Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas Tukar Kation
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi
indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity
(CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen
kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) menunj ukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan dan
mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya.
Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu.
Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. KTK tanah
juga mempengaruhi kapan dan berapa banyak pupuk nitrogen dan kalium harus ditambahkan ke
dalam tanah Pada KTK tanah yang rendah, misalnya kurang dari 5 cmol(+)/kg, pencucian beberapa
kation dapat terjadi. Penambahan ammonium dan kalium pada tanah ini akan menyebabkan
sebagian ammonium dan kalium itu mengalami pencucian di bawah zona akar, khususnya pada
tanah pasiran dengan KTK tanah bawah (subsoil) yang rendah. Pada KTK tanah yang lebih tinggi,
misalnya lebih besar dari 10 cmol(+)/kg, hanya sedikit pencucian kation akan terjadi. Oleh karena
itu, penambahan nitrogen dan kalium pada tanah ini memungkinkan untuk dilaksanakan. Menurut
Mengel (1993) kation tanah yang paling umum adalah: kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), kalium
(K+), ammonium (NH4+), hydrogen (H+) dan sodium (Na+). Sedangkan anion tanah yang umum
meliputi: khlorin (Cl-), nitrat (NO3-), sulfat (S04=) dan fosfat (PO43-).
Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
b. Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
Sedangkan Menurut Hakim,et al. (1986) besar KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah
yang antara lain: reaksi tanah atau pH; tekstur tanah atau jumlah liat; jenis mineral liat; bahan
organik; pengapuran dan pemupukan. Pada pH tanah yang rendah, KTK tanah akan relatif
rendah, karena misel liat dan bahan organik banyak menjerap ion-ion H+ atau Al3+. Kation-
kation yang terjerap dalam tanah akan dapat dilepaskan dari tanah dan ditukar tempatnya oleh
ion-ion H+ yang dilepaskan oleh akar tanaman. Kation-kation yang berupa unsur hara itu
kemudian larut dalam air tanah dan diisap oleh tanaman.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah
humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
Nilai KTK tanah (me/100g) dikelompokkan dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk nilai KTK (me/100 g) < 5,
(2) rendah untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 5 s/d 16,
(3) sedang untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 17 s/d 24,
(4) tinggi untuk nilai KTK (me/100 g) berkisar antara 25 s/d 40, dan
(5) sangat tinggi untuk nilai KTK (me/100g) > 40.
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. dan jaga kondisi tanah agar tidak kering.
Ketika larutan amoniun tersisa sedikit, tambahkan sekitar 50 mL alkohol 99 % untuk mencuci
sisa amonium yang masih tersisa di larutan tanah. Hilangkan amonium yang ada pada kompleks
pertukaran dengan menambahkan 50 mL KCl 0,1 N. Tampung dan tepatkan larutan dengan labu
ukur 50 mL. Pipet 20 mL larutan untuk didestilasi dengan penangkap asam boraks. Hasil
destilasi kemudian dititrasi dengan HCl standar 0,1 N dan ternyata memerlukan 2,5 mL. KTK
tanah dapat dihitung sebagai berikut :