Gudang Farmasi2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI GUDANG FARMASI KESEHATAN KABUPATEN MINAHASA


UTARA

Oleh :
Arjun Bakari
Elke Mamondol
Kana Ode Isma

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek
Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Kabupaten Minahasa Utara ini tanpa
halangan suatu apapun.Adapun penyusunan laporan ini berdasarkan data-data
yang diperoleh selama melakukan Praktek Kerja Lapangan, serta data-data dan
keterangan dari pembimbing.
Dalam menyusun laporan ini kami sudah berusaha sebaik mungkin, namun
tentu masih terdapat banyak kekurangan. Kami berharap semoga laporan ini bisa
menjadi bahan referensi bagi peserta didik yang akan datang setelah kami. Dan
kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Makaenas S,Si selaku kepala Instalasi Farmasi Kabupaten Minahasa
Utara,
2. Ibu Cisilia Manua selaku pembimbing Instalasi Farmasi Kabupaten
Minahasa Utara
3. Staf dan karyawan Istalasi Farmasi Kabupaten Minahasa Utara.

Manado, 14 Desember 2017


DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
I.2 Tujuan ............................................................................................................ 5
I.3 Manfaat .......................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 Definisi Gudang farmasi .......................................................................... 6
2.2 Fungsi dan tahap pengolahan perbekalan farmasi di gudang farmasi ...... 6
2.3 Manfaat dan Syarat Pergudangan Farmasi ............................................... 7
2.4 Pembagian Gudang................................................................................... 8
2.5 Kapasitas Gudang ................................................................................... 10
2.6 Personil ................................................................................................... 11
2.7 Manajemen Pergudangan ....................................................................... 13
2.8 Administrasi Gudang .............................................................................. 13
2.9 Mekanisme Pergudangan ....................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 15
TINJAUN UMUM ................................................................................................ 15
A. Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara ............................................... 15
BAB IV ................................................................................................................. 17
KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 17
A. Manajemen SDM .......................................................................................... 17
B. Manajemen Perbekalan Farmasi ................................................................... 18
C. Monitoring dan Evaluasi............................................................................... 22
BAB V ............................................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 24
A. Kesimpulan ................................................................................................... 24
B. Saran .............................................................. Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka .................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia khususnya dalam
pendidikan perguruan tinggi adalah melalui program praktek kerja lapangan yang
merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dalam dunia kerja yang
nyata.Jadi kegiatan PKL ini dapat memberi konstribusi yang berarti bagi
perkembangan mahasiswa untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum
memasuki dunis kerja dan perkembangan kompetensi.
Praktek kerja lapangan atau biasa di sebut dengan PKL adalah kegiatan
pemagaman bagi mahasiswa di dunia kerja baik di bidang industri maupun
pemerintahan dan merupakan mata kuliah yang harus di tempuh oleh seluruh
mahasiswa.
Kegiatan ini bermaksud agar mahasiswa mendapatkan pengalaman sebelum
memasuki dunia kerja yang sesunggunya, sehingga mahasiswa akan mendapatkan
bekal dari praktek kerja lapangan, mahasiswa akan mengetahui ketrampilan dan
pengetahuan yang perlu di kembangkan dan perlu di pertahankan. Salah satu
praktek kerja lapangan adalah PKL lokal gudang farmasi
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi
yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang
belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk
melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi dari pengaruh luar dan
binatang pengerat, serangga, serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat
menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan
secara benar atau yang sering disebut dengan manajemen pergudangan.
Gudang farmasi adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan yang
dipimpin oleh seorang kepala yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah
dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan. Gudang farmasi
juga mempunyai tugas pengolahan (penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian) perbekalan farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pembinaan kesehatan masyarakat. Dan pada praktek kerja lapangan (PKL) lokal
gudang farmasi kami ditempatkan di Gudang Farmasi Pemkab Minut

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran secara umum gudang farmasi
2. untuk mengetahui tugas dan fungsi gudang farmasi
3. untuk mengetahui alur pendistribusian obat di gudang farmasi
4. Mengetahui cara perencanaan,pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan
pemusnahan obat kadaluarsa di gudang farmasi

I.3 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan gambaran umum gudang farmasi
2. Dapat menambah pengetahuan tugas dan fungsi gudang farmasi
3. Dapat mengetahui alur pendistribusian obat di gudang farmasi
4. Dapat Mengetahui cara perencanaan,pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, dan pemusnahan obat kadaluarsa di gudang farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gudang farmasi


Gudang farmasi adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan yang
dipimpin oleh seorang kepala yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah
dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan. Gudang farmasi
juga mempunyai tugas pengolahan (penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian) perbekalan farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pembinaan kesehatan masyarakat.

2.2 Fungsi dan tahap pengolahan perbekalan farmasi di gudang farmasi


Untuk menyelenggarakan tugas tersebut gudang farmasi mempunyai fungsi :
1. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan
pendistribusian obat, alat kesehatan dan pembekalan farmasi.
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan mengenai persediaan dan
penggunaan obat,alat kesehatan dan pembekalan farmasi.
3. Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum
baik yang ada didalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.
4. Melakukan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan urusan
dalam yang mencangkup pengolahan sediaan farmasi.
Berikut ini adalah tahap-tahap dalam melakukan pengolahan perbekalan farmasi
di gudang farmasi :
1. Perencanaan
Perencanaan atau planning bertujuan untuk menentukan jenis dan
jumlah obat agar sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
masyarakat.
2. Pengadaan
Tujuan dari pengadaan adalah agar tersedianya perbekalan farmasi
dengan jenis dan jumla yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
3. Penyimpanan
Tujuan dari penyimpanan adalah mengamankan persediaan farmasi
dari kerusakan, hilang, dan juga memudahkan pencarian dan
pengawasan terhadap persediaan tersebut.
4. Distribusi
Tujuan dari distribusi adalah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan secara merata dan teratur. Gudang farmasi umumnya akan
mendistribusikan persediaan farmasi ke unit-unitkecil pelayanan
kesehatan seperti puskesmas.
5. Pencatat dan Pelaporan
Tujuan pencatat dan pelaporan ini adalah agar tersedia data mengenai
mutasi perbekalan farmasi secara keseluruhan yang meliputi data
penerimaan, persediaan, pengeluaran, dan lain sebagainya.
6. Penghapusan
Tujuan penghapusan adalah untuk memusnakan persediaan farmasi
yang telah rusak, kadaluarsa, atau sudah tidak terpakai lagi. Proses
penghapusan ini harus melewati beberapa prosedur penting yang
harus dan wajib di penuhi agar proses pemusnaan berlangsung lancar
dan bisa dipertanggungjawabkan.

2.3 Manfaat dan Syarat Pergudangan Farmasi


Manfaat pergudangan adalah untuk:
1. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan.
2. Tertatanya perbekalan kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan pendistribusian.
4. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan.
6. Tertib administrasi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009)
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan
obat yang baik (CPOB), diantaranya:
1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja bagian
gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan
barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk.
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut
organik).
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status ‘karantina’
dan ‘ditolak’.
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area).
6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out)
atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).

2.4 Pembagian Gudang


Gudang di industri farmasi dibedakan sebagai berikut:
1. Berdasarkan fungsinya gudang di industri farmasi terbagi dalam beberapa
area antara lain:
a. Area penyimpanan
Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai untuk
menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan yang disimpan dalam
gudang antara lain bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran.
Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah
pencemaran, campur baur dan pencemaran silang. Area penyimpanan
diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan dapat
dilakukan secara akurat dan aman. Bahan atau produk yang membutuhkan
kondisi penyimpanan khusus (seperti suhu dan kelembaban) harus
dikendalikan, dipantau dan dicatat, seperti:
1. Obat, vaksin dan serum memerlukan tempat khusus seperti lemari
pendingin dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran
listrik.
2. Bahan kimia harus disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah
dari gudang induk.
3. Peralatan besar/alat berat memerlukan tempat khusus yang cukup
untuk penyimpanan dan pemeliharaannya.
b. Area penerimaan dan pengiriman
Area penerimaan dan pengiriman barang harus dapat memberikan
perlindungan terhadap bahan dan produk terhadap cuaca.Area penerimaan
harus didesain dan dilengkapi dengan peralatan untuk pembersihan wadah
barang.
c. Area karantina
Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan yang jelas berupa
label kuning untuk produk karantina dan label hijau untuk produk yang
diluluskan dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang.
d. Area pengambilan sampel
Area pengambilan sampel dibuat terpisah dengan lingkungan yang
dikendalikan dan dipantau untuk mencegah pencemaran atau
pencemaran silang dan tersedia prosedur pembersihan yang
memadai untuk ruang pengambilan sampel.
e. Area bahan dan produk yang ditolak
Bahan dan produk yang ditolak disimpan dalam area terpisah dan terkunci
serta mempunyai penandaan yang jelas berupa label merah dan hanya
boleh diakses oleh personil yang berwenang.
f. Area bahan dan produk yang ditarik
Produk yang ditarik kembali dari peredaran karena rusak atau kadaluarsa
harus disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai
penandaan yang jelas dan hanya boleh diakses oleh personil yang
berwenang.
g. Area penyimpanan bahan
Bahan aktif yang berpotensi tinggi, bahan radioaktif, narkotika,
psikotropika dan bahan yang yang mudah terbakar atau meledak disimpan
di daerah yang terjamin keamanannya. Bahan narkotika dan psikotropika
disimpan di tempat terkunci.
h. Area bahan pengemas
Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk. Bahan label disimpan di tempat terkunci (BPOM,
2006).
2. Berdasarkan suhu penyimpanan, yaitu:
a. Gudang suhu kamar (≤30oC).
b. Gudang ber-AC (≤25oC).
c. Gudang dingin (2-8oC).
d. Gudang beku (<0oC).

3. Berdasarkan jenis, yaitu:


a. Gudang bahan baku : gudang bahan padat dan bahan cair.
b. Gudang bahan pengemas.
c. Gudang bahan beracun.
d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (Gudang api).
e. Gudang obat jadi (BPOM, 2009).
2.5 Kapasitas Gudang
Penentukan kapasitas gudang harus mempertimbangkan keadaan maksimum pada
saat terjadi keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan datang lebih
cepat (Priyambodo, 2007).
Untuk menghitung besarnya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka
diperlukan data tentang:
a. Jumlah pesanan (order quantity)dalam suatu periode tertentu.
b. Besarnya bahan.
c. Variasi lead time.
d. Fluktuasi pemakaian (Priyambodo, 2007).
2.6 Personil
Semua personil di area penyimpanan harus diberikan pelatihan awal dan
berkesinambungan yang berkaitan dengan cara distribusi dan penyimpanan yang
baik, peraturan yang berkaitan, dan peraturan keselamatan. Catatan pelatihan
harus disimpan untuk diperiksa bila diperlukan (United Arab Emirates Ministry of
Health Drug Control Department, 2006).
Semua staf harus dilatih mempunyai kebersihan.Petunjuk yang jelas tentang
kebersihan pribadi harus didistribusikan dan diamati.Personil yang bekerja di area
penyimpanan harus mengenakan pakaian kerja sesuai dengan aktivitas yang
mereka lakukan (United Arab Emirates Ministry of Health Drug Control
Department, 2006).
Manajemen gudang dilakukan oleh pengelola gudang yang ditunjuk berdasarkan
peraturan yang berlaku dan sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Kepala gudang, mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Mengelola penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian material
dan peralatan.
b. Melakukan perencanaan, pengendalian dan pelaporan pergudangan.
c. Mengamankan pergudangan beserta isi dan lingkungannya dari
segala sesuatu yang mengancam keberadaan gudang beserta isinya.
d. Mendukung percepatan pendistribusian material.
2. Petugas perencanaan, pengendalian dan pelaporan, mempunyai tugas
pokok antara lain:
a. Merencanakan, mengendalikan dan melaporkan setiap material dan
peralatan yang masuk, disimpan dan didistribusikan setiap periode
tertentu atau secara berkala.
b. Merencanakan ,mengendalikan dan melaporkan kegiatan
manajemen pergudangan.
3. Petugas penerimaan, mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Mengelola penerimaan, material dan peralatan di gudang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Melakukan penerimaan dan pengecekan kondisi material dan
peralatan pada saat penerimaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Mendukung percepatan dan akurasi penerimaan material dan
peralatan.
4. Petugas penyimpanan dan pemeliharaan, mempunyai tugas pokok antara
lain:
a. Mengelola penyimpanan dan pemeliharaan material dan peralatan.
b. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan material dan peralatan di
gudang sesuai dengan karakteristik material dan peralatan pada
tempat yang sesuai.
c. Mengamankan material dan peralatan dari ancaman kerusakan dengan
cara menyimpan sesuai dengan ketentuan dan tempat yang
disediakan.
d. Mendukung percepatan penyimpanan dan pemeliharaan
material dan peralatan agar tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya.
5. Petugas pendistribusian, mempunyai tugas pokok antara lain:
a. Mengelola pendistribusian material dan peralatan.
b. Melakukan pendistribusian material dan peralatan sesuai dengan
permintaan dan peraturan yang berlaku.
c. Mengkoordinasikan proses pendistribusian material dan peralatan dari
gudang ke penanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Mendukung percepatan pendistribusian material dan peralatan

6. Petugas keamanan, mempunyai tugas pokok antara lain:


a. Mengelola keamanan dan pengamanan gudang beserta isi dan petugas
pengelola gudang.
b. Melakukan pencegahan dan penanganan keamanan gudang beserta isi
dan petugas pengelola gudang dan pelaporan kondisi keamanan
gudang setiap saat atau setiap periode tertentu.
c. Mengamankan seluruh isi, sistem, dan petugas pengelola
pergudangan.
d. Mendukung pengamanan semua proses aktivitas pergudangan mulai
dari penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan sampai dengan
pendistribusian
material dan peralatan (BNPB, 2009).
2.7 Manajemen Pergudangan
Manajemen Pergudangan memiliki cakupan antara lain:
1. Mengatur petugas (SDM).
2. Mengatur penerimaan barang.
3. Mengatur penataan atau penyimpanan barang.
4. Mengatur pelayanan akan permintaan barang (Priyambodo, 2007).

2.8 Administrasi Gudang


Administrasi gudang diperlukan untuk mempermudah pengawasan dan
pengendalian perbekalan farmasi yang meliputi:
1. Buku utama.
2. Kartu stok.
3. Buku harian penerimaan barang.
4. Buku harian pengeluaran barang.
5. Surat Bukti Barang Masuk (SBBM).
6. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) (BNPB, 2009).

2.9 Mekanisme Pergudangan


Mekanisme pergudangan meliputi proses sebagai berikut:
1. Penerimaan
Penerimaan merupakan proses penyerahan dan penerimaan material
dan peralatan di gudang. Saat penerimaan barang dilakukan
pengecekan antara lain kemasannya tidak rusak, jumlah yang diantar,
label produk, nama dan alamat pemasok, nomer bets dan tanggal
kadaluarsa.
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses penyimpanan material dan peralatan
di gudang dengan cara menempatkan material dan peralatan yang
diterima secara sistematis agar mempermudah proses pengecekan
barang dan penggunaan kartu stok untuk mengawasi pergerakan
barang. Selain itu juga penggunaan label untuk mengetahui kondisi
produk dan secara rutin dilakukan perhitungan stok.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan material dan peralatan
agar kondisi tetap terjamin dengan penyimpanan disusun secara rapi
dan teratur serta berdasarkan prinsip FIFO atau FEFO.
4. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan proses pengeluaran dan penyaluran
material dan peralatan dari gudang yang dilakukan berdasarkan
permintaan dan disertai dengan bukti serah terima.
5. Pengendalian
Pengendalian merupakan proses pengawasan atas pergerakan masuk
dan keluarnya material serta peralatan dari dan ke gudang agar
persediaan dan penempatan dapat diketahui secara cepat dan tepat.
6. Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan pemusnahan material dan peralatan
yang kadaluarsa atau rusak dan menghindari pencemaran lingkungan
Penghapusan diatur dalam prosedur tertulis untuk menghindari
penyalahgunaan ataupun dampak yang diakibatkan dari pemusnahan
(BNPB, 2009).
BAB III
TINJAUN UMUM

A. Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara


1. Sejarah UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara:
UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara dibagun pada tahun
2005, berlokasi di Jalan Sarongsong IIAirmadidi Atas kode pos. 95371.
Persiapan UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara yang
ditetapkan berdasarkan keputusan Bupati Minahasa Utaratahun 2016 tentang
pembentukan, organisasi dan tata kerja UPT Gudang Farmasi Kabupaten
Minahasa Utara yang merupakan tempat penerimaan, pemeliharaan,
penyimpanan, dan pendistribusian obat-obatan dan perbekalan kesehatan
lainnya untuk mendukung pelayanan kesehatan dasar dan program pada unit
pelayanan kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Utara.
2. Profil Umum
a. Nama Institusi : Instalasi Farmasi Kabupaten Minahasa Utara
b. Status Organisasi : -
3. Wilayah Pendistribusian Obat-obatan dan Perbekalan Keselahan ke
Puskesmas Kabupaten Minahasa Utara
a. Puskesmas Wori
b. Puskesmas Tinongko
c. Puskesmas Batu
d. Puskesmas Likupang
e. Puskesmas Kauditan
f. Puskesmas Airmadidi
g. Puskesmas Tatelu
h. Puskesmas Talawaan
i. Puskesmas Mubune
j. Puskesmas Kema
k. Puskesmas kolongan

4. Struktur Organisasi UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara


UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara untuk saat ini belum
memiliki struktur organisasi dan masih pada tahap pengusulan untuk
pembentukan struktur organisasi UPT Gudang Farmasi Kabupaten
Minahasa Utara.
5. Tugas dan Fungsi UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara
Berdasarkan Peraturan Bupati Minahasa Utara Tahun 2016, UPT Instalasi
Farmasi mempunyai tugas pokok yaitu membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan di bidang Kesehatan.
6. Sumber Daya Pegawai
Pegawai terdiri dari 13 orang dan tenaga kefarmasian dengan spesifikasi
pendidikan sebagai berikut :
- S1 farmasi = 2 orang
- D3 farmasi = 1 orang
- Sekolah Menengah Farmasi = 2 0rang
- Tenaga teknis lainnya = 3 orang
- Tenaga harian lainnya = 5 orang
7. Sistem pengadaan obat terbagi atas 3 yaitu:
1. Epurchasing
2. Penunjukan langsung
3. Lelang umum

BAB IV
KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN

A. Manajemen SDM
Sumber daya manusia (SDM) di UPT Gudang Farmasi Kabupaten
Minahasa Utara terdiri dari 7 orang,masing-masing SDM memiliki tugasnya
tersendiri, tetapi dalam pelaksanaan di lapangan seluruhnya saling membantu
satu sama lain. Dalam pelaksanaan pengelolaan di UPT Gudang Farmasi
Kabupaten Minahasa Utara selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Utara untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang
berkualitas di UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara disamping
pendidikan formal, petugas gudang farmasi juga diikutkan pelatihan-pelatihan,
khususnya masalah kefarmasian baik yang diadakan Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Utara atau Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.

B. Manajemen Perbekalan Farmasi


Perencanaan Obat
1. Perencanaan Obat
Perencanaan Obat merupakan hal yang penting karena perencanaan obat
sangat mempengaruhi ketersediaan obat di UPT Gudang Farmasi
Kabupaten Minahasa Utara.Dengan perencanaan obat yang tepat dapat
mencegah tejadinya kekurangan obat, kekosongan obat maupun
kelebihan obat di UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa
Utara.Perencanaan obat di UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa
Utara dilakukan setiap 1 tahun sekali dengan metode kombinasi yaitu
merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi
dimana metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat
berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan
penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun
sebelum nya. Dan metode epidemiologi adalah metode perencanaan yang
di dasarkan pada penyakit yang ada di suatu daerah atau yang paling
sering muncul di masyarakat.Perencanaan dilakukan secara
sistem“bottom up” yaitu yang bertindak sebagai user adalah puskesmas
yang melakukan perencanaan.Setiap perencanaan yang dilakukan oleh
puskesmas direkap dan analisis di Dinas Kesehatan sehingga terbentuk
perencanaan obat terpadu tingkat kabupaten.
2. Pengadaan Obat
Pengadaan obat merupakan proses untuk penyediaan obat yang
dibutuhkan di UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara. Tujuan
pengadaan obat yaitu agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang
cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh
pada saat diperlukan.Pengadaan obat di UPT Gudang Farmasi Kabupaten
Minahasa Utara mengacu sesuai dengan aturan yang telah diatur dengan
pemerintah berdasarkan barang dan jasa.
3. Penerimaan Obat
Barang datang dicocokkan dengan faktur dan kontrak pengadaan yaitu di
check nama obat, jenis obat, jumlah obat, kondisi fisik, kuantitas,
kualitas, expired date, nomor batch dan nama penyedia (distributor).
Setelah semua selesai faktur dan surat kirim barang di tanda tangani
kemudian faktur direkap untuk diarsipkan dan dicatat di buku
penerimaan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat obat, yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan yang dapat merusak mutu
obat. Tujuan penyimpanan obat yaitu, memelihara mutu obat,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggug jawab, menjaga
kelangsungan persediaan dan mempermudah pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan obat di UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara
dilakukan dengan cara yaitu :
a. Setelah di karantina obat dicheck lagi seperti pada penerimaan
barang, kemudian obat didistribusikan ketempat penyimpanan
sesuai golongan obat.
b. Berdasarkan sumber dana yaitu dari APBD, Provinsi dan
program, berdasarkan tahun pengadaan, berdasarkan bentuk
sediaan misalnya seperti sediaan tablet, sirup, alkes, reagen.
c. Berdasarkan suhu seperti sediaan tablet dan sirup disimpan di
suhu ruangan, vaksin dan suppo disimpan di suhu dingin yaitu
dalam cool chain.
d. Metode penyimpanan yang digunakan yaitu menggunakan sistem
First Expired First Out (FEFO) yaitu obat atau alkes yang lebih
dahulu mendekati tanggal expired date maka akan dikeluarkan
terlebih dahulu, sistem First In First Out (FIFO) yaitu obat atau
perbekkes yang pertama kali datang maka itu yang pertama kali
dikeluarkan dan sistem Last In First Out (LIFO) yaitu obat atau
perbekkes yang terakhir kali datang maka itu yang pertama kali
dikeluarkan.
e. Pada ruang distribusi obat disusun berdasarkan alfabet.
5. Distribusi
Distribusi adalah satu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin dari gudang obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit
pelayanan kesehatan. Tujuan dari distribusi yaitu :
a. Terlaksananya pengiriman obat secara teratur dan merata
sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
b. Terjamin kecukupan dan terpelihara efisiensi penggunaan
obat di unit pelayanan kesehatan.
c. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai
kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.
Distribusi obat yang dilakukan di UPT Gudang Farmasi Kabupaten
Minahasa Utara yaitu kepada 10 puskesmas yang berada di wilayah
Kabupaten Minahasa Utara. Distribusi obat ke puskesmas di bagi menjadi
2, yaitu :
A. Permintaan obat terjadwal
Pendistribusian obat terjadwal yaitu dilakukan setiap bulannya
dengan menggunakan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat).Sebelum dilakukan distribusi obat, puskesmas
harus mengirimkan LPLPO di awal bulan atau paling lambat 2
hari sebelum jadwal distribusi.LPLPO yang masuk dianalisis
seperti dicheck jumlah permintaan, stock optimum, stock sisa dan
jumlah ketersediaan obat yang ada di UPT Gudang Farmasi
Kabupaten Minahasa Utara. Setelah LPLPO selesai di analisis
maka obat disiapkan di ruang distribusi dan dicheck sesuai
dengan nama barang, jumlah, expired date, nama puskesmas
tujuan, dipacking dan diberi penandaan agar tidak tertukar dengan
puskesmas lain. Obat dan alkes siap didistribusikan ke puskesmas
sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
B. Permintaan obat yang tidak terjadwal
Biasanya permintaan obat yang tidak terjadwal dari puskesmas
disebabkan oleh adanya KLB (Kejadian Luar Biasa), ataupun
stock obat di puskesmas habis sebelum waktu meminta obat.
Untuk pendistribusian atau permintaan obat seperti ini, maka
puskesmas yang datang ke UPT Gudang Farmasi untuk meminta
obat yang diperlukan dengan mencantumkan surat permohonan
bon obat
6. Pencatatan dan Pelaporan
a. Tujuan dari pencatatan adalah untuk memonitoring obat
(pemasukan dan pengeluaran obat) sehingga dapat digunakan
untuk menganalisis kebutuhan serta pemasukan dan pengeluaran
yang dapat dipertanggung jawabkan.
b. Tujuan pelaporan adalah untuk melaporkan seluruh aktivitas atau
kegiatan di UPT Gudang Farmasi Kabupaten Minahasa Utara
mulai dari pendistribusian obat hingga pencacatan sisa stock
obat. Pencatatan dan pelaporan obat di UPT gudang farmasi
kabupaten Minahasa Utara di lakukan berdasarkan indikator
pencatatan yaitu :
1) Dinamika logistik yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten setiap bulannya.
2) Kartu stock untuk mencatat mutasi / pengeluaran barang
3) Buku penerimaan untuk mencacatat obat yang masuk
4) Buku pengeluaran untuk mencatatat pengeluaran dari
LPLPO
5) Buku bon untuk mencatat bon dari puskesmas
6) LPLPO
7) Stock opname
C. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring bertujuan untuk memonitoring kegiatan yang telah dilakukan
apakah sesuai atau tidak dan menindak lanjuti kegiatan yang belum terlaksana
untuk menjadi bahan masukan ke Dinas Kesehatan. Monitoring di UPT Gudang
Farmasi dilakukan 3 bulan sekali untuk memonitoring alur kegiatan yang
dilakukan di UPT Gudang Farmasi, monitoring ke puskesmas-puskesmas
dilakukan 1 bulan sekali sebagai bimbingan teknis (Bimtek). Evaluasi bertujuan
untuk mengevaluasi seluruh kegiatan dalam 1 periode (1 tahun) biasanya
dilakukan di akhir tahun, dari evaluasi tersebut dituangkan dalam bentuk laporan
tahunan yang disampaikan ke Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan di
tahun berikutnya.Monitoring dan evaluasi yang dilakukan di UPT Gudang
Farmasi Kabupaten Minahasa Utara meliputi obat Expired Date, obat rusak. Obat
yang tidak terserap, obat habis, stock sisa bermanfaat, stock obat berlebih, SOP
yang masih perlu diperbaiki, masalah suhu ruangan, kegiatan oprasional, sarana
prasarana, dan SDM untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Utara untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan.
a. Pemusnahan Barang
Tujuan dilakukannya pemusnahan ini ialah untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang
tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan manfaat, selain itu pemusnahan
juga bertujuan untuk menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan,
pemeliharaan, penjagaan atas obat atau perbekalan kesehatan lainnya yang sudah
tidak layak untuk dipelihara.
b. Metode Pemusnahan
Adapun pada metode pemusnahan ini belum pernah di terapakan, mengingat
semenejak berdinya UPT Farmasi Kabupaten Minahasa Utara belum pernah
melakukan pemusnahan obat dan perkelan kesehatan sejak tahun 2005. Karena
dalam hal ini untuk pemusnahan sendiri membutuhkan dana yang besar untuk
melakukan pemusnahan obat dan perbekalan farmasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Instalasi Farmasi Kabupaten Minahasa Utara adalah tempat yang di
gunakan untuk menyimpan , mendistribusakan sediaan Farmasi ke Instansi –
instansi Kesehatan milik pemerintah di seluruh Kabupaten minahasa utara, guna
memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal Instalasi Farmasi
Kabupaten Munahasa utara memperoleh dana dari pemerintah Kabupaten.
Instalasi Farmasi Kabupaten Minasaha Utara ditunjuk langsung oleh DINKES
Minahasa Utara untuk melayani permintaan dari Puskesmas dan Rumah Sakit se-
Kab.Minahasa Utara.
Tugas pokok Instalasi Farmasi dan alat kesehatan yaitu melaksanakan
pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi
dan peralatan kesehatan yang di perluan dalam rangka pelayanan kesehatan ,
pencegahan dan pemberantasan penyakit, di Puskesmas / RS se Kabupaten
Minahasa Utara sesuai dengan petunjuk Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Utara.

B. SARAN
1. Sebaiknya Penataan atau penyusunan sediaan di Instalasi Farmasi di
Minahasa Utara perlu di perhatikan kebersihan dan kerapihannya.
2. juga lebih memperhatikan alat pelindung diri) pada saat memasuki
gudang farmasi, seperti penggunan masker dan baju khusus untuk
menghindari debu / kotoran serta dari kontaminasi obat terhadap tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

1. BPOM, 2006, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat


dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
2. ----------, 2009, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
3. Anonim. 2015. Peraturan Bupati Banjar Nomor 21 Tahun 2015 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Instalasi
Farmasi. Martapura : Dinas Kesehatan
4. Anonim. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426/Menkes/S.K/XV.2002 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai