitung air yang ada di gelas ukur
 Bila air kurang dari 80 % volume
priming dialiser baru, maka dialiser
tidak bisa digunakan lagi

f. Penyimpanan
 Formalin dalam dialiser minimal
berada di dalam dialiser 24 jam agar
betul betul steril
 Simpan dialiser dalam lemari tetutup
 Tidak boleh kena sinar matahari
 Letakan dialiser dengan posisi
kompartemen dialisat kearah atas.
 Cuci Tangan
PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH

PADA DURANTE HEMODIALISIS

No. Revisi Halaman


No. Dokumen

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001

Memberikan rasa nyaman dan aman selama HD


berlangsung dengan menghilangkan mual dan muntah,
TUJUAN
dan menjamin hidrasi yang adekuat selama HD

RUANG LINGKUP Unit Pelayanan Hemodialisa

URAIAN UMUM Mual muntah berhubungan dengan hemodinamik dan


hipotensi

PENATALAKSANAAN HIPOTENSI

PADA DURANTE HEMODIALISIS


No. Dokumen No. Revisi Halaman

03 04 03

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

Standar
Operasional
Dr Adi Arulan Munda
Prosedur
NIP. 197508082008041001

Tekanan darah dalam ambang batas normal atau aman


dalam pelaksanaan hemodialisis, memberikan rasa
TUJUAN
nyaman dan aman bagi pasien

RUANG LINGKUP Unit Pelayanan Hemodialisa

URAIAN UMUM Hipotensi berhubungan dengan penurunan yang cepat


dari volume darah, pengisian volume jantung
menurun, cardiac output menurun hingga hipotensi

Prosedur 3. Penatalaksanaan

1. Kaji tanda dan Gejala ( lemas, berkeringat dingin,


pandangan berkunang-kunang, pusing, kadang
mual, muntah ,sesak nafas, dan sakir dada )
2. Atur posisi tidur horizontal /rata tanpa bantal
3. Monitor Qb, TMP/UFR
4. Atur Qb dan UF
5. Observasi tensi , nadi dan pernafasan.
6. Pemberian NaCl 0.9 % dan kolaborasi pemberian
obat-obatan
7. Timbang berat badan bila tekanan darah/kondisi
pasien memungkinkan
8. Kaji mesin dan peralatan yang digunakan(
Dializer dan AVBL )
9. Dokumentasi

.
PENATALAKSANAAN KRAM

PADA DURANTE HEMODIALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001

Memberikan rasa nyaman dan aman , kram berkurang


atau hilang. HD dapat dilanjutkan sesuai jadual
TUJUAN

RUANG LINGKUP Unit Pelayanan Hemodialisa

URAIAN UMUM Kram berhubungan dengan hipotensi ,penurunan barat


badan, UFR yang meningkat

Prosedur 4. Penatalaksanaan

10. Kaji tanda dan gejala nyeri otot


11. Anjurkan pasien untuk berdiri menginjak
lantai untuk mengurangi nyeri bila
memungkinkan
12. Turunkan Qb, TMP, UFR
13. Lakukan masase pada kaki
14. Pemberian Nacl dan kolaborasi
15. Observasi tanda –tanda vital
16. Timbang berat badan bila memungkinkan
17. Dokumentasi
.
PENATALAKSANAAN EMBOLI UDARA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001

Agar tindakan hemodialisis dapat dilanjutkan,pasien


merasa aman dan nyaman
TUJUAN

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Masuknya udara kedalam tubuh dari sirkulasi


ekstrakorporeal pada saat HD

Prosedur

5. Prosedur

1. Kaji mesin dan peralatan AVBL


2. Kaji keluhan dan tanda –tanda :
Pasien dalam posisi duduk :
 Pasien biasanya berteriak dan memegang
telinga
 Kejang
 Sesak, muka merah/biru
 Twitching otot
 Tidak sadar ( kadang-kadang )
 Udara dari outlet ( Venus line) masuk
kedalam tubuh pasien
Pasien posisi terlentang :

 Pernafasan dalam, batuk, sianosis


 Pernafasan tertahanmegap megap
 Denyut nadi lemah
 Murmur jantung.

3. HD di stop/ dihentikan darah di sirkulasi


4. Berikan Oksigen
5. Atur posisi pasien,kaki lebih tinggi dari kepala
6. Baringkan pasien ke sisi kiri badan
7. Pertahanan jalan nafas
8. Mengukur tanda vital bila perlu obat-obatan dan
cairan
9. Memberitahukan pasien bahwa emboli udara
sudah teratasi
10. Menghilangkan/membebaskan udara dari
sirkulasi ekstrakorporeal
11. Kontrol system detector udara
12. Bila keadaan pasien baik HD dapat
dilanjutkan kembali
13. Program HD Kembali
14. Dokumentasi.
PENANGANAN DIALISZER BEKU/CLOT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L

Agar tindakan hmodialisis dapat di lanjutkan dan


pasien merasa nyaman dan ama, adekuasi HD tercapai
TUJUAN

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Tertutupnya lumen dialyzer dan membrane kapiler oleh


bekuan darah

Prosedur 6. Persiapan alat dan bahan

18. Spuit 1 cc
19. Klem 2 buah
20. Heparin : 2000 unit
21. Kapas Alkohol
22. Na cl 0,9 % 1 kolf
23. Ember pakai tutup
7. Prosedur
15. Kaji dialyzer : hitam sebagian atau
seluruhnya
16. Kaji warna darah pada dialyzer: berbeda
(lebih gelap) disbanding dengan warna darah di
AVBL
17. Kaji warna dialyzer sesudah dibilas tetap
hitam
18. Kaji arterial pressure
19. Apabila dialyzer beku sebagian , beritahu
pasien bahwa dialyzer yang digunakan beku/clot
sebagian
20. Dekatkaa alat-alat disamping
mesin/pasien
21. Berikan exstra heparin 2000 unit (
disuntikkan di injection port ABL )
22. Qb dinaikan ≥ 200 cc/mnt
23. Dializer dibilas NaCl
24. Bila clot teratasi HD diteruskan tanpa
mengganti dialyzer dan tetap diobservasi
25. HD di program kembali dengan QB lebih
tinggi, memperhitungkan jumlah cai dan TMP )
26. Bilas NaCL 0,9 % tiap jam
27. Memberitahu pasien bahwa masalah
sudah teratasi
28. Mengukur tanda vital
29. Rapikan peralatan
30. Dokumentasi
PENANGANAN DIALISZER LEAK/BOCOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L

Agar proses hemodilisis dapat berlangsung terus sesuai


jam pemberian, pasien merasa aman dan nyaman
TUJUAN

RUANG LINGKUP Unit Hemodialisa

URAIAN UMUM Dializer leak adalah kondisi sobeknya membrane


kapiler dialisa sehingga darah keluar dari
kompartemen darah dan masuk ke kompartemen
dialisat.

Prosedur 8. Persiapan alat dan bahan

24. Dializer baru 1 buah


25. Klem 2 buah
26. Heparin : 2000 unit
27. Kapas Alkohol
28. Na cl 0,9 % 1 kolf
29. Ember pakai tutup

9. Prosedur

31. Kaji adanya alarm blood leak detector


32. Kaji warna dialisat pada kompartemen d
33. ialisat dan selang dialisat outlet
34. Memberitahu pasien bahwa dialyzer yang
dipakai bocor dan agan segera diganti
35. Aliran dialisat di stop ( possisi by pass)
pada mesin tertentu otomatis bypass
36. Dekatkaa alat-alat disamping
mesin/pasien
37. Pompa darah dimatikan /stop
38. Klem kanula arteri ABL ( sebelum infuse
set )
39. Klem infuse dibuka, pompa darah
dijalankan Qb 100
40. Darah di kembaikan ketubuh dengan NAcl
sebagai pendorong/ pembilas sampai cairan
bubble map VBL bening , lalu pompa darah
dimatikan
41. Siapkan dialiser baru ( priming secara
darurat )
42. Klem AVBL yang dekat dialiser, dilepaskan
kedua sisi dari lialiser kemudian dipasangkan
dke dialiser baru, slang dialisat disambung ke
dialisat dan dialiser yang bocor dimasukan
dalam ember,
43. Darah dialirkan kembali kedalam sirkulasi
ekstrakorporeal dengan cara membuka klem
kecuali klem infuse, posisi dialiser dalam
keadaan terbalik Qb 100 c/mnt sambil
mengontrol udara keluar dari sirkulasi
ekstrakorporeal ( AVBL dan dialiser )
44. Bila AVBL bebas udara posisi dialiser
dikembalikan keposisi sebenarnya,
45. Berikan ekstra heparin 2000 unit
disuntikan pada injection port ABL
46. HD deprogram kembali jumlah cairab NaCl
yang masuk dalam tubuh dan waktu untuk
melakukan tindakan diperhitungkan
47. Memberitahu pasien bahwa pergantian
dialiser sudah selesai
48. Mengukur tanda vital dan monitor mesin
49. Rapikan alat
50. Dokumentasi.

PROTAP MESIN GAMBRO

II. Persiapan Mesin


1. Air yang telah melalui proses pembersihan dengan menggunakan
Reverse Osmosis
2. Listrik 220 V (sebaiknya dilengkapi stabilizer atau yang lebih baik)
3. Alat-alat Hemodialisis :
Dialiser
AVBL
Cairan Dialisat (Acetat/Bicarbonat)
Heparin
Infus Set / Transfusi Set
NaCl 0,9%
Alat Suntik 1 cc (20 cc jika menggunakan fungsi heparin pada
mesin).
Maatkan

B. Cara Kerja
1. Buka kran air.
2. Hubungkan steker dari mesin ke stop kontak
3. Tekan Main Switch pada bagian belakang mesin
4. Tekan tombol ON/OFF pada panel mesin selama ± 5 detik untuk
menyalakan mesin.
5. Tekan dan tahan tombol Rinse/Drain selama ± 5 detik, time akan
menunjuk angka 0:10, biarkan hingga rinse/drain selesai.
6. Setelah rinse selesai (tombol Rinse/Drain akan berkedip), tekan
tombol Rinse/Drain sekali untuk melakukan test fungsi.
7. Mesin akan melakukan Test Fungsi (Fch), biarkan hingga selesai.
8. Test fungsi selesai ditandai dengan menyalanya tombol Temp dan
Cond.
9. a. Pindahkan suction tube Merah ke Acid dan suction tube Biru
ke Bicarbonat, jika menggunakan bicarbonat
b. Pindahkan suction tube Biru ke Acetat, jika hanya
menggunakan Acetat (tube suction Merah tetap pada
tempatnya).

10. Mesin siap digunakan setelah Fluid Path menyala hijau


(Temp dan Cond tercapai)
11. Lakukan Priming :
Pasang AVBL set dan dialiser pada mesin.
Sambung Dialiser Tube dengan Dialiser secara berlawanan
Dialiser tube Merah ke Biru dialiser dan sebaliknya.
Hubungkan infus set dengan NaCl 0,9% lalu sambungkan
dengan infusion tube pada AVBL set.
Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan blood pump sampai dengan ± 100 ml/min
hingga bagian ekstrakorporeal terisi baik.
Setelah Vena Drip chamber terisi aktifkan detektor udara
dengan menekan tombol Air Detektor.
Matikan blood pump, klem kedua ujung AVBL dan hubungkan
dengan konektor untuk melakukan sirkulasi
Buka kedua klem AVBL, hidupkan blood pump, kecepatan
akan sama dengan sebelumnya (± 100 ml/min) tampak pada
layar.
Masukkan heparin dosis awal 1500 U (atau sesuai kebutuhan).
Periksa kembali dialiser, bila ada gelembung udara keluarkan
dengan cara menjepit intermitet dengan tajam menggunakan
tangan.
Matikan blood pump, klem kedua ujung AVBL, dan infus set.
Mesin Siap untuk tindakan hemodialisis.
12. Persiapkan Pasien.

III. Memulai HD
 Lakukan pungsi pada pasien
 Sterilkan ujung ABL kemudian hubungkan dengan AVF inlet
 Buka kedua klem AVBL.
 Tempatkan ujung VBL pada penampungan (maatkan).
 Hidupkan blood pump.
 Atur kecepatan aliran darah sampai ± 100 ml/min, biarkan hingga
mencapai optical detector. Setelah mencapai optikal detektor, blood
path akan menyala. (bila ada alarm hilangkan dengan menekan
tombol yang menyala).
 Sisakan NaCl 0,9% sesuai kebutuhan pasien dengan mematikan
blood pump dan kemudian klem ujung VBL.
 Sterilkan ujung VBL kemudian hubungkan dengan AVF outlet.
 Hidupkan blood pump (kecepatan akan sama dengan sebelumnya ±
100 ml/min), kemudian atur kecepatan sesuai dengan keadaan
pasien.
 Program :
 Time : secara otomatis akan menampilkan program pelaksanaan
HD selama 4 jam (04:00).
Jika ingin melakukan perubahan waktu tekan tombol
Time, kemudian tekan Select () hingga Set Time
berkedip, atur waktu yang diinginkan dengan memutar
tombol Set.

 UF Volume : Tekan Tombol UF Volume, kemudian tekan Select


(), Set UF akan berkedip pada layar, masukkan jumlah
penarikan berat badan pasien sesuai keadaan pasien
dengan memutar tombol Set.
Jika tidak ada penarikan hal tersebut tidak perlu
dilakukan.

 UF Rate : akan dikalkulasi secara otomatis oleh mesin sesuai


dengan UF Volume dan Waktu Dialisis untuk
menampilkan penarikan per jam.
 Untuk menjalan program UF tekan tombol START UF STOP.
 Jika tidak ada penarikan tombol UF akan berkedip.
 Jika UF dihentikan sebelum UF Target tercapai maka setiap 10
menit akan terdengar bunyi alarm, tekan tombol alarm () untuk
mematikan alarm.

IV. Selama HD Berlangsung


 Lakukan observasi pasien sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
 Semua Informasi yang diperlukan dapat dilihat pada layar dengan
menekan tombol yang diinginkan dan ditahan dengan menekan
tombol Hold ().

V. Mengakhiri HD
 Turunkan kecepatan Blood pump dengan memutar tombol kecepatan
blood pump sampai ± 100 ml/min, kemudian matikan blood pump
dengan menekan tombol blood pump.
 Lepaskan AVF Inlet dari pasien, hidupkan blood pump, hingga darah
berada di ujung ABL lalu matikan Blood pump dan klem ABL.
 Lepaskan AVF dari ABL
 Hubungkan ABL dengan infus set dengan menggunakan konektor,
buka klem ABL dan klem Infus.
 Hidupkan blood pump (blood pump akan berputar sesuai pengaturan
kecepatan terakhir) ± 100 ml/min.
Darah akan kembali ketubuh pasien dengan NaCl 0,9% sebagai
pendorong dan pembilas.

Dalam pengembalian darah ke tubuh pasien lakukan pembilasan


secara intermintent pada VBL dengan menggunakan klem/tangan
untuk membantu mengurangi jumlah volume darah yang tertinggal
pada dialiser.

 Setelah cairan NaCl 0,9% mencapai dialiser dan bubble trap vena,
lepaskan infus set dari konektor.
 Biarkan udara mendorong NaCl 0,9% dan sisa darah sampai
melewati bubble trap vena (perhatikan dengan seksama), kemudian
matikan blood pump.
 Setelah NaCl 0,9% mencapai ujung VBL segera klem VBL dan AVF
outlet.
 Lepaskan AVF dari tubuh pasien.
 Lepaskan semua disposiable yang telah digunakan dari mesin.
 Kembalikan Suction Tube Merah dan biru ke tempatnya
Catatan :

 Jika HD diakhiri sebelum waktunya, Blood Path akan tetap


menyala (merah), untuk mematikannya tekan tombol Time, lalu
tekan Select () Set Time akan berkedip, putar tombol Set hingga
time menunjukkan angka 0:00.

VI. Membersihkan Mesin :


Chemical Disinfiction

 Sediakan Citric Acid 50% (u/ setiap pergantian pasien dan HypoChl
setiap hari sabtu di akhir HD)
 Tekan tombol Chem disinf (pada layar Hypochl akan berkedip, jika
tidak tekan tombol select () untuk memilih Hypochl).
 Tekan sekali lagi tombol Chem disinf dan tahan selama ± 5 detik,
hingga tombol chem disinf menyala.
 Tunggu hingga tombol attention alarm ()menyala (Time menunjuk ±
0:48), kemudian pindahkan suction tube biru (acetat) ke botol Citric
Acid 50% atau botol HypoChl.
 Biarkan hingga terdengar alarm (tombol attention alarm ()menyala),
kemudian cabut suction tube biru dari botol Citric Acid atau botol
Hypochl dan kembalikan ke posisinya semula (pada mesin).
 Tunggu hingga Time nenunjukkan angka 0:00, dan tombol rinse
berkedip yang menandakan bahwa proses disinfection telah selesai.
 Matikan Mesin dengan menekan dan menahan tombol on/off ± 5
detik.
 Matikan main switch pada bagian belakang mesin.

Heat Disinfiction

 Sediakan Citric Acid 20% setiap hari di akhir HD.


 Tekan tombol Heat Disinf pilih Citric dengan menekan tombol select
().
 Tekan sekali lagi tombol Heat disinf dan tahan selama ± 5 detik,
hingga tombol heat disinf menyala.
 Tunggu hingga tombol attention alarm ()menyala, kemudian
pindahkan suction tube biru (acetat) ke botol Citric Acid 20%.
 Biarkan hingga terdengar alarm (tombol attention alarm ()menyala),
kemudian cabut suction tube biru dari botol Citric dan kembalikan
ke posisinya semula (pada mesin).
 Tunggu hingga Time nenunjukkan angka 0:00, dan tombol rinse
berkedip yang menandakan bahwa proses disinfection telah selesai.
 Matikan Mesin dengan menekan dan menahan tombol on/off ± 5
detik.
 Matikan main switch pada bagian belakang mesin.

Catatan :

 Waktu Chem disinf/Heat Disinf sudah termasuk rinse/drain


sehingga rinse tidak lagi dilakukan.
 Tombol on/off dapat ditekan selama proses Chem disinf/Heat
Disinf berlangsung sehingga setelah proses chem disinf selesai
mesin akan mati dengan sendirinya.
 Bagian Luar mesin cukup dibersihkan dengan menggunakan air
bersih atau deterjen yang telah dilarutkan kemudian dilap dengan
kain kering yang bersih.

DEKONTAMINASI ALAT KESEHATAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASION Dr Adi Arulan Munda
AL NIP. 197508082008041001

Mencegah terjadinya penyebaran infeksi melalui alat


kesehatan agar pelayanan aman , nyaman, efekti
TUJUAN
RUANG LINGKUP UNIT HEMADIALISA

URAIAN UMUM Proses untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat


kesehatan, mempersiapkan alat untuk proses pencucian

Prosedur 10. Persiapan alat dan bahan


1. Larutan natrium hipoklorit ( klorin 5 %) atau
larutan natrium hipoklorit 0,5 %.
2. Gelas ukur, wadah plastik atau wadah lain
untuk menampung larutan hipoklorit dan
mampu menampung alat kesehatan yang akan
direndam
3. Sarana cuci tangan
4. Alat pelindung : sarung tangan, gaun pelindung/
celemek kedap air, kaca mata pelindung wajah.
2. Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Buat larutan natrium hipoklorit 0,5 % dengan
menggunakan gelas ukur ( 100 ml klorin 5 %
dalam 1 liter air )
3. Rendam alat kesehatan kedalam larutan natrium
klorit 0,5 %, pastikan alt terendam seluruhnya,
rendam selama 10 menit ( jangan lebih karena
dapat menyebabkan alat korosif )
4. Setelah 10 menit angkat alat dari rendaman
5. Bilas dengan dengan air bersih hingga bersih
dan lanjutkan dengan pembersihan
6. Rendam alat dalam dalam ember atau wadah
plastic berisi air bersih apabila alat kesehatan
tidak langsung di cuci.
7. Buka sarung tangan, masukan dalam wadah
sementara menunggu dekontaminasi dan proses
selanjutnya.
8. Cuci tangan
PENCUCIAN ALAT KESEHATAN

BEKAS PAKAI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

Dr Adi Arulan Munda


STANDAR
Tanggal Terbit NIP. 197508082008041001
PROSEDUR
OPERASION
AL

Pengertian Pencucian adalah proses secara fisik menghilangkan segala


kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda

Tujuan 1. Mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan


2. Mempersiapkan alat untuk proses sterilisasi berikutnya
Kebijakan Proses pencucian merupakan salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial

Prosedur 1.alat dan bahan

1. Alat kesehatan yang akan dicuci


2. Tempat pencucian dengan air mengalir atau baskom
berisi air bersih
3. Diterjen
4. Sikat halus
5. Bengkok ( nierbekken )
6. Lap kering / handuk kering
.

2.Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Siapkan peralatan kesehatan yang akan dicuci,
pastikan bahwa sebelumnya sudah dilakukan
proses dekontaminasi
3. Larutkan diterjen dengan air dalam wadah
4. Masukan peralatan yang akan dicuci dalam wadah
yang berisi larutan diterjen
5. Peralatan disabuni satu persatu sambil dibersihkan
dengan sikat sampai kotoran yang menempel pada
alat hilang
6. Bersihkan peralatan dari kotoran dan sisa busa
diterjen dengan cara membilas dengan air bersih
atau air mengalir, lakukan berulang ulang sampai
kotoran dan sisa busa diterjen hilang
7. Setelah peralatan bersih keringkan dengan lap
kering satu persatu masukan peralatan kedalam
bengkok, peralatan siap untuk dilakukan proses
sterilisasi
8. Rapikan peralatan dan bahan
9. Lepaskan sarung tangan
10. Cuci tangan.
PENYIMPANAN ALAT STERIL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L

Penyimpanan adalah tindakan menyimpan alat


kesehatan alat yang sudah steril agar tetap steril dan
RUANG LINGKUP
siap digunakan

TUJUAN 1. Mencegah penyebaran infeksi


melalui alat kesehatan

2. Mempersiapkan alat kesehatan


agar siap pakai

URAIAN UMUM RUANG RAWAT INAP

Prosedur Persiapan alat dan bahan

1. Alat kesehatan yang sudah disterilkan dalam


keadaan terbungkus dan atau tertutup rapat
2. Lemari Penyimpanan khusus

Prosedur
1. Perawat cuci tangan dan atau
menggunakan sarung tangan steril
2. Periksa lemari penyimpanan dalam
keadaan bersih bebas dari barang atau
peralatan lainyang tidak steril atau
kotor.

3. Pastikan alat yang akan disimpan


sudah steril dengan melihat kertas
indikator atau catatan bahwa
peralatan telah selesai diterilkan.

4. Pastikan bahwa alat terbungkus rapat,


apabila dalam tromol pastikan tromol
tertutup rapat

5. Pindahkan alat dari otoclav dan


masukan dalam lemari tempatkan
secara rapi,

6. Tutup kembali lemari secara rapat


kalau perlu dikunci

7. Perawat Cuci Tangan


.
STERILISASI FISIK

UAP PANAS BERTEKANAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L

Agar pelayanan keperawatan, aman, efektif,


efisien dan tepat
TUJUAN

RUANG LINGKUP RUANG HEMODIALISA

URAIAN UMUM Sterilisasi fisik uap panas bertekanan adalah


suatu proses untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk
endospora bakteri dengan menggunakan otoklaf.

Agar pelayanan keperawatan, aman, efektif, efisien


dan tepat

Prosedur Persiapan alat dan bahan

1. Alat kesehatan yang sudah melalui


proses dekontaminasi dan pencucian
2. Bahan pembungkus kertas perkaman
atau kertas Koran, atau kain katun
3. Wadah atau tromol
4. 0toklaf
5. Kertas indikator sterilisasi

Prosedur
1. Siapkan alat kesehatan yang akan
disterilkan pastikan bahwa alat tersebut
sudah dilakukan proses dekontaminasi
dan pencucian
2. Buka dan lepaskan semua alat
kesehatan yang disatukan (misalnya
hemostat dan gunting), pisahkan
peralatan yang terdiri banyak bagian,
dengan tujuan agar uap dapat mencapai
seluruh bagian dari permukaan alat.

3. Atur letak alat kesehatan, jangan terlalu


rapat karena akan menghalangi uap
untuk mencapai seluruh permukaan ,
jangan membungkus sarung tangan
dengan menggulung ketat.
4. Jika alat kesehatan dibungkus sebelum
dilakukan sterilisasi, gunakan 2 lapisan
kertas Koran atau kain katun( jangan
menggunakanKanvas ) tempelkan
indikator.
5. Jangan menggunakan wadah yang
tertutup untuk alat kesehatan dan
peralatan lainnya, jika digunakan tromol
, harus diyakinkan bahwa lubang-lubang
yang terdapat pada tromol dalam posisi
terbuka
6. Atur semua pak, tromol, atau peralatan
yang tidak terbungkus dalam ruangan
otoklaf sedimikian rupa, sehingga uap
panas bersirkulasi dengan bebas.
7. Lakukan sterilisasi 121 ‘C pada tekanan
106 kPa ( 1 atm atau 15 lb/in2, 1
kgf/cm2, 776 mmHg) selama 30 meit
untuk alat yang dibungkus atau 20
menit untuk alat yang tidak dibungkus (
atau ikuti petunjuk pemakaian ).
Lakukan pengukuran waktu dengan
timer, jangan memulai waktu
pengukuran waktu sebelum syarat
temperature dan tekanan terpenuhi.
8. Jika dipakai otoklaf otomatis,
temperature dan tekanan akan turun
sendiri begiti siklus sterilisasi selesai.
Jika yang dipakai otoklaf tidak otomatis,
matikan api atau pindahkan otoklaf dari
sumber panas selam 30 menit( jika
peralatan dibungkus ) atau setelah 20
menit ( jika peralatan tidak dibungkus.
9. Tunggu sampai tekanan menjadi nol
sebelum membuka otoklaf. Buka lubang
udara atau tutup otoklaf dan biarkan
sisa-sisa uap habis. Biarkan alat
kesehatan tetap berada dalam otoklaf
biarkan sisa uap habis, biarkan alat
kesehatan berada dalam otoklaf sampai
kering umumnya membutuhkan waktu
30 menit
10. Ambil alat kesehatan dengan
menggunakan alat steril, tunggu sampai
mecapai suhu kamar setelah itu alat
dapat digunakan atau dilakukan
penyimpanan apabila tidak dipakai
langsung

STANDAR KEBUTUHAN PERALATAN DAN ALKES RUANG HEMODIALISA

Kebutuhan Penunjang
– Lemari obat ( obat inventaris atau obat emergency ).
– Lemari untuk ( set steril HD rutin, set steril ganti balutan atau set steril CVP
untuk pemasangan double lument ).
– Lemari linen ( sprei, sarung bantal, selimut, dll ).
– Lemari penyimpanan dializer (tertutup rapat tidak tembus matahari).
– Lemari dapur.
– Tempat linen kotor dan linen infeksi.
– Tempat sampah medis dan non medis.
– Tempat instrument bersih (piala ginjal, gelas ukur, urinal, pispot dll)
– Tempat sampah blood lines dan dializer.
– Tempat sampah untuk pasien.

Kebutuhan Pokok :
- Tempat tidur pasien - Tiang infus
- Trolley emergency - Trolley punksi/tindakan
- Trolley air / galon - Timbangan diri / duduk
- Brankar - Lampu tindakan
- Mesin cuci darah - k/p Stabilizer
- Dispenser air - Kulkas obat
- Kursi tunggu - Kursi perawat
- Kursi roda - Meja samping ( nakhas )
- Meja tindakan / overbed table - meja perawat/nurse station
- k/p alat sterilisasi.

Kebutuhan disposable :
- Dializer – Pembungkus termometer
- AV – Fistula – Apron
- Blood lines – Masker
- Konsentrat – Sarung tangan steril
- Set Infus – Sarung tangan non steril
- Set darah – Plastik ukuran 1 Kg
- Perban / kassa steril – Plastik sampah medis dan non medis
- Tensoplas / band aid – Tissue untuk mulut
- Micropore kecil , sedang – Tissue untuk lap tangan
- Tissue toilet – Tissue alas makan
- Pemotong ampul – waslap untuk mesin, tempat tidur
- Selang oksigen – Selang suction
- Jelly E C G – Kancing E C G
- Kertas E C G – Test strip GDS (gula darah sewaktu)
- Spuit 1 cc – swab alkohol
- Spuit 3 cc – Transparan dressing
- Spuit 5 cc – Under pad
- Spuit 10 cc – Catheter suction
- Spuit 20 cc – Test strip residual renalin(peroxide)
- Test strip residual formalin – Test strip residual clorin&cloramines
- Test strip water Hardness – Catheter double lument

Kebutuhan Obat ( disesuaikan dengan keinginan dokter setempat ):


Infus / injeksi :
Normal saline 0,9 % (25 cc,500 cc,1000 cc)
Ringer lactate 500 cc
Normal saline 3% (25cc)
KCl ( 25 cc )
Dextrose 5 % ( 500 cc)
Dextrose 40 % (25 cc )
Aquadest steril 500 cc
Aqua pro injeksi 25 cc
Bicnat 8,4 % ( 100 cc )
Primperan injeksi
Tomit
Avil
Neurobion
Deladryl
Tilcotil
Methycobalt
Heparin
Protamin
Lidocain injeksi / ointment

Tablet :
– Analgetik
– Antipiretik
– Antidotum
Desinfectan :
- Alkohol 70 %
- Bethadine solution 10 %
- Sodium hypoclorit atau Virkon
- Citric Acid bubuk
- Formalin 4 % ( untuk reuse dializer )
- H2O2 3 %
- Renalin ( untuk reuse dializer )
- Larutan cuci tangan
- Larutan cuci piring
- Larutan untuk lantai

Kebutuhan tambahan :
Bantalan pasir ukuran 1 Kg / 2 Kg º Gelas ukur plastik 2000 cc
Gelas ukur 100 cc ( untuk reuse ) º Gunting perban
Klem besar º Mangkok stainless bethadine)
Piala ginjal º Mangkok stainless (NaCl)
Senter º Stetoscope
Spatel º Tensi meter dinding
Mayo tube º Suction dinding
Defibrilator º Oksigen dinding
Lampu X – Ray º Torniquet
Jam dinding º White board
Tangga dua susun º Urinoir & pispot
Rak urinal º Tabung oksigen dorong kecil
Perlak / alas tangan
Alat tulis kantor :
Pulpen , pinsil , penggaris, penghapus pinsil
Spidol 70 , spidol 500, penghapus white board Perforator, streples, klip, isolasi
Kertas HVS ukuran A4 dll , map untuk status pasien
Buku registrasi , buku laporan, buku inventaris, buku Expedisi dll

Kebutuhan linen :
Sprei , sarung bantal
Selimut tebal, selimut tipis, waslap

Kebutuhan dan sarana penunjang disesuaikan dengan luas bangunan dan


keadaan masing – masing sesuai kebutuhan ataupun prosedur tetap yang
berlaku

STANDAR KEBUTUHAN RUANG HEMODIALISA

. Tujuan :
1.1 Meningkatkan kualitas hidup penderita Gagal Ginjal Kronik agar tetap
aktif dan produktif.
1.2 Memperoleh laba usaha sesuai dengan tujuan misi dan visi , minimal demi
kelangsungan penyelenggara dialysis.
1.3 Usaha sosial dalam rangka meringankan beban penderita Gagal Ginjal
Kronik.

2. Pengertian :
Unit dialysis didirikan terutama untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup penderita Gagal Ginjal Kronik agar dapat aktif dan produktif (
dan tidak sekedar memperpanjang hidup ).

3. Persyaratan :

3.1 Lokasi ruang dialysis :


a. Dekat dengan ruang ICU / UGD.
b. Dekat parkir mobil ( jika dilantai dasar ).
3.2 Sumber air : Air pam ( dianjurkan )
3.3 Kebutuhan air RO :
– Reuse ( 1 x ) 20 liter / 1 dializer.
– Desinfectan mesin 18 liter / tindakan.
– Tindakan dialysis 180 liter / 6 jam.
3.4 Kebutuhan Listrik :
a. 1 mesin = 11 amper = 2200 watt.
b. Reverse Osmosis ( RO ) = 2200 watt.
c. Lampu ruangan dialysis = (tergantung jumlah pemakaian ).
d. Air Conditioner ( tergantung jumlah AC ).
e. Dispenser air.
f. Kulkas kecil untuk obat –obatan.
g. Defibrilator.
h. Sterilisator ( kalau perlu ).
i. Diesel / jenset / U P S .
j. Stabilizer ( listrik yang tidak stabil ).
3.5 Pembuangan limbah dialysis :Terpisah.
Limbah dialysis harus terpisah dengan pembuangan wastafel dan kamar
mandi. Limbah dialysis dapat disatukan dengan air reuse dializer dengan
septic tank tersendiri, terpisah dari septic tank pembuangan air besar (MCK ) .
3.6 S D M :
a. Harus ada Dokter Nephrolog atau minimal Dokter Internist yang sudah
berpengalaman dibidang dialysis.
b. Jika diperlukan dokter umum, maka dokter tsb pernah mengikuti pelatihan
dialysis minimal 3 bulan dengan standard yang diberikan oleh Pernefri.
c. Perawat dialysis yang bersertifikat terakreditasi. ( 1 – 2 perawat untuk
menangani 4 mesin dialysis ).
d. Tenaga penunjang antara lain : ahli gizi, pekerja sosial, administrasi,
pembantu perawat dan tehnisi .

3.7 Rujukan :
Untuk klinik harus mempunyai rujukan ke rumah sakit terdekat atau rumah
sakit yang mempunyai ruang ICU .
3.8 Pasien :
Untuk klinik ;Tidak boleh melakukan dialysis pada pasien baru / pertama kali
dinyatakan gagal ginjal ( first treatment dialysis ) dan hanya menerima dialysis
untuk pasien yang sudah dilakukan secara rutin.
3.9 Kebutuhan ruangan( ukuran luas )

a. Tindakan dialysis ( 1 mesin + 1 tempat tidur ) 3 x 3


untuk : umum dan isolasi
b. Konsultasi dokter / ahli gizi 4 x 4
c. Kepala perawat dialysis 3 x 3
d. Kerja pelaksana perawat ( nurse station ) 3 x 3
e. Reverse Osmosis ( pre treatment dan RO ) 4 x 4
f. Reuse ( otomatis atau manual ) 3 x 3
g. Service mesin 3 x 3
h. Gudang cairan ( konsentrat ) 3 x 3
i. Disposable lainnya 3 x 3
j. Ruang Tunggu pasien dan keluarga sesuai kebutuhan
k. Administrasi 3 x 3
l. Ruang ganti pakaian perawat pria terpisah wanita terpisah3 x 3
m. Toilet pasien , perawat , dokter terpisah. 2 x 2
n. Wastafel ada 1 buah , minimal disetiap 4 mesin .
o. Wastafel ada 1 buah didekat pintu masuk ruang dialysis.
p. Dapur.
q. Ruang makan.
r. Perpustakaan atau ruang pertemuan .
s. Disposal ( alat kotor ). 2 x 2
t. Ruang linen 2 x 2

4. Persiapan sebelum dimulai :


4.1 RO dan mesin.
– Pemeriksaan air RO(standard AAMI)
– Pengecekan mesin ( test mesin dan alibrasi )
– Pemeriksaan kualitas air terhadap :elektrolit (mesin) dan
bakteri
– Pengecekan alat penunjang ( tensi, timbangan BB, ECG )
– Inventaris barang yang datang dan akan dipakai
4.2 Formulir :
– Catatan keperawatan dialysis dll.
– Penagihan dari ke instansi terkait .
– Fasilitas penunjang : komputer , fax , printer.
4.3 Membuat standard operasional prosedur , disesuaikan dengan kebutuhan
:
- Tanggung jawab dokter, perawat, dll.
- Alur kerja.

4.4 Membuat sistem pelaporan :


- Emergency pasien .
- Klinik …> membuat rujukan ke rumah sakit lain .
- Jika ada komplain dari pelanggan.
PROTAP CATH VENA SUB CLAVIA ( DOUBLE LUMEN )

A. Persiapan Alat / bahan


1. Spuit 10 cc
2. Spuit 1 cc
3. Bak steril berisi 2 com, ( satu com untuk merendam/ menyimpan
tutup kanula kateter
dan com yang satu lagi untuk Na Cl
4. Kasa steril
5. Alkohol
6. Betadine
7. Alkohol
8. Pengalas karet// plastic
9. Handscon
10. Heparin
11. Masker
12. Plester/hepafik
13. Kain duk steril
B. Prosedur Tindakan Inisiasi
1. Bawa peralatan kedekat pasien
2. Letakan pengalas karet/plastik dibawah kateter kemudian buka
balutan kateter
3. Pakai masker
4. Cuci tangan kemudian pakai sarung tangan
5. Disinfeksi kedua kanula dengan betadine, biarkan selama 3 menit
lalu bersihkan dengan alcohol
6. Letakan duk steril sebagai pengalas
7. Keluarkan heparin darikedua kanula 3 cc untuk mengeluarkan
bekuan darah
8. Periksa kelancaran aliran kateter, bila diperluhan ambil darah untuk
sampel lab, lalu berikan heparin dosis awal yang telah diaplus Nacl 5
cc melalui outlet
9. Bersihkan tutupkanula kateter dan rendam dalam kom steril berisi
betadin dan simpan dalam bak steril
10. Setelah itu akses bisa dihubungkan kemesin untuk memulai
sirkulasi mulai dari ABL ( merah ) keluarkan Nacl melalui VBL
kedalam Matkan / ember
11. Setelah Nacl habis keluar sambungkan akses ke VBL
12. Atur mesin, QB, UF , proses hemodialisis di mulai
C. Terminasi Hemodialisa
1. Matikan pompa, tutup klem ABL ,Lepas akses inlet ABL hubungkan
dengan NACL masukan semua darah yang ada di sirkulasi dialiser
kedalam tubuh
2. Setelah darah masuk semua lepas VBL klem kedua lumen kanula
3. Spoel kateter dengan NACL masing masing 30 cc
4. Beri heparin 15000 unit, selanjutnya kateter ditutup dengan kain
kasa dibalut dengan verban dan di plester.

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA


RUMAH SAKIT UMUM (RSU) TEUNGKU PEUKAN
Jln. Nasional Padang Meurante - Susoh Telp. (0659) 92622
BLANGPIDIE Faks. (0659) 92522

PERSIAPAN PRE HEMODIALISA

Nama Pasien : ………………………………………………………

Umur / jenis kelamin :………………………………………………………

Nomor MR : ………………………………………………………

Di rawat di Ruang :……………………………………………………….

1 PEMERIKSAAN LABORATORIUM HASIL

Haemoglobin ( Hb ) ……………………………………………

Ureum …………………………………………..

Creatinin …………………………………………..

HBsAg ………………………………………….
HCV …………………………………………..

2 PEMERIKSAAN FISIK HASIL

Kesadaran …………………………………………..

Tekanan Darah …………………………………………..

Suhu tubuh /Nadi ……………………/…………………….

Berat Badan …………………………………………..

Pernafasan …………………………………………….

Apakah ada Odem ? …………………………………………..

Apakah saat ini ada perdarahan / haid …………………………………………..

Akses vaskuler ……………………………………………

3 PERSETUJUAN TINDAKAN SETUJU / TIDAK

4 CATATAN

Kotabaru,……,………………2009

Perawat Hemodialisa

Persiapan ini wajib dilengkapi

Sebelum dilakukan hemodialisa

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTABARU

UNIT HEMODIALISA

TATA TERTIB PASIEN HEMODIALISA ( CUCI DARAH )

1. Pasien harus datang tepat waktu sesuai jadwal( Hari dan jam )
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perawat hemodialisa, Pagi
jam 8.00 WIta, Siang Jam 13.00 Wita,
Kecuali ada gangguan tehnis maka jadwal bisa berubah dan petugas
akan memberitahu sebelumnya.
2. Permintaan tindakan hemodialisa diluar hari kerja dan jam dinas(
Cito ) dapat dilakukan atas permintaan dokter dan atau dalam
keadaan darurat dan kritis, dengan kesepakatan dari perawat HD
yang dinas dan menyesuaikan dengan kondisi mesin hemodialisa,
serta jadual yang sudah ada

3. Pasien yang datang diluar jadwal yang telah disepakati karena alasan
medis seperti sesak, penurunanan kesadaran, dan kedaruratan
lainnya masuk melalui UGD

4. Pasien yang datang segera melapor, dan akan dipanggil apabila mesin
Hemodialisa telah siap dan akan dilakukan insersi atau penusukan
jarum AV fistula.

5. Saat penusukan jarum AV fistula, kepada keluarga atau penunggu


pasien harap tunggu diluar kecuali di izinkan oleh petugas untuk
mendampingi

6. Apabila Hemodialisa sudah di mulai dan berjalan lancar maka


keluarga atau penunggu pasien baru bisa diizinkan mendampingi
pasien.

7. Keluarga pasien, penunggu atau yang besuk hanya 2 orang, kalau


lebih mohon masuk secara bergiliran.

8. Dilarang membawa makanan atau buah-buahan yang berbau dan


mengganggu kenyamanan ruangan.

9. Setiap pasien , keluarga, penunggu pasien wajib menjaga kebersihan


di ruangan.

10. Sepatu dan sandal harap dilepas sebelum masuk ruang


hemodialisa

11. Saat Hemodialisa akan berakhir ( 5 menit sebelum berakhir )


kepada keluarga atau penunggu diharap tunggu diluar dan akan
dipersilakan masuk setelah dipanggil petugas.

12. Semua perlengkapan administrasi seperti SKTM, KTP, Kartu


keluarga, Rujukan mohon dipersiapkan dan selalu dibawa setiap
hemodialisa.

13. Setiap pasien dan keluarga serta pembesuk wajib mentaati tata
tertib ini demi kenyamanan dan kelancaran hemodialisa.

REKOMENDASI PERAWAT HEMODIALISA

REKOMENDASI UMUM

1. Mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum melakukan tindakan


medik atau tindakan non medik pada tiap pasien.
2. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap melakukan penusukan
atau penarikan jarum pada tiap pasien.
3. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap membersihkan luka
atau bagian mukosa tiap pasien.
4. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap memegang semua
peralatan pasien dari tiap pasien.
5. Setiap staf yang melakukan penusukan dengan jarum, penarikan jarum
dan aktifitas yang berkaitan dengan darah, harus memakai masker
pelindung mulut, kaca mata pelindung dan memakai plastic pelindung
baju.
6. Setelah selesai melakukan penusukan, penarikan jarum, pembersihan
luka atau bagian mukosa atau setelah selesai memegang peralatan
pasien, sarung tangan dilepas dan dibuang ke tempat khusus.

REKOMENDASI KHUSUS

1. Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HBsAg,
anti HCV dan HIV positif, segera diambil tindakan pencegahan sesuai
dengan prosedur baku.
2. Semua staf yang aktif melayani pasien HD, harus diperiksa HBsAg dan
anti HCV setiap 6 bulan.
3. Imunisasi dengan vaksin hepatitis B harus dilakukan pada setiap staf di
ruang Hemodialisa.
4. Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positif, tidak melayani pasien
dengnan HBsAg negative pada hari yang sama.
5. Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf
ruang HD, bila di ruang HD ada pasien terinfeksi HIV.

RUJUKAN :

VHB relative stabil dan tetap infeksius selama 7 hari pada suhu kamar di
permukaan yang terkontaminasi.Kemungkinan transmisi diantara staf dan
antar pasien (infeksi nosokomial) risikonya sangat besar.

Transmisi hepatitis C dapat terjadi melalui tusukan jarum bekas pasien


pengidap infeksi VHC ( frekuensi antara 2,7 % - 10 % ). Risiko penularan lebih
tinggi pada tusukan yang dalam.

Kontaminasi melalui tangan staf unit HD sangat berperan dalam penyebaran


infeksi pada pasien-pasien di ruang HD.

Dalam studi multisenter di Belgia telah dibuktikan bahwa dengan melakukan


universal precautions yang ketat dapat mengurangi angka konversi menjadi
seropositif pada pasien HD.
CDC dalam rekomendasinya menganjurkan agar staf HD harus melindungi
dirinya terhadap penularan infeksi virus melalui darah ( bloodborne viruses )
dengan memakai masker pelindung mulut, kacamata pelindung, dan plastic
pelindung baju.

Mitsui dkk melaporkan bahwa tusukan jarum bekas pasien dapat menularkan
virus pada staf HD.

CDC menganjurkan untuk melakukan universal precautions yang ketat untuk


mencegah transmisi bloodborne viruses di unit dialysis.

sumber :

Konsensus PERNEFRI 2006

PERNEFRI. 2006. Rekomendasi Pengendalian Infeksi Virus Hepatitis B, Virus


Hepatitis C, dan HIV pada Unit Hemodialisis di Indonesia. Jakarta. Indonesia.

REKOMENDASI PASIEN HEMODIALISA

REKOMENDASI UMUM

1. Pasien baru atau pasien pindah ke / dating dari pusat HD lain harus
dilakukan pemeriksaan HBsAg, anti HCV dan anti HIV.
2. Pasien dengan HbsAg dan anti HCV negative, pemeriksaan diulang kembali
setiap 6 bulan.
3. Pemeriksaan HIV pada pasien HD lama hanya dilakukan bila ada
kecurigaan menderita penyakit HIV.

REKOMENDASI KHUSUS

4. Pasien dengan HBsAg negative, dilakukan vaksinasi untuk virus hepatitis B.


5. Pasien dengan HBsAg positif :
- Ditempatkan di ruang isolasi
- Harus memakai mesin hemodialisis yang dikhususkan.
- Tidak diperkenankan memakai dializer ulang.
- Pengobatan nucleoside ( Lamivudine ) selama satu tahun pada pasien dengan
SGPT meningkat dan kadar darah HBV DNA ≥ 105 kopi/ml.
6. Pasien dengan anti HCV positif :
- Tidak memerlukan ruang isolasi
- Tidak perlu memakai mesin hemodialisa yang dikhususkan
- Dapat memakai dializer proses ulang
- Lakukan pemeriksaan HCV RNA
- Pengobatan Interferron dapat diberikan bila HCV RNA Positif.
7. Pasien dengan tes HIV positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan Western blot
untuk menghindarkan hasil poritif palsu.
8. Pasien tes HIV dengan enzyme immunoassay ( EIA ) serta Western blot
positif :
- Tidak perlu memakai mesin khusus
- Dapat memakai dializer proses ulang
- Tidak memerlukan ruang isolasi
- Pengobatan untuk HIV perlu diberikan.

Rujukan :
Transmisi hepatitis B pada pasien HD tinggi bila banyak pasien yang HBsAg
positif atau kurang dari 50 % jumlah pasien HD tidak dilakukan imunisasi
hepatitis B. Pasien HD yang mendapatkan imunisasi hepatitis B akan
mendapatkan proteksi lebih dari 70 % disbanding yang tidak mendapat
imunisasi.

Pada infeksi akut hepatitis B. HBsAg akan terdeteksi pada minggu 1 – 10 .


Seetelah pemulihan, HBsAg akan tidak terdeteksi dalam 4 – 6 bulan. Bila tetap
ada setelah 6 bulan, pasoien dianggap mengidap hepatitis B kronik.

Pasien HD dengan HBsAg negative sebaiknya dilakukan pengulangan


pemeriksaan setiasp 6 bulan.

Penyebaran VHB di ruang HD akan berkurang bila dilakukan isolasi ruangan


tempat HD ( pasien dan mesin ) serta dilakukan standar pencegahan universal
precaution yang ketat.

VHB akan tetap ada pada permukaan benda yang terpercik darah dalam
jumlah 10 – 10 virion infeksius ml. walaupun bercak darahnya sudah tidak
terlihat. VHB tersebut relative stabil dan tetap infeksius selama 7 hari pada
suhu kamar di permukaan .oleh karena isolasi mutlak dilakukan dan
dianjurkan tidak menggunakan dializer proses ulang pada pasien infeksi
dengan VHB.

Pengobatan pasien VHB positif dengan pemberian analog nucleoside


(Lamivudine) pada pasien HD dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Replikasi virus dapat ditekan dan kadar SGPT mennjadi normal pada 80 %
pasien.

Penyaringan terhadap VHC pada pasien yang akan masuk atau sedang
menjalani program HD dapat dilakukan dengan 3 cara :
- Penyaringan biokimia, dengan memeriksa SGPT
- Penyaringan serologi, dengan memeriksa anti HCV dengan ELISA
- Penyaringan virology dengan pemeriksaan PCR ( HCV RNA ).

Sammy Saab dkk melaporkan penelitian mereka secara kohort pada 5000
pasien HD dengan pemantauan selama 5 tahun berkesimpulan bahwa
penyaringan serologi merupakan pendekatan yang terbaik dengan biaya lebih
murah dan lebih efektif disbanding dengan penyaringan bviokimia.
Penyaringan biokimia dilakukan dengan pemeriksaan SGPT setiap bulan, bila
SGPT normal.Dengan penyaringan serologi, pemeriksaan anti HCV ELISA
dilakukan setiap 6 bulan bagi mereka yang negative.

Pasien anti HCV positif, untuk menyingkirkan kemungkinan positif palsu,


dikonfirmasikan dengan pemeriksaan strip immunoblot assay (SIA).

Hasil positif palsu pemeriksaan tes HIV lebih sering terjadi pada pasien dalam
HD ( 4 % – 8,8 % ). Konfirmasi dengan tes Western blot perlu dilakukan bila
tes HIV dengan ELA positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Nicola Froio dkk, pada 3 unit dialysis untuk
mendeteksi peran lingkungan dan mesin HD dalam transmisi hepatitis B dan
hepatitis C, mendapatkan 1 dari 64 sampel positif HBsAg diperoleh pada
mesin yang dikhususkan untuk pasien HBsAg positif dan 1 dari 64 sampel
yang positif HCV RNA diperoleh pada bagian luar konektor cairan dialisat dari
mesin yang dipakai oleh pasien dengan anti HCV negative. Hal ini menunjukan
bahwa hanya factor di luar mesin sebagai perantara transmisi kuman hepatitis
C bukan oleh karena mesin yang dipakai oleh pasien anti HCV positif. Mereka
menyimpulkan bahwa tidak ada alas an bagi pengidap hepatitis C harus
memakai mesin yang khusus.

Universal precaution yang ketat dapat mencegah transmisi hepatitis C di unit


dialysis yang tidak memakai mesin yang dikhususkan dan tidak ada isolasi
khusus untuk pasien dengan anti HCV positif.Hal ini terbukti dari hasil
penelitian multisenter di Belgia dengan pemantauan 54 bulan meliputi 963
pasien dari 15 unit HD.

Laporan dari Belgia, Portuguese Society of Nephrology dan Afrika Selatan


menunjukan pemakaian dializer proses ulang pada pasien dengan anti HCV
positif tidak menjadi sumber transmisi hepatitis C bila perlakuan proses ulang
dilakukan pada ruang yang terpisah antara anti HCV positif dengan anti HCV
negative.

Angka kematian lebih tinggi pada pasien penyakit ginjal terminal dengan
hepatitis C dibandingkan dengan yang tidak dengan hepatitis C. disarankan
untuk memberikan pengobatan pada pasien penyakit ginjal terminal dengan
hepatitis C.

Sumber :
Konsensus PERNEFRI 2006

PERNEFRI. 2006. Rekomendasi Pengendalian Infeksi Virus Hepatitis B, Virus


Hepatitis C, dan HIV pada Unit Hemodialisis di Indonesia. Jakarta. Indonesia.
PEMELIHARAAN ALAT-ALAT HEMODIALISA

No.Dokumen No.Revisi Halaman

TANGGAL TERBIT Disahkan Oleh


Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr Adi Arulan Munda
NIP. 197508082008041001

Suatu proses tata cara dalam melaksanakan pemeliharaan


PENGERTIAN
alat-alat hemodialisa

Sebagai acuan untuk memelihara alat-alat laboratorium di


TUJUAN
Instalasi hemodialisa

Alat hemodialisa perlu dipelihara secara teratur untuk


KEBIJAKAN
menjaga dan meningkatkan mutu hemodialisa

1. Sebelum menggunakan alat hemodialisa periksa


dahulu, kabel harus dalam keadaaan terpasang pada
saklar listrik.
2. Operasionalkan alat hemodialisa sesuai dengan
prosedur operasional alat yang bersangkutan.
3. Setelah selesai melakukan hemodialisa, alat-alat harus
dalam keadaan bersih, kemudian matikan alat dengan
PROSEDUR menekan saklar off pada alat dan saklar off pada
stabiliser.
4. Setiap ada kerusakan, secepatnya perawat yang
bersangkutan melapor kepada kepala unit hemodialisa,
selanjutnya dilaporkan pada tehnisi mesin HD dan atau
IPSRS dan Pemeliharaan. Bila Bagian Umum dan
Pemeliharaan tidak dapat memperbaiki dilakukan
perbaikan oleh teknisi alat dari perusahaan rekanan.
UNIT
IPSRS RSUD Kotabaru
TERKAIT

1. Kartu pemeliharaan alat.


DOKUMEN 2. Formulir permohonan perbaikan alat.
TERKAIT 3. Standar operasional, pemeliharaan, pemecahan (troble
shooting) alat hemodialisa
4. Prosedur perbaikan alat hemodialisa
PEMELIHARAAN SARANA/ALAT KESEHATAN DI RUANG HEMODIALISA

A. Sterilisasi ruangan ( setiap bulan ) , dengan larutan Presept atau


Virkon.
B. Kebersihan ruangan dialysis ( setiap hari setelah dipakai pasien ) ; tempat
tidur, kursi tunggu, nakhas ( meja samping ), meja tindakan ( overbed table ),
trolley, mesin dialysis, TV dll.

Perawatan alat medis


1. Kalibrasi mesin setelah 1500 jam tindakan
2. Kalibrasi timbangan berat badan dan tensi meter ( sebulan sekali ).
3. Trolley emergency ( dicek setiap hari ).
4. Battery back up untuk alat defibrilator ( charge setiap hari ).
5. Pengecekan tabung oksigen dan selangnya ( setiap hari ).
6. Pengecekan alat sterilisasi ( sebulan sekali ).

Perawatan air RO secara berkala


1. Setiap hari ( malam hari ) :
A. Melakukan back wash multi media.
B. Melakukan back wash karbon filter.
C. Melakukan back wash softener ( pemberian garam 1 kg / hari ).
D. Pembersihan cartridge pada pre treatment dan sebelum membran RO.
E. Pengecekan kestabilan tegangan listrik dan bebas kejutan.
F. Pencatatan pump RO dan tekanan parameter.
G. Pengecekan bebas clorin sesudah back wash karbon filter dengan : test trip
total klorin ( chloramines + free chlorine ).
H. Pengecekan kandungan Ca dan Mg sesudah back wash Softener dengan :
test trip water hardness.

2. Setiap bulan :
– Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri dan Endotoxin.
– Pemeriksaan air dialisat : terhadap bakteri, endotoxin, elektrolit.
– Pembersihan tanki produk dengan ( larutan bayclin 1 : 100 ) .

3. Setiap 6 bulan :
– Pemeriksaan air RO : sesuai parameter standard AAMI.
Penggantian peralatan sistem reverse osmosis :
a. Catridge filter setiap bulan (terutama bila terjadi perubahan warna pada
filter).
b. Membran reverse osmosis 3 tahun sekali ( tergantung hasil parameter air
RO ) , jika hasilnya melebihi angka normal dari parameter maka secepatnya
harus diganti.

Menimbang Pasien Hemodialisa

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASION NIP. 197508082008041001
AL

Pengertian Menimbang berat badan dengan mempergunakan timbangan


badan.

Tujuan 1. Mengetahui berat badan, perkembangan berat badan


pasien.

2. Membantu menentukan program hemodialisa,


pengobatan, diet dan lain-lain.
Kebijakan Memenuhi reaksi fisiologis

Pelayanan pasien akurat.

Prosedur 1. Persiapan Alat :


1.1. Timbangan pasien dewasa
1.2. Catatan keperawatan
1.3. Bolpen

2. Langkah-langkah
2.1. TAHAP PRE INTERAKSI

2.1.1. Perawat mencuci tangan


2.1.2. Perawat melakukan verifikasi order
2.2. TAHAP ORIENTASI

2.2.1. Berikan salam, panggil nama klien


2.2.2. Memperkenalkan nama perawat
2.2.3. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama
tindakan yang akan dilakukan
2.3. TAHAP KERJA

2.3.1. Memulai tindakan dengan cara yang baik dan


benar
2.3.2. Mengatur timbangan sehingga jarum
menunjuk angka nol dan seimbang .
2.3.3. Untuk pasien dewasa : Menganjurkan pasien
berdiri di atas timbangan tanpa sepatu /
sandal dan tanpa jaket
2.3.4. Membaca berat badan.
2.3.5. Merapikan kembali baju pasien bayi
2.3.6. Membereskan alat-alat
2.4. TAHAP TERMINASI

2.4.1. Evaluasi hasil yang dicapai


2.4.2. Memberi reinforcement positif pada klien
2.4.3. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya
2.4.4. Mengakhiri pertemuan dengan baik
2.4.5. Perawat mencuci tangan
2.4.6. Dokumentasi

Unit terkait
Mencuci Tangan Aseptic

No. Dokumen
No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Disahkan Oleh


Direktur RSUTP ABDYA
Standar
Operasional
Dr Adi Arulan Munda
Prosedur
NIP. 197508082008041001

Pengertian Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari


kulit kedua tangan dan mereduksi sejumlah mikroorganisme
pasien.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Menjaga kebersihan perorangan.
3. Mereduksi flora transien maupun residen.
Kebijakan 1. Mencuci tangan dilakukan oleh semua tenaga medis, non
medis sebagai tindakan pencegahan utama terjadinya
penularan infeksi
2. Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir ,
menggunakan larutan antiseptik dengan menggunakan 7
langkah efektif mencuci tangan.
Indikasi 1. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan setelah
Mencuci
1.1. Melaksanakan tugas
Tangan
1.2. Memeriksa dan kontak langsung dengan pasien
1.3. Melakukan tindakan keperawatan
1.4. Memakai sarung tangan
2. Situasi yang membuat tangan menjadi terkontaminasi :

2.1. Memegang instrumen kotor atau barangt-barang


lainnya
2.2. Menyentuh menbran mukosa, darah tau cairan tubuh
lain
2.3. Melakukan kontak yang intensif dan lama dengan
apsien
2.4. Mengambil sampel darah
2.5. Mengukur tekanan darah atau memeriksa tanda vital
pasien.
Prosedur 1. Persiapan
1.1. Air bersih mengalir
1.2. Larutan antiseptic misal : Savlon, Hibitane, Hibis
crub.
1.3. Sikat halus (bila perlu)
1.4. Handuk, paper towel.

2. Langkah kerja
2.1. Lepas jam tangan dan cincin ( Bila ada )
2.2. Buka kran dengan siku (Bila memungkinkan )
2.3. Basuhi tangan setinggi lengan bawah dengan air
mengalir. Tangan mulai ujung jari sampai siku
dibasahi dengan air mengalir.
2.4. Letakkan antiseptik / sabun di telapak tangan dan
gosok kedua telapak tangan dan melakukan 7
langkah cuci tangan
2.5. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian
2.6. Gosok sela-sela jari tangan
2.7. Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian
2.8. Gosok kedua ibu jari tangan bergantian
2.9. Gosok kedua ujung jari tangan bergantian
2.10. Gosok kedua pergelangan tangan bergantian.
2.11. Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah
air bersih yang mengalir
2.12. Mengeringkan tangan dengan menggunakan
alkohol glycerin, paper towel, handuk sekali pakai
(pilih yang memungkinkan )
2.13. Menutup keran dengan siku / paper towel /
handuk sekali pakai
2.14. Membuang / meletakkan paper towel, handuk
sekali pakai pada tempat yang sudah disediakan.
1.

Catatan

Unit Terkait

Mencuci Tangan Biasa


Logo
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA

STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASION Dr Adi Arulan Munda
AL NIP. 197508082008041001
Pengertian Membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir.

Tujuan 1. Menjaga kebersihan perorangan.


2. Mencegah terjadinya infeksi silang.
3. Secara khusus menghilangkan kotoran dan debris secara
mekanis dari permukaan kulit
Kebijakan 1. Cuci tangan dilakukan sebelum
1.1. Memeriksa (kontak langsung dengan) pasien.
1.2. Melakukan tindakan keperawatan.
2. Dilakukan setelah
2.1. Situasi tertentu dimana kedua tangan dapat
terkontaminasi seperti : menyentuh selaput lendir,
darah atau cairan tubuh lainnya.
2.2. Kontak yang lama dan intensif dengan pasien.
2.3. Melepaskan sarung tangan.
Prosedur 1. Persiapan
1.1. Air bersih mengalir
1.2. Sabun
1.3. Sikat lunak (bila perlu)
1.4. Handuk atau kertas lap bersih dan kering.
2. Langkah kerja
2.1. Lepaskan arloji, cincin (bila memakai), periksa
tangan apakah ada luka atu lecet
2.2. Berdiri menghadap sink (wastafel). Pakaian
tidak boleh menyentuh wastafel
2.3. Buks kran air sesuai sistem pembuka yang
digunakan
2.4. Kedua belah tangan sampai siku dibasahi.
2.5. Mempergunakan sabun biasa.
2.6. Menggosok dengan keras seluruh bidang
permukaan tangan dan jari-jari sekurang-kurangnya
10 hingga 15 detik.
2.7. Perhatikan bidang dibawah kuku tangan dan
diantara jari-jari.
2.8. Mencuci tangan seluruhnya dengan air bersih.
2.9. Mengeringkan tangan dengan handuk, kertas
lap (paper towel) dan gunakan lap untuk mematikan
kran.
Unit Terkait

MENYIAPKAN PASIEN PULANG

DI UNIT HEMODIALISA
RSUD No. Dokumen No. Revisi Halaman

KOTABARU

Jl. Brigjen
H.Hasan Basri

No 57

Kotabaru

Disahkan Oleh
Tanggal Terbit Direktur RSUTP ABDYA
Prosedur Tetap

Dr Adi Arulan Munda


NIP. 197508082008041001

PENGERTIAN :
Menyiapkan pasien pulang di unit hemodialisa adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan Perawat untuk menyiapkan dan membantu proses kepulangan
Pasien yang dinyatakan boleh pulang oleh Dokter

TUJUAN :
1. Membantu dan menyiapkan proses kepulangan Pasien dengan sebaik-
baiknya
2. Memberikan kenyamanan pada Pasien
3. Menjaga keselamatan Pasien

KEBIJAKAN :
1. Kepulangan Pasien harus dibantu dan disiapkan oleh Perawat
2. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga sebelum Pasien pulang

PROSEDUR TETAP :
1. Perawat menerima instruksi bahwa Pasien sudah boleh pulang dari Dokter
Penanggung Jawab hemodialisa atau dinyatakan hemodialisa reguler atau
terjadwal rutin
2. Perawat memberi penjelasan kepada Pasien dan keluarga bahwa Pasien
sudah boleh pulang.
3. Perawat memberi penjelasan bahwa perhitungan biaya akan segera
diproses, segera setelah perhitungan biaya selesai pasien atau keluarga
akan diberitahu di kamar perawatan.
4. Perawat menghitungkan rincian tindakan dan obat-obatan
5. Perawat menyiapkan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang akan dibawa
Pasien pulang
6. Perawat menerima informasi bahwa perhitungan biaya sudah selesai dari
kassa/bagian keuangan
7. Perawat memberitahu Pasien/keluarga bahwa perhitungan biaya sudah
selesai. Perawat menganjurkan Pasien/keluarga untuk menyelesaikan
biaya perawatan di kasir, untuk kemudian kembali ke ruang perawat untuk
mengambil obat-obatan yang akan dibawa pulang
8. Perawat menerima copy kwitansi kuning dari Pasien atau keluarga
9. Perawat memberikan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang boleh dibawa
pulang
10. Perawat memberikan penjelasan tentang aturan pakai obat, jadwal
kontrol, dan pendidikan kesehatan tentang tata cara perawatan pasien post
operasi di rumah.
11. Perawat menganjurkan Pasien untuk menelepon atau datang ke Unit
hemodialisa bila sewaktu-waktu Pasien merasakan keluhan sesak napas,
sakit kepaa , pusing berlebihan, atau tanda-tanda lain yang sangat
mengganggu Pasien
12. Perawat memberikan kesempatan pada Pasien untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
13. Perawat atau petugas mengantarkan Pasien pulang sampai pintu
gerbang

UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rawat Inap dan Gawat Darurat
2. Unit penunjang lain
]]

SERAH TERIMA PASIEN

No. Dokumen No. Revisi


Halaman
1dari1

Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
Tanggal terbit

STANDAR
PROSEDUR
Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONAL
NIP. 197508082008041001

Tata cara serah terima pasien yang akan dilakukan


PENGERTIAN tindakan hemodialisa antaraperawat ruangan rawat
inap dan perawat hemodialis

Mengatur jadwal hemodialisa dengan baik.


TUJUAN Memberikan jadwal yang optimal.
Memanfaatkan sarana dan tenaga secara optimal.
Perawat ruangan dan perawat hemodialisa
bertanggungjawab atas persiapan pasien
KEBIJAKAN
hemodialisa
1. Petugas ruangan mengetahui jadwal
hemodialisa

2. Perawat ruangan rawat inap mempersiapkan


area punksi vena khususnya femoral sesuai
prosedur yang berlaku harus dilakukan
pembersihan dari rambut.

3. Perawat ruangan rawat inap mempersiapkan


dan mencek kelengkapan catatan medik
pasien, pemeriksaan Lab dan penunjang
lainnya termasuksurat persetujuan tindakan
hemodialisa untuk dibawa bersama pasien ke
ruang hemodialisa

4. Perawat ruangan rawat inap menyertakan


perlengkapan penunjang hemodialisa
misalnya :persediaan obat-obatan atau
persediaan darah yang diperlukan saat
hemdialisa dilakukan yang akan dibawa
bersama pasien ke ruang hemodialisa

5. Setengah jam sebelum jadwal hemodialisa


atau setelah ada panggilan perawat
hemodialisa pasien dibawa ke ruang
hemodialisa dengan memakai tempat tidur
PROSEDUR yang dipakai di ruangan atau kursi roda
sesuai kondisi pasien

6. Serah terima pasien pra hemodialisa


dilakukan di ruang hemodialisa

7. Perawat ruangan rawat inap menyerahkan


pasien dan petugas ruang hemodialisa
mencatat dalam buku register ruang
hemodialisa

8. Perawat hemodialisa memeriksa kelengkapan


berkas , kelengkapanidentitas, catatan medik
pasien, keadaan umum pasien, surat izin
tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya
seperti hasil laboratorium HbsAg ,anti HCV,
HIV obat-obatan dan persediaandarah.
9. Kejadian khusus dan pengobatan selama
hemodialisa berlangsung dicatat dalam buku
laporan hemodialisa

10. Setelah hemodialisa selesai, perawat


hemodialisa mencatat tindakan hemodialisa di
rekam medic pada catatan keperawatan.
Setelah semua selesai perawat hemodialisa
menghubungi perawat rawat inap untuk
menjemput pasien.
11. Pasien dipersiapkan untuk serah terima
dengan perawat rawat inap ruangan.

12. Serah terima dilakukan di ruang


hemodialisa , perawat hemodialisa
menyerahkan pasien beserta semua
kelengkapannya dan perawat HD
memberitahukan tindakan keperawatan yang
dilanjutkan dilanjutkan di ruang rawat inap
atau jadwal HD selanjutnya apabila HD
memang dilanjutkan

A. . Persiapan fisik

1. Pasien harus dalam kondisi aman untuk


dilakukan hemodialisa yangDilakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan
hasilpemeriksaan fisik oleh dokter ruangan
dan atau dokter konsulan penanggung jawab
HD menunjukkan kondisi dalam batas
toleransiuntuk dilakukan tindakan HD.

2. Dilakukan pemeriksaan penunjang yang


lengkap, meliputipemeriksaan laboratorium
hematologi, kimia klinik, dan
lainnya,pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
EKG, dan pemeriksaan lainyang diperlukan
dengan hasil pemeriksaan penunjang
dalambatas normal atau dalam batas toleransi
/ aman

3. Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen


penyakit dalam danatau dokter konsulan
ginjal dan atau dokter konsulen
lainnyamenyatakan pasien dapat dilakukan
hemodialisa

4. Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap


pasien untukmenunjang kelancaran
hemodialisa , seperti pemasangan
infus,lavement, puasa, istirahat total,
pemasangan Supportif sepertiO2, Foley
catheter, NGT , dll.

5. Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu


sudah mandi, pakaiandari RS, bersih

B. Persiapan mental
1. Pasien harus memahami maksud dan tujuan
hemodialisa serta resikoyang harus dihadapi
dalam menjalani hemodialisa ini.
LakukanInformed Consent sesuai prosedur.

2. Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan


yang baik agar tegarmenghadapi tindakan
hemodialisa yang akan dijalaninya.
Pasiendiminta untuk berdoa menurut
keyakinannya masing-masing.

3. Keluarga pasien diminta selalu mendampingi


dan mendukungsecara moril.

20.
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT - UGD
- ICU/ICCU.

Anda mungkin juga menyukai