Bab Ii Habitus Pierre Bordieau PDF
Bab Ii Habitus Pierre Bordieau PDF
Bab Ii Habitus Pierre Bordieau PDF
BAB II
representasi subjektif, agen dan pelaku terjalin secara dialektis dan saling
Oleh karena itu, logika tindakan harus dicari pada sisi rasionalitas pelaku-
pelakunya. Pendekatan seperti ini tidak jauh berbeda dari model ekonomi
klasik. Konsep habitus pada Bourdieu tidak akan menerima pemisahan ketat
1
Pierre Bourdieu, In Other Words: Essays Towards a Reflexive Sociology, (Cambridge:
Polity Press, 1990), 31.
2
David Swartz memandang bahwa metode rasional-yang ditawarkan Bourdieu
merupakan alat dasar untuk mendorong keterputusan epistemologis dengan bentuk pengetahuan
subjektivis dan objektivis. Lihat Culture and Power: The Sociology of Pierre Bourdieu, (Chicago
& London: The University of Chicago Press, 1997), 62.
3
Anthony Giddens, Central Problem in Social Theoty, (Berkeley & Los Angeles:
University of Callifornia Press, 1997), 53; Lihat juga B. Herry Priyono, Anthony Giddens: Suatu
Pengantar (Jakarta: KPG, 2002), 3.
22
konsep perjuangan kelas dan dari perilaku kolektif. Pembedaan ini didasarkan
pada pemahamannya bahwa ada tiga tipe konflik. Kecenderungan ini berbeda
struktur sosial hanya bisa diciptakan, dilanggengkan dan diubah oleh pelaku-
sangat kuat. Berbeda dengan Bourdieu, ada upaya penyatuan kedua unsur
4
George Ritzer and Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
cetakan ketiga, 2009), 579-580.
Bourdieu menawarkan tiga perspektif yang segar (atau boleh dikatakan baru)
lagi diamati melulu dari akibat-akibat luar, tetapi juga akibat yang dibatinkan
Perubahan politik dan sosial lalu bisa dipahami sebagai bertemunya upaya
dari diri dan tindakan kolektif5. Ketiga, Bourdieu menjelaskan logika praksis
pelaku-pelaku sosial dalam lingkup sosial yang tidak setara dan konfliktual.
Logika ini mengatasi model Marxis yang hanya berhenti pada penjelasan
ranah yang otonom, (budaya, politik, gender, seni, dan tidak hanya ekonomi)
terletak pada konsep habitus and field, juga strategi untuk mencapai dan
5
Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu, (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), 81-93
relevnasi parktis suatu wacana6. Konsep ini sebenarnya berasal dari tradisi
(appearance), atau bisa pula merujuk pada tata pembawaan yang terkait
dengan kondisi tipikal tubuh. Selain itu, istilah habitus juga menunjukan
seperti kelompk usia, jenis kelamin, dan kelas sosial. Dalam hal ini, habitus
dunia sosial dan strukturnya tidak menancapkan dirinya secara seragam pada
setiap aktor.
6
Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa, (Majalah BASIS, Nomor 11-
12 Tahun Ke-52, November-Desember, 2003), 9.
7
Bagus Takwin, “Habitus: Perlengkapan dan Kerangka Panduan Gaya Hidup” dalam
buku Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 35-54.
sistem disposisi individu adalah variabel struktural sistem disposisi yang lain,
dimana terungkap kekhasan posisinya di dalam kelas dan arah yang dituju.
Gaya pribadi, praktik-praktik kehidupan atau hasil karya, tidak lain kecuali
suatu jarak terhadap gaya khas suatu zaman atau suatu kelas, sehingga gaya
itu mengacu pada gaya umum, tidak hanya melakukan keseragaman, tetapi
mereka tidak lagi menyadari tanda-tanda atau gaya yang sudah mereka
intern yang selalu dalam proses restrukturisasi, jadi praktik dan represintasi
praktek yang telah diadaptasi atau disesuaikan dengan perubahan situasi yang
terus terjadi. Intisari dari hal ini adalah sejenis “improvisasi yang teratur”,
sepotong prase yang berasal dari rumusan dan tema puisi lisan yang dikaji
seseorang berjalan di sebelah kiri pada jalan umum dan raya, dikarenakan
8
Peter Burke, Sejarah Dan Teori Sosial (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), 179-
181.
sosial yang harus ditaati, karena ketaatan dari individu tersebut, hal yang
dipikirkan orang dan apa yang sebaiknya mereka pilih untuk sebaiknya
Bourdieu menolak model kelas sosial seperti Marx, hanya terdiri dari
Bourdieu menolak kelas sosial direduksi hanya sebagai masalah ekonomi atau
diskusi (ranah) di klas. Lebih tinggi kelas sosialnya daripada mahasiswa pasif
tidak bertanya dan menjawab pertanyaan dosen. Disini lah kelas sosial
9
George Ritzer, dan Doouglas Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana,
2003), 523-524.
10
Ritzer & Goodman. Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans:
Nurhadi). (Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2012), 587.
mahasiswa pasif adalah tidak suka membaca buku atau membaca buku
komik. Dengan demikian, mengapa kelas sosial mahasiswa aktif lebih tinggi
dari pada mahasiswa pasif. Karena memang selera dia menentukan kapital
kuat bahwa aktor sebagai pencipta dunia sosial mereka. Namun dia merasa
11
Ibid
12
Richard Jenkins, Pierre Bourdieu (London: Routledge, 1992), 17.
nyata yang telah sirna di tangan Levi-Strauss dan para strukturalis lain…yang
tersebut.
diri individu yang stabil dan terikat pada tradisi serta terdapat kekuasaan yang
13
Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), 62.
14
Bagus Takwin, Akar-Akar Ideologi: Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato
hingga Bourdieu (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), 113-115.
diterima sesuai dengan habitus dan field tanpa dipikir atau ditimbang lebih
dahulu.
intern yang selalu dalam proses restrukturisasi, jadi praktik dan represintasi
sepenuhnya bebas (pilihannya ditentukan oleh habitus). “Hal ini tampak dari
secara kritis dengan menjamin diri dalam lingkungan yang sedapat mungkin
sudah disesuaikan, artinya dunia yang cukup stabil yang akan semakin
memperteguh disposisi-disposisinya.
bisa begitu saja tereduksi pada hubungan yang mengatur bidang lain. Karena
ada yang mengusai dan dikuasai, menjadi bermakna. Dalam pembedaan ini
ini sangat tergantung pada situasi, sumber daya, dan strategi pelaku.
juga demi memperoleh akses tertentu yang dekat dengan hierarki kekuasaan.
“capital is a social relation, i.e., an energy which only exists and only
produces its effects in the field in which it is produced and
reproduced, each of the properties attached to class is given its value
and efficacy by the specific laws af each field”16.
15
Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Pengasa (Jakarta: Jurnal Basis, No. 11-
12, 2003), 11.
16
Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), 97.
Ide Bourdieu tentang modal seperti ini, lepas dari pemahaman tradisi
Marxian dan juga konsep ekonomi formal. Konsep ini mencakup kemampuan
melakukan kontrol terhadap masa depan diri sendiri dan orang lain.
Pemetaan itu tidak berbentuk piramida atau tangga, tetapi lebih berupa suatu
modal-modal tersebut. Dengan pendekatan ini, maka setiap kelas sosial tidak
kelas-kelsa lain.
mencurahkan lubuk hatinya yang paling dalam agar lebih extropped (terbuka
antara harga diri dan prestise yang tidak dimiliki orang lain oleh dirinya.
17
Ritzer & Goodman. Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans:
Nurhadi). Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2012. Hlm: : 583
seorang guru menyatakan harga dirinya lebih tinggi dan harus dipatuhi oleh
bodoh. Kekerasan simbolik itu terjadi dan bisa juga muncul melalui gesture,
tidak berupa kekerasan fisik; ketika seorang guru melihat peserta didiknya
melalui penyebaran habitus kelas sosial dominan. Reproduksi sosial kelas itu
terjadi, ketika seorang guru masih menjadi kelas dominasi dan murid menjadi
ideologi kelas sosialnya yang terdominasi, jika diberikan habitus oleh guru
pada nasib, tidak kreatif, hanya ibadah tidak berusaha). Habitus diperoleh
sebagai akibat dari ditempatinya posisi di dunia sosial dalam waktu yang
kepada muridnya sumber daya manusia Indonesia adalah lemah. Salah besar
dayanya lemah sebelum manusia Indonesia itu bertindak. Padahal salah satu
pesawat terbang. Habibie merupakan salah satu bukti bahwa sumber daya
manusia Indonesia tidak lemah. Satu lagi, seorang guru mengatakan manusia
18
Ritzer & Goodman. Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans:
Nurhadi). Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2012. Hlm: 581
sudah buka pukul empat pagi subuh; dalam hal ini manusia Indonesia rajin-
bilang sebagai reproduksi kelas sosial yang terdominasi; lemah dan malas.
Habitus yang sudah begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi perilaku
fisik disebutnya sebagai Hexis Hexis adalah perilaku fisik individu secara
sebelum masuk kelas, dan seorang siswa sebelum jalan sekolah mencium
Akan tetapi pada akhirnya kapital ekonomi memang menjadi akar dari
(prestasi). Modal simbolik ini lah yang membawa individu kepada modal
sosial (jaringan sosialnya dengan penulis atau penerbit lain). Jadi, modal
saling berkaitan satu sama lain, juga modal bisa berubah (meningkat) dan
perjuangan tiada henti antara kelompok berbeda dari kelas dominan untuk
berbeda, serta selera dan habitus berbeda pula. Artis ranahnya di dunia
buku-buku ilmiah. Selera ini membawa kepada kelas sosial, yang ditentukan
masing yang ditentukan oleh dua dimensi: pertama, menurut besarnya modal
yang dimiliki; dan kedua, sesuai dengan bobot komposisi keseluruhan modal
prokreasi, opini politik atau praktik keagamaan, dan bahwa bobot yang terkait
19
Ritzer & Goodman.. Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans:
Nurhadi). Yogyakarta: Kreasi Wacana 2012, Hal 584
lain, dalam arena perjuangan yang satu mungkin modal budaya, ditempat lain
mungkin modal ekonomi, arena lainnya lagi modal sosial, dan seterusnya.
generasi berikutnya.
legitimasi.20
Dengan demikian, modal harus ada dalam sebuah ranah agar ranah
dan modal bertaut secara langsung dan bertujuan menerangkan praktek sosial.
20
Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu, (Yogyakarta: Juxtapose, 2007), hal 98-100
dua dimensi. Pertama, dimensi vertikal, dalam hal ini dapat dipertentangkan
antara para pelaku yang memiliki modal besar dalam hal ekonomi dan budaya
modal ekonomi yang besar dengan mereka yang memiliki modal budaya yang
dalam proses satu tangga dalam dimensi vertikal. Model pembagian kelas
kedua, seandainya mereka bertemu, mereka tidak akan bisa dengan mudah
mereka.
saling mendekati, digerakan. Jadi kelas tidak dipahami dalam arti Marx yaitu
kesalahan karena menganggap yang ada dalam teori disamakan begitu saja
sendiri, terjadi lompatan yang mematikan “dari hal-hal logis ke logika hal
itu”21
ini diperlukan untuk mempertahankan dan ada pula yang ingin mengubah
Bourdieu strategi yang dipakai oleh pelaku tergantung pada jumlah modal
yang dimiliki dan struktur modal dalam posisinya di ruang sosial. Jika mereka
aturan permainan dalam lintasan peristiwa atau pada ruang dan waktu
21
Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa, (Majalah BASIS, Nomor 11-
12 Tahun Ke-52, November-Desember, 2003), Hal 13-23
1. Strategi investasi bologis. Strategi ini mencakup dua hal, yaitu kesuburan
dari penyakit.
mungkin.
nama keluarga.