Makalah KPS

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DASAR-DASAR PEMBELAJARAN IPA

“ KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) ”

Di susun oleh :

Arief Prihandoko

0402516022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (KONSENTRASI BIOLOGI)

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

1
A. Pendahuluan

IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari


peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Melalui IPA manusia dapat mengenal,
mempelajari, memahami apa yang ada di alam raya ini. Abruscato & DeRosa (2010)
mengungkapkan bahwa, “Science seeks explanations of the nature world, it consists
of the following components: A Systemic quest for explanations;the dynamic body of
knowledge generad through a systemic quest for explanations”. Hal ini bermakna
bahwa IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan, tetapi merupakan proses pencarian
yang sistematis dan berisi berbagai strategi dimana menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang dinamis. IPA juga dipandang sebagai cerminan dari hubungan
antara produk pengetahuan, metode ilmiah serta nilai sikap yang terkandung dalam
proses pencarianya. Maknanya adalah bahwasanya Ilmu Pengetahuan Alam bukan
hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif penemuan
menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya karena pengetahuan tidak
statis dan terus berkembang.

Untuk itu, Pendidikan IPA yang dibangun atas dasar proses dan sikap ilmiah
dalam memperoleh pengetahuan diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
dalam mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dengan
demikian, siswa dalam pembelajaran IPA difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses (keterampilan ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh
pengetahuan ilmiah tentang alam sekitar, bukan hanya sekedar menghafal produk.
Proses ilmiah (keterampilan proses) akan menjadi penghubung antara pengembangan
konsep dan pengembangan sikap serta nilai.

Proses ilmiah dalam pendidikan IPA harus dilakukan melalui pembelajaran.


Dalam hal ini peran pendidik sangat penting untuk menerapkan pembelajaran dengan
ketrampilan proses sains (proses ilmiah). Pendidik atau guru sebagai orang yang
menggerakkan terlaksananya proses belajar mengajar seharusnya tidak hanya
menggunakan strategi yang informasi saja. Sehingga membuat siswa kurang
2
mempunyai inisiatif dan tidak dibiasakan untuk mendapatkan pengetahuan melalui
usaha dan pengalaman siswa itu sendiri.hal ini di karenakan peran siswa lebih banyak
hanya menerima informasi dari guru yang kemudian dihafal untuk ujian atau
mendapatkan nilai. Guru sebagai orang menggerakkan terlaksananya proses belajar
mengajar harusnya menggunakan strategi sesuai proses ilmiah atau proses sains yang
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajran IPA.

Untuk itu perlu diterapkan pembelajaran yang mengacu pada keterampilan


proses sains untuk menemukan data dan konsep maupun pengembangan sikap dan
nilai melalui proses belajar mengajar. Guna mengaktifkan siswa untuk mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik tersebut.

B. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan


perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang
digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep
besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai
seseorang bila akan melakukan penelitian.

Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang


melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa
menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan
proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran,
penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan
proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses
perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman
belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau
kegiatan yang sedang dilakukan.

3
Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang
biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam
rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains
(KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap
siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains
serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan
yang telah dimiliki.

C. Implementasi KPS

Pada pembelajaran IPA pendekatan scientific dapat diterapkan melalui


keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui
pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang
sedang dilakukan. KPS terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu yang dijelaskan
pada bahasan sebagai berikut :

1. Mengamati

Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa


dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati,
siswa harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar,
merasakan, mencium dan mengecap. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-
fakta yang relevan dan memadai. Seseorang mengamati dengan penglihatan,
pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak
hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c)
pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam
suatu obyek; (e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan

4
“massa” (f) melakukan pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam”
bukan “berbau”.

2. Mengelompokkan/klasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk


menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan
tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan,
mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.

3. Menafsirkan informasi

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang
dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena
itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah,
kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa
mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan yang menyatakan pola
hubungan atau kecenderungan gejala tertentu yang ditunjukkan oleh sejumlah hasil
data pengamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4. Merumusakan hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu


kejadian atau pengamatan tertentu. Kemampuan membuat perkiraan atau jawaban
sementara yang beralasan (logis) untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu. Termasuk kemampuan mengajukan pertanyaan apa, bagaimana dan
mengapa, bertanya untuk meminta penjelasan dan mengajukan pertanyaan hipotesa.
Kebenaran hipotesa akan diuji melalui percobaan.

3. Melakukan percobaan

Agar siswa dapat memiliki keterampilan melakukan percobaan maka siswa


tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan
variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula

5
siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis,
menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula
menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan dan mencatat hasil
percobaan.

5. Menerapkan konsep

Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat


menggunakan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan
konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang
terjadi.

6. Berkomunikasi

Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram


dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram
juga termasuk berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi
adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang
lain.

D. Mengukur Keterampilan Proses Sains

1. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains


a. Karakteristik umum, yaitu:
 Pokok uji keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep. Hal ini
diupayakan agar pokok uji tidak rancu dengan pengukuran penguasaan
konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji
sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.
 Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa.
Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau
uraian, atau objek aslinya.
 Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja,
misalnya interpretasi.
b. Karakteristik khusus, yaitu:
 Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
 Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
6
 Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan
perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan
atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk
 Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan
atau ramalan
 Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke
bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk
tabel ke bentuk grafik.
 Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji
pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih,
biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan
 Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk
mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan,
urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan
peubah
 Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan
diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
 Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,
mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi
untuk bertanya.
2. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains
Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu
menyajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk
jawaban yang diminta misalnya tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban
singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang
diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga.
Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota
bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon
diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e
(Rustaman, 2003).

3. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains

Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap
respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1
7
untuk pokok uji observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang
lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi
berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis
diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang
meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).

E. Penilaian Keterampilan Proses Sains

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan


menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes
(paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam
bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes
dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam
keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan
teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian
tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.

1. Penilaian keterampilan proses melalui tes tertulis

Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan


dalam bentuk essai dan pilihan ganda. Pertanyaan yang disusun dalam bentuk
pertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai
memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang
dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan
pemahaman yang lebih individualistik. Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian
secara tertulis dalam bentuk tes essai, sebagai berikut:

Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap


pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam selama tujuh hari,
diperoleh data sebagai berikut:

Hari Ke- Tinggi tanaman (cm)

Disiram air setiap hari Tidak disiram air

8
1 5 5

2 7 6

3 8,5 6,5

4 11 6,9

5 12,8 7,2

6 14 7,3

7 15,9 7,3

Pertanyaan:
Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________
Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)
________________________________________________________

Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi


dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah
disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh
dengan menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif,
sebab jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2009),
penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih representative mewakili isi dan luas
bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-
unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian model ini, cenderung
mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang tebakan.
Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang sesungguhnya.

2. Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes

Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan
dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan
pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati
9
perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses
sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil
belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara
integrative.

Menurut Sumiati (2008), penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan


tes diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang
diharapkan. Lembar pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala
bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan
kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian
memuat kriteria esensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains serta
level unjuk kerja yang tepat terhadap setiap kriteria.

Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan laboratorium


dapat disajikan, sebagai berikut:

Tabel 1. Rubrik Percobaan Laboratorium

Kriteria Skor

4 3 2 1

(sangat baik) (baik) (cukup) (kurang)

Tujuan Mengidentifikasi Mengidentifikasi Mengidentifikasi Salah


percobaan tujuan dan cirri tujuan sebagian tujuan mengidentifikasi
khusus tujuan
Alat dan Melist semua alat Melist semua Melist beberapa Salah melist
Bahan dan bahan bahan bahan bahan
Hypotesis Memprediksi Memprediksi Memprediksi Menebak-nebak
dengan benar dengan benar dengan beberapa
fakta dan fakta fakta
membuat
hipotesis
Prosedur Melist semua Melist semua Melist beberapa Salah melist
tahap dan detail- tahap tahap tahap
detail khusus
Hasil Data direkam, Data direkam, Data direkam Hasil salah atau
diorganisir, dan diorganisir tidak betul
digrafiskan
Simpulan Tampak Tampak Tampak Tidak ada
memahami memahami memahami kesimpulan atau
konsep dan konsep yang beberapa konsep tampak
membuat telah dipelajari miskonsepsi
hipotesis baru
untuk aplikasi

10
pada situasi lain.

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu
kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal
dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada kolom
paling kiri, sedangkan level unjuk kerja ditempatkan pada baris paling atas dalam
tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas
level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.

Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan


harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh
rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang
dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik.
Pada descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level
kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian
secara konsisten pada hasil kerja siswa.

Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan


rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini
dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian
level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh
siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain
itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan balik (feedback) yang lebih baik. Hasil
penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa selanjutnya yang harus
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area
kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.

Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur


keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan
target yang harus dicapai selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun
dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.

11
F. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Keterampilan proses sains meliputi mengamati, mengklasifikasikan/


mengelompokkan, menafsirkan informasi, merumuskan hipotesis, melakukan
percobaan/eksperimen, menerapkan konsep, berkomunikasi.
2. Pengukuran keterampilan proses sains harus berdasarkan beberapa hal yaitu
karakteristik pokok uji keterampilan proses sains, penyususnan pokok uji
keterampilan proses sains, dan pemberian skor pokok uji keterampilan proses
sains.
3. Penilaian keterampilan proses sains dapat berupa tertulis dan bukan tertulis

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, Joseph & DeRosa Donald A. (2010). Teaching children science-a


discovery approach-7ed. Boston: Allyn & Bacon.

Arikunto, S., 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6.
Jakarta : Rineka Cipta.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung:


Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

12
Rustaman, Nuryani Y dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Rustaman, A. 2005. Pengembangan Kompetensi (Pengetahuan, keterampilan, Sikap,


dan Nilai) Melalui Kegiatan Praktikum Biologi. Penelitian Jurusan
Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI Bandung.

Sumiati, Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

13

Anda mungkin juga menyukai