Pedoman Pelayanan Unit VK Dan R.bayi Revisi
Pedoman Pelayanan Unit VK Dan R.bayi Revisi
Pedoman Pelayanan Unit VK Dan R.bayi Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN dan
penurunannya sangat lambat. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa
Bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan
Millenium (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan
tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi
dan anak yaitu:
*Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 408/100 000 (SKDI dan SKRT 1990)
menjadi 102/100 000 pada tahun 2015 dan.
* Angka Kematian Bayi (AKB) dari 68/1000 kelahiran hidup (SKDI dan SKRT)
1990) menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam
sistem terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan neonatal
regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara
terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit.
1
Kunci keberhasilan penanganan persalinan diunit kamar bersalin dan bayi
adalah dengan ketersediaan tenaga yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga
kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
Unit kamar bersalin menyusun pedoman Pelayanan unit kamar bersalin dan
bayi sebagai bentuk nyata komitmen serta untuk meningkatkan mutu SDM di
Rumah Sakit Umum Karya Dharma Husada.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Buku Pedoman disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya menurunkan angka kematian
Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB).
2.Tujuan Khusus
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu dan
bayi secara terpadu dan paripurna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi.
c. Meningkatkan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini, Rawat Gabung dan
pemberian ASI Akslusif.
D. BATASAN OPERASIONAL
Adapun batasan operasional setiap pelayanan meliputi :
2
1. Pelayanan kesehatan Maternal normal meliputi:
Pelayanan kehamilan
Pelayanan persalinan normal dan persalinan dengan tindakan operatif
Pelayanan Nifas
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal normal meliputi :
Asuhan Bayi Baru lahir (Level asuhan dasar neonatal normal)
3. Pelayanan kesehatan dengan resiko tinggi.
Masa Antenatal
Perdarahan pada kehamilan muda/abortus
Nyeri perut pada kehamilan muda dan lanjut
Gerak janin tidak dirasakan
Demam dalam kehamilan dan persalinan
Kehamilan Ektopik ( KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
Perdarahan pada masa kehamian, kehamilan metabolik.
Kehamilan dengan nyeri kepala ,gangguan penglihatan.
Hipertensi,Preeklamsia/Eklamsia
Masa Intranatal
Induksi oksitocin pada hamil lewat waktu,
IUFD
Pelayanan terhadap Syok .
Penanganan Pecah Ketuban.
Penanganan persalinan lama
Persalinan dengan parut uterus
Gawat janin dalam persalinan
Penanganan Malpresentasi dan Malposisi
Penanagnan distocia bahu
Penanganan Prolapsus tali pusat
Kuret pada Blighted Ovum/ kematian medis,Abortus Inkomplit →
Molahidatidosa
Aspirasi Vakum Manual.
Seksio Sesaria
Episiotomi
Placenta Manual
Perbaikan robekan Serviks
Perbaikan robekan vagina dan perineum
Perbaikan robekan dinding uterus
Reposisi Inversio Uteri
Melakukan penjahitan
3
Histerektomi
Ibu sukar bernafas/sesak
Kompresi Bimanual dan Aorta
Ligasi Arteri Uterine
Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Penanganan BBLR
Resusitasi BBL
Anastesia umum dan lokal untuk Seksio Sesaria
Anastesia Spinal,Ketamin
Blok Paraserfikal
Blok Pudendal
5. Pelayanan Gynekologis
Kehamilan Ektopik
Perdarahan Uterus Disfungsi
Perdarahan Menoragia
Kista Ovarium Akut
Radang Pelvik Akut
Abses pelvik
Infeksi Saluran Genitalia
Myoma Uteri
E. LANDASAN HUKUM
4
1. Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEX) 24 jam di Rumah
Sakit.
4. Buku Pedoman Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian
ASI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian
Kesehatan RI tahun 2008.
5. Keputusan Mentri kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit
6. Inpres No 3 Tahun 2010
tentang Percepatan Dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs
2015)
7. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5291).
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. PERHITUNGAN KETENAGAAN
Jumlah bidan 7 orang dan Ka Unit 1 orang
RUMUS PERHITUNGAN
a. Waktu yang dibutuhkan untuk 3x4 =1.71
pertolongan persalinan dari kala I s/d 7
IV = 4 jam/pasien
b. Jam efektif bidan 7 jam/hari
c. Rata rata jumlah pasien /hari= 3
Loss Day : Jumlah minggu+cuti+Hr bsr x 52 +12 +14 = 78 hari x1.71 = 0.47
jumlah bidan 286
Jumlah hari kerja efektif
Jumlah total kebutuhan tenaga per sift dan 1.71+ 0,47 + 0,55+ (4)+(1) = 7.73
Ka Unit Tenaga persift 2 orang + 1 Ka Unit
6
8 orang 8 orang /shift
C. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan Kebidanan dan bayi perlu menyediakan sumber daya manusia
yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan kebidanan ( Obstetri dan Gynekology) dan bayi di Ruang
Bersalin dan bayi , maka dibutuhkan tenaga dokter, bidan,perawat yang
mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
D. Pengaturan Dinas
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi Bidan
untuk melaksanakan tugas pelayanan di Ruang Bersalin dan bayi sehingga semua
7
kegiatan pelayanan kebidanan dan bayi dapat terkoordinir dengan baik.
Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu:
Dinas Pagi Jam 07.30 sampai dengan Jam 14.30.
Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00.
Dinas Malam Jam 21.00 sampai dengan Jam 07.30.
E. SDM
INTERNAL EKSTERNAL
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
T
O
IL
BED PASIEN I E
T
MEJA PERAWAT
BED PASIEN II
BED I INC T
UBA O
TOR IL
BED
E
II
T
BED
III
BED
IV BED BED BED
I II III
9
Inventaris
10
39 Bengkok Plastik Hijau 1 Baik
40 Lampu Penghangat 1 Baik
41 Bengkok Steinles 1 Baik
42 Kupet Sedang 1 Baik
43 Metelin 1 Baik
11
TROLLY EMERGENCY (RUANG VK)
1 Oxytocin 3
2 Methyilergometrin Inj 3
3 Lidocain 3
4 MgSO4 40% 25 ml 2
5 Blood set 2
6 Abbocath 18 2
7 Abbocath 20 2
8 Spuit 3 cc 3
9 Spuit 5 cc 3
10 Spuit 10cc 3
11 Intherma Vacum 2
12 Three Way 2
13 Ringer lactate (RL) 500 ml 2
14 Nacl 0,9% 500ml 2
15 Dextrose 5% 500 ml 2
16 Widahes 500 ml 1
17 Cat Gut 2-0 2
18 Handscoon 7.0 2
19 Handscooon 7,5 2
20 Handscoon 8 2
21 Folley catheter 2
22 Urine Bag 2
23 Underpad 2
24 Kasa Steril 2 pouch
12
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Neo K 3
2 Dexamethason 3
3 Meylon 2
4 Atropin 4
5 Infus set (mikro) 1
6 Abbocath 24 2
7 Abbocath 26 2
8 Spuit 3 cc 3
9 Spuit 5 cc 3
10 Spuit 10cc 3
11 Spuit 1 cc 3
12 Nacl 0,9% 500 ml 1
13 Dextrose 10 % 500 ml 1
14 Dextrose 40% 25 ml 1
15 Maag slang no 3,5 1
16 Maag slang no 5 1
17 Selang oksigen canule bayi 1
18 Selang sungkup bayi 1
19 Selang suction bayi no 6 1
20 Umbilical clem 3
21 Hand scoon 7 2
22 Hand scoon 7,5 2
23 Hand scoon 8 2
24 Kasa gulung 5 cm 3 gulung
25 Kasa steril 2 pouch
26 Aquabidest 2
27 Needle 23 3
13
Setiap peralatan yang ada baik medis dan non medis harus dilakukan
pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi agar peralatan dapat tetap terpelihara
dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
1. Pemeliharaan Peralatan
a. Tujuan :
- Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar
- Agar alat selalu dalam kondisi siap pakai, sehingga usia teknis alat
dapat tercapai.
b. Prosedur dan pelaksanaan :
Dilakukan oleh tehnisi medis RS
c. Pencatatan :
Simpulkan hasil pemeliharaan (alat baik dan alat tidak baik)
2. Perbaikan Peralatan
a. Tujuan
Membantu kelancaran pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit
b. Prosedur
- Peralatan medis yang mengalami gangguan atau kerusakan oleh unit-
unit dilaporkan ke tehnisi medis dengan mengisi buku kerusakan alat
- Tehknisi medis akan melakukan pengecekan terhadap peralatan medis
yang mengalami gangguan atau kerusakan.
- Setelah melalui proses pengecekan peralatan medis yang yang dapat
di perbaiki akan segera dapat dipergunakan.
- Peralatan medis yang mengalami kerusakan berat dan harus
memanggil pihak lain segera dilakukan.
- Apabila peralatan medis tersebut harus diperbaiki di luar Rumah
Sakit maka akan dilakukan pencatatan pada buku Ekspedisi serah
terima barang keluar masuk.
3. Kalibrasi Alat
a. Tujuan
Peralatan medis dalam kondisi baik dan layak pakai sesuai dengan
standar yang berlaku.
b. Prosedur
Proses Kalibrasi peralatan dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh BPFK
(Balai Pemeriksa Fasilitas Kesehatan DepKes RI) di koordinir oleh
Tehnisi medis Rumah Sakit.
14
Masing-masing alat yang sudah dilakukan kalibrasi akan di tempel
stiker kalibrasi dan jadwal kalibrasi alat berikutnya.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
15
- Ruang bersih bebas debu
- Pencahayaan harus terang
- Bebas nyamuk
- Kulkas untuk menyimpan obat
- AC
- Wastafel
3. Persiapan Permukaan kamar bersalin dan bayi (Dinding, Lantai, Plafon)
- Lantai dan dinding menggunakan
16
i. Bidan meretur obat bila tidak terpakai dan mengambil obat oral ke deppo
farmasi, dan menyerahkan perincian obat dan meminta tanda tangan
kepada pasien/keluarga.
j. Bila kondisi pasien belum stabil observasi dilanjutkan sampai pasien
benar-benar stabil.
k. Bila kondisi baik keluarga pasien diminta untuk menyelesaikan
adminitrasi kekasir.
l. Bila pasien sudah menyelesaikan adminitrasinya bidan memberi KIE
tentang cara minum obat, perawatan dirumah, menyerahkan buku control
dan pemeriksaan penunjang bila ada.
m. Bidan memulangkan pasien.
17
l. Jika kondisi pasien stabil pasien dipindahkan keruangan sesuai dengan
prosedur memindahkan pasien keruang rawat inap.
m. Bayi dirawat diruang bayi untuk dilakukan observasi dan pemeriksaan
lebih lanjut.
n. Bila pasien akan dilakukan tindakan seksio maka bidan melakukan
kolaborasi :
- Menghubungi kamar operasi untuk menginformsikan rencana
tindakan.
- Menghubungi dokter anastesi dan dokter Anak untuk konsul
pasien.
o. Menyiapkan pre op pasien
p. Melakukan serah terima pasien dengan menggunakan ceklist pre op
pasien.
q. Memindahkan pasien kebrankard ok.
BAB V
LOGISTIK
18
1. Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis
Prosedur penyediaan obat habis pakai bahan medis adalah prosedur penyediaan
obat habis pakai adalah permintaan obat yang pemakaiannya tidak mendapat
ganti dari instalasi farmasi. Permintaan tersebut dilakukan setiap hari senin,rabu
dan jumat.
Prosedur :
Setiap unit atas jumlah stok minimum barang atau kebutuhan tertentu
membuat permintaan barang kepada bagian farmasi untuk barang
persediaan atau barang habis pakai dengan menggunakan Formulir
Permintaan Barang yang telah di cek dan disetujui oleh kepala unitnya
masing- masing.
Apabila ada permintaan barang inventaris dan barang desain khusus yang
diperlukan oleh masing-masing unit, unit harus mengisi Formulir
Permintaan Barang
Sesuai SPO Permintaan barang dari unit
Untuk BHP harian dimprah 2 munggu sekali, permint di input di IT dan
melakukan konfirmasi ke gudang farmasi atau logistik untuk nomor
pengamprahan.
Bidan Kamar Bersalin mengecek barang yang diminta, kemudian
tandatangan dibuku permintaan pada kolom pengambilan dan petugas
instalasi farmasi tanda tangan di kolom penyerahan.
Setiap pemakaian akan di input di sistem IT mutasi barang untuk
pengurangan jumlah stok di unit.
Prosedur :
Bila ada pasien yang akan melakukan tindakan maka bidan akan
mengamprah obat difarmasi / deppo obat
19
Resep diserahkan kepada Instalasi Farmasi
Bidan meminta obat atau alat kesehatan sesuai dengan resep yang
diserahkan ke Instalasi Farmasi
Bidan mengecek obat atau alat kesehatan yang diterima, jika sudah benar
petugas Instalasi Farmasi dan bidan menandatangani buku kopi resep.
Obat atau alat kesehatan yang baru diterima dimasukkan ke tempatnya
3. Prosedur penyediaaan bahan habis pakai non medis
Prosedur penyediaaan bahan habis pakai non medis adalah permintaan bahan
habis pakai yang bukan medis ke instalasi logistik.
Prosedur :
20
Dari hasil pengecekan rutin, diketahui ada peralatan yang tidak dapat
digunakan lagi atau tidak dapat diperbaiki lagi. Kemudian direncanakan
dalam anggaran rutin atau pengajuan penggantian baru
Pembelian peralatan baru sepengetahuan Ka unit kamar bersalin dan ruang
bayi dan Ass Supervisor rawat umum dan rawat khusus dengan
mengajukan permintaan penggantian peralatan ke Logistik khusus.
Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap tahun
tim pengadaan barang rumah sakit, disertai dengan perkiraan harga.
Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
Bila sudah terealisasi, Kepala unit kamar bersalin dan bayi menerima alat
dan menandatangani buku penerimaan barang serta berita acara penerimaan
barang dari tim penerima barang serta menuliskan pada buku inventaris
unit kamar bersalin.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
21
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
22
D. Standar Patient Safety
Dalam melaksanakan keselamatan pasien ( Patient Safety) untuk pelayanan
maternal dan perinatal,Standar keselamatan pasien harus diterapkan.
Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
Pasien/keluarga pasien mempunyai hak mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Edukasi kepada keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggungjawab
keluarga dalam asuhan perawatan/asuhan kebidanan. Untuk keluarga pasien
diajarkan cara mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial seperti
mencuci tangan.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga ( dokter,bidan/perawat,gizi,dll) dan antar unit pelayanan terkait.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit harus terus memperbaiki pelayanan, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,menganalisa secara intensif
KTD dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja dan keselamatan
pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program patient safety
melalui tujuh standar patient safety.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
Rumah sakit menyelenggarakan pendididkan dan pelatihan yang
berkelanjutan sesuai standar profesi,standar pelayanan rumah sakit dan
standar prosedur opersional untuk meningkatkan kompetenistaf dalam
pelayanan maternal dan perinatal.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien selama
melaksanakan pelayanan dapat mencegah kemungkinan terjadinya KTD.
23
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas)
dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
24
Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit oleh sebab apa pun.
E. PROGRAM PENGAMANAN
1. Program Pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua peralatan
untuk pertolongan maternal dan perinatal antar lain : alat-alat listrik, gas
medis (O2), AC, saluran udara (Ventilasi), peralatan anastesi, alat-alat gawat
darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengamanan listrik paling sedikit
diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catatan daerah-daerah yang diperiksa,
prosedur yang diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan baik. Alat-alat ini
harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan oleh
ahli tehnik atau konsultan dari rumah sakit.
2. Program Pengamanan Infeksi Nosokomial
3. Harus ada system yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi
Nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian integral dari pengendalian
infeksi ( Dalin) di Rumah Sakit Umum Karya Dharma Husada.
F. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien.
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
25
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak
sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini diunit kamar bersalin dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
26
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
instalasi perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
27
c. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai dalam Proses Penyelenggaraan
Pelayanan di Unit Kamar Bersalin dan bayi
1. Pengendalian teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan
b. Ruangan cukup luas, denah sesuai alur kerja, dibuat dari bahan atau
konstruksi yang memenuhi syarat
c. Tersedia tempat untuk penyimpanan alat kesehatan, linen dan alat-alat
kebersihan
d. Ruang untuk membersihkan instrumen bekas alat partus, kuret,
pembersihan alat-alat kesehatan lain yang perlu dilakukan pembersihan.
e. Tersedia ruang tunggu keluarga pasien dikamar bersalin
f. Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penaggung jawab dan
terciptanya lingkungan kerja yang baik oleh pegawai
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai kemampuan pegawai
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai jam kerja yang ditetapkan,
dan pegawai diberi istirahat setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan sering
terjadi setelah pegawai bekerja lebih dari 3 jam
5. Pemeliharaan peralatan dilakukan secara kontinyu, agar peralatan tetap dalam
kondisi layak pakai
6. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
7. Adanya alat pelindung, pertolongan pertama, ada petunjuk penggunaan alat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
28
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka
saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang akan
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu Pelayanan Maternal dan
Neonatal RSU Karya Dharma Husada mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RSU
Karya Dharma Husada yaitu:
29
dideseminasikan setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh unit penjamin mutu
AREA Kamar Bersalin
PENANGGUNG Kepala Unit Kamar Bersalin dan Ruang Bayi
JAWAB
30
dideseminasikan setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh unit penjamin mutu
AREA Kamar Bersalin
PENANGGUNG Kepala Unit Kamar Bersalin dan Ruang Bayi
JAWAB
31
JUDUL Semua bayi yang lahir spontan dan SC lahir tidak asfiksia
INDIKATOR
DIMENSI MUTU
TUJUAN Terwujudnya pelayanan yang cepat ,responsive dan mampu menyelamatkan
bayi dengan asfiksia.
DEFINISI Angka yang menunjukkan banyaknya bayi lahir karena asfiksia yang dapat
OPERASIONAL terjadi dalam persalinan.
ALASAN Keterlambatan pertolongan bayi asfiksia dapat berakibat memperburuk
/IMPLIKASI prognosis.
/RASIONALISASI
FORMULA Jumlah bayi yang lahir meninggal dengan asfiksia dalam satu bulan ÷ jumlah
bayi yang lahir dengan asfiksia x 100% = … %
NUMERATOR Jumlah bayi yang lahir meninggal dalam satu bulan
DENOMINATOR Jumlah bayi yang lahir dengan asfiksia
TARGET 0,5 %
SAMPLING Pengumpulan data dilakukan dalam satu bulan dibuku register bayi dalam satu
bulan
KRITERIA Semua bayi yang mengalami asfiksia saat persalinan
INKLUSI
KRITERIA Asfiksia yang terjadi setelah 5 menit pertama bayi lahir
EKSKLUSI
PENCATATAN Pencatatan dilakukan setiap bulan dibuku register Bayi.
ANALISA DAN Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh kepala Kamar Bersalin
PELAPORAN sebagai informasi awal untuk unitnya, kemudian setiap bulannya data akan
dilaporkan kepada UPM dan direksi. Secara umum data akan dievaluasi serta
dideseminasikan setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh unit penjamin mutu
AREA Kamar Bersalin dan Ruang OK
PENANGGUNG Kepala Unit Kamar Bersalin dan Ruang Bayi
JAWAB
32
Kegiatan pokok yang dilakukan diperlukan pengendalian kualitas pelayanan yang
pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan.
Kegiatan pengendalian mutu dalam lingkup pelayanan perinatal risiko tinggi ini
adalah mengevaluasi dengan melakukan pencatatan setiap bulan terhadap indikator
mutu tersebut dan dilakukan penilaian berdasarkan standar dan dievaluasi pada setiap
akhir tahun.
33
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di : Singaraja
Pada Tanggal :
Rumah Sakit Umum Karya Dharma Husada
34