Industri Biodiesel Dengan Bahan Baku Cpo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

INDUSTRI BIODIESEL DENGAN BAHAN BAKU CPO

I. Informasi Awal
1.1 CPO (Crude Palm Oil)
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari kulit kelapa sawit dinamakan minyak
sawit mentah (Crude Palm Oil). CPO mengandung sekitar 500-700 ppm karoten dan
merupakan bahan pangan terbesar (Amang et al., 1996). Menurut Ketaren (2009), CPO
adalah minyak kelapa sawit mentah yang berwarna kemerah-merahan yang diperoleh
dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit. CPO (Crude
Palm Oil) banyak diaplikasikan tidak hanya sebagai minyak goreng, tetapi juga bisa
sebagai sabun, margarine, shorterning, dan vegetable ghee serta industri oleokimia,
antara lain berupa fatty alcohol, fatty acids dan gliserin.
Secara alami minyak sawit berwarna kemerahan karena kandungan karotena yang
tinggi, termasuk alfa-karotena, beta-karotena, dan likopen, nutrisi yang sama yang
memberikan warna merah pada tomat, wortel, dan buah dan sayur lainnya. Minyak
sawit murni mengandung setidaknya 10 jenis karotena, bersama dengan tokoferol dan
tokotrienol (anggota famili Vitamin E), fitosterol, dan gikolipid.
Komposisi CPO (Crude Palm Oil) dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 1. Komposisi CPO (Crude Palm Oil)
Asam Lemak Rumus Kimia CPO (%)
Asam CH3(CH2)6CO2HCH3(CH2)8CO2H –
KaprilatAsam CH3(CH2)10CO2H
Kaproat CH3(CH2)12CO2H -
CH3(CH2)14CO2H 1,1 – 2,5
Asam Laurat CH3(CH2)16CO2H
Asam Miristat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H 40 – 46
CH3(CH2)4=CHCH2CH=CH(CH2)7O2H
Asam Palmitat 3,6 – 3,7

Asam Stearat 39 – 45

Asam Oleat 7,0 – 11

Asam Linoleat

1.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--
alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak
sayur atau lemak hewan (Soerawidjaja,2005; National Biodiesel Board – NBB, 2003).
Biodiesel memiliki sifat seperti minyak diesel atau solar. Sebelum biodiesel dapat
digunakan sebagai bahan bakar, biodiesel ini harus diproses lagi untuk menurunkan
kekentalannya. Selain itu tangki bensin juga harus dilakukan perubahan agar biodiesel
ini dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan bakar pada kendaraan tersebut. Namun
jika kendaraan sudah bermesin diesel, maka bahan bakar biodiesel ini sudah dapat
langsung digunakan

II. Proses/Flowsheet Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku CPO


Berikut ini adalah metode penelitian mengenai Proses Pembuatan
Biodiesel Dari Minyak Sawit

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel dari CPO

Secara umum produksi biodiesel mencakup rangkaian proses yaitu:

1. Transerifikasi
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran
antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan minyak sawit. Reaksi
transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65°C. Bahan yang pertama
kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan
hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan
pemanas dan pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada
suhu reactor 63°C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan
waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester
dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu
untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan
bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian
dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya
dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai,
dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester.
Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena
gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian
Pencucian.

Pada reaksi transesterifikasi dimana R1,R2, R3 merupakan rantai panjang dari atom
karbon dan hydrogen, yang disebut sebagai sama lemak.

2. Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol.
Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH
campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).

3. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil
ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan
dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95°C secara sirkulasi.
Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.

4. Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama
proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau
dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau
lebih kecil dari 10 mikron
III. Peluang Produksi Bersih dan Tindak Lanjutnya

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI BIODIESEL UNTUK PRODUKSI


BAHAN BAKAR DAN BAHAN KIMIA

Peningkatan yang cukup besar dalam produksi biodiesel sebagai bahan bakar
alternatif di seluruh dunia semenjak 5 tahun terakhir mengakibatkan meningkatnya jumlah
gliserol, yang yang berasal dari reaksi transesterifikasi pada industri biodiesel tersebut.
Semakin meningkat produksi biodiesel, maka limbah gliserol yang dihasilkan juga
semakin meningkat. Meskipun gliserol murni banyak digunakan dalam industri makanan,
farmasi, kosmetik, dan industri-industri lainnya, pemurnian limbah gliserol menjadi
gliserol murni umumnya sangat mahal dan tidak efektif.
Pada beberapa penelitian yang dirangkum oleh Almeida (2012) dalam artikel yang berjudul
“Biodiesel Biorefinery: Opportunities And Challenges For Microbial Production Of Fuels
And Chemicals From Glycerol Waste,” sekarang telah diteliti pemanfaatan gliserol dari
produksi biodiesel dengan cara fermentasi gliserol oleh mikroba untuk memproduksi bahan
bakar dan bahan kimia yang bermanfaat bagi manusia. Pemanfaatan kelebihan limbah
gliserol ini akan menghindari pembuangan limbah berlebih dan meningkatkan nilai
ekonomis dari industri biodiesel. Dengan memanfaatkan berbagai jenis mikroba yang
berbeda, dapat dihasilkan berbagai produk yang beraneka ragam dari bahan baku berupa
gliserol. Beberapa mikroba yang dimanfaatkan terutama berasal dari famili
Enterobacteriaceae dan Clostridiaceae, seperti Klebsiella, Enterobacter, dan Clostridium.

Gambar 2. Jenis dan Hasil Produk dari Mikroba yang Digunakan


IV. Tindak Lanjut

Gambar 3. Arah Produk Metabolisme yang Berbeda untuk Metabolisme Gliserol

Produksi 1,3-PDO oleh Enterobacteriaceae ditunjukkan dengan jalur warna merah.


Produksi DHA oleh G. oxydans ditunjukkan dengan jalur warna biru. Etanol dan format
jalur produksi dalam pemanfaatan gliserol fermentasi oleh E. coli ditunjukkan dengan
warna abu-abu. Jalur untuk konversi gliserol menjadi asam gliserin ditunjukkan dalam
warna hijau. Garis putus-putus menunjukkan beberapa langkah atau enzim yang tidak
diketahui (jalur GA). Produk utama disorot dalam kotak berisi warna. Singkatan: GLY
(gliserol); GLY-Dhd (GLY dehydrogenase); DHA (dihydroxyacetone); DHA-Kin (DHA
kinase); DHAP (DHA fosfat); PYR (piruvat); GLY-Dht, (GLY dehydratase); 3HPA (3-
hydroxyapropionaldehyde); 1,3-PDO-Dhd (1,3-PDO dehydrogenase); GLY-DhdE,
(membran-bound GLY-Dhd); GLY-Kin, GLY kinase, G3P, gliserol 3-fosfat, G3P-Dhd
(G3P dehydrogenase); PPP (jalur pentosa fosfat); PFL (piruvat formate-lyase); mAdh
(alkohol dehidrogenase terikat membrane)
Produk bahan kimia yang dihasilkan meliputi alkohol, keton dan asam organik,
serta senyawa kimia lain. Jenis alkohol yang dihasilkan antara lain propadienol (PDO),
butadienol (BDO), etanol, dan butanol. Jenis keton dan asam organik yang dihasilkan
meliputi dihidroksiasetonfosfat, asam gliserat, asam laktat, asam suksinat, asam sitrat,
asam oksalat, polyol, manitol, arabitol, dan eritritol, sedangkan senyawa lain yang dapat
dihasilkan dari pengolahan gliserol tersebut adalah polihidroksibutirat (PHB), D-xylulose,
asam lemak tak jenuh, biohidrogen dan biometana. Beberapa produk di atas seperti etanol,
butanol, dan biohidrogen berpotensi menjadi bahan bakar menggantikan minyak bumi
yang semakin menipis, sedangkan produk lainnya merupakan bahan kimia yang digunakan
bagi berbagai jenis industri.
Dengan ditemukannya strategi baru ini, penggunaan biodiesel yang memiliki
kelemahan yaitu menghasilkan limbah gliserol ini dapat diatasi dengan pemanfaatan
gliserol menjadi beragam produk. Dalam hal ini penggunaan biodiesel serta pemanfaatan
gliserol dari sisa industri biodiesel juga berpeluang menigkatkan sumber daya enegi yang
mumpuni serta mengurangi efek pemanasan global yang disebabkan emisi gas rumah kaca
akibat dari pemakaian bahan bakar fosil.
INDUSTRI BIODIESEL DENGAN BAHAN BAKU CPO

(CRUDE PALM OIL)

Dosen : Mukhtar Ghozali, IR., M.Sc

Nama : Siti Hasna Rachmawati Syarif


Kelas : 3A-TKPB
NIM : 151424030

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2017
DAFTAR PUSTAKA

Almeida et al. Biodiesel biorefinery: opportunities and challenges for microbial production of fuels
and chemicals from glycerol waste. 2012.
Biodiesel Technology , A patented biodiesel technology. developed at the University of Toronto,
www.rendermagazine.com, akses tanggal 18 Oktober 2017.
Continuous Trans Esterification Reactor http ://www.biodiesel.org/resources, akses tanggal 18
Oktober 2017.
Yudi, Anggia, Proses Pembuatan Biodiesel dari Kelapa Sawit.
http://chemeng2301.blogspot.co.id/2013/05/proses-pembuatan-biodiesel-dari-
minyak.html. Diakses tanggal 18 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai