TELAAH JURNAL Baru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TELAAH JURNAL

Identitas Jurnal
Judul : surgical nurses and compliance with personal protective equipment
(Perawat bedah dan kepatuhan terhadap peralatan pelindung diri)
Pengarang : M.ganczak, Z. szyck
Tahun Publikasi : 2007

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi kepatuhan yang dilaporkan sendiri dengan alat
pelindung diri (APD) di antara perawat bedah dan faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan
dan ketidakpatuhan.

Tempat penelitian
di wilayah Pomeranian di Polandia (18 rumah sakit yang ada di 7 perkotaan dan 11 pedesaan)

Metode
Sebanyak 601 perawat bedah, dari 18 rumah sakit yang dipilih secara acak (tujuh perkotaan dan
11 pedesaan) di wilayah Pomeranian di Polandia, disurvei menggunakan kuesioner rahasia.

Sampel
Populasi sampel yang disurvei terdiri dari 601 perawat yang kebanyakan berusia muda (berusia
20-58 tahun, median 38), perempuan (99,3%), dan bekerja penuh waktu (565, 94%).

Hasil Penelitian
Survei menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap APD sangat bervariasi. Kepatuhan
tinggi untuk penggunaan sarung tangan (83%), namun jauh lebih rendah untuk kacamata
pelindung (9%). Hanya 5% responden yang secara rutin menggunakan sarung tangan, masker,
pelindung mata dan gaun saat bersentuhan dengan material yang berpotensi infektif. Kepatuhan
terhadap penggunaan APD tertinggi di rumah sakit kota dan di ruang operasi.
Kepatuhan yang signifikan lebih tinggi ditemukan pada perawat yang telah mendapatkan
pelatihan mengenai pengendalian infeksi. Alasan paling umum untuk ketidakpatuhan adalah
tidak tersedianya APD (37%), keyakinan bahwa pasien bukan sumber terinfeksi (33%) dan
perhatian staf bahwa mengikuti praktik yang direkomendasikan mengganggu pemberian
perawatan pasien yang baik (32 %).
Dari hasil penelitian disebutkan bahwa sarung tangan telah terbukti sebagai alat pelindung yang
paling sering digunakan. Selain itu, penggunaan sarung tangan telah terbukti menjadi
penyumbang terbesar keefektifan tindakan pencegahan standar. Namun banyak juga perawat
yang melaporkan kalau dalam 12 bulan terakhir banyak dari mereka yang mengalami luka tusuk
dan 17% dari mereka lalai dalam penggunaan sarung tangan. Untuk penggunaan gaun hanya ada
1-3 responden yang menggunakannya secara teratur. Untuk penggunaan kacamata hanya 9% dari
perawat yang menggunakan kacamata pelindung.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Provision and use of personal protective equipment among home care
and hospice nurses in North Carolina (Penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri antara
perawat di rumah dan perawat di North Carolina)
Pengarang : Jack K.Leiss
Tahun Publikasi : 2011

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk menyelidiki frekuensi perawatan perawat rumah / hospice dalam
menyediakan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) dan faktor-faktor yang terkait dengan
penggunaan APD.

Tempat penelitian
Di Carolina utara (united states)

Sampel
833 perawat homecare di Carolina utara. Partisipan adalah orang berkulit putih (91%), wanita
(96%), dan berusia 35-54 tahun (63%).

Metode
Dengan melakukan survei surat (kuisioner) antara perawat perawatan di rumah / hospice di
North Carolina pada tahun 2006. Peneliti mengukur penyediaan APD dengan pertanyaan, ''
Seberapa sering agensi Anda memberi Anda peralatan berikut? '' Pilihan tanggapan “kadang-
kadang, '' '' biasanya, '' dan '' selalu ". Jenis peralatan khusus yang tercantum adalah sarung
tangan sekali pakai, kacamata pengaman, gaun kedap air / apron, masker bedah dengan
pelindung mata, dan masker untuk CPR.
mengukur penggunaan APD dengan mengemukakan 4 skenario perawatan pasien dimana
penggunaan peralatan ditunjukkan untuk mencegah terpapar darah. Bentuk pertanyaannya
adalah, '' Terakhir kali Anda. '' Skenarionya adalah (1) memasukkan infus tanpa memakai sarung
tangan sekali pakai, (2) mengirigasi luka dalam tanpa memakai kacamata pengaman, (3)
memberikan perawatan ostomy tanpa memakai sebuah celemek yang mudah meledak, dan (4)
membersihkan diare berdarah atau cairan tubuh berdarah lainnya tanpa mengenakan masker
bedah dengan pelindung mata.

Hasil Penelitian
Hampir semua perawat selalu diberi sarung tangan sekali pakai. Mengenakan sarung
tangan sekali pakai saat memasukkan jarum ke intravena adalah satu-satunya skenario di mana
hampir semua perawat menggunakannya (94%). Perawat yang mengunakan kacamata pelindung,
gaun, dan masker CPR berkisar 68%-86%. Dan 20% diantara perawat tersebut tidak
menggunakan APD karena tidak memilikinya saat ada kunjungan, 15% tidak menggunakannya
karena menurut mereka prosedur tidak berbahaya dan 10% tidak menggunakannya karena tidak
disediakan oleh agensi tempat mereka bekerja.
Dalam penelitian juga dijelaskan bahwa perawat akan memakai APD saat memberikan
intervensi apabila dari pihak agency menyediakan atau memberikan APD kepada perawat.
Namun ada juga perawat yang meskipun sudah disediakan APD tetap tidak menggunakan APD
saat melakukan intervensi Dari penelitian didapatkan fakta bahwa kebanyakan perawat akan
menggunakan APD jika memiliki waktu kunjungan yang cukup.

TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Predictors for compliance of standard precautions among nursing
students (Prediktor untuk kepatuhan terhadap kewaspadaan standar di antara siswa keperawatan)
Pengarang : Kin Cheung
Tahun Publikasi : 2015

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk menyelidiki frekuensi kepatuhan standar kewaspadaan (SP) dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara siswa keperawatan (NS).

Tempat penelitian
Di universitas hongkong

Sampel
Dari 984 kuisioner yang dibagikan ada 698 kuisioner yang diisi namun kuisioner yang dipakai
akhirnya berjumlah 678. Sampel adalah mahasiswa keperawatan usia mereka berkisar antara 18-
29 tahun, dengan usia rata-rata 21,02-21,46 tahun. Distribusi jenis kelamin sampel penelitian
(perempuan:laki-laki = 3: 1).

Metode
Studi survei cross-sectional yang dipandu oleh model kepercayaan kesehatan dilakukan pada
tahun 2009 dengan menggunakan kuisioner.

Hasil Penelitian
Ada 678 kuesioner yang dianalisis, dengan tingkat respons 68,9%. Skor frekuensi rata-
rata kepatuhan SPs adalah 4,38(rata-rata). test menunjukkan bahwa siswa kelas 2 dan 4 tahun
memiliki kepatuhan SPs yang lebih baik daripada siswa kelas 3. Ada 5 prediksi faktor yang
mempengaruhi kepatuhan SPs yaitu: pengetahuan tentang SP, hambatan yang dirasakan,
kecukupan pelatihan, dukungan manajemen, dan pengaruh staf perawat. Dari 678 responden,
rata-rata skor tingkat pengetahuan NS terhadap SPs adalah 78,02%.
kepatuhan SP di antara NS tinggi, kepatuhan bervariasi pada tahun studi dan dipengaruhi oleh
staf perawat. Selanjutnya, kepatuhan SPs antar NS dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
pengetahuan SP, memberikan lebih banyak pelatihan SP, mempromosikan dukungan
manajemen, mengurangi hambatan SP yang teridentifikasi, dan meningkatkan kepatuhan staf
perawat terhadap SPs.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Healthcare workers’ compliance with universal precautions in Turkey
(Kepatuhan pekerja kesehatan dengan tindakan pencegahan universal di Turki)
Pengarang : Salih Hosoglu
Tahun Publikasi : 2011

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi kepatuhan petugas kesehatan Turki terhadap
Universal Precautions (UP).

Tempat penelitian
Di turki. Penelitian dilakukan di rumah sakit yang dijalankan oleh pemerintah. Setidaknya empat
rumah sakit yang berada di pusat kota (rumah sakit umum, rumah sakit pengajaran / universitas)
dari masing-masing tujuh wilayah geografis Turki termasuk dalam studi tersebut.

Sampel
Responden meliputi 2172 perawat / bidan (41,3%), 1526 dokter (29,0%), 490 pekerja
laboratorium (9,3%), dan 1070 paramedis / pekerja multiguna (20,3%). Usia rata-rata responden
adalah 31,4 tahun dan mayoritas adalah perempuan (63,6%).

Metode
Survei analitik, cross-sectional dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner berisi data /
pertanyaan mengenai kepatuhan terhadap perilaku UP; tingkat pengetahuan umum tentang
infeksi, pelatihan tentang pencegahan kecelakaan kerja. survei di seluruh negeri dilakukan di
lingkungan rumah sakit, (n = 5145) di 30 rumah sakit di 19 kota.

Hasil Penelitian
Secara total, 1726 dari 5145 (33,6%) perilaku peserta terhadap kepatuhan UP adalah baik.
Peserta memliki ingkat pengetahuan tentang infeksi penyakit yang tinggi dari 3458 (67,2%).
Prediktor yang mungkin berpengaruh untuk kepatuhan petugas kesehatan terhadap UPs juga
dievaluasi. Faktor berikut ditemukan secara statistik signifikan untuk kepatuhan terhadap UP:
tingkat pengetahuan penyakit infeksi, jenis kelamin, bekerja di rumah sakit universitas, bekerja
di departemen bedah, pelatihan kewaspadaan universal, dan adanya pedoman pencegahan
pekerja di rumah sakit. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pemakaian sarung tangan dianggap
lebih tinggi dibandingkan pemakaian gaun dan masker.
Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa perawat sebagai kelompok yang paling tidak
memenuhi syarat di antara petugas kesehatan. Bagian pertama dari penelitian ini menunjukkan
bahwa perawat memiliki risiko lebih besar untuk paparan kerja dibandingkan dengan petugas
kesehatan lainnya. Data serupa dari seluruh dunia menunjukkan bahwa perawat memiliki lebih
banyak luka kerja.
Dalam penelitian kami, lebih dari dua pertiga peserta melaporkan bahwa mereka belum dilatih
untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui darah dan risiko cedera akibat kerja.
Meskipun hal ini tidak ditemukan sebagai faktor penting untuk kepatuhan terhadap UP, pelatihan
petugas kesehatan adalah salah satu cara yang membantu untuk mencegah cedera akibat kerja
dan infeksi terkait.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : A comparison of Observed and Self-Reported Compliance With
Universal Precautions Among Emergency Department Personnel at a Minnesota Public Teaching
Hospital: Implications for Assessing Infection Control Programs (Perbandingan Kepatuhan yang
Teramati dan Dilaporkan dengan Kewaspadaan Universal di antara Personil Departemen Darurat
di Rumah Sakit Umum Minnesota: Implikasi untuk Menilai Program Pengendalian Infeksi)
Pengarang : Keith Henry, MD.
Tahun Publikasi : 1991

Tujuan
Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui tingkat kepatuhan kewaspadaan universal di gawat
darurat rumah sakit dengan dua metode (langsung observasi subjek vs pelaporan sendiri dengan
kuesioner).

Tempat penelitian
Di unit emergency di rumah sakit pendidikan Minnesota di Minneapolis.

Sampel
Petugas kesehatan di unit gawat darurat di rumah sakit pendidikan Minnesota. Jumlah dari
responden tidak dilampirkan atau disebutkan didalam penelitian.

Metode
Dengan dua metode (langsung observasi subjek vs pelaporan sendiri dengan kuesioner).
Sepuluh pengamat mendokumentasikan enam perilaku spesifik di antara personil ED (emergency
department): frekuensi rekap jarum, teknik perekaman jarum suntik, dan penggunaan gaun,
sarung tangan, masker, dan kacamata.

Hasil Penelitian
Selama 270 jam pengamatan, 1.018 interaksi pekerja dicatat. Sarung tangan adalah APD yang
paling sering dikenakan (74%), diikuti oleh kacamata (13%), gaun (12%), dan masker (1%).
Sebagian besar jarum suntik dipakai diulang (79%) dibungkus oleh teknik dua tangan; 5% dari
semua jarum yang digunakan dibiarkan terbuka di samping tempat tidur atau disampah. Dokter
diamati menggunakan sarung tangan lebih sering daripada perawat. Dari survei tersebut, tiga
alasan paling umum untuk ketidakpatuhan melibatkan waktu (71%), ketangkasan (61%), dan
kondisi pasien (50%).
Penelitian ini membandingkan dua hasil yang menggunakan dua metode berbeda. Dapat
disimpulkan bahwa hasil dengan metode observasi lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan self-reported(kuisioner) dalam kepatuhan penggunaan APD.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Are health care workers protected? An observational study of selection
and removal of personal protective equipment in Canadian acute care hospitals (Apakah petugas
kesehatan terjaga? Studi observasional tentang pemilihan dan penghapusan peralatan pelindung
diri di rumah sakit perawatan akut Kanada)
Pengarang : Robhin Mitchell
Tahun Publikasi : 2013

Tujuan
Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui penggunaan alat pelindung diri pada tenaga
kesehatan.

Tempat penelitian
dilakukan di 11 rumah sakit yang berpartisipasi dalam Program Surveilans Infeksi nosokomial di
Kanada

Sampel
Ada 442 pengamatan yang dikumpulkan dari 11 rumah sakit CNISP di 6 provinsi. ari 434
pengamatan dimana pekerjaan dilaporkan, 53% (n ¼ 228) adalah perawat, 13% (n ¼ 57) adalah
siswa, 12% (n ¼ 53) adalah dokter, 10% (n ¼ 42) adalah sekutu profesional kesehatan , dan 4%
(n ¼ 19) adalah staf rumah tangga.

Metode
Penelitian observasional dilakukan di 11 rumah sakit yang berpartisipasi dalam Program
Surveilans Infeksi Narkomotor Kanada antara tanggal 7 dan 30 Januari 2011. Dengan
menggunakan alat pengumpulan data standar, para pengamat mencatat petugas kesehatan yang
memilih dan melepaskan APD dan melakukan kebersihan tangan saat memasuki ruangan. pasien
demam berdarah.

Hasil Penelitian
Tiga puluh empat persen petugas kesehatan mengenakan semua APD (sarung tangan, gaun,
masker, dan pelindung mata). Mayoritas petugas kesehatan mengenakan sarung tangan (88%),
gaun (83%), dan topeng (88%). Hanya 37% yang diamati memakai proteksi mata.
Dari petugas kesehatan yang memakai APD, sebagian besar melepaskan sarung tangan mereka
dengan benar (87%), gaun (82%), topeng (72%), dan pelindung mata (74%). Perawat,
profesional kesehatan lain, dan siswa secara signifikan lebih mungkin untuk benar melepaskan
masker mereka daripada dokter.
Petugas kesehatan pada unit pediatric lebih jarang menggunakan APD saat memasuki ruangan
pasien. Petugas kesehatan yang bekerja di unit anak mungkin merasa kurang berisiko terinfeksi
dan karena itu cenderung tidak memakai APD. Temuan dari literatur telah menunjukkan bahwa
penggunaan APD yang tidak konsisten atau tidak tepat telah dikaitkan secara bermakna dengan
infeksi saluran pernafasan di antara petugas kesehatan. Dalam penelitian ini juga menemukan
bahwa hanya setengah dari petugas kesehatan yang diamati untuk yang melepaskan APD mereka
dalam urutan yang benar, sehingga menciptakan peluang untuk pencemaran diri.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Occupational exposure to blood and compliance with standard
precautions among health care workers in Beijing, China (Paparan kerja terhadap darah dan
kepatuhan terhadap tindakan pencegahan standar di antara petugas layanan kesehatan di Beijing,
China)
Pengarang : Xiao-Na Liu
Tahun Publikasi : 2014

Tujuan
Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui tingginya tingkat paparan darah saat bekerja dan
kepatuhan dalam menggunakan standar precaution pada petugas kesehatan.

Tempat penelitian
dilakukan di 2 rumah sakit tersier di Beijing

Sampel
Sampel didaftarkan dari dokter, perawat, dan teknisi cenderung berhubungan dengan darah,
jarum suntik, dan benda tajam, seperti obat dalam, operasi, dan laboratorium. Dari 422
kuesioner yang disebarkan, 391 (92,7%) dikembalikan, dan 374 (88,6%) telah selesai. Usia
rata-rata petugas kesehatan adalah 36,2 tahun (kisaran, 19-64). Mayoritas perempuan (84,0%)
dan bekerja sebagai perawat (62,8%).

Metode
Survei cross-sectional ini menilai baik risiko dan pencegahan petugas layanan kesehatan
terhadap penyebaran virus melalui darah di 2 rumah sakit di Beijing. Peserta diberi tahu secara
verbal tentang tujuan survei dan memberikan jawaban mereka secara sukarela dalam kuesioner
tertulis anonim, yang menilai (1) karakteristik sosiodemografi: usia, jenis kelamin, kategori
pekerjaan (dokter, perawat, teknisi); (2) jenis paparan: paparan darah yang berpotensi menular
selama masa kerja; (3) frekuensi eksposur: jumlah episode paparan selama tahun sebelumnya;
(4) keterlibatan dalam 8 perilaku protektif yang berkaitan dengan praktik SP; dan (5) sejarah
kesadaran dan pelatihan SP.

Hasil Penelitian
Sebagian besar petugas kesehatan (82,1%) dilaporkan mengalami PI (percutaneous injury), dan
48,7% pernah mengalami kontak kontak darah langsung dengan kulit selama masa kerja mereka.
Dalam penelitian disebutkan bahwa perawat mengalami lebih banyak PI, kontak kulit , dan
episode paparan dibandingkan dokter dan petugas kesehatan lain. Dari semua petugas kesehatan,
hanya setengah yang dilaporkan telah benar mempraktikkan prosedur mengenai pembuangan
benda tajam (53,2%). Kepatuhan terhadap pemakaian APD selain sarung tangan rendah (kurang
dari 50%). Kurang dari separuh petugas kesehatan menunjukkan bahwa mereka mengetahui
pedoman SP (46,8%) atau pernah dilatih tentang pengetahuan terkait (43,6%).
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Occupational exposure to infection risk and use of personal protective
equipment by emergency medical personnel in the Republic of Korea (Paparan kerja terhadap
risiko infeksi dan penggunaan alat pelindung diri oleh petugas medis darurat di Republik Korea)
Pengarang : Hyang Soon Oh
Tahun Publikasi : 2016

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status paparan kerja terhadap risiko infeksi dan
penggunaan APD.

Tempat penelitian
dilakukan unit gawat darurat di rumah sakit Korea

Sampel
Partisipan secara umum berjumal 907. Usia rata-rata partisipan adalah 34,8. Laki-laki (n = 795;
87,7%) dominan dalam sampel ini. Kategori pekerjaan dari populasi penelitian meliputi
EMT/emergency medical technicians (n = 646; 71,3%), perawat (n = 60; 6,6%), dan pekerja
unit gawat darurat yang tidak spesifik (n = 201; 22,1%).

Metode
Sebuah survei dilakukan di 5 kota metropolitan terbesar dan paling representatif di Korea
(disebut sebagai lokasi A-E). Sebuah selfreport, kuesioner anonim tentang paparan kerja
terhadap risiko infeksi, penggunaan APD, dan pelatihan kerja diberikan kepada
EMPs(emergency medical personel). Kuesioner memakan waktu sekitar 15 menit untuk
menyelesaikannya. Penelitian ini disetujui oleh Institutional Review Board di Daejeon
University.

Hasil Penelitian
Jenis paparan kerja terhadap risiko infeksi: penyakit pernapasan adalah paparan kerja yang
paling umum (44,5%); influenza (29,5%), khususnya, adalah penyakit dimana peserta paling
sering terpapar, diikuti oleh diare, hepatitis, dan HIV / AIDS. Sebanyak 365 peserta melaporkan
paparan kerja terhadap cairan tubuh dan darah (40,2%). Paparan perkutan (yaitu, cedera jarum
suntik) adalah rute paparan yang paling sering (17,6%).
Item APD yang paling banyak digunakan adalah sarung tangan sekali pakai (68,9%), diikuti
masker, pelindung wajah, pelindung mata, gaun, dan tutup. Proporsi peserta yang dilaporkan
selalu menggunakan APD saat melakukan kontak dengan pasien adalah 83,9%. Saat mentransfer
pasien dengan gejala pernafasan, APD yang paling umum digunakan adalah masker (93,8%).
Saat mentransfer pasien trauma dengan perdarahan, APD yang paling umum digunakan adalah
masker (86,0%), diikuti oleh sarung tangan, kacamata, gaun, pelindung wajah, tutup, dan
penutup sepatu. Di antara peserta, 703 (77,5%) telah menerima pelatihan dan pendidikan di
tempat kerja tentang paparan kerja terhadap risiko infeksi, penggunaan APD, dan PEM dalam 12
bulan terakhir.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Compliance with standard precautions among baccalaureate nursing
students in a Saudi university: A self-report study (Kepatuhan terhadap tindakan pencegahan
standar di antara siswa keperawatan baccalaureate di universitas Saudi: Sebuah studi laporan
mandiri)
Pengarang : Paolo C. Colet
Tahun Publikasi : 2016

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kepatuhan terhadap tindakan pencegahan
standar (standar precaution) pada mahasiswa keperawatan.

Tempat penelitian
Di jurusan keperawatan di universitas saudi

Sampel
Di antara 250 siswa keperawatan yang direkrut dalam penelitian ini, hanya 236 yang
dikembalikan, sehingga menyebabkan tingkat respons 94%. Mayoritas adalah perempuan
(61,0%). Usia rata-rata responden adalah 25,79 ± 25,55 tahun.

Metode
Desain deskriptif, cross-sectional, self-report digunakan dalam penelitian ini dalam menilai
kepatuhan yang dilaporkan sendiri dengan tindakan pencegahan standar di antara siswa
keperawatan baccalaureate di universitas Saudi. Desain tersebut memfasilitasi pengumpulan data
dari sampel siswa keperawatan Saudi dalam satu periode kontak dengan menggunakan kuesioner
yang dikelola sendiri.

Hasil Penelitian
kepatuhan terhadap tindakan pencegahan standar di kalangan siswa keperawatan Saudi, tingkat
kepatuhan keseluruhan adalah 61,0%. Tingkat kepatuhan berupa membuang instrumen tajam ke
dalam kotak 84,3%, diikuti dengan cara mendekontaminasi tangan segera setelah melepaskan
sarung tangan (tingkat kepatuhan, 78,0%), mencuci tangan pada tiap kontak dengan pasien
(tingkat kepatuhan, 75,8%), perubahan sarung tangan setiap kontak pasien (tingkat kepatuhan,
74,2%), dan mengenakan masker bedah sendiri atau dikombinasikan dengan kacamata,
pelindung wajah, dan celemek bila ada kemungkinan percikan atau percikan (tingkat kepatuhan,
72,9%).
Dari penelitian didapatkan bahwa tingkat kepatuhan pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dari
pada sisiwa laki-laki. Selain itu siswa dari program bridge (dari vokasi ke s1) diketahui lebih
tinggi tingkat kepatuhannya dibandingkan siswa regular.
TELAAH JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Knowledge and information sources on standard precautions and
infection control of health sciences students at King Saud bin Abdulaziz University for Health
Sciences, Saudi Arabia, Riyadh (pengetahuan dan informasi mengenai tindakan pencegahan
standar dan pengendalian infeksi mahasiswa ilmu kesehatan di King Saud bin Abdulaziz
University for Health Sciences, Arab Saudi, Riyadh)
Pengarang : Abdullah Kubrani
Tahun Publikasi : 2017

Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk menilai pengetahuan siswa kehatan tentang tindakan pencegahan
standar (SPs) dan pengendalian infeksi (IC).

Tempat penelitian
Di jurusan kesehatan di univeristas king saud bin abdulaziz, di Riyadh Saudi Arabia.

Sampel
Peserta terdiri dari 129 siswa (67 pria). Proporsi peserta dari masing-masing terdiri dari:
Kedokteran, 58,1% (n = 75); Kedokteran gigi, 14% (n = 18); Ilmu Kedokteran Terapan, 13,2%
(n = 17); Keperawatan, 10.9% (n = 14); dan Apotek, 3,9% (n = 5).

Metode
Penelitian cross-sectional ini menggunakan kuesioner untuk menilai pengetahuan siswa. Studi
ini berlangsung di kampus Riyadh pada tahun 2017 di perguruan tinggi berikut ini: Kedokteran,
Kedokteran Gigi, Ilmu Kedokteran Terapan, keperawatan, dan Farmasi. Dalam penelitian ini,
populasi sasaran adalah mahasiswa ilmu kesehatan klinis pada tahun-tahun berikutnya studi:
Kedokteran (tahun kelima dan keenam); Kedokteran Gigi (semester dua tahun ketiga, keempat,
kelima, dan keenam); Ilmu Kedokteran Terapan (tahun ketiga dan keempat); Keperawatan (tahun
ketiga dan keempat); dan Farmasi (ketiga, keempat, dan kelima).

Hasil Penelitian
Didapatkan hasil mengenai tingkat pengetahuan terhadap SP dan IC yaitu kedokteran 74,7%,
kedokteran gigi 51,1%, kedokteran terapan 76,5%, keperawatan 92,9%, dan farmasi 40%. Dalam
studi ini, konsep umum SP, kebersihan tangan, dan APD adalah domain yang paling terkenal,
sedangkan pembuangan benda tajam adalah yang paling tidak diketahui.

Anda mungkin juga menyukai