LP Kista Bartolini

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KISTA BARTOLINI

Oleh :
Dian Pratama Putri
I4051171028

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
KISTA BARTOLINI

1. Pengertian
Kista bartolini merupakan tumor kistik jinak yang timbul pada kelenjar bartolini yang
merupakan muara lubrikasi atau tempat produksi cairan pelumas vulva. Kelenjar Bartholini
berkembang dari epithelium pada area posterior dari vestibula. Kelenjar ini terletak secara
bilateral pada dasar dari labia minora dan proses drainasenya melalui duktus dengan panjang
2-2.5 cm, Kelenjar tersebut biasanya hanya berukuran sebesar kacang polong dan jarang
melebihi ukuran 1 cm. Kelenjar ini tidak bisa dipalpasi kecuali jika terjadi infeksi atau
penyakit lainnya. (Dinata.2011)

2. Etiologi
Dinata (2011) menyebutkan infeksi pada kelenjar ini dapat terjadi akibat adanya infeksi
microorganisme seperti:
Virus : Herpes, klamidia trakomatis
Jamur: Kandida albikan, asinomises
Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, stafilokokus dan E.coli
Mikroorganisme tersebut menyumbat saluran lubrikasi pada vagina yang mengakibatkan
tidak keluarnya cairan lubrikasi yang mestinya keluar (perempuan yang belum 40 tahun).
Cairan yang telah diproduksi namun tidak dapat dikeluarkan atau terperangkap, akan
menumpuk pada kelenjar bartolini dan mudah berubah menjadi serupa dengan nanah.
Penumpukan cairan ini, akan membentuk benjolan yang semakin membesar.
3. Pathofisiologi
Faktor presipitasi:
Infeksi mikroorganisme: Faktor predisposisi:
a. Virus a. Kebersihan area genitalia dan anus
b. Jamur b. Hubungan seksual yang tidak sehat
c. Bakteri c. Daya tahan tubuh menurun

Menginfeksi Vulva

Kuman menginfeksi vestibula Menyumbat dan menghambat


Cairan pelumas tetap diproduksi
sepanjang ductus drainase pengeluaran cairan lubrikasi ke
permukaan labia minor dan mayor

Penumpukan cairan dan peningkatan Pembedahan


tekanan dimuara lubrikasi.

Kerusakan jaringan
+ proses inflamasi Penurunan suplay darah
ke jaringan sekitar Tekanan pada pembuluh
darah genitalia eksternal Cemas

Perangsangan
reseptor nyeri
Sintesis
Protaglandin
Pelepasan Histamin, Nyeri
Vasokonstriksi perifer Bradikinin, dan Serotonin

Peningkatan set point temperatur Hipoterm


i
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:
 Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
 Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita penderita kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan pasangannya, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses
pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita kista bartolini adalah:
 Pada wanita usia 40 thn keatas dianjurkan utk melakukan eksisi seluruh kelenjar Bartholin
oleh karena kemungkinan timbulnya suatu keganasan.
 Pemasangan Kateter Word; Setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan selama 4 minggu
dan penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas seksual, sampai kateter dilepas.
setelah 4 minggu akan terbentuk saluran drainase baru dari kista bartholin.
 Marsupialisasi adalah pembuatan insisi elips dengan skalpel diluar atau didalam cincin
hymen, insisi mengiris kulit dan dinding kista dibawahnya (utk kemudian dibuang).
apabila terdapat lokulasi dibersihkan. kemudian dinding kista didekatkan dengan kulit
menggunakan benang 3.0 atau 4.0 dan dijahit interrupted. Angka rekurens sekitar 10%
 Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang, sebaiknya tindakan ini dilakukan di
kamar operasi untuk mencegah perdarahan dari plexus venosus bulbus vestibuli

6. Kemungkinan Data Fokus


a. Wawancara
Identitas klien, keluhan utama (nyeri), riwayat obstetrik, riwayat ginekologi, riwayat
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, keluhan sejak kunjungan terakhir, pengeluaran
pervaginam, riwayat kehamilan, riwayat persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Tanda-tanda vital: Tekanan darah normal, nadi meningkat (> 100 x/mnt), suhu meningkat
(> 370C), RR normal (16 – 20 x/mnt)
Genitalia: Nyeri pada area genitalia, adanya benjolan lunak dan supel berisi cairan
berwarna kuning dan berbau, adanya perubahan warna kulit, udem pada labia mayor
posterior, adannya pengeluaran cairan pada kelenjar bartolini
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urin
 Pemeriksaan kultur cairan vagina
d. Terapi
Pemberian antibiotik spektrum luas

7. Analisa Data
Data Etiologi Diagnosa
DS: Invasi virus, jamur & Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri saat bakteri + faktor berhubungan
melakukan hubungan seksual, duduk, presipitasi dengan proses
berdiri dan berjalan ↓ inflamasi pada
- Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- Pelepasan endotoksin saluran lubrikasi
tusuk dan perih ↓ dan peningkatan
- Skala nyeri 3-5 (0-5) Kerusakan jaringan tekanan pada
DO: ↓ pembuluh darah
- Klien tampak lemah dan kesakitan Merangsang reseptor genitalia
- Klien tampak berhati-hati ketika nyeri + tekanan pada
berdiri, duduk maupun berjalan pembuluh darah genitalia
- adanya benjolan lunak dan supel ↓
berisi cairan berwarna kuning dan Nyeri
berbau,
- adanya perubahan warna kulit,
- udem pada labia mayor posterior,
- Adanya pengeluaran cairan pada
kelenjar bartolini
- Vital sign: TD 110/70 mmHg, nadi >
100 x/mnt, suhu > 370C, RR (16 – 20
x/mnt)
DS: Invasi microorganisme Gangguan
- Klien mengatakan dirinya mengalami ↓ termoregulasi:
demam Reaksi peradangan hipertermi
DO: ↓ berhubungan
- Klien tampak lemah dan lesu Merangsang persarafan dengan adanya
- Akral teraba hangat sintesis protalglandin proses inflamasi
- Tampak berkeringat ↓
- Vital sign: TD 110/70 mmHg, nadi > Vasokonstriksi perifer
100 x/mnt, suhu > 370C, RR (16 – 20 ↓
x/mnt) Peningkatan set point
temperature

Demam
DS: pertumbuhan sel Kecemasan
abnormal berhubungan
- Klien mengatakan belum pernah ↓ dengan adanya
memperoleh informasi tentang benjolan semakin benjolan pada
penyakitnya, membesar + nyeri + labia mayora
- Klien mengatakan cemas pada rencana pembedahan posterior dan
kondisinya ↓ prosedur
Do: Kecemasan pembedahan yang
- Klien tampak cemas, gelisah, akan dijalani
ekspresi wajah tegang

8. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
lubrikasi dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah genitalia
b. Gangguan termoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
c. Kecemasan berhubungan dengan adanya benjolan pada labia mayora posterior dan
prosedur pembedahan yang akan dijalani
9. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman: NOC: 1. Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala Mempengaruhi pengawasan keefektifan
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan nyeri, serta perhatikan lokasi, karakteristik dan intervensi
dengan proses inflamasi keperawatan selama 2 X 24 jam intensitas serta observasi vital sign
pada saluran lubrikasi diharapkan klien memperlihatkan 2. Jelaskan pada klien dan orang tua mengenai
dan peningkatan rasa nyaman/ nyeri berkurang/ penyebab nyeri yang dirasakan klien saat ini Pengetahuan klien mempengaruhi
tekanan pada pembuluh nyeri hilang 3. Observasi ketidaknyamanan non verbal dan tindakan dan perilaku klien menghadapi
darah genitalia ungkapan verbal keadaannya
Kriteria Evaluasi: Intensitas nyeri yang dirasakan dapat
- Menunjukkan kemampuan 4. Bantu klien menemukan posisi nyaman/ dipertimbangkan dengan ungkapan
penggunaan ketrampilan mobilisasi. verbal mau nonverbal yang ditampilkan
relaksasi, 5. Anjurkan klien untuk latihan napas dalam dan Mempengaruhi kemampuan klien untuk
- Ungkapan verbal klien bahwa imajinasi visual atau teknik relaksasi. rileks, tidur dan istirahat secara efektif
nyeri berkurang, Memfokuskan kembali perhatian,
- ekspresi wajah tampak rileks, Kolaborasi meningkatkan rasa kontrol, meningkatkan
skala nyeri 1 – 2 (0-5). 6. Berikan obat analgesic sesuai program kemampuan koping dalam manajemen
nyeri.

Memblokir reseptor nyeri sehingga dapat


mengurangi nyeri
Gangguan NOC: 1. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam Deteksi dini jika kondisi klien membaik
termoregulasi: Setelah dilakukan tindakan atau memburuk
Hipertermi keperawatan selama 2x24 jam 2. Kaji pengetahuan klien mengenai penyebab Pengetahuan klien mempengaruhi
berhubungan dengan diharapkan temperatur tubuh dalam demam dan penangan demam di rumah tindakan dan perilaku klien menghadapi
adanya proses inflamasi batas normal (36,50C – 37,50C) 3. Anjurkan klien/ keluarga untuk meningkatkan keadaannya
intake cairan Suhu tubuh yang tinggi memperbesar
Kriteria Evaluasi: penguapan sehingga klien lebih mudah
- Suhu tubuh dalam rentang normal 4. Kompres pada daerah vena besar dehidrasi
(36,50C – 37,50C), Membantu menurunkan panas tubuh
- tidak terjadi peningkatan suhu, Kolaborasi dengan vasodilatasi pembuluh darah
- klien tampak tenang. 5. Pemberian terapi antipiretik
Menurunkan suhu tubuh dan menjaga
klien dari komplikasi yang lebih berat
dari peningkatan suhu
Kecemasan NOC: 1. Bina hubungan saling percaya Mempengaruhi keterbukaan klien dalam
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan perawatan
adanya benjolan pada keperawatan selama 2x24 jam 2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang masalah Mempengaruhi pola dan metode
labia mayora posterior diharapkan klien memperlihatkan yang dihadapi pemberian informasi bagi klien
dan prosedur rasa cemas berkurang atau hilang 3. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga Memberi kesempatan pada klien untuk
pembedahan yang akan untuk memberikan pertanyaan terkait masalah mengungkapkan perasaannya dan
dijalani Kriteria Evaluasi: klien membantu perawat dalam pemberian
- tidak terjadi peningkatan suhu, informasi yang tepat sasaran
- klien tampak tenang. 4. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi Pengetahuan klien dan keterlibatannya
- ekspresi wajah tampak rileks, kesehatan klien dan penyembuhannya dalam intervensi, mendorong klien untuk
- ungkapan verbal klien bahwa mengontrol dan menurunkan kecemasan
dirinya tidak lagi merasa cemas, 5. Libatkan keluarga untuk menenangkan dan Kehadiran dan perhatian terhadap
klien memotivasi klien kondisi menjadi salah satu motivasi bagi
klien untuk lebih tenang
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Jakarta; EGC

Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin. Bandung; Media Komunikasi
PPDS ObGyn Unair

Medforth, Janet. Dkk. (2012). Kebidanan Oxford Edisi Terjemahan. Jakarta; EGC

Jhonson. Ruth & Wendy. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan Edisi Terjemahan. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai