Otitis Media Supuratif Kronik Dengan Fistula Retroaurikular
Otitis Media Supuratif Kronik Dengan Fistula Retroaurikular
Otitis Media Supuratif Kronik Dengan Fistula Retroaurikular
Laporan Kasus
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Program Profesi Dokter Pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Oleh:
Pembimbing:
dr. Azwar Ridwan, Sp.MK, Sp.THT-KL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas Laporan
Kasus yang berjudul”Otitis Media Supuratif Kronik dengan Fistula
Retroaurikular”. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepanitraan Klinik Senior pada bagian /SMF Ilmu Kesehatan THT Fakultas
Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Banda Aceh. Penulis menyadari bahwa
penyusunan tugas Laporan Kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada dr. Azwar
Ridwan,Sp.MK, Sp.THT-KLyang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas Laporan Kasus ini.
Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan tugas
Laporan Kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan.Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak khususnya di bidang
kedokteran serta dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pihak yang
membutuhkan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga
tengah berbentuk kubus dengan:4
1. Batas luar : membran timpani
2. Batas depan : tuba Eustachius
3. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
4. Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
5. Batas atas : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window)
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani ke perilympha
telinga dalam. Cavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu
panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan,
ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang
dengan antrum mastoideum.5
Membran timpani atau gendang telinga adalah membran fibrosa tipis yang
berwarna kelabu mutiara, berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1 cm.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani terletak miring,
menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaannya cekung ke arah lateral,
pada bagian dasar cekungannya terdapat lekukan kecil yang disebut umbo. Pada
bagian pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur dalam tulang. Alur itu adalah
saculus tympanicus, bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura
berjalan dua plica, plica malearis anterior dan posterior.4,6
Bagian atas membran timpani disebut pars flaksida (membran Shrapnell),
sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran propia). Pars flaksida
memiliki dua lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia seperti epitel mukosa
6
saluran napas. Pars tensa memiliki satu lapis lagi di bagian tengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Membran timpani sangat peka
terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n. auriculotemporalis dan
ramus, n. auricularis dan n. vagus. 4,6
2.3. Definisi
Otitis media merupakan peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media
terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif. Masing-masing mempunyai
bentuk akut dan kronis. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul selama lebih dari dua bulan.
Sekret dapat encer, kental, bening, atau berupa nanah.7
2.4. Epidemiologi
Otitis media lebih sering timbul di musim dingin daripada musim semi. Di
beberapa penelitian disebutkan penyakit ini banyak diderita laki-laki, sementara
diantara anak-anak Amerika kulit putih dan kulit hitam tidak ada perbedaan.
Insidens tertinggi otitis media akut (OMA) pada kelompok umur 6-11 bulan dan
75% anak mengalami episode ini dalam umur 12 bulan. Anak-anak yang
menderita pertama sekali episode OMA kurang dari umur 12 bulan secara
signifikan akan lebih mudah mendapatkan OMA rekuren.2
Data epidemiologi OMSK bervariasi, prevalensi tertinggi didapatkan pada
anak-anak Eskimo, Indian Amerika, dan Aborigin Australia (7-46%). Negara
industri seperti Amerika Serikat dan Inggris prevalensinya kurang 1%.2
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien
OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah
sakit di Indonesia. Tahun 2008 kunjungan baru penderita OMSK sebanyak 208
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan hampir sama.
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi oleh
kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi
yang jelek. Prevalensi OMSK setiap negara dikategorikan oleh WHO regional
classification.8
Berdasarkan studi epidemiologi, prevalensi OMSK tertinggi terjadi di
negara-negara seperti India, Solomon Islands, Australia, Tanzania, Guam, dan
8
pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis
antara2,1-5,2 %.2,3
2.5 Etiologi
Faktor risiko untuk terjadinya OMSK masih belum jelas pada literatur yang
tersedia. Berdasarkan beberapa penelitian, OMA berulang mungkin menjadi
predisposisi untuk terjadinya OMSK.OMSK biasanya menghasilkan ringan
sampai sedang gangguan pendengaran konduktif.Secara teori dengan koklea utuh,
gangguan pendengaran yang dihasilkan adalah sekitar 30 dB tetapi dapat
mencapai maksimal 60 dB. Tingkat yang lebih tinggi gangguan pendengaran
dapat terjadi jika proses infeksi melibatkan koklea atau saraf (labyrinthitis akut,
meningitis, dll) atau jika pasien juga terkena obat berpotensi ototoxic.9
Otitis media akut yang menetap atau tidak sembuh sempurna dapat
menyebabkan komplikasi otitis media supuratif kronik. Faktor predisposisi
kronisitas otitis media diduga karena disfungsi tuba Eustachius kronik, infeksi
fokal seperti sinusitis kronik, adenoiditis kronik dan tonsilitis kronik yang
menyebabkan infeksi kronik atau berulang saluran napas atas dan selanjutnya
mengakibatkan udem serta obstruksi tuba. Beberapa kelainan seperti hipertrofi
adenoid, celah palatum mengganggu fungsi tuba.3,8
Gangguan kronik fungsi tuba Eustachius menyebabkan proses infeksi di
telinga tengah menjadi kronik. Perforasi membran timpani yang menetap
menyebabkan mukosa telinga tengah selalu berhubungan dengan udara luar.
Bakteri yang berasal dari kanalis auditorius eksterna atau dari luar lebih leluasa
masuk ke dalam telinga tengah menyebabkan infeksi kronik mukosa telinga
tengah. Pseudomonas aeruginusa dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri
yang tersering diisolasi pada OMSK. Ketidaktepatan atau terapi yang tidak
adekuat menyebabkan kronisitas infeksi. Selain itu, alergi merupakan salah satu
faktor konstitusi yang dapat menyebabkan kronisitas.3
2.6 Patofisiologi
OMSK dimulai oleh sebuah episode dari infeksi akut. Patofisiologi OMSK
dimulai dengan iritasi dan peradangan di mukosa telinga tengah. Telinga tengah
biasanya dalam keadaan steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
10
2.7 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
a. Tipe tubotimpani (tipe jinak/ tipe aman/ tipe rinogen)
Pada OMSK tipe tubotimpani, proses peradangan hanya terbatas pada
mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang serta tidak terdapat
kolesteatoma. Tipe ini jugaditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa sehingga di seluruh tepi perforasi masih terdapat membran timpani
dan jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Faktor lain yang
mempengaruhi keadaan pada tipe ini terutama patensi tuba eustakhius,
infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu campuran
bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi
sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam perkembangan tipe ini.
Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel,
11
metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar
yang jelek.2,10
b. Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)
Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang
berisi tumpukan keratin sampai menghasilkan kolesteatoma. Perforasi pada
OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik. Pada perforasi letak atik
terjadi pada pars flaksida membran timpani. Pada perforasi membran
timpani letak marginalsebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
annulus atau sulkus timpanikum. Tipe ini disebut juga penyakit atikoantral
karena dinding tulang dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel
mastoid dapat terlibat dalam proses inflamasi.2,10
Kolesteatom merupakan suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,
berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik.
Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling
sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal
sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin
yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6,
tumornecrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat
menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat
hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini
dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis
terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh reaksi
asam oleh pembusukan bakteri.7
2.8Gejala Klinis
Gejala Klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK adalah
sebagai berikut :
1. Otorrhoe (Telinga Berair)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK
stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas
12
unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya
lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberkulosis.2,10
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK
tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.2,10
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang
akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.2,10
2.9 Diagnosis
Penegakkan diagnosis OMSK dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:7
1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang
13
pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous),
tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya
lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi
atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya
penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. Berikut merupakan tabel
perbedaan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan otoskopi pada OMSK tipe
aman dan tipe bahaya:
Tabel 1. Perbedaan OMSK Tipe Aman dan Tipe Bahaya
OMSK Tipe Aman OMSK Tipe Bahaya
Pemeriksaan otoskopi didapatkan: - Terdapat kolesteatoma
- Perforasi membran timpani - Perforasi membran timpani atik,
berupa perforasi sentral, atau marginal atau total
subtotal tanpa adanya - Liang telinga bisa lapang atau
kolesteatoma. sempit
- Dapat disertai atau tanpa sekret - Terjadi shagging akibat destruksi
- Bila terdapat sekret dapat liang telinga posterior
berupa: - Sekret mukopurulent/purulrnt yang
Warna: jernih, mukopurulen berba
atau bercampur darah - Dapat disertai jaringan granulasi
Jumlah: sedikit (tidak di telinga tengah
mengalir keluar liang - Bila terdapat komplikasi dapat
telinga) atau banyak ditemukan abses retroaurikular,fistel
(mengalir atau menempel retroaurikular, paresis fasisalis
pada bantal saat tidur) perifer, atau ditemukan tanda tanda
Bau: tidak berbau atau peningkatan tekanan intrakranial
berbau (karna adanya
kuman anaerob)
3. Pemeriksaan Audiologi
14
5. Pemeriksaan Bakteriologi
Walaupun perkembangan OMSK merupakan kelanjutan dari mulainya
infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan
bakteeri yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering
dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureus,
dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah
Streptococcus pneumonie dan H. influenza.
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
paranasal, adenoid, atau faring. Penyebab yang paling sering adalah
pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, OMSK dalam keadaan
ini sedikit berbeda karena adanya perforasi membran timpani yang mengakibatkan
infeksi yang terjadi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi
tersebut.
2.10 Penatalaksanaan
15
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan operasi timpanoplasti yang paling ringan, dikenal
juga dengan timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan di membran
timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah
pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan
pada OMSK tipe aman fase tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan
oleh perforasi membran timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenagkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus
dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.. Sebelum rekonstruksi
dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada
kasus OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.Tujuan operasi ini
ialah untuk menyembuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior
liang telinga). Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di membran
timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combine approach) yaitu melalui liang
telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timppanotomi posterior.
21
2.11.Komplikasi
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati
3 macam lintasan :2,8
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal,
bagiantulang yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan
masuknya infeksi.
2. Menembus selaput otak.
Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan meningitis. Dura sangat
resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih
melekat ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan
ruang subdura yang berdekatan.
3. Masuk ke jaringan otak.
Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan
permukaan korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke
jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi
ke ruang Virchow Robin yang berakhir di daerah vaskular subkortek.
Pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik
dengan tidak berhentinya otore dan pada pemeriksaan otoskopik tidak
menunjukkan berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka
harus diwaspadai kemungkinan adanya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya
suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda-tanda toksisitas seperti malaise,
perasaan mengantuk, somnolen atau gelisah yang menetap dapat merupakan
tanda bahaya.Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan
adanya keluhan mual, muntah proyektil serta kenaikan suhu badan yang
menetap selama terapi diberikan merupakan tanda kenaikan tekanan
intrakranial.
Komplikasi OMSK antara lain:11
a. Komplikasi di telinga tengah
Akibat infeksi telingan tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada
membran timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran
terputus, akan menyebabkan tuli konduktif yang berat.
24
Grade Karakteristik
I. Normal Fungsi fasial normal pada semua area
II. Disfungsi ringan Gross:
- Kelemahan ringan yang hanya
tampak dengan inspeksi yang teliti
- Mungkin disertai sinkinesis ringan
- Saat istirahat, normal simetris
Motion:
- Dahi: fungsi sedang-baik
- Mata: dapat menutup sempurna
dengan usaha minimal
- Mulut: asimetris ringan
III. Disfungsi Sedang Gross:
- Terdapat perbedaan yang nyata pada
kedua sisi tapi belum menyebabkan
perubahan bentuk wajah.
- Terdapat sinkinesis,kontraktur, dan
spasme hemifasia yang terlihat tapi
tidak parah.
- Saat istirahat, simtetris normal.
Motion:
- Dahi: gerakan ringan-sedang
- Mata: dapat menutup sempurna
dengan usaha
- Mulut : tampak agak lemah dengahn
usaha maksimum
2.12 Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan
kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran
bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh
gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun
hasilnya tidak sempurna.12
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien
karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.2,12
Tympanoplasty memberikan kesembuhan pada sebagian besar pasien
OMSK, telinga kering.Pada pasien dengan kolesteatoma, prosedur yang bertahap
mungkin bermanfaat untuk memastikan pemberantasankolesteatoma secara
lengkap.Rantai tulang pendengaran dapat direkonstruksi dengan jaringan
autologus (tulang rawan, tulang) atau dengan implan prostetik pada operasi kedua.
Pasien-pasien ini memerlukan pengawasan rutinkarenakekambuhan dari proses
penyakit asli adalah tidak jarang.9
Hasil umum dan yang paling diinginkan untuk pasien yang telah menjalani
timpanomastoidektomi adalah telinga yang sehat, kering dan tanpa
31
discharge.Perawatan lanjutan jangka panjang dari pasien ini sangat penting untuk
mendeteksi kekambuhan kolesteatoma pada onset awal. Dalam kasus tersebut,
prosedur lain mungkin diperlukan. Kemungkinan terjaganya pendengaran
tergantung pada sejauh mana penyakit dan keterlibatan ossicles, yang bervariasi
secara luas.9
32
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Keluar cairan dari telinga kiri
Keluhan Tambahan:
Nyeri pada telinga kiri, berdengung pada telinga kiri, dan luka di belakang
telinga kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan kental dari telinga kiri sejak 3
bulan yang lalu, awalnya pasien mengeluhkan keluar cairan dari telinga kiri,
kadang-kadang disertai demam, nyeri dan berdengung pada telinga. Pasien
berobat teratur ke RS Bireun dikatakan ada lubang pada gendang telinga pasien,
dokter telah memberikan obat tetes telinga namun keluhan ini hilang timbul
sampai sekarang. Selain itu pasien juga mengalami luka di belakang telinga, sejak
3 bulan yang lalu, pertama berupa benjolan dan bewarna merah sampai terjadi
luka, sudah pernah dioperasi 14 hari yang lalu di RS Bireun namun belum
sembuh. Saat ini pasien sulit mendengar terutama pada telinga kiri. Saat ini idak
ada keluhan demam, batuk dan pilek.
33
Tanda Vital
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Temperature : 36.7 C
Kepala
Mata : Palpebra Tidak bengkak, bisa membuka dan menutup kelopak
mata, Conjungtiva pucat (-), ikterik (-), Kornea Jernih
Pupil : Isokor 3mm/3mm
RCL : (+/+)
RCTL : (+/+)
Telinga : Normotia, serumen (+)
Hidung : Septum simetri, sekret (-) dextra, sekret (-) sinistra
Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-) tampak perdarahan dari mulut (-),
sianosis (-)
34
Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak adanya benjolan, tidak ada jaringan parut
Palpasi : Massa (-) pembesaran KGB (-)
Thoraks Anterior
Inspeksi : Statis : simetris
Dinamis : Simetris
- Pernafasan abdomino thorakal
- Retraksi suprasternal (-)
- Retraksi intracostal (-)
Palpasi : sf kanan = sf kiri, nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)
Perkusi : sonor, batas jantung meluas
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Thoraks Posterior
Inspeksi : Statis : simetris, jejas (-)
: Dinamis : simetris
Palpasi : sf kanan = sf kiri, nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)
Perkusi : sonor, batas jantung meluas
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V, linea midcalivularis kanan .
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (+), bising (-), gallop (-), murmur (-),
Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-), vena kolateral (-), scar (-)
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Palpasi : organomegali (-), nyeri tekan (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
35
Ekstremitas
Ekstremitas Superior : sianosis (-), tofus (-) edema ekstremitas inferior dan pitting
edema (-/-)
Ekstremitas Inferior : sianosis (-), tofus (-), edema ekstremitas inferior dan pitting
edema (-/-)
Membran timpani
Warna Putih Tidak ada
Reflek cahaya Ada Tidak ada
Bulging Tidak ada Tidak ada
Utuh Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah perforasi Tidak ada Ada
Jenis Tidak ada Totalis
Perforasi Kwadran Tidak ada Semua Kuadran
Pinggir Tidak ada Irreguler
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak ada Tidak ada
37
Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Vibrise Ada Ada
Vestibulum
Radang Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit Tidak ada Tidak ada
Cavum nasi
Lapang Ada Ada
Lokasi Tidak ada Ada
Jenis Tidak ada Krusta Kuning
Kehijauan
Sekret
Jumlah Tidak ada Minimal
Bau Tidak ada Tidak ada
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Pucat
Konka inferior
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konka media
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan Licin
Warna Merah muda
Spina Tidak ada
Septum Krista Tidak ada
Abses Tidak ada
38
Ht 38 37-47 %
MCV 84 80-100 fl
MCH 27 27-31 pg
MCHC 32 32-36 %
Ur 18 13-43 mg/dl
Foto Thorak
Kesimpulan : Cor dan pulmonal tak tampak kelainan
3.6 Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 gtt/I Mikro
3.7 Planning
- Timpanomastoidektomi Aurikular Sinistra
43
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
A/ Post Timpanomastoidektomi
Aurikular Sinistra ec OMSK AS
tipe bahaya + Fistel
Retroaurikular AS
P/ Perawatan Post
Timpanomastoidektomi
Aurikular Sinistra ec OMSK AS
tipe bahaya + Fistel
Retroaurikular AS
KU : Sedang
N : 96 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,5 oC
Status lokalis ar oris sinistra
Telinga tertutup perban
Darah mengalir (+) di MAE
Luka di post aurikular terlihat
kering
A/ Post Timpanomastoidektomi
Aurikular Sinistra ec OMSK AS
tipe bahaya + Fistel
Retroaurikular AS
P/ Perawatan Post
Timpanomastoidektomi
Aurikular Sinistra ec OMSK AS
tipe bahaya + Fistel
Retroaurikular AS
O/
Kesadaran : GCS E4M6V5 =15
KU : Sedang
N : 96 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,5 oC
Status lokalis ar oris sinistra
Telinga tertutup perban
DarDarah mengalir (+) di MAE
Luka di post aurikular terlihat
kering
A/ Post Timpanomastoidektomi
Aurikular Sinistra ec OMSK AS
tipe bahaya + Fistel
47
Retroaurikular AS
P/
- Perawatan Post
Timpanomastoidektomi
Aurikular Sinistra ec
OMSK AS tipe bahaya +
Fistel Retroaurikular AS
- PBJ
- Kontrol Poli THT
RSUDZA
48
BAB IV
ANALISIS KASUS
Otitis media lebih sering timbul di musim dingin daripada musim semi. Di
beberapa penelitian disebutkan penyakit ini banyak diderita laki-laki, sementara
diantara anak-anak Amerika kulit putih dan kulit hitam tidak ada perbedaan.
Insidens tertinggi OMSK pada kelompok umur 6-11 bulan dan 75% anak
mengalami episode ini dalam umur 12 bulan. Anak-anak yang menderita pertama
sekali episode OMA kurang dari umur 12 bulan secara signifikan akan lebih
mudah mendapatkan OMA rekuren.
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan kental dari telinga kiri sejak 3
bulan yang lalu. Cairan putih hingga kuning dan berbau. Keluhan kadang-kadang
disertai demam, nyeri dan berdengung pada telinga.
dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul selama lebih dari dua bulan.
Sekret dapat encer, kental, bening, atau berupa nanah.7
hilang timbul sampai sekarang. Selain itu pasien juga mengalami luka di belakang
telinga, sejak 3 bulan yang lalu, pertama berupa benjolan dan bewarna merah
sampai terjadi luka, sudah pernah dioperasi 14 hari yang lalu di RS Bireuen
namun belum sembuh. Saat ini pasien sulit mendengar terutama pada telinga kiri.
Tidak ada keluhan batuk dan pilek.
Perjalanan penyakit pasien ini bermula dari otitis media akut yang ditandai
dengan keluarnya sekret dan adanya perforasi pada membran timpani,
perkembangan OMA menjadi OMSK disebabkan oleh faktor rinogen
(rinitis,sinusitis), eksogen (kebersihan yang buruk) dan endogen (malnutrisi,
alergi, DM) dan salah satu faktor pada pasien ini adalah DM.3
Anak-anak yang tinggal di dalam rumah yang penuh sesak, perawatan
sakit yang minim, terpapar dengan anak lain yang terinfeksi, atau terpapar dengan
asap, dipercaya meningkatkan insidensi OMSK.3
Pada otitis kronis aktif, tuba Eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.
Di Surabaya diperoleh 11 penderita dengan 16 telinga yang mengalami OMSK
(11 tipe tubotimpanal dan 5 tipe atikoantral), sebanyak 16 gambaran endoskopi
muara tuba Eustachius faringeal terdapat kelainan. Mukosa udem 9 kasus
(56,25%), mukosa hiperemis 4 kasus (25%), terdapat sekret seromukus 12 kasus
(75%).3
didapatkan 70% OMSK dengan onset otitis media sebelumnya pada usia yang
lebih dini.2
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah baik aerob
ataupun anaerob menunjukkan organisme yang multipel. Organisme yang
terutama dijumpai adalah gram negatif, bowel-type flora dan beberapa organisme
lainnya. Penelitian di Medan didapatkan jenis kuman aerob terbanyak adalah S.
aureus(36,1%), diikuti E. coli (27,7%), Proteus sp (19,4%), S. albus (5,6%), S.
viridan (5,6%), Klebsiella sp (2,8%) dan P. aeroginosa (2,8%).3
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Pada suatu penelitian di Medan diperiksa 54 objek
dan didapatkan reaksi alergi pada penderita OMSK tubotimpanal lebih besar
dibandingkan dengan reaksi alergi pada penderita non OMSK yaitu sebesar 741%
pada kelompok penderita OMSK tipe tubotimpanal dan 407% pada kelompok non
OMSK.2
Didapatkan dari 189 anak dengan OMSK sebanyak 28% menderita alergi.
Kemudian dilakukan tes kulit kepada 20 pasien dengan OMSK, sebanyak 80% tes
kulit positif terhadap satu atau lebih jenis alergen.2
OMSK dimulai oleh sebuah episode dari infeksi akut. Patofisiologi OMSK
dimulai dengan iritasi dan peradangan di mukosa telinga tengah. Telinga tengah
biasanya dalam keadaan steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan
pada tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama otits media. Akibatnya,
fungsi tuba Eustachius terganggu dan pencegahan invasi kuman ke dalam telinga
tengah juga terganggu sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan
menyebabkan peradangan. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani
menjadi otitis media supuratif kronik apabila prosesnya lebih dari 2 bulan.7
Respon peradangan yang muncul adalah edema mukosa. Jika proses ini
tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulserasi mukosa dan
apabila terbentuk pus dapat terperangkap di dalam kantong mukosa telinga
tengah. Mekanisme pertahanan tubuh dalam menghentikan infeksi dapat
menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat
berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Proses inflamasi, ulserasi,
infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi yang terus berlanjut dapat merusak
jaringan di sekitarnya hingga terbentuknya saluran dari telinga tengah ke selulae
mastoid.2
54
direndahkan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologis
dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.(8)
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi.7
Prinsip penatalaksanaan OMSK dapat dibagi atas penatalaksanaan
medis dan bedah. Penatalaksanaan medis adalah aural toilet, yaitu pembersihan
telinga dari sekret, dan terapi antimikroba topikal, yaitu pemberian tetes telinga
antibiotik topical.2
Penatalaksanaan bedah dari OMSK adalah operasi mastoidektomi, yang
terdiri dari mastoidektomi sederhana yang bertujuan untuk mengevakuasi
penyakit yang hanya terbatas pada rongga mastoid, dan mastoidektomi radikal
yang bertujuan untuk mengeradikasi seluruh penyakit di mastoid dan telinga
tengah, di mana rongga mastoid, telinga tengah, dan liang telinga luar
digabungkan menjadi satu ruangan sehingga drainase mudah. Untuk kasus-kasus
yang akan dilakukan perbaikan fungsi pendengaran dilakukan timpanoplasti.2
56
BAB V
KESIMPULAN
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien
karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.2,12
Hasil umum dan yang paling diinginkan untuk pasien yang telah menjalani
timpanomastoidektomi adalah telinga yang sehat, kering dan tanpa discharge.
Perawatan lanjutan jangka panjang dari pasien ini sangat penting untuk
mendeteksi kekambuhan kolesteatoma pada onset awal. Dalam kasus tersebut,
prosedur lain mungkin diperlukan. Kemungkinan terjaganya pendengaran
tergantung pada sejauh mana penyakit dan keterlibatan ossicles, yang bervariasi
secara luas.9
58
DAFTAR PUSTAKA