SOP HD 67 Halaman
SOP HD 67 Halaman
SOP HD 67 Halaman
PENJADWALAN HEMODIALISA
TEUNGKU PEUKAN
Ditetapkan
Direktur RSU TEUNGKU PEUKAN
KAB. ACEH BARAT DAYA
STANDAR
PROSEDUR Tanggal terbit:
OPERASIONAL 11 Desember 2017
Ditetapkan
Direktur RSU TEUNGKU PEUKAN
STANDAR KAB. ACEH BARAT DAYA
PROSEDUR Tanggal terbit
OPERASIONAL 11 Desember
2017
dr. ADI ARULAN MUNDA
Pembina/NIP. 19750808 200804 1 001
Ditetapkan
Direktur RSU TEUNGKU PEUKAN
KAB. ACEH BARAT DAYA
STANDAR
PROSEDUR Tanggal terbit:
OPERASIONAL 11 Desember
2017
dr. ADI ARULAN MUNDA
Pembina/NIP. 19750808 200804 1 001
Penerimaan pasien yang akan dilakukan tindakan
PENGERTIAN Hemodialisa dari ruang rawat inap, rawat jalan atau
dari luar Rumah Sakit
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR
Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONAL
NIP. 197508082008041001
Prosedur
Jln. Nasional
Padang
Meurantee
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
Prosedur
.
1. Persiapan mesin dan alat
RSU TEUNGKU
PEUKAN
KAB ACEH
BARAT DAYA
PROTAP INISIASI HD
Jln. Nasional
Padang
Meurantee
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
03 04 03
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONAL NIP. 197508082008041001
Prosedur
A. Prosedur
1. Pengkajian
Cek kembali program medic seperti surat
permintaan untuk tindakan HD
Pastikan surat persetujuan tindakan sudah ada
Kaji Hasil pemeriksaan lab yang ada seperti
kreatinin,ureum, DPL, Elektrolit, Anti Hbs-
Ag,HCV, HIV, AGD, MP3,PTT
Kaji Kondisi pasien secara umum kesadaran dan
keluhan
Kaji TTV, status cairan, ( BB, Auskultasi paru,
edema , turgor, membrane mukosa, intake
output)
Nilai Akses Vaskuler yang akan digunakan
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman bd prosedur
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit:
lebih/kurang
Kecemasan berhubungan dengan tindakan yang
akan dilaksanakan
3. Perencanaan
Persiapan Alat
Mesin HD sudah siap pakai dalam posisi
dialyzer prime
Sirkuit darah sudah dipriming dan sudah
ditempatkan pada mesin HD
Alat penunjang lain seperti suction dan
oksigen
Peralatan sesuai akses vaskuler yang
tersedia :
o AV fistula/abocath
o Infuse set
o Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
o Heparin inj
o Xylocain (anestesi local)
o NaCl 0,90 %
o Kain kasa/ Gaas steril
o Duk steril
o Sarung tangan steril
o Bak kecil steril
o Mangkuk kecil steril
o Klem
o Plester / hepafik
o Desinfektan (alcohol + bethadine
o Karet plastic
o Gelas ukur
Persiapan Pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
4. Pelaksanaan
a. Insersi / punksi fistula / cimino
Membawa peralatan kedekat pasien
Letakan pengalas karet/plastic pada
daerah yang akan dilakukan insersi
Pakai masker dan maskort/apron, cuci
tangan,pakai sarung tangan
Desinfeksi daerah fistula/cimino dengan
bethadine sol dimulai dari titik tempat
insersi/punksi kearah luar dengan radius
3-5 cm biarkan selama 3 menit lalu
bersihkan dengan alcohol.
Letakan duk steril secara melebar sebagai
pengalas dan penutup
Lakukan insersi/punksi outlet (pilih vena
yang besar untukmemasukan darah
kembali ke tubuh pasien )usahakan lengan
yang sama dengan cimino, fiksasi dan
tutup engan kain kasa ( Bila ada
permintaan darah ambil untuk lab ) lalu
bolus dengan heparin yang telah diaplus
dengan NaCl 0,9 % 5 cc
Lakukan insersi/punksi inlet ( minimal 3
cm dari anastomosis) fiksasi dan tutup
dengan kasa, bila inlet dan outlet satu
aliran minimal berjarak 5 cm, bagi pasien
yang tidak tahan sakit dapat anastesi
sebelun di insersi, seperti topical,spray,
krim, salep.
b. Insersi vena femoralis
Bawa pralatan kedekat pasien
Letakan pengalas karet/plastic pada
daerah outlet atur posisi femoral yang akan
di punksi jika perlu femoral diganjal
dengan bantalkecil, tentukan area yang
akan di insersi
Pakai maskort, masker, cuci tangan
kemudian pakai sarung tangan
Disinfeksi daerah vena( outlet) dan lipatan
femoral (inlet) caranya sama insersi fistula
/cimino
Letakan duk steril sebagai pengalas dan
penutup pada daerah inlet dan oulet
Lakukan insersi outlet dan fiksasi tutup
dengan kasa, berikan heparin dosis awal
yang telah diaplus dengan NaCl 5 cc
Berikan anestesi lokal pada insersi femoral
Lakukan punksi femoral secara
percutanneus sambil di aspirasi( usahakan
dapat vena ) fiksasi dan tutupdengan kassa
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
Prosedur
B. Prosedur
5. Pasien
Observasi TTV ( TD, Nadi, RR,Suhu) setiap
jam atau sesuai kondisi pasien
Nilai tingkat kesadaran
Observasi vaskuler akses, dan pembuluh
darah vena( rembesan darah,
pembengkakan dan hematom )
Kaji keluhan pasien
Observasi obat obatan yang diberiekan
misalnya cairan parenteral, tranfusi darah
sesuai dengan program medik
6. Mesin
Sambungan AV fistula denga blood line dan
sambungan blood line denga dialiser
Sambungan tekanan arteri dan vena dengan
mesin
Jenis Konsentrasi yang digunakan
Selama HD berlangsung semua klem
terbuka, kecuali klem infuse harus tertutup
Buble trap terisi ¾ bagian jangan sampai
kosong.
Jangan ada udara sepanjang sirkulasi darah
dan dialiser
Observasi Qb cocokan dengan efektifitas
blood flow
Observasi tekanan vena dan arteri ( apakah
ada hambatan )
Observasi TMP
Observasi UFR
Observasi time
Observasi temperature mesin
Standar konsentrat
Pemakaian bikarbonat
Dokementasikan dalam lembar observasi
PROTAP TERMINASI HEMODIALISIS
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001
Prosedur
C. Mengakhiri HD
7. Persiapan Alat
o Piala ginjal
o Sarung tangan tidak steril
o Kain kassa
o Konektor steril
o Verban gulung
o Betadine sol
o Nebacitin powder
o Wadah specimen
o Obat obatan jika ada
o Gunting
o Plester
o Bantal pasir
o Elastic verban
o Tensimeter
o Termometer
o Stetoskop
o Kom berisi Na Cl dan spuit 10 cc (
pada double lumen )
o Heparin injn spuit 3 cc d ( pada double
lumen )
o Sarung tangan steril ( pada double
lumen )
o Ember
o Tempat sampah medis
8. Pelaksanaan
5 menit sebelum dialysis diakhiri, turunkan
Qb menjadi 100 ml/mnt, UFR di kembalikan
Beritahukan pada pasien bahwa HD akan
berakhir, pengunjung/ penunggu pasien
dipersilakan keluar.
Mencuci tangan
Memakai apron, masker
Mengukur TTV
Mengkaji keluhan pasien
Matikan pompa darah, klem kanula inlet
sebelum mencabutnya,selanjutnya lepas
kanula dari selang inletdan sambungkan
dengan infuse NaCl 0,9 % dengan
menggunakan konektor
Jalankan pompa 100 ml/mnt dengan
memberikan sedikit tekanan pada AVBL
Bila darah sudah masuk semua pompa
darah dimatikan dan klem ujung kanula
outlet
Mencabut kanula outlet,selanjutnya beka
tusukan ditekan dengan menggunakan kain
kasa beberapa menit
Untuk akses vaskuler denga femoral setelah
perdarahan berhenti, luka ditutup dengan
band aid atau kasa yang diberi betadin
ditekan dengan bantal pasir 15 menit
setelah itu di beri plester.hepafix
Pada akses vaskuler double lumen kateter si
spol denga NaCl masing masing 30 cc dan
setelah dispoel diberi heparin 15000 unit,
selanjutnya kateter ditutup dengan kain
kasa dan dibalut dengan verban kemudian
diplester
Bila perdarahan sudah berbenti,luka ditutup
dengan kasa yang diberi betadin, lokasi
penusukan dibalut dengan verban
secukupnya
Semua perlengkapan HD dari mesin HD
dilepas dan dimasukan dalam ember
Kemudian mesin didesinfektan
Mengobservasi TTV dan mengkaji keluhan
pasien
Mengukur intake dan output
Menimbang berat badan
Dokumentasi
03 04 03
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001
Prosedur
9. Persiapan Alat
o Dializer
o Selang untuk menyambung
o Tutup dialyzer
o Sarung tangan
o Masker
o Apron Gunting
o Klem
o Gelas Ukur
o Label nama
o Latutan formaln 2 – 8 %
o H2 O2 4 %
o Pompa formalin
o Air RO
o Spuit 50 cc
o Tempat sampah
o Kain lap
10. Pelaksanaan
a. Pembilasan sederhana
Darah dalam kompartemen darah dialyzer di
dorong dengan NaCl
Dializer di isi NaCl dibiarkan selama 5 menit
Tempat dialyzer dengan Bi Kebawah
Air RO disambungkan ke kompartemen
darah bilas beberapa menit dengan tekanan
1,7 atm dengan kcepatan 3-4 l/mnt
Bilas kompartemen dialisat dengan air Ro
dengan kecepatan dan tekanan yang sama
Setelah bersih kedua kompartemen diisi
formalin 2-8 %, tutup dialyzer dengan rapat
dan kencang
b. Pembilasan kompleks
Darah didorong dengan NaCl
Dializer diisi dengan NaCl
Tempatkan dialyzer dengan Bi ke bawah
Cairan dialisat disambung dengan
kompartemen darah, bilas selama 5 menit
dengan kecepatan 500 ml/mnt sambil udara
dikeluarkan
Air Ro dusambungkan dengan kompartemen
dialisat bilas selama 5 menit kecepatan 500
ml/menit, tekanan 5 psi dengan mengklem
slang air, dialisat kembali dialirkan ke
kompartemen darah
Setelah itu kedua slang dialisat di klem,
kemudian lepaskan klem slang dialisat
sehingga tekanan dikompartemen dialisat
meningkat sampai 25 PSI, stop aliran ke
kompartemen darah dengan cara mengklem
Setelah 5 menit tekanan kompartemen
darah dilepas dilepas bilas kompartemen
darah dengan dialisat
Setelah itu kompartemen darah dibilas
dengan cairan dialisat dan kompartemen
dialsat dengan RO
Kedua kompartemen diisidengan formali 2 –
8%
Tutup dializer dengan rapat dan kencang
Cuci tangan
Dokumentasi
c. Pembersihan
Proses ini dilakukan apabila dalam dialiser
masih terdapat bekuan darah.
Masukan H2O2 4% dengan spuit 25
cc atau 50 cc kedalam kedua
kompartemen dializer
Biarkan selama 3 – 5 menit kemudian
bilas dengan air RO
Apabila belum bersih ulangi lagi
dengan memasukan H2O2 dan bilas
dengan air RO.
Apabila sudah bersih kedua
kompartemen di isi dengan dengan
formalin
Tutup dializer dengan rapat dan
kencang
d. Sterilisasi
Setelah dialiszer dibersihkan segera di
sterilkan, pada tahap ini digunakan
formalin 2 – 8 %, formalin di isi di
kedua kompartemen tidak boleh ada
udara, kemudian ditutup dengan
rapat dan kencang
Beri label nama, kode, tangal reuse,
catat dibuku reuse
e. Cara mengukur priming volume dializer
Klem sisa blood line pada ujung inlet
dan outlet
Pegang dialiser dengan posisi vertical
diatas gelas ukur
Lepaskan sisa blood line dari dialiser,
air/formalin akan keluar dengan
gravitasi kedalam gelas ukur
Setelah formalin abis, dorong
kompartemen darah dengan udara
menggunakan spuit 50 cc
Hitung air yang ada di gelas ukur
Bila air kurang dari 80 % volume
priming dialiser baru, maka dialiser
tidak bisa digunakan lagi
f. Penyimpanan
Formalin dalam dialiser minimal
berada di dalam dialiser 24 jam agar
betul betul steril
Simpan dialiser dalam lemari tetutup
Tidak boleh kena sinar matahari
Letakan dialiser dengan posisi
kompartemen dialisat kearah atas.
Cuci Tangan
PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001
PENATALAKSANAAN HIPOTENSI
03 04 03
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
Standar
Operasional
Dr Adi Arulan Munda
Prosedur
NIP. 197508082008041001
Prosedur 3. Penatalaksanaan
.
PENATALAKSANAAN KRAM
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001
Prosedur 4. Penatalaksanaan
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Dr Adi Arulan Munda
L NIP. 197508082008041001
Prosedur
5. Prosedur
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L
18. Spuit 1 cc
19. Klem 2 buah
20. Heparin : 2000 unit
21. Kapas Alkohol
22. Na cl 0,9 % 1 kolf
23. Ember pakai tutup
7. Prosedur
15. Kaji dialyzer : hitam sebagian atau
seluruhnya
16. Kaji warna darah pada dialyzer: berbeda
(lebih gelap) disbanding dengan warna darah di
AVBL
17. Kaji warna dialyzer sesudah dibilas tetap
hitam
18. Kaji arterial pressure
19. Apabila dialyzer beku sebagian , beritahu
pasien bahwa dialyzer yang digunakan beku/clot
sebagian
20. Dekatkaa alat-alat disamping
mesin/pasien
21. Berikan exstra heparin 2000 unit (
disuntikkan di injection port ABL )
22. Qb dinaikan ≥ 200 cc/mnt
23. Dializer dibilas NaCl
24. Bila clot teratasi HD diteruskan tanpa
mengganti dialyzer dan tetap diobservasi
25. HD di program kembali dengan QB lebih
tinggi, memperhitungkan jumlah cai dan TMP )
26. Bilas NaCL 0,9 % tiap jam
27. Memberitahu pasien bahwa masalah
sudah teratasi
28. Mengukur tanda vital
29. Rapikan peralatan
30. Dokumentasi
PENANGANAN DIALISZER LEAK/BOCOR
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L
9. Prosedur
B. Cara Kerja
1. Buka kran air.
2. Hubungkan steker dari mesin ke stop kontak
3. Tekan Main Switch pada bagian belakang mesin
4. Tekan tombol ON/OFF pada panel mesin selama ± 5 detik untuk
menyalakan mesin.
5. Tekan dan tahan tombol Rinse/Drain selama ± 5 detik, time akan
menunjuk angka 0:10, biarkan hingga rinse/drain selesai.
6. Setelah rinse selesai (tombol Rinse/Drain akan berkedip), tekan
tombol Rinse/Drain sekali untuk melakukan test fungsi.
7. Mesin akan melakukan Test Fungsi (Fch), biarkan hingga selesai.
8. Test fungsi selesai ditandai dengan menyalanya tombol Temp dan
Cond.
9. a. Pindahkan suction tube Merah ke Acid dan suction tube Biru
ke Bicarbonat, jika menggunakan bicarbonat
b. Pindahkan suction tube Biru ke Acetat, jika hanya
menggunakan Acetat (tube suction Merah tetap pada
tempatnya).
III. Memulai HD
Lakukan pungsi pada pasien
Sterilkan ujung ABL kemudian hubungkan dengan AVF inlet
Buka kedua klem AVBL.
Tempatkan ujung VBL pada penampungan (maatkan).
Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan aliran darah sampai ± 100 ml/min, biarkan hingga
mencapai optical detector. Setelah mencapai optikal detektor, blood
path akan menyala. (bila ada alarm hilangkan dengan menekan
tombol yang menyala).
Sisakan NaCl 0,9% sesuai kebutuhan pasien dengan mematikan
blood pump dan kemudian klem ujung VBL.
Sterilkan ujung VBL kemudian hubungkan dengan AVF outlet.
Hidupkan blood pump (kecepatan akan sama dengan sebelumnya ±
100 ml/min), kemudian atur kecepatan sesuai dengan keadaan
pasien.
Program :
Time : secara otomatis akan menampilkan program pelaksanaan
HD selama 4 jam (04:00).
Jika ingin melakukan perubahan waktu tekan tombol
Time, kemudian tekan Select () hingga Set Time
berkedip, atur waktu yang diinginkan dengan memutar
tombol Set.
V. Mengakhiri HD
Turunkan kecepatan Blood pump dengan memutar tombol kecepatan
blood pump sampai ± 100 ml/min, kemudian matikan blood pump
dengan menekan tombol blood pump.
Lepaskan AVF Inlet dari pasien, hidupkan blood pump, hingga darah
berada di ujung ABL lalu matikan Blood pump dan klem ABL.
Lepaskan AVF dari ABL
Hubungkan ABL dengan infus set dengan menggunakan konektor,
buka klem ABL dan klem Infus.
Hidupkan blood pump (blood pump akan berputar sesuai pengaturan
kecepatan terakhir) ± 100 ml/min.
Darah akan kembali ketubuh pasien dengan NaCl 0,9% sebagai
pendorong dan pembilas.
Setelah cairan NaCl 0,9% mencapai dialiser dan bubble trap vena,
lepaskan infus set dari konektor.
Biarkan udara mendorong NaCl 0,9% dan sisa darah sampai
melewati bubble trap vena (perhatikan dengan seksama), kemudian
matikan blood pump.
Setelah NaCl 0,9% mencapai ujung VBL segera klem VBL dan AVF
outlet.
Lepaskan AVF dari tubuh pasien.
Lepaskan semua disposiable yang telah digunakan dari mesin.
Kembalikan Suction Tube Merah dan biru ke tempatnya
Catatan :
Sediakan Citric Acid 50% (u/ setiap pergantian pasien dan HypoChl
setiap hari sabtu di akhir HD)
Tekan tombol Chem disinf (pada layar Hypochl akan berkedip, jika
tidak tekan tombol select () untuk memilih Hypochl).
Tekan sekali lagi tombol Chem disinf dan tahan selama ± 5 detik,
hingga tombol chem disinf menyala.
Tunggu hingga tombol attention alarm ()menyala (Time menunjuk ±
0:48), kemudian pindahkan suction tube biru (acetat) ke botol Citric
Acid 50% atau botol HypoChl.
Biarkan hingga terdengar alarm (tombol attention alarm ()menyala),
kemudian cabut suction tube biru dari botol Citric Acid atau botol
Hypochl dan kembalikan ke posisinya semula (pada mesin).
Tunggu hingga Time nenunjukkan angka 0:00, dan tombol rinse
berkedip yang menandakan bahwa proses disinfection telah selesai.
Matikan Mesin dengan menekan dan menahan tombol on/off ± 5
detik.
Matikan main switch pada bagian belakang mesin.
Heat Disinfiction
Catatan :
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASION Dr Adi Arulan Munda
AL NIP. 197508082008041001
BEKAS PAKAI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
2.Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Siapkan peralatan kesehatan yang akan dicuci,
pastikan bahwa sebelumnya sudah dilakukan
proses dekontaminasi
3. Larutkan diterjen dengan air dalam wadah
4. Masukan peralatan yang akan dicuci dalam wadah
yang berisi larutan diterjen
5. Peralatan disabuni satu persatu sambil dibersihkan
dengan sikat sampai kotoran yang menempel pada
alat hilang
6. Bersihkan peralatan dari kotoran dan sisa busa
diterjen dengan cara membilas dengan air bersih
atau air mengalir, lakukan berulang ulang sampai
kotoran dan sisa busa diterjen hilang
7. Setelah peralatan bersih keringkan dengan lap
kering satu persatu masukan peralatan kedalam
bengkok, peralatan siap untuk dilakukan proses
sterilisasi
8. Rapikan peralatan dan bahan
9. Lepaskan sarung tangan
10. Cuci tangan.
PENYIMPANAN ALAT STERIL
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L
Prosedur
1. Perawat cuci tangan dan atau
menggunakan sarung tangan steril
2. Periksa lemari penyimpanan dalam
keadaan bersih bebas dari barang atau
peralatan lainyang tidak steril atau
kotor.
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONA NIP. 197508082008041001
L
Prosedur
1. Siapkan alat kesehatan yang akan
disterilkan pastikan bahwa alat tersebut
sudah dilakukan proses dekontaminasi
dan pencucian
2. Buka dan lepaskan semua alat
kesehatan yang disatukan (misalnya
hemostat dan gunting), pisahkan
peralatan yang terdiri banyak bagian,
dengan tujuan agar uap dapat mencapai
seluruh bagian dari permukaan alat.
Kebutuhan Penunjang
– Lemari obat ( obat inventaris atau obat emergency ).
– Lemari untuk ( set steril HD rutin, set steril ganti balutan atau set steril CVP
untuk pemasangan double lument ).
– Lemari linen ( sprei, sarung bantal, selimut, dll ).
– Lemari penyimpanan dializer (tertutup rapat tidak tembus matahari).
– Lemari dapur.
– Tempat linen kotor dan linen infeksi.
– Tempat sampah medis dan non medis.
– Tempat instrument bersih (piala ginjal, gelas ukur, urinal, pispot dll)
– Tempat sampah blood lines dan dializer.
– Tempat sampah untuk pasien.
Kebutuhan Pokok :
- Tempat tidur pasien - Tiang infus
- Trolley emergency - Trolley punksi/tindakan
- Trolley air / galon - Timbangan diri / duduk
- Brankar - Lampu tindakan
- Mesin cuci darah - k/p Stabilizer
- Dispenser air - Kulkas obat
- Kursi tunggu - Kursi perawat
- Kursi roda - Meja samping ( nakhas )
- Meja tindakan / overbed table - meja perawat/nurse station
- k/p alat sterilisasi.
Kebutuhan disposable :
- Dializer – Pembungkus termometer
- AV – Fistula – Apron
- Blood lines – Masker
- Konsentrat – Sarung tangan steril
- Set Infus – Sarung tangan non steril
- Set darah – Plastik ukuran 1 Kg
- Perban / kassa steril – Plastik sampah medis dan non medis
- Tensoplas / band aid – Tissue untuk mulut
- Micropore kecil , sedang – Tissue untuk lap tangan
- Tissue toilet – Tissue alas makan
- Pemotong ampul – waslap untuk mesin, tempat tidur
- Selang oksigen – Selang suction
- Jelly E C G – Kancing E C G
- Kertas E C G – Test strip GDS (gula darah sewaktu)
- Spuit 1 cc – swab alkohol
- Spuit 3 cc – Transparan dressing
- Spuit 5 cc – Under pad
- Spuit 10 cc – Catheter suction
- Spuit 20 cc – Test strip residual renalin(peroxide)
- Test strip residual formalin – Test strip residual clorin&cloramines
- Test strip water Hardness – Catheter double lument
Tablet :
– Analgetik
– Antipiretik
– Antidotum
Desinfectan :
- Alkohol 70 %
- Bethadine solution 10 %
- Sodium hypoclorit atau Virkon
- Citric Acid bubuk
- Formalin 4 % ( untuk reuse dializer )
- H2O2 3 %
- Renalin ( untuk reuse dializer )
- Larutan cuci tangan
- Larutan cuci piring
- Larutan untuk lantai
Kebutuhan tambahan :
Bantalan pasir ukuran 1 Kg / 2 Kg º Gelas ukur plastik 2000 cc
Gelas ukur 100 cc ( untuk reuse ) º Gunting perban
Klem besar º Mangkok stainless bethadine)
Piala ginjal º Mangkok stainless (NaCl)
Senter º Stetoscope
Spatel º Tensi meter dinding
Mayo tube º Suction dinding
Defibrilator º Oksigen dinding
Lampu X – Ray º Torniquet
Jam dinding º White board
Tangga dua susun º Urinoir & pispot
Rak urinal º Tabung oksigen dorong kecil
Perlak / alas tangan
Alat tulis kantor :
Pulpen , pinsil , penggaris, penghapus pinsil
Spidol 70 , spidol 500, penghapus white board Perforator, streples, klip, isolasi
Kertas HVS ukuran A4 dll , map untuk status pasien
Buku registrasi , buku laporan, buku inventaris, buku Expedisi dll
Kebutuhan linen :
Sprei , sarung bantal
Selimut tebal, selimut tipis, waslap
. Tujuan :
1.1 Meningkatkan kualitas hidup penderita Gagal Ginjal Kronik agar tetap
aktif dan produktif.
1.2 Memperoleh laba usaha sesuai dengan tujuan misi dan visi , minimal demi
kelangsungan penyelenggara dialysis.
1.3 Usaha sosial dalam rangka meringankan beban penderita Gagal Ginjal
Kronik.
2. Pengertian :
Unit dialysis didirikan terutama untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup penderita Gagal Ginjal Kronik agar dapat aktif dan produktif (
dan tidak sekedar memperpanjang hidup ).
3. Persyaratan :
3.7 Rujukan :
Untuk klinik harus mempunyai rujukan ke rumah sakit terdekat atau rumah
sakit yang mempunyai ruang ICU .
3.8 Pasien :
Untuk klinik ;Tidak boleh melakukan dialysis pada pasien baru / pertama kali
dinyatakan gagal ginjal ( first treatment dialysis ) dan hanya menerima dialysis
untuk pasien yang sudah dilakukan secara rutin.
3.9 Kebutuhan ruangan( ukuran luas )
Nomor MR : ………………………………………………………
Haemoglobin ( Hb ) ……………………………………………
Ureum …………………………………………..
Creatinin …………………………………………..
HBsAg ………………………………………….
HCV …………………………………………..
Kesadaran …………………………………………..
Pernafasan …………………………………………….
4 CATATAN
Kotabaru,……,………………2009
Perawat Hemodialisa
UNIT HEMODIALISA
1. Pasien harus datang tepat waktu sesuai jadwal( Hari dan jam )
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perawat hemodialisa, Pagi
jam 8.00 WIta, Siang Jam 13.00 Wita,
Kecuali ada gangguan tehnis maka jadwal bisa berubah dan petugas
akan memberitahu sebelumnya.
2. Permintaan tindakan hemodialisa diluar hari kerja dan jam dinas(
Cito ) dapat dilakukan atas permintaan dokter dan atau dalam
keadaan darurat dan kritis, dengan kesepakatan dari perawat HD
yang dinas dan menyesuaikan dengan kondisi mesin hemodialisa,
serta jadual yang sudah ada
3. Pasien yang datang diluar jadwal yang telah disepakati karena alasan
medis seperti sesak, penurunanan kesadaran, dan kedaruratan
lainnya masuk melalui UGD
4. Pasien yang datang segera melapor, dan akan dipanggil apabila mesin
Hemodialisa telah siap dan akan dilakukan insersi atau penusukan
jarum AV fistula.
13. Setiap pasien dan keluarga serta pembesuk wajib mentaati tata
tertib ini demi kenyamanan dan kelancaran hemodialisa.
REKOMENDASI UMUM
REKOMENDASI KHUSUS
1. Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HBsAg,
anti HCV dan HIV positif, segera diambil tindakan pencegahan sesuai
dengan prosedur baku.
2. Semua staf yang aktif melayani pasien HD, harus diperiksa HBsAg dan
anti HCV setiap 6 bulan.
3. Imunisasi dengan vaksin hepatitis B harus dilakukan pada setiap staf di
ruang Hemodialisa.
4. Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positif, tidak melayani pasien
dengnan HBsAg negative pada hari yang sama.
5. Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf
ruang HD, bila di ruang HD ada pasien terinfeksi HIV.
RUJUKAN :
VHB relative stabil dan tetap infeksius selama 7 hari pada suhu kamar di
permukaan yang terkontaminasi.Kemungkinan transmisi diantara staf dan
antar pasien (infeksi nosokomial) risikonya sangat besar.
Mitsui dkk melaporkan bahwa tusukan jarum bekas pasien dapat menularkan
virus pada staf HD.
sumber :
REKOMENDASI UMUM
1. Pasien baru atau pasien pindah ke / dating dari pusat HD lain harus
dilakukan pemeriksaan HBsAg, anti HCV dan anti HIV.
2. Pasien dengan HbsAg dan anti HCV negative, pemeriksaan diulang kembali
setiap 6 bulan.
3. Pemeriksaan HIV pada pasien HD lama hanya dilakukan bila ada
kecurigaan menderita penyakit HIV.
REKOMENDASI KHUSUS
Rujukan :
Transmisi hepatitis B pada pasien HD tinggi bila banyak pasien yang HBsAg
positif atau kurang dari 50 % jumlah pasien HD tidak dilakukan imunisasi
hepatitis B. Pasien HD yang mendapatkan imunisasi hepatitis B akan
mendapatkan proteksi lebih dari 70 % disbanding yang tidak mendapat
imunisasi.
VHB akan tetap ada pada permukaan benda yang terpercik darah dalam
jumlah 10 – 10 virion infeksius ml. walaupun bercak darahnya sudah tidak
terlihat. VHB tersebut relative stabil dan tetap infeksius selama 7 hari pada
suhu kamar di permukaan .oleh karena isolasi mutlak dilakukan dan
dianjurkan tidak menggunakan dializer proses ulang pada pasien infeksi
dengan VHB.
Penyaringan terhadap VHC pada pasien yang akan masuk atau sedang
menjalani program HD dapat dilakukan dengan 3 cara :
- Penyaringan biokimia, dengan memeriksa SGPT
- Penyaringan serologi, dengan memeriksa anti HCV dengan ELISA
- Penyaringan virology dengan pemeriksaan PCR ( HCV RNA ).
Sammy Saab dkk melaporkan penelitian mereka secara kohort pada 5000
pasien HD dengan pemantauan selama 5 tahun berkesimpulan bahwa
penyaringan serologi merupakan pendekatan yang terbaik dengan biaya lebih
murah dan lebih efektif disbanding dengan penyaringan bviokimia.
Penyaringan biokimia dilakukan dengan pemeriksaan SGPT setiap bulan, bila
SGPT normal.Dengan penyaringan serologi, pemeriksaan anti HCV ELISA
dilakukan setiap 6 bulan bagi mereka yang negative.
Hasil positif palsu pemeriksaan tes HIV lebih sering terjadi pada pasien dalam
HD ( 4 % – 8,8 % ). Konfirmasi dengan tes Western blot perlu dilakukan bila
tes HIV dengan ELA positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Nicola Froio dkk, pada 3 unit dialysis untuk
mendeteksi peran lingkungan dan mesin HD dalam transmisi hepatitis B dan
hepatitis C, mendapatkan 1 dari 64 sampel positif HBsAg diperoleh pada
mesin yang dikhususkan untuk pasien HBsAg positif dan 1 dari 64 sampel
yang positif HCV RNA diperoleh pada bagian luar konektor cairan dialisat dari
mesin yang dipakai oleh pasien dengan anti HCV negative. Hal ini menunjukan
bahwa hanya factor di luar mesin sebagai perantara transmisi kuman hepatitis
C bukan oleh karena mesin yang dipakai oleh pasien anti HCV positif. Mereka
menyimpulkan bahwa tidak ada alas an bagi pengidap hepatitis C harus
memakai mesin yang khusus.
Angka kematian lebih tinggi pada pasien penyakit ginjal terminal dengan
hepatitis C dibandingkan dengan yang tidak dengan hepatitis C. disarankan
untuk memberikan pengobatan pada pasien penyakit ginjal terminal dengan
hepatitis C.
Sumber :
Konsensus PERNEFRI 2006
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr Adi Arulan Munda
NIP. 197508082008041001
2. Setiap bulan :
– Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri dan Endotoxin.
– Pemeriksaan air dialisat : terhadap bakteri, endotoxin, elektrolit.
– Pembersihan tanki produk dengan ( larutan bayclin 1 : 100 ) .
3. Setiap 6 bulan :
– Pemeriksaan air RO : sesuai parameter standard AAMI.
Penggantian peralatan sistem reverse osmosis :
a. Catridge filter setiap bulan (terutama bila terjadi perubahan warna pada
filter).
b. Membran reverse osmosis 3 tahun sekali ( tergantung hasil parameter air
RO ) , jika hasilnya melebihi angka normal dari parameter maka secepatnya
harus diganti.
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR Dr Adi Arulan Munda
OPERASION NIP. 197508082008041001
AL
2. Langkah-langkah
2.1. TAHAP PRE INTERAKSI
Unit terkait
Mencuci Tangan Aseptic
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
2. Langkah kerja
2.1. Lepas jam tangan dan cincin ( Bila ada )
2.2. Buka kran dengan siku (Bila memungkinkan )
2.3. Basuhi tangan setinggi lengan bawah dengan air
mengalir. Tangan mulai ujung jari sampai siku
dibasahi dengan air mengalir.
2.4. Letakkan antiseptik / sabun di telapak tangan dan
gosok kedua telapak tangan dan melakukan 7
langkah cuci tangan
2.5. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian
2.6. Gosok sela-sela jari tangan
2.7. Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian
2.8. Gosok kedua ibu jari tangan bergantian
2.9. Gosok kedua ujung jari tangan bergantian
2.10. Gosok kedua pergelangan tangan bergantian.
2.11. Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah
air bersih yang mengalir
2.12. Mengeringkan tangan dengan menggunakan
alkohol glycerin, paper towel, handuk sekali pakai
(pilih yang memungkinkan )
2.13. Menutup keran dengan siku / paper towel /
handuk sekali pakai
2.14. Membuang / meletakkan paper towel, handuk
sekali pakai pada tempat yang sudah disediakan.
1.
Catatan
Unit Terkait
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASION Dr Adi Arulan Munda
AL NIP. 197508082008041001
Pengertian Membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir.
DI UNIT HEMODIALISA
RSUD No. Dokumen No. Revisi Halaman
KOTABARU
Jl. Brigjen
H.Hasan Basri
No 57
Kotabaru
Disahkan Oleh
Tanggal Terbit Direktur RSUTP ABDYA
Prosedur Tetap
PENGERTIAN :
Menyiapkan pasien pulang di unit hemodialisa adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan Perawat untuk menyiapkan dan membantu proses kepulangan
Pasien yang dinyatakan boleh pulang oleh Dokter
TUJUAN :
1. Membantu dan menyiapkan proses kepulangan Pasien dengan sebaik-
baiknya
2. Memberikan kenyamanan pada Pasien
3. Menjaga keselamatan Pasien
KEBIJAKAN :
1. Kepulangan Pasien harus dibantu dan disiapkan oleh Perawat
2. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga sebelum Pasien pulang
PROSEDUR TETAP :
1. Perawat menerima instruksi bahwa Pasien sudah boleh pulang dari Dokter
Penanggung Jawab hemodialisa atau dinyatakan hemodialisa reguler atau
terjadwal rutin
2. Perawat memberi penjelasan kepada Pasien dan keluarga bahwa Pasien
sudah boleh pulang.
3. Perawat memberi penjelasan bahwa perhitungan biaya akan segera
diproses, segera setelah perhitungan biaya selesai pasien atau keluarga
akan diberitahu di kamar perawatan.
4. Perawat menghitungkan rincian tindakan dan obat-obatan
5. Perawat menyiapkan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang akan dibawa
Pasien pulang
6. Perawat menerima informasi bahwa perhitungan biaya sudah selesai dari
kassa/bagian keuangan
7. Perawat memberitahu Pasien/keluarga bahwa perhitungan biaya sudah
selesai. Perawat menganjurkan Pasien/keluarga untuk menyelesaikan
biaya perawatan di kasir, untuk kemudian kembali ke ruang perawat untuk
mengambil obat-obatan yang akan dibawa pulang
8. Perawat menerima copy kwitansi kuning dari Pasien atau keluarga
9. Perawat memberikan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang boleh dibawa
pulang
10. Perawat memberikan penjelasan tentang aturan pakai obat, jadwal
kontrol, dan pendidikan kesehatan tentang tata cara perawatan pasien post
operasi di rumah.
11. Perawat menganjurkan Pasien untuk menelepon atau datang ke Unit
hemodialisa bila sewaktu-waktu Pasien merasakan keluhan sesak napas,
sakit kepaa , pusing berlebihan, atau tanda-tanda lain yang sangat
mengganggu Pasien
12. Perawat memberikan kesempatan pada Pasien untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
13. Perawat atau petugas mengantarkan Pasien pulang sampai pintu
gerbang
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rawat Inap dan Gawat Darurat
2. Unit penunjang lain
]]
Disahkan Oleh
Direktur RSUTP ABDYA
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
Dr Adi Arulan Munda
OPERASIONAL
NIP. 197508082008041001
A. . Persiapan fisik
B. Persiapan mental
1. Pasien harus memahami maksud dan tujuan
hemodialisa serta resikoyang harus dihadapi
dalam menjalani hemodialisa ini.
LakukanInformed Consent sesuai prosedur.
20.
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT - UGD
- ICU/ICCU.