Ekologi Hewan Reptil Laporan
Ekologi Hewan Reptil Laporan
Ekologi Hewan Reptil Laporan
PENDAHULUAN
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Hewan reptilia adalah
hewan vertebrata (bertulang belakang) dan berdarah dingin serta tubuhnya dilindungi oleh sisik.
Sebagian reptilia aktif dalam penggantian kulit. Reptilia mengontrol suhu tubuhnya dengan
adaptasi tingkah laku. Mayoritas reptil berkembang biak dengan bertelur (ovipar) dan sebagian
kecil beranak (vivipar) ada juga yang beranak dan bertelur (opovivipar). Umumnya reptil berkaki
empat dan mempunyai lima jari disetiap kakinya, kecuali ular. Reptil dapat ditemukan di
berbagai belahan dunia, dan dapat ditemukan di lingkungan apapun, karena reptil mampu hidup
di lingkungan yang kering, seperti komodo.
Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan
paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulitnya
memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik.
Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik
epidermis juga mempunyai sisik dermis,misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan
kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil termasuk
Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi adapula di antara anggota-
anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali.Menghilangnya tungkai-
tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil
berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal.
1.2 Tujuan
KAJIAN PUSTAKA
Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota tubuh
berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar dan
begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang
panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya misalnya di dekat ujung moncong terdapat dua lubang
hidung. Mata berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta
membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran
kecil terletak dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.
Semua Reptilia memiliki kulit yang kering yang terdiri dari epidermis berlapis dan
dermis kompleks. Epidermis menghasilkan beberapa lapisan sel yang tumbuh kearah luar.
Mengalami kornifikasi dan menutup seluruh bagian tubuh. Sel-sel epidermis saling melekat
dengan kuat sehingga tahan terhadap gangguan mekanik. Lapisan dermis terdiri dari jaringan
ikat dan mengandung pigmen, pembuluh darah dan saraf, pada jenis tertentu dilengkapi dengan
tulang dermal. Serat jaringan ikat berupa lapisan kuat yang membatasi permukaan, saling
menumpuk membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu tubuh. Selain itu terdapat serat yang
lebih halus yang melekatkan dermis ke lapisan epidermis. Struktur dermis dan epidermis seperti
ini memberikan kekuatan mekanis yang sifatnya elastis se hingga kulit dapat meregang, seperti
yang diperlukan ular jika menelan mangsa yang besar. Pola sisik dermal pada satu spesies selalu
sama, sehingga bentuk dan susunannya digunakan untuk melakukan klasifikasi.
Kulit
Bunglon memiliki sel-sel khusus, yaitu chromatophores, yang terdapat di bawah lapisan
kulit luar. Sel-sel ini mengandung pigmen, diantaranya merah, kuning, biru, dan putih.
Chromatophores dapat menyusut maupun membesar sesuai dengan perintah otak sehingga
terdapat kemungkinan pigmen-pigmen tersebut tercampur dan memunculkan warna yang
menarik pada kulit bunglon. Lapisan atas chromatophores berwarna merah atau kuning,
sedangkan lapisan bawah berwarna biru atau putih. Ketika warna sel tersebut berubah, maka
warna kulit bunglon pun berubah. Selain chromatophores, melanin juga berperan dalam
menggelapkan warna kulit pada bunglon. Serat-serat melanin tersebar seperti jaring laba-laba
pada sel pigmen chromatophores. Hal ini membuat kulit menggelap.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa perubahan warna kulit terjadi karena bunglon
ingin menyamarkan diri di lingkungan atau sebagai kamuflase, namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa suasana hati, suhu, dan cahaya lah yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Terkadang, perubahan warna kulit dapat membuat bunglon lebih nyaman atau terkadang
digunakan untuk berkomunikasi dengan bunglon lainnya.
Di bawah sinar matahari, bunglon coklat akan mengubah kulitnya menjadi hijau untuk
memaksimalkan pantulan sinar matahari yang diperoleh, seperti halnya daun. Bunglon akan
mengubah warnanya menjadi lebih gelap ketika suhu di sekitarnya rendah. Bunglon jantan yang
berkelahi dengan bunglon lain dapat berubah menjadi merah kekuningan, sedangkan ketika
tertarik pada lawan jenisnya, bunglon dapat berubah menjadi ungu, biru, atau merah untuk
menarik perhatian.
Baik bunglon betina maupun jantan dapat mengubah warna kulitnya sesuai lingkungan,
tetapi hal ini juga bervariasi tergantung spesies dan jenis bunglon. Terdapat spesies bunglon yang
hanya pejantannya saja yang dapat mengubah warna kulit. Beberapa spesies bunglon juga hanya
dapat mengubah warna dalam gradasi coklat saja, sedangkan spesies lain ada yang dapat berubah
warna dari merah muda menjadi biru, hijau, atau merah. Perubahan warna ini dapat terjadi dalam
waktu 20 detik dan dapat terjadi di bagian-bagian tubuh yang berbeda, seperti leher, kepala, atau
kaki. Kemampuan merubah warna tubuh pada bunglon tersebut disebut juga dengan mimikri.
Secara umum, bunglon jantan memiliki warna yang lebih mencolok dibandingkan dengan
bunglon betina.
Dalam keadaan normal dan sehat, garis-garis atau pola pada kulit bunglon akan kelihatan,
sedangkan bunglon yang sedang sakit atau tidur tidak menunjukkan pola pada kulit atau kulitnya
menjadi pucat.
Lidah
Lidah merupakan salah satu ciri yang menarik dari bunglon. Lidah bunglon dapat menjulur
hingga sepanjang tubuhnya atau lebih dengan sangat cepat guna memasukkan mangsa ke dalam
mulutnya. Untuk menjulurkan lidah hingga panjang yang maksimal, bunglon hanya
membutuhkan 1/16 detik saja. Waktu ini cukup untuk menangkap lalat yang sedang terbang.
Kecepatan lidah bunglon dalam menjulur hingga mendapatkan mangsanya adalah sekitar 13
mil/jam. Ujung lidah bunglon dilapisi sekret yang lengket untuk memudahkan bunglon dalam
menangkap mangsanya. Ujung lidah ini berbentuk seperti bola-bola otot yang lengket, dan ketika
menangkap mangsa, bola-bola tersebut menjadi cekung seperti tersedot.
Mata
Bunglon memiliki mata yang menonjol keluar. Mata kanan dan kiri dapat bergerak
dengan arah yang berbeda serta dapat memutar hingga 360°. Kemampuan ini membuat bunglon
dapat melihat ke dua arah yang berlainan secara bersamaan. Bunglon dapat melihat ke depan,
samping, maupun belakang tanpa menggerakkan kepalanya. Mereka pun dapat mengikuti
gerakan suatu benda atau mangsanya tanpa mengubah posisi tubuh. Jika bunglon melihat
serangga, mereka akan memfokuskan kedua mata pada mangsa tersebut untuk memperkirakan
jaraknya dengan mangsa. Bunglon dapat melihat serangga kecil dalam jarak 5-10 meter.
Kelopak mata atas dan bawah pada bunglon menyatu, dan hanya menyisakan satu lubang
kecil di bagian tengah sehingga pupil mata dapat melihat. Bunglon dapat melihat sinar tampak
maupun sinar ultraviolet (UV). Bila terpapar sinar UV, bunglon menunjukkan aktivitas yang
lebih tinggi. Mereka lebih bersemangat untuk makan, bersosialisasi, dan bereproduksi karena
dampak terhadap kelenjar pineal.
Keistimewaan Bunglon
Bunglon merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki kaki penjepit. Cengkraman kaki
mereka sangat cocok untuk mendaki pohon yang menjadi tempat tinggalnya, meski mereka
memiliki pergerakan tubuh yang sangat lamban. Dari semua itu, bunglon memiliki kekhasan luar
biasa yaitu lidah yang sangat panjang. Panjang lidahnya ini bisa dua kali panjang tubuhnya dan
dilengkapi cairan kimia yang sangat lengket. Cairan ini sangat berguna untuk menyambar
mangsanya, yang sebagian besar adalah serangga. Di saat Bunglon merasa terancam , Ia akan
mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga
keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran disebut kamuflase. Hal ini berbeda dengan
"mimikri", yakni penyamaran bentuk atau warna hewan yang menyerupai makhluk hidup lain.
1. Sinar Matahari
Ketika chameleon coklat ingin berjemur di bawah sinar matahari, maka si chameleon
akan mengubah warna kulitnya menjadi hijau untuk memaksimalkan refleksi sinar matahari yang
didapat.
2. Suhu
Ketika suhu dingin, kulit chameleon akan berubah berwarna lebih gelap untuk memaksimalkan
penyerapan panas.
3. Mood
Perubahan warna kulit juga tergantung suasana hati bunglon. Saat murka, sekujur tubuh
bunglon dapat tiba-tiba berubah menjadi merah atau oranye. Kondisi marah membuat semburan
pigmen kuning memblokade lapisan di bawahnya. Proses ini terjadi dalam hitungan satu atau dua
menit. Begitulah cara bunglon berubah warna kulit Tetapi yang perlu diketahui, bunglon tidaklah
bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan hanya ke warna-warna tertentu saja. Selain itu,
bunglon juga tidak mengubah warna kulitnya sebagai respon terhadap musuh atau upaya
kamuflase. Perubahan kulitnya terjadi sebagai respon atas suhu, cahaya dan juga mood atau
emosinyanya.
Autotomi adalah sebuah mekanisme pertahanan alami sejumlah hewan terhadap serangan
predator. Hewan yang memiliki kemampuan autotomi memungkinkannya untuk dapat
melepaskan diri dari sergapan predator. Hewan-hewan ini akan mengecoh predator dengan
potongan tubuhnya yang bergerak-gerak. Autotomi biasanya berlangsung secara spontan.
Reptil adalah golongan hewan yang dikenal luas mempunyai kemampuan autotomi.
Beberapa di antara reptil-reptil yang mampu melakukan autotomi misalnya lizard, skink, gecko,
dan beberapa jenis salamander. Saat hewan-hewan ini tertangkap oleh predator, mereka akan
memutuskan ekornya secara tiba-tiba. Ekor yang telah terpisah dari tubuhnya itu akan bergerak-
gerak sehingga membingungkan predator.
Hewan-hewan yang melakukan autotomi akan kehilangan bagian tubuh mereka tersebut
untuk beberapa waktu. Kemudian, bagian-bagian tubuh itu akan tumbuh dan kembali seperti
sedia kala secara perlahan-lahan melalui proses regenerasi. Beberapa penelitian mengungkapkan,
bahwa kemampuan autotomi pada hewan-hewan tersebut harus dibayar mahal, misalnya dengan
kehilangan kemampuan reproduksi.
Cecak tembok (Cosymbotus platyurus), yang kerap ditemui di tembok-tembok rumah dan
sela-sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor lebar dengan jumbai-jumbai halus di
tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di
sisi perut dan di belakang kaki. Tidak ada nama khusus yang dikenal dalam bahasa daerah,
kecuali nama umum seperti cakcak (bahasa Sunda), cicek (Betawi), cecek (Jawa) dan lain-lain.
Dalam bahasa Inggris disebut flat-tailed house-gecko, seperti tercermin dari nama ilmiahnya,
platyura (dari bahasa Yunani platus yang berarti pipih dan ura yang berarti ekor). Di tembok,
cecak ini sering pula bercampur dengan cecak kayu Hemidactylus frenatus, walaupun jarang
akur. Nampaknya, jenis ini lebih mampu beradaptasi dengan dinding tembok. Bunyinya: cek,
cek, cek… lunak; atau crrt, crrt…
Cecak kayu (Hemidactylus frenatus), yang bertubuh lebih kurus. Ekornya bulat, dengan
enam deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang dari pangkal ke ujung ekor. Cecak kayu
lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu
seperti di atap. Terkadang didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu,
namun umumnya kalah bersaing dalam memperoleh makanan. Tidak ada nama khusus yang
dikenal dalam bahasa daerah, kecuali nama umum seperti cakcak (bahasa Sunda), cicek
(Betawi), cecek (Jawa) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut common house-gecko atau
ada pula yang menyebut Darwin house-gecko. Sifat-sifat ekologis dan perilaku cecak ini mirip
dengan cecak tembok Cosymbotus platyurus, hanya agaknya lebih kerap ditemui pada bagian
yang berkayu di rumah dan atau di pohon dan semak di halaman. Mangsa utama cecak kayu
berupa serangga kecil-kecil, cecak kayu terutama aktif berburu di malam hari (nokturnal). Cecak
ini sering didapati bercampur dengan jenis cecak lain (C. platyurus dan G. mutilata) dalam
kumpulan cecak di sekitar lampu.
Di siang hari, cecak ini bersembunyi di sela-sela kayu atau dinding rumah. Cecak jantan
bersuara keras: cak..cak..cak..cak, yang diambil jadi namanya. Cecak kayu menyebar luas mulai
dari Afrika timur dan selatan, Madagaskar, dan kepulauan-kepulauan Mauritius, Reunion,
Rodrigues, Komoro dan Seychelles; Pakistan, Bhutan, Nepal, India, Sri Lanka, Bangladesh,
Andaman, Nikobar, Maladewa; Tiongkok selatan, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam,
Thailand, Semenanjung Malaya, Filipina, Taiwan, Jepang (Ryukyu, Bonin); Di Indonesia :
Sumatra, Borneo, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, Ambon, hingga ke Papua. Diintroduksi ke
Polinesia, Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Serikat (Hawaii, Florida)
Cecak gula (Gehyra mutilata), bertubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna
kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di sekitar dapur, kamar mandi dan lemari
makan, mencari butir-butir nasi atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan
tenggelam di gelas kopi kita. Tidak ada nama khusus yang dikenal dalam bahasa daerah, kecuali
nama umum seperti cakcak (bahasa Sunda), cicek (Betawi), cecek (Jawa) dan lain-lain. Dalam
bahasa Inggris disebut dengan berbagai nama seperti Pacific gecko, sugar lizard, tender-skinned
house-gecko, four-clawed gecko, atau stump-toed gecko. Cecak yang berukuran kecil sampai
sedang, panjang total sampai sekitar 120 mm, namun umumnya kurang dari 10 cm. Gemuk,
pendek, berkulit transparan berbintik-bintik. Ciri khas yang membedakan dari cecak rumah yang
lain yaitu jari pertama tanpa cakar atau tak memiliki ruas jari terakhir (ruas jari bebas).
Namanya dalam bahasa Latin, mutilata, berarti terpotong. Kepala dengan moncong yang pendek
dan mata yang menonjol. Sederet bintik atau bercak kecil keputihan terdapat di belakang bola
mata, di atas lubang telinga hingga tengkuk. Dorsal (punggung) berwarna abu-abu kemerahan
atau kekuningan, agak transparan, berbintik-bintik halus pucat kekuningan dan hitam kebiruan.
Jalur tulang punggung dan tulang tengkorak sering nampak samar-samar. Ventral (sisi
bawah) berwarna keputihan dan agak transparan. Ekor gemuk, bulat gepeng, tanpa duri atau
jumbai kulit; atau paling-paling dengan tonjolan-tonjolan serupa duri pendek. Pangkal ekor
menyempit serupa ‘gagang’. Cecak yang kerap dijumpai di dapur, lemari makan, meja makan
dan juga dekat meja kerja dan rak buku. Dibandingkan jenis cecak rumah yang lain, cecak ini
lebih sering bersembunyi atau menyendiri. Cecak gula cenderung bersifat nokturnal (aktif di
malam hari), meski tidak jarang ditemukan berkeliaran pada siang hari di dapur. Di alam, cecak
ini hidup di pepohonan atau celah di bukit batu.
Cecak ini menyukai gula dan sumber karbohidrat lain seperti nasi dan remah-remah roti,
selain juga memangsa aneka serangga kecil. Karena itu cecak gula sering ditemukan tenggelam
dalam gelas kopi atau teh. Jantan mengeluarkan suara halus serupa desisan atau dengungan, yang
diperdengarkan ketika memikat betinanya. Cecak gula menyebar luas mulai dari India utara dan
baratdaya, Kep. Nikobar, Sri Lanka; sampai ke Asia Tenggara. Di kepulauan Nusantara
ditemukan di Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, Timor, Halmahera, juga Papua dan Filipina (De
Rooij, 1917; Manthey and Grossmann, 1997: 230). Introduksi ke Mauritius, Seychelles,
Madagaskar, Meksiko, Kuba dan Hawaii.
2.2.3 Tingkah Laku Pada Cicak
1. Tingkah Laku Mencari Makan pada Cicak
Cicak dalam proses makan langsung menggunakan lidahnya untuk menangkap
mangsanya. Biasanya cicak memakan nyamuk, laron, serangga-serangga kecil. Dalam
menangkap mangsanya cicak berjalan mengendap-endap, setelah mangsanya dekat dan tidak
mengetahui pemangsanya datang, maka cicak akan menjulurkan lidahnya untuk menangkap
mangsanya. Bila musim hujan datang, biasanya banyak laron yang mendekati cahaya lampu,
pada saat itu kita akan menemukan banyak cicak untuk mencari makan. Biasanya cicak makan 2-
3 laron. Setelah kenyang cicak tidak akan menghiraukan laron-laron yang lainnya. Bagian yang
paling dahulu dimakan oleh cicak adalah bagian posterior dari mangsanya kemudian
menelannya. Cicak memiliki alat perekat pada setiap jari-jarinya sehingga memudahkannya
bergerak di dinding pada saat menangkap mangsanya. Cicak memiliki lubang telinga yang
sangat peka terhadap gerak-gerik musuhnya
Cicak apabila terancam akan kehadiran predator akan merayap dengan cepat mencari
tempat yang lebih tinggi sehingga predator tidak dapat menangkapnya. Apabila cicak tertangkap
oleh predator cicak akan berpura-pura mati dan memutuskan ekornya. Pada saat cicak
memutuskan ekornya, dimana ekor yang diputuskan cicak akan tetap bergerak ke kanan dan ke
kiri sehingga predator atau musuhnya akan terkecoh. Pada saat predator terkecoh maka cicak
mendapatkan peluang untuk melarikan diri. Biasanya ekor cicak yang telah putus akan tetap
bergerak dalam waktu 5 menit. Ekor cicak yang putus akan dapat tumbuh lagi dalam beberapa
minggu.
Selain memutuskan ekornya, cicak beradaptasi dengan cara mimikri yaitu bila ada di
tembok yang cerah maka kulit dari cicak juga akan mengalami pencerahan. Bila berada
ditemapat yang gelap maka warna kulitnya juga akan ikut gelap. Sehingga kita sering menjumpai
ada cicak yang berwarna gelap dan terang. Yang paling sering menjadi predator untuk cicak
adalah kucing rumah.
3. Tingkah Laku Berkelahi (agonistic behavior)
Tingkah laku berkelahi merupakan tingkah laku yang menunjukkan kegiatan saling
menyerang antara individu atau antara kelompok individu. Antar spesies yang sama dengan
spesies yang beda. Tingkah laku cicak berkelahi umumnya saling menggigit dimana antara cicak
jantan akan saling menyerang. Apabila ada salah satu yang kalah maka akan cepat menyingkir
dan pergi. Perkelahian muncul akibat berebut makanan dan mencari pasangan kawin.
4. Tingkah Laku Seksual Cicak
Tingkah laku seksual merupakan tingkah laku yang menunjukkan kegiatan mulai dari
tahap merayu, kemudian dilanjutkan dengan tahap kopulasi. Pada tingkah laku seksual cicak
tahapan merayu biasanya cicak jantan mengejar-ngejar cicak betina dan cicak betina akan lari.
Setelah mendapatkan cicak betian, cicak jantan akan menggigit cicak betina dan berputar-putar
untuk mencari posisi yang tepat. Setelah lama berputar-putar akhirnya cicak jantan berhasil naik
ke tubuh cicak betina. Cicak jantan merangsang cicak betian untuk menaikkan ekornya, setelah
berhasil menaikkan ekornya cicak betina, cicak jantan langsung memasukkan hemipenisnya,
posisinya cicak betina di bawah dan cicak jantan di atas cicak betina tapi pada bagian ekor cicik
jantan agak miring, karena memasukkan hemipenisnya.Proses kopulasi ini berjalan selama 5
menit setelah selesai melakukan kopulasi cicak betina langsung pergi menghindari cicak jantan.
Setelah melakukan kopulasi ekor cicak jantan masih melengkugn dan kemudian cicak jantan
menjilati hepipenisnya. Begitu juga dengan cicak betina menjilati kloakanya. Setelah melakukan
kopulasi biasanya cicak akan berbunyi “cak… cak… cak…”. Setelah beberapa hari cicak betina
akan mencari tempat untuk bertelor, pada umumnya cicak betina akan bertelur ditempat yang
tidak mudah dijangkau oleh hewan lain dan manusia.
BAB III
RINGKASAN
1. Pada reptil seperti bunglon untuk melindungi dirinya ketika terancam dengan beradaptasi
dengan lingkungannya Ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna
lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran disebut
kamuflase. Perubahan kulitnya terjadi sebagai respon atas suhu, cahaya dan juga mood atau
emosinyanya.
2. pada cicak, Apabila cicak tertangkap oleh predator cicak akan berpura-pura mati dan
memutuskan ekornya ( disebut autotomi ),Pada saat predator terkecoh maka cicak mendapatkan
peluang untuk melarikan diri. Biasanya ekor cicak yang telah putus akan tetap bergerak dalam
waktu 5 menit. Ekor cicak yang putus akan dapat tumbuh lagi dalam beberapa minggu. Selain
memutuskan ekornya, cicak beradaptasi dengan cara mimikri yaitu bila ada di tembok yang
cerah maka kulit dari cicak juga akan mengalami pencerahan.
DAFTAR PUSTAKA
De Rooij, N. 1917. The Reptiles of The Indo–Australian Archipelago II:Ophidia. E.J. Brill, Ltd. Leiden.
pp: 67–70.
https://nakabunglon.wordpress.com/behaviour/
http://amiyaketunis.blogspot.co.id/2012/01/mimikri-pada-bunglon.html
http://www.idsurvival.com/2012/07/survival-kadal-dengan-autotomi.html
http://www.apakabardunia.com/2011/05/inilah-penyebab-bunglon-bisa-berganti.html
https://aritrunantika.wordpress.com/2010/10/28/bunglon-by-inggrafasya/