1310151002

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KUALITAS DAYA

Disusun Oleh:
Gamar Basuki
NRP. 1310151002

Dosen Pengampu
Diah Septi Yanaratri, S.ST, MT.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

POLOTEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

2018
PERCOBAAN 1

MEMBANDINGKAN PENGUKURAN DAYA DENGAN ALAT UKUR ANALOG DAN


TRUE RMS DENGAN BEBAN LINIER SATU FASA

TUJUAN

1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya arus bolak balik dengan meter
analog dan meter True RMS.
2. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan perbedaan hasil pengukuran meter analog
dan meter True RMS untuk pengukuran beban linier 1 fasa.

DASAR TEORI

Wattmeter 1 fasa terbuat dari elektrodinamo meter dipakai secara luas dalam pengukuran daya.
Peralatan tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan daya searah (dc) maupun daya bolak balik
(ac) untuk setiap gelombang teganga dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja.
Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian ic dan ip dan untuk defleksi rata-rata selama
1 periode dapat dituliskan.

T
1
 rata rata  K  ic ip dt
T 0
 rata rata  defleksi sudut rata  rata kumparan
K  kons tan ta instrument
ic  arus sesaat di dalam kumparan medan
ip  arus sesaat di dalam kumparan potensial
Wattmeter mempunyai satu terminal dan arus yang ditandai dengan “+”, dan wattmeter
elektrodinamo membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan medan magnitnya.

Kemudian untuk mengukur dengan alat yang dinamakan power meter (fluke 41 b) yaitu berfungsi
untuk menampilkan hasil pengukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran secara
analog, dengan catatan harus memperhatikan jumlah lilitan kabel yang dililitkan pada alat ukur
fluke 41b, karena lilitan tersebut haru sdibagi hasilnya dengan hasil pembacaan yang telah
ditampilkan alat ukur tersebut.
GAMBAR RANGKAIAN

Metode 1 (menggunakan wattmeter ,cos phi, ammeter dan voltmeter)

W COS PHI
A

Vin V

daya aktif (P) untuk beban1fasa;


P  Vph x I line x cos 
P  penunjukkan wattmeter (W )
daya semu;
S  Vi (VA)

Metode 2 (menggunakan Power Meter True RMS)

Vin 220 V

variac

Power
Meter
ALAT DAN BAHAN

I. Voltmeter AC 1
II. Amperneter AC 1
III. Wattmeter 1 fasa 1
IV. Cos phi Meter 1
V. Power Meter 1
VI. Slidak 1
VII. Beban Linier
Lampu
Lampu seri ballast
Lampu paralel capasitor

LANGKAH PERCOBAAN

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.


2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian, kemudian ukur tegangan,arus,daya dari
penunjukkan wattmeter dan power faktor, kemudian setelah itu ubah rangkian menjadi
rangkaian selanjutnya dengan konsep pengukuran yang sam seperti pada rangkaian
sebelumnya.
3. Bandingkan hasil pengukuran antara metode 1 dengan metode 2.
4. Tentukan presentase perbedaan hasil pengukuran.

TABEL PERCOBAAN

METODE 1

V(v) I(A) Cos phi P=VxIxCosphi (W) P(w) S(VI) (VA) Beban

220 0,42 1 92.4 96 92.4 lampu

220 0,41 0,96 lead 89.2 94 89.2 Lampu+


Ballast

220 1,21 0,32 lead 93.17 98 266.2 Lampu+


capasitor

220 1,1 0,54 lag 130,48 124 242 Motor


Induksi 1
Fasa
METODE 2

V(v) I(A Cos phi S(VI) PF DPF P(w) Beban


(VA)

220 0,418 1 92 1 1 92 lampu

220 0,415 1 lead 91 1 1 91 Lampu+


Ballast

220 1,231 0,32 lead 271 0,32 0,34 86 Lampu+


Ballast

220 1,1 0,52 lag 230 0,52 0,53 120 Motor


Induksi 1
Fasa

ANALISA DATA PERCOBAAN

Pada saat kita mengukur dengan alat ukur analog, dengan tegangan tetap kita jaga konstan pada
saat pembebanan kita ambil dengan beban lampu ternyata kita bandingkan dengan hasil
pengukuran dengan true rms. Kita melihat dari sis arus (I) arus yang terbaca dengan alat ukur
analog sebesar 0,42A dan pada tru rms terbaca 0,418 A, dari pembacaan arus tersebut terlihat jika
terjadi perbedaan dimana dengan alat ukur analog terdapat hasil yang tidak akurat karena
disebabkan oleh faktor human error. Dibandingkan dengan menggunakan true rms yang memiliki
human error yang kecil demikian juga dengan hasil dari cos phi, S, daya, PF terjadi perbedaan
pembacaan tetapi dalam pengukuran tersebut dengan menggunakan true rms jauh lebih bagus dan
akurant dibandingkan dengan menggunakan alat ukur analog, adapun juga kita mengganti beban
tersebut dengan lampu+ballast+kapasitor, motor induksi 1 fasa tetap terjadi perbedaan pembacaan
seperti yang telah dijelaskan diatas hanya terjadi sedikit selisih pembacaan antara alat ukur analaog
dan true rms.

KESIMPULAN

Jadi dari hasil percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan menggunakan alat ukur analog
tidak bisa mendapatkan hasil yang akurat karena disebabkan oleh faktor human error dibandingkan
dengan menggunakan alat ukur true rms yang dimana dapat menghasilkan hasil pembacaan yang
akurat.
PERCOBAAN 2

MEMBANDINGKAN PENGUKURAN DAYA DENGAN ALAT UKUR ANALOG DAN


TRUE RMS DENGAN BEBAN NON LINIER SATU FASA

TUJUAN

1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya arus bolak balik dengan meter
analog dan meter True RMS.
2. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan perbedaan hasil pengukuran meter analog
dan meter True RMS untuk pengukuran beban non linier 1 fasa.

DASAR TEORI

Dalam kualitas daya dikenal beberapa macam beban yaitu beban linier dan beban non linier, beban
lkinier adalah beban yang menghasilkan gelombang arus sinusoidal. Sedangkan beban non linier
adalah beban beban yang menghasilkan gelombang arus non sinusoidal. Contoh beban linier
adalah pemanas dan motor induksi kecil, contoh beban non linier adalah mesinlas dan peralatan
yang menggunakan semikonduktor, misalnya power supply, converter, de drive dan lain-lain.
Power supplr dengan cara pengaturan dode sederhana ada beberapa metode.

1. Power supply DC/rectifier dengan setengah gelombang dapat dilihat seperti gambar.

Gambar 2.1 Power supply DC/rectifier dengan setengah gelombang

Sedangkan jenis dioda yang sering digunakan adalah germanium dan silikon. Pada masing-
masing jenis tersebut memiliki nilai Vf yang berbeda, nilai Vf dioda silikon 0,7V
sedangkan germanium 0,3V.
V (t )  Vin .Sin.t untuk 0  1  
V (t )  0 untuk 0  t  2
T  2
2
1
Vdc  .  Vin Sint dt
T 0
2Vm Vm
Vdc    0, 318Vm
2 
Vdc  0, 45Vrms
2. Power supply Dc/rectifier dengan gelombang penuh.
Rectifier ini menggunakan 2 diode dan kedua siklus setengah gelombang input AC,
sehinngga diperlukan transformator yang diambil pada Ctnya dan beroperasi pada 2VL,
diode itu juga harus mempunyai Vrpm yang sama.

Gambar 2.2 Power supply Dc/rectifier dengan gelombang penuh.

3. Power supply DC/rectifier dengan jembatan gelombang penuh.


Rectifier ini menggunakan 4 buah diode jembatan, sistem ini umunnya mempunyai harga
lebih murah karena menggunakan transformator sederhana yang beroperasi pada VL,
diode itu terhubung secara paralel berpasangab pada siklus tengahan yang bergantian
diode Vrpm beroperasi pada VL.

Gambar 2.3 Power supply DC/rectifier dengan jembatan gelombang penuh.


T  2

1
Vdc  . Vin Sint dt
T 0
1 2 / 2 1 2

2 0 
Vdc  V Sin 2 ft dt  Vin Sin 2 ft dt
2
in 2 /2

Vdc  0, 636  Vm
Vdc  0, 9Vrms

GAMBAR RANGKAIAN

Metode 1 (menggunakan wattmeter ,cos phi, ammeter dan voltmeter)

W COS PHI
A

Vin V

daya aktif (P) untuk beban1fasa;


P  Vph x I line x cos 
P  penunjukkan wattmeter (W )
daya semu;
S  Vi (VA)
Metode 2 (menggunakan Power Meter True RMS)

Vin 220 V

variac

Power
Meter

ALAT DAN BAHAN

I. Voltmeter AC 1
II. Amperneter AC 1
III. Wattmeter 1 fasa 1
IV. Cos phi Meter 1
V. Power Meter 1
VI. Slidak 1
VII. Beban Linier
Driver motor DC
Komputer
Inverter 1 fasa

LANGKAH PERCOBAAN

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.


2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian, kemudian ukur tegangan,arus,daya dari
penunjukkan wattmeter dan power faktor, kemudian setelah itu ubah rangkian menjadi
rangkaian selanjutnya dengan konsep pengukuran yang sam seperti pada rangkaian
sebelumnya.
3. Bandingkan hasil pengukuran antara metode 1 dengan metode 2.
4. Tentukan presentase perbedaan hasil pengukuran.

TABEL PERCOBAAN

METODE !

V(v) I(A) Cos P=VxIxCosphi P(w) S(VI) Beban


phi (W) (VA)

220 0,45 1 99 95 99 Lampu 220 V

220 1,3 0,94 268,84 220 286 Motor DC


lag

METODE 2 TRUE RMS

V(v) I(A S(VI) PF DPF P(w) Beban


(VA)

220 0,42 92,5 1 1 92,5 Lampu 220 V

220 1,256 218,5 0,78 0,95 218,5 Motor DC


lead

ANALISA DATA PERCOBAAN

Pada saat kita mengukur dengan alat ukur analog, dengan tegangan tetap kita jaga konstan pada
saat pembebanan kita ambil dengan beban lampu ternyata kita bandingkan dengan hasil
pengukuran dengan true rms. Kita melihat dari sis arus (I) arus yang terbaca dengan alat ukur
analog sebesar 0,45 A dan pada tru rms terbaca 0,42 A, dari pembacaan arus tersebut terlihat jika
terjadi perbedaan dimana dengan alat ukur analog terdapat hasil yang tidak akurat karena
disebabkan oleh faktor human error. Dibandingkan dengan menggunakan true rms yang memiliki
human error yang kecil demikian juga dengan hasil dari cos phi, S, daya, PF terjadi perbedaan
pembacaan tetapi dalam pengukuran tersebut dengan menggunakan true rms jauh lebih bagus dan
akurant dibandingkan dengan menggunakan alat ukur analog, adapun juga kita mengganti beban
tersebut dengan lampu+ballast+kapasitor, motor induksi 1 fasa tetap terjadi perbedaan pembacaan
seperti yang telah dijelaskan diatas hanya terjadi sedikit selisih pembacaan antara alat ukur analaog
dan true rms. Dengan menggunakan alat ukur power meter kita dapat juga melihat tanda bahwa
telah terjadi harmonisa pada rangkaian yaitu dari segi nilai DPF dan PF terjadi selisih, walaupun
sebenarnya arus harmonisa timbul karena beban linieryang disebabkan oleh komponen switching
pada diode.

KESIMPULAN

Jadi pada percobaan kali ini ternyata beban yang dibandingkan antara beban lampu dan motor DC
, didapatkan bahwa beban motor DC jauh lebih besar dibandingkan dengan beban lampu karena
daya yang dibutuhkan besar dan juga arus yang dihasilkan besar dengan syarat tegangan kedua
beban tersebut sama 220V.
PERCOBAAN 3

MEMBANDINGKAN PENGUKURAN DAYA DENGAN ALAT UKUR ANALOG DAN


TRUE RMS DENGAN BEBAN LINIER TIGA FASA

TUJUAN

1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya beban linier 3 fasa.
2. Praktikan dapat menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil praktikum.

DASAR TEORI

Wattmeter 3 (Tiga) Fasa

Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan pemakaian dua atau lebih
wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-
masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur
dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak,
dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian potensial.

Gambar 3.1 Waatmeter 3 Fasa

Gambar konfigurasi wattmeter diatas menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran
konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta.
Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan dihubungkan
antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B , dan
kumparan tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai oleh beban setimbang
tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor
gambar diagram fasor tegangan tiga fasa dibawah menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB,
VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan
dihubungkan secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut ?. Gambar
Diagram Fasor Tegangan Tiga Fasa Wattmeter 3 (Tiga) Fasa,Gambar Konfigurasi
Wattmeter,Gambar Diagram Fasor Tegangan Tiga Fasa,konfigurasi wattmeter,Pengukuran daya
dalam suatu sistem fasa banyak,elemen wattmeter,Teorema Blondel,tegangan tiga
fasa,wattmeter,tiga wattmeter,wattmeter tiga fasa,wattmeter 3 fasa,harga wattmeter 3 fasa,jual
wattmeter 3 fasa,mengunakan wattmeter 3 fasa,memasang wattmeter 3 fasa,modul wattmeter 3
fasa,membuat wattmeter 3 fasa,konfigurasi wattmeter 3 fasa,cara pakai wattmeter 3 fasa,manual
wattmeter 3 fasa,cara menggunakan wattmeter 3 fasa,cara pasang wattmeter 3 fasa,harga
wattmeter tiga fasa Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara IA’A yang merupakan
penjumlahan vektor dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1
dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa
arus antara IB’B yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IAC, sedang
tegangan pada kumparan tegangannya adalah tegangan antara VBC. Karena beban adalah
setimbang, tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan :

VAC  VBC  V dan I AC  I CB  I BA  I


daya dinyatakan oleh arus dantegangan pada wattmeter.
W1  VAC .I A ' ACos(30   )  VI Cos(30   )
W2  VBC .I B ' BCos(30   )  VI Cos(30   )
W1  W2  VI Cos(30   )  VI Cos(30   )
 3 VI Cos

GAMBAR RANGKAIAN

Metode 1
Metode 2

ALAT DAN BAHAN

I. Voltmeter AC 1
II. Amperneter AC 1
III. Wattmeter 3 fasa 1
IV. Cos phi Meter 1
V. Power Meter 1
VI. Slidak 1
VII. Beban Linier
Lampu
Lampu seri ballast
Lampu paralel capasitor

LANGKAH PERCOBAAN

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.


2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian, kemudian ukur tegangan,arus,daya dari
penunjukkan wattmeter dan power faktor, kemudian setelah itu ubah rangkian menjadi
rangkaian selanjutnya dengan konsep pengukuran yang sam seperti pada rangkaian
sebelumnya.
3. Bandingkan hasil pengukuran antara metode 1 dengan metode 2.
4. Tentukan presentase perbedaan hasil pengukuran.

TABEL PERCOBAAN

Metode 1

V(v) I(A) Cos phi P=VxIxCosphi (W) P(w) S(VI) (VA) Beban
220 0,75 1 285.78 280 165 Lampu

220 0,745 1 283.88 280 163,9 Lampu+


Ballast

220 2,25 0,31 lead 265,78 280 495 Lampu+


Ballast

220 0,5 0,23 lag 43,82 40 110 Motor Induksi


3 Fasa

Metode 2

V(v) I(A S(VI) PF DPF P(w) Beban


(VA)

220 0,73 278 1 1 279 Lampu

220 0,695 856 1 1 264 Lampu+ Ballast

220 2,278 265 0,3 0,3 258 Lampu+ Ballast

220 0,476 180 0,24 0,24 44 Motor Induksi 1


Fasa

ANALISA DATA PERCOBAAN

Pada saat kita mengukur dengan alat ukur analog kita ambil dengan beban lampu ternyata kita
bandingkan dengan hasil pengukuran dengan true RMS. Kita melihat dari sisi arus (I) yang terbaca
dengan alat ukur analog sebesar 0,75 A, dan pada true RMS terbaca sebesar 0,73 A, dari
pembacaan arus tersebut terlihat jika terjadi dimana dengan alat ukur analog terdapat hasil yang
tidak akurat karena disebabkan oleh adanya faktor human error, dibandingkan dengan
menggunakan true RMS yang memiliki faktor human error yang kecil demikian juga pada
daya,cos phi dan power faktornya. Adapun jika kita menggantibeban tersebut dengan
lampu+ballast,lsmpu+ballast+kapasitor dan motor induksi 3 fasa, tetap terjadi perbedaan
pembacaan antara alat ukur analog dan true RMS.

KESIMPULAN

Jadi dari hasil percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa menggunakan alat ukut analog tidak
dapat menghasilkan hasil yang akurat karena disebabkan oleh adanya faktor human error
dibandingkan dengan menggunakan alat ukur true RMS yang dimana hasil pembacaan yang
akurat.
PERCOBAAN 4

MEMBANDINGKAN PENGUKURAN DAYA DENGAN ALAT UKUR ANALOG DAN


TRUE RMS DENGAN BEBAN NON LINIER TIGA FASA

TUJUAN

1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya beban Non linier 3 fasa.
2. Praktikan dapat menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil praktikum.

DASAR TEORI

Wattmeter 3 (Tiga) Fasa

Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan pemakaian dua atau lebih
wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-
masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur
dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak,
dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian potensial.

Gambar 3.1 Waatmeter 3 Fasa

Gambar konfigurasi wattmeter diatas menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran
konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta.
Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan dihubungkan
antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B , dan
kumparan tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai oleh beban setimbang
tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor
gambar diagram fasor tegangan tiga fasa dibawah menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB,
VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan
dihubungkan secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut ?. Gambar
Diagram Fasor Tegangan Tiga Fasa Wattmeter 3 (Tiga) Fasa,Gambar Konfigurasi
Wattmeter,Gambar Diagram Fasor Tegangan Tiga Fasa,konfigurasi wattmeter,Pengukuran daya
dalam suatu sistem fasa banyak,elemen wattmeter,Teorema Blondel,tegangan tiga
fasa,wattmeter,tiga wattmeter,wattmeter tiga fasa,wattmeter 3 fasa,harga wattmeter 3 fasa,jual
wattmeter 3 fasa,mengunakan wattmeter 3 fasa,memasang wattmeter 3 fasa,modul wattmeter 3
fasa,membuat wattmeter 3 fasa,konfigurasi wattmeter 3 fasa,cara pakai wattmeter 3 fasa,manual
wattmeter 3 fasa,cara menggunakan wattmeter 3 fasa,cara pasang wattmeter 3 fasa,harga
wattmeter tiga fasa Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara IA’A yang merupakan
penjumlahan vektor dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1
dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa
arus antara IB’B yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IAC, sedang
tegangan pada kumparan tegangannya adalah tegangan antara VBC. Karena beban adalah
setimbang, tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan :

VAC  VBC  V dan I AC  I CB  I BA  I


daya dinyatakan oleh arus dantegangan pada wattmeter.
W1  VAC .I A ' ACos(30   )  VI Cos(30   )
W2  VBC .I B ' BCos(30   )  VI Cos(30   )
W1  W2  VI Cos(30   )  VI Cos(30   )
 3 VI Cos

GAMBAR RANGKAIAN

Metode 1

Metode 2
ALAT DAN BAHAN

I. Voltmeter AC 1
II. Amperneter AC 1
III. Wattmeter 3 fasa 1
IV. Cos phi Meter 1
V. Power Meter 1
VI. Slidak 1
VII. Beban Linier
Motor DC

LANGKAH PERCOBAAN

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.


2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian, kemudian ukur tegangan,arus,daya dari
penunjukkan wattmeter dan power faktor, kemudian setelah itu ubah rangkian menjadi
rangkaian selanjutnya dengan konsep pengukuran yang sam seperti pada rangkaian
sebelumnya.
3. Bandingkan hasil pengukuran antara metode 1 dengan metode 2.
4. Tentukan presentase perbedaan hasil pengukuran.

TABEL PERCOBAAN

Metode 1

V(v) I(A) Cos P=VxIxCosphi P(w) S(VI) Beban Motor DC


phi (W) (VA) dengan 6 diode
220 0,496 0,8397 118,23 120 82,336 lampu
LAG

Metode 2

V(v) I(A Cos phi S(VI) PF DPF P(w) Beban Motor DC


(VA) dengan 6 diode

220 0,49 0,83 82,3 0,83 0,9 121 lampu


LAG
LAG

ANALISA DATA PERCOBAAN

Pada saat kita mengukur dengan menggunakan true rms dan analog pada beban non linier 3 fasa
dengan menggunakan 6 buah dioda, dengan beban yang digunaka adalah motor dc, ternyata hasil
pembacaan dari beban non liier 3 fasa tersebut yaitu tegangan input yang dibutuhkan sebesar 220
V dengan arus yaitu 0,496A, dari data yang ada diatas tidak terlalu jauh pembacann antara true
rms dengan analog, dan pf yang terbaca yaitu 0,83 lag, dengan daya yang dibutuhkan sebesar
120W pada saat pembacaan analog dan 121W pada saat pembacaan true rms. Dengan jumlah diode
6 buah yang digunakan akan memperbaiki arus harmonisanya jika kita lihat nanti pada spektrum
analizer.

KESIMPULAN

Jadi dari hasil percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa menggunakan alat ukut analog tidak
dapat menghasilkan hasil yang akurat karena disebabkan oleh adanya faktor human error
dibandingkan dengan menggunakan alat ukur true RMS yang dimana hasil pembacaan yang
akurat.

Anda mungkin juga menyukai